Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

NAMA :RASTI LANI


PRODI/KELAS:SISTEM INFORMASI/B
TUGAS:PENGANTAR BISNIS DIGITAL
DAFTAR ISI
JUDUL UTAMA

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3TUJUAN PENULISAN

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 KONDISI DAN BASELINE PROPINSI NTT DAN INDONESIA SAAT INI

2.2. TANTANGAN DAN KENDALA PERKEMBANGAN TALENTA DIGITAL

2.3 PELUANG TENAGA KERJA BIDANG TIK KHUSUSNYA SISTEM INFORMASI

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "TANTANGAN DAN PELUANG
LULUSAN BIDANG TIK DI NTT DEGAN BEBERAPA POKOK PIKIRAN BERKAITAN
DENGAN BISNIS DIGITAL." dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah PENGANTAR BISNIS DIGITAL.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pak selaku guru Mata Pelajaran BPK


MARIANUS I.J.LAMABLAWA,S.Kom.M.Cs. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Provinsi nusa tenggara timur (NTT) terletak dibagian timur
Negara Indonesia . jumlah populasi penduduk di NTT berjumlah 4.683.827
jiwa yang tersebar di 20 kabupaten 1 kotamadya pada 2010. Mayoritas
penduduk provinsi ini memiliki bercocok tanam sebagai mata pencaharian
mereka sehari-hari . jumlah masyarakat petani provinsi ini berjumlah
1.333.638 jiwa dari total 2.061.229 penduduk yang telah bekerja tahun 2010.
NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas 566 pulau besar
dan kecil, provinsi ini memiliki topografi daerah berbukti dan mepunyai
tingkat kemiringan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan kondisi alam
di NTT pada umumnya rawan erosi. Iklim di provinsi ini termasuk tropis
yang berkisar dan semi-lembab ke semi-kering.musim hujan rata-rata di
mulai dari bulan oktober untuk daerah tinggi sedangkan untuk wilayah
dataran rendah terjadi pada bulan November dan berlangsung hingga bulan
maret.
Keterkaitan iklim dengan usaha pertanian di NTT terletak pada
vabilitas curah hujan khususnya variabilitas awal dan akhir hujan yang
secara langsung mempengaruhi jangka waktu musim tanam bagi para petani
dan sekaligus mengancam usaha pertanian itu sendiri.penyebab utama dari
variabilitas ini adalah disebabkan oleh fenomena EL-Nino dan La-Nina yang
terhitung telah terjadi sebanyak masing-masing sebelas kali sejak tahun
1954.
Perubahan iklim seperti yang terjadi di NTT berpotensi dapat
mengacam usaha pertanian yang selanjutnya mempengaruhi produksi
pertanian itu sendiri sehingga mengakibatkan rendahnya ketersediaan
pangan, menurunnya pendapatan,rendahnya ketersediaan pangan di pasar
,serta secara langsung mempengaruhi harga bahan pokok* keluarga di NTT
yang menggantungkan kehidupannya dari sektor pertanian pada dasarnya
mengalami kerugian sekitar 24-40% dalam setahun jika mereka mengalami
gagal panen.
Hal ini memaksa mereka untuk melakukan hal-hal negaif untuk dapat
bertahan hidup seperti mengurangi perhatian mereka terhadap kesehatan,
serta yang paling buruk ialah telah menjual aset –aset keluarga mereka
seperti ternak,tanah/dan perhiasan. Disamping itu, kekeringan secara
langusung berdampak pada aksen air bersih yang dibutuhkan untuk
keperluan rumah tangga. Selama periode musim kemarau yang
berkepanjangan di NTT, sumber air di desa-desa mengalami kekeringan
.masyarakat yang mengalami situasi ini memutuskan untuk tidak mandi
bahkan hingga dua minggu yang dapat berpengaruh langsung terhadap
kebersihan diri sendiri dan kesehatan seoerti yang terjadi di kabupaten Sabu
Raijua.
Angka penduduk miskin di NTT mencapai angka 23,03% dari total jumlah
masyarakat perkotaan dan pedesaan pada tahun 2010, dan secara
berkelanjutan menduduki peringkatan keempat dalam kategori provinsi
dengan jumlah termiskin terbanyak setelah provinsi Papua,Papua Barat,dan
Maluku.
Pelaksanaan Biochar Project di Kupang ialah meliputi pengenalan dan
aplikasi teknologi berbasis ilmu pengetahuan yang didukung langsung dari
NGI dan NMBU untuk dapat mengadakan pelatihan sumber daya manusia
dalam memanfaatkan limbah biomasa sebagai bahan utama penbuatan
biochar.
Penelitian ini menjadi menarik di karenakan kemampuan biochar sebagai
sebagai pembenah tanah dapat membawa tiga keuntugan sekaligus yaitu
dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdapat pada pupuk
kimiawi, menghasilkan energy terbarukan,dan juga dapat meningkatkan
produktifitas pertanian para petani khususnya pada lahan yang mengalami
kekeringan.sehingga dengan kata lain,biochar project yang diadakan di NTT
telah dapat mensinergikan kepentingan lingkungan yang berfokus pada
upaya mitigasi dan adaptasi sekaligus kepentingan ekonomi di provinsi ini
sendiri
1.2 TUJUAN PENULISAN
Memberi informasi kepada pembaca terkait kondisi baseline
propinsi NTT dan Indonesia, tantangan dan kendala
perkembangan talenta digital,dan peluang tenaga kerja di bidang
TIK khususnya sistem informasi.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang penulisan maka dapat dirumuskan
masalah penulisan adalah sebagai berikut:
1. Apa dampak positif dan negative dari tantangan baseline
provinsi NTT dan Indonesia.
2. Apa yang menjadi tantangan dan kendala dalam
perkembangan talenta digital
3. Bagaimana peluang tenaga kerja dibidang TIK khususnya
sistem informasi

BAB II
2.1 KONDISI DAN BASELINE PROPINSI NTT DI INDONESIA SAAT INI

Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia menandatangani nota kesepahaman pada
bulan November 2017 untuk memulai implementasi proyek Inovasi untuk Anak
Sekolah Indonesia (INOVASI) di empat kabupaten di Sumba, yaitu: Sumba Barat
Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
INOVASI merupakan proyek kemitraan kolaboratif
antara pemerintah Australia dan Indonesia di sektor pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di jenjang pendidikan dasar,
terutama dalam hal literasi dan numerasi. Proyek ini fokus pada pengembangan,
implementasi, dan uji coba berbagai solusi yang paling sesuai dengan konteks
lokal yang berhasil meningkatkan hasil pembelajaran siswa melalui serangkaian
program rintisan di empat.
Menindaklanjuti inisiasi proyek INOVASI, kami melakukan studi baseline ini
untuk menyelidiki konteks sosial dan politik dari pendidikan dasar di Sumba. Studi
ini berfokus pada tujuh tema investigasi: (a) persepsi pemangku kepentingan lokal
terhadap kualitas pendidikan; (b) masalah dan tantangan pendidikan dasar; (c)
program dan kebijakan pemerintah untuk mengatasi tantangan; (d) praktik atau
inovasi yang menjanjikan dalam pendidikan dasar; (e) pandangan pemangku
kepentingan lokal tentang praktik Kelompok Kerja Guru (KKG) di setiap
kabupaten; (f) kesempatan untuk menggunakan dana desa; dan (g) musrenbang
untuk mendukung program peningkatan kualitas pendidikan dasar. Studi baseline
ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk membahas tujuan studi. Kami
menggunakan wawancara dan diskusi kelompok terarah (FGD atau Focus Group
Discussion) untuk mengumpulkan data tentang situasi pendidikan dasar,
berdasarkan perspektif pemangku kepentingan lokal. Kami juga melakukan
tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi kebijakan dan program saat ini yang
terkait dengan pendidikan di tingkat pusat dan lokal.
Kebijakan dan dokumen hukum saat ini yang termasuk dalam tinjauan ini
diidentifikasi selama wawancara dan dengan mencari saluran informasi elektronik
dan non-elektronik. Laporan baseline ini memberikan informasi tentang masalah
dan tantangan pendidikan dasar di Sumba, serta
menawarkan rekomendasi untuk intervensi proyek INOVASI.
2.2 TANTANGAN DAN KENDALA PERKEMBANGAN TALENTA DIGITAL

Dengan teknologi informasi yang secara nyata dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan
akurat, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Untuk mengisi berbagai
bidang usaha dan bisnis baik di Indonesia aupun di luar negeri yang berkaitan
dengan teknologi informasi sangat diperlukan SDM (Sumberdaya Manusia) yang
benar-benar handal, dan professional. Tanpa kemampuan dan skill yang baik
mumpuni kita tidak akan mamu bersaing dengan tenaga TI yang berasal dari
negara lain yang masuk ke bursa tenaga TI di Indonesia.
Prospek lulusan bidang TI (Teknologi Informasi) baik MI (Manajemen
Informasi), SI (Sistem Informasi), maupun Komputer Akuntansi dalam beberapa
tahun ke depan masih tetap menjadi primadona. Bidang Teknologi Informasi atau
bisnis lain yang didukung penerapan Teknologi Informasi untuk saat ini dan
dimasa yang akan datang tetap mendapat perhatian khusus dari pemerintah, karena
bersifatnya strategis bagi perkembangan bangsa dan negara Indonesia. Dua aspek
penting dalam pengembangan bisnis yang berhubungan dengan Teknologi
Informasi adalah infrastruktur dan Sumberdaya Manusia (SDM). Selain kedua
aspek tersebut, sebenarnya masih banyak aspek lain seperti pendidikan, finansial
dan sebagainya. Namun, lemahnya infrastruktur dan langkanya Sumberdaya
Manusia professional dalam bidang ini merupakan penyebab lambatnya
perkembangan dan bisnis Teknologi Informasi di Indonesia.
Apabila lulusan TI di Indonesia tidak memenuhi persyaratan, maka darimana
tenaga kerja TI Professional diperoleh? Kemudian apabila perencanaan, pembinaan
dan penciptaan SDM TI Professional tidak dilaksanakan dengan baik, maka krisis
SDM pelan namun pasti akan terjadi. Bahkan dengan semakin berkembang dan
murahnya jaringan komputer global (Internet), maka bursa tenaga kerja semakin
terbuka secara global. Selain itu, dengan adanya perdagangan bebas seperti AFTA
yang sudah berlaku sejak tahun 2003 lalu akan semakin mengancam lahan
pekerjaan balam bidang TI di Indonesia apabila SDM lulusan TI Indonesia tidak
persiapkan dengan baik. Sebut saja misalnya India, Korena, China, Singapura, dan
lain-lain merupakan raksasa yang sanggup menembus pasar tenaga kerja IT
Indonesia ke depan.
Mempersiapkan SDM
TI Tumbuh subur dan berkembangnya ladang dalam bidang TI, di satu sisi
merupakan bencana, tapi disisi lain merupakan peluang. Indonesia yang dikenal
sebagai pengirim tenaga kerja (TKI) ke luar negeri sekarang memiliki potensi 2
untuk mengirimkan skilled workers ke luar negari, dan ini merupakan peluang
besar bagi para pekerja Indonesia. Meskipun demikian, peluang ini harus dicermati
karena setiap negara di dunia juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk
meningkatan pendapatan atau devisa bagi negaranya melalui penempatan tenaga
kerja TI di luar negeri.
Sebenarnya sejak tahun 1990 Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi
kelangkaan SDM TI ini. Hal ini dibuktikan dengan tumbuh suburnya berbagai
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, mulai dari LPK, Training
Center, SMKTI, Akademi, Politeknik sampai dengan Perguruan Tinggi baik
Negeri maupun swasta. Jurusannya pun bernaeka ragam, mulai dari Teknik
Informasi, Sistem Informasi, Managemen Informasi, Ilmu Komputer, dan
sebagainya. Lulusan tenaga TI ini secara umum menghasilkan Sumberdaya
Manusia yang terampil menggunakan produk Teknologi Informasi atau IT user dan
Sumberdaya Manusia yang terampil menghasilkan produk Teknologi Informasi
atau IT producer.

Sampai saat ini tidak kurang dari 200 perguruan tinggi (PT) baik negeri
maupun swasta di Indonesia yang memiliki program studi terkait dengan TI untuk
jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral. Sekitar 300 lainnya untuk
jenjang Diploma III dan Diploma IV, yang keseluruhannya menghasilkan kurang
lebih 25,000 lulusan setiap tahunnya.
Kalangan pengamat industri menilai bahwa jumlah itu sangat jauh dari
kebutuhan industri yang sebenarnya, yang mencapai sekitar 500,000 lulusan
bidang Teknologi Informasi setiap tahunnya. Bahkan diperkirakan untuk tahun
2020 jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun
dengan asumsi sekitar 7% mahasiswanya mengambil disiplin TI. Dalam kategori
PBB, lulusan yang dihasilkan nantinya dapat dibagi dalam dua golongan, yakni IT
Workers, yang secara langsung terkait dengan keahlian TI. Sedang IT-enabled
Worker, yang lebih sebagai pengguna TI sesuai dengan bidang-bidang
keahliannya, misalnya ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum,
dan sebagainya.
Perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana di bidang Teknologi Informasi
sebenarnya sudah banyak, namun kualitas lulusannya belum bisa dikatakan
memadai. Dalam suatu diskusi dengan seorang pelaku bisnis software terkemuka
beberapa waktu lalu, perguruan tinggi di Indonesia umumnya menghasilkan
programmer akan tetapi belum mampu menghasilkan software engineer, dan dapat
dipastikan tidak lebih dari 2 perguruan tinggi saja yang mampu menghasilkan
software engineer. Untuk itu, bagi sebagian besar perguruan tinggi perlu berbenah
agar mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas software engineer. Bangsa
Indonesia masih lebih menjunjung gelar dibandingkan kemampuan, oleh karena itu
pemikiran seperti ini harus mulai ditinggalkan, karean gelar bukanlah segalanya,
tetapi kemampuan lebih bermanfaat dan utama daripada gelar tersebut.
Walaupun volume lulusan pendidikan formal seperti Diploma II, Diploma III,
Sarjana (S1), dan Magister (S2) sudah cukup besar, namun kita masih 3
membutuhkan banyak Sumberdaya Manusia yang handal dan professional. Namun
lulusan IT di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan untuk bersaing dengan
tenaga IT lulusan luar, maka sangat diperlukan pendidikan yang sifatnya lebih
professional. Karena dalam dunia TI yang diperlukanan bukan gelar
kesarjanaannya saja, melainkan kemampuan atau skill.

Peluang Bersaing di Pasar Global


Struktur industri, tipe pengguna, dan produk/jasa dalam domain pasar global tidak
jauh berbeda dengan pasar domestik. Yang secara signifikan membedakannya
adalah tuntutan standar pengetahuan, kompetensi, maupun keahlian Sumberdaya
Manusia dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.
Saat ini, sebagian besar perusahaan di Indonesia, menggunakan paket perangkat
lunak aplikasi siap pakai yang dibuat oleh perusahaan besar seperti Microsoft,
Mac, Sun Microsystem, Oracle, dan sebagainya maupun yang tailormade
(dilakukan oleh perusahaan konsultan asing). Namun demikian peluang untuk
mengembangkannya masih terbuka lebar, karena 100 produk perangkat lunak
terbaik hanya mengisi tidak lebih dari 45% total pasar dunia. Kenyataan inilah
yang memacu negara seperti India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan
lain-lain menyediakan jasanya baik dalam bentuk pembuatan aplikasi siap pakai,
maupun yang bersifat jasa customization.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para profesional software engineering di
Indonesia adalah kemampuannya membuat perangkat lunak aplikasi yang
memenuhi standar kualitas international best practices. Bisnis yang menjadi
primadona dalam industri perangkat lunak saat ini adalah outsourcing pembuatan
modul-modul software pesanan negara ke negara-negara Asia. Mereka
mengirimkan technical requirements dan technical designnya, sedang pembuatan
modul programnya dilakukan di perusahaan Asia. Hal ini dilakukan tidak saja
melihat karena tenaga kerja yang lebih murah, tetapi juga lebih produktif.
Hanya saja, peningkatan kompetensi SDM lokal dalam upaya memenuhi standar
kualitas internasional sering diartikan sebagai dimilikinya sertifikasi bertaraf
internasional. Meski hal itu, tidak terkait langsung dengan kualitas pendidikan
formal yang telah dimilikinya. Pada tahun 2000 saja titak kurang dari 1,8 juta
profesional di dunia yang telah memperoleh sertifikat, seperti MCP, MCSE,
MCTS, MCSD, CNE, CNA, dan lain sebagainya.
Satu-satunya hambatan Indonesia dalam memacu profesionalnya untuk memenuhi
kriteria tersebut adalah mahalnya biaya mendapatkan sertifikasi. Karenanya, perlu
sinergi dalam memecahkan masalah tersebut. Sertifikasi internasional ini
merupakan modal tambahan yang cukup signifikan di samping gelar kesarjanaan,
karena sering kali proses tender internasional memprasyaratkan tersedianya
profesional dengan sertifikat keahlian tertentu.
Standar Sertifikasi
Pada dasarnya penyedia tenaga TI adalah perguruan tinggi (PT) bidang informatika
dan Komputer. Menurut data Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika 4 dan
Komputer (Aptikom) lulusan TI di Indonesia tahun 2005 tidak kurang dari 20.000
orang. Sayangnya hanya 10 % yang bisa terserap oleh industri yang membutuhkan
tenaga TI. Permasalahannya memang tidak hanya dari jumlah yang dibutuhkan,
tetapi yang penting adalah mutu lulusan yang sesuai dengan permintaan industri.
Kunci keberhasilan dalam memperoleh pekerjaan tentu saja tidak semudah
membalikkan tangan, tapi harus direbut dengan kesungguhan dan usaha yang keras
sejak mulai pembelajaran. Selain daripada itu juga ada kiat lain, yaitu dengan
memperoleh sertifikasi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
internasional, seperti Microsoft, Oracle, Sisco, dan lain-lain.
Cepatnya perkembangan TI, dan semakin kompleknya teknologi tidak memungkin
pendidikan formal dengan cepat bisa mengadopsi perubahan tersebut dengan cepat.
Salah satu kunci keberhasilan dalam merebut kesempatan kerja bidang TI, di
samping mengikuti pendidikan formal, juga sebaiknya mengikuti pelatihan
nonformal yang diselenggarakan oleh lembagalembaga sertifikasi yang diakui
secara internasional. Sebagai contoh untuk mendapatkan sertifikasi Microsoft,
maka calon tenaga TI harus mengikuti pendidikan dan mengambil exam secara
online di salah satu training center Microsoft yang bersertifikasi CTEC (Certifiend
Technical Eduation Center), atau lembaga yang memiliki sertifikasi internaasional
untuk training center.
Berikut ini contoh sertifikasi yang dikeluarkan beberapa vendor internasional yang
diakui secara luas baik di Indonesia maupun di luar negeri:
A. Sertifikasi Internasional untuk bahasa pemograman Java yang dikeluarkan oleh
Sun Corporation, meliputi 3 kategori sertifikasi, yaitu:
 SCP (Sun Certified Programmer)
 SCD (Sun Certified Developer)
 SCA (Sun Certified Architect)
B. Sertifikasi lain yang juga dikeluarkan oleh Sun adalah:
 SCWCD (Sun Certified Web Component Developer)
 SCBCD (Sun Certified Business Component Developer)
 SCDJWS (Sun Certified Developer for Java Web Service)
 SCMAD (Sun Certified Mobile Application Developer)
C. Sertifikasi Internasional yang dikeluarkan Microsoft menawarkan beberapa
sertifikasi internasional sebagai pengakuan atas keahlian, kemampuan dan
pengetahuan mereka dalam bidang tertentu, yaitu:
 MCP (Microsoft Certified Professional)
 MCTS (Microsoft Certified Technical Solution)
 MCSE (Microsoft Certified System Engineer)
 MCAD (Microsoft Certification Application Development)
 MCSD (Microsoft Certified Solution Developer)
 MCT (Microsoft Certified Trainer)
D. Sedangkan sertifikasi internasiona yang erat kaitannya dengan networking
yang dikeluarkan oleh Cisco. Dalam hal ini Cisco mengeluarkan nbeberapa
sertifikasi internasional, yaitu Associate Professional dan Expert, antara lain:
 CCNA (Cisco Certified Network Associate) 5
 CCNP (Cisco Certified Network Professional)
 CCIE (Cisco Certified Inrernetworking Expert)

Kebutuhan Tenaga TI di Indonesia


Diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan tenaga TI di Indonesia akan
mencapai angka 327.813. Dari hasil riset IDC (International Data Center),
terungkap bahwa ternyata masih banyak peluang kerja di bidang TI di
Indonesia yang masih belum tergarap. Sementara nilai pasar yang tersedia
mencapai US$1.7 milyar atau 164 triliun rupiah. Kalau Anda punya keberanian
menyebrang ke negeri jiran, peluangnya tentu jauh lebih besar lagi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan lembaga survei terkemuka diperkirakan
sampai tahun 2015 di luar negeri akan tersedia 3.3 juta lapangan kerja.

Kebutuhan tenaga TI tersebut akan semakin bertambah jika e-gouvernment dan


otonomi daerah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sudah
mulai dilaksanakan dengan baik. Maka dapat diperkirakan seluruh Instansi
pemerintah di Indonesia setiap tahunnya paling tidak kurang membutuhkan
tenaga sebanyak 5.489 tenaga TI, dalam hal ini TI, MI dan Sistem Akunansi.
Sementara untuk bidang Cyber media yang untuk saat ini tidak kurang dari
1.921 media, dengan perkiraan satu media membutuhkan 21 ahli TI, maka
seluruhnya akan tersedia lowongan sebanyak 40.341 orang ahli TI. Selain dari
pada itu masih ada sektor lainnya yang membutuhkan tenaga TI, antara lain
asuransi, multimedia, elektronika, otomotif, farmasi, ritel, bursa efek,
percetakan, agrobisnis, eksplorasi dan lain sebagainya.

Penghasilan Tenaga TI di Indonesia


Gaji seorang pemula di bidang TI, berkisar Rp. 900.000,- sampai dengan Rp.
2,5 juta per bulan. Sedangkan yang sudah berpengalaman bisa meraih
sedikitnya 7 sampai 10 juta rupiah per bulan. Sementara di luar negeri, gaji
seorang pegawai dalam bidang TI yang msuk dalam kategori pemula berkisar
antara US$400 sampai US$600 (3,6 juta sampai 5,5 juta perbulan). Sedangkan
yang digolongkan dalam IT Professional memperoleh pendapatan sekitar
US$2000 sampai US$ 2500 (18,2 juta sampai 22,7 juta) per bulan.
Begitu juga di Indonesia, bagi Professional atau Depelover ternyata tidak
murah, misalnya seorang software developer untuk ASP dengan pengalaman 5
tahun gajinya minimal 5 juta rupiah. Untuk developer yang berbasis PHP
gajinya berkisar Rp. 7 juta/bulan. Kesimpulannya, “derajat” orang TI di
Indonesia cukup tinggi di mata pemberi kerja dibandingkan dengan tenaga
kerja bidang lain. Kemudian bagi IT Director atau Chief Information Officer
(CIO) menduduki peringkat pertama dengan penghasilan berkisar antara Rp. 30
juta sampai 80 juta/bulan. Di Indonesia yang banyak masih di level IT
Manager, menurut Salary Guide yang dikeluarkan Kelly Service, seorang IT
Manager di Indonesia dengan pengalaman 5 – 7 tahun berpenghasilan bersih
tidak kurang dari Rp. 11 sampai Rp. 20 juta rupiah per bulannya.

2.3 PELUANG TENAGA KERJA TIK KHUSUSNYA SISTEM INFORMASI

Peluang Kerja Lulusan Sistem Informasi adalah :


* Sistem Analis pada proyek pengembangan Sistem Informasi,
* Manajer pada Departemen Teknologi Informasi suatu instansi,
* Manajer pada proyek Pengembangan Sistem,
* Administrator Database,
* Senior Programmer,
* Wirausahawan bidang Teknologi Informasi,
* Sebagai Administrator Sistem dan Web,
* Sebagai Konsultan Desain,
* Sebagai Analisis Bahasa Pemrograman,
* Sebagai Tenaga Ahli Desain Grafis,
* Database dan e-Business : membuat database dan yang berhubungan dengan
bisnis,
* Programmer Analyst : sama seperti dengan sistem analis namun lebih spesifik
dengan program,
* System Support,
* System Information Consultant : konsultan sistem informasi, kooperasi yang
bergerak dibidang jasa berhubungan dengan sistem informasi,
* Web Developer : pembangun web lebih spesifik dengan database dan ruang
lingkupnnya,
* Enterpreneur in IT Business : membuat usaha tentang IT
* IS Auditor dan auditor sistem informasi
* IS Project Manager. : memanajeri sebuah projek yang berhubungan dengan
sistem infomasi
dan lainnya.

Bagi lulusan Sistem Informasi yang ingin bekerja di Industri, profesi utama dari
lulusan bidang Sistem Informasi adalah sbb:

1. Business Process Analyst. Merupakan profesi yang bertanggung jawab


dalam memahami kebutuhan bisnis dari organisasi dan menterjemahkannya
dalam spesifikasi solusi. Business analyst harus mencari issue-issue penting
organisasi, mencari kekuatan dan kelemahan organisasi dan saran
perbaikannya, mereview dan memperbaiki requirement, spesifikasi serta
proses bisnis terkait solusi yang diusulkan, dsb. Profesi ini membutuhkan
pengetahuan di bidang manajemen informasi dan data, analisa dan
perancangan sistem, manajemen proyek teknologi informasi, pengembangan
aplikasi, serta interaksi manusia-komputer.
2. Application Developer. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
pengembangan aplikasi Sistem Informasi. Beberapa perusahaan memiliki
divisi teknologi informasi yang kuat, dan mereka membutuhkan banyak
pegawai yang memiliki kualifikasi dalam pengembangan aplikasi. Selain itu,
posisi ini juga banyak dibutuhkan oleh software house. Trend ke depan
adalah organisasi bisnis lebih fokus ke kegiatan core-nya, dan kegiatan
teknologi informasi dijadikan sebagai kegiatan penunjang
dan dioutsource ke perusahaan lain sehingga peluang kerja
sebagai application developer sangat terbuka lebar.
3. Database Administrator. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan database yang dimiliki oleh organisasi, mulai dari pada saat
proses implementasi database, monitoring kinerja database sampai dengan
proses backup dan recovery apabila system mengalami gangguan.
Profesional di bidang ini juga harus mengerti masalah infrastruktur
mengingat database harus berjalan di atas satu infrastruktur yang sudah
dimiliki organisasi. Profesi ini merupakan salah satu profesi yang penting
mengingat semua data organisasi untuk kegiatan proses bisnisnya tersimpan
dalam database ini. Nilai jual akan semakin tinggi terutama untuk mereka
yang memiliki penguasaan dan sertifikasi Database yang bersifat mayor
seperti Oracle, Microsoft SQL Server, dll.
4. Database Analyst. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
melakukan perancangan database. Profesi ini berfungsi untuk menjamin
bahwa rancangan database yang dibuat sudah memenuhi dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab dalam
memberikan solusi-solusi terkait dengan pemilihan produk database yang
sesuai dengan organisasi, termasuk bagaimana melakukan optimasi dalam
pencarian informasi.
5. E-Business Analyst. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
menganalisa dan merancang proses bisnis organisasi secara elektronis dalam
rangka peningkatan kualitas layanan dan peningkatan efisiensi. Profesi ini
membutuhkan banyak pengetahuan dalam bidang arsitektur enterprise,
strategi, manajemen dan akuisisi Sistem Informasi, serta manajemen proyek
Teknologi Informasi.
6. ERP Specialist. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
penyesuaian paket software ERP terhadap proses bisnis organisasi. Sebuah
software ERP yang sudah dibeli belum tentu sesuai denagn proses bisnis
yang berlaku. Perlu beberapa penyesuaian dan modifikasi dan konfigurasi
dari paket ERP tersebut agar bisa sesuai dengan proses bisnis organisasi.
Profesi ini banyak membutuhkan pengetahuan di bidang proses bisnis umum
organisasi (SDM, Pemasaran, Logistik, Accounting dan Financial) serta
arsitektur enterprise.
7. IS/IT Auditor. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
melakukan audit terhadap proses teknologi informasi dan sistem informasi
organisasi. Profesi ini memastikan bahwa proses-proses TI dan SI organisasi
sudah mampu dalam mengamankan sumber daya TI, memelihara kebenaran
data, dan mampu menuju tujuan perusahaan secara efektif. Audit SI
memberikan evaluasi yang bersifat independen atas kebijakan, prosedur,
standar, pengukuran, dan praktik untuk menjaga/mencegah informasi
elektronik dari kehilangan, kerusakan, penelusuran yang tidak disengaja,
dsb. Profesi ini saat ini menjadi salah satu profesi yang menarik mengingat
saat ini SI dan TI menjadi salah satu elemen penting organisasi dan profesi
ini masih terbilang cukup baru di Indonesia.
8. IT Architect. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam merancang
arsitektur teknologi informasi organisasi. Perancangan ini meliputi
perancangan arsitektur aplikasi, data serta infrastruktur dan tentunya harus
selaras dengan arsitektur bisnis organisasi. Profesi ini akan bekerja dengan
menggunakan berbagai standar yang sudah dibuat, mulai dari kerangka
TOGAF, EAP, dsb. Posisi ini merupakan posisi yang strategis, mengingat ke
mana arah organisasi dan pengelolaan teknologi informasi akan bergantung
dari hasil rancangan mereka.
9. IT Asset Officer. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan aset teknologi informasi. Aset teknologi informasi yang dimiliki
oleh organisasi akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya
organisasi. Agar aset tersebut bisa dikelola dengan baik, dibutuhkan bantuan
dari seorang IT Asset Officer. Profesi ini banyak membutuhkan kemampuan
dalam hal infrastruktur dan audit serta kontrol teknologi informasi.
10.IT Consultant. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
memberikan konsultasi kepada organisasi terkait solusi-solusi TI. Profesi ini
menuntu kemampuan yang komprehensif dalam bidang Sistem
Informasi/Teknik Informatika mengingat beragamnya masalah teknologi
informasi yang dihadapi oleh organisasi. IT consultant harus memberikan
solusi yang terbaik dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
kemampuan keuangan organisasi. Profesi ini banyak membutuhkan
kemampuan di bidang arsitektur enterprise, strategi, manajemen dan akuisisi
SI, manajemen data dan informasi, manajemen proyek, manajemen bisnis
proses serta manajemen keamanan dan resiko teknologi informasi.
11.IT Operation Officer. Profesi ini bertanggung jawab dalam memastikan
operasi-operasi teknologi informasi berjalan tanpa adanya hambatan. Profesi
ini bertanggung jawab dalam mengelola keamanan dan resiko teknologi
informasi. Keamanan teknologi informasi bukan hanya dilakukan di level
jaringan dan aplikasi (misalnya melalui otentikasi), tetapi juga diatur melalui
kebijakan dan prosedur pengamanan data dan fisik infrastruktur (misalnya
siapa diberikan akses level apa). Resiko-resiko teknologi informasi juga
perlu dikelola, misalnya resiko dari bencana, agar bisnis tetap bisa berjalan
meskipun terjadi gangguan terjadi dalam sistem. Profesi ini membutuhkan
banyak pengetahuan di bidang infrastruktur, manajemen informasi dan data,
serta manajamen keamanan dan resiko teknologi informasi.
12.Network Administrator. Profesi ini bertanggung jawab dalam pengelolaan
jaringan teknologi informasi organisasi, termasuk LAN dan WAN. Network
administrator yang bertugas untuk memastikan bahwa jaringan berjalan
dengan baik, melakukan pengamanan jaringan, melakukan trouble shooting
bila ada kerusakan, dan melakukan monitoring terhadap kinerja dari jaringan
dalam memenuhi Service Level Agreement yang sudah ditetapkan. Profesi
ini membutuhkan kemampuan di bidang infrastruktur teknologi informasi
maupun manajemen keamanan dan resiko teknologi informasi.
13.Project Leader. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
memimpin pengelolaan proyek teknologi informasi. Project leader harus
memahami karakteristik proyek yang dipimpinnya agar proyek tersebut bisa
selesai tepat waktu dan mencapai tujuan yang diinginkan. Profesi ini harus
menguasai beberapa bidang antara lain: arsitektur enterprise, strategi,
manajemen dan akuisisi Sistem Informasi, analisis dan perancangan sistem
serta manajemen proyek teknologi informasi.
14.Web Content Specialist. Merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan dan mengelola isi dari sebuah web. Profesi ini
membutuhkan pengetahuan terkait analisis dan perancangan sistem,
manajemen proyek teknologi informasi, pengembangan aplikasi,
perancangan interface, serta pencarian informasi.

Lulusan di bidang Sistem Informasi juga harus mampu melaksanakan penelitian,


menyusun laporan penelitian secara ilmiah dan berprikir secara kritis, analitis dan
integral dalam mencari solusi sebuah permasalahan penelitian. Kemampuan
penelitian ini diharapkan bisa menjadi bekal untuk mereka yang ingin bekerja di
bidang penelitian dan pendidikan maupun bagi mereka yang ingin melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi.

BAB III
3.1 KESIMPULAN
1. Untuk mendefinisikan kondisi baseline propinsi di NTT dan
Indonesia.
2. Menginformasikan tantangan dan kendala perkembangan talenta
digital.
3. Mendefinisikan peluang tenaga kerja dibidang TIK khususnya
Sistem Informasi.

3.2 Daftar pustaka


https://www.wantiknas.go.id mempersiapkan talenta digital
diindonesia.
https://bakrie.ac.id tantangan dan peluang dalam perkembangan
teknologi dan bisnis teknologi komputer TIK

Anda mungkin juga menyukai