YUDHIS FAJRI
1901041012
KRONOLOGI KASUS
Archandra Tahar adalah salah seorang pejabat tinggi negara yang dilantik
dengan jabatan Menteri ESDM pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo.
Archandra dilantik menjadi Menteri ESDM pada 27 Juli 2016. Kurang dari sebulan
setelah itu, muncul dugaan bahwa Archandra memiliki kewarganegaraan
ganda. Hal itu terbukti dengan kepemilikan paspor Amerika Serikat. Sebelum
menjadi menteri, Archandra memang menempuh pendidikan dan bekerja di
Amerika Serikat. Akan tetapi, beliau lahir dan besar di Indonesia. Seperti yang
kita tahu, hukum Indonesia tidak mengakui kewarganegaraan ganda untuk
warga negara di atas 18 tahun dengan kondisi apapun.
Kasus kewarganegaraan ganda tersebut membuat Archandra diberhentikan
secara terhormat dari jabatannya sebagai menteri ESDM pada 15 Agustus 2016.
Selain itu, ia juga terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Akan tetapi,
sebelum dilantik menjadi menteri ternyata beliau telah mengajukan permohonan
kehilangan kewarganegaraan pada Kedutaan Besar Amerika Serikat di
Indonesia. Permohonan tersebut disetujui tepat setelah jabatannya sebagai
menteri dilepaskan. Meskipun begitu, beliau berhasil mempertahankan
kewarganegaraan Indonesia nya.
TA N G G A PA N S AYA T E R H A D A P K A S U S
Hak atas status kewarganegaraan mengandung makna tidak hanya hak untuk memperoleh
status kewarganegaraan, tetapi juga termasuk hak untuk merubah serta hak untuk
mempertahankan status kewarganegaraan. UUD NRI Tahun 1945 tidak secara eksplisit menjamin
apakah seseorang berhak atas satu atau dua status kewarganegaraan. Bagi UUD NRI Tahun 1945,
yang penting adalah bahwa tidak boleh adanya keadaan seseorang tanpa kewarganegaraan
karena UUD NRI Tahun 1945 sudah memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan.
Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya kewarganegaraan ganda , UUD NRI
Tahun 1945 tidak mengharuskan dan tidak juga melarang. Dalam hal ini, kebijakan
lebih lanjut diberikan kepada pembentuk undang- undang untuk mengaturnya
sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, yaitu bahwa “Hal-
hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang”.