Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

KONDISI KAWASAN KOTA TUA AMPENAN

1.1

Dasar

Kecamatan Ampenan, bagian dari Kota Mataram, terletak di wilayah paling barat yang berbatasan dengan Selat Lombok. Secara
astronomi Kecamatan Ampenan terletak antara 8.10 dan 9.5 Lintang Selatan dan 115.460 dan 119.50 Bujur Timur. Luas wilayah
Kecamatan Ampenan adalah 9,46 km2 atau 945,29 hektar, dan terbagi dalam 10 kelurahan. Empat di antaranya merupakan daerah
pantai (pesisir).
Batas-batas administrasi Kecamatan Ampenan sebagai berikut: Kecamatan Sekarbela di sebelah selatan, Selat Lombok di sebelah
barat, Kecamatan Gunungsari di sebelah utara, dan Kecamatan Selaparang di sebelah timur

Bentang alam. Kecamatan Ampenan mempunyai kondisi bentang alam/ morfologi dalam ka-tegori yang relatif datar dengan
kelerengan pada rentang 0 8%. Hal ini terlihat dari perbeda-an ketinggian pada titik tertentu yang tidak terlalu mencolok. Kawasan
relatif datar dengan ke-miringan (0 2%) mencakup area seluas 730 hektar, sedangkan kawasan dengan topografi bergelombang
dengan kemiringan (2 15%) seluas 216 hektar. Rata-rata ketinggian permuka-an tanah di Kecamatan Ampenan yaitu 0 14 dpl.
Hidrologi. Sumber daya air di Kecamatan Ampenan terdiri dari air permukaan (sungai) dan air tanah. Potensi air tanah yang dimiliki
Kecamatan Ampenan (aquifer) yang baik, kondisi ini ter-cermin pada bagian wilayah kota memiliki kedalaman air tanah antara 5-7
meter, selain itu di Kecamatan Ampenan juga dilalui oleh Sungai Jangkok yang berhulu di lereng sebelah barat G. Rinjani. Panjang
aliran sungainya 86 km dengan kedalaman rata-rata 3,30 meter dan luas daerah pengaliran sungai (DPS) 226 km2. Kondisi kecepatan
alirannya cukup deras
Geologi. Satuan batuan yang tersingkap di Kota Mataram tediri dari batuan sedimen dan batuan terobosan yang umumnya berkisar
dari tersier sampai kuarter. Satuan batuan tertentu adalah formasi Pengulung (Tomp) yang tersusun oleh hasil endapan hasil kegiatan
gunung api yang terdiri dari atas breksi, lava, tuva dengan lensa batu gamping yang mengandung biji sulfide dengan urat kwarsa.
Dataran rendah sebagian besar terdapat di Kota Mataram yaitu di bagian barat dan pantai utara-timur laut Pulau Lombok salah satunya
Kecamatan Ampenan yang ditempati oleh alluvium, batuan gunung api formasi lekopiko dan formasi Kalibabak. Daerah tersebut
sebagian besar digunakan untuk pertanian dan permukiman.

1.2

Sejarah dan Morfologi Kota Ampenan

1.2.1 Sejarah Lombok


Ampenan pernah menjadi pelabuhan penting Pulau Lombok untuk jangka waktu panjang, sehingga sejarah Lombok tak terlepas dari
pasang surut kota tersebut. Keberadaan dan peran Ampenan sebagai simpul lalu lintas: pelabuhan dan persinggahan dapat terbaca
pada zaman kerajaan Majapahit, bahkan sebelumnya ketika sudah terjadi lalu lintas pelayaran Nusantara atau lebih luas di kawasan
Kep. Sunda Kecil. Sebagai kota pelabuhan penting, Ampenan mulai terdeteksi sejak paruh kedua abad ke-17 ketika lalu lintas Bali
Lombok menjadi ramai oleh perdagangan rempah-rempah
Dalam konteks kajian ini sejarah Lombok terbagi atas sembilan babak, yaitu:
Babak Kerajaan Hindu dan sebelumnya s.d. abad XIII
Babak Hegemoni Kerajaan Majapahit abad XIV s.d. akhir abad XV, yaitu keruntuhan kerajaan Majapahit.
Babak berkembangnya kerajaan setempat dimulai dengan pendaratan ekspedisi Magelhaens sampai dengan kedatangan
VOC
Babak VOC dengan politik dagangnya dan konflik-konflik internal kerajaan abad XVII XVIII.
Babak Pemerintah Kolonial abad XIX
Babak Pengembangan Pelabuhan Ampenan Tahun 1895 1942
Babak Pendudukan Jepang Tahun 1942 1945
Babak Kembalinya Kota Pelabuhan Tahun 1945 1977 dari masa masa kemerdekaan dan penyerahan kedaulatan s.d. ketika
dipindahkan kegiatannya ke Lembar.
Babak Penurunan Tahun 1977 hingga kini.

Gambar 1.1

Keletakan Kecamatan Ampenan di Kota Mataram

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1-1

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1-2

http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-baratntb/

TIME LINE SEJARAH LOMBOK


ABAD IX-XI

Berdasarkan prasasti Tong-Tong yang ditemukan di Pujungan, Bali.


Suku Sasak sudah menghuni Pulau Lombok.
Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau
penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut
Pulau Lombok dengan Gumi Sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau
tempat bermukimnya orang Sasak.

1478

http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

1522

Era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang


Hindu, dan Bayan.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

BAGIAN MAJAPAHIT
ABAD XIV - XV
1336

John Crawfurd, F.R.S; A Descriptive Dictionary Of The Indian Islands &


Adjacent Countries); London;1856.

Sumpah Palapa Gajah Mada:


Sira Gajah madapatih amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah
mada: Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring
Gurun, ring Seran, Tajung pura, ring Haru, ring Pahang , Dompo, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa
(Bagian ke-IX Kitab Pararaton)

Koleksi: Columbia University in The City of New York Library.

KERAJAANKERAJAAN DI
LOMBOK
ABAD XVI

http://menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012/04/teks-naskah-pararatonbagian-ix-27-28.html

1343

1352

Masuknya ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nala. Mpu Nala ini
dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk
mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri
perkembangan daerah taklukannya.

1618

Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali.

1624

Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar


Gelgel tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan
perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining.
Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian
kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan
kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama,
karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.

Petikan pupuh 14:


4) muwah tan i gurun sanusa manaran ri lombok mirah, lawan tikan i
saksak adinikalun / kahajyan kabeh, muwah tanah i banatayan pramukha
banatayan len / luwuk, tken uda makatrayadinikana sanusapupul.
Terjemahan:

http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

1640

Kerajaan Karangasem, Bali, yang sejak lama mengincar pulau Lombok,


baru berhasil menguasainya pada tahun 1470 setelah kerajaan ini
melakukan persekutuan dengan Arya Banjar Getas. Sejak saat itu pengaruh
Bali kembali mewarnai kehidupan sosial, politik dan budaya suku bangsa
Sasak.

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

Gowa menaklukkan Selaparang.


http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-baratntb/

http://sabdadewi.wordpress.com/lontar-negarakertagama/

1470

Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di


nusantara. Imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur
perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa
di Sulawesi.
Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah
jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan
dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang.

Mpu Prapanca menulis Negarakertagama

4) Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah, Dengan


daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya, Bantayan di wilayah
Bantayan beserta Kota Luwuk, sampai Udamakatraya dan pulau lainlainnya tunduk

Tahun 1618 dan 1640 Sumbawa dan Selaparang ditaklukkan oleh Goa
yang kemudian mengembangkan pengaruhnya dengan perkawinan
perkawinan antara raja raja kedua belah pihak. Akibat perang yang
berkepanjangan dan gangguan dari Kerajaan Gelgel-Bali Hasanudin Raja
Goa berhasil dikalahkan VOC. Pengikut-pengikut setia Hasanudin
melanjutkan perjuangan sebagai Bajak Laut mengganggu armada dagang
VOC dengan pesisir-pesisir Lombok dan Sumbawa sebagai basisnya.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

1365

Kerajaan Goa dalam usahanya untuk menghalangi VOC menguasai jalur


perdagangan di utara melakukannya dengan cara menduduki Sumbawa
dan Selaparang.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

Kerajaan Lombok mengalami kehancuran akibat serangan tentara


Majapahit.

Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil:Parwa


dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit,
Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan
desa tsb takluk di bawah Majapahit

http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

POLITIK VOC DAN


KONFLIK INTERNAL
ABAD XVII -XVIII

Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu:


Bayan(barat), Selaparang (Timur), Langko (tengah), Pejanggik (selatan).

Kerajaan Majapahit runtuh dan Kerajaan Lombok berkembang menjadi


Kerajaan yang maju, pusat persinggahan pelaut-pelaut nusantara yang
berlayar dari timur ke barat terutama pelaut sulawesi.
Era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik.

http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

1357

(pg. 219)
The name of Lomboc, or as he writes it, Lomboch, is mentioned by
Pigafetta, in 1522, or withing eleven years of the first appearance of
Europeans in the waters of the Malay Archipelago. He had not seen it, and
simply enumerates with other island, such as Ende or Flores, Bouton,
Sumbawa, and Jawa Minor, or Bali, and evidently from the information of
the native pilot who accompanied the companions of Magelan from the
Moluccas.

http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

ABAD XIII

Perkiraan awal waktu runtuhnya Majapahit.

1667

VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk


menandatangani perjanjian yang terkenal dengan perjanjian Bongaya.
Akibat dari perjanjian itu adalah mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan
yang ada di bawah kekuasaannya.
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-barat1-3

ntb/

1672

1839

Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan


sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat
menyusul di Lombok Barat. Semula berdasarkan informasi awal yang
diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan
Pejanggik. Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah
menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat
ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, sebab sudah dalam keadaan sangat
lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur dan
rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.

Port Regulation for Ampanan Bay (From The Singapore Free Press),
pertanda
pentingnya
pelabuhan
Ampenan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat

ABAD XVIII

Karena konflik keluarga berbau asmara Arya Banjar Getas dibantu Kerajaan
Karangasem melakukan pemberontakan terhadap Pejanggik dan
Selaparang,
Tahun 1740 seluruh Lombok telah dapat ditaklukkan kemudian kekuasaan
dibagi dua yaitu sebelah Barat dimiliki Karangasem dan sebelah Timur
dimiliki Banjar Getas dengan Praya sebagai ibu kota. Keturunan terakhir
Banjar Getas bergelar Raden Wiratmaja dimana pada masa
pemerintahannya wilayah kerajaannya banyak diambil oleh Kerajaan
Karangasem.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

1740

Ekspansi oleh Kerajaan Bali pasukan (gabungan kerajaan Karang Asem,


Bali, dan Banjar Getas) di bagian barat pulau Lombok (Berakhirnya Masa
Kejayaan Selaparang-Islam)
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/

POLITIK PEMERINTAH
KOLONIAL
1804

Setelah VOC dibubarkan pada akhir tahun 1799 kendali pemerintahan


dilanjutkan oleh Kerajaan Belanda.
Wihara Bodhi Dharma Ampenan berdiri sejak 1804.
http://lombok.panduanwisata.com/wisata-sejarah/menengok-sejarah-masasilam-lombok-di-kawasan-ampenan-kuno/

1836

...The large and deep bay of AMPANNAN, or APPENAM, situated on the


Lombock side the strait, nearly opposite the road of Carang Assem, Formed
by Tanjong Rumbeeah to the northward. Is 3 or 4 miles deep, and of
considerable extent. His Majestys ship Psyche, thouched here, August 3rd,
1811, for which place, Mr. George Dawson, an officer of that ship, gives
following direction.
On the south side of high remarkable bluff cape, terminating to nort and
east-ward asmall sugar-loaf peaked hill, are situated the villages
Sangeegee, Ampannan, and Tanjong Carrang, fronting affine level country,
with many small rivers, and abounding with provisions of every kind
James Horsburgh; India Directory, Or, Directions for Sailing to and from the
East Indies, China, Australia, Cape of Good Hope, Brazil, and the
Interjacent Ports; London; 1836

1838

Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah


Karangasem di Bali.

The Sydney Herald (NSW: 1831 - 1842), Wednesday 4 December 1839,


page 2

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)

Koleksi: National Library of Australia

the island of Bali, or Bally, contain several port, from which upward of 50
prahus annualy arrives here: The principal of these are Baliling, Bali
Badong, Sasak, Saliparang, and Ampanan; They bring rice, oil, hides,
tobacco, sarongs, wax,birds nests, and biche de mer. In this trade, we
believe, the Bugis are likewise the principal cariiers.

1843

Raja Mataram menaklukan Kerajaan Kahuripan. Ibu Kota kerajaan


dipusatkan di Cakranegara dan istana rajanya dikenal dengan Ukir Kawi.
Raja Mataram selain terkenal sebagai raja yang kaya raya juga terkenal
sebagai raja ahli Tata Ruang Kota.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

John Ramsay M'Culloch; A dictionary, practical, theoretical, and historical,


of commerce and commercial navigation; Londo; 1838

Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.


http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)

1856

(pg. 220)
The natives of Lomboc, who call themselves Sasak, are a distinct people

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1-4

from the Javaneese and Balinese, speaking a language essentially different


from those of these two people, although containing many words in common
with them. It is written in the Javanese character, on plam leaves.

The great staples of the trade of Lombock as well as of Bali are rice and
coffee; the former grown on the plains, the latter on the hills. The rice is
exported very largely to other islands of the Archipelago, to Singapore, and
even to China, and there are generally one or more vessels loading in the
port. It is brought into Ampanam on pack-horses, and almost everyday a
string of these would come into Mr. Carters yard. The only money the
natives will take for their rice is Chinese copper cash, twelve hundred of
which go to a dollar. Every morning two large sacks of this money had to be
counted out into convenient sums for payment.

The entire population has been estimated at about 400.000, in the following
proporsion of nationalities, namely, -- Sasaks, 380.000; Balinese, 20.000;
and natives of Celebes, 5.000. To this may be added four or five Europeans,
and a very small number of Chinese.
(pg. 221)

HAVING made a very fine and interesting collection of the birds of


Labuan Tring, I took leave of my kind host, Inchi Daud, and returned to
Ampanam to await an opportunity to reach Macassar. As no vessel had
arrived bound for that port, I determined to make an excursion into the
interior of the island, accompanied by Mr. Ross, an Englishman born in the
Keeling Islands, and now employed by the Dutch Government to settle the
affairs of a missionary who had unfortunately become bankrupt here. Mr.
Carter kindly lent me a horse, and Mr. Ross took his native groom.

The chief place of trade is Ampanan, on the western coast, and shore of
the strait which divides Lomboc from Bali, although but an open road.
Labuhan Tring (probably Labuhan-pring, "bamboo harbour"), on the same
coast, is a land-locked harbour, and secure against all winds, but cannot be
used, except occasionally as a port of refuge, on account of its insalubrity, a
quality which within the tropics belongs to most harbours of the same
nature. The town of Ampanan consists of four different quarters, or
kampungs, called after their respective inhabitants, the Sasaks, the
Balinese, the Bugis, and the Malays. Shipping obtain at it, in abundance and
cheapness, wood and water, with refreshments, consisting of oxen, hogs,
poultry, rice, farinaceous roots, and excellent fruits. Whalers, and other
European and American shipping repair to it for this purpose.

Our route for some distance lay along a perfectly level country bearing
ample crops of rice. The road was straight and generally bordered with lofty
trees forming a due avenue. It was at first sandy, afterwards grassy, with
occasional streams and mudholes. At a distance about four miles we
reached Mataram, the capital of the island and the residence of the Rajah. It
is a large village with wide streets bordered by a magnificent avenue of
trees, and low houses concealed behind mud walls. Within this royal city no
native of the lower orders is allowed to ride, and our attendant, a Javanese,
was obliged to dismount and lead his horse while we rode slowly through.
The abodes of the Rajah and of the High Priest are distinguished by pillars
of red brick constructed with much taste; but the palace itself seemed to
differ but little from the ordinary houses of the country. Beyond Mataram and
close to it is Karangassam, the ancient residence of the native or Sassak
Rajahs before the conquest of the island by the Balinese.

(pg. 272)
MATARAM. The same word as the last, and most likely borrowed from it, is
the name of a place in the island of Lomboc. It is at present its chief town,
and is situated on the western side of the island, or that which is opposite to
Bali, three miles inland from the port of Ampanan. A well constructed road,
being an avenue of fig trees, leads to it. The town consists of streets running
regularly at right angles
to each other, the two palaces of the Raja being in the centre. The houses
consist of mud walls, thatched with the lalang grass or palmetto leaf, and the
town is surrounded by a quickset hedge of bamboo, and a barricade after
the manner of chevauxde- frise. The population consists for the most part of
Balinese, the dominant nation but no account is given of its amount.

http://ebooks.adelaide.edu.au/w/wallace/alfred_russel/malay

1882

John Crawfurd, F.R.S; A Descriptive Dictionary Of The Indian Islands &


Adjacent Countries; London;1856.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)

Koleksi: Columbia University in The City of New York Library.

1856

Catatan perjalanan Alfred Rusell Wallace

JUN

(The Malay Archipelago):

1883

The bay or roadstead of Ampanam is extensive, and being at this season


sheltered from the prevalent southeasterly winds, was as smooth as a lake.
The beach of black volcanic sand is very steep, and there is at all times, a
heavy surf upon it, which during spring-tides increases to such an extent
that it is often impossible for boats to land, and many serious accidents have
occurred. Where we lay anchored, about a quarter of a mile from the shore,
not the slightest swell was perceptible, but on approaching nearer
undulations began, which rapidly increased, so as to form rollers which
toppled over onto the beach at regular intervals with a noise like thunder.
Sometimes this surf increases suddenly during perfect calms to as great a
force and fury as when a gale of wind is blowing, beating to pieces all boats
that may not have been hauled sufficiently high upon the beach, and
carrying away uncautious natives. This violent surf is probably in some way
dependent upon the swell of the great southern ocean and the violent
currents that flow through the Straits of Lombock. These are so uncertain
that vessels preparing to anchor in the bay are sometimes suddenly swept
away into the straits, and are not able to get back again for a fortnight
(chapter11)
RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

Peta Lombok 1883


Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps.
http://www.kit.nl/kit/maps

(chapter10)
Leaving Bileling, a pleasant sail of two days brought us to Ampanam in
the island of Lombock, where I proposed to remain till I could obtain a
passage to Macassar. We enjoyed superb views of the twin volcanoes of
Bali and Lombock.

Hindia Belanda menguasai Karangasem dan Gianyar di Bali. Bali dan


Lombok menjadi sebuah Karesidenan; raja-raja di Bali selatan tidak senang
dengan hal ini, namun tetap berperang di antara mereka sendiri.

1894

Campur tangan terakhir Belanda di Lombok berhasil; para bangsawan


melakukan puputan; Karangasem menjadi wilayah yang tergantung pada
Belanda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)

1894

Ekspedisi Belanda pimpinan Jenderal JA Vetter tiba di pelabuhan Ampenan.

JUL

http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
The blockade did not suffice, and the Dutch demand for Mataram's
submission was rejected.In July 1894 the Dutch chose to send a military
expedition to topple the Mataram ruler.Three ships were sent from Batavia,
the Prins Hendrik, the Koningin Emma and the Tromp, transporting 107
officer, 1,320 European soldiers, 948 indegineous soldiers and 386 horses.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangase
m

1894
AG

Ribuan pasukan mataram melakukan penyergapan terhadap tentara


Belanda pertempuran hebat terjadi, tentara Belanda dihancurkan
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
From August 1894, the Balinese chose to resist the Dutch military presence.
They attacked the 900-strong Dutch military camp by surprise at night at
Mayura Palace in Cakranegara on 25 August 1894, and killed more than
500 soldiers, sailors and coolies.Included among the dead was General
1-5

P.P.H. van Ham, Commander of the expedition.The Dutch retreated and


entrenched themselves in fortifications on the coast.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangase
m

1894
SEP

Belanda dibantu gabungan pasukan kerajaan-kerajaan sasak melakukan


serangan terhadap Mataram dari segala jurusan dan berhasil
membumihanguskan kota tersebut. Akhirnya setelah sempat melarikan diri
ke Sesari A. A. Gde Ngurah Karangasem menyerahkan diri setelah perang
yang menimbulkan korban ribuan jiwa.

(sekarang termasuk wilayah Sekotong).


http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etniskultur.html

MASA KEMERDEKAAN
DAN KOTA
PELABUHAN
1950

http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

1894
NOV

November 1894, the Dutch had annihilated the Balinese positions, with
thousands of dead, and the Balinese surrendered or committed puputan
ritual suicide.
Lombok and Karangasem became part of the Dutch East Indies, and were
administered from Bali.Gusti Gede Jelantik was appointed as Dutch regent
in 1894, and ruled until 1902.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangase
m

PENGUKUHAN
STATUS ADM.
AMPENAN DAN
PENGEMBANGAN
PELABUHAN
1895

KOTA AMPENAN dijadikan sebagai kota Afdeeling Lombok dengan


berdasarkan staatblad No. 181/1895 tanggal 31 Agustus 1895 bahwa Pulau
Lombok ditempatkan langsung dengan pemerintahan HindiaBelanda
sebagai bagian dari karesidenan Bali dan Lombok dan dibagi menjadi
wilayah/kompleks kecil seperti kompleks Pelabuhan, Perkantoran, komplek
perdagangan, kompleks pemukiman dengan berdasarkan etnis masingmasing.
Adanya pmindahan ibu kota pemerintahan dari Kota Ampenan ke Kota
Mataram oleh Belanda, berarti kantor pemerintahan Asisten Keresidenan
dan perumahan ikut juga pemindahan, sedangkan Kota Ampenan dijadikan
sebagai kota pelabuhan sekaligus sebagai pusat kota perdagangan.

http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etniskultur.html

1958

http://www.kit.nl/kit/maps

1898
AG

1969

1977

Pelabuhan Pantai Ampenan dipindah lokasinya ke daerah Lembar


berdasarkan SK. MENHUB RI. KM. 77/LL305/PHB-77 tanggal 13 Oktober
1977.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/

1978

KOTIF Mataram terbentuk yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah


Nomor: 21 Tahun 1978 tentang pembentukan Kota Kota Administratif
(KOTIF) Mataram, Implikasi dari PP tersebut terjadi perubahan sebutan
Desa menjadi Kelurahan, dan H. Lalu Mudjitahid dilantik oleh Gubernur
KDH TK I NTB (H.R. Wasita Kusumah) sebagai Walikota Kota Administratif
Mataram yang pertama.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

1979

Lombok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; Lombok Barat yang terbagi dua
distrik-distrik Sasak dan distrik Bali, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
Peta Lombok 1908 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).

1993

Pemerintah Kolonial Belanda membangun Pelabuhan Ampenan.


http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Jalan-Jalan/Kota-TuaAmpenan

1926

Peta Lombok 1926 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).


http://www.kit.nl/kit/maps

PENDUDUKAN
JEPANG
1942

Berdasarkan KM. 13/LL305/PHB-79 tanggal 11 Januari 1979 ditetapkan


pengalihan kegiatan kepelabuhanan dari Pelabuhan Ampenan ke
Pelabuhan Lembar, maka sejak itu telah diadakan pengalihan kegiatan
kepelabuhanan dari Ampenan ke Lembar hingga sekarang.
http://kmk312kamel.wordpress.com/fasilitas/pelabuhan-laut/

http://www.kit.nl/kit/maps

1924

SK Gubernur Kepala Daerah Propinsi NTB Nomor: 156/Pem.7/2/266,


tanggal 30 Mei 1969 tentang Penambahan 1 (satu) Kecamatan Mataram
yang wilayahnya berasal dari desa-desa yang ada di wilayah kecamatan
Ampenan dan Kecamatan Cakranegara.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/

1908

Undang-Undang Nomor: 64 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali,


NTB dan NTT serta Daerah Tingkat II yang diundangkan pada tanggal 11
Agustus 1958.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etniskultur.html
Peta Lombok 1895 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).

Perkembangan Kota Ampenan telah nampak dengan adanya


pembangunan pertokoan-pertokoan, jalan-jalan, serta gang-gang yang
telah tertata rapi menjadi sanitasi yang indah serta pembangunan pabrikpabrik pengolahan hasil bumi seperti; pabrik kecap, beras, minyak goreng
dan lain-lain yang menjadi kebutuhan pasar oleh konsumen di sekitar
kampung Telaga Mas.

Kota Madya Mataram berdasarkan Undang-Undang Nomor:4 Tahun 1993,


wilayahnya terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan,
Kecamatan Mataram dan Kecamatan Cakranegara dengan 23 Kelurahan
dan 247 lingkungan.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

1999

Ditetapkannya Undang-UNdang Nomor: 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah, maka terjadi pula perubahan sebutan Kotamadya
Daerah Tingkat II Mataram menjadi Kota Mataram.
http://mataramkota.go.id/detail-75-sejarah-terbentuknya-kota-mataram.html

Tanggal 8 Mei 1942 Angkatan Laut Jepang mendarat melalui pelabuhan


Ampenan dengan menggantikan kedudukan Belanda.
... Sejak masa pemerintahan Jepang kota Ampenan sepi kembali karena
sistem pemerintahan lebih berorientasi ke Militerisme. Pusat perdagangan
kota Ampenan tidak lagi menjadi ramai, toko-toko kosong, gang-gang yang
dekat dengan kepentingan Jepang diperlebar secara paksa.
Pada jaman pendudukan Jepang kegiatan perdagangan di Kota Ampenan
sempat terhenti karena waktu itu Jepang merasa terdesak dari ancaman
sekutu, maka Jepang memusatkan perhatian pada latihan Militer terhadap
pemuda-pemuda berasal dari Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok
Barat untuk dipekerjakan sebagai pekerja pembuatan jalan-jalan untuk
mempercepat proses hubungan Jepang dari daerah yang satu ke daerah
yang lain serta pembuatan benteng-benteng pertahanan di Bangko-Bangko

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1-6

1.2.2 Morfologi
Bentuk Kota Ampenan yang terlacak adalah sejak tahun 1895, ketika

1895

1926

Setelah selesai perang Puputan,


maka Lombok sepenuhnya
dikuasai langsung oleh
pemerintah Kolonial. Ampenan
sudah menjadi kota pelabuhan
yang ramai, dan telah menjadi
tempat kedudukan
pemerintahan.
Seluruh Lombok menjadi bagian
dari Karesidenan Bali-Lombok
dan ibu kota dipindahkan ke
Mataram.

Lebih rinci bentuk Kota


Ampenan yang kompak,
bertumbuh sepanjang jalur
transportasi memancar dari
pusatnya.
Bentuk ini yang masih terbaca
hingga kini, kecuali bahwa
bangunan sudah banyak
dibongkar atau tak dimanfaatkan
secara optimal.

1.3 Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Ampenan pada tahun 2011 adalah 79.367 jiwa yang ter-diri dari 40.092 laki-laki dan 39.275 perempuan. Hal
tersebut berarti 51% penduduk Ampenan berjenis kelamin laki-laki sedangkan sisanya sebesar 49% berjenis kelamin perempuan.

1896
Ampenan kota pelabuhan yang
ramai, disinggahi kapal-kapal,
terutama pengangkut hasil bumi,
termasuk juga rempah-rempah
dari Maluku.
Benteng Kapitan sudah ada, di
samping kantor Kepala Distrik.
Perkampungn masih sedikit dan
ada di Kp. Melayu kini.

1908
Pelabuhan semakin berkembang
dan mercu suar dibangun utk
kelengkapan.
Ampenan sudah menjadi Kota
Pelabuhan dan urusan
administrasi kepemerintahan
pindah ke Mataram.
Kawasan pelabuhan semakin
luas.
Permukiman sudah meluas ,
utara Jalan Raya sampai ke
perkampungan Bugis dan Arab
kini, dan ke timur bertumbuh
pula.

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1926
Perkampungan di pusat kota
semakin padat; tumbuh sebaran
di luar pusat.
Kegiatan perdagangan semakin
bertumbuh di sepanjang Jalan
Raya Ampenan hingga ke
seberang Kali Jongkok.
Kawasan pasar kota kini
dipenuhi kegiatan perdagangan.
Pelabuhan dikembangkan betul
pada 1924. Peningkatan tsb
dapat dipastikan diikuti dg
pembangunan gedung-gedung
baru utk bank, pabean, gudang,
dsb

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Ampenan Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kelurahan

Laki - laki
Perempuan
Bintaro
3746
3762
Ampenan utara
3285
3326
Dayan Peken
4462
4652
Ampenan Tengah
4924
4930
Banjar
3331
3340
Ampenan Selatan
4074
3933
Taman Sari
4303
4089
Pejeruk
4548
4507
Kebon Sari
4545
3835
Pejarakan Karya
2874
2901
Jumlah
40.092
39.275
Sumber: Kecamatan Ampenan dalam Angka, Tahun 2012

Jumlah
7508
6611
9115
9854
6671
8007
8391
9055
8391
5775
79.367

Dengan wilayah seluas 9,46 km2, kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 8.390 jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi di Kecamatan Ampenan adalah Kelu-rahan Dayan Peken dengan kepadatan sebesar 16.920 jiwa/km2.

1-7

Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk Kecamatan Ampenan Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kelurahan
Bintaro
Ampenan utara
Dayan Peken
Ampenan Tengah
Banjar
Ampenan Selatan
Taman Sari
Pejeruk
Kebon Sari
Pejarakan Karya
Jumlah

Penduduk
(jiwa)
7508
6611
9115
9854
6671
8007
8391
9055
8380
5775
79367

Secara skematik dapat digambarkan Kota Tua Ampenan sebagai berikut.

Luas Area
(km2)
0.82
2.49
0.54
0.59
0.41
0.84
1.61
0.85
0.58
0.74
9.46

Kepadatan
(jiwa / km2)
9182
2651
16920
16702
16125
9541
5221
10711
14569
7810
8390

Gambar 1.2
Struktur Kota Tua Ampenan

1
2

Sumber: Kecamatan Ampenan dalam Angka, Tahun 2012

1.4 Kondisi Kini


1.4.1 Struktur
Kota Ampenan tua adalah kota kosmopolitan yang ramai sampai dengan tahun 1970-an ketika Pemerintah memutuskan untuk
memindahkan pelabuhan ke Lembar. Berperan penting pada abad ke-19, Ampenan dikembangkan oleh pemerintah Kolonial pada tahun
1924 dan selanjutnya menjadi lebih besar, meskipun sempat dihentikan pengoperasiannya sepanjang masa pendudukan Jepang.
Kota Ampenan tumbuh dan ditumbuhkan di sepanjang jalan utama yang menghubungkan pelabuhan dengan Mataram, terus ke
Cakranegara. Sumbu timur-barat tersebut membelok ke arah barat laut menyilang Sungai Jangkok yang bermuara di selatan pelabuhan.
Kawasan di sebelah utara Kali Jangkok semula mempunyai simpul utama atau inti kegiatan, yaitu pelabuhan Ampenan dengan jalan raya
utama Jl. Pabean yang nenbentuk loop bersama dengan Jl. Niaga II I. Secara fungsional, kawasan pelabuhan dikalungi kawasan
pergudangan, dan jalan raya penghubung berkembang menjadi jalur perdagangan utama. Permukiman kawasan utara Kali Jangkok
merupakan mozaik yang tersusun atas, secara berturut-turut searah jarum jam dari kuadran utara-barat, Kampung Bugis, Kampung Arab,
Pecinan, dan Kampung Melayu. Suku Bugis dan Banjar adalah perantau yang telah menghuni kira-kira pada abad XVIII. Sebagian besar
etnis Cina adalah pendatang dan pemukim yang oleh Belanda kala itu didatangkan sebagai tenaga kerja murah.
Kawasan di sebelah selatan Kali Jangkok menampilkan dua lapis kota yang berbeda zaman, yaitu lapis permukiman yang lebih lama di
pesisir, dan lapis kota Modern yang sebagian dibangun di atas kawasan benteng yang pernah ada di sebelah barat daya jalan raya. Lapis
tua merupakan Kampung Banjar, dan lapis kota Modern yang terdiri atas kompleks AL yang membentuk entitas sendiri, dan di seberangnya
bagian lebih baru yang dibangun pada awal abad XX. Pada bagian kota Modern terlihat pengaruh oleh konsep kota taman. Taman
berbentuk segi tiga dikembangkan sebagai pengikat kedua compound.

Struktur ruang Kota Tua Ampenan dibentuk


oleh jaringan pergerakan penduduk secara
lokal dan regional, pemusatan kegiatan, dan
pemanfaatan ruang.
Jaringan pergerakan dibentuk oleh arteri
primer: Jl..Niaga dan Jl..Jos Sudarso (d.h.
Pabean) sebagai jalan raya (mainstreet) di
Kecamatan Ampenan, dan Jl. Saleh Sungkar.
Sistem jaringan pergerakan tersebut memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
satu kesatuan kawasan pusat pelayanan. Hal
ini ditandai dengan perkembangan fisik
kawasan, intensitas penggunaan lahan dan
skala pelayanannya serta kedekatan antar
pusat kegiatan.
Bentuk kota pada awalnya linear dibentuk oleh
jalan raya menuju ke pelabuhan, dan kemudian
pada paruh pertama abad ke-20 berkembang
pula mengikuti jalan utara-selatan (Jl. Saleh
Sungkar). Di sinilah terbentuk simpang lima.
Permukiman kini memadat mengikuti tiga
komponen yang sangat berpengaruh pada
kawasan ini,
Jalan Raya (Mainstreet) atau koridor jalan
utama mempunya simpul-simpul Pelabuhan,
Perlimaan, dan Stanplat
Kali Jangkok, jalur nelayan keluar masuk dari
laut ke Kota membawa dampak yang cukup
luas terhadap perkembangan permukiman yang
berada di sekitar muara.
Jalan Saleh Sungkar, penghubung ke arah
Senggigi.

Pemindahan pelabuhan mengakibatkan Ampenan seketika menyebabkan penurunan perekonomian dan terancam menjadi Kota Tua yang
mati.
Keragaman budaya tercermin pada lingkungan binaan di jalan utama, Jl. Jos Sudarso berupa ruko (rumah toko). Dengan bangunan
bergaya arsitektural kolonial, dan tata kota berpola grid. Dalam perkembangannya, ciri khas ini mulai pudar karena pembangunan yang
tidak terkendali.

Kp. Bugis
Kp. Arab
Kp. Melayu

Kp. Banjar

Peta lama (perlihatkan peta dg mozaik etnik)


RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

Pecinan

1.4.2 Pola
Pada tahun 1980 kawasan terbangun masih di sekitar pusat-pusat Ampenan, tetapi kemudian bertumbuh ke luar mengikuti jalur-jalur
utama sampai ke pinggir kota. Pusat kota menjadi semakin padat, dan di sisi lain banyak gudang-gudang yang tidak dimanfaatkan lagi
secara optimal.
Pemanfaatan lahan di kawasan ini didominasi oleh permukiman terutama pada wilayah yang terletak menjorok ke dalam dari jalan kolektor
primer. Pada area yang terletak di pinggir jalan kolektor primer sebagian besar didominasi perdagangan dan jasa. Selain perdagangan jasa
terdapat pula industri besar seperti Pabrik Kecap Ampenan, Pertamina dan pergudangan.

Peta kini (petaku nanti tak potret)


1-8

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1-9

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1 - 10

1.4.3 Simpul kegiatan dan kondisinya


Terdapat tiga simpul kegiatan di sepanjang Jalan Raya Ampenan, yaitu eks-Pelabuhan Ampenan, Niaga Loop yang terpadu dengan
Perlimaan, eks-Stanplat Kota yang sekarang menjadi taman. Pasar ACC merupakan bagian tak terpisahkan dari Niaga Loop.

Kawasan pelabuhan beserta pergudangannya sekarang dalam kondisi tak termanfaatkan secara optimal, tetapi sebagian bangunannya
masih tegak berdiri, sekali pun dalam kondisi kurang terawat.

Kawasan EksPelabuhan Ampenan


Pelabuhan Ampenan
sudah ada pada masa
pendaratan F.
Magelhaens di Kep.
Sunda Kecil.
Ampenan dikembangkan Belanda menjadi
pelabuhan untuk menyaingi dominasi kerajaan Bali, dilengkapi
dengan pergudangan,
perumahan. Pertokoan dan prasarana pendukung lainnya, seperti pasar, dll.
Pemindahan pelabuhan mengakibatkan matinya aktivitas sekitar
pelabuhan. Banyaknya
bangunan gudang dan
perdagangan besar yg
ditinggalkan pemiliknya. Satu-satu-nya
aktivitas bertahan
adalah Pertamina.

Perlimaan dan Niaga Loop merupakan kesatuan tak terpisahkan meskipun dalam analisis selanjutnya dipisahkan, mengingat fungsi lain dari
Perlimaan.

Perlimaan
Ampenan
Perlimaan Ampenan yang
terdapat di persimpangan Jl.Jos
Sudarso, Jl.Niaga, Jl.Pabean, Jl
Koperasi dan Jl. Saleh Sungkar
merupakan simpul aktivitas
utama perdagangan dan jasa.
Bangunan-bangunan yang ada
adalah Indomaret, Toko Delta
Raya, Toko Roti Djitsin,
Pegadaian dan bekas Gedung
Bioskop yang berubah menjadi
Bank Danamon.

Bekas stanplat (terminal) lama telah dialihfungsikan menjadi taman kota. Perubahan menjadi ruang terbuka tersebut telah menjadikan
taman tersebut sebagai pengikat sebuah kawasan/subkawasan Benteng Kapitan dan Kawasan Modern Kota Taman.

Stanplat
Perlubahan menjadi
ruang terbuka hijau
yang merupakan
taman kota justru
menjadikan dirinya
pendukung
lingkungan.

1.4.4 Ruang Terbuka dan vegetasi


Ruang terbuka hijau di kawasan Ampenan terdiri dari kawasan pantai; kawasan hijau pertamanan kota; kawasan hijau pekarangan yaitu
areal hijau yang terdapat di halaman rumah tinggal, kantor,hotel dan bangunan perdagangan; dan kawasan hijau pemakaman. Terdapat
pula kawasan jalur hijau di tepi jalan dan di tepi sungai. Di sepanjang Jalan Raya (mainstreet) Ampenan terdapat tiga taman, yaitu taman
RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1 - 11

pantai, taman pada Niaga Loop, dan taman bekas stanplat; di samping jalur hijau sepanjang koridor jalan tersebut. Kondisi taman yang
sebagian masih baru tidak prima, dan pemilihan jenis pohon/tanaman tidak memperkuat jati diri.
Jenis tanaman yang terdapat di Kawasan Ampenan beragam, terutama yang berfungsi sebagai jalur hijau jalan. Namun demikian pada
beberapa titik ruas jalan terdapat jajaran vegetasi yang sejenis sehingga mampu membentuk ruang jalan yang mudah dikenali, seperti
deretan pohon Glodokan (Polyalthia longifolia) di ruas Jl.Yos Sudarso, Palem Raja (Oreodoxa Regia) di ruas Jl. Pabean dan Ancak (Ficus
rumphi BI.) pada titik tertentu Jl. Jos Sudarso dan pekarangan rumah. Glodogan, diketahui masuk ke pasar Indonesia baru pada akhir abad
ke-20 merupakan tanaman yang dimanfaatkan untuk penghijauan di banyak tempat, mengingat mudah dibudidayakan dan bertahan
terhadap iklim, meskipun tidak asli Indonesia. Ancak, di sisi lain, merupakan jenis beringin yang tahan terhadap udara pantai dan
bermahkota indah. Selain itu Ancak memiliki sejuimlah manfaat, dan bentuk mahkotanya yang khusus berpotensi menjadi atau mendukung
tetenger.

Ruang Terbuka Hijau


dan vegetasi
Taman kota bekas
stanplat dengan
tanaman yang tidak
memberikan ciri
tertentu.

Palem Raja
(Oreodoxa Regia)
sebagai pohon
pengarah di Jl.
Pabean dan
Ancak (Ficus rumphi
BI.) selain
memberikan
keteduhan, kalau
dirawat dg baik
memberikan
pemandangan indah.

Palem Raja dan


Glodogan, si tanaman
sejuta kota.

mendekat ke jembatan yang sudah dibangun ruko. Pada penggal di utara Kali Jangkok, ruang jalan dibentuk oleh deretan rapat bangunan
berlantai dua dan merapat ke batas RMJ. Ada arcade terutama pada deretan bangunan utara, meskipun sebagian tertutup dinding.
Perkecualian pada jalan tersebut adalah klenteng yang tidak meneruskan batas jalan. Bentukan ruang pada Jl. Niaga II dan Jl. Niaga I
hampir sama dengan bentukan Jl. Jos Sudarso dan Pabean.

Jl. Saleh Sungkar


Ruang jalan dibatasi oleh dinding
bangunan ruko deret berlantai
dua.
Jalur pejalan kaki berpelindung
dengan desain yang beraneka:
penambahan teritisan atau
kantilever bangunan.
Tanaman peneduh hanya pada
satu sisi, yaitu barat.
Jalur pejalan kaki di sisi barat
dipisahkan dari jalur kendaraan
oleh jalur hijau.

Jl. Jos Sudarso (slt)


Penggal selatan Kali Jangkok
sebagian dibentuk oleh bangunan
dengan halaman depan.
Bangunan terpiah satu dari yang
lain dan cukup banyak
pepohonan.
Keberadaan taman menciptakan
kelapangan. Semakin ke barat
laut taman mengecil dan menjadi
bulevar.
Kepaatan dan penggugusan
bangunan berbeda, bukan seperti
vila tetapi bangunan usaha yang
lugas dan tidak mangindahkan
prinsip-prinsip estetika.
Pada penggall dekat jembatan
simbol dan tanda komersial
bertebaran di ruang jalan.

1.4.5 Bentang jalan

Jl. Jos Sudarso (ut)

Jalan merupakan prasarana untuk akses ke suatu tempat atau sumber daya, sekaligus pada lingkungan tertentu untuk kegiatan sosial.
Pengguna jalan adalah pejalan kaki dan kendaraan, baik bermotor, maupun tak bermotor. Jalam Raya Ampenan: Jl. Jos Sudarso dan Jl.
Niaga I dan II merupakan jalan arteri primer, sedangkan lainnya: Jl. Saleh Sungkar dan Jl. Koperasi merupakan jalan kolektor dan lokal.

Ruang jalan dibatasi oleh dinding


bangunan toko dengan arcade di
depannya.
Ruang jalan cukup lebar dan
cukup untuk jalur pohon pada
kedua sisi.

Ruang jalan Jl. Yos Sudarso terdiri atas dua macam dengan batas pada jembatan. Penggal di sisi selatan Kali Jangkok dibatasi oleh
bangunan yang renggang satu dengan yang lain, dan ada halaman di depan bangunan. Ciri kelonggaran tersebut hilang pada tiga blok
RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

1 - 12

Pada sisi selatan jalan terdapat


deretan pohon Ancak yang sudah
cukup besar dan meneduhi,
diselang seling dg Palem Raja.
Jalur pejalan kaki pada dasarnya
berbentuk arcade. Nyaman dan
terlindung.
Kondisi jalan dan selokan tidak
terlalu baik
Papan nama toko belum diatur
dengan baik.
Perabot jalan belum tersedia
secara memadai.

Bagian tertentu nampak terlalu


steril, meskipun sepanjang
arcade menampilkan kesan
ruang yang unik. .

Jl. Niaga I
Ruang jalan dibentuk oleh
bangunan ruko berlantai dua atau
tiga.
Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
Pohon peneduh hanya bisa
ditanam pada pasar.
Jalur pejalan kaki tidak aman dan
justru dihalang-halangi dg tiuangtiang sisa masa lalu yang tidak
lagi berfungsi.

Jl. Pabean
Ruang jalan dibentuk oleh
deretan rapat bangunan berlantai
satu atau dua dengan arcade
yang menyatu.
Jalur pohon tersedia secara
ekslusif.
Tanaman tidak jelas polanya, .
Sebagian kaveling bangunan
sebetulnya merupakan kaveling
besar untuk penggunaan campur,
antara rumah tinggal, tempat
pengolahan/produksi, dan
pergudangan. Bagian yang
menghadap ke Jl. Jos Sudarso
ditutup dengan dinding yang
mempunyai gerbang.
Facade bangunan pada penggal
ini lebih beragam, demikian pula
arcadenya, membentuk
pemandangan jalan yang
menarik.

Sirkulasi pejalan kaki di kawasan Ampenan pada saat ini tidak didukung prasarana yang memadai. Masih terdapat beberapa ruas jalan
yang tidak memiliki jalur pejalan kaki atau jalur pejalan kaki yang sudah ada disalahgunakan untuk lapak pedagang kaki lima sehingga
mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki.

1.4.6 Bangunan
Jl. Niaga II
Ruang jalan dibentuk oleh
dinding bangunan ruko berlantai
dua yang berderet rapat.
Pernah dilakukan penanganan
untuk pengelokan ruang jalan
dengan rencana yang kurang
matang.
Facade bangunan cenderung
monoton.
Ruang jalan lebih sempit
sehingga tidak cukup ruang untuk
tanaman,
Pejalan kaki dipisahkan dari jalur
kendaraan melalui arcade.

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

Tipologi bangunan yang ada di Ampenan adalah:


Ruko (deret) berlantai 1, 2, atau 3, dan umumnya setiap kumpulan terdiri atas 3 sampai dengan 6 satuan. Ditemui di sepanjang Jl. Jos
Sudarso, Jl. Niaga I dan II, Jl. Koperasi, Jl. Saleh Sungkar, dan Jl. Pabean. Sebagian besar ruko mempunya arcade. Dengan tren dan
tanpa kendali dari pemerintah setempat, ruko semakin mendominasi.

Rumah tinggal besaran berdiri sendiri atau terletak pada kompleks


Rumah tinggal tunggal terpisah sedang banyak mengisi kampung-kampung Melayu, Banjar, Bugis, Jawa, dsb.
Rumah tinggal tunggal kecil idem
Bangunan industri pabrik pengolahan kebutuhan sehari-hari, misalnya kecap.
Bangunan ibadah
Rumah kumpulan komunitas-komunitas.
Bangunan kesehatan
Bangunan kantor dan perkantoran
Bangunan pasar tradisional dan modern.
1 - 13

1.4.7

Bangunan komersial lain, termasuk hotel, dan losmen; cafe dan restoran.
Bangunan khusus mercusuar, Pertamina, pengolahan air bersih, PLN, dll

Transportasi

Sistem transportasi angkutan umum yang terdapat di kawasan Ampenan didukung angkutan umum antar kota antar kecamatan dengan
sarana minibus, cidomo (semacam delman), dan ojek. Keberadaan jalur angkutan ini didukung pula oleh keberadaan sub terminal atau
pangkalan umum.
Rute angkutan kota saat ini hanya beroperasi dari Jl. Saleh Sungkar Jl. Yos Sudarso Jl. Langko Jl. Pejanggik Jl. Selaparang Jl.
Tumpang Sari Jl. Panca Usaha Jl. Catur Warga Jl. Pendidikan Jl. R Suprapto Jl. Pajajaran Jl. Niaga Jl. Saleh Sungkar.

1.4.8 Prasarana dan Utilitas


Prasarana umum seperti jalan dan jembatan sudah tersedia. Kondisi jalan cukup baik, walaupun di beberapa titik perlu perbaikan. Lampu
penerang jalan masih kurang, sehingga di beberapa titik terlihat gelap dan rawan kecelakaan. Jalan-jalan lokal yang menghubungkan desadesa di dalam kawasan maupun yang di luar kawasan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan mobilitas penduduk.
Kondisi utilitas. Kondisi utilitas cukup lengkap seperti SPBU, Pos Polisi, Pasar, Sekolah dari PAUD sampai SMA/SMK. Trotoar di beberapa
tempat sudah tersedia namun kondisinya kurang baik, begitu pula dengan drainase. Di Pasar maupun area perdagangan dan jasa belum
tersedia Hidran Pemadam Kebakaran untuk mengantisipasi kebakaran. Halte untuk penumpang perlu disediakan karena dalam kawasan
terdapat titik-titik yang digunakan untuk menunggu angkutan umum. Selain itu toilet umum juga perlu disediakan bagi masyarakat umum.
Ruang terbuka hijau publik masih terbatas, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.

1.5 Kontelasi Pusat Pusat Kegiatan pada Skala Kota Mataram


Kedudukan Kota Mataram dalam rencana tata ruang diatasnya yaitu RTRW Nasional berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
yang berfungsi sebagai pintu gerbang dan simpul utama transportasi serta kegiatan perdagangan dan jasa secara regional. Pada RTR
Kepulauan Nusa Tenggara, Kota Mataram diarahkan dengan prioritas pada pengembangan transportasi, sedangkan pada RTRW Provinsi,
Kota Mataram ditetapkan sebagai PKN dan pengembangan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Mataram Metro di bidang pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian, maka konsep struktur ruang wilayah Kota Mataram diarahkan menjadi kawasan yang mempunyai karakteristik
tersendiri berdasarkan fungsi dan pelayanan yang ditetapkan yaitu kegiatan perdagangan dan jasa secara regional sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi Provinsi dengan pengembangan transportasi. Konstelasi antara Kota Mataram dengan Ampenan memiliki
keterikatan yang kuat karena Ampenan dalam RTRW Kota Mataram berkududukan sebagai Pusat Pelayanan Kota Mataram (PPK) yang
berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata. Pusat pelayanan tersebut dikembangkan sebagai
pusat bisnis skala kota dan regional, karena merupakan daerah tarikan dan pergerakan yang sangat intens dari Kota Mataram Ampenan
Senggigi.

Gambar 1.3

RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram

Konstelasi Kawasan Ampenan

1 - 14

Anda mungkin juga menyukai