1.1
Dasar
Kecamatan Ampenan, bagian dari Kota Mataram, terletak di wilayah paling barat yang berbatasan dengan Selat Lombok. Secara
astronomi Kecamatan Ampenan terletak antara 8.10 dan 9.5 Lintang Selatan dan 115.460 dan 119.50 Bujur Timur. Luas wilayah
Kecamatan Ampenan adalah 9,46 km2 atau 945,29 hektar, dan terbagi dalam 10 kelurahan. Empat di antaranya merupakan daerah
pantai (pesisir).
Batas-batas administrasi Kecamatan Ampenan sebagai berikut: Kecamatan Sekarbela di sebelah selatan, Selat Lombok di sebelah
barat, Kecamatan Gunungsari di sebelah utara, dan Kecamatan Selaparang di sebelah timur
Bentang alam. Kecamatan Ampenan mempunyai kondisi bentang alam/ morfologi dalam ka-tegori yang relatif datar dengan
kelerengan pada rentang 0 8%. Hal ini terlihat dari perbeda-an ketinggian pada titik tertentu yang tidak terlalu mencolok. Kawasan
relatif datar dengan ke-miringan (0 2%) mencakup area seluas 730 hektar, sedangkan kawasan dengan topografi bergelombang
dengan kemiringan (2 15%) seluas 216 hektar. Rata-rata ketinggian permuka-an tanah di Kecamatan Ampenan yaitu 0 14 dpl.
Hidrologi. Sumber daya air di Kecamatan Ampenan terdiri dari air permukaan (sungai) dan air tanah. Potensi air tanah yang dimiliki
Kecamatan Ampenan (aquifer) yang baik, kondisi ini ter-cermin pada bagian wilayah kota memiliki kedalaman air tanah antara 5-7
meter, selain itu di Kecamatan Ampenan juga dilalui oleh Sungai Jangkok yang berhulu di lereng sebelah barat G. Rinjani. Panjang
aliran sungainya 86 km dengan kedalaman rata-rata 3,30 meter dan luas daerah pengaliran sungai (DPS) 226 km2. Kondisi kecepatan
alirannya cukup deras
Geologi. Satuan batuan yang tersingkap di Kota Mataram tediri dari batuan sedimen dan batuan terobosan yang umumnya berkisar
dari tersier sampai kuarter. Satuan batuan tertentu adalah formasi Pengulung (Tomp) yang tersusun oleh hasil endapan hasil kegiatan
gunung api yang terdiri dari atas breksi, lava, tuva dengan lensa batu gamping yang mengandung biji sulfide dengan urat kwarsa.
Dataran rendah sebagian besar terdapat di Kota Mataram yaitu di bagian barat dan pantai utara-timur laut Pulau Lombok salah satunya
Kecamatan Ampenan yang ditempati oleh alluvium, batuan gunung api formasi lekopiko dan formasi Kalibabak. Daerah tersebut
sebagian besar digunakan untuk pertanian dan permukiman.
1.2
Gambar 1.1
1-1
1-2
http://www.pulausumbawanews.com/daerah/sejarah-nusa-tenggara-baratntb/
1478
http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit
1522
BAGIAN MAJAPAHIT
ABAD XIV - XV
1336
KERAJAANKERAJAAN DI
LOMBOK
ABAD XVI
http://menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012/04/teks-naskah-pararatonbagian-ix-27-28.html
1343
1352
Masuknya ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nala. Mpu Nala ini
dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk
mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri
perkembangan daerah taklukannya.
1618
1624
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1640
http://sabdadewi.wordpress.com/lontar-negarakertagama/
1470
Tahun 1618 dan 1640 Sumbawa dan Selaparang ditaklukkan oleh Goa
yang kemudian mengembangkan pengaruhnya dengan perkawinan
perkawinan antara raja raja kedua belah pihak. Akibat perang yang
berkepanjangan dan gangguan dari Kerajaan Gelgel-Bali Hasanudin Raja
Goa berhasil dikalahkan VOC. Pengikut-pengikut setia Hasanudin
melanjutkan perjuangan sebagai Bajak Laut mengganggu armada dagang
VOC dengan pesisir-pesisir Lombok dan Sumbawa sebagai basisnya.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1365
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
1357
(pg. 219)
The name of Lomboc, or as he writes it, Lomboch, is mentioned by
Pigafetta, in 1522, or withing eleven years of the first appearance of
Europeans in the waters of the Malay Archipelago. He had not seen it, and
simply enumerates with other island, such as Ende or Flores, Bouton,
Sumbawa, and Jawa Minor, or Bali, and evidently from the information of
the native pilot who accompanied the companions of Magelan from the
Moluccas.
http://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/
ABAD XIII
1667
ntb/
1672
1839
Port Regulation for Ampanan Bay (From The Singapore Free Press),
pertanda
pentingnya
pelabuhan
Ampenan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat
ABAD XVIII
Karena konflik keluarga berbau asmara Arya Banjar Getas dibantu Kerajaan
Karangasem melakukan pemberontakan terhadap Pejanggik dan
Selaparang,
Tahun 1740 seluruh Lombok telah dapat ditaklukkan kemudian kekuasaan
dibagi dua yaitu sebelah Barat dimiliki Karangasem dan sebelah Timur
dimiliki Banjar Getas dengan Praya sebagai ibu kota. Keturunan terakhir
Banjar Getas bergelar Raden Wiratmaja dimana pada masa
pemerintahannya wilayah kerajaannya banyak diambil oleh Kerajaan
Karangasem.
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1740
POLITIK PEMERINTAH
KOLONIAL
1804
1836
1838
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
the island of Bali, or Bally, contain several port, from which upward of 50
prahus annualy arrives here: The principal of these are Baliling, Bali
Badong, Sasak, Saliparang, and Ampanan; They bring rice, oil, hides,
tobacco, sarongs, wax,birds nests, and biche de mer. In this trade, we
believe, the Bugis are likewise the principal cariiers.
1843
1856
(pg. 220)
The natives of Lomboc, who call themselves Sasak, are a distinct people
1-4
The great staples of the trade of Lombock as well as of Bali are rice and
coffee; the former grown on the plains, the latter on the hills. The rice is
exported very largely to other islands of the Archipelago, to Singapore, and
even to China, and there are generally one or more vessels loading in the
port. It is brought into Ampanam on pack-horses, and almost everyday a
string of these would come into Mr. Carters yard. The only money the
natives will take for their rice is Chinese copper cash, twelve hundred of
which go to a dollar. Every morning two large sacks of this money had to be
counted out into convenient sums for payment.
The entire population has been estimated at about 400.000, in the following
proporsion of nationalities, namely, -- Sasaks, 380.000; Balinese, 20.000;
and natives of Celebes, 5.000. To this may be added four or five Europeans,
and a very small number of Chinese.
(pg. 221)
The chief place of trade is Ampanan, on the western coast, and shore of
the strait which divides Lomboc from Bali, although but an open road.
Labuhan Tring (probably Labuhan-pring, "bamboo harbour"), on the same
coast, is a land-locked harbour, and secure against all winds, but cannot be
used, except occasionally as a port of refuge, on account of its insalubrity, a
quality which within the tropics belongs to most harbours of the same
nature. The town of Ampanan consists of four different quarters, or
kampungs, called after their respective inhabitants, the Sasaks, the
Balinese, the Bugis, and the Malays. Shipping obtain at it, in abundance and
cheapness, wood and water, with refreshments, consisting of oxen, hogs,
poultry, rice, farinaceous roots, and excellent fruits. Whalers, and other
European and American shipping repair to it for this purpose.
Our route for some distance lay along a perfectly level country bearing
ample crops of rice. The road was straight and generally bordered with lofty
trees forming a due avenue. It was at first sandy, afterwards grassy, with
occasional streams and mudholes. At a distance about four miles we
reached Mataram, the capital of the island and the residence of the Rajah. It
is a large village with wide streets bordered by a magnificent avenue of
trees, and low houses concealed behind mud walls. Within this royal city no
native of the lower orders is allowed to ride, and our attendant, a Javanese,
was obliged to dismount and lead his horse while we rode slowly through.
The abodes of the Rajah and of the High Priest are distinguished by pillars
of red brick constructed with much taste; but the palace itself seemed to
differ but little from the ordinary houses of the country. Beyond Mataram and
close to it is Karangassam, the ancient residence of the native or Sassak
Rajahs before the conquest of the island by the Balinese.
(pg. 272)
MATARAM. The same word as the last, and most likely borrowed from it, is
the name of a place in the island of Lomboc. It is at present its chief town,
and is situated on the western side of the island, or that which is opposite to
Bali, three miles inland from the port of Ampanan. A well constructed road,
being an avenue of fig trees, leads to it. The town consists of streets running
regularly at right angles
to each other, the two palaces of the Raja being in the centre. The houses
consist of mud walls, thatched with the lalang grass or palmetto leaf, and the
town is surrounded by a quickset hedge of bamboo, and a barricade after
the manner of chevauxde- frise. The population consists for the most part of
Balinese, the dominant nation but no account is given of its amount.
http://ebooks.adelaide.edu.au/w/wallace/alfred_russel/malay
1882
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1800-1942)
1856
JUN
1883
(chapter10)
Leaving Bileling, a pleasant sail of two days brought us to Ampanam in
the island of Lombock, where I proposed to remain till I could obtain a
passage to Macassar. We enjoyed superb views of the twin volcanoes of
Bali and Lombock.
1894
1894
JUL
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
The blockade did not suffice, and the Dutch demand for Mataram's
submission was rejected.In July 1894 the Dutch chose to send a military
expedition to topple the Mataram ruler.Three ships were sent from Batavia,
the Prins Hendrik, the Koningin Emma and the Tromp, transporting 107
officer, 1,320 European soldiers, 948 indegineous soldiers and 386 horses.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangase
m
1894
AG
1894
SEP
MASA KEMERDEKAAN
DAN KOTA
PELABUHAN
1950
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1894
NOV
November 1894, the Dutch had annihilated the Balinese positions, with
thousands of dead, and the Balinese surrendered or committed puputan
ritual suicide.
Lombok and Karangasem became part of the Dutch East Indies, and were
administered from Bali.Gusti Gede Jelantik was appointed as Dutch regent
in 1894, and ruled until 1902.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_intervention_in_Lombok_and_Karangase
m
PENGUKUHAN
STATUS ADM.
AMPENAN DAN
PENGEMBANGAN
PELABUHAN
1895
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etniskultur.html
1958
http://www.kit.nl/kit/maps
1898
AG
1969
1977
1978
1979
Lombok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; Lombok Barat yang terbagi dua
distrik-distrik Sasak dan distrik Bali, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
Peta Lombok 1908 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
1993
1926
PENDUDUKAN
JEPANG
1942
http://www.kit.nl/kit/maps
1924
http://kareare.wordpress.com/lombok-nomanlands/
1908
http://dwibambang.blogspot.com/2011/01/iii-integrasi-dan-dinamika-etniskultur.html
Peta Lombok 1895 (Royal Tropical Institute; Dutch Colonial Maps).
1999
1-6
1.2.2 Morfologi
Bentuk Kota Ampenan yang terlacak adalah sejak tahun 1895, ketika
1895
1926
1.3 Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Ampenan pada tahun 2011 adalah 79.367 jiwa yang ter-diri dari 40.092 laki-laki dan 39.275 perempuan. Hal
tersebut berarti 51% penduduk Ampenan berjenis kelamin laki-laki sedangkan sisanya sebesar 49% berjenis kelamin perempuan.
1896
Ampenan kota pelabuhan yang
ramai, disinggahi kapal-kapal,
terutama pengangkut hasil bumi,
termasuk juga rempah-rempah
dari Maluku.
Benteng Kapitan sudah ada, di
samping kantor Kepala Distrik.
Perkampungn masih sedikit dan
ada di Kp. Melayu kini.
1908
Pelabuhan semakin berkembang
dan mercu suar dibangun utk
kelengkapan.
Ampenan sudah menjadi Kota
Pelabuhan dan urusan
administrasi kepemerintahan
pindah ke Mataram.
Kawasan pelabuhan semakin
luas.
Permukiman sudah meluas ,
utara Jalan Raya sampai ke
perkampungan Bugis dan Arab
kini, dan ke timur bertumbuh
pula.
1926
Perkampungan di pusat kota
semakin padat; tumbuh sebaran
di luar pusat.
Kegiatan perdagangan semakin
bertumbuh di sepanjang Jalan
Raya Ampenan hingga ke
seberang Kali Jongkok.
Kawasan pasar kota kini
dipenuhi kegiatan perdagangan.
Pelabuhan dikembangkan betul
pada 1924. Peningkatan tsb
dapat dipastikan diikuti dg
pembangunan gedung-gedung
baru utk bank, pabean, gudang,
dsb
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Ampenan Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelurahan
Laki - laki
Perempuan
Bintaro
3746
3762
Ampenan utara
3285
3326
Dayan Peken
4462
4652
Ampenan Tengah
4924
4930
Banjar
3331
3340
Ampenan Selatan
4074
3933
Taman Sari
4303
4089
Pejeruk
4548
4507
Kebon Sari
4545
3835
Pejarakan Karya
2874
2901
Jumlah
40.092
39.275
Sumber: Kecamatan Ampenan dalam Angka, Tahun 2012
Jumlah
7508
6611
9115
9854
6671
8007
8391
9055
8391
5775
79.367
Dengan wilayah seluas 9,46 km2, kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 8.390 jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi di Kecamatan Ampenan adalah Kelu-rahan Dayan Peken dengan kepadatan sebesar 16.920 jiwa/km2.
1-7
Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk Kecamatan Ampenan Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelurahan
Bintaro
Ampenan utara
Dayan Peken
Ampenan Tengah
Banjar
Ampenan Selatan
Taman Sari
Pejeruk
Kebon Sari
Pejarakan Karya
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
7508
6611
9115
9854
6671
8007
8391
9055
8380
5775
79367
Luas Area
(km2)
0.82
2.49
0.54
0.59
0.41
0.84
1.61
0.85
0.58
0.74
9.46
Kepadatan
(jiwa / km2)
9182
2651
16920
16702
16125
9541
5221
10711
14569
7810
8390
Gambar 1.2
Struktur Kota Tua Ampenan
1
2
Pemindahan pelabuhan mengakibatkan Ampenan seketika menyebabkan penurunan perekonomian dan terancam menjadi Kota Tua yang
mati.
Keragaman budaya tercermin pada lingkungan binaan di jalan utama, Jl. Jos Sudarso berupa ruko (rumah toko). Dengan bangunan
bergaya arsitektural kolonial, dan tata kota berpola grid. Dalam perkembangannya, ciri khas ini mulai pudar karena pembangunan yang
tidak terkendali.
Kp. Bugis
Kp. Arab
Kp. Melayu
Kp. Banjar
Pecinan
1.4.2 Pola
Pada tahun 1980 kawasan terbangun masih di sekitar pusat-pusat Ampenan, tetapi kemudian bertumbuh ke luar mengikuti jalur-jalur
utama sampai ke pinggir kota. Pusat kota menjadi semakin padat, dan di sisi lain banyak gudang-gudang yang tidak dimanfaatkan lagi
secara optimal.
Pemanfaatan lahan di kawasan ini didominasi oleh permukiman terutama pada wilayah yang terletak menjorok ke dalam dari jalan kolektor
primer. Pada area yang terletak di pinggir jalan kolektor primer sebagian besar didominasi perdagangan dan jasa. Selain perdagangan jasa
terdapat pula industri besar seperti Pabrik Kecap Ampenan, Pertamina dan pergudangan.
1-9
1 - 10
Kawasan pelabuhan beserta pergudangannya sekarang dalam kondisi tak termanfaatkan secara optimal, tetapi sebagian bangunannya
masih tegak berdiri, sekali pun dalam kondisi kurang terawat.
Perlimaan dan Niaga Loop merupakan kesatuan tak terpisahkan meskipun dalam analisis selanjutnya dipisahkan, mengingat fungsi lain dari
Perlimaan.
Perlimaan
Ampenan
Perlimaan Ampenan yang
terdapat di persimpangan Jl.Jos
Sudarso, Jl.Niaga, Jl.Pabean, Jl
Koperasi dan Jl. Saleh Sungkar
merupakan simpul aktivitas
utama perdagangan dan jasa.
Bangunan-bangunan yang ada
adalah Indomaret, Toko Delta
Raya, Toko Roti Djitsin,
Pegadaian dan bekas Gedung
Bioskop yang berubah menjadi
Bank Danamon.
Bekas stanplat (terminal) lama telah dialihfungsikan menjadi taman kota. Perubahan menjadi ruang terbuka tersebut telah menjadikan
taman tersebut sebagai pengikat sebuah kawasan/subkawasan Benteng Kapitan dan Kawasan Modern Kota Taman.
Stanplat
Perlubahan menjadi
ruang terbuka hijau
yang merupakan
taman kota justru
menjadikan dirinya
pendukung
lingkungan.
1 - 11
pantai, taman pada Niaga Loop, dan taman bekas stanplat; di samping jalur hijau sepanjang koridor jalan tersebut. Kondisi taman yang
sebagian masih baru tidak prima, dan pemilihan jenis pohon/tanaman tidak memperkuat jati diri.
Jenis tanaman yang terdapat di Kawasan Ampenan beragam, terutama yang berfungsi sebagai jalur hijau jalan. Namun demikian pada
beberapa titik ruas jalan terdapat jajaran vegetasi yang sejenis sehingga mampu membentuk ruang jalan yang mudah dikenali, seperti
deretan pohon Glodokan (Polyalthia longifolia) di ruas Jl.Yos Sudarso, Palem Raja (Oreodoxa Regia) di ruas Jl. Pabean dan Ancak (Ficus
rumphi BI.) pada titik tertentu Jl. Jos Sudarso dan pekarangan rumah. Glodogan, diketahui masuk ke pasar Indonesia baru pada akhir abad
ke-20 merupakan tanaman yang dimanfaatkan untuk penghijauan di banyak tempat, mengingat mudah dibudidayakan dan bertahan
terhadap iklim, meskipun tidak asli Indonesia. Ancak, di sisi lain, merupakan jenis beringin yang tahan terhadap udara pantai dan
bermahkota indah. Selain itu Ancak memiliki sejuimlah manfaat, dan bentuk mahkotanya yang khusus berpotensi menjadi atau mendukung
tetenger.
Palem Raja
(Oreodoxa Regia)
sebagai pohon
pengarah di Jl.
Pabean dan
Ancak (Ficus rumphi
BI.) selain
memberikan
keteduhan, kalau
dirawat dg baik
memberikan
pemandangan indah.
mendekat ke jembatan yang sudah dibangun ruko. Pada penggal di utara Kali Jangkok, ruang jalan dibentuk oleh deretan rapat bangunan
berlantai dua dan merapat ke batas RMJ. Ada arcade terutama pada deretan bangunan utara, meskipun sebagian tertutup dinding.
Perkecualian pada jalan tersebut adalah klenteng yang tidak meneruskan batas jalan. Bentukan ruang pada Jl. Niaga II dan Jl. Niaga I
hampir sama dengan bentukan Jl. Jos Sudarso dan Pabean.
Jalan merupakan prasarana untuk akses ke suatu tempat atau sumber daya, sekaligus pada lingkungan tertentu untuk kegiatan sosial.
Pengguna jalan adalah pejalan kaki dan kendaraan, baik bermotor, maupun tak bermotor. Jalam Raya Ampenan: Jl. Jos Sudarso dan Jl.
Niaga I dan II merupakan jalan arteri primer, sedangkan lainnya: Jl. Saleh Sungkar dan Jl. Koperasi merupakan jalan kolektor dan lokal.
Ruang jalan Jl. Yos Sudarso terdiri atas dua macam dengan batas pada jembatan. Penggal di sisi selatan Kali Jangkok dibatasi oleh
bangunan yang renggang satu dengan yang lain, dan ada halaman di depan bangunan. Ciri kelonggaran tersebut hilang pada tiga blok
RTBL Kawasan Kota Tua Ampenan, Mataram
1 - 12
Jl. Niaga I
Ruang jalan dibentuk oleh
bangunan ruko berlantai dua atau
tiga.
Ada pasar yang sifat ruangnya
berbeda.
Pohon peneduh hanya bisa
ditanam pada pasar.
Jalur pejalan kaki tidak aman dan
justru dihalang-halangi dg tiuangtiang sisa masa lalu yang tidak
lagi berfungsi.
Jl. Pabean
Ruang jalan dibentuk oleh
deretan rapat bangunan berlantai
satu atau dua dengan arcade
yang menyatu.
Jalur pohon tersedia secara
ekslusif.
Tanaman tidak jelas polanya, .
Sebagian kaveling bangunan
sebetulnya merupakan kaveling
besar untuk penggunaan campur,
antara rumah tinggal, tempat
pengolahan/produksi, dan
pergudangan. Bagian yang
menghadap ke Jl. Jos Sudarso
ditutup dengan dinding yang
mempunyai gerbang.
Facade bangunan pada penggal
ini lebih beragam, demikian pula
arcadenya, membentuk
pemandangan jalan yang
menarik.
Sirkulasi pejalan kaki di kawasan Ampenan pada saat ini tidak didukung prasarana yang memadai. Masih terdapat beberapa ruas jalan
yang tidak memiliki jalur pejalan kaki atau jalur pejalan kaki yang sudah ada disalahgunakan untuk lapak pedagang kaki lima sehingga
mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki.
1.4.6 Bangunan
Jl. Niaga II
Ruang jalan dibentuk oleh
dinding bangunan ruko berlantai
dua yang berderet rapat.
Pernah dilakukan penanganan
untuk pengelokan ruang jalan
dengan rencana yang kurang
matang.
Facade bangunan cenderung
monoton.
Ruang jalan lebih sempit
sehingga tidak cukup ruang untuk
tanaman,
Pejalan kaki dipisahkan dari jalur
kendaraan melalui arcade.
1.4.7
Bangunan komersial lain, termasuk hotel, dan losmen; cafe dan restoran.
Bangunan khusus mercusuar, Pertamina, pengolahan air bersih, PLN, dll
Transportasi
Sistem transportasi angkutan umum yang terdapat di kawasan Ampenan didukung angkutan umum antar kota antar kecamatan dengan
sarana minibus, cidomo (semacam delman), dan ojek. Keberadaan jalur angkutan ini didukung pula oleh keberadaan sub terminal atau
pangkalan umum.
Rute angkutan kota saat ini hanya beroperasi dari Jl. Saleh Sungkar Jl. Yos Sudarso Jl. Langko Jl. Pejanggik Jl. Selaparang Jl.
Tumpang Sari Jl. Panca Usaha Jl. Catur Warga Jl. Pendidikan Jl. R Suprapto Jl. Pajajaran Jl. Niaga Jl. Saleh Sungkar.
Gambar 1.3
1 - 14