Anda di halaman 1dari 17

KONFLIK ARMENIA DAN AZERBAIJAN DALAM PEREBUTAN

WILAYAH NAGORNO-KARABAKH

(Guna memenuhi Ujian Tengah Semester)


Mata Kuliah Kajian Sejarah Kawasan
Diampu Oleh : Prof. Saefur Rochmat, S.Pd, M.IR, Ph.D.

Oleh
Destiya Anisa Putri
NIM. 20718251002

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
KONFLIK ARMENIA DAN AZERBAIJAN DALAM PEREBUTAN
WILAYAH NAGORNO-KARABAKH

Destiya Anisa Putri


Mahasiswa Prodi S2 Magister Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
NIM. 20718251002
Email: destiyaanisa.2020@student.uny.ac.id

PENDAHULUAN

Konflik merupakan sebuah konsekuensi logis dari sebuah interaksi di antara

dua pihak. Ada beberapa hal yang bisa menjadi alasan berkonflik. Di antaranya

adalah masalah ketimpangan yang menimbulkan kecemburuan terhadap pihak

tertentu, yang meliputi ketimpangan sosial, ekonomi, budaya dan agama. Adanya

ketimpanganketimpangan tersebut menyebabkan adanya keinginan masyarakat di

dalam suatu negara untuk mempunyai suatu bentuk otoritas sendiri dalam

mengatur wilayahnya. Keinginan tersebut ditunjukkan dengan adanya gerakan-

gerakan separatis dan pemberontakan oleh masyarakat yang merasa dirinya

dirugikan (Suhardono, 2015: 2). Dalam hal ini konflik yang terjadi antara

Armenia dan Azerbaijan merupakan salah satu konflik dalam hal pembagian

teritorial . Dimana Nagorno-Karabakh secara teritorial termasuk ke dalam

Azerbaijan. Namun etnis mayoritas disana berasal dari Armenia.

Nagorno-Karabakh adalah sebuah wilayah di Kaukasus Selatan. Meskipun

95% dari populasi Nagorno-Karabakh adalah etnis Armenia, secara internasional

wilayah ini diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Ketika kedua negara

dimasukkan ke Uni Soviet, ketegangan atas wilayah bisa diredam. Ketika kontrol

1
Soviet atas negara-negara satelitnya melemah di tahun 1980-an, permusuhan

berkobar sekali lagi. Sebuah perang enam tahun meletus setelah Nagorno-

Karabakh mencoba pertama kalinya secara resmi bergabung dengan Armenia dan

kemudian menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1991. Setelah gencatan

senjata yang ditengahi oleh Rusia pada tahun 1994, wilayah ini sebagian besar

dibiarkan untuk memerintah sendiri secara otonom. Konflik berlanjut antara

Armenia dan Azerbaijan sampai akhir tahun 2020 pertempuran pecah pada 27

September 2020 Beberapa ribu orang telah tewas dan bombardemen telah

membunuh warga di kedua kubu. Puluhan ribu orang telah mengungsi dari rumah

mereka. Ini adalah konflik terburuk sejak perang selama enam tahun di wilayah

tersebut yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994 (bbc.com).

konflik tersebut juga tidak terlepas dari keterlibatan Turki dan Rusia

walaupun secara tidak langsung, sejak pertempuran terbaru antara Armenia-

Azerbaijan pecah, Turki telah menegaskan dukungannya kepada Azerbaijan,

Sementara itu Rusia memainkan peran yang beragam di satu sisi Rusia

mendukung Armenia dan disisi lain Rusia juga menjual senjata ke Azerbaijan.

Tentu hal ini perlu dibahas lebih lanjut. Dalam perpecahan konflik tersebut tentu

ada upaya yang dilakukan oleh masyarakat Internasional seperti Rusia,

Kazakhstan, dan Iran merupakan yang pertama kali memprakarsai upaya mediasi

pada tahun 1991-1992, dan kemudian ada OSCE Minsk Group yang mendapat

mandat dan legitimasi sebagai mediator utama konflik. Oleh karena itu perlu

adanya pembahasan lebih lanjut mengenai konflik Armenia dan Azerbaijan

2
sampai dengan upaya masyarakat internasional dalam menyelesaikan konflik

tersebut .

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Konflik

Gambar 1. Peta Nagorno-Karabakh (sumber : buku Black Garden, Armenia and


Azerbaijan trough Peace and War. New York and London: New York University Press.)

Nagorno-Karabakh adalah sebuah wilayah bekas Uni Soviet yang berada di

daerah Kaukasus Selatan. Pada masa pemerintahan Uni Soviet, Nagorno-

Karabakh diberikan kedalam batas wilayah Azerbaijan. Meskipun berada dalam

batas wilayah Azerbaijan, mayoritas populasi yang terdapat di Nagorno-Karabakh

3
bukanlah etnis Azeri (Azerbaijan), melainkan etnis Armenia. Mengutip dari jurnal

(Hartati, 2020: 186) Bartuzi menyatakan “ketika kedua negara dimasukkan ke Uni

Soviet, ketegangan atas wilayah bisa diredam. Ketika kontrol Soviet atas negara-

negara satelitnya melemah di tahun 1980-an, permusuhan berkobar sekali lagi.

Sebuah perang enam tahun meletus setelah Nagorno-Karabakh mencoba pertama

kalinya secara resmi bergabung dengan Armenia dan kemudian menyatakan

kemerdekaannya pada tahun 1991. Setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh

Rusia pada tahun 1994, wilayah ini sebagian besar dibiarkan untuk memerintah

sendiri secara otonom”.

Bagi Azerbaijan Nagorno-Karabakh merupakan bagian dari negera mereka

yang diakui secara internasional dan akan mempertahankannya sebagai status quo.

Faktor geopolitik membuat posisi Nagorno-Karabakh menjadi sangat begitu

penting bagi kedua negara. Sedangkan bagi Armenia Nagorno-Karabakh

merupakan bagian tak terpisahkan dari negara mereka, mengingat sebagian besar

penduduk yang tinggal di daerah sengketa merupakan etnis Armenia. Walaupun

dari konflik akan menimbulkan kerugian bagi kedua negara, mereka seolah-olah

tidak melihat pada perdamaian, terbukti dari kedua negara yang siaga untuk saling

meningkatkan pertahanan militer.

Azerbaijan mengancam akan menggunakan kekerasan jika pembicaraan

damai tidak berhasil dengan memuaskan. Sementara Armenia memperingatkan

dengan pembalasan besar-besaran jika Baku meluncurkan aksi militer (Hartati,

2020: 187). Setelah runtuhnya Uni Soviet terjadi perang habis-habisan antara

Armenia dan Azerbaijan dari tahun 1992 hingga 1994. Diperkirakan 30.000 orang

4
tewas (www.bbc.com). Menurut Vahan Hovanessian, wakil ketua parlemen

Armenia, jumlah korban tewas 30.000. diapun mengatakan “saya bangga bahwa

dalam perang Karabakh kami membunuh 25.000 orang Azeri, katanya kepada

surat kabar Rusia, New Times. Dan “hanya 5.000 orang Armenia yang tewas.

Kemudian dari tahun 2008 sampai tahun 2016 terjadi peningkatan konflik, dimana

baku tembak antara 30 Juli dan 14 Agustus 2014. Dengan 14 prajurit Azerbaijan

tewas. Kemudian, puluhan ribu pasukan militer Armenia dan Karabakh melalukan

manuver bernama Unity-2014.

Pada November 2014, tentara Azerbaijan menembak jatuh helicopter MI-24

yang terbang diatas Aghdam, yang menewaskan tiga awaknya. Azerbaijan

mengatakan helikopter itu menyerang posisi militer mereka. Dan pada bulan

Januari 2015, pertempuran berdarah pecah lagi antara kedua belah pihak. Selama

akhir pekan tanggal 23 Januari, pertempuran menewaskan dua orang Armenia dan

tiga orang Azerbaijan saat mereka bertempur dengan granat dan serangan mortar.

Pada bulan Septemper, di provinsi Tavush di Armenia dan di garis kontak, enam

warga sipil dan dua prajurit terluka, dan empat prajurit lainnya tewas dalam duel

artileri. Persiapan militer di kedua sisi menunjukkan bahwa status quo tidak bisa

bertahan selamanya (Coyle, 2020: 50). Hingga pada Juni 2019 terjadi kembali

penembakan dua anggota dinas Azerbaijan. Dimana hal itu menekannkan bahwa

hal ini adalah Tindakan yang disengaja oleh Armenia. Namun Armenia

mengatakan pembunuhan itu sebagai balasan atas penembakan Azerbaijan

terhadap seorang tentara Armenia. Namun, waktu terjadinya penembakan

5
menimbulkan suatu pertanyaan, apakah ini bukankah cara untuk meningkatkan

ketegangan dan membuat diplomasi lebih sulit dicapai.

Pada 12 Juli 2020, baku tembak terjadi antara kedua belah pihak, termasuk

penggunaan artileri, tank, dan drone bersenjata. Tentara di garis depan terbangun

dan mendapati status quo telah diubah: Armenia memasng posisi militer baru

diperbatasan dekat kota Tovuz. Pertempuran itu mengakibatkan sedikitnya 16

korban jiwa, termasuk seorang mayor jenderal dan Korps Angkatan Darat

Azerbaijan, sebelas orang yang tewas adalah tentara Azerbaijan, empat orang

tentara Armenia, dan satu orang sipil Azerbaijan berumur 76 tahun. Yang

membuat pertempuran itu unik dibandingkan dengan bentrokan lintas batas

lainnya adalah bahwa itu tidak terjadi disepanjang garis kontak Nagorno-

Karabakh, tetapi melintasi perbatasan Internasional Armenia-Azerbaijan (Coyle,

2020: 58). Kemudian Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dilaporkan

menelepon para pemimpin kedua negara, dan kemeterian luar negerinya

menegluarkan siaran pers yang mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri.

Kemudian pertempuran kembali pecah pada 27 September 2020. Dalam

perang enam minggu berikutnya, Azerbaijan merebut kembali tiga dari tujuh

provinsi di sekitar Karabakh, serta Shusha. Kemudian Rusia pun menengahi

gencatan senjata pada November yang memperkuat penarikan mundur Armenia.

Dimana 2000 penjaga perdamaian Rusia dikirim ke zona perang.

B. Keterlibatan Turki dan Rusia

6
Konflik kedua negara telah melibatkan negara sekutunya masing-masing.

Turki merupakan salah satu negara besar di Timur Tengah yang memiliki

hubungan dekat dengan Azerbaijan. Besarnya kekuatan militer Azerbaijan

ditambah dengan dukungan penuh dari Turki membuat masyarakat internasional

khawatir karena dapat menciptakan gangguan stabilitas keamanan di kawasan

Timur Tengah. Turki memiliki kesamaan kultur dan kebangsaan dengan

Azerbaijan sehingga sering disebut ‘dua negara, satu bangsa’. Turki juga

merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaijan pada tahun

1991 setelah jatuhnya Uni Soviet. Turki tidak memiliki hubungan resmi dengan

Armenia, bahkan pada tahun 1993, Turki menutup perbatasannya dengan

Armenia untuk mendukung Azerbaijan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

berulang kali menegaskan bahwa Turki akan selalu mendukung Azerbaijan

(Lisbet, 2020: 9-10).

Turki dan Azerbaijan telah bersama-sama mengembargo Armenia dan Turki

menolak untuk menormalisasi hubungan dengan Armenia selama Armenia telah

menduduki wilayah-wilayah pendudukan di Azerbaijan. Namun, terlepas dari

dukungannya untuk tujuan Azerbaijan, Turki telah berhenti memberikan

Azerbaijan senjata atau bantuan keuangan apa pun yang mungkin diizinkan untuk

dibeli (Praestu, 2020: 182). Hal itupun ditandai juga dengan adanya Latihan

bersama, dimana ada dua Latihan tambahan di akhir musim semi: sekitar Baku (1-

3 Mei) dan di Ekslaf Nakhichevan (7-11 Juni). Kedua latihan tersebut merupakan

Latihan bersama dengan Turki untuk meningkatkan koordinasi dan

interoperabilitas antara kedua pasukan (Coyle, 2020: 56). Armenia juga

7
melakukan latihan bersama dengan Rusia di Pangkalan Militer di bulan April.

Negara besar lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan dan

Armenia adalah Rusia. Rusia telah memelihara hubungan baik dengan Armenia

dan Azerbaijan, namun dalam konflik Armenia dan Azerbaijan Rusia mendukung

Armenia. Hal ini dibuktikan dengan adanya perjanjian yang dilakukan. Dimana

Presiden Rusia Vladimir Putin mengintruksikan pemerintah untuk

menandatangani perjanjian dengan Armenia tentang pembuatan sistem pertahanan

rudal regional bersama di Kaukasus, menurut keputusan yang diterbitkan 11

November 2015. “terima proposal pemerintah Federasi Rusia dan Republik

Armenia tentang pembentukan Sistem Regional bersama Pertahanan Anti-Udara

di wilayah Kaukasus untuk keamanan kolektif “ putin mengintruksikan kepada

Kementerian Pertahanan Rusia, mengintegrasikan berbagai kemampuan Angkatan

Udara Rusia, termasuk jet tempur multifungsi, ke dalam pertahanan udara

regional bersama. Namun dalam hal ini Rusia dengan hati-hati mengeluarkan

Nagorno-Karabakh dari perjanjian tersebut. dengan kata lain, apabila Azerbaijan

menyerang Armenia maka sistem pertahanan udara Rusia akan diterapkan.

Konflik antara Armenia dan Azerbaijan ini dapat dikatakan menguntungkan

bagi pihak Rusia, dengan kata lain konflik Nagorno-Karabakh menyebabkan

perlombaan senjata regional. Dimana Azerbaijan dengan kekayaan minyaknya

membeli senjata dari Rusia dengan harga pasar, sedangkan Armenia, sebaliknya

mendapatkan persenjataan dari Rusia sebagai bantuan militer atau dengan harga

yang sesuai. Rusia tidak merasa menyesal mempersenjatai kedua belah pihak

dalam konflik tersebut (Coyle, 2020: 59). Ketika perundingan perpanjangan

8
perjanjian Gyumri 2010, mereka juga merundingkan penjualan sistem pertahanan

udara ke Azerbaijan. Dari sikap Rusia tersebut terhadap Armenia dan Azerbaijan

tentu menimbulkan kekecewaan diantara dua pihak. Dimana pemimpin biro

internasional Dashnak, Giro Manoyan, sangat marah. Dia mengatakan “ tidak

dapat dipahami dan mengkhawatirkan bahwa mitra strategis kami telah membuat

kesepakatan seperti itu dengan lawan kami”. Begitu juga dengan Azerbaijan yang

dibuat kesal dengan Rusia. Dikarenakan Rusia memasok senjata canggih kepada

Yerevan, anggota aliansi militer pimpinan Moskow yang disebut Organisasi

Perjanjian Keamanan Kolektif. Rusia dan Armenia pun merupakan anggota

aliansi militer organisasi tersebut. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah

mengkritik cara Rusia ini. Kendati demikian, Presiden Aliyev melihat bahwa

Rusia memiliki hubungan ekonomi yang signifikan dengan Azerbaijan dan

Armenia, apalagi kedua negara memiliki diaspora yang besar di Rusia (Lisbet,

2020: 10).

C. Upaya Damai Masyarakat Internasional

Konflik Konflik ini telah menimbulkan kekhawatiran dunia karena daerah

konflik merupakan lokasi koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar

dunia. Sebelum OSCE terlibat dalam membantu menangani konflik Nagorno-

Karabakh, sudah ada beberapa upaya mediasi yang dilakukan oleh beberapa

negara. Pada tahun 1991- 1992; Rusia, Kazakhstan, dan Iran adalah yang pertama

kali memprakarsai upaya mediasi. Rencana pertama resolusi konflik yang

diajukan pada saat itu meliputi gencatan senjata serta pembentukan pemerintahan

konstitusional di Nagorno-Karabakh. Sayangnya, upaya tersebut gagal sebab baik

9
Armenia maupun Azerbaijan bersikeras untuk mempertahankan posisinya melalui

pertempuran (Fatoni, 2019: 450). Seruan internasional untuk mencari solusi damai

atas konflik ini telah disampaikan oleh PBB dan masyarakat internasional. Sekjen

PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatianannya atas konflik ini dan telah

berbicara dengan para pemimpin kedua negara untuk segera menghentikan

konflik. Dewan Keamanan (DK) PBB juga telah mengadakan pembicaraan

darurat pada tanggal 6 Oktober (Lisbet, 2020: 11). Sejak tahun 1992, diputuskan

bahwa Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) harus

memimpin upaya mediasi masyarakat internasional. Minsk Group yang

merupakan badan mediasi dari OSCE yang bertugas mempelopori untuk

menemukan solusi damai 57 bagi konflik Nagorno-Karabakh yang diketuai oleh

Perancis, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat.

Negosiasi untuk konflik Nagorno-Karabakh sudah dilakukan melalui

beberapa tahap. Masing-masing pihak bersama dengan Organization For Security

and Cooperation In Europe (OSCE) Minsk Group co-chair yang merupakan

organisasi internasional untuk mediasi mengenai penyelesaian konflik perebutan

Nagorno-Karabakh oleh Azerbaijan dan Armenia telah melakukan pertemuan-

pertemua untuk membahas penyelesaian konflik. Pertemuan diadakan antara

Menteri dan antara Presiden (Febrianti, 2018: 60). Negosiasi yang telah lama

dilakukan belum mengantarkan konflik yang sudah berlangsung sejak lama ini

untuk selesai. Adanya isu kejahatan perang yang mana menurut Hukum

Humaniter Internasional dilakukan oleh Azerbaijan dan disampaikan oleh delegasi

Republik Armenia pada rapat Dewan Tetap OSCE. Terdapat sejumlah kasus

10
penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang Armenia, sandera sipil dan tawanan

perang di pemukiman Azerbaijan.

Pada bulan Desember 1996, OSCE mengadakan pertemuan puncak lainya,

di Lisbon, yang memperkuat posisi Azerbaijan. OSCE memutuskan untuk

menetapkan tiga prinsip luas untuk penyelesaian sengketa. Salah satunya adalah

penegasan keutuhan wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh ditentukan

sebelumnya. Orang-orang Armenia akhirnya terisolasi dan menolak

dimasukkannya prinsip-prinsip tersebut (Waal, 2003: 256). Di bulan Juni 1997,

proposal mengenai solusi konflik yang dikenal dengan nama “package solution”

diajukan oleh co-chair Minsk Group disaat kunjungan ke kawasan Nagorno-

Karabakh. Proposal itu mengusulkan penarikan pasukan bersenjata Armenia dan

penghentian permusuhan serta persetujuan mengenai status final Nagorno-

Karabakh dalam satu tahap. Selain itu, poin yang diajukan dalam proposal

tersebut antara lain; otonomi penuh Nagorno-Karabakh dalam teritori Azerbaijan,

pengembalian pengungsi dan tunawisma ke rumahnya masing-masing, penerjunan

pasukan penjaga perdamaian OSCE, serta pencabutan blokade ekonomi (Nikkar-

Esfahani, 2009: hal. 247-248). Berdasarkan tersebut Azerbaijan setuju, namun

proposal ini ditolak oleh Armenia.

Garibov mengatakan didalam jurnalnya. Pada November 1998, co-chair

Minsk Group kembali mengajukan proposal berdasarkan konsep “common state”.

Berdasarkan konsep ini, Nagorno-Karabakh memiliki status sebagai negara dan

unit teritorial dalam bentuk republik, yang dimana bersama dengan Azerbaijan

membentuk sebuah common state dalam batas teritori Azerbaijan yang diakui

11
secara internasional. Namun, Azerbaijan menolak proposal ini dikarenakan hal ini

sangat melanggar kedaulatan Azerbaijan dan berlawanan dengan prinsip mendasar

yang telah ditetapkan di Lisbon (Fatoni, 2019: 451). Caspersen didalam jurnalnya

menyatakan. Pada tahun 1999, atas inisiatif sendiri baik Presiden Azebaijan

maupun Presiden Armenia memiliki rencana penyelesaian konflik tersendiri

setelah berkali-kali melakukan pertemuan. Rencana tersebut dinamakan “Goble

Plan”, yang mengusulkan pertukaran teritori antara kedua negara; sebagai ganti

kontrol Armenia terhadap Nagorno-Karabakh dan koridor Lachin, maka

Azerbaijan akan mendapatkan ganti lahan berupa koridor di selatan Armenia yang

menghubungkan antara wilayah utama Azerbaijan dengan enklave Nakhichevan,

dan juga nantinya akan terhubung langsung dengan teritori Turki. Namun,

proposal ini tetap menimbulkan pertentangan sengit di dalam negeri (Fatoni,

2019: 451).

Pada tahun 2001, Presiden Putin bersama dengan Presiden Prancis

mensponsori pertemuan puncak di Paris pada bulan Februari dan Maret. Kedua

Presiden Kaukasus tampaknya telah menyetujui pertukaran tanah yang mirip

dengan rencana “Globe” sebagai syarat perdamaian; Armenia akan

mempertahankan kendali atas koridor Lachin, dan Azerbaijan akan memperoleh

koridor Mehri yang menghubungkan Azerbaijan tepat ke enclave Nakhichevan.

Namun tokoh dikedua sisi menentang rencana tersebut ketika mengetahuinya

(Coyle, 2020: 139). Dapat dikatakan Upaya perdamaian yang dilakukan baik itu

dari OSCE belum mampu membuat Armenia dan Azerbaijan berdamai baik itu

12
dari tahun 1994 hingga sampai dengan 2018. Dikarenakan ada Sebagian pihak

yang terus menolak proposal yang ditawarkan oleh OSCE Minsk Group.

Namun pada akhirnya diplomasi dilakukan kembali pada November 2020

ketika Armenia menerima proposal gencatan senjata dari Rusia untuk

menghentikan perang enam minggu sebagai imbalannya untuk mengizinkan

pasukan Armenia menarik diri dari Karabakh, Armenia memberikan Azerbaijan

kendali atas semua tanah yang mereka rebut kembali, dan koridor antara bagian

utama Azerbaijan dan Nakhchevan. Dan untuk memisahkan kedua belah pihak,

penjaga perdamaian Rusia akan berpatroli di koridor Lachin selama lima tahun.

(Coyle, 2020: 164). Armenia dan Azerbaijan, beserta Rusia, mengatakan bahwa

mereka telah menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri konflik militer di

wilayah Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung lebih dari satu bulan lamanya.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan pertama kali mengumumkan

penandatanganan melalui media sosial pribadinya disusul konfirmasi dari

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan pemerintah Rusia di Kremlin. Deklarasi

damai tersebut akhirnya lahir setelah pertempuran berdarah selama enam minggu.

Azerbaijan mengatakan bahwa pihaknya telah merebut lusinan permukiman lagi

di Nagorno-Karabakh, dan mengumumkan kemenangan dalam konflik tersebut.

Keunggulan Azerbaijan akhirnya membuat deklarasi damai mampu tercapai.

Terlebih lagi setelah Azerbaijan merebut Shusha, kota yang dianggap sebagai ibu

kota kantong oleh administrasi etnis Armenia. Dimana Susha berada di jalan

utama yang menghubungkan Nagorno-Karabak dengan wilayah Armenia.

Mengutip dari (kompas.com) Dua hari setelah Shusha lepas dari tangan Armenia,

13
PM Nikol Pashinyan mengumumkan, dia menandatangani gencatan senjata

dengan Azerbaijan dan Rusia di Nagorno-Karabakh. Pernyataan yang dibuat

Pashinyan pun resmi mengakhiri perang dua negara di Nagorno-Karabakh

SIMPULAN

Konflik yang terjadi Armenia dan Azerbaijan memiliki perbedaan pendapat


mengenai penyebab terjadinya konflik. Azerbaijan menyebut bahwa konflik
disebabkan karena perebutan wilayah yang dilakukan oleh Armenia. Sedangkan
Armenia menyebut konflik dimulai akibat agresi militer yang dilakukan oleh
Azerbaijan terhadap populasi Armenia di Nagorno-Karabakh. Saat ini, kedua
negara mengklaim memiliki hak untuk menggunakan kekuatan militer. Azerbaijan
beralasan untuk mengembalikan integritas teritori mereka dan Armenia beralasan
untuk melindungi populasi Armenia di Nagorno-Karabakh. Dan untuk upaya
perdamian pun dilakukan oleh masyarakat Internasional salah satunya yang
diberikan mandat dalam konflik ini adalah OSCE Minsk Group. OSCE Minsk
Group tidak dapat memaksakan penyelesaian konflik diantara Armenia dan
Azerbaijan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh OSCE Minsk Group dari tahun
1996 sampai 2008 tidak mampu membawa perdamaian antara Armenia dan
Azerbaijan. Hingga pada akhirnya pada November 2020 perdamaian terjadi antara
Armenia dan Azerbaijan dikarenakan keberhasilan Azerbaijan menguasai shusa
yaitu kota penting di Nagorno-Karabakh. Kendala lain yang dihadapi dalam
proses pencapaian kesepakatan damai juga dikarenakan kedua belah pihak sama-
sama menginginkan posisi maksimalis. Artinya, baik kedua pihak sama sekali
tidak bergeming dari tuntutan mereka dan penyelesaian konflik hanya akan terjadi
bila salah satu pihak menyerah dari tuntutan mereka. Azerbaijan sangat tidak
menerima ide tentang kemerdekaan Nagorno-Karabakh. Sebaliknya, Armenia

14
juga sama sekali tidak bisa menerima penyatuan kembali Nagorno-Karabakh
dengan Azerbaijan.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Yulia Hartati. (2020). Konflik Azerbaijan Denagn Armenia Atas Wilayah
Nagorno-Karabakh Dalam Konteks Hukum Internasional. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum. Volume 13, Nomor 2. 2 November 2020. Hlm. 184-213.
Coyle, James J. (2020). Russia’s Interventions in Ethnic Conflicts, The Case of
Armenia and Azerbaijan. USA: Palgrave macmillan.
Herlan Febriani. (2018). Isu Kejahatan Perang Dalam Penyelesaian Konflik
Azerbaijan-Armenia Memperebutkan Nagorno-Karabakh. Journal Of
International Relations, Volume 4, Nomor 1, 2018. Hlm. 56-63.
Lisbet. (2020). Konflik Armenia Dan Azerbaijan Serta Upaya Damai Masyarakat
Internasional. Info Singkat. Volume XII, Nomor 19. Oktober 2020. Hlm.
8- 12.
Muhammad Afi Fatoni. (2019). Kegagalan Upaya Mediasi Antara Armenia Dan
Azerbaijan Dalam Konflik Nagorno-Karabakh. Journal of International
Relations. Volume 5, Nomor 2, 2019, hlm. 448-457.
Nikkar-Esfahani Nikkar-Esfahani, H. (2009). The Nagorno Karabakh Conflict:
Causes of the conflict and obstacles to conflict resolution. Department of
Peace Studies: University of Bradford
Sulthan Farhan Praestu. (2020). Konflik Armenia Dan Azerbaijan Dalam
Perebutan Wilayah Nagorno-Karabakh Menyebabkan Krisis Berlarut Larut.
Jurnal Sosial Humaniora Sigli. Volume 3, Nomor 2, Desember 2020. Hlm. 180-
183.
Wisnu Suhardono. (2015). Konflik Dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya
Syar’I. Volume 2, Nomor 1, Juni 2015. Hlm.

15
Waal, Thomas de. (2003). Black Garden, Armenia and Azerbaijan trough Peace
and War. New York and London: New York University Press.
Aditya Jaya Iswara. 2020. Menang Perang di Nagorno-Karabakh, Begini Taktik
Azerbaijan Lawan Armenia 
https://www.kompas.com/global/read/2020/11/10/193057170/menang-perang-di-
nagorno-karabakh-begini-taktik-azerbaijan-lawan-armenia?page=all. Di akses
pada 4/4/2021

Armenia dan Azerbaijan akhirnya sepakat akhiri konflik Nagorno-Karabakh


https://internasional.kontan.co.id/news/armenia-dan-azerbaijan-akhirnya-sepakat-
akhiri-konflik-nagorno-karabakh diakses pada 4/4/2021.
Nagorno-Karabakh: 'Frozen' conflict threatens to reignite. 2015.
https://www.bbc.com/news/world-europe-32202426 diakses pada 4/4/2021.
Konflik Armenia-Azerbaijan: Kedua kubu sepakati gencatan senjata yang
diperantarai AS. 2020. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-54655091 diakses
pada 4/4/2021.

16

Anda mungkin juga menyukai