WILAYAH NAGORNO-KARABAKH
Oleh
Destiya Anisa Putri
NIM. 20718251002
2021
KONFLIK ARMENIA DAN AZERBAIJAN DALAM PEREBUTAN
WILAYAH NAGORNO-KARABAKH
PENDAHULUAN
dua pihak. Ada beberapa hal yang bisa menjadi alasan berkonflik. Di antaranya
tertentu, yang meliputi ketimpangan sosial, ekonomi, budaya dan agama. Adanya
dalam suatu negara untuk mempunyai suatu bentuk otoritas sendiri dalam
dirugikan (Suhardono, 2015: 2). Dalam hal ini konflik yang terjadi antara
Armenia dan Azerbaijan merupakan salah satu konflik dalam hal pembagian
wilayah ini diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Ketika kedua negara
dimasukkan ke Uni Soviet, ketegangan atas wilayah bisa diredam. Ketika kontrol
1
Soviet atas negara-negara satelitnya melemah di tahun 1980-an, permusuhan
berkobar sekali lagi. Sebuah perang enam tahun meletus setelah Nagorno-
Karabakh mencoba pertama kalinya secara resmi bergabung dengan Armenia dan
senjata yang ditengahi oleh Rusia pada tahun 1994, wilayah ini sebagian besar
Armenia dan Azerbaijan sampai akhir tahun 2020 pertempuran pecah pada 27
September 2020 Beberapa ribu orang telah tewas dan bombardemen telah
membunuh warga di kedua kubu. Puluhan ribu orang telah mengungsi dari rumah
mereka. Ini adalah konflik terburuk sejak perang selama enam tahun di wilayah
tersebut yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994 (bbc.com).
konflik tersebut juga tidak terlepas dari keterlibatan Turki dan Rusia
Sementara itu Rusia memainkan peran yang beragam di satu sisi Rusia
mendukung Armenia dan disisi lain Rusia juga menjual senjata ke Azerbaijan.
Tentu hal ini perlu dibahas lebih lanjut. Dalam perpecahan konflik tersebut tentu
Kazakhstan, dan Iran merupakan yang pertama kali memprakarsai upaya mediasi
pada tahun 1991-1992, dan kemudian ada OSCE Minsk Group yang mendapat
mandat dan legitimasi sebagai mediator utama konflik. Oleh karena itu perlu
2
sampai dengan upaya masyarakat internasional dalam menyelesaikan konflik
tersebut .
PEMBAHASAN
3
bukanlah etnis Azeri (Azerbaijan), melainkan etnis Armenia. Mengutip dari jurnal
(Hartati, 2020: 186) Bartuzi menyatakan “ketika kedua negara dimasukkan ke Uni
Soviet, ketegangan atas wilayah bisa diredam. Ketika kontrol Soviet atas negara-
kemerdekaannya pada tahun 1991. Setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh
Rusia pada tahun 1994, wilayah ini sebagian besar dibiarkan untuk memerintah
yang diakui secara internasional dan akan mempertahankannya sebagai status quo.
merupakan bagian tak terpisahkan dari negara mereka, mengingat sebagian besar
dari konflik akan menimbulkan kerugian bagi kedua negara, mereka seolah-olah
tidak melihat pada perdamaian, terbukti dari kedua negara yang siaga untuk saling
2020: 187). Setelah runtuhnya Uni Soviet terjadi perang habis-habisan antara
Armenia dan Azerbaijan dari tahun 1992 hingga 1994. Diperkirakan 30.000 orang
4
tewas (www.bbc.com). Menurut Vahan Hovanessian, wakil ketua parlemen
Armenia, jumlah korban tewas 30.000. diapun mengatakan “saya bangga bahwa
dalam perang Karabakh kami membunuh 25.000 orang Azeri, katanya kepada
surat kabar Rusia, New Times. Dan “hanya 5.000 orang Armenia yang tewas.
Kemudian dari tahun 2008 sampai tahun 2016 terjadi peningkatan konflik, dimana
baku tembak antara 30 Juli dan 14 Agustus 2014. Dengan 14 prajurit Azerbaijan
tewas. Kemudian, puluhan ribu pasukan militer Armenia dan Karabakh melalukan
mengatakan helikopter itu menyerang posisi militer mereka. Dan pada bulan
Januari 2015, pertempuran berdarah pecah lagi antara kedua belah pihak. Selama
akhir pekan tanggal 23 Januari, pertempuran menewaskan dua orang Armenia dan
tiga orang Azerbaijan saat mereka bertempur dengan granat dan serangan mortar.
Pada bulan Septemper, di provinsi Tavush di Armenia dan di garis kontak, enam
warga sipil dan dua prajurit terluka, dan empat prajurit lainnya tewas dalam duel
artileri. Persiapan militer di kedua sisi menunjukkan bahwa status quo tidak bisa
bertahan selamanya (Coyle, 2020: 50). Hingga pada Juni 2019 terjadi kembali
penembakan dua anggota dinas Azerbaijan. Dimana hal itu menekannkan bahwa
hal ini adalah Tindakan yang disengaja oleh Armenia. Namun Armenia
5
menimbulkan suatu pertanyaan, apakah ini bukankah cara untuk meningkatkan
Pada 12 Juli 2020, baku tembak terjadi antara kedua belah pihak, termasuk
penggunaan artileri, tank, dan drone bersenjata. Tentara di garis depan terbangun
dan mendapati status quo telah diubah: Armenia memasng posisi militer baru
korban jiwa, termasuk seorang mayor jenderal dan Korps Angkatan Darat
Azerbaijan, sebelas orang yang tewas adalah tentara Azerbaijan, empat orang
tentara Armenia, dan satu orang sipil Azerbaijan berumur 76 tahun. Yang
lainnya adalah bahwa itu tidak terjadi disepanjang garis kontak Nagorno-
2020: 58). Kemudian Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dilaporkan
menegluarkan siaran pers yang mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri.
perang enam minggu berikutnya, Azerbaijan merebut kembali tiga dari tujuh
6
Konflik kedua negara telah melibatkan negara sekutunya masing-masing.
Turki merupakan salah satu negara besar di Timur Tengah yang memiliki
Azerbaijan sehingga sering disebut ‘dua negara, satu bangsa’. Turki juga
1991 setelah jatuhnya Uni Soviet. Turki tidak memiliki hubungan resmi dengan
Azerbaijan senjata atau bantuan keuangan apa pun yang mungkin diizinkan untuk
dibeli (Praestu, 2020: 182). Hal itupun ditandai juga dengan adanya Latihan
bersama, dimana ada dua Latihan tambahan di akhir musim semi: sekitar Baku (1-
3 Mei) dan di Ekslaf Nakhichevan (7-11 Juni). Kedua latihan tersebut merupakan
7
melakukan latihan bersama dengan Rusia di Pangkalan Militer di bulan April.
Negara besar lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan dan
Armenia adalah Rusia. Rusia telah memelihara hubungan baik dengan Armenia
dan Azerbaijan, namun dalam konflik Armenia dan Azerbaijan Rusia mendukung
Armenia. Hal ini dibuktikan dengan adanya perjanjian yang dilakukan. Dimana
regional bersama. Namun dalam hal ini Rusia dengan hati-hati mengeluarkan
membeli senjata dari Rusia dengan harga pasar, sedangkan Armenia, sebaliknya
mendapatkan persenjataan dari Rusia sebagai bantuan militer atau dengan harga
yang sesuai. Rusia tidak merasa menyesal mempersenjatai kedua belah pihak
8
perjanjian Gyumri 2010, mereka juga merundingkan penjualan sistem pertahanan
udara ke Azerbaijan. Dari sikap Rusia tersebut terhadap Armenia dan Azerbaijan
dapat dipahami dan mengkhawatirkan bahwa mitra strategis kami telah membuat
kesepakatan seperti itu dengan lawan kami”. Begitu juga dengan Azerbaijan yang
dibuat kesal dengan Rusia. Dikarenakan Rusia memasok senjata canggih kepada
mengkritik cara Rusia ini. Kendati demikian, Presiden Aliyev melihat bahwa
Armenia, apalagi kedua negara memiliki diaspora yang besar di Rusia (Lisbet,
2020: 10).
konflik merupakan lokasi koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar
Karabakh, sudah ada beberapa upaya mediasi yang dilakukan oleh beberapa
negara. Pada tahun 1991- 1992; Rusia, Kazakhstan, dan Iran adalah yang pertama
diajukan pada saat itu meliputi gencatan senjata serta pembentukan pemerintahan
9
Armenia maupun Azerbaijan bersikeras untuk mempertahankan posisinya melalui
pertempuran (Fatoni, 2019: 450). Seruan internasional untuk mencari solusi damai
atas konflik ini telah disampaikan oleh PBB dan masyarakat internasional. Sekjen
PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatianannya atas konflik ini dan telah
darurat pada tanggal 6 Oktober (Lisbet, 2020: 11). Sejak tahun 1992, diputuskan
Menteri dan antara Presiden (Febrianti, 2018: 60). Negosiasi yang telah lama
dilakukan belum mengantarkan konflik yang sudah berlangsung sejak lama ini
untuk selesai. Adanya isu kejahatan perang yang mana menurut Hukum
Republik Armenia pada rapat Dewan Tetap OSCE. Terdapat sejumlah kasus
10
penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang Armenia, sandera sipil dan tawanan
menetapkan tiga prinsip luas untuk penyelesaian sengketa. Salah satunya adalah
proposal mengenai solusi konflik yang dikenal dengan nama “package solution”
Karabakh dalam satu tahap. Selain itu, poin yang diajukan dalam proposal
unit teritorial dalam bentuk republik, yang dimana bersama dengan Azerbaijan
membentuk sebuah common state dalam batas teritori Azerbaijan yang diakui
11
secara internasional. Namun, Azerbaijan menolak proposal ini dikarenakan hal ini
yang telah ditetapkan di Lisbon (Fatoni, 2019: 451). Caspersen didalam jurnalnya
menyatakan. Pada tahun 1999, atas inisiatif sendiri baik Presiden Azebaijan
Plan”, yang mengusulkan pertukaran teritori antara kedua negara; sebagai ganti
Azerbaijan akan mendapatkan ganti lahan berupa koridor di selatan Armenia yang
dan juga nantinya akan terhubung langsung dengan teritori Turki. Namun,
2019: 451).
mensponsori pertemuan puncak di Paris pada bulan Februari dan Maret. Kedua
(Coyle, 2020: 139). Dapat dikatakan Upaya perdamaian yang dilakukan baik itu
dari OSCE belum mampu membuat Armenia dan Azerbaijan berdamai baik itu
12
dari tahun 1994 hingga sampai dengan 2018. Dikarenakan ada Sebagian pihak
yang terus menolak proposal yang ditawarkan oleh OSCE Minsk Group.
kendali atas semua tanah yang mereka rebut kembali, dan koridor antara bagian
utama Azerbaijan dan Nakhchevan. Dan untuk memisahkan kedua belah pihak,
penjaga perdamaian Rusia akan berpatroli di koridor Lachin selama lima tahun.
(Coyle, 2020: 164). Armenia dan Azerbaijan, beserta Rusia, mengatakan bahwa
wilayah Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung lebih dari satu bulan lamanya.
damai tersebut akhirnya lahir setelah pertempuran berdarah selama enam minggu.
Terlebih lagi setelah Azerbaijan merebut Shusha, kota yang dianggap sebagai ibu
kota kantong oleh administrasi etnis Armenia. Dimana Susha berada di jalan
Mengutip dari (kompas.com) Dua hari setelah Shusha lepas dari tangan Armenia,
13
PM Nikol Pashinyan mengumumkan, dia menandatangani gencatan senjata
SIMPULAN
14
juga sama sekali tidak bisa menerima penyatuan kembali Nagorno-Karabakh
dengan Azerbaijan.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Yulia Hartati. (2020). Konflik Azerbaijan Denagn Armenia Atas Wilayah
Nagorno-Karabakh Dalam Konteks Hukum Internasional. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum. Volume 13, Nomor 2. 2 November 2020. Hlm. 184-213.
Coyle, James J. (2020). Russia’s Interventions in Ethnic Conflicts, The Case of
Armenia and Azerbaijan. USA: Palgrave macmillan.
Herlan Febriani. (2018). Isu Kejahatan Perang Dalam Penyelesaian Konflik
Azerbaijan-Armenia Memperebutkan Nagorno-Karabakh. Journal Of
International Relations, Volume 4, Nomor 1, 2018. Hlm. 56-63.
Lisbet. (2020). Konflik Armenia Dan Azerbaijan Serta Upaya Damai Masyarakat
Internasional. Info Singkat. Volume XII, Nomor 19. Oktober 2020. Hlm.
8- 12.
Muhammad Afi Fatoni. (2019). Kegagalan Upaya Mediasi Antara Armenia Dan
Azerbaijan Dalam Konflik Nagorno-Karabakh. Journal of International
Relations. Volume 5, Nomor 2, 2019, hlm. 448-457.
Nikkar-Esfahani Nikkar-Esfahani, H. (2009). The Nagorno Karabakh Conflict:
Causes of the conflict and obstacles to conflict resolution. Department of
Peace Studies: University of Bradford
Sulthan Farhan Praestu. (2020). Konflik Armenia Dan Azerbaijan Dalam
Perebutan Wilayah Nagorno-Karabakh Menyebabkan Krisis Berlarut Larut.
Jurnal Sosial Humaniora Sigli. Volume 3, Nomor 2, Desember 2020. Hlm. 180-
183.
Wisnu Suhardono. (2015). Konflik Dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya
Syar’I. Volume 2, Nomor 1, Juni 2015. Hlm.
15
Waal, Thomas de. (2003). Black Garden, Armenia and Azerbaijan trough Peace
and War. New York and London: New York University Press.
Aditya Jaya Iswara. 2020. Menang Perang di Nagorno-Karabakh, Begini Taktik
Azerbaijan Lawan Armenia
https://www.kompas.com/global/read/2020/11/10/193057170/menang-perang-di-
nagorno-karabakh-begini-taktik-azerbaijan-lawan-armenia?page=all. Di akses
pada 4/4/2021
16