Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif
yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-
pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis. Dengan
kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan
dari berbagai teori dan model yang senantiasa berkembang yang telah
diujiterapkan dan kemudian dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang
didalamnya memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia,
maka ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 (tiga) proses
utama, yakni :
a) proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata
ruang wilayah (RTRW). Disamping sebagai guidance of future actions
RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar
interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan
serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan
manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan (development sustainability).
b) proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi
rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri,
c) proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme
perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya.
Dengan demikian, selain merupakan proses untuk mewujudkan tujuan-
tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan produk yang
memiliki landasan hukum (legal instrument) untuk mewujudkan tujuan
pengembangan wilayah.

1
1.2. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin latin Bandiermasinensis adalah salah satu kota


sekaligus ibukota dari provinsi kalimantan selatan, indonesia. Kota Banjarmasin
merupakan pusat kegiatan wilayah (PKW), sebagai kota pusat pemerintah
(Ibukota Provinsi kalimantan selatan) serta sebagai pintu gerbang nasional dan
kota kota pusat kegiatan ekonomi nasional. Juga merupakan kota penting di
wilayah kalimantan selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat strategis
secara geografis, kota terpadat di kalimantan ini termasuk salah satu kota besar di
Indonesia, yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota yang dipisahkan
oleh sungai-sungai antara lain Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan
Keliling, Pulau Insan dan lain lain.

Kota Banjarmasin terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 27


Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Dae rah Tingkat II di Kalimantan sebagai undang-undang.
Keputusan Walikota Banjarmasin Nomor 93 Tahun 2000 tentang Penataan
Daerah Kota Banjarmasin dan Pembentukan Kecamatan Banjarmasin Tengah,
kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 2 tahun
2001 tentang Penataan Daerah Kota Banjarmasin, Kota Banjarmasin terdiri atas 5
Kecamatan, yaitu Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Barat,
Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Utara.

Kota Banjarmasin secara geografis terletak antara 31646 sampai


dengan 32254 lintang selatan dan 1143140 sampai dengan 1143955
bujur timur. Berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut
dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar. Padawaktu air pasang
hampir seluruh wilayah digenangi air.

Kota Banjarmasin berada di sebelah selatan Provinsi Kalimantan Selatan,


berbatasan dengan :

1. Di sebelah utara dengan Kabupaten Barito Kuala.

2
2. Di sebelah timur dengan Kabupaten Banjar.

3. Di sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala.

4. Di sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar.

Luas Kota Banjarmasin 98,46 km persegi atau 0,26% dari luas wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan, terdiri dari 5 kecamatan dengan 52 kelurahan.
Penjelasannya dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 1.1
Peta Administratif Kota Banjarmasin

1.3. Kondisi Geologi

Ditinjau dari aspek geologi, kondisi jenis batuan utama di Kota


Banjarmasin tersebar dengan beberapa formasi batuan. Adapun sebaran formasi
batuan tersebut adalah :
1. Formasi berai (tomb) dibentuk oleh batu gamping putih berlapis dengan
ketebalan 20 200 cm. Formasi ini mengandung fosil berupa batu koral

3
foreminifera dan ganggang dengan sisipan napal berlapis (10 15 cm) dan
batu lempung kelabu berlapis (tebal 25 74 cm)
2. Formasi Dahor (tqd) dibentuk oleh batu pasir kwarsa (tidak padu),
konglomerat dan batu lempung lunak dengan sisipan lignit dengan ketebalan
5 10 cm. Satuan ini menjadi dasar endapan alluvial yang berada di atasnya
3. Formasi keramaian (kak) dibentuk oleh perselingan batu lanau dan batu
lempung. Formasi ini bersisipan dengan batu gamping dengan ketebalan
berkisar dari 20 50 cm
4. Formasi pudak (Kap) yang dibentuk oleh lava ditambah perselingan antara
breksi/konglomerat dan batu pasir dengan olistolit (massa batuan asing)
berupa batu gamping, basal, batuan malihan, dan ultramafik. Ukuran olistolit
ini berkisar antara puluhan meter hingga ratusan meter
5. Formasi tanjung (Tet) dibentuk oleh batu pasir kwarsa berlapis (50 150 cm)
dengan sisipan batu lempung kelabu yang memiliki ketebalan 30 150 cm
pada bagian atas serta batubara hitam mengkilap dengan ketebalan 50 100
cm pada bagian bawah
6. Alluvium (Qa) yang dibentuk oleh kerikil, pasir, lanau, lempung, dan lumpur.
Disamping itu banyak juga dijumpai sisa-sisa tumbuhan serta gambut pada
kedalaman tertentu
7. Formasi Pitanak (Kvpc) yang disusun dan dibentuk oleh lava yang terdiri atas
struktur bantal, berasosiasi dengan breksi-konglomerat
8. Kelompok batuan ultramafik (Mub) disusun oleh harzborgit, piroksenit, dan
serpentinit

1.4. Kondisi Demografi

Laju pertumbuhan Penduduk secara alami dipengaruhi oleh Jumlah


penduduk lahir, mati, dan migrasi. Berdasarkan hasil Sensus laju pertumbuhan
Penduduk di Wilayah Kota Banjarmasin mengalami penurunan sejak dua
dasawarsa ini. Tercatat laju pertumbuhan penduduk tahun 1980-1990 sebesar
2,36% dan turun menjadi 1,02% pada periode tahun 1990-2000. Pada tahun 2010-
2012 angka laju pertumbuhan penduduk tercatat stabil masih diangka 1,02%.

4
Pada tahun 2012 penduduk Kota Banjarmasin berjumlah 648.029 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 323.880 jiwa dan 324.149 jiwa perempuan.
Berdasarkan wilayah kecamatan maka hampir sekitar 23,33% penduduk Kota
Banjarmasin berdiam di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Sedangkan tingkat
kepadatan penduduk terbesar pada Kecamatan Banjarmasin Tengah yang
mencapai 155 jiwa/km. Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi
oleh jumlah penduduk lahir, mati, dan migrasi.
Tabel 1.1
Wilayah Administratif dan Wilayah Terbangun Kota Banjarmasin

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2003, penggunaan


tanah/lahan Kota Banjarmasin yaitu :
Lahan Pertanian : 2.962,6 ha
Industri : 278,6 ha
Perusahaan : 337,3 ha
Jasa : 486,4 ha
Perumahan : 3.135,1 ha

5
BAB II
PEMBAHASAN

Sebagaimana disampaikan pada bagian sebelumnya, penataan ruang terdiri


atas perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Bagian ini akan mendeskripsikan secara garis besar ketiga tahapan
tersebut, untuk memberikan pemahaman tentang penataan ruang secara umum
sebelum pembahasan tentang perencanaan tata ruang bervisi lingkungan.
2.1. Perencanaan Tata Ruang

Pembangunan Kota Banjarmasin yang sudah sejak lama dilakukan, sejak


sebelum orde baru, semasa orde baru sampai masa kini diera reformasi telah
berhasil menunjukkan kemajuan, baik dari perubahan wajah kota yang tampak
dari fisiknya, kemajuan ekonomi, sosial budaya dan kemasyarakatan serta segi-
segi lainnya. Penduduknya dari tahun ketahun semakin bertambah, baik secara
alamiah maupun dampak dari terjadinya urbanisasi. Kehidupan masyarakat terus
bertambah sesuai dengan dinamika perubahan kehidupan kota dan pengaruh
faktor-faktor eksternal dan global.
Sampai akhir tahun 2055, Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota
Banjarmasin Tahun 2001- 2005 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2001 dan merupakan acuan bagi penyelenggaraan
pembangunan kota sudah berakhir dan ke depan dibutuhkan dokumen
perencanaan pembangunan kota yang dilandasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004. Pembangunan Kota Banjarmasin ke depan, kondisinya berubah disbanding
dengan dimasa-masa sebelum era reformasi dan otonomi daerah, Pembangunan
Kota Banjarmasin ke depan menunjukkan perubahan-perubahan yang spesifik,
yang antara lain : (1) memiliki tujuan yang kompleks, (2) intensitas penggunaan
sumber daya atau investasi yang tinggi, (3) melibatkan banyak pihak/stake
holder/masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan (4) banyaknya pilihan-
pilihan yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Apalagi
kondisi sosial budaya kehidupan politik warga Kota Banjarmasin pada era

6
reformasi dan otonomi daerah sekarang, tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menuju
pemerintahan yang bersih (clean governance) semakin kuat. Tuntutan semacam
itu harus segera direspon dengan upaya-upaya peningkatan kualitas manajemen
dalam penyelenggaraan pemerintah kota sebagai wujud pelayanan masyarakat
termasuk dalam perencanaan, penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan
kota ke depan.

2.2. Struktur Ruang Kota Banjarmasin

Berdasarkan kondisi eksisting di Kota Banjarmasin, sistem pusat


pelayanan bersifat terpusat di Banjarmasin Tengah.
Dalam rangka mewujudkan rencana struktur ruang yang dinamis,
berkesinambungan dan seimbangan, maka penentuan pusat-pusat pelayanan di
Kota Banjarmasin dibagi menjadi :
1. PUSAT PELAYANAN KOTA, Terletak di Banjamasin Tengah, merupakan
kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan utama dan Pusat
Kegiatan Wilayah perkotaan, dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan,
permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, Kesehatan,
industri dan pelayanan masyarakat serta sebagai pintu gerbang perdagangan ke
luar wilayah Kota dengan kelengkapan prasarana dan sarana disamping
tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.
2. SUB PUSAT PELAYANAN KOTA, Adapun orientasi pelaksanaan kegiatan
di setiap sub pusat kota antara lain pemerintahan, permukiman, perdagangan,
pendidikan, kesehatan, terminal angkutan kota, dermaga untuk transportasi
sungai dan kegiatan lainnya yang mendukung pertumbuhan wilayah di sub
pusat kota.
3. PUSAT LINGKUNGAN, Berada pada lingkungan wilayah masing-masing
dan berada pada setiap wilayah kecamatan. Pusat unit lingkungan merupakan
kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai wilayah yang berfungsi melayani
masyarakat yang berada di wilayah masing-masing dengan orientasi kegiatan
berupa pemerintahan, perdagangan, pendidikan, Kesehatan, permukiman,
dengan kelengkapan prasarana dan sarana yang melayani penduduk setempat.

7
Rencana struktur pelayanan kegiatan Kota Banjarmasin, merupakan
kegiatan fungsional kawasan dengan struktur jangkauan pelayanan serta orientasi
lokasi yang disesuaikan dengan hirarkhi kegiatan fungsionalnya. Kegiatan
fungsional tersebut disesuaikan dengan arahan pembangunan dan posisi Kota
Banjarmasin sebagai PKN, Kota Metropolitan Banjar Bakula dan Kota
Banjarmasin sebagai salah satu kota yang strategis dalam pintu gerbang
perekonomian di Kalimatan Selatan.

Gambar 2.1
Peta Struktur Ruang Kota Banjarmasin

2.3. Rencana Pola Ruang Kota Banjarmasin

Pola ruang Kota Banjarmasin direncanakan akan menjadi pola ruang yang
dinamis, dimana pada beberapa bagian tertentu tidak diberlakukan secara ketat,
tetapi dapat mengakomodir konsep-konsep ataupun pola ruang yang lebih baik.
Dengan pertimbangan tersebut, serta memperhatikan Pendekatan
pembentukan pola ruang Kota Banjarmasin, kebijakan penataan ruang nasional
(RTRWN), RTRW Provinsi Kalimantan Selatan dan RTRW Metropolitan Banjar
Bakula, maka rencana pola ruang Kota Banjarmasin yang tertuang dalan rencana

8
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Rencana Penggunaan Lahan 2032
dan Gambar 2.2. Peta Pola Ruang Kota Bajarmasin.
Tabel 2.1.
Rencana Penggunaan Lahan Kota Banjarmasin Tahun 2030
Luasan
No. Fungsi
(Ha)
A. Kawasan Lindung
1. Ruang Terbuka Hijau
a. Pertanian Berkelanjutan 396,83
b. Ruang Terbuka Hijau 1.623,52
2. Cagar budaya 5,64
B. Kawasan Budidaya
1. Perumahan, yang meliputi :
a. Kepadatan tinggi 160,91
b. Kepadatan sedang 1.018,08
c. Kepadatan rendah 3.594,54
2. Perdagangan dan Jasa 538,81
3. Perkantoran 48,08
4. Industri 496,4
5. Pergudangan 225,15
6. Pariwisata 28,55
7. Kawasan Terbuka Non Hijau
a. Sungai 861,7
b. Halaman dan Jalan 139
8. Kawasan Peruntukan Lainnya :
a. Pendidikan 86,66
b. Kesehatan 22,25
c. Peribadatan 6,07
d. Pelabuhan 305,82
e. Pertanian 217,23
f. Pertahanan Negara 33,73
g. TPA 37,02
Total 9.846

9
Gambar 2.2.
Peta Pola Ruang Kota Banjarmasin
Rencana pola ruang wilayah kota Banjarmasin yang diatur dalam RTRW
Kota Banjarmasin, yaitu :
1. Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, yaitu areal kantong air yang dibangun menjadi kolam air
dengan multifungsi, terutama fungsi lingkungan disamping fungsi sosial
dan ekonomi. Kolam-kolam air ini merupakan wahana pengendalian
genangan air atau banjir pada saat hujan/pasang. Kolam dibangun dengan
mempertimbangkan cakupan kantong air potensial dengan kondisi
kawasan saat ini serta ketersediaan ruang bagi pembangunan kolam pada
areal kantong air tersebut. Saat ini terdapat 48 kantong air yang tersebar
secara hampir merata di Kota Banjarmasin, sedangkan Satuan Pengelolaan
Air sejumlah 51 unit. Kantong air adalah areal cekungan yang selalu
tergenang pada saat pasang atau musim hujan. Sedangkan Satuan
Pengelolaan Air merupakan satuan ruang yang dibatasi oleh sungai besar

10
atau kecil atau saluran drainase, yang ditandai adanya aliran air ke bagian
tengah unit tersebut pada saat pasang, dan sumber aliran air pada saat
surut. Seluruh wilayah Kota Banjarmasin dibagi ke berbagai satuan
pengelolaan air. Areal yang dibatasi kantong air dibedakan menjadi dua
kelas, yaitu kantong air dengan intensitas serapan air tinggi dan yang
sedang-rendah. Kantong air dengan intensitas serapan tinggi artinya tidak
terdapat bangunan pada lahan tersebut dan yang mempunyai intensitas
sedang-rendah ada pada kawasan terbangun.
b. Kawasan perlindungan setempat; sempadan sungai merupakan
sempadan yang paling luas dan tersebar di seluruh wilayah kota.
Sempadan sungai ini perlu dipulihkan secara bertahap dengan lebar 5-25
meter dari air pasang tertinggi. Mengingat posisi permukaan tanah Kota
Banjarmasin lebih rendah dari permukaan air laut (sungai), maka
sempadan atau tepi sungai yang kritis sebaiknya diberi tanggul (turap,
siring). Untuk sempadan sungai, sebagian besar dikembangkan melalui
pendekatan natural (green belt), sebagian tetap berupa rumah panggung
terapung sebagai ciri khas permukiman kota sungai dan segmen sempadan
lainnya diturap. Sempadan lain yang penting di Banjarmasin adalah
sempadan untuk kantong air yang menjadi pengendali banjir secara
alamiah, berupa jalur hijau sebagai penanda, penjaga dan pembatas
kantong air. Jalur hijau juga dikembangkan sebagai pembatas antar fungsi
lahan yang berbeda, taman kota, pengaman SUTET dan lain-lain.
c. Ruang Terbuka Hijau; saat ini terdapat beberapa RTH yang tersebar di
kawasan kota Banjarmasin, di selatan, utara dan barat masih terdapat ruang
terbuka hijau, umumnya merupakan rawa. Memperhatikan kondisi
kawasan permukiman berkepadatan tinggi yang miskin ruang terbuka
hijau, sebaiknya perlu dikembangkan RTH dan jalur hijau pada
permukiman tersebut. Pendekatan penghijaun sebaiknya dilakukan secara
partisipatif. Rencana penyediaan Kantong Air, revitalisasi sempadan
sungai dan pengembangan RTH pada kawasan permukiman padat dan
pusat kota diharapkan dapat mempertahankan RTH seluas minimal 30%

11
sesuai amanah undang-undang. Hal ini penting diwujudkan, agar
keberadaan RTH dapat menjadi bagian yang berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas kenyamanan kota.
d. Lahan Pangan Berkelanjutan, lahan ini terdapat di bagian selatan
wilayah kota dengan pemanfaatan saat ini berupa sawah dan rawa. Hal ini
berkenaan dengan keterkaitan sistem pertanian Kabupaten Banjar bagian
utara yang berbatasan dengan kota Banjarmasin sebagai pertanian lahan
abadi. Meskipun sebagai lahan pangan, areal ini dimasukkan dalam
kategori kawasan lindung karena peruntukkannya dibatasi hanya untuk
lahan sawah berkelanjutan yang secara ekologis mempunyai fungsi
sebagai areal resapan air. Secara keseluruhan, areal terbuka hijau dan lahan
pangan berkelanjutan (lahan rawa dan pertanian), saat ini luasnya masih
46% dari total luas kota.
e. Ruang Terbuka Biru; selain kantong air, wilayah sungai, waduk, danau,
embung dan sejenisnya dikenal dengan istilah Ruang Terbuka Biru (RTB).
RTB ini, terutama sungai untuk Kota Banjarmasin merupakan wilayah
yang harus dilindungi secara ketat. Terdapat 3 sungai besar, 17 sungai
kecil dan puluhan sungai lainnya
2. Rencana Kawasan Budidaya
a. Permukiman; adalah komponen utama kota Banjarmasin dengan luas
total 3.635,87 Ha. yang terdiri dari permukiman dengan kepadatan rendah
sampai tinggi. Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar sub
wilayah kota, maka pembangunan perumahan ditetapkan dengan pola
1:3:6 dan pengembangannya untuk sementara diarahkan ke bagian selatan
dan barat. Dengan demikian perhitungan kebutuhan rumah adalah dengan
memperhatikan luasan masing-masing klasifikasi permukiman dan untuk
penerapan komposisi 1:3:6 dihitung berdasarkan proyeksi untuk tahun
2029.
b. Perdagangan dan Jasa; dikembangkan pada kawasan yang sudah
bertumbuh dengan beberapa penyesuaian fungsi dan peran sesuai arahan
pada rencana struktur ruang. Namun pola pertumbuhan kawasan

12
perdagangan yang cenderung linier (ribbon) secara bertahap dikurangi dan
direlokasi pada pusatpusat kawasan perdagangan baru. Sebagai strategi
untuk mengurangi beban pusat kota, direncanakan mengembangkan
kawasan niaga dan perumahan baru di bagian selatan yang dilintasi jalan
lingkar selatan. Sedangkan pada pusat kota saat ini dilakukan revitalisasi
dengan pendekatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan lahan, seperti
pembangunan kawasan perdagangan modern terpadu di Sudi Mampir,
Cempaka, Duta Mall dan sekitanya dengan pendekatan super block namun
dengan tetap bercirikan arsitektur lokal dan ramah lingkungan. Kawasan
perdagangan dan jasa pada umumnya menjadi pusat aktivitas kota/sub
wilayah kota yang sering menempati pusat kegiatan kota/lingkungan kota
dalam struktur pusat-pusat permukiman.
c. Perkantoran; Sebagaimana yang telah disampaikan pada rencana struktur,
bahwa kantor gubernur akan direlokasi ke Banjarbaru. Sedangkan
kawasan perkantoran lain yang bersifat nasional, sebagian regional dan
lokal tetap dipertahankan pada lokasi yang sudah ada. Namun perlu
dikembangkan kantor pemerintah daerah yang terpadu dan berada dalam
satu hamparan, sehingga lebih efisien. Lokasi kantor ini dapat
dikembangkan pada bekas kantor gubernur yang akan segera direlokasi
atau pada lokasi kantor saat ini. Sementara itu untuk perkantoran swasta,
dengan pertimbangan bahwa kegiatan perkantoran mempunyai
tarikan/bangkitan lalu lintas rendah sebaiknya dikembangkan di sepanjang
jalan-jalan utama, seperti Jl. Jend. A. Yani, Jl. Brigjen Hasan Basri, Jl.
Veteran. Dalam rangka meringankan beban pusat kota, beban jalan-jalan
tersebut di atas serta mengurangi kemacetan, maka bangunan komersial-
perdagangan didorong untuk dialihkan menjadi bangunan komersial-jasa
perkantoran.
d. Pergudangan; sebagai pintu gerbang dan pusat distribusi dan koleksi
Kalimantan bagian selatan, maupun lintas provinsi, ketersediaan lahan
untuk pergudangan menjadi sangat penting. Dengan memperhatikan
peluang ekonomi masa depan kota, kecenderungan untuk tetap

13
menggunakan transportasi laut/sungai serta dalam rangka mengurangi
pusat beban kota, maka kawasan pergudangan diarahkan pada pertemuan
S.Martapura dengan S.Barito di selatan Pelabuhan Trisakti. Kawasan ini
merupakan kawasan industri plywood, namun dengan menurunnya industri
pengolahan kayu secara drastis dan kebijakan untuk merelokasi kegiatan
indsutri ke Barito kuala (seberang S.Barito), maka kawasan ini menjadi
sangat ideal dikembangkan untuk pergudangan. Pertimbangan lainnya
adalah, bahwa pada kawasan ini memang sudah bertumbuh bangunan
pergudangan serta menjadi pilihan lain bagi pemilik lahan untuk
reinvestasi dan diversifikasi usaha.
e. Industri; Industri berat direlokasi ke seberang Pelabuhan Laut Trisakti
dan sekitarnya (Kabupaten Barito Kuala). Kegiatan industri yang
dikembangkan dalam kota Banjarmasin adalah industri rumah tangga non
polutif yang tersebar pada kawasan permukiman.
f. Pariwisata; dengan adanya rencana relokasi industri dan kantor
pemerintahan provinsi sedikitnya akan membawa dampak penurunan
PAD. Memperhatikan potensi dan peluang masa depan, pariwisata
merupakan salah satu andalan Kota Banjarmasin sebagai lokomotif
pertumbuhan ekonomi kota. Pada sisi lain, pariwisata akan mendorong
pembangunan kota yang lebih mengedepankan kaidah-kaidah
perencanaan, arsitektural, budaya lokal, estetika dan kualitas lingkungan
kota serta memberikan ruang rekreasi bagi masyarakat kota. Dengan
pertimbangan adanya kebijakan relokasi industri yang saat ini berlokasi di
sisi S.Barito, kawasan ini direncanakan untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata utama Kota Banjarmasin yang meliputi arena rekreasi,
taman hiburan, hotel, toko cinderamata lokal, wisata kampung pantai, dan
lain-lain. Kawasan wisata lain yang dikembangkan di Kota Banjarmasin
adalah di bagian timur kota, tepatnya di antara Jl. Lingkar Dalam dan
S.Martapura (Kelurahan Banua Hanyar). Di kawasan ini akan
dikembangkan wahana rekreasi atraktif tirta (waterboom) yang dilengkapi
wahana-wahana lain yang berbasis alam dan buatan. Obyek wisata

14
lainnya adalah Makam Sultan Suriansyah, Masjid Raya Sabilal Muhtadin,
Kubah Sei Jingah, Kubah Basirih, Kampung Sasirangan, dan Pasar
Terapung

2.4. Penggunaan Lahan Kota Banjarmasin

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Kota Banjarmasin yang dikeluarkan


oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Banjarmasin (2008), pola
penggunaan lahan di Kota Banjarmasin masih didominasi oleh penggunaan lahan
terbuka/tidak terbangun berupa areal persawahan dan rawa/tanah kosong.
Sedangkan untuk lahan terbangun peruntukannya sangat spesifik, yaitu
didominasi oleh kawasa permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan
perkantoran pemerintahan dan swasta, kawasan pelabuhan, pelayanan umum dan
sosial, serta kawasan pergudangan, dengan karakteristik dan penyebaran sebagai
berikut :
1. Permukiman
Penggunaan lahan untuk kawasan permukiman tersebar merata di
seluruh kawasan, baik berkembang secara alamiah secara individu maupun
terencana melalui developer/pengembang. Kawasan permukiman yang
berkembang secara individual pada umumnya berada di tepi sungai,
sedangkan permukiman yang dibangun secara terencana oleh developer
maupun perorangan di seluruh daerah kota Banjarmasin.
2. Perdagangan dan Jasa
Perdagangan dan jasa terpusat di kawasan pusat kota, khususnya pada
jalan utama/koridor kota, antara lain jalan Pangeran Antasari, Pangeran
Samudra, Lambung Mangkurat, Hasanudin, Sutoyo S, Kol. Sugiono, MT.
Haryono, Anang Adenansi, Veteran dan beberapa jalan lainnya. Kegiatan
perdagangan dan jasa yang ada selain berkembang mengikuti koridor utama
kota, juga berkembang membentuk suatu kawasan komersial, antara lain
kawasan pertokoan Mitra Plasa, kawasan Sudimampir, Kawasan Telawang
dan Kawasan Pasar Baru. Jenis perdagangan dan jasa yang berkembang

15
antara lain perdagangan eceran, grosil, retail, perbankan, asuransi, dealer,
hotel, salon, showroom dan lainnya.
3. Perkantoran
Kawasan Perkantoran terdiri dari perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta. Perkantoran Pemerintah yang terpusat didua lokasi
yaitu perkantoranPemerintah Provinsi di jalan D.I. Panjaitan, jalan S.
Parman dan jalan Panglima Sudirman, dan perkantoran Pemerintah Kota
Banjarmasin yang terpusat di jalan R.E. Martadinata. Sedangkan
perkantoran swasta umumnya tersebar dikawasan komersial, antara lain di
Jalan Lambung Mangkurat, M.T. Haryono, Cempaka, Pangeran Samudera
dan jalan utama kota lainnya.
4. Pelayanan umum dan sosial
Fasilitas pelayanan Umum dan Sosial lainnya memiliki skala
pelayanan kota dan regional, antara lain fasilitas peribadatan (masjid Sabilal
Muhtadin, klenteng, gereja, katedral, mesjid cempaka, Mesjid Noor),
kesehatan (RS. Bersalin Bunda Siti, RSU Suaka Insan, dan RSU Ulin),
olahraga (stadion 17 Mei, gedung olahraga dan lainnya), pendidikan
(STIENAS, SMU, SMK dan lainnya). Fasilitas pelayanan umum dan sosial
menyebar secara merata di seluruh kota Banjarmasin.
5. Kawasan pelabuhan
Kawasan pelabuhan Trisakti merupakan outlet dan inlet ekspor/impor
di Provinsi Kalimantan Selatan dengan skala pelayanan hingga Propinsi
Kalimantan Tengah, terletak di Kecamatan Banjarmasin Barat yang
melayani pelayaran nusantara untuk angkutan barang dan penumpang.
Kawasan pelabuhan ini juga dilengkapi dengan bangunan pendukung seperti
kantor pengelola, ruang terminal, ruang parkir dan bangunan pelengkap
lainnya yang mendukung kegiatan pelayaran.
6. Kawasan industri dan perdagangan
Kawasan Industri dan pergudangan terletak di sekitar pelabuhan
khususnya di daerah Pelambuan (jalan P.M. Noor) dan kawasan Teluk
Tiram. Namun seiring dengan perkembangan kawasan perkotaan dan

16
jaringan jalan yang tersedia dengan baik maka kawasan pergudangan juga
ditemui di jalan lingkar selatan tepatnya di Kelurahan Basirih disebabkan
jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Trisakti.

2.5. Pengembangan Wilayah Kota Banjarmasin Yang Belum Terselesaikan

Terdapat beberapa permasalahan pengembangan wilayah di kota


Banjarmasin yang masih belum terselesaikan, yaitu :

a. Ruang Terbuka Hijau


Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
diamanatkan bahwa suatu wilayah harus menyediakan ruang terbuka hijau
seluas 30 % dari luas wilayah dengan rincian 10 % ruang terbuka hijau
privat dan 20 % ruang terbuka hijau publik. Kondisi saat ini untuk Kota
Banjarmasin belum dapat memenuhi 20 % ruang terbuka hijau publik
tersebut, sedangkan permasalahan yang dihadapi adalah mahalnya biaya
didalam upaya menambah luasan ruang terbuka hijau publik tersebut.
b. Sempadan Sungai
Banjarmasin kota yang tumbuh secara alami, pemukiman banyak berada
dibantaran sungai karena pada jaman dulu sarana perhubungan yang utama
dari Banjarmasin kedaerah hulu sungai menggunakan transportasi sungai
Seiring dengan perkembangan laju pembangunan dimana
saranaperhubungan darat semakin lancar serta pertambahan jumlah
penduduk, maka masyarakat mulai kurang memperhatikan arti penting
sungai, sehingga bantaran-bantaran sungai banyak dijadikan pemukiman.
c. Pertumbuhan kota dalam bentuk sprawl
Kota Banjarmasin tumbuh dengan tidak terarah, kawasan pemukiman
cendrung tumbuh padat mengikuti arah pusat perdagangan mupun pusat-
pusat kegiatan publik lainnya seperti sekolah, perkantoran dan lain-lain.
Akibatnya, bercampurnya antara aktivitas yang satu dengan aktivitas
lainnya. Permasalahan akan timbul apabila tercampur kawasan yang tidak
saling menunjang, seperti kawasan pergudangan dengan kawasan

17
perkantoran pemerintah atau dengan kawasan pendidikan, maka kondisi
yang demikian ini mengakibatkan terganggunya aktivitas kegiatan yang
lain.
d. Ketinggian air pasang yang cenderung meningkat
Kota Banjarmasin berada 0,16 m dari permukaan laut, disamping itu
adanya pengaruh pemanasan global yang mnyebabkan permukaan air laut
naik, maka berakibat memperparah terjadinya genangan-genangan air
dikota Banjarmasin. Genangan yang cukup besar terjadi apabila turun
hujan bersamaan dengan pasang besar air laut

18
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan pada makalah ini yaitu :

1. Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang didalamnya


memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia, maka
ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 (tiga) proses
utama, yaitu : proses perencanaan tata ruang wilayah, proses pemanfaatan
ruang dan proses pengendalian.
2. Luas Kota Banjarmasin 98,46 km persegi atau 0,26% dari luas wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan, terdiri dari 5 kecamatan dengan 52 kelurahan.
3. Rencana pola ruang kota Banjarmasin dibagi menjadi dua kawasan yaitu :
rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.
4. Masih terdapat permasalahan dalam pengembangan wilayah perkotaan yang
masih belum terselesaikan yaitu : ruang terbuka hijau, sempadan sungai,
pertumbuhan kota dan naikknya permukaan air laut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 26 tahun 2008. Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional., RI., 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007., Tentang Penataan
Ruang., RI., 2007.
https://sites.google.com/a/skpdkalsel.co.cc/kota-banjarmasin/kawasan-
strategis-1
https://sites.google.com/a/skpdkalsel.co.cc/kota-banjarmasin/rencana-pola-
ruang

20
LAMPIRAN

Wisata Pasar Terapung Kuin


Pasar Terapung Siring

Pulau Kembang Taman Siring Martapura

21
Taman Wisata Museum Wasaka

Anda mungkin juga menyukai