PENDAHULUAN
1
1.2. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Banjarmasin
2
2. Di sebelah timur dengan Kabupaten Banjar.
Luas Kota Banjarmasin 98,46 km persegi atau 0,26% dari luas wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan, terdiri dari 5 kecamatan dengan 52 kelurahan.
Penjelasannya dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 1.1
Peta Administratif Kota Banjarmasin
3
foreminifera dan ganggang dengan sisipan napal berlapis (10 15 cm) dan
batu lempung kelabu berlapis (tebal 25 74 cm)
2. Formasi Dahor (tqd) dibentuk oleh batu pasir kwarsa (tidak padu),
konglomerat dan batu lempung lunak dengan sisipan lignit dengan ketebalan
5 10 cm. Satuan ini menjadi dasar endapan alluvial yang berada di atasnya
3. Formasi keramaian (kak) dibentuk oleh perselingan batu lanau dan batu
lempung. Formasi ini bersisipan dengan batu gamping dengan ketebalan
berkisar dari 20 50 cm
4. Formasi pudak (Kap) yang dibentuk oleh lava ditambah perselingan antara
breksi/konglomerat dan batu pasir dengan olistolit (massa batuan asing)
berupa batu gamping, basal, batuan malihan, dan ultramafik. Ukuran olistolit
ini berkisar antara puluhan meter hingga ratusan meter
5. Formasi tanjung (Tet) dibentuk oleh batu pasir kwarsa berlapis (50 150 cm)
dengan sisipan batu lempung kelabu yang memiliki ketebalan 30 150 cm
pada bagian atas serta batubara hitam mengkilap dengan ketebalan 50 100
cm pada bagian bawah
6. Alluvium (Qa) yang dibentuk oleh kerikil, pasir, lanau, lempung, dan lumpur.
Disamping itu banyak juga dijumpai sisa-sisa tumbuhan serta gambut pada
kedalaman tertentu
7. Formasi Pitanak (Kvpc) yang disusun dan dibentuk oleh lava yang terdiri atas
struktur bantal, berasosiasi dengan breksi-konglomerat
8. Kelompok batuan ultramafik (Mub) disusun oleh harzborgit, piroksenit, dan
serpentinit
4
Pada tahun 2012 penduduk Kota Banjarmasin berjumlah 648.029 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 323.880 jiwa dan 324.149 jiwa perempuan.
Berdasarkan wilayah kecamatan maka hampir sekitar 23,33% penduduk Kota
Banjarmasin berdiam di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Sedangkan tingkat
kepadatan penduduk terbesar pada Kecamatan Banjarmasin Tengah yang
mencapai 155 jiwa/km. Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi
oleh jumlah penduduk lahir, mati, dan migrasi.
Tabel 1.1
Wilayah Administratif dan Wilayah Terbangun Kota Banjarmasin
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
reformasi dan otonomi daerah sekarang, tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menuju
pemerintahan yang bersih (clean governance) semakin kuat. Tuntutan semacam
itu harus segera direspon dengan upaya-upaya peningkatan kualitas manajemen
dalam penyelenggaraan pemerintah kota sebagai wujud pelayanan masyarakat
termasuk dalam perencanaan, penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan
kota ke depan.
7
Rencana struktur pelayanan kegiatan Kota Banjarmasin, merupakan
kegiatan fungsional kawasan dengan struktur jangkauan pelayanan serta orientasi
lokasi yang disesuaikan dengan hirarkhi kegiatan fungsionalnya. Kegiatan
fungsional tersebut disesuaikan dengan arahan pembangunan dan posisi Kota
Banjarmasin sebagai PKN, Kota Metropolitan Banjar Bakula dan Kota
Banjarmasin sebagai salah satu kota yang strategis dalam pintu gerbang
perekonomian di Kalimatan Selatan.
Gambar 2.1
Peta Struktur Ruang Kota Banjarmasin
Pola ruang Kota Banjarmasin direncanakan akan menjadi pola ruang yang
dinamis, dimana pada beberapa bagian tertentu tidak diberlakukan secara ketat,
tetapi dapat mengakomodir konsep-konsep ataupun pola ruang yang lebih baik.
Dengan pertimbangan tersebut, serta memperhatikan Pendekatan
pembentukan pola ruang Kota Banjarmasin, kebijakan penataan ruang nasional
(RTRWN), RTRW Provinsi Kalimantan Selatan dan RTRW Metropolitan Banjar
Bakula, maka rencana pola ruang Kota Banjarmasin yang tertuang dalan rencana
8
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Rencana Penggunaan Lahan 2032
dan Gambar 2.2. Peta Pola Ruang Kota Bajarmasin.
Tabel 2.1.
Rencana Penggunaan Lahan Kota Banjarmasin Tahun 2030
Luasan
No. Fungsi
(Ha)
A. Kawasan Lindung
1. Ruang Terbuka Hijau
a. Pertanian Berkelanjutan 396,83
b. Ruang Terbuka Hijau 1.623,52
2. Cagar budaya 5,64
B. Kawasan Budidaya
1. Perumahan, yang meliputi :
a. Kepadatan tinggi 160,91
b. Kepadatan sedang 1.018,08
c. Kepadatan rendah 3.594,54
2. Perdagangan dan Jasa 538,81
3. Perkantoran 48,08
4. Industri 496,4
5. Pergudangan 225,15
6. Pariwisata 28,55
7. Kawasan Terbuka Non Hijau
a. Sungai 861,7
b. Halaman dan Jalan 139
8. Kawasan Peruntukan Lainnya :
a. Pendidikan 86,66
b. Kesehatan 22,25
c. Peribadatan 6,07
d. Pelabuhan 305,82
e. Pertanian 217,23
f. Pertahanan Negara 33,73
g. TPA 37,02
Total 9.846
9
Gambar 2.2.
Peta Pola Ruang Kota Banjarmasin
Rencana pola ruang wilayah kota Banjarmasin yang diatur dalam RTRW
Kota Banjarmasin, yaitu :
1. Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, yaitu areal kantong air yang dibangun menjadi kolam air
dengan multifungsi, terutama fungsi lingkungan disamping fungsi sosial
dan ekonomi. Kolam-kolam air ini merupakan wahana pengendalian
genangan air atau banjir pada saat hujan/pasang. Kolam dibangun dengan
mempertimbangkan cakupan kantong air potensial dengan kondisi
kawasan saat ini serta ketersediaan ruang bagi pembangunan kolam pada
areal kantong air tersebut. Saat ini terdapat 48 kantong air yang tersebar
secara hampir merata di Kota Banjarmasin, sedangkan Satuan Pengelolaan
Air sejumlah 51 unit. Kantong air adalah areal cekungan yang selalu
tergenang pada saat pasang atau musim hujan. Sedangkan Satuan
Pengelolaan Air merupakan satuan ruang yang dibatasi oleh sungai besar
10
atau kecil atau saluran drainase, yang ditandai adanya aliran air ke bagian
tengah unit tersebut pada saat pasang, dan sumber aliran air pada saat
surut. Seluruh wilayah Kota Banjarmasin dibagi ke berbagai satuan
pengelolaan air. Areal yang dibatasi kantong air dibedakan menjadi dua
kelas, yaitu kantong air dengan intensitas serapan air tinggi dan yang
sedang-rendah. Kantong air dengan intensitas serapan tinggi artinya tidak
terdapat bangunan pada lahan tersebut dan yang mempunyai intensitas
sedang-rendah ada pada kawasan terbangun.
b. Kawasan perlindungan setempat; sempadan sungai merupakan
sempadan yang paling luas dan tersebar di seluruh wilayah kota.
Sempadan sungai ini perlu dipulihkan secara bertahap dengan lebar 5-25
meter dari air pasang tertinggi. Mengingat posisi permukaan tanah Kota
Banjarmasin lebih rendah dari permukaan air laut (sungai), maka
sempadan atau tepi sungai yang kritis sebaiknya diberi tanggul (turap,
siring). Untuk sempadan sungai, sebagian besar dikembangkan melalui
pendekatan natural (green belt), sebagian tetap berupa rumah panggung
terapung sebagai ciri khas permukiman kota sungai dan segmen sempadan
lainnya diturap. Sempadan lain yang penting di Banjarmasin adalah
sempadan untuk kantong air yang menjadi pengendali banjir secara
alamiah, berupa jalur hijau sebagai penanda, penjaga dan pembatas
kantong air. Jalur hijau juga dikembangkan sebagai pembatas antar fungsi
lahan yang berbeda, taman kota, pengaman SUTET dan lain-lain.
c. Ruang Terbuka Hijau; saat ini terdapat beberapa RTH yang tersebar di
kawasan kota Banjarmasin, di selatan, utara dan barat masih terdapat ruang
terbuka hijau, umumnya merupakan rawa. Memperhatikan kondisi
kawasan permukiman berkepadatan tinggi yang miskin ruang terbuka
hijau, sebaiknya perlu dikembangkan RTH dan jalur hijau pada
permukiman tersebut. Pendekatan penghijaun sebaiknya dilakukan secara
partisipatif. Rencana penyediaan Kantong Air, revitalisasi sempadan
sungai dan pengembangan RTH pada kawasan permukiman padat dan
pusat kota diharapkan dapat mempertahankan RTH seluas minimal 30%
11
sesuai amanah undang-undang. Hal ini penting diwujudkan, agar
keberadaan RTH dapat menjadi bagian yang berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas kenyamanan kota.
d. Lahan Pangan Berkelanjutan, lahan ini terdapat di bagian selatan
wilayah kota dengan pemanfaatan saat ini berupa sawah dan rawa. Hal ini
berkenaan dengan keterkaitan sistem pertanian Kabupaten Banjar bagian
utara yang berbatasan dengan kota Banjarmasin sebagai pertanian lahan
abadi. Meskipun sebagai lahan pangan, areal ini dimasukkan dalam
kategori kawasan lindung karena peruntukkannya dibatasi hanya untuk
lahan sawah berkelanjutan yang secara ekologis mempunyai fungsi
sebagai areal resapan air. Secara keseluruhan, areal terbuka hijau dan lahan
pangan berkelanjutan (lahan rawa dan pertanian), saat ini luasnya masih
46% dari total luas kota.
e. Ruang Terbuka Biru; selain kantong air, wilayah sungai, waduk, danau,
embung dan sejenisnya dikenal dengan istilah Ruang Terbuka Biru (RTB).
RTB ini, terutama sungai untuk Kota Banjarmasin merupakan wilayah
yang harus dilindungi secara ketat. Terdapat 3 sungai besar, 17 sungai
kecil dan puluhan sungai lainnya
2. Rencana Kawasan Budidaya
a. Permukiman; adalah komponen utama kota Banjarmasin dengan luas
total 3.635,87 Ha. yang terdiri dari permukiman dengan kepadatan rendah
sampai tinggi. Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar sub
wilayah kota, maka pembangunan perumahan ditetapkan dengan pola
1:3:6 dan pengembangannya untuk sementara diarahkan ke bagian selatan
dan barat. Dengan demikian perhitungan kebutuhan rumah adalah dengan
memperhatikan luasan masing-masing klasifikasi permukiman dan untuk
penerapan komposisi 1:3:6 dihitung berdasarkan proyeksi untuk tahun
2029.
b. Perdagangan dan Jasa; dikembangkan pada kawasan yang sudah
bertumbuh dengan beberapa penyesuaian fungsi dan peran sesuai arahan
pada rencana struktur ruang. Namun pola pertumbuhan kawasan
12
perdagangan yang cenderung linier (ribbon) secara bertahap dikurangi dan
direlokasi pada pusatpusat kawasan perdagangan baru. Sebagai strategi
untuk mengurangi beban pusat kota, direncanakan mengembangkan
kawasan niaga dan perumahan baru di bagian selatan yang dilintasi jalan
lingkar selatan. Sedangkan pada pusat kota saat ini dilakukan revitalisasi
dengan pendekatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan lahan, seperti
pembangunan kawasan perdagangan modern terpadu di Sudi Mampir,
Cempaka, Duta Mall dan sekitanya dengan pendekatan super block namun
dengan tetap bercirikan arsitektur lokal dan ramah lingkungan. Kawasan
perdagangan dan jasa pada umumnya menjadi pusat aktivitas kota/sub
wilayah kota yang sering menempati pusat kegiatan kota/lingkungan kota
dalam struktur pusat-pusat permukiman.
c. Perkantoran; Sebagaimana yang telah disampaikan pada rencana struktur,
bahwa kantor gubernur akan direlokasi ke Banjarbaru. Sedangkan
kawasan perkantoran lain yang bersifat nasional, sebagian regional dan
lokal tetap dipertahankan pada lokasi yang sudah ada. Namun perlu
dikembangkan kantor pemerintah daerah yang terpadu dan berada dalam
satu hamparan, sehingga lebih efisien. Lokasi kantor ini dapat
dikembangkan pada bekas kantor gubernur yang akan segera direlokasi
atau pada lokasi kantor saat ini. Sementara itu untuk perkantoran swasta,
dengan pertimbangan bahwa kegiatan perkantoran mempunyai
tarikan/bangkitan lalu lintas rendah sebaiknya dikembangkan di sepanjang
jalan-jalan utama, seperti Jl. Jend. A. Yani, Jl. Brigjen Hasan Basri, Jl.
Veteran. Dalam rangka meringankan beban pusat kota, beban jalan-jalan
tersebut di atas serta mengurangi kemacetan, maka bangunan komersial-
perdagangan didorong untuk dialihkan menjadi bangunan komersial-jasa
perkantoran.
d. Pergudangan; sebagai pintu gerbang dan pusat distribusi dan koleksi
Kalimantan bagian selatan, maupun lintas provinsi, ketersediaan lahan
untuk pergudangan menjadi sangat penting. Dengan memperhatikan
peluang ekonomi masa depan kota, kecenderungan untuk tetap
13
menggunakan transportasi laut/sungai serta dalam rangka mengurangi
pusat beban kota, maka kawasan pergudangan diarahkan pada pertemuan
S.Martapura dengan S.Barito di selatan Pelabuhan Trisakti. Kawasan ini
merupakan kawasan industri plywood, namun dengan menurunnya industri
pengolahan kayu secara drastis dan kebijakan untuk merelokasi kegiatan
indsutri ke Barito kuala (seberang S.Barito), maka kawasan ini menjadi
sangat ideal dikembangkan untuk pergudangan. Pertimbangan lainnya
adalah, bahwa pada kawasan ini memang sudah bertumbuh bangunan
pergudangan serta menjadi pilihan lain bagi pemilik lahan untuk
reinvestasi dan diversifikasi usaha.
e. Industri; Industri berat direlokasi ke seberang Pelabuhan Laut Trisakti
dan sekitarnya (Kabupaten Barito Kuala). Kegiatan industri yang
dikembangkan dalam kota Banjarmasin adalah industri rumah tangga non
polutif yang tersebar pada kawasan permukiman.
f. Pariwisata; dengan adanya rencana relokasi industri dan kantor
pemerintahan provinsi sedikitnya akan membawa dampak penurunan
PAD. Memperhatikan potensi dan peluang masa depan, pariwisata
merupakan salah satu andalan Kota Banjarmasin sebagai lokomotif
pertumbuhan ekonomi kota. Pada sisi lain, pariwisata akan mendorong
pembangunan kota yang lebih mengedepankan kaidah-kaidah
perencanaan, arsitektural, budaya lokal, estetika dan kualitas lingkungan
kota serta memberikan ruang rekreasi bagi masyarakat kota. Dengan
pertimbangan adanya kebijakan relokasi industri yang saat ini berlokasi di
sisi S.Barito, kawasan ini direncanakan untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata utama Kota Banjarmasin yang meliputi arena rekreasi,
taman hiburan, hotel, toko cinderamata lokal, wisata kampung pantai, dan
lain-lain. Kawasan wisata lain yang dikembangkan di Kota Banjarmasin
adalah di bagian timur kota, tepatnya di antara Jl. Lingkar Dalam dan
S.Martapura (Kelurahan Banua Hanyar). Di kawasan ini akan
dikembangkan wahana rekreasi atraktif tirta (waterboom) yang dilengkapi
wahana-wahana lain yang berbasis alam dan buatan. Obyek wisata
14
lainnya adalah Makam Sultan Suriansyah, Masjid Raya Sabilal Muhtadin,
Kubah Sei Jingah, Kubah Basirih, Kampung Sasirangan, dan Pasar
Terapung
15
antara lain perdagangan eceran, grosil, retail, perbankan, asuransi, dealer,
hotel, salon, showroom dan lainnya.
3. Perkantoran
Kawasan Perkantoran terdiri dari perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta. Perkantoran Pemerintah yang terpusat didua lokasi
yaitu perkantoranPemerintah Provinsi di jalan D.I. Panjaitan, jalan S.
Parman dan jalan Panglima Sudirman, dan perkantoran Pemerintah Kota
Banjarmasin yang terpusat di jalan R.E. Martadinata. Sedangkan
perkantoran swasta umumnya tersebar dikawasan komersial, antara lain di
Jalan Lambung Mangkurat, M.T. Haryono, Cempaka, Pangeran Samudera
dan jalan utama kota lainnya.
4. Pelayanan umum dan sosial
Fasilitas pelayanan Umum dan Sosial lainnya memiliki skala
pelayanan kota dan regional, antara lain fasilitas peribadatan (masjid Sabilal
Muhtadin, klenteng, gereja, katedral, mesjid cempaka, Mesjid Noor),
kesehatan (RS. Bersalin Bunda Siti, RSU Suaka Insan, dan RSU Ulin),
olahraga (stadion 17 Mei, gedung olahraga dan lainnya), pendidikan
(STIENAS, SMU, SMK dan lainnya). Fasilitas pelayanan umum dan sosial
menyebar secara merata di seluruh kota Banjarmasin.
5. Kawasan pelabuhan
Kawasan pelabuhan Trisakti merupakan outlet dan inlet ekspor/impor
di Provinsi Kalimantan Selatan dengan skala pelayanan hingga Propinsi
Kalimantan Tengah, terletak di Kecamatan Banjarmasin Barat yang
melayani pelayaran nusantara untuk angkutan barang dan penumpang.
Kawasan pelabuhan ini juga dilengkapi dengan bangunan pendukung seperti
kantor pengelola, ruang terminal, ruang parkir dan bangunan pelengkap
lainnya yang mendukung kegiatan pelayaran.
6. Kawasan industri dan perdagangan
Kawasan Industri dan pergudangan terletak di sekitar pelabuhan
khususnya di daerah Pelambuan (jalan P.M. Noor) dan kawasan Teluk
Tiram. Namun seiring dengan perkembangan kawasan perkotaan dan
16
jaringan jalan yang tersedia dengan baik maka kawasan pergudangan juga
ditemui di jalan lingkar selatan tepatnya di Kelurahan Basirih disebabkan
jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Trisakti.
17
perkantoran pemerintah atau dengan kawasan pendidikan, maka kondisi
yang demikian ini mengakibatkan terganggunya aktivitas kegiatan yang
lain.
d. Ketinggian air pasang yang cenderung meningkat
Kota Banjarmasin berada 0,16 m dari permukaan laut, disamping itu
adanya pengaruh pemanasan global yang mnyebabkan permukaan air laut
naik, maka berakibat memperparah terjadinya genangan-genangan air
dikota Banjarmasin. Genangan yang cukup besar terjadi apabila turun
hujan bersamaan dengan pasang besar air laut
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
Taman Wisata Museum Wasaka