Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


Landasan Teori ini meliputi :
2.1.1. Potensi Sumberdaya Mineral
Berdasarkan (SNI) 6728.4:2015 pengertian sumberdaya mineral dan
cadangan adalah sebagai berikut :
1) Sumberdaya mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Dengan keyakinan geologi tertentu sumberdaya
mineral dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
2) Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui bentuk,
sebaran, kuantitas, dan kualitasnya. Selain itu secara ekonomis, teknis,
hukum, lingkungan, dan sosial endapan mineral ini dapat ditambang pada
saat penaksiran dilakukan sesuai dengan kondisi ekonomi dan teknologi.
3) Sumberdaya hipotetik (hypothetical mineral resource) adalah sumberdaya
mineral dengan kuantitas dan kualitas diperoleh berdasarkan perkiraan pada
tahap survei tinjau. Sumberdaya mineral ini merupakan hasil dari tahap
paling awal dari suatu kegiatan eksplorasi dari suatu kegiatan penyelidikan
umum.
4) Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource) adalah sumberdaya
mineral dengan kuantitas dan kualitas diperoleh berdasarkan hasil tahap
prospeksi.
5) Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated mineral resource) adalah
sumberdaya mineral dengan kuantitas dan kualitas diperoleh berdasarkan
hasil tahap eksplorasi umum
6) Sumberdaya mineral terukur (measured mineral resources) adalah
sumberdaya mineral dengan kuantitas dan kualitas diperoleh berdasarkan
hasil tahap eksplorasi rinci.

5
7) Cadangan mineral terkira (probable reserve) adalah sumberdaya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur dengan tingkat
keyakinan geologi relatif rendah, yang berdasarkan studi kelayakan
tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan
dapat dilakukan secara ekonomis.
8) Cadangan mineral terbukti (proved reserve) adalah sumberdaya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.
9) Cadangan awal (aktiva) adalah merupakan data awalan dari setiap jenis
komoditi mineral yang terdapat dari setiap areal/daerah administratif yang
dapat terus bertambah selama satu tahun takwin selama ada kegiatan
eksplorasi sehingga cadangan dapat berubah atau meningkat.
10) Cadangan akhir (pasiva) adalah merupakan data setiap jenis komoditi
mineral hasil eksploitasi/penggunaan komoditi tersebut mencakup
penyusutan dan faktor eksternalitas pada akhir tahun takwin tersebut.

Gambar 2.1 Hubungan antara hasil eksplorasi, sumberdaya, dan cadangan

6
Sumberdaya (resources) dapat ditingkatkan menjadi cadangan, berdasarkan
faktor pertimbangan meliputi: teknik penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan pemerintahan (KCMI, 2011).
Pekerjaan prospeksi cebakan mineral menghasilkan sumberdaya dalam klasifikasi
tereka (inferred) dapat ditingkatkan menjadi sumberdaya tertunjuk (indicated)
berdasarkan pekerjaan eksplorasi pendahuluan. Selanjutnya sumberdaya tertunjuk
dapat ditingkatkan menjadi cadangan dengan klasifikasi terkira (probable).
Klasifikasi sumberdaya menurut Lee (1984) merupakan hasil dari studi konseptual
dengan faktor kesalahan sekitar 30%, sedangkan klasifikasi cadangan terkira
merupakan hasil pekerjaan pra studi kelayakan dengan faktor kesalahan sekitar
20%. Pada umumnya data sumberdaya hipotetik pada kajian ini merupakan data
kajian ESDM Provinsi Kalimantan Selatan yang diperoleh berdasarkan perkiraan
pada tahap survey tinjau. Data sumberdaya terukur didasarkan pada tahapan
eksplorasi detil, sedangkan data cadangan terbukti berdasarkan tahapan eksplorasi
detil dan telah mendapatkan persetujuan studi kelayakan.

Pada penelitian ini pengertian potensi adalah besarnya endapan mineral


yang terdapat di suatu lokasi dan bebas dari faktor pembatas serta dapat
dikembangkan untuk usaha pertambangan. Penaksiran besar potensi didasarkan
oleh sebaran endapan mineral dan faktor pembatas yang telah ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.

Penggolongan komoditas menurut PP No.23 Tahun 2010 Pasal 2 ayat 2


menjelaskan bahwa komoditas dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu :

 Mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan


komoditas radioaktif lainnya.
 Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium,
emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth,
molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit,
antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit,
besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,

7
ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium,
hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium,
iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.
 Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk,
mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin,
feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon,
wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping
untuk semen.
 Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, erlit, tanah diatome,
tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro,
peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal,
kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet,
giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir
pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah),
urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut,
dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral
bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan, dan
 Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

Heni Pratiwi (2017) Sumber daya mineral adalah sumber daya yang telah
disediakan oleh kulit bumi sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah
tertentu. Sumber daya ini jika diolah akan menghasilkan logam dan berbagai bahan
keperluan proses industri untuk menunjang kehidupan manusia.Sumber daya
mineral yang tergolong tidak dapat diperbarui di antaranya logam mulia (emas,
perak, platina), bukan logam mulia (tembaga, timbal, seng, timah, besi, mangaan,
nikel), dan bahan galian industri (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir kuarsa,
oker, lempung, mangaan, diatomae, gips, dan anhidrid).

8
Kurniawan weka (2015), Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah
endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya
mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat dapat berubah menjadi cadangan
setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak
tambang. Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya, dan yang secara ekonomis, teknis,
hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.

Tridoyo Kusumastanto (2014) mengatakan pemanfaatan sumberdaya energi


dan sumberdaya mineral haruslah tetap berpijak pada kaidah-kaidah pembangunan
yang bertumpu pada masyarakat. Hal ini akan tercermin dalam implementasi good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Adanya berbagai permasalahan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi dan sumberdaya mineral seharusnya
disikapi, bahwa sumberdaya tersebut merupakan ”renewable resource”, sehingga
prinsip kehati -hatian dan keberlanjutan harus tetap diperhatikan dalam koridor
good governance tersebut. Adanya desentralisasi, termasuk dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya tersebut, juga harus menjadi catatan tersendiri. Bila
sebelum ini daerah lebih menjadi subjek, maka ke depanya peran daerah akan
meningkat secara signifikan, tidak hanya menyangkut bagi hasil yang lebih
proporsional tetapi juga adanya responsibilitas yang lebih besar, terutama
menyangkut pengelolaan lingkungan yang terkait dengan aktivitas pemanfaatan
energi dan sumberdaya mineral tersebut. Hal lain yang tidak kalah krusial adalah
akses masyarakat terhadap pemanfaatan dan pengelolaan energi dan sumberdaya
mineral. Bila sebelum ini pengembangan masyarakat dilakukan secara parsial,
maka ke depannya peran masyarakat harus lebih ditingkatkan. Mereka, terutama
masyarakat lokal harus diberdayakan dan merasa nyaman di ”rumahnya” tanpa ada
friksi dengan perusahaan -perusahan pertambangan yang beroperasi di wilayah
kuasapertambangan. Pemanfaatan energi terbarukan juga harus diperhatikan,
mengingat di masa depan, jenis energi ini akan menjadi primadona untuk
mencukupi kebutuhan energi nasional. Artinya berbagai inovasi dan terobosan
harus selalu dilakukan, agar ketergantungan terhadap energi konvensional dapat

9
dikurangi. Poin tersebut merupakan implementasi good governance dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sektor energi dan sumberdaya mineral. Apabila para
pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga
penelitian, praktisi, maupun insititusi terkait dapat mengimplementasikan dalam
jangka pendek maupun panjang, diharapkan pengelolaan dan pemanfaatan energi
dan sumberdaya mineral di negeri ini akan dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Teguh Prayogo (2009) mengungkapkan Kebijaksanaan pembangunan di


bidang sumberdaya sekarang ini diarahkan pada pendelegasian wewenang secara
bertahap ke pemerintah daerah untuk mengelola, meningkatkan pemanfaatan dan
mendaya gunakan sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi ramah
lingkungan agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari
generasi ke generasi. Pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam khususnya
sumberdaya mineral akan menjadi tanggung jawab penuh pemerintah daerah.
Kemudian pelaksanaan otonomi daerah yang segera berlaku, Pemerintah daerah
dipacu untuk dapat mandiri dalam mengelola daerahnya. Salah satu andalan
daerah adalah sumberdaya mineral. Sektor sumberdaya mineral, terutama
mineral industri, secara nasional memegang peranan sangat penting bagi
perkembangan industri dalam negeri. Kebutuhan mineral industri terus
mengalami peningkatan. Sebagian besar kebutuhan ini dipenuhi dari impor.
Pada masa pasca krisis ekonomi, kebutuhan ini akan meningkat seiring dengan
berkembangnya sektor industri. Hal inilah yang menjadikan keinginan daerah
untuk mengembangkan potensi sumberdaya mineral di daerahnya. Berdasarkan
perhitungan neraca cadangan mineral, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki
potensi komoditi mineral yang cukup besar namun penerimaan pajak mineral
sangat kecil.

Yuanita (2013) mengatakan Kehadiran pengusaha tambang dalam


kebersamaan dengan masyarakat dalam mengumpulkan bahan baku tambang telah
memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat yang mendiami atau bertani
pada lahan yang didalamnya terdapat bahan tambang, juga pengusaha itu sendiri.
Berapapun harga yang ditetapkan pengusaha tambang atas hasil tambang

10
masyarakat akan diterimanya karena hal itu sebelumnya belum merupakan sumber
pendapatan tetapi sekarang menjadi salah satu sumber penghasilan petani itu
sendiri, walaupun menjadi salah satu sumber penghasilan baru namun dila
dibanding dengan pengorbanan dan resiko dari eksploitasi tak sebanding.
Sebenarnya katidak berdayaan masyarakat ini berawal dari ketidaktahuan
masyarakat akan manfaat dari bahan tambang tersebut serta dipicu juga oleh
ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang mengatakan bahwa “kekayaan alam dan
segala isinya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat.” Hal ini memberi arti bahwa wilayah pertambangan yang ada
di wilayah NKRI dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi kemakmuran rakyat.
Disisi lain masyarakat sebagai pemilik yang menguasai lahan pertanian yang
didalamnya mengandung bahan tambang juga dikuasai oleh negara dalam hal
mengeksploitasi bahan tambang itu sendiri. Kehadiran pengusaha tambang yang
mulai menguntungkan petani pengumpul bahan tambang, walaupun dinilai dengan
harga yang sangat murah, mereka harus berhadapan dengan pemerintah sebagai
pemberi ijin usaha pertambangan, sebagaimana diatur dalam UU No 4 tahun 2009
tentang pertambangan mineral dan batubara. Aturan yang ditetapkan pemerintah
dalam hal pertambangan ini sebenarnya untuk mensejahterakan rakyat. Karena itu
pemerintah berusaha agar eksplorasi bahan tambang harus memberikan nilai
tambah bagi pemerintah dan pada akhirnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.

2.1.2. Neraca Sumberdaya Mineral dan Batubara


Madiadipoera (1990) menyatakan keterdapatan suatu bahan galian sangat
erat berhubungan dengan kondisi geologi suatu daerah. Kondisi geologi suatu
daerah sangat berhubungan atau dikontrol oleh adanya morfologi, litologi, struktur
geologi dan cara terjadinya batuan. Di dalam bahan galian dapat dijumpai sebagai
batuan beku dan batuan sediment yang membentuk endapan bahan galian primer
maupun sekunder. Endapan primer maupun sekunder dapat berpotensi ekonomis,
hal ini akan berhubungan dengan sifat fisik dan sifat kimiawi endapan bahan galian
tersebut, sehingga bahan tersebut mempunyai banyak kegunaan dan banyak yang
dapat membutuhkan sebagai bahan industri. Endapan sekunder dapat terjadi dari

11
hasil rombakan batuan/endapan primer yang mengalami proses penghancuran dan
transportasi serta pengendapan kembali di tempat lain yang membentuk suatu
endapan alluvial. Daerah yang mengalami ubahan/alterasi merupakan petunjuk
yang baik adanya bahan galian. Penyebaran bahan galian akan erat hubungannya
dengan tenaga dari dalam (endogen), tenaga luar (eksogen) serta adanya kegiatan
magmatisme, baik yang bersifat ekstrusif maupun indusif. Kuantitas suatu bahan
galian dapat diketahui berdasarkan perhitungan cadangan. Perhitungan ini
dilakukan dengan memperhatikan aspek teknis, ekonomi, hukum dan lingkungan.
Perhitungan pada ketiga aspek ini haruslah menghasilkan nilai yang positif yakni
secara ekonomi menguntungkan, secara hukum tidak bertentangan dan secara
lingkungan dapat dikembalikan fungsi ekosistemnya.

Pengertian neraca sumberdaya mineral secara gramatikal menurut Albert


(2010) adalah sebagai timbangan yang disusun untuk mengetahui besarnya
cadangan awal dinyatakan dalam aktiva dan besarnya pemanfaatan dinyatakan
dalam pasiva, sehingga perubahan cadangan dapat diketahui besarnya sisa
cadangan yang dinyatakan dalam saldo dalam suatu daerah dan dalam kurun waktu
tertentu. Kerangka neraca sumberdaya alam dalam bentuk tabulasi statistik berupa
tabel skontro (sebelah menyebelah) seperti neraca keuangan. Penyusunan neraca
sumberdaya alam daerah disusun dalm satuan administrasi sesuai dengan skla
provinsi dan kabupaten/kota. Prinsip utama neraca sumberdaya alam adalah
penyedia informasi sumberdaya alam yang mencakup :
 ∑SADn, yaitu stock sumberdaya mineral pada tahun sekarang
 ∑SADnᵒ, yaitu stock sumberdaya mineral pada tahun awal
 Deplesi SADn yaitu selisih stock sumberdaya mineral tahun awal dikurangai
stock sumberdaya mineral sekarang.

Deplesi sumberdaya alam daerah digambarkan rumus berikut :


Deplesi SADn = ∑SADnᵒ - ∑SADn.
Keterangan :
 SAD = Sumberdaya Alam Daerah

12
 SADnᵒ = Cadangan Sumberdaya Alam Daerah tahun awal
 SADn = Cadangan Sumberdaya Alam Daerah tahun sekarang
Perhitungan neraca sumberdaya alam juga dikaitkan dengan karakteristik
lahannya. Setiap perubahan sumberdaya alam yang terjadi pada kurun waktu 7
tahun dikaji secara spasial, sebaran perubahan yang terjadi pada beberapa fenomena
lahan.
Nations Economy and Social council (1997) menjelaskan suatu cadangan
mineral biasnaya digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Kelayakan
berdasarkan pada kajian faktor – faktor ekonomi, pemasaran, penambangan,
pengolahan, lingkungan, social, hukum atau perundang – undangan, dan
kebijaksanaan pemerintah.
Gobel (2016) Penyusunan neraca sumberdaya mineral merupakan alat
evaluasi cadangan mineral, yang menyajikan cadangan awal,
perubahan/pemanfaatan, dan tingkat kerusakan lingkungan akibat eksploitasi
sebagai faktor degradasi lingkungan dan pembiayaan serta keadaan akhir dalam
bentuk tabel dan peta sebaran mineral (Standar Nasional Indonesia (SNI 19-
6728.4-2015). Cadangan awal (aktiva) adalah merupakan data awal dari setiap
jenis komoditi mineral yang terdapat dari setiap areal/daerah administratif yang
dapat terus bertambah selama satu tahun takwim selama ada kegiatan eksplorasi
sehingga cadangan dapat berubah atau meningkat. Cadangan akhir (pasiva)
adalah merupakan data setiap jenis komoditi mineral hasil
eksploitasi/penggunaan komoditi tersebut mencakup penyusutan dan faktor
eksternalitas pada akhir tahun takwin tersebut. Berdasarkan beberapa asumsi
tersebut maka neraca sumberdaya dapat dilakukan analisis, untuk mengetahui
jumlah sisa cadangan yang masih belum dilakukan penambangan sebagai cadangan
akhir. Berdasarkan analisis terhadap ketersediaan sumberdaya, cadangan dan
kegiatan produksi mineral maka dapat diperoleh indeks neraca mineral di
Kalimantan Selatan.

13
2.1.3. Kebutuhan Bahan Tambang Untuk Pembangunan Infrastruktur
Upaya untuk meningkatkan nilai tambah mineral dan batubara telah
dimandatkan oleh pemerintah dalam UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, pada pasal 102 dan pasal 103. Kemudian dijabarkan dalam PP No.
23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara,
yang kemudian direvisi menjadi PP No.24/ 2012. Kemudian diperjelas lagi dengan
diterbitkannya Permen ESDM No.7/2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian. Maka pemegang IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus pengolahan
dan pemurnian wajib melakukan peningkatan nilai tambah terhadap mineral atau
batubara yang diproduksinya. Ketentuan ini langsung mengikat bagi mereka yang
akan berinvestasi di bidang pertambangan mineral dan batubara, serta diberi
kesempatan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun kepada perusahaan yang sedang
berjalan (existing) setelah UU No. 4/ 2009 diberlakukan.
Program Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara ternyata
dihadapkan kepada tantangan yang cukup besar, meskipun tetap memberikan
harapan bagi terealisasinya kedua peraturan di atas. Tantangan terbesar pemerintah
adalah bagaimana menyiapkan infrastruktur, fisik dan nonfisik, yang dirasakan
masih minim, sehingga perusahaan memperoleh jaminan terhadap investasi yang
ditanamkan untuk peningkatan nilai tambah (Djamaluddin, 2014).
Infrastruktur sangat dibutuhkan karena mendukung tercapainya
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, karena
infrastruktur tersebut dapat menyokong banyak aspek ekonomi dan kegiatan sosial.
Karena itu, sebagai konsekuensinya jika terjadi kegagalan infrastruktur akan
memberikan dampak yang luas terhadap masyarakat.
Penyediaan infrastruktur merupakan hasil dari kekuatan penawaran dan
permintaan bersama dengan pengaruh dari kebijakan publik. Pada kenyataannya
kebijakan publik memegang peranan yang sangat besar karena ketiadaan atau
ketidaksempurnaan mekanisme harga dalam penyediaan infrastruktur. Selanjutnya
penerapan harga yang dilakukan pemerintah untuk jasa pelayanan infrastruktur

14
selain memperhatikan aspek ekonomi juga harus memperhatikan aspek sosial.
(Maryaningsih,2014)

2.2. Metode Analisis Data


Pembuatan Neraca Sumberdaya dan Cadangan Mineral berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6728.4: 2015 tentang Penyusunan Neraca
Sumberdaya Mineral dan Batubara. Neraca sumberdaya dan cadangan mineral
adalah alat evaluasi cadangan mineral, yang menyajikan cadangan awal,
perubahan/pemanfaatan, dan tingkat kerusakan lingkungan akibat eksploitasi
sebagai faktor degradasi lingkungan dan pembiayaan serta keadaan akhir dalam
bentuk tabel dan peta sebaran mineral.. Standar ini disusun berdasarkan pedoman
standarisasi nasional Nomor 8 Tahun 2007 tentang penulisan standard nasional
Indonesia. (BSN).
Selain menentukan cadangan, dalam melakukan analisis neraca perlu
adanya data produksi komoditas tambang yang telah dilakukan oleh pihak
perusahaan pertambangan yang ada di seluruh kabupaten di Provinsi Kalimantan
Selatan. Adapun tahapan pembuatan Neraca Sumberdaya dan Cadangan Mineral
berdasarkan SNI 6728.4:2015 dengan tahapan sebagai berikut :
1) Inventarisasi data Potensi sumber daya dan cadangan mineral dan batubara
a) Iventarisasi data lokasi sumber daya dan cadangan.
b) Produksi tahunan tiap komoditas mineral dan batubara.
c) eksploitasi sumberdaya mineral dan batubara
2) Penyusunan neraca sumberdaya mineral dan batubara
Inventarisasi ini dilakukan untuk mengelompokkan sumber daya dan cadangan
mineral dan batubara pada tingkat provinsi/kabupaten. Data yang diperoleh
dituangkan ke dalam format tabel 1.1, penjelasan pengisian tabel 1.1 sebagai
berikut:
a) Kolom (1) menyatakan nomor urut pendataan
b) Kolom (2) menyatakan lokasi atau nama tempat areal penambangan
berdomisili lengkap dengan wilayah administratifnya (lokasi khas,
kecamatan, kabupaten, dan provinsi)

15
c) Kolom (3-10) besarnya sumber daya dan cadangan, menyatakan jenis
sumberdaya/cadangan bahan galian yang sudah diketahui.
d) Kolom (11) merupakan kolom keterangan yang dianggap perlu atau sesuatu
yang perlu dicatat, misalnya mutu, kadar, luas areal, nama perusahaam, atau
notasi lainnya.

Tabel 2.1
Contoh Pembuatan Tabel Iventarisasi Lokasi Komuditi Sumberdaya dan
Cadangan

Data Produksi mineral dan batubara yang akurat dibutuhkan agar jumlah
cadangan mineral dan batubara yang tersisa dapat diketahui secara pasti sehingga
status mineral dan batubara dapat dimuktahirkan secara berkala. Data produksi
mineral dan batubara diperoleh dari laporan perusahaan atau instansi yang terkait.
Untuk mengisi inventarisasi data produksi tahunan dengan menggunakan model
isian lajur bawah untuk jenis mineral, sedangkan lajur ke kanan merupakan tahun
produksi. Kolom tahun produksi, merupakan penjumlahan seluruh produksi tiap
komoditas yang tercatat. Kolom keterangan adalah sesuatu yang dianggap perlu
untuk menambah informasi.
Inventarisasi produksi komoditas mineral dan batubara merupakan bagian
dari kolom pasiva tentang eksploitasi sumberdaya mineral dan batubara untuk
komoditas tertentu. Pada tahapan eksploitasi sumberdaya mineral dan batubara
dilakukan penghitungan pemanfaatan/penyusutan (produksi, hilang dalam proses,
limbah), dan faktor eksternal.
Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara:

16
Tabel 2.2
Contoh Pembuatan Tabel Penyusunan Neraca Sumberdaya dan Cadangan

e) Kolom 1, jenis mineral cukup jelas


f) Kolom 2 – 5 klasifikasi sumberdaya
g) Kolom 6 jumlah sumberdaya hasil penjumlahan 2, 3, 4, dan 5
h) Kolom 7 – 8 klasifikasi cadangan
i) Kolom 9 kolom jumlah cadangan hasil penjumlahan kolom 7 dan 8
j) Kolom 10 kolom jumlah produksi
k) Kolom 11 sisa cadangan merupakan hasil pengurangan dari jumlah total
cadangan dikurangi jumlah total produksi
l) Kolom 12 keterangan
Pengambilan data dengan cara melakukan Inventarisasi data sumber daya mineral
dan batubara, meliputi:
a) Inventarisasi data cadangan tiap komoditi bahan galian di kabupaten/kota,
b) Produksi tahunan tiap komoditi bahan galian di kabupaten / kota,
c) Inventarisasi data bahan galian pada periode tahun yang sedang berjalan,
d) Harga tiap komoditi bahan galian terbaru yang berlaku dipasaran. Peta-peta
geologi yang dihasilkan oleh Departemen Energi dan Sumber daya Mineral
juga

17
2.3. Cara Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian ini terlebih dahulu dilakukan kajian studi pustaka, kemudian
dilanjutkan dengan penelitian dilapangan. apun kegiatan penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
a) Potensi Sumberdaya Mineral
b) Neraca cadangan Sumberdaya Mineral
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Meliputi Data sekunder dan Data Primer.
Data sekunder :
a) Peta Potensi penyebaran komoditas
b) Peta IUP
c) Jumlah IUP perkabupaten
d) Data Sumberdaya
e) Data Cadangan
f) Data Produksi
Data Primer :
a) Keadaan Sebaran sumberdaya mineral
b) Jenis sumberdaya mineral dan lokasi keterdapatan
c) Potensi sumberdaya dan cadangan
d) Produksi sumberdaya mineral
3. Analisis Data
Analisis data meliputi :
a) Evaluasi Potensi sumberdaya mineral, keterdapatan dan jenis mineral
prospektif.
b) Perhitungan neraca guna mengetahui nilai produksi saat ini serta
cadangan yang dimiliki sebagai proyeksi kebutuhan bahan galian untuk
pemabangunan infrastruktur di Kalimantan Selatan. Adapun kegiatan
penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada flowchart berikut :

18
Pengumpulan Data

Data Sekunder
 Peta Potensi penyebaran komuditi Data Primer
 Peta IUP
 Jumlah IUP perkabupaten - Data Primer yaitu data lapangan yang
 Data Sumberdaya dikumpulkan dari tiap balai/instansi
 Data Cadangan
terkait dengan data yang diperlukan.
 Data Produksi

Pengolahan Data
Pengambilan data dengan cara melakukan Inventarisasi data sumber daya mineral
didapatkan dari data cadangan dan data eksplorasi yang terdapat di setiap instansi
pemerintah atau perusahaan yang menanganinya dalam kurun waktu 2018.

Analisis Data
- Evaluasi Potensi Sumberdaya Mineral
- Evaluasi Produksi Komuditi Mineral
- Perhitungan Neraca Sumberdaya dan Cadangan Mineral

Hasil Yang Diharapkan


Penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi antara sebaran potensi dan
kebutuhan mineral batuan pasir, andesit, tanah urug dan sirtu dalam rangka
pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah

Gambar 2.2
Diagram Alir Penelitian

19

Anda mungkin juga menyukai