Anda di halaman 1dari 20

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Kegiatan Pertambangan
Tahapan kegiatan perencanaan tambang meliputi penaksiran sumberdaya
dan cadangan, perencanaan batas penambangan (ultimate pit limit), penjadwalan
produksi tambang, perancangan tempat penimbunan (waste dump), perhitungan
kebutuhan alat dan tenaga kerja, perhitungan biaya modal dan biaya operasi,
evaluasi finansial, analisis dampak lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility) termasuk pengembangan masyarakat (community
development) serta penutupan tambang.
Kegiatan pertambangan umumnya memiliki tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a) Prospeksi
Prospeksi adalah kegiatan penyelidikan, pencarian atau penemuan endapan
bahan galian, yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah
berdasarkan informasi dari data sebelumnya. Hasil dari kegiatan prospeksi
untuk mengetahui jenis bahan galian dan lokasi penyebaran bahan galian.
b) Eksplorasi
Eksplorasi adalah kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi. Kegiatan
eksplorasi dapat menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Kegiatan
ini bertujuan mengetahui ukuran, bentuk, kedudukan, sifat dan nilai dari bahan
galian tersebut.
c) Studi kelayakan
Studi kelayakan adalah kegiatan pertambangan untuk memperoleh informasi
secara rinci seluruh prospek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan
teknis, ekonomis, dan analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan
pasca tambang.

11
d) AMDAL
AMDAL adalah suatu proses pengkajian dampak lingkungan dari suatu
rencana kegiatan penambangan. Jenis rencana usaha/kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL ditetapkan berdasarkan potensi dampak penting,
luas perijinan (IUP) ≥200 Ha.
e) Persiapan dan pembangunan akses sarana dan prasarana
Persiapan dan pembangunan akses sarana dan prasarana adalah kegiatan yang
dilakukan sebelum mwmulai kegiatan penambangan. Pembangunan ini untuk
membantu kelancaran kegiatan penambangan yang akan dilakukan.
f) Penambangan
Penambangan adalah kegiatan eksploitasi bahan galian. Kegiatan dalam
penambangan adalah : penggalian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian
yang akan diolah lebih lanjut.
g) Pengolahan
Kegiatan dalam pengolahan batubara adalah proses mengecilkan ukuran dan
pencucian batubara untuk mengurangi pengotornya hingga sesuai dengan
permintaan pasar.
h) Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan penjualan batubara kepada konsumen. Kegiatan ini
meliputi pengapalan dan pengiriman sampai tujuan.
i) Reklamasi dan Pasca Tambang
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki lahan yang terganggu akibat usaha pertambangan agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pasca tambang adalah
kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan dan/atau
pengolahan dan pemurnian untuk memnuhi kriteria sesuai dengan dokumen
Rencana Pasca Tambang.

12
2.1.2 Parameter analisis valuasi ekonomi
Analisis valuasi ekonomi pada perencanaan pertambangan adalah hasil
kajian teknis dan pemasaran dari studi kelayakan dalam penambangan batubara.
Kajian teknis penambangan batubara menghasilkan parameter dasar yang
melandasi perhitungan nilai ekonomi dari proyek tersebut, seperti :
a) Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve)
b) Kapasitas produksi batubara
c) Jenis dan jumlah peralatan utama operasi penambangan
d) Jenis dan jumlah peralatan pendukung
e) Infrastuktur dalam dan luar tambang
f) Segmen pasar batubara
g) Harga jual batubara

2.1.3 Biaya Investasi


Biaya investasi adalah dana yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat
realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan yang mencakup kegiatan studi
eksplorasi, studi kelayakan, studi AMDAL, biaya ganti rugi lahan, biaya persiapan
pengembangan daerah (development), biaya konstruksi infrastruktur baru,
pembelian atau pengadaan peralatan, dan lain-lain sampai kegiatan proyek
penambangan tersebut siap dilakukan.
biaya-biaya investasi ini dikelompokan menjadi :
a) Biaya investasi peralatan, yang terdiri atas :
1) Investasi peralatan pengupasan tanah penutup
2) Investasi peralatan operasi penambangan
3) Investasi peralatan pendukung operasi penambangan
4) Investasi peralatan operasi pengolahan
5) Investasi peralatan lain-lain
b) Biaya investasi eksplorasi, yang terdiri atas :
1) Biaya Ijin Prinsip
2) Biaya pemboran dan eksplorasi
3) Biaya studi kelayakan
4) Biaya studi AMDAL

13
c) Biaya investasi pengembangan (development), yang terdiri atas biaya
konstruksi infrastruktur baru meliputi : jalan, kantor, perumahan, bengkel,
gudang, stockpile, crushing plant, dan lain-lain.
d) Biaya investasi penggantian (replacement), yaitu biaya ganti rugi lahan
tambang; prasarana tambang, dan sebagainya.
e) Biaya modal kerja (working capital) yaitu dana yang dikeluarkan perusahaan
sebagai akibat keharusan pemenuhan biaya operasi penambangan sebelum
diproduksi dan dijual produk batubaranya.

2.1.4. Biaya Produksi


Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus
dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan produksi penambangan batubara
hingga siap untuk dijual. Biaya produksi ini mencakup biaya produksi langsung
maupun tidak langsung. Biaya produksi langsung digunakan untuk membiayai
semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan
produk batubara, sedangkan biaya tidak langsung digunakan untuk membiaya
semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi batubara ini akan
mencakup biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan
pengangkutan
Biaya operasi penambangan batubara, terdiri dari :
a) Biaya operasi penambangan batubara, yang terdiri dari
1) Biaya pembersihan lahan
2) Biaya pengupasan dan pemindahan top soil
3) Biaya penggalian dan pemindahan overburden
4) Biaya penggalian dan pemindahan batubara
5) Biaya operasi pendukung penambangan (mining suport)
6) Biaya overhead operasi penambangan
b) Biaya operasi pengolahan dan pengangkutan batubara, yang terdiri dari
1) Biaya pemindahan batubara dari raw coal stockpile ke crushing plant
2) Biaya proses pengolahan batubara di crushing plant
3) Biaya operasi pendukung pengolahan (crushing plant support)

14
4) Biaya overhead operasi pengolahan
5) Biaya pengangkutan batubara menuju port
Untuk menghitung biaya operasi penambangan pada satu periode produksi
maka beberapa aspek yang menjadi pertimbangan adalah :
a) Target produksi yang direncanakan (produksi batubara dalam ton dan tanah
penutup dalam BCM)
b) Peralatan utama penambangan yang dioperasikan (jenis dan jumlahnya,
spesifikasi teknis, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat)
c) Peralatan pendukung penambangan yang dioperasikan (jenis dan jumlahnya,
spesifikasi teknis, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat)
d) Sumberdaya Manusia untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah, standar
gaji)
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka biaya operasi
penambangan dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
a) Mining cost yang terdiri dari stripping cost, getting coal cost, coal
processing cost, dan mine support operating cost
b) Operating cost = owning cost peralatan + operating cost peralatan + upah
tenaga kerja
c) Owning cost peralatan berhubungan dengan biaya pengadaan yang
dikeluarkan sebelum peralatan tersebut digunakan yang terdiri dari biaya
depresiasi, bunga, pajak dan asuransi
d) Operating cost peralatan merupakan fungsi dari beberapa parameter yaitu,
antara lain : biaya perawatan dan perbaikan peralatan, pemakaian bahan
bakar, pelumas, filter, penggantian ban, dan penggantian suku cadang
e) Upah tenaga kerja mengacu kepada standar gaji/upah tenaga kerja langsung

Setelah melakukan pendekatan seperti di atas maka biaya produksi (coal


production cost) terdiri dari biaya operasi penambangan langsung (stripping cost,
getting coal cost, coal processing cost, hauling coal cost dan mine support operating
cost), ditambah biaya operasi penambangan tidak langsung yang terdiri dari biaya
penataan kembali lahan (reklamasi) dan biaya pascatambang.

15
2.1.5 Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas
lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan. Biaya lingkungan juga bias diartikan biaya yang dikeluarkan
perusahaan berhubungan dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dan
perlindungan yang dilakukan. Biaya lingkungan mencakup biaya internal
(pengurangan proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan) dan
eksternal (perbaikan kerusakan lingkungan akibat limbah yang ditimbulkan)
(Susenohaji, 2003).

1) Biaya pemeliharaan dan penggantian dampak akibat limbah dan gas buangan
(waste and emission treatment), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara, memperbaiki, mengganti kerusakan lingkungan yang diakibatkan
oleh limbah perusahaan.
2) Biaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan (prevention and environmental
management), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mencegah dan mengelola
limbah untuk menghindari kerusakan lingkungan.
3) Biaya pembelian bahan untuk bukan hasil produksi (material purchase value of
non product), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang bukan
hasil produksi dalam rangka pencegahan dan pengurangan dampak limbah dari
bahan baku produksi.
4) Biaya pengelolaan untuk produk (processing cost of non product output) yaitu
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengelolaan bahan yang bukan hasil
produk.
5) Penghematan biaya lingkungan (environmental revenue) merupakan
penghematan biaya atau penambahan penghasilan perusahaan sebagai akibat
dari pengelolaan lingkungan.
6) Potensially hidden cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu produk sebelum proses produksi (biaya desain produk),
biaya selama proses produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
overhead), dan backend environment cost (lisensi mutu produk).

16
7) Contingent cost yaitu biaya yang mungkin timbul dan mungkin terjadi dalam
suatu perusahaan dan dibebankan pada contingent liabilities cost (seperti biaya
cadangan untuk kompensasi kecelakaan yang terjadi).
8) Private cost yaitu biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan yang berpengaruh
langsung terhadap perusahaan.
9) Societal cost yaitu biaya lingkungan dan sosial dalam suatu aktifitas dan
merupakan biaya eksternal yang dibayarkan oleh perusahaan (contohnya biaya
yang dikeluarkan sebagai dampak pencemaran lingkungan).

2.1.6 Biaya Sosial


Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
komunitas melalui pelaksanaan kegiatan atau aktivitas sosial mengindikasi
tanggung jawab dan kepedulian sosial perusahaan terhadap komunitasnya.
Menurut Kotler dan Lee (2005:3) menyatakan bentuk kegiatan sosial
perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Keterlibatan komunitas (Community Involvement), mencakup aktivitas
berbentuk donasi atau bantuan untuk kegiatan rohani, olahraga, bantuan bagi
pengusaha kecil, pelayanan kesehatan masyarakat, bantuan penelitian dan
sebagainya.
b) Sumberdaya manusia (Human Resources), meliputi program pendidikan dan
pelatihan karyawan, fasilitas keselamatan kerja, kesehatan, kerohanian, serta
tunjangan karyawan.
c) Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Fisik (Environmental and Physical
Resources) terdiri dari antara lain keterlibatan perusahaan dalam pengolahan
limbah, program penghijauan, pengendalian polusi, dan pelestarian lingkungan
hidup.
d) Kontribusi produk atau jasa (Product or services contribution), mencakup
keamanan dan kualitas produk, kepuasan konsumen, dan sebagainya.
Terdapat beberapa metode pengukuran biaya sosial, yaitu :
a) Menggunakan Opportunity Cost Approach, misalnya atas pembuangan limbah
suatu perusahaan, dapat dihitung social cost dengan cara menghitung

17
kerusakan wilayah rekreasi sebagai akibat pembuangan limbah tersebut,
kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurang kekayaannya.
b) Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa
dirugikan ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkannya atau
berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi kerugian
yang dideritanya
c) Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk
barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
d) Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya vonis hakim
akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat juga dianggap
sebagai dasar perhitungan.
Perhitungan biaya sosial umumnya menggunakan pendekatan valuasi
kontingensi. Metode ini menggunakan pendekatan kesediaan untuk membayar atau
menerima ganti rugi agar sumber daya alam tersebut tidak rusak. Metode ini juga
dapat digunakan untuk menduga nilai guna dan nilai non guna. Metode ini
merupakan teknik dalam menyatakan preferensi, karena menanyakan orang untuk
menyatakan penilaian, penghargaan mereka. Pendekatan ini juga memperlihatkan
seberapa besar kepedulian terhadap suatu barang dan jasa lingkungan yang dilihat
dari manfaatnya yang besar bagi semua pihak sehinga upaya pelestarian diperlukan
agar tidak kehilangan manfaat itu.

2.1.7 Biaya Umum dan Administrasi


Biaya umum dan administrasi adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk membiayai semua kegiatan di luar operasi produksi. Biaya umum
dan administrasi ini mencakup biaya untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
seperti :
a) Administrasi perkantoran (kantor pusat, kantor unit)
b) Administrasi personil (gaji, perjalanan dinas, makan)
c) Administrasi pemerliharaan infrastruktur
d) Administrasi pemasaran

18
2.1.8 Biaya Royalti
Royalti merupakan bentuk pembayaran kepada pemerintah atas upaya-
upaya yang dilakukan untuk mengusahakan sumber daya mineral, sebagai
konpensasi pemberian hak pengusahaan untuk menambang. Sistem penghitungan
royalti di Indonesia dengan cara ad valorem royalti yang berarti pungutan royalti
yang didasarkan atas nilai bahan tambang yang diekploitasi/dijual menggunakan
Besaran royalti yang dikenakan kepada perusahaan juga diatur didalam peraturan
pemerintah.
2.1.9 Depresiasi dan amortisasi
Depresiasi dan amortisasi adalah suatu metode perhitungan akutansi yang
bermaksud membebankan biaya perolehan aktiva tetap atau aset berwujud dan asset
tidak berwujud, dengan menyebar selama periode tertentu, dimana aset tersebut
masih berfungsi. Dalam menghitung depresiasi digunakan beberapa pendekatan :
a) Metode depresiasi yang ada dipilih metode depresiasi garis lurus (straight line
depreciation), yang melakukan depresiasi merata sepanjang periode aset masih
berfungsi.
b) Basis atau biaya pertama yang digunakan sebagai dasar depresiasi adalah harga
perolehan ditambah biaya pengangkutan dan pemasangan alat sampai siap
pakai.
c) Periode recovery atau umur depresiasi dari alat yang didepresiasikan,
bervariasi tergantung dari jenis alat.
d) Sampai dengan akhir umur alat, setiap aset didepresiasikan sebesar 20%.

2.1.10 Pajak dan Iuran


Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah kepada perusahaan
selaku kontraktor batubara, maka perusahaan memiliki kewajiban membayar pajak
kepada pemerintah. Kewajiban pajak yang harus dipenuhi meliputi :
a) Iuran Tetap untuk Wilayah KP
b) Iuran Eksploitasi/Iuran Produksi
c) Pajak Penghasilan Perusahaan
d) Bea Masuk Atas Barang Impor
e) Pajak Bumi dan Bangunan

19
f) Bea, Pungutan dan Pajak Daerah

2.1.11 Aliran Kas (Cash Flow)


Pengertian kas dalam rencana investasi proyek penambangan batubara
adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan yang dalam jangka dekat dapat
dipakai sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial dan mempunyai sifat paling
tinggi tingkat likuiditasnya. Kas untuk kegiatan penambangan batubara ini dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan :
a) Pembiayaan proses produksi batubara bersih
b) Pembaharuan barang-barang aktiva tetap pada kegiatan investasi
c) Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, aneka pajak, iuran, pungutan, dan
lain-lain
Selama umur investasi proyek penambangan batubara maka akan terjadi
aliran kas (cash flow) bagi perusahaan. Aliran kas ini akan terjadi dari aliran kas
masuk (cash flow) dan aliran kas keluar (cash outflow).
Besarnya aliran kas masuk ini bagi perusahaan ditentukan oleh beberapa
faktor di bawah ini :
a) Laba bersih yang diterima perusahaan baik untung atau rugi.
b) Pinjaman utang dari bank untuk investasi (60%).
c) Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (40%) atau dari pemegang
saham, dan lain-lain.
Sedangkan laba bersih yang diterima perusahaan merupakan fungsi dari
pendapatan yang diterima dan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan pada
kegiatan produksi batubara bersih. Selisih pendapatan dan biaya tersebut adalah
laba bagi perusahaan.
Komponen-komponen yang menentukan pendapatan perusahaan antara
lain:
a) Nilai penjualan batubara bersih perusahaan
b) Nilai pendapatan bunga atas simpanan di bank
Sedangkan komponen-komponen yang menentukan biaya perusahaan
antara lain :
a) Biaya produksi batubara bersih sampai siap dijual

20
b) Biaya umum dan administrasi
c) Pembayaran bunga pinjaman ke bank
d) Pembayaran pajak, iuran, dan biaya-biaya lain
Besarnya aliran kas keluar dipengaruhi beberapa komponen di bawah ini :
a) Pembayaran untuk biaya investasi dan modal kerja
b) Pembayaran cicilan pokok atas pinjaman ke bank
c) Pembayaran kembali investasi dari perusahaan sendiri, dan lain-lain
2.1.12 Metode Analisis Ekonomi
a) Analisis Cost Benefit
Secara umum, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah cara untuk menentukan
apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup untuk
dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini telah
dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal”.
Khususnya untuk dunia teknologi informasi, CBA adalah suatu teknik yang paling
umum untuk menghitung biaya (cost) dan keuntungan/manfaat (benefit) dalam
suatu proyek teknologi informasi. Untuk dapat melaksanakan CBA, kita harus
menentukan hal-hal tersebut sebagai suatu cost dan benefit. Pada dasarnya, metode
pengukuran dan analisa cost-benefit didasarkan pada cara serta perspektif
manajemen dalam menilai kinerja teknologi informasi yang diimplementasikan
(Indrajit, 2010).
1) Biaya dan Manfaat (B/CR)
Pada pengambilan sumberdaya alam tambahan manfaat akan mengikuti konsep
hokum tambahan manfaat yang semakin berkurang. Manfaat dari tambahan
kegiatan pengambilan sumberdaya alam akan melebihi atau minimal sama
dengan biaya alternatif. Proyek yang layak dipilih adalah yang mempunyai B/C
rasio lebih besar dari satu, artinya manfaat harus lebih besar daripada biaya.
Konsep manfaat dan biaya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu rill
dan semu, langsung dan tidak langsung, primer dan sekunder. Untuk
mengetahui layak tidaknya suatu proyek maka kita harus mengukur manfaat
dan biaya dari proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, aspek proyek yang
dianggap sulit adalah menentukan tingkat diskonto dan umur proyek.

21
Rumus analisis manfaat dan biaya sebagai berikut :
B/C ratio
𝑀𝑡
∑𝑇
𝑡=0
(1+𝑖)𝑡
BCR = 𝐵𝑡
∑𝑇
𝑡=0(1+𝑖)𝑡

M = Manfaat
B = Biaya
t = Tahun
T = Umur proyek
i = Tingkat diskonto

2) Nilai sekarang bersih (net present value)


Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep
mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value).
Dengan mendiskontokan semua aliran kas masuk (cah inflow) dan aliran kas
keluar (cash outflow) selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang,
kemudian menghitung nilai sekarang bersih dengan memakai dasar yang sama,
yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam kriteria penilai NPV
memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih
besarnya aliran kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat
menunjukan jumlah (lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan
berapa besar uang pada saat ini.
Pada aliran kas proyek investasi penambangan batubara, untuk
memperhitungkan NPV yang akan dikaji yaitu meliputi seluruh aspek
penerimaan kas dan seluruh aspek pengeluaran kas, yang secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
(𝐶)𝑡 (𝑐0 )𝑡
NPV = ∑𝑛𝑡=0 𝑡 −
(1+𝑖) (1+𝑖)𝑡
Dimana
NPV = nilai sekarang bersih
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t

22
n = umur investasi (tahun)
i = arus pengembalian (diskonto)
t = tahun
Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan
diperoleh beberapa kelebihan, yaitu :
1) Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang
2) Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek
3) Dilakukan perhitungan besaran absolut (bukan relatif)
3) Tingkat Pengembalian Modal (internal rate of return)
Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV
aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Pada metoda NPV,
analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu besarnya laju
pengembalian (diskonto(i)), kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV)
dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju
pengembalian (diskonto(i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV
= 0. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk :
(𝐶)𝑡 (𝑐0 )𝑡
IRR = ∑𝑛𝑡=0 = ∑𝑛𝑡=0
(1+𝑖)𝑡 (1+𝑖)𝑡
Dimana
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t
n = umur investasi (tahun)
i = arus pengembalian (diskonto)
t = tahun
Dalam melakukan analisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai
berikut :
1) IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan
(required rate of return - ROR), maka proyek investasi diterima
2) IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan
(required rate of return - ROR), maka proyek investasi ditolak
4) Masa Pelunasan (payback period)

23
Masa pelunasan (payback period) adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian modal (aliran dana positif tetap untuk menutup aliran dana
negatif), dihitung sejak modal tersebut ditanam dengan mengabaikan nilai uang
berdasar waktu. Untuk menghitung masa pelunasan ini dianggap bahwa aliran
uang tunai terjadi secara terus menerus sepanjang tahun, tanpa
memperhitungkan tingkat bunga (0%).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Payback Period = x 1 tahun
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛
b) Analisis Real Option Valuation
Real options merupakan pendekatan sistematis dan solusi terintegrasi yang
menggabungkan teori financial, analisis ekonomi, ilmu manajemen, teori
keputusan, statistic, pemodelan ekonomi dan teori opsi dalam melakukan penilaian
terhadap asset non financial, dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan memiliki
ketidakpastian, dimana keputusan-keputusan bisnis bersifat fleksibel dalam konteks
pengambilan keputusan investasi strategis dan dalam menilai kesempatan investasi
dan pembiayaan modal. Pendekatan real options ditinjau sebagai penyempurnaan
dari metode perhitungan NPV. Real options menawarkan aspek substansial, dengan
menambahkan dimensi penting dari fleksibilitas suatu analisa investasi, real options
memberikan pandangan yang lebih terhadap intuisi strategi dan analisa fleksibilitas.
Lebih jauh lagi metode penilaian dengan real options bergantung pada data keadaan
financial pasar, dan framework yang digunakan sangat berhubungan dengan
keadaan nyata di dunia bisnis.
Menurut Thimas J. Hand (2001) real options merupakan suatu metode untuk
menghitung nilai opsi yang ada pada masa yang akan datang dalam keadaan yang
tidak pasti. Keunggulan dari real options adalah karena metode ini menyediakan
suatu jalan untuk penelitian dan proyek dalam bentuk keuntungan dimasa yang akan
datang. Opsi-opsi yang ada memberikan cara lain untuk mengestimasi keuntungan
dari proyek yang mungkin saja di masa mendatang tidak memungkinkan secara
ekonomi, namun menguntungkan seperti halnya apabila dianalogikan dengan
proteksi asuransi terhadap pemiliknya. Real options juga dapat digunakan untuk

24
mengevaluasi proyek yang sedang berjalan dengan memberikan analisa berupa
opsi-opsi untuk dimodifikasi, ditinggalkan, atau diteruskan pengembangannya
Secara umum pendekatan dari model option dapat dibagi dua yaitu :
1) Black – schools (Closed form models)
Metode Black-Scholes merupakan jenis closed-form solution dan awal dari
beberapa cara untuk melakukan penilain options. Secara umum metode ini memiliki
rumus :
C = SN (d1) – XerT N (d2)
Dimana :
𝑆 𝜎2
ln( )+(𝑟𝑓 + ) 𝑇
𝑋 2
d1 =
𝜎 √𝑇

d2 = 𝑑1 − 𝜎√𝑇
C = Nilai call
S = Nilai underlying asset
X = Nilai exercise

rf = suku bunga bebas resiko

T = Jangka waktu
σ = Standar deviasi
N = Distribusi normal
Persamaan ini dibangun dengan asumsi :
 Suku bunga bebas risiko yang besarnya tetap sepanjang waktu option
 Return harga saham terdistribusi secara lognormal
 Volatilitas tetap
 Tidak ada pembagian dividen
 Option adalah model “European style”, tidak dapat di eksekusi sebelum jatuh
tempo
 Tidak ada biaya transaksi
 Tidak ada penalti untuk short sales
2) Model Binomial lattice

25
Teknik dengan pendekatan binomial lattice menggunakan diagram pohon (tree
diagram ) untuk menggambarkan ketidakpastian ( uncertainty) dari suatu proyek
seperti yang dilakukan pada analisa decision tree . Diagram pohon ini dikenal
dengan lattice.
Dalam perhitungan dengan menggunakan binomial lattice diperlukan beberapa
parameter input dasar yaitu present value dari underlying asset (S), present value
dari cost of the option (X), volatility of the natural logarithm of the underlying free
cash flow returns dalam persen ( σ), maturity (T), risk free rate atau rate of return
dari riskless assets (rf), dan continuous dividend outflow (b). Metode binomial
lattice juga memerlukan dua perhitungan tambahan yaitu up and down factor (u dan
d) serta perhitungan risk-neutral probabilitas (p) yang diberikan oleh rumus
Asumsi dari model binomial adalah :
 Harga saham mengikuti suatu proses binomial pada periode terpisah
 Tingkat bunga tetap
 Tidak ada pajak, biaya-biaya transaksi, margin maupun short selling
Persamaan binomial Call option untuk periode n dapat ditulis seperti :
𝑛!
C = 𝑒 −𝑛𝑟∆𝑡 ∑𝑛𝐽=0(𝑗!(𝑛−𝑗)!) 𝑝 𝑗 (1 − 𝑝)𝑛−𝑗

u = 𝑒 𝜎√𝑇
d = 𝑒 −𝜎√𝑇
p = (𝑒 −𝑛𝑟∆𝑡 – d) / (u – d)
Dimana
C = Nilai dari call option
S = Harga dari underlying asset
u = Kenaikan setelah satu periode
d = Penurunan setelah satu periode
r = Tingkat suku bunga bebas resiko
Δt = Waktu satu periode
n = jumlah periode dari t

26
Gambar 2.1.
Model Binomial Lattice
2.1.13 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis
sensitivitas, akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Alasa dilakukannya analisis sensitivas untuk mengantisipasi adanya
perubahan perubahan berikut :
a) Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya seperti biaya konstruksi, biaya
bahan baku, produksi dan sebagainya
b) Penurunan produktivitas
c) Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh
dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek pada tingkat mana proyek
masih layak dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung NPV.
IRR, B/C ratio and payback period pada beberapa scenario perubahan yang
mungkin terjadi.
2.1.13 Formula Harga Patokan Batubara
Formula harga patokan batubara yang ditetapkan pada Peraturan direktur
jendral mineral dan batubara No. 515 tahun 2011 adalah sebagai berikut

27
Harga Batubara Acuan (HBA) (dalam kesetaraan nilai kalori 6322 Kkal/kg GAR) :
HBA = 25% ICI-1 + 25% Platts-1 + 25% NEX + 25% GC [US$/ton]
Dimana :
HBA = Harga Batubara Acuan [US$/ton]
ICI = Indonesia Coal Index [US$/ton]
Platts = Platts Benchmark Price [US$/ton]
NEX = New Castle Export Index [US$/ton]
GC = New Castle Global Coal Index [US$/ton]

Konversi nilai kalor batubara dari kondisi ADB ke GAR


KGAR = KGAR x (100 – TM) / (100 – IM)
Dimana :
KGAR = Nilai kalori batubara kondisi GAR (gross as received)
KGAR = Nilai kalori batubara kondisi ADB (as dried basis)
TM = Total moisture
IM = Inherent moisture

2.2 Metode Pengambilan Sampel dan Data


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu :
a. Peta topografi daerah
b. Peta geologi
c. Peta batas kegiatan tambang
d. Peta rona awal tambang
e. Peta rencana rona akhir tambang
f. Data sumberdaya dan cadangan batubara
g. Data curah hujan
h. Dokumen AMDAL
i. Dokumen rencana reklamasi
j. Dokumen rencana mineclosure
2.3 Cara Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan

28
yang menghasilkan data hasil secara nyata dalam bentuk angka sehingga
memudahkan proses analisis dengan menggunakan perhitungan. Metode penelitian
dilakukan dengan teori dan data yang didapat di lapangan.

29
Pengumpulan Data

Data Sekunder
a. Peta topografi daerah
b. Peta geologi
c. Peta batas kegiatan tambang
d. Peta rona awal tambang
e. Peta rencana rona akhir tambang
f. Data sumberdaya dan cadangan batubara
g. Data curah hujan
h. Dokumen AMDAL
i. Dokumen rencana reklamasi
j. Dokumen rencana mineclosure

Pengolahan Data

Biaya Teknis Biaya Lingkungan Biaya Sosial

Nilai (valuasi) ekonomi pertambangan batubara PT XXX

Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian

30

Anda mungkin juga menyukai