Anda di halaman 1dari 62

TERBATAS

PEMBINAAN TERITORIAL MERUPAKAN STRATEGI YANG TEPAT


DALAM MENGHADAPI PERANG MODERN DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.

a. Pembinaan teritorial merupakan bagian dari tugas TNI AD yang harus


dilaksanakan guna mewujudkan tercapinya tugas – tugas TNI AD1 yang
meliputi; Menegakkan kedaulatan negara, Melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah bangsa Indonesia, Menyelenggarakan pendidikan latihan
militer Bala Cadangan, Ikut aktif dalam kegiatan kemanusiaan, Membantu
tugas kepolisian RI dalam rangka tugas keamanan, dan berpartisipasi dalam
pemeliharaan perdamaian di bawah PBB. Karena demikian pentingnya
peran Binter maka TNI AD menempatkan Binter sebagai fungsi utama dengan
Konsekuensi pemberdayaan secara optimal penyelenggaraan Binter.

b. Binter sejak kelahiranya mengalami pasang surut seiring dengan


tuntutan jaman dan komitmen pengabdian TNI AD kepada negara dan bangsa.
Di era reformasi ditandai dengan krisis multi dimensional telah melumpuhkan
sistem dan pranata nasional di bidang IPOLEKSOSBUD HANKAM.
Menghadapi kondisi yang demikian maka Binter merupakan strategi
penangkalan yang tepat, karena pada hakekatnya Binter adalah
kemanunggalan TNI – Rakyat yang artinya semangat rasa senasib
sependeritaan dan sepenanggungan sebagai modal dasar bagi terciptanya
kekuatan nasional yang dahsyat dan terbukti dalam sejarah bangsa 2.
Kekuatan nasional tersebut merupakan jaminan keberhasilan dalam mengatasi
spektrum ancaman perang modern dengan segala bentuknya.
/ c. Guna …….

1
Kasad, Petunjuk Praktis Binter, Visindo Media Persada, Jakarta 2003
2
Naskah Departemen, Kemanunggalan TNI Rakyat, Seskoad 2003

TERBATAS
TERBATAS
2
c. Pembinaan teritorial adalah solusi terbaik untuk menghadapi perang
modern. Karena Binter menuntut perwujudan kemanunggalan TNI - Rakyat
dalam semua aspek kehidupan dengan indikator keberhasilan yang meliputi;
mempersenjatai bangsa secara psikis dengan Pancasila, secara ekonomis
dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, dan secara paradigmatis
dengan wawasan kebangsaan yang berlandaskan jati diri bangsa, serta secara
fisik dengan menyiapkan potensi nasional untuk diayagunakan dalam
penyelenggaraan sistem pertahanan negara yang bersifat semesta, total, dan
integral sehingga mempunyai kekuatan yang tangguh dalam menangkal perang
modern.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan dan


langkah – langkah pembinaan teritorial dalam menghadapi perang modern.

b. Tujuan. Sebagai sumbangan pikiran kepada pimpinan guna


menentukan kebijaksanaan selanjutnya.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Lingkup pembahasan dibatasi pada


pembinaan teritorial oleh Kodam dikaitkan dengan kondisi sosial masyarakat dewasa
ini, disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Latar Belakang Pemikiran
c. Kondisi Binter Saat Ini
d. Faktor – faktor yang berpengaruh
e. Kondisi Binter yang diharapkan
f. Konsepsi Binter Dalam Menghadapi Perang Modern
g. Penutup.
/ 4. Metode …….

TERBATAS
TERBATAS
3
4. Metode dan Pendekatan. Metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis dengan pendekatan observasi dan study referensi.

5. Pengertian-Pengertian.
a. Binter TNI AD adalah merupakan kegiatan TNI AD dalam membina
hubungan dengan segenap lapisan masyarakat sehingga tercipta
kemanunggalan TNI – Rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan
pertahanan negara matra darat3.

b. Kemanunggalan TNI adalah kondisi kejiwaan dimana rakyat telah


merasa bersama, senasib seperjuangan dengan TNIdalam rangka pertahanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia4.

c. Bhakti TNI secara umum merupakan dharma bhakti dalam perjuangan


bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional sedangkan secara khusus adalah
pelibatan TNI sebagai komponen utama pertahanan dalam membantu
menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan untuk menangani masalah sosial
atau kemasyarakatan atas permintaan instansi terkait atau inisiatif sendiri yang
dilaksanakan secara bersama – sama dengan instansi terkait tanpa
mengabaikan kesiapan satuan5.

d. Bintahwil adalah segala usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan


perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengerahan, dan pengendalian
dalam rangka mewujudkan ketahanan yang dinamis disuatu wilayah dengan
meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam
menangkal setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah6.
/ e. Komunikasi …….

3
Naskah Sementara, Buku Petunjuk Operasi Binter, Pusdikter 2003
4
Ibid
5
Ibid
6
Naskah Sementara, Buku Petunjuk Operasi Binter, Pusdikter 2003

TERBATAS
TERBATAS
4
e. Komunikasi Sosial

1) Sebagai Metode adalah cara yang diselenggarakan oleh satuan


jajaran TNI AD yang berhubungan dengan perencanaan, kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan dengan segenap
komponen bangsa guna mewujudkan saling pengertian dan
kebersamaan yang memungkinkan timbulnya keinginan masyarakat
untuk berpartisipasi di bidang pertahanan7.
2) Sebagai kemampuan adalah kemampuan prajurit TNI AD dalam
berkomunikasi dengan masyarakat dan aparat pemerintah terkait guna
terwujudnya saling pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan
timbulnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi di bidang
pertahanan8.

f. Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang diandasi oleh kecintaan
kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan
Pancasila sebagai idiologi negara dan rela berkorban untuk meniadakan
hakekat ancaman dari luar negeri dan dalam negeri yang membahayakan
kemerdekaan wilayah yurisdiksi Indonesia serta nilai – nilai Pancasila dan UUD
1945 beserta amandemenya9.

g. Sistim Pertahanan Semesta adalah sistem pertahanan negara yang


melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainya
serta dipersiapakan secara dini oleh pemerintah dan diseleggarakan secara
total, terpadu, terarah dan berlanjut10.
/ BAB – II…….
BAB II

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid.
10
Naskah Departemen, Sistem Pertahanan Semesta, Seskoad 2003

TERBATAS
TERBATAS
5
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum.
Dengan munculnya konsep perang modern11 yang mampu menembus segenap
sendi – sendi kehidupan bangsa dan menyebabkan tercabutnya jati diri bangsa
sehingga menimbulkan kebebasan individu yang lebih mengutamakan hak dari pada
kewajiban dengan mengorbanan tata nilai bangsa. Strategi perang modern
yang menyerang secara langsung terhadap segenap aspek kehidupan harus dilawan
secara total dan integral pula. Dalam hal ini pembinaan teritorial dengan wujud akhir
kemanunggalan TNI – rakyat akan membuktikan ketangguhannya sebagai kekuatan
yang dahsyat untuk mengatasi segenap persoalan bangsa ini, termasuk perang
modern. Sehingga pembiasan persepsi tentang Binter harus segera diakhiri guna
memperoleh pengakuan dan legitimasi dalam tatanan hukum yang berlaku.

7. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Historis.
Perjuangan mengusir penjajah timbul secara sporadis di berbagai
wilayah namun belum membawa hasil, menyadari kelemahan tersebut, pada
tahun 1908 munculah gerakan yang merupakan embrio “Budi Oetomo”.
Pada tahun 1912 lahirlah perhimpunan – perhimpunan yang berdasarkan atas
konsepsi kebangsaan dengan tujuan mempersatukan semua golongan di
wilayah Nusantara sehingga pada tahun 1928 lahirlah Sumpah Pemuda di
Jakarta. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, telah menghadapi
Agresi militer Belanda – I dan ke – II, serta menghadapi berbagai
pemberontakan dari dalam negeri diantaranya adalah pemberontakan PKI
Madiun tahun 1948, DI/TII di Jawa Barat tahun 1949 - 1962, pemberontakan
/ Andi…

11
Perang Modern : ditinjau dari perspektif Hubungan Internasional, Mayjen TNI Syarifudin Tippe 2004.

TERBATAS
TERBATAS
6
Andi Aziz, dan APRA, serta RMS pada tahun 1950, pemberontakan Kahar
Muzakar pada tahun 1955, dan PRRI pada tahun 195812. Berkat
kemanunggalan TNI-rakyat maka semua pemberontakan dapat diatasi dengan
baik. Namun di era globalisasi ini gerakan separatis Aceh dan Papua sulit
diatasi karena menurunnya wawasan kebangsaan dan persatuan yang
menyebabkan pembiasan dan distorsi dalam penanganannya.

b. Landasan Filosofis. Pancasila sebagai pandangan hidup


bangsa, dasar negara, dan ideologi merupakan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia yang juga merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
mengandung nilai-nilai moral, etika, dan estetika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara13. Implementasi Pancasila yang
terpancar dalam sila - silanya senantiasa menjadi pedoman dalam penataan
sendi – sendi kehidupan bangsa, baik sebagai pola pikir, pola sikap dan pola
tindak bagi warga negara dan prajurit TNI dalam melaksanakan tugasnya.

c. Landasan Konstitusional. UUD 1945 merupakan tatanan


aturan hukum yang tertinggi dan menjadi pedoman serta rujukan bagi
pembuatan dan pelaksanaan hukum di Indonesia. Sebagai negara hukum
maka supremasi hukum harus ditegakkan sebagai prasarat terselenggaranya
negara yang konstitusional. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum
bahwa Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya pembelaan negara
diatur oleh Pasal 30 UUD 1945, pada ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak dan wajib dalam upaya pembelaan negara, sedangkan ayat (2)
menyatakan bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan melalui Sistem
Pertahanan Semesta14.
/ d. Landasan ……..

12
Naskah Departemen, Sejarah Operasi Militer, Seskoad 2003
13
Naskah Departemen, Pancasila, Seskoad 2003
14
Naskah Departemen, UUD 1945, Seskoad 2003

TERBATAS
TERBATAS
7
d. Landasan Konsepsional

1) Wawasan Nusantara. Merupakan cara pandang bangsa


Indonesia terhadap diri dan lingkungan sebagai satu kesatuan yang utuh
dalam aspek ipoleksosbud hankam15. Dengan demikian diperoleh
pemahaman bahwa ancaman terhadap suatu pulau berarti merupakan
ancaman terhadap keseluruhan bangsa.

2) Ketahanan Nasional. Adalah kondisi dinamis suatu bangsa


yang berisi ketangguhan dan keuletan dalam menghadapi setiap bentuk
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan dan cita – cita nasional16. Terkandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam corak
suku dan kebudayaanya merupakan satu kebulatan yang utuh sebagai
satu bangsa dalam menyikapi dan menghadapi segala bentuk
permasalahanya.

e. Landasan Operasional.

1) Undang – Undang No. 3 tahun 2002. Pada Hakekat


pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan yang bersifat
semesta, penyelenggaraan berdasarkan atas keseimbangan dan
kesadaran antara hak dan kewajiban serta keyakinan pada kekuatan
sendiri untuk menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Artinya
sistim pertahanan negara melibatkan semua warga negara, sumber daya
nasional serta segenap sarana dan prasarana nasional untuk
dipersiapkan dan dayagunakan guna kepentingan pertahanan negara.
/ 2) Doktrin …….

15
Naskah Departemen, Wawasan Nusantara, Seskoad 2003
16
Ibid

TERBATAS
TERBATAS
8

2) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”. TNI AD Selaku


alat pertahanan negara didarat yang mempunyai tugas pokok untuk
menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah darat NKRI, melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara,
membantu tugas –tugas pemerintah sipil dan tugas bantuan kepada
kepolisian RI17.
Guna menyukseskan pelaksanaan tugas – tugas TNI AD tersebut
maka dijabarkan kedalam fungsi – fungsi TNI AD diantaranya adalah
fungsi Pembinaan teritorial yang mana dalam perkembangan dewasa ini
karena dipandang sangat perlu untuk dikembangkan dalam rangka
mewujudkan kemanunggalan TNI – Rakyat sebagai rohnya TNI AD
maka pembinaan teritorial dutetapkan sebagai fungsi utama TNI AD
yang teruang dalam doktrin Kartika Eka Paksi.

3) Nasem Bujuk Ops & Bujukbin Binter TNI AD.


Dalam buku petunjuk operasi tentang Binter yang diterbitkan oleh
Pusat Teritorial Angkatan Darat dijelaskan bahwa tujuan pembinaan
teritorial adalah untuk mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD
dengan sasaran meningkatnya dukungan rakyat terhadap TNI sehingga
terwujud kemanunggalan TNI – Rakyat dalam rangka terlaksananya
tugas pokok TNI18. Sedangkan menurut buku petunjuk pembinaan
Binter, tujuan pembinaan Binter adalah untuk membentuk, memelihara,
dan memantapkan organisasi, personel, materiil, dan piranti lunak Binter
agar pelaksanaan Binter dapat dilaksanakan secara optimal guna
mendukung tercapinya tugas pokok TNI AD19.
/ 8. Landasan ……

17
Narasi ceramah doktrin KEP, hal 14, Dirdok Kodiklat
18
Nasem Bujukops Binter, PO:TER – 01, Skep/22/XII/2003
19
Nasem Bujukbin Binter, PO: TER – 01, Skep/22/XII/2003

TERBATAS
TERBATAS
9
8. Hal – hal lain.

a. Perang Modern Munculnya perang modern karena adanya


kesadaran masyarakat internasional khususnya PBB yang melarang
penggunaan kekuatan militer untuk menyerang dan menguasai negara lain
untuk mengeksploitasi sumber daya nasionalnya. Namun karena naluri
imperialisme negara agresor dan kepentingan nasionalnya akan kebutuhan
sumber daya alam maka negara agresor mencari metode untuk menguasai
negara-negara yang memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah. Maka
perang modern merupakan bentuk lain dari neo kolonialisme dan neo
imperialisme. Perang Modern dapat didefinisikan sebagai bentuk perang
yang menggunakan kecanggihan teknologi untuk mempengaruhi dan
menguasai semua aspek kehidupan bangsa guna di eksploitir untuk
kepentingan negara agresor. Perang modern menggunakan cara – cara
bertempur yang abstrak, tanpa kekerasan atau paksaan yang menyerang
langsung terhadap segenap aspek kehidupan dengan mengubah paradigma
berfikir, budaya dan cara hidup yang pada akhirnya negara tersebut
mempunyai ketergantungan terhadap negara agresor. Seperti perang
konvensional juga memiliki tahapan – tahapan dalam pelaksanaanya sebagai
metode untuk menjamin tercapainya tujuan akhir yaitu penguasaan dan
eksploitasi kekayaan alam terhadap suatu negara sasaran20. Meliputi tahap
ifiltrasi, tahap operasi atau eksplotasi, tahap politik adu domba, tahap cuci otak
dan tahap pencapaian sasaran dengan atau tanpa invai militer.

/ BAB – III…..

20
Ancaman Neo Kolonialisme, Jendral TNI Ryamizard

TERBATAS
TERBATAS
10
BAB III
KONDISI BINTER SAAT INI

11. Umum.

Dengan paradigma baru TNI dan berlakunya otonomi daerah maka fungsi
Binter dalam rangka pembinaan potensi pada hakekatnya adalah mengelola potensi
kewilayahan menjadi kekuatan nyata untuk kepentingan pertahanan negara. Fungsi
Binter secara psikis yaitu dalam rangka kemanunggalan TNI – Rakyat guna
mewujudkan sasaran Binter yang meliputi terwujudnya wawasan kebangsaan yang
mantap, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran bela negara dan cinta tanah
air serta kemanunggalan TNI – Rakyat dengan mengedepankan aspek kewenangan
dan kelembagaan. Karena out put pembinaan teritorial pada dasarnya untuk
kepentingan negara maka fungsi Binter ini secara otomatis menjadi bagian dari fungsi
pemerintah.
Dengan demikian fungsi Binter dewasa ini mempunyai beberapa pengertian
yaitu pertama Binter sebagai Pembinaan potensi sumber daya nasional yang dilakukan
oleh Kodam selaku PTF Dephan di daerah, kedua pembinaan teritorial dalam rangka
mewujudkan sasaran – sasaran Binter21, ketiga Binter sebagai pembinaan wilayah
fungsi pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh
Pemerintah dengan segenap instansinya, dan pengertian keempat, Binter sebagai
fungsi pembinaan keamanan dan ketertiban wilayah oleh Kepolisian RI dengan
perangkatnya. Pembahasan dalam tulisan ini adalah pengertian Binter yang
diselenggarakan oleh Kodam dan dengan segenap keterkaitanya.

12. Struktur Pelaksana Binter. Pada dasarnya yang dimaksud dengan


struktur pelaksana Binter adalah organisasi Binter dalam bentuk gelar komando
kewilayahan mulai dari tingkat Kodam sampai dengan tingkat Koramil.
/ a. Organisasi…..

21
Naskah Departemen, Pokok-Pokok Binter, Seskoad 2003

TERBATAS
TERBATAS
11
a. Organisasi Pelaksana Binter Kodam dan jajaranya.

1) Di tingkat Kodam. Sebagai kompartemen strategis


pertahanan negara melaksanakan peran diantaranya sebagai pembina
organisasi satuan jajaranya, sebagai kotama operasional yang
menyelenggarakan berbagai operasi termasuk penyelenggaraan Binter
dan sebagai pelaksana PTF Dephan di daerah yang melaksakan
pembinaan potensi nasional yang meliputi aspek geografi, demografi,
sumber kekayaan alam serta aspek IPOLEKSOSBUD HANKAM menjadi
kekuatan nyata yang terorganisir dan terintegrasi. Dalam
melaksanakan pembinaan teritorial, diarahkan untuk merencanakan,
menyiapkan dan mengoperasikan :

a) Pembinaan teritorial dalam rangka menyiapkan ruang yang


meliputi klasifikasi daerah dan kompartementasi,
pengorganisasian medan perlawanan termasuk killing ground dan
daerah pangkal perlawananan (RUTR).
b) Alat juang meliputi kekuatan rakyat yang terlatih,
terorganisir, dilengkapi dan disiagakan, mantapnya sistem
deteksidinidan berita cepat, serta cegah dini dan tersedianya
cadangan.
c) kondisi juang meliputi kemanunggalan TNI – Rakyat,
berfungsinya sistem logistik wilayah dan sistem bela negara serta
militansi rakyat yang tinggi22, Melaksanakan pengawasan staf
terhadap penyelenggaraan pembinaan keamanan wilayah dan
perlawanan wilayah, Pembinaan teknis teritorial dan
penyelenggaraan ketentuan bantuan militer dan kuasa perang
sesuai peraturan perundangan.
/ 2) Ditingkat …..

22
Naskah Dep, Pengetahuan Kodam, hal 8.

TERBATAS
TERBATAS
12
2) Di tingkat Korem. Korem selain sebagai satuan
operasional juga sebagai pembina dan pelaksana Binter di wilayahnya,
yang meliputi pembinaan perlawanan rakyat, bantuan militer, dan
kekuasaan militer dalam keadaan darurat. Dalam melaksanakan
tugasnya staf teritorial Korem bertanggung jawab untuk; Merencanakan,
mengkordinasikan dan menyiapkan daerah pangkal perlawanan,
perlawanan rakyat dan Bhakti TNI, Pembinaan hubungan masyarakat
dengan memberikan penerangan dalam rangka ketahanan di bidang
IPOLEKSOSBUD HANKAM, Mengkordinasikan dan mengawasi
pelaksanaan bantuan militer dan penyelenggaraan kekuasaan militer
dalam keadaan darurat.

3) Ditingkat Kodim. Adalah komando pelaksana Korem di


yang berbentuk kewilayahan bersifat taktis dan berkedudukan langsung
dibawah Danrem dengan tugas pokok menyelenggarakan pembinaaan
kesiapan operasional komandonya, pembinaan teritorial dan perlawanan
rakyat dalam rangka menyiapkan ruang alat dan kondisi juang yang
tangguh serta kekuasaan militer dalam keadaan darurat di daerahnya23.
Kodim juga menyelenggarakan dan melaksanakan pengamanan daerah,
instalasi obyek vital, pengamanan fisik pejabat penting negara dan tamu
serta pejabat perwakilan negara asing yang berada di daerahnya sesuai
petunjuk dan kebijakan Pangdam / Danrem. Disamping itu, juga
menyelenggarakan fungsi pertempuran, kegarnizunan, administrasi,
kekuasaan dalam keadaan darurat, serta pembinaan teritorial yang
meliputi perencanaan, penyusunan, dan pengendalian kegiatan dan
operasi teritorial untuk menyiapkan ruang, alat dan kondisi juang serta
kemampuan perlawanan rakyat24. Dalam pelaksanaannya belum semua
tugas dapat dilaksanakan secara terencana dan terkordinir dengan baik.
/ 4) Ditingkat ……

23
Pokok-pokok Organisasi dan Tugas Korem, hal 20.
24
Pokok-pokok Organisasi dan Tugas Kodim, hal 7.

TERBATAS
TERBATAS
13
4) Di tingkat Koramil. Koramil adalah komando
pelaksana Kodim yang berbentuk kewilayahan dengan tugas pokok
menyelenggarakan pembinaan teritorial dan perlawanan rakyat.
Pembinaan teritorial dilaksanakan guna tercapainya sasaran antara,
sasaran khusus dan sasaran pokok. Sedangkan perlawanan rakyat
adalah penyelenggaraan pelatihan bela negara melalui pengorganisasian
dan pelatihan Hansip, Wanra dan Kamra. Dalam pelaksanaan
tugasnya diarahkan untuk melaksanakan pengumpulan data teritorial
yang meliputi data geografi, demografi dan kondisi sosial.

a) Pembinaan data geografi yang bernilai taktis militer,


pangkal perlawanan, medan latihan dan prasarana hankam.
b) Pembinaan data demografi untuk kepentingan hankam
diantaranya adalah pendataan kekuatan cadangan TNI.
c) Pembinaan kondisi sosial dan pembinaan satuan Wanra
dan latihan pendahuluan dasar kemiliteran bagi linmas.

13. Mekanisme Pelaksanaan Binter Kodam dan Jajaranya. Selaku PTF


Dephan di daerah menyiapkan dan menyusun rencana strategis pembangunan
kekuatan dan kemampuan pertahanan negara di wilayahnya. Dalam penyusunan
rencana tersebut Kodam merujuk pada peraturan Mendagri No. 9 tahun 1988 tentang
Panitia Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (P5D).
Dalam hal ini dikenal pendekatan bottom up planing dan Top down planing.

a) Top Down Planing. Kodam menyusun konsep Renbinter untuk


masa lima tahun kedepan dan konsep program Binter untuk setiap tahunnya.
Renbinter Kodam mencakup pembangunan bidang hankamneg lengkap dan
berisi kepentingan matra darat, matra laut dan matra udara serta kepolisian RI.
/ Konsep ……

TERBATAS
TERBATAS
14
Konsep ini digunakan sebagai bahan rapat dengan provinsi dalam rangka
penyusunan repelitada- I. Di tingkat Korem, RenBinter dan Program
Binter Kodam dijabarkan kedalam konsep Renbinter dan Program Binter Korem
dengan mempertimbangkan faktor kondisi wilayah, dan melaksanakan
koordinasi dengan pimpinan TNI AL, TNI AU, dan POLRI setempat. Konsep
renbinter dan progbinter Korem digunakan sebagai bahan rapat dengan
kabupaten dalam rangka penyusunan Repelitada – I.
Kodim berdasarkan Anpotwil dan Anpot Hankam serta Renbinter dan
progbinter Korem maka disusunlah telaahan Binter dan progbinter Kodim.
Konsep Renbinter Kodim digunakan sebagai bahan rapat dengan kabupaten
dalam rangka penyusunan Repelitada – II. Sedangkan konsep Progbinter
Kodim digunakan sebagai acuan bagi Danramil dijajaranya sebagai bahan rapat
koordinasi Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan sekaligus petunjuk
bagi para Babinsa untuk melaksanakan musyawarah pembangunan di tingkat
desa atau kelurahan.

b) Bottom Up Planing. Setelah Babinsa melaksanakan


Musyawarah pembangunan tingkat desa atau kelurahan melalui temu karya
LKMD, selanjutnya Danramil menyusun konsep kegiatan Binter untuk masa
setahun dan digunakan dalam rapat temu karya pembangunan tingkat
kecamatan dalam bentuk diskusi unit daerah karya pembangunan (UDKP) dan
hasilnya dilaporkan kepada Dandim. Setelah mendapat laporan dari unsur
jajaranya, Dandim menyusun progbinter Kodim yang digunakan sebagai bahan
Rakorbangda – II dan hasilnya dilaporkan Ke Korem. Laporan Kodim
dipadukan dengan konsep Progbinter Korem dan digunakan sebagai bahan
rakorbangda – I bagi Korem TK-I dan hasilnya dilaporkan ke Kodam.
Selanjutnya Konsep Progbinter Kodam dilengkapi dengan hasil rakorbangda – I
dan II sebagai bahan rapat rakorbang provinsi dan hasilnya merupakan
Progbinter Kodam, dilaporkan ke Mabes TNI, SUAD dan Dephan.
/ 14. Indikator ……

TERBATAS
TERBATAS
15
14. Indikator Pencapaian Binter.

a. Hasil Pelaksanaan Binter Kodam dan Jajaranya. Tolok ukur


keberhasilan pelaksanaan Binter oleh Kodam dan jajaranya dapat dilihat dari
fungsinya yaitu Kodam selaku pelaksana tugas dan fungsi Dephan di daerah
dalam rangka pembinaan potensi nasional di wilayah untuk didayagunakan
bagi kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara dan selaku pelaksana
dan pembina Binter dalam rangka mewujudkan sasaran – sasaran Binter.

1) Selaku PTF Dephan di daerah.

a) Pembina Komponen Utama. Kegiatan pembinaan


satuan jajaran Kodam dilaksanakan terbatas pada kegiatan
latihan satuan rutin, latihan gabungan dengan metode geladi
posko baik untuk OMP maupun OMSP, dan penugasan operasi.

b) Pembina Komponen Cadangan. Kegiatan


pembinaan dilaksanakan secara terpadu dengan seluruh instansi
terkait yang terdapat di wilayah.
(1) Sumber Daya Manusia. Pembinaan perlawanan
rakyat terhadap rakyat terlatih oleh komando kewilayahan
belum maksimal karena keterbatasan anggaran, kesibukan
internal dan beban kerja, serta merosotnya kepercayaan
rakyat terhadap TNI.
(2) Sumber Daya Alam. Meliputi pembinaan
bidang ekplorasi bahan tambang, pengelolaan hutan, air
dan lingkungan. Namun pelaksanaanya belum maksimal
karena minimya pelibatan TNI oleh departemen selaku
pemegang otoritas.
/ (3) Sumber …..

TERBATAS
TERBATAS
16
(3) Sumber Daya Buatan. Meliputi
pembinaan dan pemanfaatan listrik dan komunikasi,
industri material, bahan makanan, dan obat – obatan yang
dilaksanakan dengan instansi terkait. Pelaksanaanya
belum maksimal karena minimnya pelibatan TNI oleh
instansi terkait.
(4) Sarana dan prasarana Nasional di wilayah.
Meliputi pembinaan bidang pelabuhan udara dan
laut, galangan kapal, industri strategis, sarana
perhubungan dan transportasi dan komunikasi.
Pelaksanaanya belum maksimal karena vakumnya
pelibatan TNI oleh instansi pemegang otoritas.

c) Pembina Komponen Pendukung. Pembinaan masih


terbatas kepada identifikasi dan pendataan terhadap sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan serta
sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah.

2) Selaku Pelaksana dan Pembina Binter.

a) Pencapaian Sasaran Awal. Meliputi pembinaan dalam


rangka menyamakan visi, persepsi dan interpretasi pelaksanaan
Binter dengan segenap instansi terkait, menyiapkan komponen
cadangan dan komponen pendukung di wilayah untuk di
dayagunakan bagi kepentingan pertahanan negara aspek darat.
Pelaksanaannya masih bervariasi antara daerah satu dengan
lainya, secara umum masih terdapat distorsi pemahaman Binter
oleh instansi pemerintah sehingga sistim dan mekanisme Binter
belum terlembaga secara terpadu.
/ b) Pencapaian …….

TERBATAS
TERBATAS
17
b) Pencapaian sasaran khusus. Meliputi pembinaan
kemanunggalan TNI – Rakyat, pemantapan bela negara,
peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara serta
berfungsinya sistim belanegara dimana penangananya
terlembaga secara terpadu oleh instansi terkait. Namun
hasilnya menunjukan bahwa kemanunggalan TNI - rakyat goyah
dengan indikasi merosotnya kepercayaan rakyat terhadap TNI di
era reformasi dan menurunnya wawasan kebangsaan serta
lemahnya kordinasi dan kerjasama komando kewilayahan dengan
instansi pemerintah di daerah.

c) Pencapaian Sasaran Pokok. Meliputi pembinaan


potensi wilayah dalam rangka mewujudkan daerah pangkal
perlawanan, kekuatan perlawanan wilayah yang terlatih,
terorganisir, dan dilengkapi, pemantapan sistim bela negara
serta mewujudkan kemampuan logistik wilayah di tiap daerah.
Hasilnya belum optimal misalnya, daerah pangkal perlawanan
belum teraplikasikan secara terpadu dengan instansi pemerintah.
Kekuatan ratih dan logistik wilayah terbatas dan sistim bela
negara belum terlembaga secara struktural.

BAB – IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

11. Umum. Konsepsi Binter sebagai strategi yang berdaya tangkal efektif
terhadap perang modern dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah
perkembangan lingkungan strategis dengan segala dinamikanya baik yang bersifat
luas dan abstrak maupun luas konkrit.
/ 12. Perkembangan ……

TERBATAS
TERBATAS
18
12. Perkembangan Lingkungan Strategis. Pemahaman terhadap
perkembangan lingkungan strategis akan meningkatkan daya antisipatif dan
kesiapsiagaan terhadap hakekat ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan
dengan segenap aspek dinamis yang menyertainya baik secara global, regional dan
nasional.

a. Secara Global. Konflik dan ketegangan di tingkat internasional


masih terjadi misalnya penguasaan Irak oleh AS, ketegangan antara korea
Utara dan Selatan, dan rencana penempatan Armada AS di selat Malaka, yang
merupakan benturan kepentingan yang berbasiskan pada bidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Perebutan sumber daya alam dan
penguasaan teknologi serta issue terorisme internasional masih menonjol dan
menjadi sumber ketegangan antara negara maju dengan negara berkembang.
Pola perkembangan ini mengarah kepada berlakunya hukum rimba dan
dominasi kekauatan oleh yang negara kuat terhadap negara berkembang.

b. Secara Regional. Dikawasan Asia tenggara potensi konflik


masih tinggi, masalah sengketa perbatasan multi negara yang menyangkut
kepulauan Paracel dan Spratly, aksi teroris internasional yang diduga link-up
dengan jaringan teroris Al qaeda yang bergerak dikawasan Asean dan polemik
tentang rencana penempatan Armada AS di selat Malaka untuk melindungi
kepentingan ekonomi AS. Hubungan Indonesia dengan Australia sempat
memburuk karena salah persepsi tentang keterlibatan Australia dalam proses
penentuan pendapat di Timor – Timur, tuntutan pelanggaran HAM berat oleh
bangsa Timor Leste terhadap beberapa petinggi militer Indonesia sehubungan
dengan pasca jejak pendapat di Timor – Timur yang rawan terhadap
keteganagan diplomatik antara dua negara, demikian pula dengan PNG yang
berbatasan dengan Indonesia yang berpotensial terjadinya penyelundupan,
gerakan separeatis dan pelanggaran perbatasan lainya.
/ c. Secara ……

TERBATAS
TERBATAS
19
c. Secara Nasional. Konstelasi geografi yang tersebar dalam
bentuk kepulauan dengan beraneka ragam suku, adat dan kebudayaan, dan
agama, serta bahasa dengan tingkat kesejahteraan dan pembangunan yang
bervariasi merupakan kondisi yang rawan terhadap provokasi dan campur
tangan pihak asing. Kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan yang relatif
rendah serta penyebaran penduduk yang terkonsentrasi di kota besar
merupakan kerawanan dan memperlemah ketahanan nasional. Kondisi
sosial politik dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk
menjauhkan TNI dengan Rakyat dan komponen bangsa lainya, serta konflik
horizontal dan vertikal yang berlarut – larut telah menurunkan kemampuan
hankam dan stabilitas kemanan.

Munculnya ide separatisme belakangan ini di berbagai wilayah di


Indonesia merupakan bagian dari perang modern yang di skenariokan oleh
negara dalang atau negara koalisi global. Misalnya, pemberontakan
bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, Organisasi Papua Merdeka
(OPM) di Papua, dan ide negara Riau Merdeka serta ide mendirikan Negara
Timor Raya di NTT, merupakan akibat dari perang modern yang dipicu dan
dipacu oleh inteligen asing yang sengaja bermain dalam konteks perang
modern.

Walaupun korban relatif sudah cukup besar baik jiwa, raga, harta dan
sarana serta prasarana nasional yang tak terhitung nilainya namun komponen
bangsa Indonesia belum mempunyai kata sepakat dalam upaya penyelesaian
konflik di Aceh maupun konflik – konflik di daerah lainya. Sehingga dewasa
ini secara umum kondisi bangsa Indonesia sedang mengalami degradasi moral,
material dan spiritual yang bila dibiarkan berlarut – larut tanpa keputusan
pemerintah yang jelas dan konstruktif diperkirakan NKRI akan pecah berkeping
– keping tinggal menunggu waktu saja.

/ 13. Kendala ……

TERBATAS
TERBATAS
20
13. Peluang.

a. Sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan


penjajah telah menyatukan persepsi dalam membentuk rasa senasib
sependeritaan dan sepenanggungan sebagai modal dasar yang menjiwai
persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Kemanunggalan TNI rakyat telah terbentuk sejak perang kemerdekaan


yang telah terbukti ampuh, efektif, dan telah teruji dalam menghadapi dan
mengatasi permasalahan bangsa yang akan terus dilestarikan guna memupuk
semangat nasionalisme dan patriotisme bangsa.

c. Komando kewilayahan sebagai pelaksana inti kegiatan Binter telah


tergelar secara geografis dengan segenap kemampuannya untuk terus
melaksanakan Binter dalam rangka mewujudkan kemanunggalan TNI rakyat
dengan mengedepankan pendekatan struktural fungsional dengan instansi lain
sebagai mitra dalam pelaksanaanya.

14. Kendala yang dihadapi. Berupa Kondisi sosial sebagai akibat dari
”perang modern“, yang ditandai dengan munculnya pengaruh-pengaruh negatif
antara lain:

a. Dibidang Ideologi. Lunturnya semangat dan jiwa


Pancasila, dimana pancasila hanya sebatas hapalan dan bahkan ada upaya dari
pihak tertentu yang ingin menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

b. Dibidang Politik. Munculnya gejala separatisme di beberapa daerah


yang akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ,
seperti di Aceh, Papua dan Riau yang merupakan gambaran menurunya
nasionalisme bangsa yang semakin menipis.

/ c. Di bidang ……

TERBATAS
TERBATAS
21
c. Dibidang Ekonomi. Melemahnya sendi-sendi dasar perekonomian
menciptakan lingkaran setan kemiskinan. Masuknya perusahaan asing
dan privatisasi terhadap BUMN serta melemahnya sistim perbankan merupakan
suatu gambaran kondisi ekonomi bangsa yang kritis.

d. Dibidang Budaya. Menurunya semangat kerukunan umat


beragama serta semangat gotong royong dan tenggang rasa sebagai ciri khas
bangsa telah pudar oleh nilai individualisme Barat, kenakalan remaja dan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang meningkat. Muncul budaya instan,
sirnanya etos kerja dan semangat sukuisme yang dipicu oleh pemahaman
keliru tentang implementasi otonomi daerah dan merebaknya ketidakpuasan
daerah terhadap pusat menimbulkan kerawanan terhadap disintegrasi bangsa.

e. Dibidang Hankam. Embargo persenjataan telah


melemahkan sistim pertahanan dan keamanan diperburuk dengan rendahnya
kepercayaan rakyat terhadap TNI dan POLRI menyebabkan kemampuan
profesionaliesme menurun.

f. Di bidang Hukum. Keputusan Majelis Konstitusi yang


kontroversial dimana mengijinkan tokoh komunis sebagai calon legislatif
sementara TAP MPR No.25 tahun 1966 tentang ajaran komunisme belum
dicabut. Polemik seputar TAP MPR RI No. VI dan VII tahun 2000 tentang
pemisahan TNI-POLRI, menyebabkan kerancuan masalah kemanan negara.

g. Di bidang Teknologi dan Informasi. Ketergantungan teknologi


dan informasi kepada teknologi Barat membuat bangsa indonesia mudah
dikontrol dan didikte karena teknologi yang diekspor ke Indonesia merupakan
teknologi yang sudah usang. Ketergantungan terhadap media massa Barat
telah menciptakan sebuah berita yang seragam dalam pembentukan opini
global Barat, dan bahkan menjadi corong bagi kepentingan negara Barat.

/ h. Di bidang ……

TERBATAS
TERBATAS
22
h. Di bidang Ilmu Pengetahuan/Pemikiran. Ilmu pengetahuan
dan pemikiran para ilmuan indonesia sudah terkooptasi oleh nuansa
liberalisme-kapitalisme yang berasal dari Barat dan menyebabkan pudarnya
Nasionalisme dan wawasan kebangsaan. Globalisasi pemikiran ini
dilakukan melalui penyebaran buku, program beasiswa belajar di luar negeri
dan melalui media massa.

i. Dibidang Agama. Munculnya issue internasional yang


menempatkan kelompok islam sebagai wadah teroris internasional
berpengaruh terhadap sendi keagamaan di Indonesia, misalnya konflik agama
di Poso dan ambon yang disinyalir adanya campur tangan asing.

BAB – IV
KONDISI BINTER YANG DIHARAPKAN

15. Umum. Dengan Memahami pengertian pembinaan teritorial yang


dilaksanakan oleh Kodam dan jajaranya dan dikaitkan dengan perang modern,
diharapkan adanya kejelasan dalam bertindak. Misalnya, terwujudnya sasaran –
sasaran Binter yang merupakan kondisi kehidupan kebangsaan yang memiliki
ketahanan secara fisik dan psikis yang berdaya tangkal efektif terhadap segala bentuk
ancaman termasuk ancaman perang modern. Guna mewujudkan kondisi
tersebut maka diperlukan penyempurnan peran, tugas dan fungsi komando
kewilayahan secara total dan integral.

16. Struktur Pelaksana Binter. Ditinjau dari organisasi dan tugas


komando kewilayahan mulai dari tingkat Kodam sampai dengan Koramil, penjabaran
peran, tugas dan fungsi pembinaan teritorial kurang sinergis dan pragmatis, dimana
beban kerja yang terberat terdapat pada pelaksana Binter pada garda terdepan.
/ a. Organisasi …….

TERBATAS
TERBATAS
23
a. Organisasi Pelaksana Binter Kodam dan jajaranya.

1) Di tingkat Kodam. Peran dan fungsi Kodam baik selaku


kompartemen strategis, selaku kotama operasional dan selaku pelaksana
PTF Dephan di daerah perlu pembatasan yang jelas, sehingga tidak
terjadi tumpang tindih dan duplikasi tugas ditinjau dari beban tugas bagi
Kodam dan jajaranya.

a) Selaku Kompartemen strategis.


(1) Melaksanakan fungsi pertahanan negara aspek
darat di wilayah yang bersangkutan yang berlandaskan
sistem pertahanan semesta.
(2) Melaksanakan latihan satuan dengan berbagai
metode dan tehnik latihan dalam rangka meningkatkan
mutu tempur satuan dan kesiapan operasioanal satuan di
jajaran kodam.
(3) Menyiapkan dan mengoptimalkan fungsi dukungan
operasi baik yang bersifat logistik pasukan maupun logistik
wilayah guna mendukung kelanjutan operasi dan
keberhasilan tugas.
(4) Merumuskan dan menyiapkan tehnik, taktik dan
strategi pertempuran yang tepat sesuai dengan sifat
karakteristik daerah yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Selaku Pembina Operasional.


(1) Melaksanakan pembinaan satuan di jajaran kodam.
(a) Melaksanakan pembinaan profesionalisme
keprajuritan, kepemimpinan lapangan para Dansat,
serta pembinaan satuan di jajaran Kodam.
/ (b) Melaksanakan ……

TERBATAS
TERBATAS
24
(b) Melaksanakan pembinaan satuan secara
tersencana, terarah dan terukur di semua aspek
bidang pembinaan satuan yang meliputi bidang
operasi, personil, materiil, pangkalan, dan pinak.
(c) Melaksanakan latihan operasi gabungan guna
memantapkan keterpaduan dan integrasi kekuatan
pertahanan di wilayahnya.

(2) Melaksanakan pembinaan dan menyelenggarakan


Binter guna mewujudkan sasaran – sasaran Binter yang
meliputi sasaran antara, khusus dan pokok. Sedangkan
pelaksanaan Binter kedalam berupa :

(a) Pembinaan Kekuatan. Meliputi


pembinaan organisasi dan personil sesuai dengan
TOP/DSPP, materiil dengan sarana K3I yang cepat
dan aman, dan piranti lunak dalam rangka
mensosialisasikan kebijakan, protap dan petunjuk
Pangdam.
(b) Pembinaan Kemampuan. Meliputi
pembinaan pendidikan untuk memberikan
kemampuan teritorial, pembinaan latihan agar
menguasai metode Binter. Pembinaan penugasan
yang diarahkan untuk miliki kemampuan,
pengalaman, dan penguasaan wilayah.
(c) Pembinaan Gelar satuan. Pembinaan Binter
untuk mewujudkan lima kemampuan Binter dan
optimalkan peran satuan jajaran dengan jaring
intelijen.
/ c) Selaku …..

TERBATAS
TERBATAS
25
c) Selaku pelaksana PTF Dephan di daerah.
(1) Merencanakan, mendata dan mengorganisir sumber
daya nasional di daerah yang dapat didayagunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara aspek
darat.
(2) Mensosialisasikan dan melegitimasikan aturan
perundangan tentang tata cara penyiapan dan
pengorganisasian RUTR pertahanan negara.
(3) Melaksanaka pelatihan mobilisasi dan demobilisasi
serta penyiapan sumber daya manusia, sumber daya alam
dan sumber daya buatan untuk meningkatkan pemahaman
semua komponen bangsa dalam penyelenggaraan sistem
pertahanan semesta.
(4) Membentuk wadah kerjasama secara terstruktur
dan permanen antara Kodam selaku PTF Dephan dengan
pemerintah baik di tingkat provinsi maupun di tingkat
kabupaten atau Kodamdya yang berkaitan dengan
pelatihan partisipasi belanegara oleh masyarakat serta
penyelenggaraan sistem pertahanan semesta.

2) Di tingkat Korem. Pada dasarnya fungsi dan peran


korem merujuk kepada fungsi dan peran kodam selaku kotama
pembinaan, selaku kotama operasional dan selaku pelaksana PTF
Dephan di daerah dengan lingkup dan sifat tugas yang lebih bersifat
operatif. Namun demikian demi terwujudnya pelaksanaan Binter
secara berdaya guna dan berhasil guna maka pembinaan teritorial
diklasifikasikan kedalam pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan
dan pembinaan gelar satuan komando kewilayahan25.
/ a) Korem ……

25
Nasem Bujukbin Binter, hal 7

TERBATAS
TERBATAS
26
a) Korem selaku sub kompartemen Strategis dan PTF Dephan
di daerah.

(1) Dalam rangka menyiapkan pertahanan aspek darat


maka Korem menyusun daerah pertahanan yang mengacu
kepada kebijakan yang ditetapkan Kodam. Penjabarannya
adalah kompartementasi yang disesuaikan dengan sifat
dan karakter wilayah yang meliputi daerah pangkal
perlawanan, daerah belakang, daerah komunikasi dan
daerah tempur.

(2) Melaksanakan sosialisasi RUTR pertahanan aspek


darat kepada pemerintah daerah dalam rangka sinkronisasi
pembangunan, kriteria, dan persaratan masing – masing
klasifikasi daerah.

(3) Melaksanakan pembinaan satuan terhadap satuan


jajaranya dan satuan BKO dalam rangka meningkatkan
mutu tempur, kesiapan, dan peningkatan kualitas dan
profesional satuan dihadapkan dengan RUTR.

(4) Melaksanakan latihan sebagai uji coba terhadap


kompartementasi daerah dan penyiapan taktik dan strategi
dalam rangka memelihara keunggulan tempur.

(5) Melaksanakan penyiapan dan pelatihan terhadap


perlawanan rakyat sebagai bagian dari logistik wilayah
beserta segenap aspek dukungan dalam rangka
melaksanakan perang berlarut.
/ (6) Membentuk ……

TERBATAS
TERBATAS
27
(6) Membentuk forum komunikasi sebagai lembaga
kordinasi yang terstruktur secara baku guna mewadahi
kepentingan bersama antara kepentingan pertahanan
negara dan kepentingan pemerintah dalam rangka
pembinaan ketahanan wilayah.

b) Selaku Pembina Operasional.

(1) Melaksanakan pembinaan terhadap satuan


jajaranya.

(a) Melaksanakan pembinaan profesionalisme


keprajuritan dan mutu tempur satuan,
kepemimpinan lapangan para Dansat disatuan
jajaran Korem, serta pembinaan satuan secara
tersencana, terarah dan terukur di semua aspek
bidang pembinaan satuan guna menjamin
keberhasilan tugas.

(b) Melaksanakan latihan gabungan dengan


semua angkatan yang berada di wilayahnya guna
menjamin kesiapan operasional yang terkordinir dan
terintegrasi sehingga tercipta kerjasama angkatan
yang solid dan tangguh.

(c) Menyiapkan dan merumuskan mekanisme


peralihan dukungan dari logistik pasukan ke logistik
wialyah serta bentuk pelatihan dan sosialisasinya
kepada semua pihak yang terlibat.
/ (2) Melaksanakan …..

TERBATAS
TERBATAS
28
(2) Melaksanakan pembinaan teritorial secara internal.

(a) Pembinaan Kekuatan. Meliputi


pembinaan organisasi dan personil sesuai dengan
TOP/DSPP, materiil yang dilengkapi dengan sarana
komunikasi yang cepat, mudah dan aman, dan
Piranti lunak dalam rangka mengembangkan
kebijakan, protap dan pedoman dalam realisasi
program.

(b) Pembinaan Kemampuan. Meliputi


pembinaan pendidikan, pembinaan latihan, dan
penugasan untuk meningkatkan kemampuan,
pengalaman dan penguasaan wilayah dalam rangka
Binter.

© Pembinaan Gelar satuan. Di Tingkat Korem


dengan mewujudkan lima kemampuan teritorial dan
optimalkan jaring intelijen.

(3) Melaksanakan Pembinaan Teritorial di daerahnya

(a) Melaksanakan Binter secara terprogram dan


mengacu kepada Sisrendal Binter.

(b) Melaksanakan program Binter dalam rangka


mewujudkan tercapainya sasaran – sasaran Binter
yang meliputi sasaran antara, khusus dan sasaran
pokok.
/ (c) Merumuskan …..

TERBATAS
TERBATAS
29
(c) Merumuskan, mensosialisasikan dan
menerapkan konsepsi Binter dalam rangka
menghadapi perang modern dan pemantapan posisi
Binter.

3) Di tingkat Kodim.
a) Selaku sub-sub kompartemen Strategis dan PTF Dephan di
daerah.
(1) Menyiapkan pertahanan aspek darat di daerahnya
yang mengacu RUTR yang telah disusun oleh Korem dan
dipadukan dengan sifat dan karakter wilayah yang meliputi
daerah pangkal perlawanan, daerah belakang, daerah
komunikasi dan daerah tempur.

(2) Melaksanakan sosialisasi RUTR pertahanan aspek


darat kepada pemerintah daerah dalam rangka sinkronisasi
upaya pembangunan daerah agar tidak mengabaikan
kriteria dan persaratan kompartementasi daerah atau
RUTR.

(3) Melaksanakan pembinaan satuan terhadap satuan


jajaranya guna meningkatkan mutu tempur dan kesiapan
satuan.

(4) Melaksanakan latihan satuan dengan berbagai


metode sebagai bentuk pengujian terhadap
kompartementasi daerah serta penyiapan taktik dan
strategi tempur dalam rangka memelihara keunggulan
moril dan yakin akan kemampuan sendiri.
/ (5) Merumuskan ……

TERBATAS
TERBATAS
30
(5) Merumuskan dan membentuk forum komunikasi
dengan pemda sebagai lembaga kordinasi yang terstruktur
dan operasional secara baku guna mewadahi kepentingan
bersama antara kepentingan penyelenggaraan pertahanan
negara dan kepentingan pemerintah dalam rangka
pembinaan ketahanan wilayah dengan segenap aspek
keterkaitanya.

b) Selaku Sub-sub Kodam Operasional.


(1) Melaksanakan pembinaan terhadap satuan
jajaranya.

(a) Melaksanakan pembinaan profesionalisme,


kepemimpinan lapangan Dandim, serta pembinaan
satuan secara terencana, terarah dan terukur.

(b) Melaksanakan latihan gabungan dengan


semua angkatan dan Polri yang berada di
wilayahnya guna menjamin kesiapan operasional
yang terintegrasi, solid dan tangguh.

(c) Menyiapkan dan membuat protap tentang


mekanisme peralihan dukungan dari logistik
pasukan ke logistik wialyah serta bentuk pelatihan
dan sosialisasinya kepada semua pihak yang
terlibat.

(2) Melaksanakan pembinaan teritorial secara internal.

/ (a) Pembinaan ……

TERBATAS
TERBATAS
31
(a) Pembinaan Kekuatan. Meliputi
pembinaan organisasi, yaitu perlunya dibentuk staf
khusus Dandim sebagai penanggung jawab
pelaksanaan metode Binter secara spesifik,
meningkatkan kemampuan teritorial, pembinaan
materiil khususnya tentang sarana transporatasi dan
komunikasi, serta pembinaan piranti lunak guna
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

(b) Pembinaan Kemampuan. Meliputi


pembinaan pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan teritorial secara optimal, pembinaan
latihan untuk meningkatkan penguasaan semua
metode Binter, dan penugasan untuk meningkatkan
kemampuan, pengalaman dan penguasaan wilayah
dalam rangka Binter.

(c) Pembinaan Gelar satuan. Meliputi


pembinaan Binter di tingkat Kodim untuk
mewujudkan lima kemampuan teritorial dan
optimalkan peran jaring intelijen.

(3) Melaksanakan Pembinaan Teritorial di daerahnya

(a) Melaksanakan pembinaan teritorial dengan


mengacu kepada Sisrendal Binter, guna
memungkinkan dilaksanakannya evaluasi, koreksi
dan penyempurnaan terhadap pelaksanaan Binter.
/ (b) Melaksanakan …..

TERBATAS
TERBATAS
32
(b) Melaksanakan program Binter dalam rangka
mewujudkan tercapainya sasaran – sasaran Binter
yang meliputi sasaran antara, sasaran khusus dan
sasaran pokok.
(c) Merumuskan, mensosialisasikan dan
membuat protap tentang penerapan konsepsi Binter
Kodim dalam rangka menghadapi dan mengatasi
perang modern.

4) Di tingkat Koramil.

a) Melaksanakan pembinaan teritorial secara internal.

(1) Pembinaan Kekuatan.

(a) Pembinaan Organisasi. Perlu dilaksanakan


validasi organisasi guna penambahan personil
perwira sebagai staf umum sebagai penggerak
pelaksanaan Binter.

(b) Pembinaan Personil. Miliki lima


kemampuan teritorial dan hayati sebagai insan
teritorial.

(c) Pembinaan Materiil. Lengkapi dengan


sarana transportasi dan komunikasi yang cepat,
mudah dan aman, serta referensi yang mendukung
tercapainya tugas satuan

/ (2) Pembinaan ……

TERBATAS
TERBATAS
33
(2) Pembinaan Kemampuan.

(a) Pembinaan Pendidikan. Berikan


kesempatan untuk meningkatkan kualitas
pemahaman bidang teritorial.
(b) Pembinaan Latihan. Wujudkan
pelatihan sesuai dengan program latihan dan
laksanakan pelatihan bela negara terhadap
masyarakat.
(c) Pembinaan Penugasan. Diarahkan untuk
lebih mengoptimalkan pelaksanaan Binter.

(3) Pembinaan Gelar Koramil. Bentuk jaring


intelijen dengan memanfaatkan sarana yang ada.

b) Melaksanakan Pembinaan Teritorial di daerahnya

(1) Melaksanakan pembinaan teritorial secara


terprogram yang mengacu kepada petunjuk dan arahan
Dandim.

(2) Melaksanakan program Binter dalam rangka


mewujudkan tercapainya sasaran – sasaran Binter.

(3) Mensosialisasikan dan melaporkan hambatan dan


kendala yang dihadapi dalam melaksanakan protap
penerapan konsepsi Binter Kodim dalam menghadapi
perang modern.
/ 17. Mekanisme……

TERBATAS
TERBATAS
34
17. Mekanisme Pelaksanaan Binter Kodam dan Jajaranya. Disamping
merujuk kepada Peraturan Mendagri No. 9 tahun 1988, kodam juga harus mampu
melaksanakan Binter dalam rangka menghadapi perang modern.
Implementasinya adalah kemitraan dengan pihak – pihak yang mempunyai
kemampuan dan aset strategis yang mendukung pelaksanaan strategi penangkalan
perang modern. Misalnya, pemerintah, swasta, dan masyarakat yang menguasai
jaringan informasi, media massa, cetak dan elektronika, yang mempunyai daya
penetrasi besar terhadap segenap aspek kehidupan.

18. Indikator Keberhasilan

a. Hasil Pelaksanaan Binter Kodam dan Jajaranya. Tolok ukur


keberhasilan pelaksanaan Binter oleh Kodam dan jajaranya dapat dilihat dari
terlaksananya fungsi Kodam selaku PTF Dephan di daerah dan dalam rangka
mewujudkan sasaran – sasaran Binter.

1) Selaku PTF Dephan di daerah.

a) Pembina Komponen Utama. Kegiatan pembinaan


satuan jajaran Kodam dilaksanakan secara optimal sesuai dengan
program latihan guna meningkatkan mutu dan kualitas satuan
yang siap operasional baik untuk penyelenggaraan OMP maupun
OMSP26.

b) Pembina Komponen Cadangan. Tercapainya


sasaran kegiatan pembinaan yang dilaksanakan secara terpadu
dengan seluruh instansi terkait yang terdapat di wilayah dengan
upaya pembinaan sebagai berikut:
/ (1) Sumber ……

26
Menhan, Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21, Dephan

TERBATAS
TERBATAS
35
(1) Sumber Daya Manusia. Pembinaan terhadap
rakyat terlatih oleh masing – masing matra meliputi
pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar.
(2) Sumber Daya Alam. Meliputi pembinaan
bidang ekplorasi bahan tambang, pengelolaan hutan, air
dan lingkungan.
(3) Sumber Daya Buatan. Meliputi pembinaan dan
pemanfaatan listrik dan komunikasi, industri material,
bahan makanan, dan obat – obatan yang dilaksanakan
dengan instansi terkait di wilayah.
(4) Sarana dan prasarana Nasional. Meliputi
pembinaan pelabuhan udara dan laut, galangan kapal,
industri strategis, sarana perhubungan dan transportasi
dan komunikasi.

c) Pembina Komponen Pendukung. Melaksanakan


identifikasi, pendataan dan penyiapan sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sumber daya buatan serta sarana dan
prasarana yang terdapat di wilayah guna kepentingan
pertahanan.

2) Selaku Pelaksana dan Pembina Binter.

a) Pencapaian Sasaran Awal. Mewujudkan kesamaan


visi, persepsi dan interpretasi pelaksanaan Binter dengan segenap
instansi terkait, menyiapkan dan menyusun potensi nasional
khususnya pembinaan komponen cadangan dan komponen
pendukung di wilayah untuk di dayagunakan bagi kepentingan
pertahanan negara aspek darat.
/ b) Pencapaian ……

TERBATAS
TERBATAS
36
b) Pencapaian sasaran khusus. Pembinaan
kemanunggalan TNI – Rakyat, pemantapan bela negara,
peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara serta
berfungsinya sistim belanegara yang terlembaga secara terpadu
oleh instansi terkait.

c) Pencapaian Sasaran Pokok. Mewujudkan daerah


pangkal perlawanan, kekuatan perlawanan wilayah yang terlatih,
terorganisir, dan dilengkapi, pemantapan sistim bela negara
serta mewujudkan kemampuan logistik wilayah. Serta
melaksanakan pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar
satuan guna menjamin tercapainya tugas pokok dan terwujudnya
sasaran – saran Binter.

BAB VI
KONSEPSI BINTER DALAM MENGHADAPI PERANG MODERN

19. Umum.

Penerapan konsep Binter yang tepat secara fungsional struktural melalui


spesifikasi dan penjabaran tugas secara jelas akan menjamin pelaksanaan
Binter yang berdaya guna dan berhasil guna. Keberhasilan dalam pelaksanaan
Binter akan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab bersama bangsa
dalam menghadapi “perang modern” yang sedang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini. TNI sebagai komponen utama bersama-sama dengan
segenap komponen bangsa lainya akan mampu membendung pengaruh-
pengaruh negatif dan menangkal perang modern dengan segala bentuknya
yang dilakukan oleh koalisi global.

/ 20. Kebijaksanaan ……

TERBATAS
TERBATAS
37
20. Kebijaksanaan.

a. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas SDM Aparat teritorial yang


memiliki kecerdasan ESQ yang seimbang dalam menghadapi perkembangan
kehidupan sosial masyarakat dengan berlandaskan Paradigma Baru Peran TNI
yang menuntut perubahan cara berpikir dan bertindak Aparat teritorial.

b. Revitalisasi wawasan kebangsaan bagi prajurit, komando kewilayahan,


dan masyarakat dilaksanakan melalui pemantapan filosofi sumpah pemuda,
dan pengamalan nilai – nilai 45, serta pengamalan Pancasila. Setiap prajurit
diharapkan mampu menyelami, menghubungi dan mengajak serta
mempengaruhi masyarakat untuk memantapkan kembali wawasan
kebangsaan.

c. Pelaksanaan Binter yang dilakukan oleh Komando kewilayahan betul-


betul mengacu pada peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara,
mempererat ikatan nilai-nilai kebangsaan, peningkatan kesadaran bela negara
dan cinta tanah air serta memperkokoh kemanunggalan TNI-Rakyat.

23. Strategi.

a. Tujuan. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dan


komponen bangsa lainya tentang pentingnya Binter dalam menghadapi “
Perang Modern” guna meniadakan setiap ancaman yang membahayakan
kedaulatan, keutuhan, keselamatan dan kehormatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

b. Sasaran.

1) Terwujudnya ketahanan nasional yang berarti kemampuan untuk


menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

/ 2) Meningkatnya ……

TERBATAS
TERBATAS
38
2) Meningkatnya wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
semangat patriotisme dan jati diri bangsa yang merupakan modal dasar
dan kekuatan sistem sosial yang tangguh sebagai penangkal utama
dalam menghadapi “Perang Modern”.

3) Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat melalui kesamaan visi,


persepsi dan interpretasi dalam menyikapi dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam menghadapi dan mengatasi
permasalahan bangsa.

c. Metode. Metode yang digunakan tetap mengacu pada metode


Binter dengan skala prioritas sesuai lingkup dinamika yang ada yaitu :

1) Bhakti TNI. Merupakan kegiatan civic mission dalam


rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran
bernegara serta bela negara. Perlu dilaksanakan secara
berkesinambungan disetiap wilayah melalui operasi bhakti dan karya
bhakti serta pembinaan mental spiritual untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat dalam menghadapi “Perang Modern”.

2) Bintahwil. Merupakan pembinaan ketahanan wilayah


terhadap masyarakat yang dilakukan dengan memberikan saran dan
dorongan terhadap instansi fungsional dalam mewujudkan ketahanan
wilayah dengan meningkatkan kepekaan, kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam menangkal ancaman yang membahayakan
kedaulatan dan keutuhan NKRI.

3) Binkomsos. Yaitu memelihara dan meningkatkan


hubungan dengan seluruh komponen bangsa, sehingga terwujud saling
pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pertahanan negara aspek darat.

/ 4) Kemitraan …..

TERBATAS
TERBATAS
39
4) Kemitraan. Yaitu melibatkan segenap instansi dan
masyarakat dalam melaksanakan Binter sebagai wujud kesadaran dan
partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan
kemanunggalan TNI rakyat.

5) Edukasi. Yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan


pendahuluan bela negara kepada segenap komponen bangsa agar
memiliki semangat militansi dalam upaya bela negara, wawasan
kebangsaan, patriotisme dan daya resistensi terhadap pengaruh dan
provokasi asing.

6) Internalisasi. Penguasaan dan pemahaman Binter yang


berlandaskan akan jati diri, tugas dan peran TNI sebagai nilai fraksis
yang mendorong setiap prajurit untuk berbuat dan bertindak yang
terbaik dalam pelaksanaan tugas.

7) Sosialisasi. TNI khususnya komando kewilayahan harus


memperbanyak dialog dengan komponen bangsa lainnya agar
pelaksanaan Binter dapat dimengerti dan mendapat dukungan oleh
masyarakat dan komponen bangsa lainnya dengan mengedepankan nilai
spiritual sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.

d. Subyek dan Obyek.

1) Subyek. Kodam dengan segenap jajaran satuan Komando


kewilayahan dan Pemerintah daerah sebagai mitra pembina Binter.

2) Obyek. Masyarakat secara luas

/ 24. Upaya……

TERBATAS
TERBATAS
40
24. Upaya Binter dalam Menghadapi Perang Modern.

a. Pembinaan ketahanan Wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan


dengan tetap mengedepankan koordinasi dengan unsur terkait, baik aparat
pemda maupun instansi lainnya, dimana upaya pembinaan dilaksanakan
secara komprehensif dan terus menerus. Dikaitkan dengan kepentingan
Hanneg, khususnya dalam menghadapi “ Perang Modern” maka titik berat
pembinaan adalah :

1) Pembinaan dari aspek Geografi.

a) Penilaian hakekat Ancaman. Dimana tinjauannya


adalah intensitas hakekat ancaman di wilayah yang meliputi
daerah “Mantap, Rawan dan Gawat”. Apabila terjadi ancaman
yang mengarah kepada klasifikasi rawan, maka perlu menjadi
fokus pembinaan intensif secara vertikal dan horisontal agar
segera dapat dikembalikan pada keadaan mantap.

b) Kompartementasi daerah pertahanan dengan titik berat


pembinaan kemandirian dan kemampuan wilayah agar
senantiasa siap menghadapi ancaman terhadap kemungkinan
invasi musuh, maka penyusunan daerah pertahanan sesuai RUTR
dipersiapkan secara terpadu dengan pemerintah dengan
mempertimbangkan aspek kesejahteraan dan pertahanan.

c) Mendayagunakan SDA dan SDB berorientasi pada


kepentingan kesejahteraan dan pertahanan bagi seluruh rakyat
Indonesia dan rakyat di derah dengan memperhatikan kelestarian
dan dampak lingkungannya. Menghasilkan nilai guna yang tinggi
dan dapat mewujudkan cadangan materiil strategis dan dukungan
logistik wilayah, mendukung strategi perang yang bersifat
/ kerakyatan ……

TERBATAS
TERBATAS
41
kerakyatan, kewilayahan, dan kesemestaan. Mengatasi
pemanfaatan yang berlebihan untuk mencapai kepentingan
sektoral dan jangka pendek, sehingga menimbulkan kerugian
secara umum jangka panjang.

d) Mengidentifikasi dan menyiapkan ruas-ruas, fasilitas


tertentu yang terdapat pada sarana perhubungan darat, laut dan
udara agar pada saat dibutuhkan dalam upaya pertahanan
negara dapat berfungsi sebagai cadangan terminal, pelabuhan
kapal perang, landasan pacu pesawat terbang militer, jalur
pendekat dan jalur komunikasi atau jalur logistik.

e) Mengidentifikasi dan menyiapkan sarana dan fasilitas


transportasi, komunikasi dan peringatan dini serta alat bantuan
navigasi dan lain-lainnya sebagai unsur kekuatan cadangan
materiil pertahanan negara.

f) Menentukan lokasi, distribusi, alokasi cadangan material


strategis dan logistik wilayah di wilayah kompartemen strategis
dan sub kompartemen strategis untuk kepentingan matra darat
berdasarkan fungsi dan pengorganisasian badan-badan logistik.

g) Mengkonservasi cadangan material strategis yang meliputi


sumber daya hewani, nabati, bahan tambang dan energi untuk
kepentingan Matra Darat, Laut maupun Udara.

2) Pembinaan dari aspek Demografi. Pembinaan aspek ini


diarahkan pada sosialisasi pemahaman hakekat ancaman baik langsung
maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup NKRI. Sosialisasi
dimaksudkan untuk mengajak segenap lapisan masyarakat untuk peduli
bangsa, melalui kegiatan ini diharapkan para pejabat didaerah mampu

/ mengairahkan…..

TERBATAS
TERBATAS
42
mengairahkan masyarakat dalam upaya menumbuhkan persatuan dan
kesatuan melalui pemahaman tentang kesadaran berbangsa dan
bernegara, pemahaman terhadap wawasan kebangsaan, kesadaran bela
negara dan cinta tanah air serta kemanunggalan TNI-Rakyat. Faktor
penting yang perlu disiapkan untuk menghadapi ancaman tersebut
adalah penyiapan segenap lapisan masyarakat akan pentingnya:

a) Kesadaran bela negara.

(1) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait


dalam memasyarakatkan :
(a) UUD 1945 Pasal 30 mengenai hak dan
kewajiban bela negar bagi setiap warga negara
Indonesia.
(b) UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara yang melibatkan seluruh warga negara
beserta sarana dan prasarana nasional..
(c) Undang-Undang mobilisasi dan demobilisasi
serta keterkaitannya dengan doktrin pertahanan
negara.

(2) Melaksanakan pembinaan dan penerangan tetang :

(a) Memasyarakatkan dan menyelenggarakan


pendidikan pendahuluan bela negara dilingkungan
pendidikan, pekerjaan dan pemukiman, serta para
tunawisma. Membina dan melatih semua warga
negara untuk memiliki kesadaran, memahami hak
dan kewajiban bela negara, sehingga mengetahui
dan siap melaksanakan tugasnya dalam upaya bela
negara.

/ (b) Melatih …..

TERBATAS
TERBATAS
43
(b) Melatih rakyat agar mampu dalam
melaksanakan tugas perlindungan masyarakat guna
menanggulangi akibat bencana perang, bencana
alam atau bencana lainnya sesuai profesinya
masing-masing.

(c) Memberikan informasi kepada masyarakat


dalam rangka penerimaan Prajurit TNI Sukarela dan
Wajib Militer, serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai Matra Darat, laut dan Udara
untuk menumbuhkembangkan minat, perhatian dan
peran sertanya.

(d) Memberikan penyuluhan untuk


mengembangkan wawasan dan kesadaran
masyarakat dalam rangka meningkatkan ketahanan
dan resisten terhadap pengaruh asing yang negatif.

(e) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan


pengamanan kepada para petugas keamanan
dilingkungan pendidikan, pekerjaan dan
pemukiman.

b) Kemanunggalan TNI-Rakyat.

(1) Menumbuhkan saling pengertian, kepercayaan dan


saling menghormati antara aparat teritorial dengan

/ masyarakat…..

TERBATAS
TERBATAS
44
masyarakat melalui kegiatan bersama secara formal dan
informal dalam hal kegiatan keagamaan, olah raga,
kesenian dan kebudayaan serta hiburan.

(2) Menumbuhkan citra posistif TNI di mata rakyat


melalui pembinaan hubungan mutualisme antara TNI
dengan rakyat maupun pemerintah daerah. Kehadiran
TNI diterima dan dibutuhkan oleh rakyat karena peran
aktifnya sebagai pelopor, penggerak, pengayom dan
pengabdi masyarakat.

(3) Membangun komunikasi dengan segenap komponen


bangsa khususnya tokoh informal yang mengakar dalam
masyarakat dan civitas akademika dengan prinsip
kemitraan dan kebersamaan melalui forum dialog, diskusi,
tatap muka, untuk merumuskan solusi dalam mengatasi
perang modern.

(4) Melaksanakan kegiatan kemanusiaan dalam bentuk


Bhakti TNI untuk menangani masalah – masalah sosial,
kesulitan rakyat, menanggulangi bencana alam, rehabilitasi
daerah rawan konflik, dan membantu program
pengentasan kemiskinan baik atas permintaan masyarakat,
instansi pemerintah ataupun inisiatif sendiri.

(5) Meningkatkan ketahanan lingkungan dengan


membangun daya tangkal kewilayahan melalui upaya
belanegara dan wawasan kebangsaan.

/ 3) Pembinaan…..

TERBATAS
TERBATAS
45
3) Pembinaan dari aspek kondisi sosial. Kowil bersama instansi
terkait melaksanakan Binter untuk menjamin terpeliharanya kondisi
sosial yang memiliki daya tangkal yang ampuh terhadap pengaruh-
pengaruh perang modern. Hal penting yang harus segera diupayakan
adalah:

a) Bidang Idiologi. Untuk mengatasi permasalahan


bidang idologi dan politik maka langkah –langkah yang ditempuh
sebagai berikut:

(1) Membentuk dan melaksanakan riset untuk mendata,


mengukur dan menemukan akar permasalahan tentang:

(a) Tingkat penghayatan dan pengamalan


terhadap Pancasila.
(b) Tingkat semangat patriotisme dan
nasionalisme.
(c) Tingkat sukuisme, eklusivisme golongan, dan
kecenderungan konflik.

(2) Merumuskan kebijakan yang ditempuh untuk


mengatasi permasalahan esensial yang ditemukan secara
fungsional dan struktural.

(3) Mensosialisasikan kemungkinan ancaman potensial


dan aktual dan prioritas solusinya untuk mendapatkan
perhatian serius dari segenap komponen bangsa, melalui
komunikasi sosial dan santi aji serta forum komunikasi
lainya.
/ (4) Memberdayakan ……

TERBATAS
TERBATAS
46
(4) Memberdayakan semua jajaran komando
kewilayahan untuk melaksanakan kebijakan Pangdam atas
hasil musyawarah dengan pemda dan instansi lainya dalam
mengatasi permasalahan dengan menggunakan semua
metode dan instrumen yang terdapat pada komando
kewilayahan, khususnya mengoptimalkan dan menggelar
jaring intelijen dan jaring komando secara efektif dan
efisien dari Kodam hingga Koramil dengan memanfaatkan
perangkat K3I.

(5) Upaya penggantian idiologi pancasila oleh radikal


kanan, kiri maupun lainya harus dituntaskan secara
preventif dan represif.

(6) Pengukuhan kembali TAP MPR No. 25 tahun 66


tentang pernyataan PKI sebagai partai terlarang,
pendataan ulang eks PKI dan pernyataan PKI sebagai
bahaya laten.

b) Bidang Politik.

(1) Upaya kedalam :

(a) Perlunya amandemen terhadap UU no 22


tahun 1999 tentang otonomi daerah.

(b) Perlunya penyerdehanaan partai politik dan


kewajiban Pancasila sebagai satu – satunya azas
dalam kehidupan berorganisasi.

(c) Menegakkan netralitas dan mengambil jarak


yang sama dengan semua partai politik.

/ (d) Mendukung ……

TERBATAS
TERBATAS
47
(d) Mendukung hasil pemilu dan kebijakan
pemerintah yang sah sepanjang dalam batas koridor
konstitusi dalam mewujudkan NKRI yang
demokratis menuju cita-cita nasional.

(2) Upaya keluar yang dilakukan sebagai berikut:

(a) Konsistensi politik luar negeri yang bebas


aktif dalam rangka mengoptimalkan kepentingan
nasional.

(b) Membina hubungan dengan negara sahabat


secara multilateral, bilateral atau kerjasama
kawasan (Asean) dalam rangka meningkatkan
kestabilan politik, kemanan dan ekonomi bersama
sebagai dasar kontra opini terhadap kampanye
negara agresor dengan perang modernnya.

c) Bidang Ekonomi. Langkah yang dilakukan adalah


bekerjasama dengan instansi terkait untuk :

(1) Mendorong, mengembangkan dan memberdayakan


UKM sebagai strategi ekonomi kerakyatan agar mampu
menyerap tenaga kerja domestik dan resisten terhadap
gejolak pasar dunia.

(2) Mengembangkan kehidupan berkoperasi dan


kemitraan melalui pemilikan modal bersama dengan
menggali keunggulan komoditi setempat dan pemanfaatan
SDM setempat.

/ (3) Melaksanakan……

TERBATAS
TERBATAS
48
(3) Melaksanakan Bhakti TNI untuk mengatasi kesulitan
rakyat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui operasi bhakti dan karya bhakti guna mendorong
dan menggugah semangat membangun dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

(4) Perlunya memberdayakan koperasi sebagai basis


ekonomi kerakyatan dengan menggandeng pengusaha
mapan dan departemen terkait untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat .

(5) Memberantas penyelundupan ilegal logging,


pencurian ikan dan eksploitasi kekayaan alam yang
merusak lingkungan.

d) Bidang Sosial Budaya. Kompleknya permasalahan di


bidang sosial budaya maka perlu identifikasi masalah secara
akurat dan relevan dengan dampak perang modern. Upaya
yang dilakukan adalah:

(1) Melaksanakan riset dengan memanfaatkan instasi


terkait untuk mendapatkan permasalahan yang esensial
dan urgen tentang kerukunan umat beragama,
kecenderungan Konflik SARA, radikalisme, perusakan
generasi muda oleh budaya asing, pendiktean sistem
informasi, teknologi dan penerapan nilai – nilai asing.
(2) Melaksanakan pengkajian dan pengentasan
masalah akibat perang modern secara bersama dengan
mengedepankan fungsional struktural tanpa mengabaikan
keterpaduan usaha, sarana dan metode.
/ (3) Mengoptimalkan……

TERBATAS
TERBATAS
49
(3) Mengoptimalkan komunikasi sosial dan pembinaan
ketahanan wilayah serta bhakti TNI secara terencana,
terarah dan terukur yang dilaksanakan secara terpadu
dengan segenap instansi terkait sehingga tercipta
kekuatan sinergis yang menjamin tercapainya ketahanan
dan wawasan nasioanal yang tangguh.

(4) Memberantas penyelundupan dan penyalahgunaan


narkotika, obat – obatan terlarang, konsumsi minuman
keras serta perilaku seks bebas.

(5) Memupuk semangat persatuan, cinta tanah air dan


gotong royong serta bangga sebagai bangsa Indonesia
yang mempunyai ciri khas budaya yang sederajat dengan
bangsa lain.

e) Bidang Hankam. Langkah yang dilakukan antara lain


sebagai berikut:
(1) Langkah internal dengan melaksanakan spesifikasi
tugas dan jabatan yang diutamakan pada level pelaksana
yang langsung berhadapan dengan obyek Binter walaupun
harus mengembangkan postur organisasi yang telah ada
misalnya perwira Liaison pada tingkat Kodim untuk
menjembatani antara pemda dengan kowil dan perwira
staf pada Koramil.

(2) Memantapkan mekanisme pelaksanaan tugas


bantuan kepada pemda dan kepolisian RI secara tepat
guna dan hasil guna dalam memelihara stabilitas
keamanan nasional.
/ (3) Memantapkan ……

TERBATAS
TERBATAS
50
(3) Memantapkan dan mengoptimalkan pelatihan bela
negara dan meningkatkan partisipasi dan perlawanan
rakyat melalui pelaksanaan Binter.

(4) Payung hukum penyelenggaraan Binter dalam


tatanan hukum nasional sehingga pelaksanaan Binter
bersifat mengikat.

(5) Penetapan RUU TNI sebagai dasar pelaksanaan


peran, tugas dan fungsi TNI dalam menjaga kedaulatan,
keselamatan dan keutuhan wilayah serta kehormatan
bangsa.

(6) Menyiapkan ruang mandala yudha bagi kekuatan


pusat maupun kompartemen strategis di wilayah baik
untuk operasi pertahanan maupun serangan balas sesuai
strategi pertahanan wilayah. Membina dan
mengembangkan wilayah perbatasan sehingga menjadi
kawasan sabuk pengaman yang memiliki ketahanan
wilayah dan mendukung upaya deteksi dini dari ancaman
musuh.

(7) Memasyarakatkan pentingnya keterpaduan


pendekatan kesejahteraan dan pendekatan pertahanaan
dalam melaksanakan pembangunan di daerah, kepada
aparat pemerintah daerah dan pihak swasta serta
masyarakat, sehingga dalam setiap pemanfaatan sumber
daya dan ruang, dapat dilaksanakan sesuai dengan
tata ruang wilayah kepentingan kesejahteraan maupun
kepentingan pertahanan (RUTR WILHAN).
/ b. Pembinaan …..

TERBATAS
TERBATAS
51
b. Pembinaan Wawasan Kebangsaan. Pembinaan wawasan
kebangsaan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
secara sinergis oleh semua pihak. Beberapa obyek atau aspek yang harus
dibina yaitu; masalah cinta tanah air atau patriotisme, calon – calon pemimpin
bangsa masa depan, jati diri bangsa yang dilandasi Sumpah pemuda dan nilai
– nilai 45 serta Pancasila dan memiliki kesembangan kecerdasan ESQ.

1) Memupuk Cinta Tanah Air. Upaya yang dapat dilakukan


adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan yang


memungkinkan seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah
dimanapun mereka berada baik dipedesaan maupun diperkotaan.

b) Meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap adat


istiadat dan budaya lokal, regional dan nasional melalui program
apresiasi seni dan budaya secara formal maupun informal dengan
menafaatkan segenap media yang ada guna meningkatkan
semangat Bhineka Tunggal Ika.

c) Meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa


kepada pelajar, mahasiswa dan generasi muda melalui studi
banding pendidikan, kebudayaan ataupun bidang lainya dengan
melaksanakan program pertukaran antar daerah atau provinsi.

d) Memberikan penekanan dan fondasi yang kuat akan


pentingnya sejarah perjuangan bangsa bagi pelajar, mahasiswa
dan generasi muda untuk menumbuhkan semangat cinta tanah
air dan semangat kebangsaan.
/ e) Memberikan …..

TERBATAS
TERBATAS
52

e) Memberikan pelatihan dasar kemiliteran secara sukarela


kepada pelajar, mahasiswa dan generasi muda umumnya yang
dikemas dalam paket program singkat secara profesional yang
bersifat edukatif dan rekreatif.

2) Memupuk Jati Diri Bangsa. Langkah – langkah yang


dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Memasyarakatkan kembali semangat untuk menggali,


mempelajari dan meyakini serta menghayati dan mengamalkan
Pancasila dalam kegiatan hidup sehari-hari. Hal ini harus
dilakukan dengan memanfaatkan segenap media mulai dari
keluarga sampai dengan pendidikan secara formal dan informal.

b) Menggugah kembali semangat persatuan dan kesatuan


dalam berbangsa dan bernegara dengan mengaktualisasikan
Sumpah Pemuda dalam kehidupan berorganisasi baik untuk
ormas maupun orpol.

c) Mengajak dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


membantu secara langsung dan tidak langsung dalam
meringankan beban penderitaan sesama baik karena bencana
alam ataupun musibah lainya melalui semangat kebersamaan dan
jiwa senasib sependeritaan dan mengutamakan gotong royong
dalam membangun bangsa.

d) Memasyarakatkan dan mengaktualisasikan nilai – nilai 45


kepada pelajar, mahasiswa dan generasi muda umumnya melalui
/ PPBN ……

TERBATAS
TERBATAS
53
PPBN dan pelatihan lainya yang mendukung terciptanya
semangat patriotisme dan heroisme.

e) Memasyarakatkan dan melaksanakan program ESQ kepada


seluruh bangsa agar bangsa ini mempunyai keseimbangan
kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual sehingga mampu
menempatkan dirinya sesuai fitrah sebagai mahluk Tuhan yang
mulia dengan wujud tata perilaku yang dapat dijadikan contoh
tauladan.

3) Pembinaan Profesional secara fungsional struktural


Aparat Teritorial.
Upaya yang dilakukan antara lain adalah dengan meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta pembinaan aparat dan satuan
teritorial.

a) Meningkatkan Pengetahuan Aparat Teritorial. Aparat


teritorial harus memahami peran, tugas dan tanggungjawab
pekerjaanya dengan segenap pengetahuan yang melatar
belakanginya. Mengingat lingkup tugas aparat teritorial
demikian luasnya maka harus mau meningkatkan pengetahuan
secara otodidak dan secara formal untuk mengembangkan diri
sehingga responsif, akomodatif, konsultatif dan proaktif terhadap
permasalahan yang berkembang diwilayahnya. Materi yang
harus dipahami dan terdukung secara referensif di satuan:

(1) Peran TNI dengan Paradigma Baru TNI.


(2) Sistem Politik Indonesia dan prinsip-prinsip
demokrasi.

/ (3) Pengetahuan…..

TERBATAS
TERBATAS
54
(3) Pengetahuan tentang Hukum Tata Negara dan
HAM, serta peraturan perundangan lainya yang terkait.
(4) Otonomi daerah dan sistem pemerintahan
(5) Sosiologi Terapan, dapat berupa materi interaksi
sosial dan teori konflik.
(6) Antropologi Terapan, dapat berupa bagaimana
menganalisis budaya dan adat istiadat suatu daerah
hubungannya dengan budaya daerah lain, gunanya untuk
bahan masukan dalam perencanaan bidang demografi
khususnya progam transmigrasi.
(7) Pengetahuan Psikologi, yang terdiri dari : Psikologi
massa, dan psikologi remaja, serta teknik dan taktik
mengatasi demonstrasi massa dan gangguan keteriban
umum.
(8) Komunikasi yang terdiri dari : Komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, komunikasi antar budaya, Public
Relation, dan Jurnalistik.
(9) Mendalami doktrin-doktrin dan Perundang-
undangan, baik doktrin Hankamneg maupun doktrin dan
perundangan yang berhubungan dengan ke-teritorial-an.
Misalnya UU Hankamneg, UU no 24/1994 tentang Rencana
Tata Ruang.

Materi-materi tersebut dilaksanakan dengan metode


belajar yang aktif melalui peningkatan minat baca atau dengan
cara critical reading, yaitu dengan penugasan merangkum
intisari dan menjawab isi tulisan dan mendiskusikan secara formal
maupun informal dengan prinsip kebebasan akademis.

/ b) Meningkatkan……

TERBATAS
TERBATAS
55
b) Meningkatkan lima kemampuan Teritorial. Meliputi
kemampuan temu cepat dan lapor cepat, penguasaan wilayah,
manajemen teritorial dan komunikasi sosial serta perlawanan
rakyat. Upaya yang dilakukan diantaranya:

(1) Kemampuan temu cepat lapor cepat diwujudkan


dengan pembentukan jaring intelijen dan perekrutan
warga masyarakat yang memenuhi kriteria sampai ke level
Dusun atau kampung yang dilengkapi dan dibina
sedemikian rupa untuk kepentingan kelancaran dan
kerahasian informasi.
(2) Kemampuan penguasaan wilayah diwujudkan
dengan interaksi sosial melalui komunikasi sosial, karya
bakti maupun anjangsana secara formal dan informal yang
dilakukan secara terprogram.
(3) Kemampuan Manajemen Teritorial diwujudkan
melalui aplikasi sisrendal Binter yang dilaksanakan secara
normatif dan aktual dengan berpedoman kepada prinsip –
prinsip penyelenggaraan latihan.
(4) Kemampuan Perlawanan Rakyat diwujudkan dengan
penyelanggaraan PPBN dan pelatihan dasar kemiliteran
kepada hansip, Wanra, Kamra dan linmas yang terjadual
secara periodik serta dilengkapi dan diorganisir sesuai
dengan kebutuhan.
(5) Kemampuan komunikasi sosial diwujudkan dengan
pelaksanaan interaksi sosial yang dilakukan melalui forum
komunikasi secara formal seperti penyuluhan, santi aji, dan
diskusi ilmiah maupun informal seperti anjangsana, adu
bako dan menghadiri undangan dan acara lainya.
/ 4) Strategi …..

TERBATAS
TERBATAS
56
4) Strategi Penangkalan Perang Modern. Strategi
penangkalan perang modern ditinjau dari aspek Binter pada hakekatnya
adalah mempersenjatai bangsa secara psikis dengan Pancasila, dan
secara paradigmatis dengan wawasan kebangsaan yang berlandaskan
jati diri bangsa dan keseimbangan kecerdasan ESQ, secara fisik dengan
menyiapkan potensi nasional untuk diayagunakan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara yang bersifat sishanta. Langkah
yang dilakukan menyesuaikan dengan sifat dan hakekat sifat ancaman
yang ditimbulkan sesuai dengan pentahapan perang modern.

a) Tahap Infiltrasi. Untuk menghadapi ancaman yang


berupa penyusupan agen selaku aktor intelektual dalam
mensetting masalah dan merekrut dan mengembangkan
pradigma berfikir gaya barat untuk merusak wawasan
kebangsaan dan jati diri bangsa, serta pematangan jaring
informasi dengan klandestinya maka upaya yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:

(1) Komando kewilayahan membentuk “infiltran Watch”


yang berupa satgas khusus secara permanen yang
didukung dengan jaring intelijen terstruktur sampai tingkat
Koramil. Esensi yang dikembangkan adalah temu cepat,
lapor cepat dan analisa cepat serta tindakan lanjutan
sesuai klasifikasinya.
(2) Membuat peta Ancaman Perang modern
berdasarkan hasil riset lapangan dan Infiltran watch untuk
mempermudah daerah mana yang dianggap terpengaruh,
rawan, dan gawat serta kritis ditinjau dari aspek
IPOLEKSOSBUD HANKAM serta solusinya.
/ (3) Kodam…..

TERBATAS
TERBATAS
57
(3) Kodam menginstruksikan, memantau dan meminta
pertanggung jawaban satuan jajaranya untuk
melaksanakan peran, tugas dan fungsinya sesuai dengan
prioritas permasalahan yang dihadapi atau ditetapkan
dimasing – masing wilayah dengan mengoptimalkan
komunikasi sosial untuk menetralisir pengaruh paradigma
barat, bhakti TNI untuk menciptakan kemanunggalan TNI
rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pembinaan ketahanan wilayah dalam rangka
menumbuhkan resistensi terhadap provokasi dan hasutan
untuk menghadapi perang modern.

b) Tahap Operasi atau Exploitasi. Ancaman yang dihadapi


adalah penggalangan untuk menciptakan perpecahan dan
permusuhan bernuansa SARA, kekacauan bidang
IPOLEKSOSBUD HANKAM, dan munculnya embrio gerakan
separatis untuk memisahkan diri dari NKRI. Upaya yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Melaksanakan revitalisasi wawasan kebangsaan dan


semangat persatuan dan kesatuan bangsa dilakukan
dengan binkomsos secara terpadu dengan instansi terkait
dan para tokoh masyarakat secara periodik guna
menetralisir upaya untuk memecah belah persatuan
dengan latar belakang SARA, melaksanakan Bhakti TNI
dan bintahwil untuk mengatasi kekacauan aspek
IPOLEKSOSBUD HANKAM.

/ (2) Memberdayakan…….

TERBATAS
TERBATAS
58
(2) Memberdayakan dan mengoptimalkan Bakorinda
untuk melaksanakan lawan penggalangan dan
mengungkap jaringan informasi dan klandestin beserta
agen – agennya baik lokal maupun asing.

(3) Melaksanakan penegakan hukum secara preventif


dan bila perlu secara represif guna memelihara stabilitas
keamanan.

c) Tahap Politik Adu Domba. Ancaman yang dihadapi


adalah kerusuhan dan kekacauan massa yang bersifat destruktif
dan anarkhis, gerakan perlawanan terhadap pemerintah secara
diplomatis yang dilakukan oleh LSM – LSM boneka dan secara
fisik dengan fisik dengan gerakan separatis bersenjata. Upaya
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Memantapkan mekanisme bantuan kepada Pemda


dan kepolisian untuk tugas pencegahan dan
penanggulangan amuk massa dengan tetap berprinsip
pada profesionalisme keprajuritan.

(2) Mendorong upaya rekonsiliasi terhadap semua


bentuk pertikaian yang terjadi dan menyelesaikan semua
permasalahan secara komprehensif dan tuntas.

(3) Melaksanakan penegakan hukum secara preventif


dan represif dalam rangka supremasi hukum dengan
menangkap aktor intelektualnya dan diasingkan ke tempat
tertentu di sebagai tahanan politik.
/ d) Tahap ……

TERBATAS
TERBATAS
59
d) Tahap Cuci Otak. Ancaman yang dihadapi adalah suatu
kondisi dimana secara mayoritas bangsa Indonesia kehilangan
kepercayaan jati diri dan wawasan kebangsaan, tata nilai
pancasila, dan semakin mantapnya keyakinan akan kebenaran
nilai – nilai barat. Upaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

(1) Memberikan saran kepada pemerintah untuk untuk


melarang berkembangnya nilai – nilai yang tidak sesuai
dengan Pancasila dan melakukan tindakan penegakkan
hukum secara tegas sesuai pelanggarnya.

(2) Melaksanakan operasi penyaringan terhadap semua


pengaruh asing yang masuk secara manual dan elektronik
dengan menerapkan sanksi yang tegas dan memanfaatkan
semua media massa untuk counter opini.

(3) Memasyarakatkan kembali nilai – nilai spiritual


bangsa, budaya bangsa dan jati diri bangsa guna
memantapkan penghayatan dan pengamalan Pancasila
dalam kehidupan sehari – hari.

e) Tahap Pencapaian sasaran. Ancaman yang dihadapi


adalah dominasi keinginan untuk membubarkan dan merubah
NKRI secara people power dengan mengandalkan kehadiran dan
bantuan militer negara dalang. Upaya yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

/ (1) Menyarankan……

TERBATAS
TERBATAS
60
(1) Menyarankan diberlakukanya keadaan darurat dan
menyiapkan penggunaan segenap komponen pertahanan
negara untuk menghentikan people power secara represif
dan menangkap aktor intelektualnya serta siap
menghadapi invasi militer asing sesuai dengan doktrin
yang berlaku.

(2) Berpartisipasi dalam melaksanakan kampanye


internasional untuk memperoleh dukungan internasional
dan menekan negara dalang untuk mencegah dan menarik
diri dari keterlibatanya di Indonesia. Dan meyakinkan
PBB untuk mengatasi permasalahan internal bangsa tanpa
melibatkan campur tangan kekuatan militer asing.

(3) Bersiap melaksanakan operasi untuk perang (OMP)


secara preemtif, preventif dan represif. Preemtif
dengan mencegah niat agresor untuk melaksanakan invasi
dengan melaksanakan perang psikologi dinegara agresor.
Preventif melalui perundingan dan perlindungan PBB dan
negara sahabat untuk pembentukan opini internasional.
Represif dengan melaksanakan operasi penindakan mulai
dari zone satu, dua, tiga, opswanwil, perang berlarut dan
offensif balas, serta pemulihan keamanan.

(4) Melaksanakan operasi terpadu untuk melaksanakan


pemulihan keamanan dan rekondisi IPOLEKSOSBUD
HANKAM untuk mengembalikan ke kondisi awal dan
bahkan lebih baik.

/ BAB - VII

TERBATAS
TERBATAS
61
BAB VII
PENUTUP

25. Kesimpulan.

a. Pengaruh lingkungan strategis membawa perubahan terhadap sistem


pemerintahan dengan bergulirnya era reformasi, otonomi daerah dan
Paradigma baru peran TNI yang berpengaruh langsung terhadap
penyelenggaraan pembinaan teritorial.

b. Pelaksanaan Binter di era reformasi lebih diarahkan untuk lebih


terwujudnya sasaran Binter yang meliputi sasaran awal, khusus dan sasaran
pokok dengan mengedepankan aspek fungsional struktural dan melibatkan
para tokoh informal serta meninggalkan peran dominasi tunggal dalam
pembinaan teritorial. Selaku pengemban PTF Dephan di daerah
bekerjasama dengan pemda dan instansi terkait untuk menyiapkan ruang, alat
dan kondisi juang yang tangguh untuk didaya gunakan bagi kepentingan
pertahanan.

c. Perang modern dengan segala bentuknya lebih berbahaya dari perang


konvensional dimana perang untuk menguasai bangsa lain diskenariokan
melalui penjajahan paradigmatis dan menghancurkan dari dalam.

d. Untuk menghadapi perang modern diperlukan pelaksanaan Binter yang


mampu menjawab dan memecahkan permasalahan yang ditimbulkan sesuai
dengan pentahapanya. Langkah yang dilakukan diantaranya adalah
menyelenggarakan pembinaan ketahanan wilayah, pembinaan wawasan
kebangsaan, meningkatkan profesionalisme fungsional struktural satuan
teritorial dan penerapan strategi penangkalan terhadap perang modern.
/ 26. Saran ……

TERBATAS
TERBATAS
62
26. Saran. Dari pembahasan diatas dalam guna melaksanakan pembinaan
teritorial dalam rangka menghadapi dan menetralisir perang modern dan dampaknya
maka kami sarankan sebagai berikut:

a) Pembentukan pokja atau satgas di tingkat Kodam yang terstruktur


sampai level Koramil yang menangani riset tentang pengaruh perang modern
dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

b) Pembentukan satgas anti penggalangan dengan jaring intelijen dengan


dilengkapi sarana komunikasi yang cepat, akurat dan rahasia guna
mengungkap agen-agen lokal dan asing

c) Melaksanakan validasi organisasi struktur komando kewilayahan


khususnya penambahan staf liaison di tingkat Kodim yang ditempatkan di
kantor pemda dan penambahan perwira staf di tingkat Koramil untuk
meningkatkan efektivitas pelaksanaan Binter.

27. Penutup. Demikian penulisan karangan militer ini dengan segala


keterbatasan dan kelemahan semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun guna sempurnanya karangan militer ini.

Bandung, 15 Agustus 2005

PenulIs

HERU SUDARMINTO.
MAYOR ART NRP 32743

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai