Anda di halaman 1dari 65

Penataan Ruang untuk

Kawasan Strategis
Kabupaten

Bab
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
Bab
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Bab
3.1
3.2

1 -Pendahuluan
Latar Belakang
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Acuan Normatif
Istilah dan Definisi
Kedudukan Standar
Pengguna Standar
2 -Standar Penetapan KSK
Kriteria dan Ciri-ciri KSK berdasarkan
sudut kepentingan
Spesifikasi KSK berdasarkan sudut
kepentingan
Bentuk dan Lokasi KSK
Delineasi KSK
Penetapan KSK
3 -Standar Perencanaan Tata
Ruang KSK
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Penetapan Rencana Tata Ruang

Bab
4.1
4.2
4.3
4.4
Bab
5.1
5.2
5.3
5.4
Bab
6.1
6.2
6.3

4 -Standar
Pemanfaatan
Ruang KSK
Penyusunan
dan
Sinkronisasi
Program Pemanfaatan Ruang
Pembiayaan
Program
Pemanfaatan Ruang
Pelaksanaan
Program
Pemanfaatan Ruang
Penatagunaan Tanah
5 -Standar
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Peraturan Zonasi
Ketentuan Perizinan Pemanfaatan
Ruang
Ketentuan Pemberian Insentif dan
Disinsentif
Ketentuan Pengenaan Sanksi
6-Standar Pengelolaan KSK
Bentuk Kelembagaan Pengelolaan
KSK
Tugas
Pokok
dan
Fungsi
Kelembagaan Pengelolaan KSK
2
Kewenangan
Kelembagaan

RW 01

Latar Belakang
Maksud dan
RW
04
Tujuan
Ruang Lingkup
Acuan Normatif
Istilah dan
Definisi
Kedudukan

Latar Belakang
KS. Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dlm lingkup kabupaten.
Penataan ruang KSK dimaksudkan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, dan/atau mengoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil
guna, berdaya guna, dan berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai wewenang dalam
hal pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota. (UU No. 26 Tahun 2007, Pasal 11 ayat 1 huruf a)
Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang,
Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan
pedoman bidang penataan ruang. (UU No. 26 Tahun 2007, Pasal 8 ayat
5)

Dalam rangka pengaturan penataan ruang KSK,


diperlukan suatu standar teknis pelaksanaan penataan
ruang KSK. (PP No. 15 Tahun 2010, Pasal 4 ayat 1 huruf c)

Maksud dan
Tujuan

RW 01

RW 04

Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi


pemerintah kabupaten dan pihak terkait dalam
melaksanakan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten.

Standar ini bertujuan untuk memberikan kerangka


pengaturan dalam pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis kabupaten, di antaranya dalam
bentuk standar minimal dan prosedur pelaksanaan.

Ruang Lingkup
RW 01

Standar teknis ini pada dasarnya merupakan


rumusan, kodifikasi, dan penggabungan
berbagai ketentuan dan standar teknis yang ada, baik
di bidang penataan ruang maupun di bidang/sektor
terkait.
Standar teknis ini mencakup ketentuan-ketentuan
mengenai :
Penetapan KSK
Perencanaan tata ruang KSK
Pemanfaatan ruang KSK
Pengendalian pemanfaatan ruang KSK
Pengelolaan KSK

RW 04

Acuan Normatif

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4725);

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan


(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4433);

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2019 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5103);

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun
7
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);

Istilah dan Definisi

Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) adalah wilayah yang


penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap perkembangan ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan yang terdiri dari kawasan inti dan
penyangga;

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten (RTR KSK)


adalah rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah kabupaten yang
memuat: tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan kawasan,
rencana struktur dan pola ruang, ketentuan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang;

Kawasan Inti KSK adalah tempat berlokasinya kegiatan yang


diprioritaskan di tingkat kabupaten;

Kawasan Penyangga KSK adalah area di sekitar kawasan inti, yang


memiliki pengaruh kegiatan yang diprioritaskan di tingkat kabupaten.
8

Kedudukan Standar
UU No.26/2007 tentang
Penataan Ruang

UU No.32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah

PP No.15/2010 tentang
Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Kebijakan terkait

PP 26/2008 tentang
RTRWN

Standar Penataan
Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten
Keterangan :
: Menjadi masukan
9

Kedudukan RTR KSK dalam Sistem Penataan


Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional

10

RW 01

Kriteria dan Ciri-ciri KSK


berdasarkan Sudut
RW 04
Kepentingan
Spesifikasi KSK
berdasarkan Sudut
Kepentingan
Lokasi dan Bentuk KSK
Delineasi KSK
Penetapan KSK
11

RW 01

RW 04

Pertumbuhan
Ekonomi

Sosial dan
Budaya

Pendayaguna
an Sumber
Daya Alam
dan/atau
Teknologi
Tinggi

Fungsi dan
Daya Dukung
Lingkungan
Hidup
12

Ciri-ciri Penetapan KSK Berdasarkan Sudut


Kepentingan

Ekonomi

Sosial
Budaya

Pusat Kegiatan Lokal, dan atau Ibukota Kabupaten;


Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat
pelayanan Lingkungan (PPL);
Fasilitas/sentra perdagangan dan jasa;
Fasilitas/sentra pengelolaan, pengolahan dan
distribusi bahan baku menjadi bahan jadi;
Pusat Transportasi Antar Moda;
Fasilitas/sentra budidaya pangan;
Fasilitas/sentra pengembangan produk unggulan.

Fasilitas/Pusat pelestarian dan pengembangan adat


dan budaya;
Pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat
kebendaan berupa benda, bangunan, struktur dan
situs cagar budaya;
Pusat kegiatan cagar budaya yang perlu dilestarikan
keberadaanya baik yang terletak di darat dan/atau
di
perairan
(sungai,
danau,
waduk,
situ,
pesisir/pantai, laut).
13

Ciri-ciri Penetapan KSK Berdasarkan Sudut


Kepentingan

Pendayaguna
an Sumber
Daya Alam
dan/atau
Teknologi
Tinggi

Fasilitas/sentra pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
strategis;
Fasilitas/sentra pengembangan dan
pengendalian sumber daya alam.

Fungsi
dan Daya
Dukung
Lingkung
an Hidup

Pusat kegiatan perlindungan cagar


budaya dan keanekaragaman hayati;
Pusat kegiatan yang memberikan
perlindungan dan keseimbangan
sumber daya air;
Pusat kegiatan yang memberikan
perlindungan terhadap perubahan iklim
dan bentang alam; dan
Pusat kegiatan pada kawasan rawan
bencana dan mempunyai resiko
14
bencana alam.

Contoh KSK
berdasarkan sudut
kepentingan

Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan Perkotaan
Kawasan Agropolitan/Minapolitan
Kawasan/Koridor Ekonomi
Kawasan Transportasi
Kawasan Pengembangan Baru
Sosial dan Budaya
Kawasan Cagar Budaya A
Kawasan A
PermukimanTradisional A
/Komunitas Adat
Pendayagunaan SDA dan/atau
Teknologi Tinggi
Kawasan Teknologi Tinggi
Kawasan Pengembangan SDA Darat
/Laut
Kawasan Wisata Alam
Fungsi & Daya Dukung LH
Kawasan Perlindungan dan Pelestarian LH
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Kritis Lingkungan
Kawasan Pesisir

A
A
A
A

15

Sudut Kepentingan Pertumbuhan


Ekonomi
KSK Kawasan Perkotaan
a. Memiliki kegiatan utama bukan pertanian atau lebih dari
75% mata pencaharian penduduknya bukan sektor
pertanian;
b. Memiliki susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi;
c. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000
jiwa;
d. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50
jiwa per hektar;
e. Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten sebagai kawasan perkotaan dan berpengaruh
penting terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah
kabupaten.
16

Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung


Lingkungan Hidup
KSK Kawasan Kritis Lingkungan
a. Merupakan wilayah yang berpotensi mengalami masalah
dan berdampak kepada kerusakan lingkungan;
b. Merupakan wilayah dimana terdapat pemanfaatan
sumber daya alam yang berlebihan;
c. Merupakan wilayah dimana terjadi proses kegiatan
geologi dan perubahan ekosistem, serta terjadinya
bencana alam secara alami;
d. Merupakan wilayah tertentu dengan kondisi geologi dan
kualitas ekosistem yang rendah seperti kesuburan tanah,
labil, cadangan sumber air terbatas, terjal, lempengan,
patahan, dan sebagainya;
e. Merupakan kawasan tertentu dengan iklim yang sangat
tergantung cuaca;
f. Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten sebagai kawasan kritis lingkungan dan
mempunyai
pengaruh
sangat
penting
terhadap
kepentingan pencegahan kerusakan lingkungan di

17

KSK Berbasis Kawasan


Merupakan KSK yang direncanakan
dalam suatu kesatuan entitas
kawasan fungsional, yang dapat
meliputi satu atau lebih wilayah
administrasi kabupaten.

KSK berbasis koridor


Merupakan KSK yang berbentuk
memanjang/ berkesinambungan
dalam suatu kawasan.

Kabupaten
B
Kawasan
Perkotaan

Kabupaten
A
KSK

Kabupaten
C

Batas
Kabupaten

Batas
Kecamatan

18

KSK Berbasis Obyek Strategis


Merupakan KSK yang
direncanakan karena keberadaan
suatu obyek kegiatan yang bernilai
strategis kabupaten, baik yang
berada dalam satu lokasi atau
tersebar.

Kabupaten
C
Kawasan Inti
KSK

Kabupaten
D
Kecamatan
A
Kabupaten
B

Kawasan
Penyangga
KSK

Batas
Batas
Kecamatan
Kabupaten

19

KSK Berada Pada Satu Wilayah


Kecamatan Merupakan KSK yang
berada di dalam satu wilayah
administrasi kecamatan.

KSK Lintas Kecamatan


Merupakan KSK yang berada di lebih
dari satu wilayah kecamatan dalam
satu wilayah kabupaten

20

KSK berhimpitan dengan KSN


dalam satu kabupaten
Apabila KSK berhimpitan dengan KSN,
maka lokasi KSK tidak boleh berada di
dalam kawasan inti KSN dan hanya
diperbolehkan berada di dalam kawasan
penyangga KSN, serta fokus penanganan
KSK tidak boleh bertentangan dengan
fokus penanganan KSN

KSK berhimpitan dengan KSN


pada dua kabupaten atau lebih
Apabila KSK berhimpitan dengan KSN,
maka lokasi KSK tidak boleh berada di
dalam kawasan inti KSN dan hanya
diperbolehkan berada di dalam
kawasan penyangga KSN, serta fokus
penanganan KSK tidak boleh
bertentangan dengan fokus
penanganan KSN. Dalam hal
kewenangan diperlukan kerja sama

KSK
Kabupaten
D

KSN
Kabupaten
A

Kabupaten
B

Batas
Kabupaten

Kabupaten
C

Batas
Kecamatan

21

KSK Berhimpitan Dengan KSP


Apabila KSK berhimpitan dengan
KSP, maka lokasi KSK tidak boleh
berada di dalam kawasan inti KSP
dan hanya diperbolehkan berada di
dalam kawasan penyangga KSP,
serta fokus penanganan KSK tidak
boleh bertentangan dengan fokus
penanganan KSP
KSK Berhimpitan Dengan KSN
dan KSP
Apabila KSK berhimpitan dengan
KSN dan KSP, maka lokasi KSK tidak
boleh berada di dalam kawasan inti
KSN ataupun KSP dan hanya
diperbolehkan berada di dalam
kawasan penyangga KSN ataupun
KSP, serta fokus penanganan KSK

22

Delineasi dan Batas


KSK
Delineasi KSK didelineasi berdasarkan kawasan inti dan kawasan
RW 01

penyangga, dan menjadi acuan dalam perencanaan tata ruang KSP


dengan menggunakan geo-referensi. Kawasan inti dapat
ditentukan luasnya minimal dalam ukuran 1 Ha.
Delineasi KSK dapat menggunakan:
Batas administrasi wilayah : batas desa, batas kecamatan,
dan batas kabupaten;
Batas fisik yang nyata : jaringan jalan, jaringan rel kereta api,
sungai, danau, pantai, dan sebagainya;
Batas fisik yang belum nyata rencana jaringan jalan, rencana
jaringan rel kereta api, dan sebagainya;
Batas ekologi, yaitu batas yang dihasilkan dari analisis
lingkungan tertentu, seperti batas Daerah Aliran Sungai (DAS),
batas Wilayah Sungai (WS), batas ekosistem, batas kawasan
pesisir, dan sebagainya;
Batas tingkat kerawanan bencana alam, yaitu batas yang
dihasilkan dari hasil analisis tingkat kerawanan bencana alam,
seperti: batas kawasan rawan gerakan tanah tinggi, batas
kawasan rawan tsunami, batas kawasan rawan banjir, dan
sebagainya;

RW 04

23

Ilustrasi Batas KSK

Ilustrasi
Delineasi KSK
Menggunakan
Batas
Administrasi
Wilayah

Ilustrasi
Delineasi KSK
Menggunakan
Batas Fisik
yang Nyata

24

Ilustrasi Batas KSK

Bata
s

Daer
ah

Bata
s Da
era

Alira
n

Sung
ai

(DAS
)

KSK
h Ali

ra n S
unga
i

Ilustrasi
Delineasi KSK
Menggunakan
Batas Ekologi

(DAS
)

Ilustrasi
Delineasi KSK
Menggunakan
Batas
Fungsional
Berdasarkan
Konsensus
25

Ketentuan Penetapan KSK


RW 01

RW 04

Penetapan KSK diidentifikasi berdasarkan sudut


kepentingan, ciri-ciri dan spesifikasi KSK.
Identifikasi tersebut dituangkan ke dalam
rancangan perda RTRW Kabupaten.
Dalam kondisi adanya kepentingan strategis,
bencana alam skala besar dan pemekaran
kabupaten dapat dilakukan pengusulan KSK yang
diproses lebih lanjut dalam revisi RTRW
Kabupaten.
KSK yang sudah diamanatkan dalam RTRW
Kabupaten dapat dilakukan penyusunan RTR KSK
nya
26

RW 01
Penyusunan
RTR

a. Proses Penyiapan
Penyusunan RTR KSK
b. Data, Informasi dan Peta
c. Pengolahan Data dan
Analisis
d. Muatan RTR KSK
e. Format Penyajian KSK

RW 04

Penetapan RTR

a. Prosedur Penetapan RTR KSK


b. Persyaratan Administrasi
untuk Keperluan Penetapan
RTR

Peninjauan

27

Pra-persiapan
penyusunan kerangka
acuan KSK
kerja (KAK);
Penyusunan
RTR
penganggaran kegiatan penyusunan RTR KSK;
penetapan tim penyusun;
pemenuhan dokumen tender terutama penetapan tenaga ahli
dalam waktu maksimal 10 bulan.

Persiapan Penyusunan
persiapan
awal pelaksanaan, mencakup pemahaman Kerangka Acuan
RTR
KSK
Kerja (KAK);
kajian awal data sekunder, mencakup peninjauan kembali terhadap

RTRW;
persiapan teknis pelaksanaan, meliputi:
a.Penyimpulan data awal;
b.Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
c. Penyiapan rencana kerja rinci; dan
d.Penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan, panduan
wawancara, kuesioner, panduan observasi, dokumentasi, dsb) dan28

Jenis data dan informasi dapat berbeda-beda sesuai dengan


karakteristik tipologi KSK dan keperluan analisis.
Data dan informasi sekurang-kurangnya memiliki tingkat kedalaman
data setingkat desa dan/atau disesuaikan dengan skala
peta/tingkat ketelitian peta KSK.
Data dan informasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir
terhitung dua tahun sebelum tahun awal perencanaan untuk data
time series, dan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sebelum
tahun awal perencanaan untuk data tahun tunggal.
Data dan informasi untuk penyusunan RTR KSK dapat diperoleh dari
data dan informasi sekunder dan/atau data dan informasi primer,
dimana:
a. Data dan informasi sekunder sekurang-kurangnya bersumber dari
lembaga penyedia data dan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahan data dan
informasinya;
b. Tata cara pengumpulan data dan informasi primer sekurangkurangnya memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, dan
29
ketepatan penggunaan.

Peta
Ketentuan mengenai peta dasar untuk penyusunan RTR KSK antara lain sbb :
Peta dasar untuk penyusunan RTR KSK memiliki skala sekurang-kurangnya sama
dengan skala peta KSK yang ditetapkan sesuai dengan tipologi KSK.
Peta dasar untuk penyusunan RTR KSK dapat berupa Peta Rupabumi Indonesia
(RBI), Peta Lingkungan Laut Nasional & Peta Lingkungan Pantai Indonesia.
Peta dasar untuk penyusunan RTR KSK sekurang-kurangnya bersumber dari
Badan Informasi Geospasial.
Bagi wilayah yang belum tercakup peta RBI, peta dasar untuk penyusunan RTR
KSK dapat berupa:
a. Peta topografi edisi lama dengan format proyeksi disesuaikan dengan proyeksi
Transverse Mercator dan formatnya menurut pembagian lembar peta rupabumi
Indonesia;
b. Peta yang dibuat secara fotogrametris dengan referensi RBI;
c. Peta citra satelit dan/atau foto udara yang sudah terkoreksi secara geometris.
Waktu pengambilan gambar citra satelit dan/atau foto udara yang digunakan
maksimum 2 tahun sebelum tahun awal perencanaan dengan tutupan awan
maksimum 20%.
Ketentuan mengenai tingkat ketelitian peta dasar mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang.
30

W 01

Skala peta KSK ditetapkan


sekurang-kurangnya
dengan
mempertimbangkan:
Kedalaman informasi
yang dibutuhkan dalam
proses perencanaan
tata ruang KSK;
Pemanfaatan produk
rencana tata ruang
KSK;
Luasan geografis KSK;
dan
Nilai strategis KSK
Skala peta KSK dapat
berbeda antara skala peta

No
1

KSK
Skala Peta KSK
Kawasan Menggunakan
Inti
skala peta
sekurangkurangnya
1:5.000
Kawasan Menggunakan
Penyang skala peta
ga
sekurangkurangnya
1:25.000

31

Pengolahan Data dan


Analisis

Panduan untuk melakukan analisis fisik, sosial dan kependudukan, serta


ekonomi dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32
20/PRT/2007

Bentuk
Delineasi
Fokus
Penanganan
Tingkat
Ketelitian
Peta

1. Tujuan, Kebijakan
dan Strategi
2. Rencana Struktur
Ruang
3. Rencana Pola
Ruang
4. Ketentuan
Pemanfaatan
Ruang
5. Ketentuan
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
33

Tujuan, Kebijakan &


Strategi
Tujuan
Tujuan penataan ruang KSK
ditetapkan dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Menunjukkan gambaran
kondisi yang akan
dicapai pada masa akhir
perencanaan;
2. Konsisten dengan isu
strategis kawasan;
3. Tidak bertentangan
dengan tujuan RTRW
kabupaten;
4. Kalimat tujuan
mengandung kata
berawalan me- yang
menggambarkan tujuan
masa depan penataan
ruang KSK.

Kebijakan dan Strategi


Kebijakan dan strategi penataan ruang KSK
ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Menjabarkan langkah-langkah dalam mencapai
tujuan penataan ruang KSK;
2. Konsisten dengan tujuan penataan ruang KSK;
3. Konsisten dengan isu strategis kawasan;
4. Tidak bertentangan dengan kebijakan dan
strategi RTRW kabupaten;
5. Dapat dijabarkan secara konsisten ke dalam
struktur ruang, pola ruang, ketentuan
pemanfaatan ruang, dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Kalimat kebijakan diawali dengan kata benda
bersisipan pe-an, misalnya: pembangunan,
pengembangan, peningkatan, dan sebagainya;
7. Kalimat strategi diawali dengan kata kerja
berawalan me-, misalnya: membangun,
mengembangkan, meningkatkan, dan
sebagainya.
34

Tujuan, Kebijakan &


Strategi
Contoh KSK Kawasan Perkotaan
Tujuan
Perwujudan kawasan
perkotaan dalam
batas area tertentu
melalui dukungan
jaringan prasarana
yang memadai.

Kebijakan
a.
b.

c.
d.

e.

Kebijakan penetapan
kegiatan
Kebijakan
ketenagakerjaan dan
penyediaan
permukiman
Kebijakan penetapan
aksesibilitas kawasan
Kebijakan penetapan
standar pelayanan
minimum sarana dan
prasarana pendukung
Kebijakan
perlindungan
kawasan (termasuk
didalamnya RTH
kawasan)

Strategi
a. Strategi terkait kebijakan penetapan kegiatan:
1. Pengaturan kegiatan ekonomi utama perkotaan yang
mendukung sistem perkotaan yang direncanakan dan
mendukung pertumbuhan ekonomi regional, nasional, serta
berorientasi pada perdagangan internasional
2. Penetapan jenis kegiatan perkotaan dengan
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan perkotaan
b. Strategi terkait kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan
permukiman:
1. Penetapan target penyerapan tenaga kerja
2. Penetapan komposisi tenaga kerja lokal
3. Penetapan pola penyediaan permukiman
c. Strategi terkait kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan
meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan
sistem jaringan transportasi
d. Strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan
minimum sarana dan prasarana pendukung:
1. Penyediaan permukiman
2. Penyediaan sistem jaringan energi
3. Penyediaan sistem jaringan telekomunikasi
4. Penyediaan sistem jaringan sumber daya air
5. Penyediaan sistem penyediaan air minum
6. Penyediaan sistem jaringan air limbah
e. Strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk
didalamnya RTH kawasan):
1. Pengaturan pola ruang yang serasi antara peruntukan kegiatan
budi daya dan kegiatan lindung untuk pemenuhan kebutuhan
sosial ekonomi masyarakat;
2. Pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
35
perkotaan

Tujuan, Kebijakan &


Strategi
Contoh KSK Kawasan Permukiman Tradisional/ Komunitas Adat
Tujuan

Kebijakan

Strategi

Perwujudan
a. Kebijakan terkait
a. Strategi terkait perlindungan kawasan dan atau obyek
lingkungan kawasan
kawasan dan/atau
permukiman/komunitas adat tertentu dikoordinasikan
dan/atau obyek
obyek
dengan pengelola kawasan, meliputi:
budaya yang lestari
permukiman/komunita
1) Penetapan kawasan dan/atau obyek
pada jangka panjang
s adat tertentu yang
permukiman/komunitas adat tertentu yang harus
harus dilindungi
dilindungi
b. Kebijakan terkait
2) Penetapan target dan wujud perlindungan
kawasan inti;
b. Strategi terkait kawasan inti, meliputi:
pengaturan zona dan
1) Penetapan jenis
kegiatan pada
2) Penetapan intensitas
kawasan permukiman/
3) Penetapan pengelolaan
komunitas tertentu
4) Eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilai-nilai
dan pelayanan sistem
warisan budaya
jaringan prasarana
5) Penetapan jenis dan standar pelayanan minimum
kawasan dan sarana
berbasis kearifan lokal dan nilai warisan budaya
penunjang sesuai
c. Strategi perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
standar pelayanan
1) Penetapan batas kawasan penyangga
minimum serta
2) penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga
kearifan lokal dan nilai3) Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
nilai warisan budaya
minimum kawasan penyangga
c. Kebijakan terkait
4) Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang tidak
kawasan penyangga;
berpotensi mengganggu keberlanjutan nilai-nilai warisan
batas, zonasi,
budaya/adat tertentu
penetapan kegiatan,
5) Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan yang tidak
dukungan sistem
berpotensi mengganggu kelanjutan nilai-nilai warisan
jaringan prasarana
budaya/adat tertentu, dan memberikan dukungan
kawasan dan sistem
pengembangan jasa wisata
pusat pelayanan
36
sesuai standar

Sistem Pusat
Kegiatan

Pusat Permukiman
Pusat Pemerintahan
Pusat Sosial-Budaya

Pusat Ekonomi, dan


Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

Sistem Jaringan
Prasarana
Sistem Jaringan
transportasi
Sistem Jaringan energi
Sistem Jaringan
telekomunikasi
Sistem Jaringan
Sumberdaya Air
Sistem Prasarana
Permukiman
Prasarana Lainnya

Muatan rencana struktur ruang yang diatur dalam RTR KSK


untuk masing-masing KSK berdasarkan sudut kepentingan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing KSK
37

Rencana Pola Ruang


RW 01

Menunjukkan
penggunaan
yang lebih
detail/rinci
untuk setiap
peruntukan
hirarki 3,
mencakup blok
peruntukan
dan tata
cara/aturan
pemanfaatann
ya.

Menunjukkan
Menunjukkan
penggunaan
penggunaan
secara umum,
secara umum,
Menunjukkan
seperti yang
seperti yang
penggunaan
tercantum
tercantum
secara umum,
pada RTRW
seperti yang
pada RTRW
Provinsi dan
tercantum
RTRW
Kota, atau
pada RTRW
Kabupaten,
yang
Nasional
atau yang
dikembangkan
dikembangkan
berdasarkan
berdasarkan
rencana
rencana
tersebut
tersebut
hingga skala
hingga skala
Hirarki Klasifikasipeta
Zona/Peruntukan
ruang
sebagai
1:50.000
peta
1:25.000.
dasar pengaturan distribusi peruntukan ruang. Penggunaan
Hirarki Klasifikasi Zona/Peruntukan ruang untuk
rencana pola ruang RTR KSK menggunakan kelas zona 3

RW 04

38

Zona Lindung
Zona hutan lindung;
Zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona di
bawahnya
Zona perlindungan setempat
Zona ruang terbuka hijau
(RTH),
Zona suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya
Zona rawan bencana alam
Zona lindung geologi
Zona lindung

Zona Budidaya
Zona perumahan
Zona perdagangan dan
jasa
Zona perkantoran,
Zona sarana pelayanan
umum
Zona industri dan
pergudangan
Zona ruang evakuasi
bencana
Zona ruang terbuka nonhijau
Zona peruntukan bagi
kegiatan sektor informal
Klasifikasi zona untuk merumuskan rencana pola
ruang
KSK dapat berbedaZona
khusus
beda untuk setiap KSK bergantung pada fokus
penanganan
Zona
lainnya KSK dan
skala peta perencanaan KSK yang ditetapkan
serta
mengikuti kondisi
Zona
campuran
39
setempat.

Ketentuan Pemanfaatan
Ruang

Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi


pengembangan KSK;
Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahunan dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima)
tahun;
Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Berdasarkan
Rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang KSK;
Ketersediaan sumber daya dan
sumber dana pembangunan;
Kesepakatan para pemangku
kepentingan dan kebijakan yang
ditetapkan;
Masukan dan kesepakatan dengan
para investor;
Prioritas pengembangan KSK dan
pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan rencana
pembangunan jangka panjang
daerah (RPJPD) kabupaten dan
rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD)
kabupaten, serta rencana terpadu
dan program investasi infrastruktur
jangka menengah (RPI2JM).

Mendukung perwujudan
rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang KSK;
Mendukung program penataan
ruang wilayah kabupaten;
Realistis, objektif, terukur, dan
dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
Konsisten dan
berkesinambungan terhadap
program yang disusun, baik
dalam jangka waktu tahunan
maupun lima tahunan;
Terjaganya sinkronisasi
antarprogram dalam satu
kerangka program terpadu
pengembangan wilayah
kabupaten.
40

Pemanfaatan ruang
mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1.Pelaksanaan program
pemanfaatan ruang
2.Pembiayaan pembangunan
3.Pentahapan pembangunan
4.Sinkronisasi dengan wilayah
sekitarnya
5.Standar pelayanan minimal
6.Pengembangan neraca ruang

Pemanfaatan ruang
memperhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut:
1.Pemanfaatan ruang secara
vertikal
2.Pemanfaatan ruang di dalam
bumi
3.Kajian lingkungan hidup
strategis
4.Kajian cekungan air tanah
5.Kajian kawasan rawan
bencana

41

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang

Ketentuan
Peraturan
Zonasi

Materi
Wajib

Materi
Pilihan

Ketentuan
Perizinan
Jenis
Perizinan
Mekanisme
Perizinan
Ketentuan
Pengajuan
Izin
Ketentuan
Tambahan

Ketentuan
Pemberian
Insentif &
Disinsentif

Ketentuan
Pengenaan
Sanksi

Ketentuan
Pemberian
Insentif

Bentukbentuk
sanksi
administrati
f

Ketentuan
Pemberian
Disinsentif

Mekanisme
pengenaan
sanksi

42

Format Penyajian
Dokumen

Naskah raperda tentang RTR KSK disajikan dalam bentuk


dokumen, yang terdiri atas:
1.Raperda, yang merupakan rumusan pasal per pasal dari
buku rencana dan disajikan dalam format legal (21,6 cm x
35,6 cm);
2.Lampiran, yang terdiri atas:
a.Peta rencana struktur ruang KSK yang disajikan dalam
format A3 (29,7 cm x 42,0 cm);
b.Peta rencana pola ruang KSK yang disajikan dalam format
A3 (29,7 cm x 42,0 cm);
c.Peta zona-zona khusus yang disajikan dalam format A3
(29,7 cm x 42,0 cm); dan
3.Tabel indikasi program pemanfaatan ruang prioritas
yang disajikan dalam format A3 (29,7 cm x 42,0 cm).

43

Format Penyajian

Materi teknis RTR KSK disajikan dalam bentuk dokumen, yang terdiri atas:
Buku data dan analisis yang disajikan dalam format A4 (21,0 cm x 29,7 cm),
dan dilengkapi dengan peta-peta yang disajikan dalam format A3 (29,7 cm x 42,0
cm)
Buku rencana yang disajikan dalam format A4 (21,0 cm x 29,7 cm)
Album peta rencana yang disajikan dalam format sebagai berikut:
1. Spesifikasi teknis pemetaan mengacu pada ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
2. Skala peta rencana disesuaikan dengan skala peta perencanaan KSK yang telah
ditetapkan;
3. Ukuran kertas A1 (59,4 cm x 84,1 cm);
4. Layout peta rencana sekurang-kurangnya meliputi:
a. Muka peta, yang terdiri atas:
1. Gambar peta;
2. Peta insert;
3. Keterangan koordinat peta;
4. Grid dan koordinat;
1. Informasi tepi, yang meliputi:
1. Judul, arah utara, dan skala;
2. Tahun berlaku RTR KSK;
3. Legenda;
4. Sumber data;
5. Informasi instansi yang bertanggung jawab.
5. Dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan sistem informasi
geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang;
6. Album peta rencana sekurang-kurangnya memuat:
1. Peta kawasan perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi dan batas
delineasi kawasan;
2. Peta penggunaan lahan saat ini;
3. Peta rencana struktur ruang KSK; dan
44
4. Peta rencana pola ruang KSK.

Penetapan RTR KSK

45

Penetapan RTR KSK

46

1. Kelengkapan dokumen
untuk persetujuan
substansi raperda
kabupaten tentang RTR
KSK
2. Kelengkapan dokumen
untuk evaluasi
Gubernur terhadap
raperda kabupaten
tentang RTR KSK yang
telah memperoleh
persetujuan substansi
dan telah mendapat
persetujuan bersama
antara Bupati dan
47
DPRD Kabupaten

Peninjauan Kembali

48

RW 01

Penyusunan dan
Sinkronisasi
Program
Pemanfaatan
RuangRW 04
Pembiayaan
Program
Pemanfaatan
Ruang KSK
Pelaksanaan
Program

Pemanfaatan Ruang KSK

Penyusunan dan Sinkronisasi


Program Pemanfaatan Ruang

Pembiayaan Program
Pelaksanaan Pemanfaatan
Ruang KSK
1. Perkiraan pembiayaan disusun melalui analisis biaya manfaat
terhadap keseluruhan program serta didasarkan pada standar satuan
harga yang ditetapkan sektoral maupun pemerintah daerah.
2. Perkiraan rencana penganggaran program dan/atau kegiatan
mengacu pada standar satuan harga yang berlaku.
3. Standar biaya adalah satuan biaya atau harga tertinggi dari
suatu barang dan jasa baik secara mandiri maupun gabungan yang
diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam rangka
penyusunan anggaran berbasis kinerja.
4. Pembiayaan pembangunan yang memiliki standar harga satuan
tertinggi mengacu pada harga satuan tertinggi yang ditetapkan.
Pembiayaan pembangunan yang tidak memiliki standar harga
satuan tertinggi dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan
harga pasar yang wajar.
5. Penyusunan anggaran biaya harus memperhatikan: indikator
kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja dari setiap
program dan jenis kegiatan.
6. Untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun

Pembiayaan Program
Pelaksanaan Pemanfaatan
Ruang
RW 01 KSK
Perhitungan anggaran biaya
program dan/atau kegiatan
pemanfaatan ruang KSK
pada wilayah kabupaten
merupakan bagian dari
RW 04 yang
APBD Kabupaten
didasarkan pada RKPD.
RKPD menjadi landasan bagi
penyusunan KUA (Kebijakan
Umum APBD) dan PPAS
(Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara) dalam
rangka penyusunan RAPBD.

RW 01

RW 04

Pelaksanaan Program
Pemanfaatan Ruang

1. Pelaksanaan program pemanfaatan ruang harus


memperhatikan:
a. Standar kualitas lingkungan;
b. Aspek kelayakan ekonomi dan finansial;
c. Aspek kelayakan teknis; dan
d. Standar pelayanan minimal.
2. Dalam pelaksanaan program pemanfaatan ruang,
masing-masing sektor dapat menyusun rencana
induk sebagai acuan pelaksanaan pembangunan
fisik;
3. Pelaksanaan pembangunan fisik harus dilakukan
secara terpadu dan lokasinya mengacu pada fungsi
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
4. Pelaksanaan program pemanfaatan ruang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat;
5. Dalam rangka pelaksanaan program pemanfaatan
ruang dapat dilakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pemerintah daerah; pemerintah
daerah dengan pemerintah daerah lainnya; dan
pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
masyarakat.

Penatagunaan Tanah
1. Kegiatan penyusunan neraca penatagunaan tanah
meliputi:
a. Penyajian neraca perubahan penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada rencana tata ruang
wilayah;
b. Penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada rencana tata ruang
wilayah; dan
c. Penyajian ketersediaan tanah, dan penetapan
prioritas penyediaannya pada rencana tata ruang
wilayah.
2. Cara menyusun neraca tata guna tanah adalah
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data (inventarisasi) dan informasi
penatagunaan tanah
b. Setiap komponen data dibuat tabel inventarisasi data
sumber daya lahan
c. Analisis penatagunaan tanah yang meliputi analisis
perubahan penggunaan tanah, analisis kesesuaian
penggunaan tanah terhadap rencana tata ruang dan

RW 01

RW 04

Peraturan Zonasi
Perizinan
Pemanfaatan
Ruang
Pemberian Insentif
dan Disinsentif

Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

Ketentuan
pelaksanaan
peraturan
zonasi
dalam
pengendalian
pemanfaatan
ruang
KSK
mengikuti/bersesuaian
dengan
Standar
Peraturan
Zonasi.

Ketentuan

pelaksanaan perijinan pemanfaatan ruang


dalam pengendalian pemanfaatan ruang KSK meliputi
ketentuan mengenai bentuk izin pemanfaatan ruang
serta tata cara pemberian izin pemanfaatan ruang.
Izin pemanfaatan ruang KSK diberikan untuk:
a. Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan RTR KSK,
RTRW Kabupaten, peraturan zonasi, dan standar
pelayanan minimal (SPM) bidang penataan ruang;
b. Mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas

Izin Prinsip
Izin Lokasi
Izin Penggunaan

Pemanfaatan
Tanah
Izin Mendirikan
Bangunan

Pemberi Izin
Persyaratan
Mendapatkan
Izin
Masa berlaku
perizinan

RW 01

RW 04

Tata Cara Pemberian Izin

Tata cara pelayanan perizinan pemanfaatan ruang adalah


sebagai berikut:
1.Bupati/walikota menugaskan SKPD terkait untuk
menyusun standar operasional pelayanan pemberian
izin pemanfaatan ruang.
2.Bupati/walikota menetapkan sistem pelayanan
pemberian izin pemanfaatan ruang (satu atap, satu loket
atau tersebar) dan menetapkan tim pelayanan pemberian
izin pemanfaatan ruang.
3.SKPD dan/atau lembaga pemberi izin pemanfaatan
ruang dan/atau tim pelayanan pemberian izin
(penyelenggara perizinan pemanfaatan ruang) menyusun
rencana kerja pelayanan pemberian izin pemanfaatan
dengan acuan dasar: perda RTRW, perda rencana rinci dan
peraturan zonasi, peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya, serta peraturan bupati/walikota;
4.Penyelenggara perizinan pemanfaatan ruang melayani
masyarakat pemohon izin pemanfaatan ruang sesuai
dengan perda RTRW, perda rencana rinci, serta
peraturan bupati/walikota tentang perizinan;
5.Penyelenggara perizinan pemanfaatan ruang
melaporkan status dan kemajuan pemberian izin
kepada bupati/walikota ditembuskan kepada SKPD

Pemberian Insentif dan


Disinsentif Pemanfaatan
Ruang
Bentuk Insentif
Keringanan pajak dan retribusi
contohnya Pemberian keringanan
pajak daerah (PBB) pada kawasan
yang telah ditentukan
Pemberian Kompensasi atau
imbalan contohnya Asuransi bencana
Kemudahan Perizinan contohnya
pengurangan waktu perizinan
sehingga menjadi lebih singkat.
Sewa Ruang contohnya Pemberian
kemudahan sewa bangunan milik
pemerintah untuk kegiatan/ usaha
tertentu
Urun Saham contohnya Pemerintah
ikut menanamkan saham (misal
berupa lahan) untuk suatu kegiatan
pemanfaatan ruang dengan adanya
ketentuan bagi hasil berdasarkan
besaran saham tersebut.
Penyediaan sarana dan prasarana
contohnya Pemenuhan skala layanan

Bentuk Disinsentif
Pengenaan pajak yang tinggi
contohnya pengenaan pajak progresif
untuk kawasan yang menimbulkan
dampak negatif
Pengenaan Retribusi yang tinggi
Persyaratan khusus dalam
perizinan contohnya pemberian
syarat administratif, syarat teknis,
syarat lingkungan, dan syarat
finansial.
Kewajiban untuk memberikan
kompensasi atau imbalan
contohnya TDR (Transfer
Development Right)
Pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana contohnya
Pembatasan aliran listrik,
ketersediaan air bersih, keterbatasan
sarana dan prasarana transportasi.

Penegakan Hukum

Penegakan Hukum dilakukan terhadap:


Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah
kabupaten;
Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi
kabupaten;
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTR KSK ;
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTR KSK;
Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTR KSK;
Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses
terhadap kawasan yang oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh
dengan prosedur yang tidak benar.

RW 01

Bentuk
RW 04
Kelembagaan
Pengelolaan KSK
Pembiayaan dan
Penganggaran
Pengelolaan KSK
Kerja Sama
Pengelolaan KSK

Kelembagaan Pengelolaan
KSK

Setiap KSK dikelola oleh suatu kelembagaan di tingkat


kabupaten. KSK dikelola oleh suatu kelembagaan yang
dapat berbentuk:
Forum koordinasi
UPTD Kabupaten (dalam salah 1 dinas
kabupaten)
Lembaga otonom, seperti BUMD
Sumber pembiayaan untuk pengelolaan KSK dapat
berasal dari:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
APBN diberikan sebagai stimulus percepatan
pembangunan KSK.
Sumber Penerimaan Daerah
Sumber penerimaan daerah menjadi sumber
pembiayaan utama dalam pelaksanaan pemanfaatan
ruang KSK.
Sumber Pembiayaan Lainnya (Non-Pemerintah)
Sumber lain pembiayaan program pemanfaatan ruang
KSK dapat berasal dari dana masyarakat serta sumber

Tahapan Pelaksanan Kerjasama Pemerintah


Kabupaten dan Pihak Swasta Dalam
Pengelolaan KSK

Pemiliha
n Proyek

Pelaksana
an

Pemantau
an

Konsultas
i Publik

Pengada
an

Studi
Kelayaka
n

Dukungan
Pemerinta
h

Tinjauan
Resiko

Bentuk
Kerjasam
a

64

Masukan tertulis dapat disampaikan


ke email Subdit Pengaturan,
Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II :

PENGATURAN.BINDA2@GMAI
L.COM

65

Anda mungkin juga menyukai