Anda di halaman 1dari 10

1.

KERANGKA PIKIR

DESAIN KORIDOR PADA JL. RAJA CENTIS MAUMERE

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Data Primer Data Sekunder


 Survey Lokasi  Studi Literatur
 Observasi  Studi Banding

Analisa Tapak
 Analisa Sirkulasi
 Analisa Pergerakan Matahari
 Analisa

Konsep

Desain

Hasil Perancangan
2. PENDAHULUAN
Koridor merupakan fasad pembatas berupa dinding yang terdapat di sepanjang sisi
kiri dan kanan suatu jalan. Menurut darmawan, dkk (2005), suatu jalan dapat dikatakan
sebagai koridor ketika dapat menghubungkan tempat-tempat lain serta
menggabungkannya menjadi suatu kesatuan pada area tersebut. Koridor komersial
biasanya berupa jalan yang pada sisi kanan dan kirinya dipenuhi oleh perpetakan lahan
properti komersial yang biasanya berupa perkantoran maupun aktivitas komersial lainnya.
Pola perkembangan yang umum ditemukan pada koridor jalan adalah pola ribbons
development dimana pada pola perkembangan ini ditemukan tersebarnya beragam
aktivitas di sepanjang koridor jalan raya yang terkadang tidak terencana dalam
pertumbuhannya dan biasanya tergantung terhadap arus lalu lintas yang ada (Verbeek,
Boussauw, & Pisman, 2014).

Kota Maumere merupakan Kota pertumbuhan yang memiliki kegiatan perindustrian


sebagai pendorong ekonomi masyarakatnya. Berdasarkan pengamatan di sepanjang
koridor pertokoan Maumere atau lebih tepatnya pada jalan Raja Centis, belum ada
penataan yang baik pada jalur parkir, drainase, vegetasi serta PKL yang mengggunakan
bahu jalan sebagai tempat berjualan, Hal ini merupakan masalah yang perlu ditindak-
lanjuti seperti yang dikatakan Kukliński (1972), bahwa Pusat pertumbuhan yaitu suatu
pusat yang memiliki medan daya untuk menarik elemen-elemen pertumbuhan terutama
elemen ekonomi untuk masuk dan meningkatkan kegiatan yang ada di dalamnya seperti
kegiatan industri dan semacamnya Suatu pusat pertumbuhan berperan sebagai pendorong
perkembangan ekonomi wilayah di sekitarnya.

Berdasarkan Shirvani (1985), Koridor suatu Kota dapat mengalami perubahan dan
perkembangan seiring dengan perubahan zaman yang disebabkan oleh Banyaknya
aktivitas yang berada di koridor-koridor suatu kota, seperti aktivitas komersil seperti
pertokoan, perbankan, PKL, perdagangan jasa, dan kegiatan parkir. Aktivitas komersial
dapat memperkuat ruang-ruang umum kota, karena saling melengkapi satu sama lain.
Bentuk lokasi dan karakter koridor komersial juga menarik fungsi-fungsi dan aktivitas
yang khas. Sebaliknya suatu aktivitas cenderung dialokasikan pada tempat yang paling
menyesuaikan keperluan keperluannya. Saling ketergantungan antara ruang dan fungsi
merupakan elemen penting dalam urban design.

Namun perlu diperhatikan bahwa perkembangan aktivitas komersial seperti PKL


seringkali menimbulkan kesemrawutan fungsi suatu kawasan jika tidak di tangani dengan
baik. Sifat dari PKL yang seringkali membebaskan jalan dari aktivitas atau kegiatan-
kegiatan perdagangan liar justru semakin menimbulkan permasalahan di sepanjang
koridor kota. Selain itu kegiatan parkir juga semakin menambah kesemrawutan koridor di
suatu Kota. Tidak tersedianya lahan parkir di kawasan komersil mengakibatkan terjadinya
kegiatan parkir saecara liar yang sering menjadikan bahu jalan sebagai lahan parkir
(Kadir, Ishak, 2010).

2.1 DEFINISI DAN PENGERTIAN JUDUL


PENGERTIAN HEALTHY STREET
Menurut Guide to the Healthy Streets Indicator (2017), pendekatan Jalan Sehat dan
10 Indikator Jalan Sehat dikembangkan oleh Lucy Saunders, seorang spesialis kesehatan
masyarakat dan transportasi. Ini pertama kali dimasukkan dalam kebijakan TfL
(Transport for London) dalam Rencana Aksi Kesehatan pertama pada tahun 2014 dan TfL
telah bekerja untuk menyampaikan Pendekatan ini di London. Pendekatan Jalan Sehat
adalah kerangka kerja yang berpusat pada manusia untuk menanamkan kesehatan
masyarakat dalam transportasi, ranah publik, dan perencanaan. Pendekatan ini didasarkan
pada 10 Indikator Jalan Sehat berbasis bukti, masing-masing menggambarkan aspek
pengalaman manusia berada di jalanan. Kesepuluh hal tersebut harus diprioritaskan dan
diseimbangkan untuk meningkatkan keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan
melalui bagaimana jalan dirancang dan dikelola.
1. Everyone feels welcome (semua orang merasa diterima)
Jalanan harus menjadi tempat yang ramah bagi semua orang untuk berjalan,
menghabiskan waktu, dan terlibat dengan orang lain. Hal ini diperlukan untuk
menjaga kita semua tetap sehat melalui aktivitas fisik dan interaksi sosial.
2. Easy to cross (mudah untuk menyeberang)
Jalan-jalan kita harus mudah dilintasi semua orang. Hal ini penting karena orang
lebih memilih untuk dapat mencapai tempat yang mereka inginkan secara langsung
dan cepat sehingga jika kita mempersulit mereka, mereka dapat frustrasi dan
menyerah.
3. Shade & shelter (keteduhan dan tempat berteduh)
Keteduhan dan tempat berteduh dapat datang dalam berbagai bentuk (pohon,
tenda, barisan tiang) dan mereka diperlukan untuk memastikan bahwa setiap orang
dapat menggunakan jalan dalam cuaca apapun.
4. Places to stop & rest (tempat untuk berhenti & istirahat)
Tempat untuk berhenti dan beristirahat sangat penting bagi sebagian orang untuk
dapat menggunakan jalan dengan berjalan kaki atau bersepeda karena mereka merasa
perjalanan aktif untuk jarak yang lebih jauh merupakan tantangan.
5. Not too noisy (tidak terlalu berisik)
Kebisingan dari lalu lintas jalan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan kita
dalam banyak hal, juga membuat jalan-jalan menjadi stres bagi orang-orang yang
tinggal dan bekerja di atasnya serta orang-orang yang berjalan dan bersepeda di
atasnya.
6. People choose to walk & cycle (orang memilih untuk berjalan & bersepeda)
Kita semua perlu membangun aktivitas rutin ke dalam rutinitas harian kita dan
yang paling efektif untuk melakukannya adalah dengan berjalan kaki atau bersepeda
untuk perjalanan singkat atau sebagai bagian dari perjalanan transportasi umum yang
lebih lama.
7. People feel safe (orang merasa aman)
Transportasi darat bermotor dapat membuat orang merasa tidak aman dengan
berjalan kaki atau bersepeda, terutama jika pengemudi bepergian terlalu cepat atau
tidak memberi mereka cukup ruang, waktu, atau perhatian.
8. Things to see & do (hal yang dapat dilihat & dilakukan)
Lingkungan jalanan perlu menarik secara visual bagi orang yang berjalan dan
bersepeda, mereka perlu memberikan alasan bagi orang untuk menggunakannya (toko
dan layanan lokal), peluang untuk berinteraksi dengan seni, alam, orang lain.
9. People feel relaxed (orang merasa santai)
Lingkungan jalan dapat membuat kita merasa cemas jika kotor dan berisik, jika
terasa tidak aman, jika kita tidak memiliki cukup ruang, jika kita tidak yakin ke mana
harus pergi atau kita tidak dapat dengan mudah menc apai tempat yang kita inginkan.
10. Clean air (udara bersih)
Mengurangi polusi udara menguntungkan kita semua dan membantu mengurangi
ketidaksetaraan kesehatan yang tidak adil.

2.2 PERMASALAHAN
1. Pada koridor pada jalan Raja centis khususnya pada ruang sirkulasi dan parkir, vegetasi
serta jalur pedestrian masih digunakan sebagai:
 PKL yang menggunakan bahu jalan untuk berjualan,
 Parkir secara liar pada bahu-bahu jalan,
 Banjir yang disebabkan oleh tersumbatnya vegetasi, serta kurangnya peneduh
disepanjang koridor jalan tersebut.
2. Bagaimana terapan konsep healthy street pada koridor Jl. Raja Centis yang merupakan
jalur komersil

2.3 MAKSUD DAN TUJUAN PERANCANGAN


A. TUJUAN
Tujuan dari Perancangan koridor di Kota Maumere atau tepatnya pada jalan Raja Centis adalah
sebagai berikut:

a. Menghasilkan koridor yang bersih dan bebas dari daerah kumuh.


b. Menghasilkan aksesbilitas koridor yang tertata dengan baik dan bersih.
B. MANFAAT
Manfaat dari perancangan koridor adalah sebagai berikut:

a) Menjadikan area koridor yang bebas dari daerah kumuh


b) Koridor menjadi bersih dan dapat menjadi landmark kota.
3. DATA DAN FAKTA
3.1 DATA REGULASI
Perencanaan dan perancangan koridor berlokasi di kelurahan kota Baru kecamatan
Alok Timur atau lebih tepatnya di Jl. Raja Centis, Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur
dengan panjang koridor 986.02 m dengan total luasan 36,449.27 m2.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Koridor Jl. Raja Centis

3.2 RANCANGAN KAWASAN KORIDOR


3.2.1 KAWASAN KORIDOR UTAMA
Pada perancangan ini, kawasan yang koridor utama yaitu pada area jalan dan area pedestrian
yang menjadi fokus penataan kembali yang disesuaikan dengan 10 dasar perancangan dengan
tema healthy street.

3.2.2 KAWASAN KORIDOR PENUNJANG


4. ANALISA TAPAK

Aspek Deskripsi

Lokasi

Alamat : Jl.. A Raja Centis, kecamatan Alok Timur


Utara : Taman Monumen Tsunami
Timur : Roxy Swalayan
Batas-batas Tapak Barat : bangunan komersil
Selatan : Polres Sikka

 Sirkulasi menuju site cukup mudah karena berada dekat


dengan jalan utama.
Aksesbilitas  Jarak antara jalan ke lokasi ± 30 M.

 Terdapat jaringan instalasi listrik pada jalan utama yang


berasal dari PLN.
Utilitas  Pada lokasi merupakan daerah berkontur.
 Terdapat Sumber Air Bersih yang berasal dari permukiman
warga yang berjarak ± 400 M.
 Pada lokasi tidak terdapat drainase.
 Untuk akses internet di lokasi cukup baik karena sudah
mendukung jaringan 4G.

 Suhu di siang hari cukup rendah karena site berada di pegunungan


sehingga pada area sekitar site cukup sejuk walaupun terpapar sinar
matahari.
 Angin berhembus dari segala arah, dan pada area timur lebih
Klimatologi banyak angin berhembus ke arah site karena merupakan area
terbuka tanpa terhalang perbukitan maupun pepohonan.

Vegetasi  Vegetasi di area site cukup baik terdapat beberapa jenis pohon
yang tubuh di area site seperti pohon mahoni, pohon pisang, dan
pohon mangga.

Topografi  Tanah berkontur sehingga perancangan disesuaikan dengan kontur


tersebut.
 Bentuk site memanjang dan juga melebar.

Kebisingan  Kebisingan pada area site cukup rendah akibat jalur yang
jarang/sesekali dilewati oleh wisatawan dan pengendara lain.
4.1 ANALISA SIRKULASI
Persoalan Degradasi Fisik berupa hilangnya karakter kawasan yang disebabkan oleh
penurunan fungsi dan fisiki kawasan; (1) Linkage (tautan), dimana fungsi –fungsi antar
kawasan tidak terintegrasi, akibatnya terdapat koridor yang mati dan koridor lain yang
hidup. (2). Sirkulasi dan Parkir. Padatnya kendaraan yang melalui jalan-jalan pada kawasan
ini tidka didukung oleh kemampuan jalan dalam menerima beban kendaraan. Terbatasnya
lahan parkir pada kawasan juga memberikan andil yang cukup besar dalam terkendalanya
sirkulasi kawasan. (3) Jalur pedestrian. Jalur pedestrian sepanjang jalur pertokoan yang
belum memperhatika kenyamanan pejalan kaki terutama bagi kaum diffable. (4). Signage.
Penanda/papan iklan (signage) serta baliho sebagai informasi dari suatu kegiatan secara
umum cenderung ditempatkan pada lokasi-lokasi yang kurang tepat dan tanpa
memperhatikan dampak kualitas visual dan estetika lingkungan.
4.2 ANALISA PERGERAKAN MATAHARI

5. KONSEP PERANCANGAN
5.1 KAJIAN TEORI
5.2 ANALISA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai