Anda di halaman 1dari 42

PERANCANGAN 3 WILAYAH PILIHAN

DI KOTA BANDA ACEH

lANSKAP KOTA

DISUSUN OLEH:

PUTRI ALFINI NIM. 1604104010009


KRISDAYANTI NIM. 1604104010075
KHAIRINA SAPUTRI NIM. 1604104010077
MUHAMMAD AGUNG RAMADHAN NIM. 1604104010084
AFDILLA AHARI NIM. 1604104010099
INNAYATUL HUSNA NIM. 1604104010107

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1. Jalur Pedestrian
Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin
keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap
berpindah tempat, melakukan aktifitas dan kegiatannya tanpa terjebak macet dan
tetap merasa aman karena tidak bercampur dengan kendaraan-kendaraan yang ada di
jalanan. Pedestrian seharusnya dibuat sebaik mungkin untuk kenyaman penggunanya,
para pejalan kaki. Namun kadang kala, pedestrian yang ada tidak memberikan
kenyamanan bagi yang menggunakannya karena penggunanya merasa kepanasan saat
berada di area pedestrian yang tidak memiliki pohon-pohon peneduh. Pedestrianpun
kadang beralih fungsi menjadi jalan bagi motor-motor yang terjebak macet sehingga
membahayakan baik bagi pengendara maupun pejalan kaki, juga sebagai tempat
parkir.
Keberadaan trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki pada masa sekarang ini
telah banyak berubah fungsi dasar dari trotoar. Khususnya di wilayah Banda Aceh,
para pedagang kaki lima yang menggelar barang dagangannya di sepanjang trotoar
tanpa mengindahkan pejalan kaki yang lewat, hal ini dengan banyaknya kendaraan
parkir yang memakan trotoar sebagai lahan parkirnya. Dalam hal ini pejalan kaki
adalah sebagai pihak yang lemah diantara pengguna jalan yang lain, dikarenakan
pejalan kaki tidak punya pilihan dengan berjalan pada bagian trotoar yang tersisa
dengan ukuran yang tidak cukup luas sehingga menyebabkan kepadatan pejalan kaki
atau menggunakan badan jalan yang bisa membahayakan keselamatan mereka.
Penelitian yang dilakukan pada ruas jalan yang ada di Banda aceh khususnya di
jalan Teuku nyak arief adalah untuk menganalisa pemanfaatan trotoar bagi pejalan
kaki dan penggunaan fasilitas jalan. Ragam kegiatan yang berada di sepanjang jalan
Teuku nyak arief di antaranya adalah SPBU, toko-toko, pedagang kaki lima, Sd 54,
Dinas perhubunga, kuburan, asrama haji, dan sebagainya. Dari observasi yang telah
dilakukan diketahui bahwa trotoar yang di sediakan untuk pejalan kaki tidak
sepenuhnya di fungsikan untuk pejalan kaki melainkan untuk berdagang dan parkir,
sehingga para pejalan kaki yang melewati jalan tersebut harus menggunakan badan
jalan yang dapat membahayakan keselamatan mereka.

1.1.2. RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu elemen dalam perancangan
lansekap kota. Kebutuhan lahan terbangun diperkotaan terus meningkat, seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Fungsi ruang di kawasan perkotaan pun
menjadi semakin beragam seperti pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan
jasa. Lahan bervegetasi di kawasan perkotaan terus berkurang luasnya. Lahan yang
pada awalnya diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) berubah fungsi
menjadi area terbangun. Semakin berkurangnya RTH berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan dan kesehatan. RTH sebagai fungsi ekologis berperan sebagai
areal resapan air, penghasil oksigen, peredam kebisingan, filter dari partikel padat
yang mencemari udara kota, serta sebagai penjerap karbondioksida.
Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh telah mengalami perkembangan
baik dari segi pembangunan kota maupun peningkatan jumlah penduduk. Pesatnya
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik berupa pengembangan kawasan
pemukiman, fasilitas transportasi, konstruksi, perdagangan, pusat-pusat perkantoran,
wisata kuliner, industri dan aktifitas rumah tangga di Kota Banda Aceh dan
sekitarnya berdampak pada terjadinya akumulasi aneka jenis polutan di lingkungan
kota termasuk di udara. Disamping itu pembangunan fisik kota tersebut telah memicu
adanya penurunan kuantitas tutupan vegetasi jalur hijau, taman kota, dan kawasan
hijau lainnya yang berfungsi sebagai peneduh, peredam kebisingan, pengatur iklim
mikro, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen. Taman Kencana Merupakan
Salah Satu Elemen RTH yang ada di kota banda aceh yang dibangun dengan tujuan
menambah area Ruang Terbuka Hijau perkotaan untuk memperbaiki kualitas oksigen,
tempat berkumpul, dan area bermain anak.
1.1.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)
Masjid Raya Baiturrahman adalah destinasi wisata baik bagi turis lokal maupun
turis dari luar. Diperkirakan jumlah pengunjung setiap hari yang berwisata ke masjid
bersejarah itu tidak kurang dari 1000 orang. Disamping itu, Pasar Aceh juga
merupakan pusat perbelanjaan masyarakat Aceh. Hampir setiap hari Kawasan
tersebut di penuhi oleh masyarakat .
Kehadiran Bus Trans Koetaradja dan Haltenya membuat masyarakat pinggiran
kota mudah mengakses pusat wisata Masjid Raya Baiturrahman dan Pasar Aceh.
Selain berfungsi sebagai aksesibilitas utama ke masjid raya dan pasar Aceh. Halte
masjid Raya berfungsi sebagai tempat transit untuk pergantian bus. Seperti
mahasiswa dari daerah Kecamatan Ulee Lhee yang tujuannya ke kampus di
kecamatan Darusslam, halte masjid raya adalah tempat transitnya. Karena dipastikan
tiap harinya selalu ada pengunjung yang datang, kenyaman serta keamanan bagi
semua lapisan masyarakat sangat penting.
Dari fakta di lapangan. Jadwal bus yang datang dan pergi tidak menentu. Halte
masjid Raya Baiturrahman belum bisa menampung semua pengunjung. Hal ini dapat
dilihat ketika bus Trans Koetaradja datang, antara pengunjung yang hendak turun dan
berangkat berdiri berdesak-desakan. Dan ketika hujan turun, halte sangat padat karena
tempat teduh di area halte sangat sedikit.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Halte masjid raya Baiturrahman di Banda
Aceh sebagai Ruang Terbuka Publik sangat diperlukan. Dengan desain area halte
yang menarik, pengguna bus Trans Koetaradja akan menunggu bus dengan nyaman
dan tidak merasa bosan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Jalur Pedestrian
Adapun beberapa permasalahan yang menyebabkan perlunya pembangunan arena
pacuan kuda di Aceh Tengah antara lain:
1. Area pejalan kaki dijadikan tempat berjualan oleh pedagang kaki lima dan tempat
parkir.
2. Tidak tersedia area pejalan kaki yang memadai sehingga ketika ada kegitan yang
ramai pengunjung, pejalan kaki berjaan di bahu jalan yang dapat membahayakan pejalan
kaki tersebut.
3. Akses menuju kuburan dibuat diatas drianase yang terbuka dengan lebar
jembatan yang sempit dan tidak aman.
4. Area drainase dibiarkan terbuka sehingga kerap menimbulkan bau tidak sedap.
5. Area pejalan kaki dijadikan tempat untuk menumpuk sampah sebelum diangkut
oleh truk sampah

1.2.2. RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Taman kencana mempunyai dua area yang terpisah oleh tiga bangunan instansi
pemerintah, diantaranya gedung PDAM, gedung PLN dan gedung DAMKAR.
Dikarenankan kedua area taman yang terpisah muncullah beberapa permasalahan :
1. Pembagian pengunjung yang tidak merata.
2. Kedua taman tidak berfungsi maksimal
3. Desain yang tidak berkesinambungan.
4. Kebutuhan yang berbeda.
5. Perwatan yang tidak seimbang

1.2.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)


Adapun beberapa permasalahan yang menyebabkan perlunya pembangunan area Halte
masjid Raya Baiturrahman sebagai Ruang terbuka Publik antara lain:
1. Pengunjung merasa kebosanan menunggu bus yang datang karena jadwal bus yang
tidak menentu.
2. Terjadi desak-desakanAntar penumpang yang hendak turun dan nail Bus.. Yang
kemudian menyebabkan kecelakaan bagi penumpang.
3. Kurangnya area teduh dari hujan karena Halte tidak cukup luas sebagai tempat
berlindung dari hujan.

1.3 Tujuan
1.3.1. Jalur Pedestrian
Tujuan dari perancangan pendestirian ini adalah:
1. Untuk mengurangi pengendara
1.3.2. RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Tujuan dari perancangan taman kencana adalah:
1. Menghubungkan kedua taman yang terpisah dengan mengunakan ruang yang tersedia.
2. Menghidupkan kedua taman tersebut.
3. Memodifikasi rancangan agar ramah terhadap semua kalangan pengunjung termasuk
orang dengan disabilitas

1.3.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)

Tujuan dari perancangan area Halte masjid Raya Baiturrahman ini adalah:
1. Sebagai Ruang Terbuka Publik (RTP) yang mearik dan atraktif sehingga pengguna bus
yang menunggu bus datang tidak merasa kebosanan.
2. Sebagai area Halte masjid Raya Baiturrahman yang aman dan nyaman
3. Sebagai area teduh dari panas dan hujan.

1.4 Manfaat
1.4.1. Jalur Pedestrian
Adapun manfaat dari perancangan pendestrian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat disekitar, pengunjung dan pengguna jalan dapat menikmati dan nyaman
saat berjalan kaki

1.4.2. RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Manfaat dari RTH taman kencana adalah
1. Bagi masyarakat disekitar, pengunjung dan pengguna jalan dapat memperbaiki kualitas
udara dengan penghijauan.
2. Tempat berkumpul bagi masyarakat.
3. Area bermain untuk anak-anak

1.4.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)


Adapun manfaat dari perancangan area Halte masjid Raya Baiturrahman ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kenyamanan pengguna Bus Transkoetaradja.
2. Bagi Pemerintah, dapat meningkankan pengguna yang menggunakan bus
Transkoetaradaja dan mendukung galakan pemerintah untuk menggunkan bus untuk
mengurangi polusi dan macet.
3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai proses
perancangan area Halte masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh.

1.5. Ruang Lingkup Perancangan


1.5.1. Jalur Pedestrian
1. Panjang area 400 m.
2. Area rancangan adalah sebuah konstruksi penghubung antar pejalan kaki dan jalan kendaraan.

1.5.2. RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Ruang lingkup Rancangan RTH taman kencana sebagai berikut:
1. Luas segmen 1 = 2.900 m2
2. Luas segmen 2 = 1.900 m2
3. Area yang tersedia sebagai penghubung = 480 m2
4. Area rancangan adalah sebuah konstruksi penghubung antar kedua taman dan
modifikasi jalur difabel.

1.5.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)


1. Ruang lingkup perancangan dalam area Halte masjid Raya Baiturrahman di Banda
Aceh ini adalah sebagai berikut:
2. Sasaran pengguna perancangan area Halte masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh.
ini adalah para pengunjung masjid Raya baiturrahman, Pasar Aceh, Dan area sekitar
nya yang menggunakan bus Transkoetaradja

1.6. Metode Pengumpulan Data


1. Data Primer
 Observasi (Pengamatan di lapangan), yaitu metode pengumpulan data dengan cara
pengamatan lapangan secara langsung di Lapangan
2. Data Sekunder
 Studi literatur, yaitu metode memperoleh data dari referensi, studi pustaka serta
dokumen-dokumen yang berkaitan sebagai teori pendukung dalam proses penyusunan
laporan.
 Studi banding dengan bangunan-bangunan sejenis.

1.7. Sistematika Penyusunan Laporan

a. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan
perancangan, manfaat perancangan, ruang lingkup perancangan, dan sistematika
penyusunan laporan.

b. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


Menelaah teori-teori berkaitan dengan objek perancangan dan tema perancangan serta
konsep perancangan dengan referensi yang terbaru.

c. BAB III METODA PERANCANGAN


Berisikan analisis data-data hasil studi yang terkait dengan objek rancangan, konsep
perancangan, pengembangan rancangan, serta penyajian dan penjelasan terkait dengan
gambar block plan, transformasi bentuk dan skesta ide rancangan.

d. BAB IV DOKUMEN KHUSUS KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR


Berisi dokumen-dokumen khusus perancangan arsitektur.

e. BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari isi laporan.

f. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Objek Rancangan


2.1.1 Jalur Pedestrian
1. Objek rancangan : Jl. T. Nyak Arief, Jeulingke (Ruas Kiri dan kanan)
2. Lokasi : Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda
Aceh
3. Fungsi : Jalur pedestrian, taman baca, fasilitas bangku
taman.
4. Kepemilikan : Pemerintah
5. Kategori pengguna : Umum (anak-anak, remaja, dewasa, difabel)

2.1.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau)


1. Objek rancangan : RTH Taman Kencan Banda Aceh
2. Lokasi : Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda
Aceh
3. Fungsi : Fasilitas rekreasi, Taman anak, Tempat Berkumpul
4. Kepemilikan : Pemerintah
5. Kategori pengguna : Umum (anak-anak, remaja, dewasa, difabel)

2.1.3. RTP (Ruang Terbuka Publik)

1. Objek rancangan : Area Halte masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh


2. Lokasi : Jl. Lintas Sumatera, Kp. Baru, Kec. Baiturrahman, Kota
Banda Aceh, Aceh Aceh Tengah
3. Fungsi : Tempat menunggu bus.
4. Kepemilikan : Pemerintah
5. Kategori pengguna : Umum (anak-anak, remaja, dewasa, difabel)

2.2. Tinjauan Umum


2.2.1. Jalur Pedestrian
2.2.1.1. Definisi pendestrian

Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang
berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang
berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan manusia
dalam tujuan berjalan, Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain
sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian
berarti “ person walking in the street “, yang berarti orang yang berjalan di jalan. Namun
jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus
untuk pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi
pejalan kaki dari bahaya yang datang dari kendaraan bermotor. Di Indonesia lebih dikenal
sebagai trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2 meter atau lebih
memanjang sepanjang jalan umum. (planologi ulir,2012)

2.2.1.2. Fasilitas jalur pedestrian

Fasilitas sebuah jalur pedestrian dibutuhkan (salmani saleh,2011) :

1. Pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduk nya


tinggi.
2. Pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
3. Pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti
misalnya pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
4. Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi, dengan
periode yang pendek,seperti misalnya stasiun-stasiun bus dan kereta api,
sekolah, rumah sakit, dan lapangan olahraga.
5. Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu,
misalnya lapangan/ gelanggang olahraga, masjid.
6. Pada daerah-daerah rekreasi.

2.2.1.3. Penggolongan Jalur Pedestrian

1. Jalur Pedestrian. Merupakan sebuah jalur

Pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak
bersebelahan atau berdekatan, diberilapis permukaan, diberielevasi lebih tinggi dari
permukaan perkerasan jalan dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas
kendaraan. Pejalan kaki melakukan kegiatan berjalan kaki sebagai sarana yang akan
menghubungkan tempat tujuan. Fungsi utama dari jalur pedestrian adalah untuk
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan
kelancaran, keamanan, kenyamanan pejalan kaki.

2. Plaza. Merupakan jalur pejalan kaki

Bersifat rekreasi. Pejalan kaki dapat berhenti dan beristirahat pada bangku-bangku
yang telah disediakan.

3. Jalur Penyeberangan. Merupakan jalur

Pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur menyeberang untuk mengatasi dan
menghindari konflik dengan angkutan atau pengguna jalan atau jalur penyeberangan
bawah tanah. Untuk itu diperlukan fasilitas berupa zebra cross, skyway, subway.

4. Pedestrian Mall. Merupakan jalur pejalan

Kaki yang digunakan untuk berbagai aktivitas, untuk berjualan, duduk santai, dan
sekaligus berjalan-jalan sambil melihat etalase pertokoan ( mall ). Sekarang mall
merupakan bentuk jalan atau plaza di kawasan pusat bisnis yang berorientasi pada
pola jalur pedestrian sebagai ruang transit.

2.2.1.4. Persyaratan Teknis Fasilitas Pedestrian


Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkosentrasi didaerah perkotaan,
mengingat dinamika masyarakatnya yang cukup tinggi terutama dipusat-pusat keramaian seperti
pusat perdagangan, stasiun, terminal, sekolahan, dan lain sebagainya.
Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan fasilitas pejalan kaki adalah:
1. Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses dan cepat dikenali
2. Nyaman dan aman, fasilitasnya harus dirancang yang menyenangkan dan aman dari sisi
konstruksi dan lingkungan.
3. Sebaiknya menerus, langsung dan lurus ketempat tujuan.

Penyediaan jembatan penyeberangan disuatu lokasi sangat ditentukan oleh


seberapa besar arus pejalan kaki yang menyeberang, volume arus kendaraan baik di ruas maupun
di simpang serta banyak nya kecelakaan yang terjadi dilokasi tersebut, serta gangguan-gangguan
samping lainnya seperti parkir, pedang kaki lima serta aktivitas perdagangan lainnya yang justru
dapat menghambat berfungsi nya jembatan penyeberangan yang ada.

2.2.1.5. Penempatan Jalur Pendestrian

Suatu ruas jalan di anggap perlu dilengkapi dengan jalur pedestrian apabila disepanjang
jalan terdapat penggunaan lahan yang memiliki potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan
lahan tersebut antara lain perumahan, sekolah, pusat perdagangan, daerah industri, terminal bus
dan sebagainya. Secara umum, jalur pedestrian dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat
volume pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per 12 jam ( 06.00 –18.00 ) dan volume lalu
lintas lebih besar dari 1000 kendaraan per 12 jam ( 06.00 –18.00 ). Jalur pedestrian sebaiknya
ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar lalu lintas ( bila tersedia tempat parkir). Jalur
pedestrian hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi dapat tidak sejajar dengan jalan
apabila topografi dan keadaan setempat tidak memungkinkan. Jalur pedestrian sedapat mungkin
ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau diatas saluran drainase yang telah
ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.
2.2.1.6. Dimensi dan perletakan jalur pendestrian

Dimensi dan perletakan jalur pendestrian (salmani saleh,2011) :

a. Trotoar

Pada prinsipnya trotoar disediakan pada dua sisi jalan. Untuk jalan lokal di
daerah permukiman yang memiliki DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) lebih dari 8
meter, sekurang-kurangnya disediakan pada satu sisi jalan.

b. Penyeberangan sebidang Jenis penyeberangan sebidang adalah:

 Zebra cross

- tanpa pelindung

- dengan pelindung

 Pelikan

- tanpa pelindung

- dengan pelindung

Yang di maksud dengan penyeberangan tanpa pelindung adalah


penyeberangan yang tidak dilengkapi dengan pulau pelindung. Yang dimaksud
dengan penyeberangan dengan pelindung adalah penyeberangan yang di lengkapi
dengan pulau pelindung dan rambu peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu
lintas

Syarat penempatan Fasilitas Penyeberangan Sebidang menurut Surat


Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, syarat penempatan fasilitas
penyeberangan sebidang adalah:

 Zebra Cross

- Tidak boleh ditempatkan di atas pulau maya atau pun pada


mulut persimpangan.
- Pada jalan minor harus ditempatkan15 m dibelakang garis henti
dan sedapat mungkin dilengkapi dengan marka jalan yang
mengarahkan lalu lintas kendaraan.

- Memperhatikan interaksi dari sistem prioritas, yaitu volume


yang membelok, kecepatan dan penglihatan pengemudi.

- Pada jalan dengan lebar lebih dari 10 meter atau lebih dari 4
lajur diperlukan pelindung.

 Pelikan

- Penyeberangan pelikan minimal ditempatkan 20 meter dari


persimpangan

- Kriteria dalam memilih fasilitas penyeberangan sebidang


didasarkan pada rumus empirisPV2, dengan: P = arus pejalan
kaki yang menyeberang diruas jalan sepanjang 100 m tiap
jamnya ( orang/jam ). V = arus lalu lintas dalam dua arah tiap
jam ( kpj).

- Nilai P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan


kendaraan dalam empat jam tersibuk. Dari ketentuan ini
direkomendasikan pemilihan jenis penyeberangan sebidang
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pemilihan fasilitas penyebrangan sebidang

- Jalur Pejalan Kaki


- .Lebar efek tifminimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan
orang adaah 60 cm ditambah15 cm untuk bergoyang
danpamembawa barang, sehingga kebutuhan total minima untuk
orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150 cm.
- Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut
terdapat perlengkapan jalan (road furniture) seperti patok rambu
lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya.
- Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas
dapat dilihat seperti pada Tabel . tersebut di bawah ini.
Tabel 2.2 penambahan lebar jalur pejalan kaki
Sumber : salmani saleh,2011

- Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan


tinggi dengan sekitarnya harus diberi pembatas yang dapat berupa
kerataubatas penghalang.
- Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran.
- Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 %
supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan
dengan kemiringan memanjang jalan, yaitu maksimum 7 %.

2.2.1.7. Elemen material jalur pendestrian


Elemen material jalur pendestrian (salmani saleh,2011)
 Dalam perencanaan elemen-elemen jalur pedestrian diperlukan pendekatan secara
optimal terhadap lokasi dimana jalur pedestrian tersebut berada. Di sampi
 pertimbangan tersebut, yang terpenting dalam perencanaan elemen jalur pedestrian
adalah mengenaikomposisi, warna, bentuk, ukuran serta tekstur.
 Elemen pada suatu jalur pedestrian dapat dibedakan menjadi2, yaitu: elemen jalur
pedestrian sendiri ( material dari jalur pedestrian ), dan elemen pendukung pada jalur
pedestrian ( lampupenerang, vegetasi, tempat sampah, telepon umum, halte, tanda
petunjuk dan lainnya).
 Elemen-elemen material yang umumnya digunakan pada jalur pedestrian adalah
paving ( beton), bata atau batu.

Paving atau beton


Paving beton dibuat dengan variasi bentuk, tekstur, warna, dan variasi bentuk
yang memiliki kelebihan terlihat seperti batu bata,serta pemasangan dan pemeliharaan
nya mudah. Paving beton ini dapat digunakan diberbagai tempat karena kekuatannya,
jalan yang terpasang paving atau beton dapat dilewati mobil, sepeda motor, bus dan
kendaraan lain. Bentuk dapat dibuat untuk pola jalur pedestrian agar tidak terlihat
monoton dan memberikan suasana yang berbeda.

Batu
Batu merupakan salah satu material yang paling tahan lama, memiliki daya tahan
yang kuat dan mudah dalam pemeliharaannya. Batu granit adalah salah satu yang
sering digunakan pada jalur pedestrian yang membutuh kan keindahan.

Bata
Bahan material ini merupakan bahan yang mudah pemeliharaannya, serta mudah
pula didapat. Bata memiliki tekstur dan dapat menyerap air dan panas dengan cepat
tetapi mudah retak.

2.2.2. Tinjauan umum RTH


2.2.2.1. Definisi RTH
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau
(RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

2.2.2.2. Jenis – Jenis RTH berdasarkan permendagri no. 1 tahun 2007


1. Taman kota
2. Taman Wisata Alam
3. Taman Rekreasi
4. Taman Lingkungan Perumahan dan permukiman
5. Taman Lingkungan Perkantoran dan Gedung Komersial
6. Taman Hutan Raya
7. Hutan Kota
8. Hutan Lindung
9. Bentang Alam (Gunung, Bukit, Lembah dll)
10. Cagar alam
11. Kebun raya
12. Kebun binatang
13. Pemakaman Umum
14. Lapngan Olahraga
15. Lapangan Upacara
16. Parkir Terbuka
17. Lahan Pertanian Perkotaan
18. Jalur Dibawah Tegangan Tinggi (SUTT dan SUTET)
19. Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, Situ dan Rawa
20. Jalur Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Apu, Pipa Gas dan Pedestrian
21. Kawasan dan Jalur Hijau
22. Daerah Penyangga (Buffer Zone) Lapangan Udara
23. Taman Atap

2.2.2.3. Jenis – Jenis RTH berdasarkan PERMEN PU NO.5/PRT/M/2008


1. RTH pekarangan
2. RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha
3. RTH dalam Bentuk Taman Atap Bangunan (Roof Garden)
4. RTH Taman Rukun Tetangga
5. RTH Taman Rukun Warga
6. RTH Kelurahan
7. RTH Kecamatan
8. RTH Taman Kota
9. Hutan Kota
10. Sabuk Hijau (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain)
11. RTH Jalur Hijau Jalan
12. RTH di Bawah Jalan Layang
13. RTH Fungsi Tertentu (sempadan rel kereta api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi,
RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH sempadan danau, RTH pengamanan
sumber air baku/mata air)

2.2.2.4. Persyaratan RTH


Pada uu no 26 tahun 2007 pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit
30% dari luas daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
Isi uu no 26 thn 2007 pasal 17 :
1. Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
2. Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana sistem
pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
3. Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
4. Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
5. Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam
rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh)
persen dari luas daerah aliran sungai.
6. Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antarwilayah,
antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang yang berkaitan
dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem rencana tata ruang wilayah
diatur dengan peraturan pemerintah.

2.2.3. RTP
2.2.3.1. Definisi RTP
Menurut Carr (1992) pada bukunya yang berjudul Public Space, ruang publik adalah
ruang milik bersama dimana publik dapat melakukan berbagai macam aktivitas dan tidak
dikenakan biaya untuk memasuki area tersebut. Aktivitas yang terjadi dapat berupa rutinitas
sehari-hari, kegiatan pada musim tertentu atau sebuah event. Rutinitas sehari-hari adalah
seperti bersantai atau sekedar menikmati suasan lingkungan sedangkan kegiatan musiman
biasanya diselanggarakan sebuah komunitas dalam periode tertentu.Ruang ini juga sering
menjadi titik pertemuan sehingga menciptakan interaksi publik yang tinggi. Hal-hal tersebut
menyatakan bahwa ruang publik adalah faktor penting dalam rutinitas kehidupan, ruang
pergerakan, titik pertemuan, dan ruang untuk bersantai dan rekreasi.
Berikut beberapa pengertian mendasar terhadap konsep ruang terbuka publik oleh
beberapa pakar:
 Menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik memiliki makna sebagai lokasi
yang memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya
publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik dengan mengikuti
normanorma setempat.
 Menurut Hakim dan Hardi (2004), pengertian mengenai ruang terbuka publik
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan
b.Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.
c. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan dalam kata
lain multifungsi.
Secara singkat ruang terbuka publik memiliki 3 karakter penting dimana terdapat
makna (meaningful), dapat mengakomodir kebutuhan setiap pengguna dalam melakukan
kegiatan (responsive), dan yang ketiga dapat menerima berbagai kegiatan masyarakat tanpa
ada diskriminasi (democratic).

2.2.3.2. Tujuan RTP


Sebuah ruang terbuka publik umumnya dirancang dengan tujuan tertentu. Tujuan
dari perancangan ruang tersebut beragam dan memiliki sasaran yang disesuaikan dengan
masingmasing tujuan. Carr (1992) mengemukakan tujuan ruang publik sebagai berikut:
1. Kesejahteraan Masyarakat
Motivasi dasar untuk menciptakan sebuah ruang terbuka publik adalah demi
kesejahteraan kehidupan masyarakat setempat. Kesejahteraan dapat diciptakan
dengan menciptakan ruang-ruang yang dapat menunjang aktifitas dan pertemuan
publik. Ruang-ruang tersebut pada dasarnya wadah pusat komunikasi, pergerakan
dan bersantai.
2. Pengembangan Visual
Ruang publik dapat berperan dalam meningkatkan nilai visual dari kota secara
keseluruhan sehingga kota tersebut menjadi lebih manusiawi, harmonis dan
indah.
3. Pengembangan Lingkungan
Penghijauan pada ruang publik dapat meningkatkan kualitas lingkungan agar
memberi kesegaran pada lingkungan kota.
4. Pengembangan Ekonomi
Pengembangan ekonomi suatu wilayah merupakan tujuan umum dalam
pengembangan sebuah ruang terbuka publik.
5. Image Enhancement
Menciptakan wajah dan kesan positif terhadap sebuah area yang memiliki ruang
terbuka public

2.2.3.3. Fungsi RTP


Segala aktivitas yang terjadi di dalam ruang publik mengarah pada peran ruang
terbuka publik yang berfungsi sebagai pusat untuk interaksi sosial antar publik maupun
interaksi publik dengan lingkungan
Berikut merupakan beberapa fungsi yang dimiliki ruang terbuka publik (Rustam,
2004), yakni:
1. Fungsi umum :
 Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat interaksi sosial baik
secar indivdu ataupun kelompok, tempat peralihan dan tempat menunggu
 Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari
alam.
 Sebagai sarana penghubung dari suatu lokasi ke lokasi lain.
 Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.
2. Fungsi ekologis :
 Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, menstabilkan
ekosistem.
 Pelembut arsitektur bangunan.

2.3.Studi Banding
2.3.1. Jalur Pedestrian
1. Jalur Pedestrian Orchard Road, Singapura
Orchard Road, sebuah jalan yang berlokasi di pusat kota Singapura,berjarak
2,5km dari Tanglin Road / Orange Grove Road ke Dhoby Ghaut. Sekarang
merupakan daerah tujuan wisata dan daerah perbelanjaan. Orchard Road
dikenal dengan jalur pedestriannya yang nyaman, sangat lebar dan teduh. Skala
jalan lebih dibentuk oleh tanaman dan jalur pedestrian dibentuk oleh elemen
tanaman dan podium bangunan.

Gambar 2.1. jalur pendestrian orchard road, singapura


Sumber : https://andinnidyaw.wordpress.com

Jalur pedestrian Orchard Road memiliki tipikal sebagai berikut :


 Pedestrian yang lebar dan nyaman
Gambar 2.2 jalur pendestrian orchard road, singapura

 Terdapat jalur untuk Orang Cacat, (bahkan terdapat WC khusus orang


cacat)

Gambar 2.3. jalur pendestrian orchard road, singapura

 Mobil merupakan nomor dua. Pejalan kaki adalah yang utama

Gambar 2.4. jalur pendestrian orchard road, singapura


 Deretan bangunan tinggi (Hi-Rise) ‘membentengi’ koridor jalan
daripanas matahari dari sisi kiri dan kanan jalan.

Gambar 2.5. jalur pendestrian orchard road, singapura

 Deretan Kanopi pohon menciptakan barrier panas bagi manusia


yangberjalan kaki.

Gambar 2.6. jalur pendestrian orchard road, singapura

 Keamanan yang baik

Gambar 2.7. jalur pendestrian orchard road, singapura


2. Jalan Asia Afrika, Bandung

Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, jalan bersejarah ini bernama


Grote Postweg atau disebut juga Jalan Raya Pos. Merupakan ruas jalan yang
dibangun oleh Daendels. Di awal tahun 1955 perubahan pun terjadi dengan
dibangunnya museum bersejarah Konferensi Asia Afrika.

Gambar 2.8. jalur pendestrian Jalan Asia Afrika,Bandung

 Kondisi trotoar di Jalan Asia Afrika


Dari trotoar Hotel Preanger hingga Pos Besar Polisi di Alun-
alunBandung terdapat kursi-kursi klasik bergaya Eropa yang
menghiasisekitar trotoar di Jalan Asia Afrika

Gambar 2.9. jalur pendestrian Jalan Asia Afrika,Bandung

 Selain tempat duduk, di trotoar Jalan Asia Afrika juga terdapat pot-pot
bunga besar yang berada di tengah kursi–kursi klasik bergaya Eropa.Pot
bunga ini selain memperindah tampilan, juga berfungsi untukmenambah
penghijauan tanaman agar kawasan pusat kota tersebut tidakgersang.
Gambar 2.10. jalur pendestrian Jalan Asia Afrika,Bandung

 Sebelumnya kawasan Kota Tua Bandung ini dihiasi dengan lantai


keramik, namun kini lantainya diganti dengan lantai granit. Layaknya
kota-kota tua di Eropa, kawasan Jalan Asia Afrika ini menjadi lebih asri
dan nyaman untuk pejalan kaki. Lantai di kawasan ini juga di beri
fasilitas untuk para tuna netra.

Gambar 2.11. jalur pendestrian Jalan Asia Afrika,Bandung

 Lampu penerangan JalanAsia Afrikaini dibuat dari besi yang diukirdan


didesain bergaya klasik Eropa
Gambar 2.12. jalur pendestrian Jalan Asia Afrika,Bandung

2.3.2. RTH

1. Navy yards central green


Navy Yards Central Garden ini berlokasi di Philadelphia, Amerika Serikat dengan
luas 5 hektar dan dibangun pada tahun 2015.
Konsep taman ini berbentuk geometri lingkaran yang mengikuti bentuk tapak.
Lingkaran luar yang berfungsi sebagai jalur lari, berisi area-area lingkaran kecil dengan
berbagai ukuran yang masing-masing memiliki fungsi berbeda
2. Pedestrian Bridge, Aranzadi Park
Pedestrian Bridge Merupakan sebuah konstruksi jembatan yang berfungsi sebagai
penghubung antara taman dan permukiman yang terpisah oleh sebuah sungai. Pedestrian
bridge ini berlokasi di Aranzadi, spanyo dengan luas 240 m 2 dan dibangun pada tahun 2015.
Konsep dari konstruksi ini adalah meningkatkan akses taman dengan perkotaan yang
terpisah oleh sungai kecil dengankonsep yang ramah terhadap semua jenis pengunjung.
3. Boostanli footbridge and sunset lounge

Boostanli Footbridge and Sunset Lounge adaah taman yang terletak di Turki yag
dibangun pada tahun 2016. Taman ini memiliki dua segmen yang semi terpisah yang
dihubungkan oleh Footbridge yang berfungsi sebagai penghubung sekaligus sunset lounge.
Konsep pada taman ini adalah menghubungkan kedua taman yang semi terpisah dengan
sebuah konstruksi jembatan yan memiliki fungsi lebih dari sekedar penghubung tapi juga
bisa berfungsi sebagai tempat istirahat ataupun sunset lounge
2.3.3. RTP

1. The Park, Las Vegas, Nevada


Lanskap Arsitek : !melk
Tahun : April 2016
Tipe proyek : urban landscape / pedestrian realm / park
Luas area : 5 acres
Lokasi : Las Vegas, Nevada

Pada taman The Park ini memiliki fungsi yang berbeda pada siang dan malam
hari. Pada siang hati, lampu taman yang berukuran besar berfungsi sebagai peneduh bagi
pengguna yang melakukan kegiatan di bawahnya. Sedangkan pada malam hari, lampu
taman akan menyala dengan warna-warna yang berbeda. Memberikan atraksi yang
menarik di malam hari.

(a). Lampu taman di siang hari (b).Lampu taman di malam hari

Tempat duduk tidak hanya berupa kursi-kursi, tapi juga berupa beton yang
terhubung dari taman. Memberi kesan yang dinamis pada taman, dan pada sebagian
tempat diberi perbedaan dimana yang boleh diduduki yang mana tidak dengan bentuk
desain yang berbeda
(a) Tempat duduk yang menyatu dengan taman

(b) Tempat duduk yamh tidak menyatu dengan taman

site plan The Park


Perspektif taman The Park.

2.4. Tinjauan Lokasi Rancangan

2.4.1. Jalur Pedestrian

3.

4.
5. Gambar 2.13 Lokasi tapak
6. (Sumber : Google & Google Earth)
Lokasi terpilih untuk perancangan area pendestrian Jalan Teuku. Nyak Arief, Jeulingke,
Kota Banda Aceh. Yang memiliki ragam kegiatan yang berada di sepanjang jalan di
antaranya adalah SPBU, toko-toko, pedagang kaki lima, sekolah, Dinas perhubunga,
kuburan, asrama haji, dan sebagainya.

 Keadaan SBPU di jalan Teuku Nyak Arief

Gambar 2.14 SPBU


(Sumber : survey)

 Keadaan Toko-toko di jalan Teuku Nyak Arief


Gambar 2.15 Toko-toko
(Sumber : survey)

 Sd negeri 54 Di jalan Teuku nyak Arief

Gambar 2.16 Toko-toko


(Sumber : survey)

 Dinas perhubungan di jalan Teuku Nyak Arief

Gambar 2.17. Dinas perhubungan


(Sumber : survey)
 Asrama haji di jalan Teuku Nyak Arief

Gambar 2.18. Asrama Haji


(Sumber : survey)

 Kuburan di jalan Teuku Nyak Arief

Gambar 2.19. Kuburan


(Sumber : survey)
Pertokoan
Pertokoan

Pertokoan
SPBU
n

Pertokoan sekolah
Dinas Pertokoan
Asrama haji Kuburan perhubungan

Gambar 2.20 kondisi tapak

2.4.2. RTH
Taman Kencana merupakan taman kecil yang berlokasi di jeulingke, kecamatan syiah
kuala, kota banda aceh. Lokasi ini merupakan lokasi yang mudah di akses darimana saja.
Taman ini sendiri juga berlokasi di pinngir sungai lamnyong dimana merupakan sebuah
potensi view bagi sebuah taman.
 Kondisi Eksisting

Kondisi taman kurang terawat

Perkerasan yang tidak rata & tidak ada pagar pengaman

Sistem Parkir tidak teratur


Kondisi di sekitar lokasi

2.4.3. RTP
Tapak terpilih berada di Jl. Lintas Sumatera Kp. Baru, Kec. Baiturrahman,
Kota Banda Aceh, Aceh. Lokasi yang dijadikan sebagai halte masjid Raya yang
terhubung dengan area terbuka di belakang halte. Ruang terbuka ini dulunya digunakan
sebagai area parkir. Tempatnya yang mudah di akses dan lokasi tapak ini juga sudah
tersedia jaringan utilitas seperti air dan listrik. Kondisi tapak ini baik untuk ditanami
tumbuhan dan memiliki kontur yang datar
Kondisi Existing

 Aksesibilitas dan sirkulasi

Jalan Kolektektor 1 arus


Jalan lingkungan 1 arus

Akses ke lokasi tapak dapat ditempuh dengan transportasi umum (bus, Labi-labi,
becak) dan trasportasi pribadi. Pada jalan Kolektor Sirkulasi sangat padat pada jam jam
tertentu
Sirkulasi terganggu pejalan kaki dan Bus karena supir becak parkir sembarang
tempat . Sementara Jalur pejalan kaki terganggu karena penunggu bus duduk di bahu
jalan karena Halte tidak mampu jumlah penumpang bus yang sedang menunggu bus.

 Tempat Teduh
Area taman kurang nyaman bagi masyarakat karena kurang tempat duduk dan
halte yang tidak mampu menampung jumlah penumpang. Sementara di area
belakang halte vegetasi yang ditanam belum mampu mereduksi panas matahari

 Vegetasi
Vegetasi yang di tanam belum mampu mereduksi panas sehingga area halte
tampak silau dan terasa panas pada siang hari. Jenis tanaman pun sangat meonoton,
sangat kurang tanaman hias yang akan memberikan nilai estetika pada taman.

2.3. Metode Pengumpulan data

Anda mungkin juga menyukai