Anda di halaman 1dari 10

REDESAIN PEDESTRIAN JALAN UDAYANA

BLAHBATUH GIANAYR
Arsitektur Kota II

Hnadre Yanti1) dan I Gusti Ngurah Agung Suardiarta2)


E-mail`: andreyanto0610@gmail.com1) dan agungsuardiarta@gmail.com2)

Program Studi Arsitektur Universitas Ngurah Rai

ABSTRAK

Kata kunci:

ABSTRACT

1
Perancangan Pedestrian di Jalan Udayana, Blahbatuh Gianyar

1. PENDAHULUAN
Pedestrian yang akan diredesain merupakan pedestrian yang berada di Jalan Udayana Blahbatuh
Kec Blahbatuh Kab Gianyar. Panjang pedestrian pada jalan ini sepanjang 750 meter. Pedestrian ini
dijadikan sarana untuk siswa SMP dan SMA di sepanjang pedestrian, serta terdapat deretan toko
kebutuhan harian untuk warga sekitarnya. Oleh sebab itu, jalan ini menjadi sangat ramai dengan
lalu lintas kendaraan setiap harinya khusunya pada saat pagi hari jam berangkat kantor atau sekolah
dan sore hari pulang kantor atau sekolah. Oleh karena itu di sepanjang jalan ini sering terjadinya
macet yang disebabkan oleh menumpuknya lalu lintas kendaraan. Dengan permasalahan kemacetan
tersebut dibutuhkan desain pedestrian yang bisa mengurangi kemacetan disepanjang. Berdasarkan
data kemacetan lalulintas yang bersumber dari Google Maps menunjukkan bahwa pada jam 5 sore
sampai jam 7 sore merupakan jam yang paling tinggi tingkat kemacetannya dibandingkan jam-jam
lain.

Gambar 1. 1 Peta lalu lintas


Sumber: www.googlemaps.com,2022

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian pedestrian
Pedestrian adalah pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat ke
titik asal (origin) ke tempat lain sebagai tujuan (destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992). Jalur
pedestrian adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan
untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas
pergantian moda.
2.2 Fungsi pedestrian
Untuk prasarana dan sarana pejalan kaki (pedestrian) secara umum berfungsi untuk melengkapai
pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah, lancar, aman, nyaman dan mandiri.
Jalur pedestrian bukan saja berfungsi sebagai tempat bergeraknya manusia atau menampung sebagian
kegiatan sirkulasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun juga merupakan ruang (space)
tempat beraktivitasnya manusia itu sendiri, seperti kegiatan jual-beli, media interaksi sosial, pedoman visual
ataupun ciri khas suatu lingkungan kawasan.
2.3 Karakteristik Jalur Pedestrian
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014 mengenai pedoman perencanaan,
penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan, karakteristik
jalur pejalan kaki atau pedestrian yang menjadi bahan pertimbangan dalam membangun kawasan perkotaan
adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik
Karakteristik ini dipengaruhi oleh dimensi tubuh manusia dan daya gerak yang digunakan untuk
mengetahui kebutuhan ruang bagi gerakan normal manusia. Kemampuan fisik pejalan kaki berhubungan
dengan jarak tempuh yang mampu dijalani. Hal-hal yang mempengaruhi jauhnya jarak berjalan kaki yaitu:

2
1. Motif. Motif yang kuat dalam berjalan kaki dapat mempengaruhi orang untuk berjalan lebih lama
atau jauh. Motif rekreasi mempunyai jarak yang relatif lebih pendek, sedangkan motif berbelanja dapat
dilakukan lebih dari 2 jam dengan jarak sampai 2,5 km tanpa disadari sepenuhnya oleh pejalan kaki.
2. Kenyamanan yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan jenis aktivitas. Cuaca yang buruk akan
mengurangi keinginan orang berjalan. Di Indonesia, dengan cuaca yang panas orang hanya ingin menempuh
400 meter, sedangkan untuk aktivitas berbelanja membawa barang, keinginan berjalan tidak lebih dari 300
meter.
3. Ketersediaan fasilitas kendaraan umum. Ketersediaan fasilitas kendaraan umum yang memadai
dalam hal penempatan penyediaannya akan mendorong orang untuk berjalan lebih jauh dibandingkan dengan
apabila tidak tersedia fasilitas ini secara merata.
4. Pola guna lahan dan kegiatan. Berjalan di pusat perbelanjaan terasa menyenangkan sampai dengan
jarak 500 meter. Lebih dari jarak ini diperlukan fasilitas lain yang dapat mengurangi kelelahan orang
berjalan, misalnya adanya tempat duduk dan kios makanan/minuman.
b. Karakteristik perilaku
Perilaku pejalan kaki dapat menyebabkan bertambahnya ruang untuk pejalan kaki. Perilaku dimaksud
antara lain pejalan kaki yang membawa payung, keranjang belanja bagi wanita, atau kebiasaan untuk berjalan
bersama sambil berbincang dalam jalur pejalan kaki membutuhkan tambahan lebar jalur pejalan kaki.
c. Karakteristik psikis
Karakteristik psikis pejalan kaki berupa preferensi psikologi yang diperlukan untuk memahami
keinginan-keinginan pejalan kaki ketika melakukan aktivitas berlalu lintas. Pejalan kaki lebih suka
menghindari kontak fisik dengan pejalan kaki lainnya dan biasanya akan memilih ruang pribadi yang lebih
luas, sehingga diperlukan jarak membujur yang memadai agar diperoleh gerakan pejalan kaki yang nyaman.
d.Karakteristik lingkungan
Terdapat beberapa karakteristik lingkungan yang berperan dalam tingkat pelayanan prasarana dan
sarana jaringan pejalan kaki yang menjadi dasar kriteria perancangan prasarana dan sarana jaringan pejalan
kaki, yaitu:
1. Kenyamanan, seperti ketersediaan pelindung terhadap cuaca dan halte angkutan umum.
2. Kenikmatan, seperti kemampuan berjalan kaki dan ketersediaan tanda petunjuk.
3. Keselamatan, seperti keamanan pejalan kaki dengan lalu lintas kendaraan.
4. Keamanan, seperti ketersediaan lampu lalu lintas, kepastian pandangan yang tidak terhalang ketika
menyeberang, tidak licin, dan kesesuaian besaran ruang untuk pejalan kaki dengan kondisi
lingkungan.
5. Keekonomisan, seperti efisiensi biaya pejalan kaki yang berhubungan dengan tundaan perjalanan
dan ketidaknyamanan.
6. Keterkaitan antar kegiatan dan moda transportasi lainnya serta jenis penggunaan lahan atau
kegiatan.
2.4 Jenis – jenis pedestrian
a. Berdasarkan lokasinya
Berdasarkan tujuan lokasinya, jalur pedestrian dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perjalanan dari dan ke terminal. Jalur pedesrian dirancang dari suatu tempat ke lokasi terminal
transportasi dan sebaliknya seperti halte shelter dan tempat parkir.
2. Perjalanan fungsional. Jalur pedestrian dirancang untuk tujuan tertentu seperti menuju tempat kerja
tempat belajar berbelanja kerumah makan dan sebagainya.
3. Perjalanan dengan tujuan rekreasi. Jalur pedestrian dirancang dalam kaitannya digunakan pada
waktu luang pemakainya, seperti ke gedung bioskop, ke galeri, ke konser musik ke gelanggang olah raga
dan sebagainya.
b. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, jalur pedestrian dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Jalur pedestrian, yaitu jalur yang dibuat untuk pejalan kaki untuk memudahkan pejalan kaki
mencapai ke tempat tertentu, yang dapat memberikan pejalan kaki kelancaran, kenyamanan, dan
keamanan.
2. Jalur penyeberangan, yaitu jalur yang dibuat untuk pejalan kaki sebagai sarana penyeberangan, guna
menghindari resiko berhadapan langsung dengan kendaraan-kendaraan.
3. Plaza, yaitu jalur yang dibuat untuk pejalan kaki sebagai sarana yang bersifat rekreasi dan tempat
istirahat.
4. Pedestrian mall, yaitu jalur yang dibuat untuk pejalan kaki sebagai sarana berbagai macam aktivitas,
seperti berjualan, duduk santai, dan sebagainya.

3
Perancangan Pedestrian di Jalan Udayana, Blahbatuh Gianyar

2.5 Elemen dan Kriteria Pedestrian


a. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki adalah ruang yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang
disabilitas secara mandiri dan dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah,
nyaman dan tanpa hambatan. Jalur pejalan kaki tidak boleh kurang dari 1,2 meter yang merupakan
lebar minimum yang dibutuhkan untuk orang yang membawa seekor anjing, pengguna alat bantu jalan
dan para pejalan kaki. Adapun kriteria jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut:
1. Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya sudah menimbulkan konflik dengan lalu
lintas kendaraan atau mengganggu peruntukan lain, seperti taman, dan lain-lain.
2. Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi keselamatan, keamanan,
kenyamanan dan kelancaran.
3. Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus dilengkapi rambu dan marka atau
lampu yang menyatakan peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan.
4. Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai jarak pandang yang bebas ke
semua arah.
5. Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik harus memperhatikan peruntukan
bagi penyandang cacat.
b. Halte
Halte merupakan sebuah bangunan beratap terletak di median jalan yang digunakan untuk
pergantian moda, yaitu dari pejalan kaki ke moda kendaraan umum. Halte dapat ditempatkan
di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte sekurang-
kurangnya 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar
minimal 2 meter, panjang 4 meter dan tinggi bagian atap yang paling bawah minimal 2,5
meter dari lantai. Adapun kriteria halte adalah sebagai berikut:
1. Jarak antar halte/shelter bus dan lapak tunggu pada radius 300 meter dan pada titik potensial
kawasan.
2. Menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
3. Terlindung dari cuaca (panas atau hujan).
4. Penempatan pada pinggir jalan yang padat lalu lintas.
5. Panjang halte minimum sama dengan panjang bus kota, yang memungkinkan penumpang
dapat naik atau turun dari pintu depan atau pintu belakang.
c. Ramp Tepi Jalan
Ramp merupakan alat bantu yang memudahkan pergerakan di atas penyangga yang lebih rendah.
Ramp dibuat agar permukaannya tidak boleh licin tetapi tidak boleh dibuat alur, karena alur ini
dapat terisi air yang menjadikan ramp tersebut licin. Ramp dibuat dengan kemiringan antara 7 sampai 15
derajat dan maksimum 20 derajat. Adapun kriteria ramp tepi jalan adalah sebagai berikut:
1.Tidak boleh lebih tinggi dari tinggi maksimum satu anak tangga atau 6 ½ inci.
2.Tepi yang berundak menyulitkan bagi para cacat fisik untuk menjalaninya dan ketika gelap
akan membahayakan semua pejalan kaki. Penggunaan ini harus dibatasi.
3.Peletakan ramp tepi jalan biasanya pada jalan menuju bangunan, jalan menuju trotoar (bagi
cacat fisik).
d.Guiding Block
Jalur pedestrian juga harus dilengkapi dengan kebutuhan para penyandang cacat untuk memudahkan
mereka melakukan pergerakan. Guiding blok digunakan sebagai jalur pemandu untuk penyandang
disabilitas khususnya tunanetra. Guiding blok letaknya berada di sepanjang jalur pedestrian.
e.Vegetasi
Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa, sehingga apabila hujan permukaannya tidak licin,
tidak terjadi genangan air serta disarankan untuk dilengkapi dengan vegetasi atau pohon-pohon
peneduh. Vegetasi Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 150 cm), percabangan 2 meter diatas
tanah, bentuk percabangan tidak merunduk, bermassa daun padat dan ditanam secara berbaris. Jenis
dan bentuk pohon yang dipergunakan antara lain Angsana, Tanjung dan Kiara Payung.
f.Lampu Penerangan
Lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar lampu
penerangan yaitu 10 meter. Lampu penerangan dibuat dengan tinggi maksimal 4 meter.
Menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak. Desain sederhana,
geometris, modern futuristis, fungsional, terbuat dari bahan anti validalism terutama bola lampu.
Adapun kriteria lampu penerangan adalah sebagai berikut:
1.Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan.
2.Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.
4
3.Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan penyeberangan bisa
terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap/malam hari.
4.Cahaya lampu tidak membuat silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan.
g.Tempat duduk
Tempat duduk terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar tempat
duduk yaitu 10 meter. Tempat duduk dibuat dengan dimensi lebar 0,4- 0,5 meter dan panjang 1,5
meter. Menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton
cetak.
h.Pagar pengaman
Pagar pengaman terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki pada titik tertentu yang
memerlukan perlindungan. Pagar pengaman dibuat dengan tinggi 0,9 meter. Menggunakan
material yang tahan terhadap cuaca dan kerusakan, seperti metal dan beton.
i.Tempat sampah
Tempat sampah terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar tempat
sampah yaitu 20 meter. Desain dari ketinggian tempat sampah harus dapat
dijangkau \
dengan tangan dalam memasukkan kotoran/sampah (tinggi 60 - 70 cm). Jenis tempat
sampah yang disediakan memiliki tipe yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya
(tempat sampah kering dan tempat sampah basah). Tempat sampah haruslah mudah dalam
sistem pengangkutannya serta menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi
seperti metal dan beton cetak.
j.Marka perambuan dan papan informasi
Rambu merupakan alat utama yang mengatur, memberi peringatan, dan mengarahkan
terhadap
pengguna jalan agar pengguna jalan dapat dengan mudah terarah pada suatu tempat yang
dituju.
Rambu yang efektif yakni memenuhi kebutuhan, menarik perhatian dan mendapat respek
pengguna jalan, memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti, dan juga
menyediakan waktu yang cukup bagi pengguna jalan dalam memberikan respon. Adapun
kriteria marka, rambu dan papan informasi adalah:
1. Terletak ditempat terbuka, ketinggian papan reklame yang sejajar dengan kondisi jalan.
2. Tanda petunjuk ini memuat tentang lokasi dan fasilitasnya.
3. Tidak tertutup pepohonan.
4. Menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi dan tidak menimbulkan efek silau.
3. METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi lapangan dan studi literatur
dikumpulkan dibedakan menjadi dua data yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber nya langsung terdiri dari sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan
bertujuan untuk memperoleh data dengan studi lapangan secara terbatas. Dengan cara
pengambilan dokumentasi menggunakan kamera dan catatan.
2. Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua terdiri dari sebagai berikut:
a. Studi literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data melalui intemet dan buku-buku menurut
para ahli yang relevan dengan jurnal ini.
Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu:
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian diolah
dengan menggunakan suatu metode analisis secara deskriptif dan kualitatif serta metode analisis
dan sintesis berdasarkan data primer dan sekunder.
1. Metode analisis
Dari data yang diperoleh dapat ditentukan permasalahan dan potensinya, kemudian data
tersebut diuraikan dan disederhanakan untuk dikompilasikan sebagai langkah pemecahan
masalah untuk memperoleh tujuan dan manfaat yang ingin dicapai.
5
Perancangan Pedestrian di Jalan Udayana, Blahbatuh Gianyar

2. Metode sintesis
Data yang diolah kemudian disimpulkan untuk memperoleh masukan dalam menentukan
rumusan serta langkah-langkah kebijaksanaan dalam perancangan selanjutnya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil studi lapangan menunjukkan pada
pedestrian monang moning tersebut perlu
adanya redesain pedestrian agar
mengurangi kemacetan dan
melengkapi fasilitas pedestrian yang baik
pada Jalan Gunung Rinjani tersebut.
Redesain pedestrian ini meliputi redesain
fasilitas seperti trotoar, ramp pada
trotoar, tempat sampah umum, braile
blocks, bangku duduk umum, halte untuk
bus Trans Metro Dewata.
4.1 Lokasi jalan eksisting

Gambar 4. 1 Lokasi jalan


Sumber: Googlemaps.com,2022

4.2 Jenis Fasilitas di Sepanjang Jalan yang diredesain


a. Trotoar

6
Gambar 4. 2 Jalan trotoar
Sumber: www.kompas.com,2022
Trotoar adalah bagian utama dari pedestrian fungsi trotoar tersebut sebagai tempat untuk orang
pejalan kaki, oleh karena itu trotoar harus didesain dengan sebagus dan senyaman mungkin untuk
pejalan kaki.
b. Ramp

Gambar 4. 3 Ramp
Sumber: id.quora.com,2022

Ramp adalah bagian penting dari pedestrian fungsi ramp tersebut sebagai tempat untuk kendaraaan
agar mudah melewati trotoar jika ingin masuk ke dalam suatu tempat dipinggir jalan, oleh karena
itu ramp harus didesain dengan senyaman mungkin untuk pengguna kendaraan.
c. Tempat sampah umum

Gambar 4. 4 Tempat sampah umum


Sumber:tokopedia.com,2022
Tempat sampah umum adalah bagian penting dari pedestrian fungsi tempat sampah umum tersebut
sebagai tempat untuk pejalan kaki agar mudah untuk membuang sampah dan tidak kesulitan harus
membawa sampahnya sampai bertemu TPS atau dibawa pulang dan tempat sampah harus dibagi
menjadi 3 jenis sampah yaitu residu, organik dan anorganik, oleh karena itu desain tempat sampah
umum harus didesain dengan seedukatif dan senyaman mungkin untuk pejalan kaki.
d. Braile blocks

7
Perancangan Pedestrian di Jalan Udayana, Blahbatuh Gianyar

Gambar 4. 5 Braile blocks


Sumber: stock.adobe.com,2022
Braile blocks adalah bagian penting dari pedestrian fungsi braile blocks tersebut berupa block yang
timbul dengan simbol – simbol dan arti tersendiri sebagai fungsi untuk pejalan kaki disabilitas
khususnya tunanetra agar mudah untuk berjalan diatas trotoar, oleh karena itu desain braile blocks
harus didesain dengan seedukatif dan senyaman mungkin untuk pejalan kaki disabilitas.
f. Halte bus Trans Metro Dewata

Gambar 4. 6 Halte bus


Sumber: finance.detik.com,2022
Halte bus Trans Metro Dewata adalah bagian penting dari pedestrian fungsi halte tersebut untuk
pejalan kaki jika ingin bepergian dengan jarak yang cukup jauh tanpa harus menggunakan
kendaraan pribadi dengan adanya halte tersebut dapat mengurangi kemacetan disekitar jalan
Gunung Rinjani ini, oleh karena itu halte harus didesain dengan senyaman mungkin untuk pejalan
kaki menunggu datangnya bus.
4.3 Konsep Redesain Pedestrian
Redesain pedestrian tersebut menerapkan konsep pedestrian friendly street. Konsep ini berfungsi
untuk membuat sepanjang jalan pedestrian tersebut menjadi lebih ramah terhadap pejalan kaki.

8
4.4 Hasil Desain

5. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku (1 penulis)

9
Perancangan Pedestrian di Jalan Udayana, Blahbatuh Gianyar

Rubenstein. 1992. Pedestrian Malls Sreetscape and Urban Spaces. New York: John Wiley & Sons,
Inc.
Darmawan, Harsokoesoemo. 2004. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk).
Bandung: ITB.
Iswanto, Danoe. 2006. Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan Bagi Pejalan Kaki di Jalur
Pedestrian (Trotoar). Semarang: Universitas Diponegoro.

Artikel dari internet (tanpa nama penulis)


Aliansi Zero Waste Indonesia (2022) “Pentingnya Memilah Sampah B3 Rumah Tangga”
(https://aliansizerowaste.id/2022/06/03/pentingnya-memilah-sampah-b3-rumah-tangga/), diakses 7
November 2022.
Badan Pusat Statistik Indonesia (2017) "Kecamatan Denpasar Utara Dalam Angka 2017".
(https://denpasarkota.bps.go.id/), diakses 7 November 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai