Anda di halaman 1dari 34

REVITALISASI TROTOAR DI DAERAH BINUS

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I………………………………………………………………………. 3
BABII ............................................................................................................ 5
BAB III ......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trotoar merupakan jalur yang dikhususkan untuk pejalan kaki dan pada umumnya
berukuran lebih tinggi dari permukaan jalan raya agar memberikan rasa aman bagi pejalan
kaki. Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 tanggal
20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang
khusus disediakan untuk pejalan kaki yang terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi
lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan
pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

Bila kita lihat trotoar yang terdapat didaerah sepanjang Universitas Bina Nusantara
Kampus Anggrek dan Syahdan maka dapat dikatakan fungsi trotoar tersebut belum
selayaknya berfungsi dengan benar. Ini terjadi dikarenakan bentuk trotoar yang kurang
baik seperti elevasi tinggi yang tidak merata, adanya lubang yang dapat menciderai
pejalan kaki, kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Kemanggisan membuat para
pengendara motor memanfaatkan situasi tersebut dengan menggunakan fasilitas trotoar
sebagai jalan untuk alternatif menghadapi kemacetan, dan pengalihan fungsi trotoar yang
sebenarnya menjadi lahan parkir para ojek online ataupun parkir motor untuk pengunjung
toko. Maka trotoar yang terdapat di daerah Universitas Bina Nusantara Kampus Anggrek
dan Syahdan belum efektif.

Pengalihan fungsi trotoar yang berada di daerah tersebut dapat berdampak negatif bagi
sesama pengguna jalan khususnya para pejalan kaki. Oknum pengendara sepeda motor
yang merampas hak pejalan kaki dengan menggunakan trotoar sebagai lajurnya dapat
menimbulkan kecelakaan besar ataupun kecil, sehingga sekarang ini banyaknya keluhan
dari pejalan kaki yang mempersoalkan hak mereka untuk mendapatkan rasa nyaman dan
aman saat sedang berjalan kaki di trotoar. Hal yang tidak wajar pada umumnya adalah
terjadi konflik antara pejalan kaki dengan oknum pengendara motor yang melintas di
trotoar. Dan bahkan oknum pengendara motor tersebutlah yang marah karena jalur yang
dilintasinya terhalang oleh pejalan kaki. Dengan beralihnya fungsi trotoar menjadi lajur
kendaraan bermotor berdampak pula pada kualitas trotoar tersebut, trotoar yang sudah
dibangun oleh teknik sipil dengan kualitas yang baik akan menjadi rusak karena
perhitungan yang sudah dibuat untuk pejalan kaki menjadi tidak sesuai bila digunakan
bagi pengendara sepeda motor.
Dalam pasal 28 ayat 2 UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada pelengkapan jalan. Trotoar termasuk dalam pelengkap
jalan yang dibutuhkan. Maka dari itu peralihan fungsi trotoar dapat terkena sanksi sebab
ada undang – undangnya. Ini juga mengajarkan kita untuk dapat disiplin dalam berlalu
lintas, bukan hanya bagi pengendara sepeda motor tetapi juga bagi pejalan kaki. Dengan
difasilitasi trotoar oleh pemerintah daerah setempat maka pejalan kaki dapat
menfaatkannya dengan bijak, maksudnya adalah trotoar bukan juga dipakai sebagai lapak
untuk berjualan ataupun tempat parkir. Pejalan kaki juga harus sadar dimana mereka harus
berjalan pada saat berada di jalan yaitu dengan melintasi trotoar, bukan melintasi jalan
raya. Dan bagi pengendara sepeda motor juga harus adanya kesadaran diri untuk
meningkatkan kepatuhan terhadapat aturan lalu lintas dengan salah satunya tidak melintasi
trotoar. Maka kelompok kami mengkonsentrasikan untuk memberi solusi terhadap
masalah yang umum terjadi dengan fungsi trotoar khususnya trotoar yang berada di daerah
Universitas Bina Nusantara Kampus Kemanggisan.

1.2 Tujuan
1. Mendesain trotoar dengan kualitas baik
2. Menjaga rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki
3. Memberi infrastuktur yang memadai

1.3 Manfaat
1. Para pejalan kaki merasa nyaman karena tidak adanya motor di trotoar
2. Semakin banyak orang yang memilih untuk berjalan kaki
3. Memudahkan akses pejalan kaki
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Pengertian Pejalan Kaki


2.1.1 Pejalan Kaki

Pejalan kaki merupakan istilah dari transportasi yang difungsikan untuk


menjelaskan bahwa orang yang sedang berjalan di lintasan khusus untuk pejalan kaki.
Perjalanan pejalan kaki dilakukan dalam aturan yang mengharus berjalan dipinggir
jalan. Ini bertujuan supaya memperhatikan keselamatan pengguna jalan yang antara
lain adalah pengguna kendaraan bermotor ataupun bukan bermotor dan pejalan kaki itu
sediri. Maka dari itu perlunya perhatian khusus untuk menjaminnya keselamatan antar
pengguna jalan. Fasilitas – fasilitas pendukung menjadi fokus pemerintah untuk
menciptakan dan memberi jaminan keselamatan terhadap para pengguna jalan. salah
satu fasiltas untuk memberikan jaminan kenyamana serta keselamatan bagi pejalan
kaki adalah dengan membangun trotoar. (Pratama, 2014)

2.1.2 Definisi Sempit Pejalan Kaki

Pejalan kaki adalah setiap orang yang sedang melakukan aktivitas perjalanan
dengan menggunakan kaki, kursi roda, atau alat yang digunakan dengan menggunakan
tenaga manusia sebagai penggeraknya selain sepeda. Istilah lain untuk pejalan kaki
adalah pedestrian. (Pratama, 2014)

2.2 Lajur Pelajan Kaki


2.2.1 Definisi Lajur Pejalan Kaki

Lajur pejalan kaki adalah jalur khusus yang difungsikan bagi pejalan kaki. Lajur
pejalan kaki juga merupakan sarana untuk melakukan kegiatan berbagai kegiatan yang
salah satunya seperti berinterkaksi terhadap sesama manusia. Dengan adanya lajur
pejalan kaki yang bermutu dan berkualitas baik maka akan mendukung berbagai
kegiatan pejalan kaki serta memberikan rasa nyaman dan aman bagi pejalan kaki itu
sendiri. (Pratama, 2014)
2.2.2 Aturan Perencanaan

Dalam pemberian lajur bagi pejalan kaki dan fasilitas – fasilitasnya tentu
memiliki aturan atau pedoman yang sesuai. Aturan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1999 mengenai pejalan kaki antara lain:

a) Pada hakekatnya pejalan kaki bila ingin mencapai tujuan dalam melintasi lajurnya
ingin supaya menggunakan lajur yang sedekat mungkin dengan rasa nyaman,
aman, dan lancar dari ganguan,
b) Adanya penghubung jalur pejalan kaki yang memudahkan untuk berpindah tempat
dari tempat satu ke tujuannya dan juga sebaliknya,
c) Jalur untuk pejalan kaki harus dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas seperti rambu
– rambu, penerangan, marka, dan pelengkap lainnya, sehingga pejalan kaki lebih
mendapatkan kepastian dalam berjalan, terutama bagi pejalan kaki dengan
penyandang disabilitas,
d) Fasilitas pejalan kaki tidak dikaitkan dengan fungsi jalan,
e) Dalam pembuatan jalur bagi pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika hujan permukaan jalan tidak licin, tidak tergenang air, serta
disarankan untuk dilengkapi dengan peneduh,
f) Untuk menjaga keselamatan dan keleluasaan pejalan kaki sebaiknya dalam
pembuatan jalur pejalan kaki dipisahkan secara fisik antara jalur kendaraan dengan
jalur khusus pejalan kaki,
g) Pertemuan antara jenis lajur pejalan kaki dengan lajur kendaraan lain harus dibuat
sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan
kaki. (Pratama, 2014)
2.3 Karakteristik Pejalan Kaki
Karakteristik pejalan kaki adalah salah satu faktor utama dalam
perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dan fasilitas-fasilitas
transportasi.
Menerut fruin (Rochadi dkk, 1991 III-2) berjalan merupakan alat internal
kota , satu satunya alat untuk melakukan sagala aktivitas seperti mandi , pergi ke
sekolah , makan , berangkat ke kantor dan lain sebagainya adalah dengan jalan
kaki, walau banyak cara untuk bias berangkat ke kantor / sekolah dengan naik
kendaraan pribadi atau kendaraan umum .
Perjalanan seseorang pada hakekatnya meliputi kegiatan berjalan kaki
kecuali bayi dari mereka yang tidak dapat beralan secara fisik, adalah pejalan kaki.
Oleh karena itu dalam merencanakan jalur pejalan yang efektif, harus diperhatikan
karakteristik arus pergerakan pejalan kaki serta informasi tentang calon pemakai
jalur tersebut . Untuk karakteristik pejalan, informasi yang dibutuhkan adalah
karakteristik umum pejalan yang meliputi karakter fisik dan psikis manusia. serta
karakter khusus yang menunjukkan sifat sifat khusus pejalan pada tiap aktivitas
perkotaan, yang kemudian setiap karakter dari pejalan ini akan dikaitkan dengan
kebutuhan ruangnya
Tujuan utama pengembangan fasilitas jalur pejalan kaki adalah keamanan
dan keselamatan dan yang terpenting kenyamanan pejalan kaki, dan perbaikan
gambaran fisik sistem untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, kesenangan,
kesinambungan, kelengkapan, dan daya tarik (Fruin, 1979:190).
Faktor utama karakteristik fisik pejalan adalah dimensi tubuh manusia dan
daya gerak. Kedua faktor ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
penggunaan ruang pribadi (personal space) dan juga penting untuk memahami
kebutuhan-kebutuhan pejalan
Pandangan perencana terhadap tubuh manusia kira kira seperti elips
dengan tebal tubuh sebagai sisi pendeknya dan lebar bahu sebagai sisi yang
panjang. Sejumlah studi tentang faktor manusia. menunjukkan bahwa dimensi
tubuh yang lengkap berpakaian dari persentil ke 95 (95% mempunyai ukuran lebih
kecil dari ini) adalah 33 cm untuk tebal tubuh dan 58 cm untuk lebar bahu. Dengan
demikian, daerah perencanaan tubuh manusia laki laki rata rata adalah 0,14 m .
Elips tubuh (46 x 61 cm) sama dengan daerah berdiri 0,21 m2 per orang, menurut
studi yang dibuat oleh New York City Transit Authority (NYTCA) (Fruin,
1979:191).
2.3.1 Arus Pejalan Kaki

Prinsip yang digunakan untuk menganalisa arus pejalan kaki sama dengan
arus kendaraan sehingga hubungan dasar antara kecepatan, volume dan kepadatan
juga sama. Jika volume dan kepadatan arus pejalan kaki naik dari aliran bebas ke
kondisi yang padat, kecepatan dan kemudahan gerak menurun. Jika kepadatan
pejalan kaki mencapai tingkat kritis, volume dan kecepatan menjadi tidak teratur
dan menurun secara cepat.

2.3.2 Kecepatan Pejalan Kaki

Kecepatan berjalan kaki rata-rata setiap pejalan kaki bermacam-macam


tergantung dari beberapa faktor misalnya, waktu, kondisi jalan untuk pejalan kaki,
usia dan jenis kelamin, lokasi dan tingkat kepadatan jalur berjalan kaki.

2.3.3 Kinerja Arus Pejalan Kaki

Kinerja arus pejalan kaki adalah mengukur efesiensi dari arus pejalan kaki.
mereka mengukur dengan cara langsung dan tidak langsung dari interaksi diantara
pejalan kaki dan interaksi antara pejalan kaki dengan lingkungan.

2.3.3 Kinerja Arus Indivual Pejalan Kaki

Kecepatan Rata-rata Pejalan Kaki Kecepatan rata-rata berjalan (kecepatan rata-


rata individual yaitu total panjang perjalanan dari pejalan kaki dibagi total waktu
perjalanan adalah:

v = (meter/detik)

dimana:

L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter)

T1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik).


B.. Percepatan Percepatan (acceleration) di artikan juga sebagai tindakan pada perubahan
kecepatan suatu objek, suatu objek akan mengalami percepatan/perlambatan akibat
konflik .

a = (meter/detik2)

dimana :

V1 = kec. Pejalan kaki rata-rata tiap arah pergerakan (meter/detik)

V2 = kec. Pejalan kaki akibat konflik antar pejalan kaki (meter/detik)

T1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)

2.4 Tundaan atau Delay

Individu delay (tundaan) adalah perbedaan antara waktu perjalanan rata-rata pejalan
kaki dengan waktu perjalanan akibat konflik antar pejalan kaki, di bagi dengan jarak
berjalan atau panjang berjalan :

d = (detik/meter)

dimana :

T1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)

T2 = waktu tempuh akibat konflik antar pejalan kaki (detik)

L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter) d

2.5 Indek Ketinyamanan

Lajur pejalan kaki merupakan komponen utama dalam meningkatkan kenyamanan


bagi pejalan kaki selain juga kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan berjalan kaki
sebagai moda transportasi. Metode kajian penilaian kondisi jalur pedestrian untuk
kawasan Jl. Anggrek – jl. Syahdan adalah uji kelayakan sarana serta prasarana lajur
pejalan kaki di kawasan tersebut.

Hasil dari penilaian dari kondisi ruas jalan anggrek – jl syahdan memiliki hasil
kondisi sarana dan prasarana yang buruk
2.6 Fasilitas Pejalan Kaki
2.6.1 Penjelasan Luas

Pembangunan fasilitas bagi pejalan kaki yang dapat difungsikan secara maksimal
harus dipersiapkan sejak dari awal perencanaan. Pada perencanaan itu sendiri memerlukan
data yang merupakan tolok ukur pejalan kaki dan tolok ukur moda transportasi yang
terkait serta tolok ukur sarana dan prasarana pendukung lainnya. (Pratama, 2014)

2.6.2 Definisi Fasilitas Pejalan Kaki

Fasilitas pejalan kaki dalam Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan merupakan fasilitas pelengkap jalan yang terdiri dari
trotoar, tempat penyebrangan jalan yang dinyatakan dengan marka dan rambu – rambu
jalan, jembatan penyeberangan, dan terowongan penyeberangan. (Pratama, 2014)

2.6.3 Definisi Trotoar

Trotoar adalah area yang berada diantara garis pemisah pada jalur lalu lintas
kendaraan dan berbatasan langsung dengan suatu lahan atau bangunan, memiliki tujuan
dengan maksud untuk memberikan lajur kepada pejalan kaki atau kepentingan pribadi
yang searah dan dekat dengan jalan raya. Trotaor terdiri atas 4 area, antara lain area
pembatas, area perlengkapan, area laju pejalan kaki, dan area bagian depan. (Pratama,
2014)

2.6.4 Fungsi Trotoar

Trotoar memiliki fungsi sebagai komponen penting yang telah dalam pembauran
dari sistem jalan yang ramah bagi pejalan kaki dimana mereka dapat terjamin keamanan,
kenyamanan, aksesibilitas, dan efisiensi gerak perjalanannya. Dengan adanya pemisahan
fisik dari jalan raya maka keamanan pergerakan pejalan kaki dapat terjamin dalam berlalu
lintas. (Pratama, 2014)
2.6.5 Ciri Kualitatif Trotoar
Dalam pembuatan trotoar diperlukan atribut yang baik antara lain:
a) Aksesibilitas, trotoar harus memiliki akses yang baik bagi penggua jalan yang
sehat secara fisik ataupun penyandang disabilitas dan dapat dengan mudah untuk
mengaksesnya.
b) Ukuran yang efektif, trotoar yang baik adalah yang memiliki ukuran lebar yang
cukup untuk dilalui berbagai orang, seperti pada umumnya bila dua orang sedang
berdampingan jalan maka saat orang ketiga melalui jalan tersebut harus dapat
dilaluinya juga.
c) Keamanan, lingkungan bagi pedestrian harus memungkinkan mendapati rasa
aman dan terhindar dari hal – hal tak terduga dalam berlalu lintas.
d) Kontinuitas, pembuatan lajur khusus pejalan kaki atau trotoar harus
berkesinambungan dengan jelas dan tidak membuat pejalan kaki harus berjalan
keluar dari lajur yang telah disediakan, seperti harus berjalan keluar dari trotoar
yang dapat berdampak negatif bagi sesama pengguna jalan.
e) Ruang sosial, trotoar juga harus menjadi sarana penyedia untuk saling berinteraksi
antar manusia. Maksud dari ruang sosial adalah harus terdapat tempat untuk berdiri
ataupun duduk untuk bersosial dan trotoar harus dapat mengakomodasikan
kegiatan anak – anak secara aman.
f) Lanskap atau seni taman, trotoar harus deberikan tanaman ataupun pepohonan
untuk menciptakan iklim mikro yang baik dan memberikan kontribusi bagi
kenyamanan visual pejalan kaki serta psikologinya.
g) Kualitas lingkungan, trotoar juga harus memiliki kontribusi dalam pembentukan
karakter suatu lingkungan perumahan dan komersial, serta dapat menjadikan
identitas lingkungan tersebut. (Pratama, 2014)
2.6.6 Ketentuan Lebar Trotoar

Berdasarkan dari buku Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990


mengatakan lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Trotoar
yang telah ada sebelumnya harus ditinjau kembali kapasitasnya, keadaan, dan
penggunaannya apabila masih terdapat pejalan kaki yang menggunakan lajur kendaraan
lain. Trotoar disarankan untuk dapat melayani tingkat volume serendah – rendahnya 33 –
50 orang, tetapi bila keadaaan yang tidak memungkinkan maka dapat dirancang sampai
pada tingkat volume 66 – 82 orang. (Pratama, 2014)

2.6.7 Penghitungan Lebar Trotoar

Kebutuhan trotoar dapat dihitung dengan memperhatikan volume pejalan kaki


rencana. Volume pejalan kaki rencana merupakan volume rata – rata per menit pada
interval puncak. Penghitungan volume dilakukan berdasarkan survei pejalan kaki yang
bisa dilihat setiap interval ± 15 menit selama 6 jam paling sinuk dalam rentang satu hari
untuk dau arah. Rumus lebar trotoar dapat dihitung seperti,

V
𝑊= +𝑁
35

W = lebar trotoar (m)

V = volume pejalan kaki (orang/meter/menit)

N = lebar tanaman sesuai keadaan (m)

2.6.8 Penempatan Trotoar

Perencanaan dalam penempatan trotoar dengan melihat aspek sebagai berikut:

a) Ruas jalan yang dianggap perlu untuk dilengkapi dengan trotoar apabila
disepanjang jalan tersebut pejalan kaki berpotensi mengharus melalui lajur
kendaraan lain dan terdapat lahan untuk pejalan kaki tersebut. Penggunaan lahan
tersebut antara lain perumahan, perkantoran, sekolah, tempat pembelanjaan, pusat
kegiatan social, tempat industri, terminal, daerah universitas yang memiliki lahan
luas.
b) Secara harfiah trotoar bisa direncanakan pada ruas jalan dengan volume 300 orang
per 12 jam (06.00 – 18.00) dan volume lalu lintas besar dari 1000 kendaraan.
c) Trotoar secara umum ditempatkan pada bagian bahu jalan atau sisi luar dari jalan
lalu lintas. Pembuatan trotoar disarankan dibuat sejajar dengan jalan, tetepi bila
keadaan topografi yang tidak mendukung maka dapat dibuat dengan tidak sejajar.
d) Trotoar sebisa mungkin dapat ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase yang
telah ditutupi dengan olat beton yang sesuai standart.
e) Khusus pada tempat pemberhentian bus atau terminal diharuskan untuk sejajar
lajur bus, trotoar tersebut dapat ditempatkan didepan atau dibelakang halte.
(Pratama, 2014)
2.7 Perilaku Pejalan Kaki Terhadap Trotoar
2.7.1 Persepsi Masyarakat

Perssepsi masyarakat terbentuk dari adanya interaksi antar masyarakat sekitar


saat berjumpa. Hal – hal yang dapat mempengaruhi persepsi individu sehingga
membentuk persepsi masyarakat adalah objek yang diamati, disini objek yang diamati
secara seksama yaitu trotoar sebagaimana merupakan lajur pedestrian serta ruang gerak
masyarakat. Persepsi individu juga dapat dipengaruhi oleh status ekonomi sosialnya.
Syarat fungsional dari sistem sosial adalah penyesuaian system terhadap tuntutan
kondisi lingkungan dengan memperhatikan faktor non fisik atau fisk. (Fathoni, 2011)

Faktor yang mempengaruhi persepsi individu dalam menciptakan sebuah persepsi


masyarakat:

a) Factor pribadi yang ditentukan oleh pengalaman, tingkat kecerdasan,


kemampuan memngingat dan sebagainya.
b) Objek yang menjadi pengamatan berbeda pada setiap individu, berdasarkan
penerimaan rangsangan indera terhadap objek tersebut.
c) Kedalaman pengamatan terhadap objek yang diamati tersebut berdasarkan
pengidentifikasian melalui wujud objeknya.
2.7.2 Dampak Alih Fungsi Trotoar

Masalah pejalan kaki juga merupakan masalah utama dalam lalu lintas.
Kemacetan dan kecelakaan juga bisa disebaban oleh pejalan kaki, hal ini bisa terjadi
karena masalah beralih fungsinya trotoar sebagaimana merupakan jalur khusus pejalan
kaki, fasilitas pejalan kaki yang tidak bermanfaat dengan baik membuat penggunanya
untuk mencari peralihan alternatif jalan yang menjadikan pejalan kaki berjalan di
sepanjang jalan raya untuk kendaraan.

Jumlah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pejalan kaki diperkotaan
khususnya masih terhitung banyak. Hal yang sering terjadi adalah adanya perdebatan
antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda motor yang merasa haknya diambil alih.
Kemudian terjadi juga dengan adanya lapak dagang yang berada di trotoar. Masalah –
masalah ini yang menjadikan masalah besar kemacetan dijalan. (Fathoni, 2011)

2.7.3 Kenyamanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kenyamanan berarti keadaan


nyaman, kesegaran, kesejukan. Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary terdapat
dau kata yang menjadikan sebuah kata nyaman

a) Connivience berarti kualitas merasa cocok, kebebasandari masalah atau


kesusahan, sesuatu yang sesuai dengan tempat
b) Comfort berarti kondisi dimana kita bebas dari penderitaan atau kesakitan,
sesuatu yang memberi kebebasan, kondisi dimana fisik dan mental sehat

Kenyamanan merupakan nilai vital yang harus dinikmati oleh setiap manusiaketikan
beraktifitas. Suatu hubungan yang harmonis merupakan integralitas dalam keberagaman
melalui kebutuhan yang tersedia, sehingga kenyamanan merupakan kepuasan dari
aktifitas manusia yang terpenuhi dengan didorongnya dari factor eksternal.

Dalam penataan system sirkulasi antar ruang, nilai kenyamanan merupakan natal
vital yang termasuk diprioritaskan dalam pengerjaannya. Hubungan sirkulasi antar ruang
yang tidak komprehersif serta tanpa koordinasi yang menyeluruh dapat dapat membuat
sirkulasi antar ruang menjadi tidak nyaman bagi penggunanya atau akses yang tidak
terencana dengan baik.
Pada pola penataan kepentingan social seperti pembangunan akses jalan yang
timpang tindih atau tidak terancang dengan baik mengakibatkan terjadinya
ketidaknyamanan antar sirkulasi ruang, sehingga pencapaian dari suatu lokasi ke lokasi
yang lain menjadi terganggu atau tidak sempurna. Pola penataan yang tidak berjalan
dengan baik menciptakan terjadinya disfungsi kepentingan social atau masyarakat
umum.

Pada pembangunan infrasuktur tentu wajib mengedepankan kepentingan umum


sebagai tujuan utamanya, dalam pembangunan trotoar juga harus melihat kembali pada
tujuan utama yaitu kenyamanan bagi kepentingan masyarakat umum. Sebuah trotoar
harus dirancang dengan baik dan sesuai dengan standar pada umumnya, dan bila terjadi
hal yang membuat trotoar tidak dapat dibangun dengan aturan umunya maka harus
dibangun dengan menggunakan cara yang sesuai di duatu daerah tersebut sehingga
kenyamananpun tetap dapat menjadi tujuan dari pembangunan ruang infrastruktur.
(Fathoni, 2011)

2.8 Masalah Aspek Fisik Trotoar

Kondisi umum trotoar di kota – kota besar sekarang ini masih terbilang belum
memenuhi standar kelayakan dan kenyamanan. Pada kondisi ini menimbulkan kesan
fasilitas pejalan kaki seperti trotooar hanya dibuat sebagai formalitas. Dari hasil
pengamatan ditemui pula kendala yang mempersulit pejalan kaki sehingga pejalan kaki
berjalan bukan pada tempatnya dan memberikan dampak yang tidak nyaman. (Chaerul,
2010)

2.8.1 Penempatan Trotoar

Trotoar yang tidak memenuhi staandar atau yang sudah rusak didesain kembali
dengan yang memeuh syarat kenyamanan bagi pengguna jalan pada sepanjang jalan
yang akan ditempatkan trotoar. Penempatan trotoar dilokasi studi sudah memenuhi
standar dan ketentuan yang berlaku, yaitu trotoar berada pada sisi luar bahu jalan atau di
luar jalur lalu lintas, dan dibuat sejajar dengan jalan. (Chaerul, 2010)
2.8.2 Ruang Lingkup Trotoar

Masalah utama yang ditemui dalam aspek ini adalah terjadinya penyempitan
ruang gerak bagi pejalan kaki pada trotoar. Hal tersebut terutama di sebabkan oleh 2 hal
yaitu :

a) Penggunaan trotoar oleh fungsi-fungsi lain.


b) Penempatan perlengkapan trotoar yang berada di ruang gerak bebas pejalan
kaki.

Jika ditinjau dari tingkat kualitas lajur khusus pejalan kaki, kondisi tersebut
mengurangi kualitas trotoar dalam faktor keselamatan, kenyamanan, dan kenikmatan
saat berjalan. (Chaerul, 2010)

2.8.3 Permukaan Trotoar

Masalah yang ditemui dalam aspek ini adalah kerusakan pada lapisan permukaan
trotoar, yaitu permukaan yang bergelombang, pecah, penyusunan beton yang tidak
merata. Hal ini disebabkan beratnya beban yang diterima trotoar akibat tingginya
intensitas pengunaan trotoar oleh pejalan kaki selain itu terbukanya penutup saluran air
pembuangan dari jalan kendaraan bermotor. (Chaerul, 2010)

2.9 Trotoar yang tidak layak

Mayoritas trotoar yang dibangun di Jakarta tidak ramah bagi pejalan kaki, terutama
yang ada di sekitaran kampus Binus Kemanggisan. Troatoar di sekitaran Kemanggisan
sangat tidak ramah bagi penyandang disabilitas. Oleh karena itu perlu di rancang trotoar
yang ramah bagi lingkungan serta juga penyandang disabilitas. Seharysnya ujung trotoar
seharusnya dibuat dengan bidang miring (ram). Dengan begitu, penyandang disabilitas
juga bisa menggunakannya. Hal lainnya yang membuat trotoar tidak ramah bagi pejalan
kaki yakni karena alih fungsi trotoar menjadi tempat parkir atau PKL.

Dinas UMKM harus nya sudah mengatasi masalah PKL liar dan satpol PP bisa
menjaga kondisi trotoar steril dari parkir liar dan PKL. Karena masalah ini juga sebagian
masyarakat menjadi malas berjalan. Pejalan kaki terpaksa harus berjalan di jalan raya,
karena fasilitas mereka di ambil alih para pengendara motor, juru parkir, hingga pedagang
kaki lima yang justru menguasai trotoar. Padahal berjalan kaki mampu memberikan
penghematan yang cukup besar bagi setiap orang. Aktivitas tersebut tentu akan
memberikan penghematan, terutama dari sisi pengeluaran ongkos transportasi.

Jika menggunakan jasa ojek, perjalanan misal kampus anggrek menuju kampus
syahdan harus mengeluarkan kocek sekitar Rp 7 ribu, itu menjadi tidak efisien. Meski
berjalan kaki terbukti hemat, namun banyak alasan yang memicu masyarakat tidak mau
berjalan kaki. Misalnya kondisi trotoar yang tidak terawat serta maraknya pedagang dan
lahan parkir yang beraktivitas di atas trotoar.

Pentingnya penelitian pola aktivitas pejalan kaki pada trotoar di kawasan


Kemanggisan dikarenakan keberadaan pejalan kaki yang beraktivitas di trotoar dengan
keberagaman kepentingannya yang memunculkan suatu pola dari aktivitas para pejalan
kaki tersebut.

2.9.1 Rumusan masalah

Perumusan masalah ini melatarbelakangi adanya aktivitas pejalan kaki yang dapat
membentuk suatu pola di trotoar. Hal tersebut dikarenakan tujuan para pejalan kaki yang
berbeda beda dalam melakukan aktivitasnya di trotoar kawasan Kemanggisan. Aktivitas
pejalan kaki kawasan kemanggisan membutuhkan fasilitas untuk penunjang kenyamanan
pejalan kaki. Aktivitas PKL di trotoar menyebabkan terganggunya sirkulasi bagi pejalan
kaki, sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.

Tidak tertatanya aktivitas trotoar di kawasan kemanggisan, akibatnya


mempengaruhi kebutuhan dan sistem aktivitas para pejalan kaki. Dari beberapa
permasalahan di kawasan kemanggisan, pokok dari permasalahan yang terjadi pada
trotoar kawasan jalan anggrek-syahdan yaitu :

a) Adanya aktivitas PKL di trotoar kawasan jalan anggrek-syahdan yang dapat


menganggu kenyamanan bagi pejalan kaki.
b) Dan banyak juga yang memarkirkan kendaraan di trotoar maupun bahu jalan yang
dapat menimbulkan kemacetan
c) .Dan tentu saja sangat tidak ramah bagi disabilitas.
Dari perumusan masalah tersebut maka perlu diidentifikasi lebih lanjut terkait
aktivitas para pejalan kaki di trotoar kawasan Jalan Anggrek-Syahdan tersebut.
Permasalahan pada trotoar di kawasan kemanggisan juga mempengaruhi kebutuhan
trotoar sebagai sarana penunjang bagi para pejalan kaki.

2.10 Trotoar yang ideal

Trotoar ideal adalah tepi jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari pada jalan tersebut,
biasanya di gunakan untuk tempat orang berjalan kaki. Fungsi trotoar sendiri, sebagai jalur
untuk pejalan kaki dan juga untuk memperlancar lalu lintas jalan raya agar tidak terganggu
atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki.

Hal hal yang membuat rasa nyaman dan aman, trotoar harus di buat dengan baik.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi saat membuat trotoar.

Trotoar di bangun pada kawasan ramai pejalan kaki, seperti sekolah, pusat perkantoran,
pusat perbelanjaan, dan terminal bus.

a) Trotoar di tempatkan pada sisi luar bahu jalan. Dengan ketinggian sekitar 15 cm.
b) Lebar trotoar minimal 1.5 meter. Dilengkapi dengan ubin penyandang disabilitas
(guiding block) yang biasanya berwarna kuning. Selain itu ada fasilitas
penerangan, kursi serta tanaman.
c) Trotoar harus memiliki ruang bebas. Maksudnya area trotoar harus bebas dari
gangguan dan tidak ada penghalang, seperti pedagang yang berjualan atau
pengendara yang berlalu lalang.
d) Trotoar yang di bangun di atas saluran air atau drainase, biasanya mempunyai
lubang . Dan lubang itu, harus di lengkapi dengan penutup (manhole) supaya
pejalan kaki tetap merasa aman.
2.11 Metode pembuatan trotoar
2.11.1 Pedoman perencanaan

Jalur pejalan kaki dan fasilitas-fasilitasnya harus di rencanakan dan rancang menurut
pedoman atau aturan yang berlaku . Pedoman di tetapkan oleh Departemen Pengerjaaan
Umum (1999) mengenai perencanaan jalur pejalan kaki adalah :
a) Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuan nya ingin menggunakan
lintasan nya sedekat mungkin dengan nyaman,lancar,dan aman dari gangguan.
b) Adanya kontinuitas jalur pejalan kaki yang menghubungkan antara tempat asal ke
tempat tujuan, dan begitu juga sebaliknya.
c) Jalur pejalan kaki harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya seperti: rambu-
rambu, penerangan, marka, dan perlengkapan jalan lainnya, sehingga
a. pejalan kaki lebih mendapat kepastian dalam berjalan, terutama bagi
pejalan kaki penyandang cacat.
d) Fasilitas pejalan kaki tidak dikaitkan dengan fungsi
a. Jalan.
e) Jalur pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa sehingga apabila
hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air, serta disarankan untuk
dilengkapi dengan peneduh.
f) Untuk menjaga keselamatan dan keleluasaan pejalan kaki sebaiknya dipisahkan
secara fisik dari jalur lalu lintas kendaraan.
g) Pertemuan antara jenis jalur pejalan kaki yang
a. menjadi satu kesatuan harus dibuat sedemikian rupa
b. sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.
2.11.2 Atribut Trotoar

Pembangunan fasilitas pejalan kaki yang dapat digunakan secara maksimal harus
dipersiapkan sejak dari awal perencanaan. Perencanaan itu sendiri memerlukan data yang
merupakan parameter pejalan kaki, parameter moda transportasi yang terkait serta
parameter sarana dan prasarana pendukung.

Trotoar adalah zona yang berada diantara garispemisah pada jalur lalu lintas dan
berbatasan langsung dengan lahan atau bangunan, dibuat dan dimaksudkan untuk
kepentingan pejalan kaki atau kepemilikan pribadi yang paralel dan dekat dengan jalan
raya.
Atribut bagi trotoar yang baik adalah:

a) Aksesibilitas, trotoar harus dapat diakses dengan mudah oleh semua pengguna,
baik yang sehat fisik maupun penyandang cacat.
b) Lebar yang cukup, pada beberapa tempat, dua orang yang berjalan berdampingan
harus dapat dilalui olehorang ketiga yang sedang berjalan, dan perbedaan
kecepatan berjalan mungkin saja dapat terjadi.
c) Keamanan, lingkungan harus memungkinkan pedestrian untuk merasakan
keamanan dan terhindar dari hal-hal yang tak dapat diduga. Pengguna trotoar harus
merasa tidak terancam dengan lalu lintas yangbersebelahan dengannya.
d) Kontinuitas, kesinambungan jalur pejalan kaki di sepanjang trotoar harus jelas dan
tidak membuat mereka terpaksa berjalan keluar jalurnya.
e) Lansekap, pepohonan dan tanaman di sepanjang trotoar harus dapat menciptakan
iklim mikro yang diinginkan dan harus memberikan kontribusi bagi kenyamanan
psikologi dan visual pejalan kaki.
f) Ruang sosial, trotoar harus menyediakan tempat bagi manusia untuk berinteraksi.
Harus ada tempat untuk berdiri, melakukan kontak sosial, dan duduk. Trotoar
harus mampu mengakomodasi ruang bagi anak-anak untuk dapat melakukan
kegiatannya secara aman.
g) Kualitas lingkungan, harus dapat memberikan kontribusi bagi pembentukan
karakter suatu lingkungan perumahan dan komersial, dan memperkuat identitas
lingkungan tersebut.
2.12 Syarat-syarat pembuatan trotoar
2.12.1 Penempatan
a) Trorotoar di baangun di kawasan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan
kaki seperti, perumahan, sekolahan, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan dll.
b) Trotoar di tempatkan pada sisi luar bahu jalan. Namun jika keadaan topografi tidak
memungkinkan di buat tidak sejajar.
c) Trotoar sedapat mungkin di tempatkan di sisi dalam saluran drainase terbuka atau
di atas saluran drainase yang tertutup.
2.11.2 Memiliki dimensi yang tepat

Trotoar harus memiliki ruang bebas yaitu area dimana tidak ada gangguan atau
benda yang menghalangi. Tinggi bebas minimal 2.5 meter: kedalaman bebas minimal 1
meter dan kebebasan samping minimal 0.3 meter.

Berikut ini adalah ukuran trotoar pada umumnya:

a) Permuhan lebar mininum 1.5 m


b) Perkantoran lebar minumum 2.0 m
c) Industri lebar minimum 2.0 m
d) Sekolah lebar minimum 2.0 m
e) Terminal lebar minimum 2.0 m
f) Pertokoan lebar minimum 2.0 m
g) Jembatan / terowongan minimum 1.0 m
2.12 Model Trotoar Yang Tidak Layak
2.12.1 Beberapa Contoh Gambar Trotoar Yang Rusak:

(a)

(b)
(c)

(d)

Gambar 2.12.1 Contoh trotoar yang mulai rusak (Sumber: (a) economy.okezone.com, (b)
beritajakarta.id, (c) jabar.tribunnews.com, (d) komunitasaleut.com)

2.12.2 Beberapa Contoh Trotoar Yang Beralih Fungsi

(a)

(b)
(c)

Gambar 2.12.2 Contoh trotoar yang beralih fungsi (Sumber: (a) Tempo.co, (b)
radiobandung.com, (c) tribunnews.com)

2.13 Model Trotoar Yang Layak

(a)

(b)

Gambar 2.13 Contoh trotoar yang layak (Sumber: (a) tribunnews.com,


(b) finance.detik.com)
2.14 Zebra Cross
2.14.1 Pengertian

Zebra Cross adalah fasilitas penyeberang jalan yang membentang dari jalan satu
ke jalan yang akan diseberangi dengan diberi garis berwarna hitam putih seprti warna kulit
zebra. (Eliza, 2015)

2.14.2 Ketentuan Pemasangan Zebra Cross

Zebra cross yang nyaman dan berkeselamatan ialah dapat menciptakan mobilitas pejalan
kaki yang berkelanjutan, dengan cara memprioritaskan penyeberang jalan.

a) Zebra cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas
dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.
b) Lokasi zebra cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan yang
diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam batas yang aman.
2.14.3 Penyebab Penyeberang Jalan Kurang Nyaman
a) Arus lalu lintas yang padat
b) Kecepatan kendaraan yang relative tinggi
c) Jalur pejalan kaki (trotoar dan zebra cross) yang tidak nyaman
d) Jalur pejalan kaki dengan konektivitas yang kurang baik
2.15 Kewajiban Pejalan Kaki Dalam Berlalu Lintas
Dalam Pasal 131 Ayat (1) Undang-undangLalu Lintas Angkutan Jalan no 22 tahun
2009 berbunyi: Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa
trotoar, tempat penyeberangan dan fasilitas lain. (2) Pejalan kaki berhak mendapatkan
prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat penyeberangan. (3) Dalam hal belum
tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pejalan kaki berhak menyeberang
di tempat yang dipilih dengan memperhatikan keselamatan dirinya.
Pasal 132. Ayat (1) Pejalan kaki wajib: (a). Menggunakan bagian jalan yang
diperuntukkan bagi pejalan kaki atau jalan yang paling tepi; atau (b). Menyeberang di
tempat yang telah ditentukan. (2) Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang
ditentukan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf b). Pejalan kaki wajib
memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu-lintas. (3) Pejalan kaki penyandang cacat
harus mengenakan tanda khusus yang jelas dan mudah dikenali pengguna jalan lain.
2.16 Contoh Zebra Cross Yang Tidak Layak

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.16 Contoh zebra cross tidak layak (Sumber: (a) tribunnews.com, (b)
kaltaru.protokol.co, (c) talisanoor.blogspot.com)
2.17 Contoh Zebra Cross Yang Layak

(a)

(b)

Gambar 2.17 Contoh zebra cross yang layak (Sumber: (a) www.pikbee.me, (b)
kumparan.com)
BAB III
GAGASAN
Kelompok kami memiliki sebuah konsep unutk merevitalisasi trotoar yang berada
pada sepanjang jalan Binus khususnya Binus Syahdan. Dalam gagasan kami ini kami telah
melakukan survei terhadap trotoar yang berada di daerah Binus Syahdan, mencari
literature yang akan mendukung revitalisasi trotoar, dan mendesain trotoar yang nantinya
akan diproses revitalisasi.

Trotoar yang akan kami desain memiliki dimensi sebagai berikut:

1. Lebar Trotoar : 1,5 meter


2. Panjang Trotoar : ± 200-300 meter
3. Elevasi Trotoar : 0,20 meter

Dalam desain yang akan kelompok kami berikan untuk terwujudnya revitalisasi
bukan hanya sekedar bentuk trotoar polos saja, tetapi kami membuat khusus dengan
menyesuaikan lokasi jalan yang tidak lebar, menambahkan tiang dengan disambung tali
pengikat yang terbuat dari kawat dengan dibungkus kabel untuk menutupi bagian tepi
trotoar, tetap menjaga penghijauan dengan menambahkan pot tanaman yang menjadikan
tetap adanya perhatian terhadap lingkungan.

Selain dengan memberi desain trotoar yang layak, kelompook kami juga
mengamati bahwa di daerah tersebut tidak ditemukan akses penyebrangan jalan, maka
dari itu kita juga menambahkan zebra cross sebagai penunjang revitalisasi trotoar yang
lebih baik dan lebih memperhatikan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dalam
berlalu lintas.
3.1 Desain Konsep Trotoar
3.1.1 Tampak Secara Keseluruhan

3.1.2 Bagian Zebra Cross 1


3.1.3 Bagian Zebra Cross 2

3.1.4 Bagian Zebra Cross 3


3.1.5 Tampak Dari Atas

3.1.6 Tampak Dari Depan

3.1.7 Tampak Dari Kanan


3.2 Desain Pelengkap Trotoar
3.2.1 Detail Secara Keseluruhan

3.2.2 Detail Selokan


3.2.3 Detail Zebra Cross Dan Tanaman

3.2.4 Detail Pembatas


DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan
mudah menemukan sumber yang disebutkan. Format perujukan pustaka mengikuti
Harvard style.

 Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress


syndrome. NewEngland J Med 337(6): 435-439.
 Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into
rench rural communities. J Rural Studies 10(2):197–210.
 Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT
(ed.), SecondHomes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210–237.
 Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London:
Yale Univ Press.
 Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ Press.
 Pratama, Novalino. 2014. “Studi Perencanaan Trotoar Di Dalam Lingkungan
Kampus Universitas Sriwijaya Inderalaya”. Jurusan Teknik Sipil. Universitas
Sriwijaya Inderalaya. Sumatera Selatan. Accessed 22 Oct, 2018.
https://media.neliti.com/media/publications/211825-studi-perencanaan-trotoar-
di-dalam-
lingk.pdf&ved=2ahUKEwjRu97UgpjeAhULT48KHXuBAqsQFjABegQICBAB
&usg=AOvVaw0nyJLBh80v3HMajhU0v5yb

 Andrew. 2018. "Scientific Definition of a Laser". Accessed 22 Oct, 2018.


https://www.thoughtco.com/laser-2699246

 Griot, Melles. 2005. "Introduction to Laser Technology". Accessed 22 Oct, 2018.


http://www.bgu.ac.il/~glevi/website/Guides/Lasers.pdf

 Mudassar, Asloob. 2015. "Laser Physics". Institute of Engineering and Applied


Science: Pakistan. Accessed 22 Oct, 2018.
https://www.researchgate.net/publication/281235580_Laser_Physics

Anda mungkin juga menyukai