Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

“PENYALAHGUNAAN FUNGSI TROTOAR TERHADAP KEAMANAN DAN

KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI TROTOAR JALAN H. AGUS SALIM

GOWA”

SYAMSUL MAARIF / 1721041023

MUH SAPRI / 1721041013

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………...1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..5
C. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………….......5
D. MANFAAT PENELITIAN……………………………………...……………5
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………...6
A. KAJIAN TEORI………………………………………………………………6
B. KAJIAN YANG RELEVAN………………………………………………...14
C. KERANGKA PIKIR…………………………………………...……………16
D. HIPOTESIS TINDAKAN ………………………………………………….17
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………18
A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ………………………………………18
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN…………………………………...18
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ………………………………..19
D. VARIABEL PENELITIAN………………………………………………….20
E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL …………………………………..21
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ………………………………………..22
G. TEKNIK ANALISIS DATA ………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..25
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berjalan kaki mengacu pada kegiatan seseorang yang berjalan di jalur

pedestrian atau jalur mobilitas apapun yang telah dirancang sedemikian rupa dimana

kecepatan dari pengguna jalan tidak melampaui kecepatan 10 Km/jam. Penyediaan

fasilitas pejalan kaki dapat memenuhi aspek berupa kebutuhan psikologis, fisiologis

dan sosial pengguna jalur pedestrian dengan berjalan kaki (Rastogi, Chandra, &

Mohan dalam Rahimi, 2019)

Berjalan kaki merupakan sebuah media transportasi bebas polusi dan

terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Keberadaan pejalan kaki pada suatu

tingkatan tertentu bisa mengakibatkan masalah dengan arus kendaraan yang bisa

menimbulkan masalah lalu lintas dan bahkan bisa mengakibatkan kecelakaan.

Kurangnya fasilitas pedestrian yang memedai seperti fasilitas untuk berjalan dan

menyeberang sangat berdampak pada keselamatan para pejalan kaki. Terbukti bahwa

65% kecelakaan di jalan raya melibatkan pejalan kaki, dimana 35% adalah anak –

anak (Rahman dalam(Limpong, Sendow, & Jansen, 2015)). Perencanaan keamanan

antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor harus direncanakan dengan baik

dengan menyediakan fasilitas bagi pedestri yaitu jalur trotoar jalan, dimana trotoar

1
2

harus dibuat terpisah dengan jalur lalu lintas kendaraan oleh pembatas berupa kereb.

(Sitanggang, As, & Kadarini, 2018)

Berjalan kaki sangat penting dan merupakan mode transportasi umum

masyarakat dunia. Pada umumnya masyarakat berjalan kaki untuk pulang pergi

bekerja, mencari nafkah untuk memenuhi dan mempertahankan hidup, melakukan

kegiatan sosial. Orang biasanya berjalan melalui jalur pedestrian misalnya trotoar

yang terpisah dari badan jalan guna mencapai tujuan perjalanan(Abdulsamad,

Mohammed, & Abdullah, 2019)

Trotoar merupakan salah satu rekayasa jalan raya dengan tujuan untuk

menertibkan antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Trotoar harus disediakan

pada bagian jalan raya. Standar pembuatan trotoar yaitu ketika jumlah minimal

pejalan kaki yang melintas 300 orang /12 jam dan jumlah minimal kendaraan yang

melintas 1000/12 jam. Sebagaimana fungsi dari trotoar adalah jalur khusus bagi

pejalan kaki, maka dapat dikatakan bahwa trotoar merupakan jalur lalu lintas yang

hanya berhak digunakan oleh pejalan kaki. Trotoar yang digunakan sebagaimana

fungsinya menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi keamanan pejalan kaki.

Banyak pengendara sepeda motor berkendara dengan kecepatan diatas rata – rata. Hal

ini sangat membahayakan keamanan para pejalan kaki. Hal ini biasanya terjadi

disebabkan oleh adanya penyalahgunaan fungsi trotoar seperti pedagang kaki lima,

tempat bangunan non permanen seperti kios, gerai dan sebagainya sehingga trotoar

tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh pejalan kaki dan terpaksa harus berjalan

di bahu jalan jalur kendaraan bermotor.(Sitanggang et al., 2018)


3

Sejatinya trotoar di buat dengan tujuan untuk menjamin keamanan dan

kenyamanan bagi penggunanya saat harus berjalan berdampingan dengan berbagai

jenis kendaraan di jalan raya. Namun, masyarakat hingga saat ini kurang memiliki

kesadaran untuk tertib di trotoar dan menimbulkan banyaknya penyalahgunaan fungsi

trotoar yang membuat kerugian bagi pejalan kaki. Hal tersebut dikarenakan rasa acuh

masyarakat dan kurangnya informasi mengenai penggunaan fungsi trotoar bahwa

ketika melakukan pelanggaran akan dikenai hukuman sesuai undang-undang dan

peraturan yang berlaku.(Rahmah & Sembada, 2018)

.Perencanaan trotoar pastinya akan selalu bersebelahan dengan jalan. Hal ini

menjadikan trotoar tempat yang strategis dan mudah dicapai sehingga banyak orang

mengalihfungsikan trotoar ini. Pemanfaatan trotoar tidak hanya untuk pejalan kaki

saja. Namun, terdapat beberapa pemanfaatan yang cenderung meyalahgunakan fungsi

trotoar. Pemanfaatan teresebut diantaranya : trotoar digunakan sebagai lahan

perdagangan oelh Pedagang Kaki Lima (PKL), trotoar digunakan untuk

mengembangkan tempat usaha dan bahkan trotoar biasa digunakan sebagai area

parkir liar baik kendaraan roda empat maupun roda dua. (Istiningsih &

Poerwodihardjo, 2019)

Seiring dengan berjalannya waktu, fakta menunjukkan bahwa kondisi trotoar

saat ini sudah tidak berjalan sebagaimana fungsinya. Trotoar tidak hanya digunakan

oleh pejalan kaki, melainkan banyak pihak yang memanfaat trotoar untuk dijadikan

lahan parkir dan area pedagang kaki lima (PKL). Aktivitas seperti ini tidak hanya

merugikan para pengguna trotoar saja, melainkan menimbulkan permasalahan baru


4

seperti kemacetan akibat terganggunya mobilitas kendaraan dengan aktivitas yang

tidak sesuai pada tempatnya. Aktivitas seperti ini cenderung seperti halnya dilegalkan

dengan adanya pungutan retribusi,walaupun tidak semua tempat. Banyak pula trotoar

yang sudah tidak berjalan dengan lancer akibat adanya pohon besar, tiang listrik,

tiang lampu, halte, taman, dan sebagainya, serta beragam aktivitas instansi yang

berjalan sendiri –sendiri dan mengganggu kenymanan pengguna jalan(Sitanggang et

al., 2018)

Selain itu, dikarenakan trotoar ini lokasi yang sangat strategis yang telah

ditinjau dari berbagai macam aspek, trotoar ini biasanya digunakan orang untuk

membuka usaha seperti halnya tukang tambal ban, pedagang bakso, trotoar digunakan

pula sebagai area parkir pedagang untuk pelanggannya, serta digunakan pula untuk

perluasan usaha atau tempat mempromosikan barang dagangan dari toko yang berada

di pinggir trotoar.(Istiningsih & Poerwodihardjo, 2019)

Salah satu daerah atau ruas jalan yang mana trotoarnya banyak terjadi

penyalahgunaan fungsi yaitu di Jalan H. Agus Salim Kota Sungguminasa Kabupaten

Gowa. Penyalahgunaan fungsi trotoar di wilayah tersebut berupa banyaknya kios –

kios para Pedagang Kaki Lima ( PKL) yang mengambil lahan dagang di badan trotoar

serta seringkali pula parkir liar. Dari permasalahn tersebut, penulis melakukan

penelitian mengenai hal tersebut.


5

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu “

bagaiamana pengaruh penyalahgunaan fungsi trotoar terhadap keamanan kenyamanan

pejalan kaki di trotoar jalan H. Agus Salim kota Sungguminasa Kabupaten Gowa. ?“

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyalahgunaan fungsi

trotoar terhadap keamanan kenyamanan pejalan kaki di trotoar jalan H. Agus Salim

kota Sungguminasa Kabupaten Gowa

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, serta sebagai

referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema atau metode

yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsionalitas dari trotoar

b. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai fungsi trotoar serta aspek – aspek

yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pejalan kaki di jalur trotoar


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. PEJALAN KAKI DAN JENISNYA

Pejalan kaki merupakan orang yang melakukan perjalanan dari suatu

tempat / asal tanpa kendaraan, untuk menjangkau tujuan atau tempat atau

dengan maksud lain. Jalan merupakan bagian diatas bumi yang memudahkan

manusia dalam tujuan berjalan, maka dalam hal ini pedestrian memiliki arti

pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai asal

ke tempat lain sebagai tujuan dengan berjalan kaki (Rubenstein dalam

Nugroho, 2018)

Menurut Rubenstain dalam (Frans, Tondobala, & Waani, 2016) ada

empat jenis pejalan kaki, yaitu : :

a. Pejalan kaki penuh,

Pejalan kaki penuh merupakan orang yang menggunkan moda utama berupa

berjalan kaki. Berjalan kaki sepenuhnya digunakan untuk mobilitas dari tempat

asal sampai tujuan dikarenakan jaraknya yang dekat.

6
7

b. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum,

Pejalan kaki pemakai kendaraan umum yaitu mereka yang berjalan kaki sebagai

moda perantara dari tempat asal ke tempat kendaraan umum, ketika terjadi

perpindahan rute kendaraan umum atau dari pemberhentian kendaraan umum ke

tujuan akhir.

c. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi dan kendaraan umum,

yaitu mereka yang menggunakan moda jalan kaki sebagai moda prantara dari

tempat parkir kendaraan pribadi ke pemberhentian kendaraan umum dan ke tempat

tujuan akhir.

d. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi penuh,

mereka menggunakan moda jalan kaki sebagai moda antara tempat parkir

kendaraan pribadi ke tujuan akhir yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

2. DEFINISI TROTOAR

Trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang berada di pinggir jalan, diberi

lapisan permukaan, diberi elevasi yang lebih tinggi dari badan jalan.. Sebuah ruas

jalan perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut terdapat

penggunaan lokasi yang memiliki potensi menimbulkan pejalan kaki dan biasanya

diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas seperti Perumahan, Sekolah, Pusat

perbelanjaan, Terminal bis, Pusat perkantoran, Pusat – pusat hiburan, Pusat – pusat

kegiatan sosial, Daerah – daerah industri.(Dirjen Bina Marga, 1990)


8

Trotoar merupakan area atau tempat berjalan kaki yang berada bersebelahan

dengan jalan raya. Diantara trotoar dan jalan raya biasanya dibuat kereb sebagai

pemisah keduanya. Pemisah tersebut dibuat dengan tujuan untuk keamanan pejalan

kaki agar pengguna jalan raya tidak memasuki area yang bisa membahayakan para

pejalan kaki(Nugroho, 2018).

3. FUNGSI TROTOAR

Fungsi utama dari trotoar adalah memberikan pelayanan yang optimal kepada

pengguna jalur pedestrian baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Trotoar

juga berfungsi untuk meningkatkan kelancaran lalulintas (kendaraan), karena tidak

adanya gangguan atau pengaruh oleh lalulintas pejalan kaki. Terutama daerah

perkotaan (urban), ruang dibawah trotoar dapat digunakan sebagai ruang untuk

pembuatan saluran dan komponen pelengkap jalan lainnya(Limpong et al., 2015)

Fungsi utama dari trotoar yaitu memudahkan mobilitas pejalan kaki, dan

untuk memastikan keselamatan pejalan kaki dari pengguna kendaraan bermotor di

jalan raya. (Loukaaitou dalam Dalia & Moneim, 2016). Trotoar menjadi media bagi

pejalan kaki untuk melakukan perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lain. Fungsi utama

trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat

meningkatkan kelancaraan, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Selain

itu, trotoar juga berfungsi memberikan kelancaran lalu lintas jalan raya karena tidak

adanya gangguan atau pengaruh dari jalur lalu lintas pejalan kaki(Kurniawan, 2019)
9

4. KEAMANAN DAN KENYAMAN PEJALAN KAKI

Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utumo dalam(Sitanggang et al., 2018)

Kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan pemakaian ruang

secara harmonis dan sesuai dengan ketentuan, baik menggunakan ruang itu sendiri

maupun dengan aspek lain seperti bentuk, warna, tekstur, tanda, symbol, suara dan

bunyi seta intensitas warna dan cahaya dan sebagainya.

a. Faktor Keamanan Pejalan Kaki


Menurut Hakim dalam (Nugroho, 2018) Keamanan merupakan salah satu

aspek yang sangat penting dikarenakan ketika tidak terasa kenyamanan itu sendiri

maka dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan.

Keamanan tidak hanya dibatasi oleh tindakan kejahatan (kriminal) namun

diperhatikan pula aspek seperti kekuatan konstruksi, bentung ruang dan

fungsionalitas.

Menurut Unterman dalam (Frans et al., 2016) aspek keamanan

merupakan aspek yang paling utama pada jalur pedestrian sehingga peajalan kaki

merasa aman dengan adanya ikon trotoar yang dalam hal ini dapat melindungi

pejalan kaki dari berbagai macam permaslahan yang bisa terjadi pada jalur

pedestrian.

Untuk keamanan trotoar sendiri, trotoar harus dibuat terpisah dari jalur

jalan raya. Selain itu, pemanfaatan trotoar sesuai dengan fungsinya akan sngat

bermanfaat bagi dan juga hal yang penting bagi pejalan kaki. Penyalahgunaan

fungsi trotoar menjadi lahan perdagangan PKL dan area parkir liar sangat
10

mengganggu dan membahayakan aktivitas pejalan kaki dikarenakan tidak

dimanfaatkan sesauai dengan fungsinya, sehingga banyak pejalan kaki yang

dengan terpaksa melakukan perjalanan di bahu (Nugroho, 2018)

b. Faktor Kenyamanan Pejalan Kaki


Menurut Shirvani dalam (Frans et al., 2016)kriteria perancangan ruang

untuk pejalan kaki yang baik adalah ruang pejalan kaki yang memenuhi tuntutan

kenyamanan pejalan kaki. Kenyamanan adalah kondisi dimana pejalan kaki harus

memiliki jalur yang mudah untuk dilalui terkait pula dengan kapasitas dan

kesesakan ruang pejalan kaki. Jalur yang mudah dan tidak sesak ini berarti juga

memiliki lebar yang ideal untuk dapat di lalui oleh pejalan kaki.

Hakim dan Utomo dalam (Nugroho, 2018) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan yaitu

1. Sirkulasi

Jalan merupakan prasarana lalu lintas dan ruang transisi, selain itu juga tidak

menutup kemungkinanan menjadi tempat beraktivitas yang digunakan untuk

berinteraksi atau kontak sosial, wadah kegiatan, rekreasi atau bahkan kegiatan

yang menjadi tempat mata pencaharian masyarakat. Untuk itu, diperlukan

penataan ruang yang fungsionalis agar tercipta kelancaran masing – masing

aktivitas sirkulasi

2. Iklim atau Kekuatan Alam

Salah satu kendala dan masalah terhadap kenyaman pejalan kaki yaitu faktor

cuaca dan iklim, misalnya curah hujan. Faktor ini tidak jarang mengganggu
11

aktifitas pejalan kaki.. Oleh karena itu, perlu disdiakan tempat berteduh kerika

terjadi hujan seperti halnya gazebo dan shelter. Selain curah hujan, juga yang

perlu diperhatikan yaitu perlindungan dari radiasi sinar matahari.

3. Kebisingan

Suara kendaraan bermoto tentunya akan meningkatkan kebisingan . Suara

bising kendaran bermoro yang lalu lalang juga merupakan pemasalahan vital

yang dapat mengganggu kenyamanan pejalan kaki. Oleh sebab itu, perlu

dilakukan penanaman pohon dan tanaman guna meminimalissir tingkat

kebisingan yang terjadi. Pohon yang dutanam pun harus dengan pola dan

ketebalan yang rapat serta tesusun dan teratur sebagai barier kebisingan.

4. Aroma dan bau bau

Aroma atau bau – bauan yang tidak sedap bisa terjadi kdikarenakan beberapa

sebab seperti bau yang keluar dari asap kanlpot kendaraan bermotor, bak – bak

sampah yang kurang terurus di pinggir trotoar bahkan limbah –limbah

pedagang kaki lima (PKL) yang berada pada drainase jalan. Selain itu, kadang

terdapat area pembuangan sampah yang tak jauh dari trotora yang akan sangat

mengganggu dan tercium oleh para pejalan kaki.

5. Bentuk

Bentuk landscape furniture harus disesuaiakn dengan persyaratan dan ukuran

standar manusia agar skala yang terbntuk mempunyai rasa. Seringkali

ditemukan adanya trotoar yang telah disedian tidak memiliki pembatas dengan

jalan raya. Tidak adanya pembatas (kereb) menyebabkan jalur trotoar bisa
12

dimanfaatkan dan disalhgunakan fungsinya sebagai parkir liar, dan sirkulasi

kendaraan bermotor.

6. Kebersihan

Kebersihan trotoar akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pejlan kaki.

Untuk memenuhi dan menjaga kebersihan trotoar maka akan dibuat dan

disediakan bak – bak penyimpanan sampah sebagai elemen lansekap sehingga

saluran drainase jalan terkonsep dengan baik.

7. Keindahan

Keindahan mencakup persoalan kepuasan batin dan panca indera manusia.

Untuk memenuhi kenyamanan pejalan kaki yang optimal maka keindahan harus

dirancang dengan meperhatikan dari berbagai aspek, baik itu aspek bentuk,

warna, elemen perkerasan , komposisi susunan tanaman, seta diperhatikan juga

faktor-faktor pendukung sirkulasi kegiatan manusia.

5. PEDAGANG KAKI LIMA

Istilah Pedagang kaki lima (PKL) bersumber dari jumlah kaki gerobak

pedagang ditambahn dengan jumlah kaki dari pedagangnya sendiri. Sehingga

jumlahnya sebnayak lima kaki. Maka dari hal tersebut disebutlah pedagang kaki lima

( Permadi dalam Bastiana, Agustang, Jumadi, & Najamuddin, 2019)

Pada saat ini istilah pedagang kaki lima (PKL) tidak hanya ditujukan kepada

para pedagang yang berjualan diatas trotoar yang berukuran 5 kaki , namun telah

meluas maknanya yaitu untuk menggambarkan pedagang yang berjualan secara


13

informal. Aktivitas PKL saat ini tidak hanya dilakukan diatas trotoar dan bahu jalan

saja tetapi meluas hingga ke rumah publik yang mempunyai ruang kosong yang bisa

dimanfaatkan sebagai area berdagang, bahkan banyak pedagang yang menjual

dagangannya dari rumah ke rumah melalui jalan dan lorong kecil di perkotaan (Susilo

dalam Bastiana et al., 2019)

Menurut (Bastiana et al., 2019) Pedagang Kaki Lima (PKL) mempunyai cirri

khas dan karaktersitik tersendiri dibandingkan dengan pedagang lain, yaitu

a. Pedagang kaki lima (PKL) pada umumnya memiliki jumlah modal kecil dan

usaha mereka tidak menetap , berdagang di emperan/depan toko, trotoar, di

pinggiran jalan, di atas got, di taman, bantaran kali dan di areal parkiran dan

tempat keramaian

b. Jam berdagang tidak menentu , ada pagi, ada siang, sore dan malam hari bahkan

ada yang dari pagi sampai sore hari dengan berbagai jenis barang dagangan

c. Jenis dagangan beraneka ragam, ada jajanan (makanan proses), ikan hias ,

tanaman hias pakaian jadi, sepatu, tas, kerajinan, buah-buahan dan lain-lain.

d. Tempatnya dalam bentuk bangunan ada yang tertutup, terbuka, menggunakan

payung, gelaran, gerobak, pikulan, meja dan sebagainya, konstruksi bangunan

darurat, semi permanen dan tanpa bangunan.

e. Pada umumnya pedagang kaki lima menimbulkan masalah bagi lingkungan,


kebersihan dam sosial
14

B. KAJIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulius Sitanggang, 2018 yang berjudul

“Pengaruh Pedagang Kaki Lima Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki dalam

Pemanfaatan Trotoar (Studi Kasus Jalan Jendral Urip Pontianak) “ . Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak fasilitas dari jalur pedestrian

yang kurang mendukung.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gery T. Ontorael (2017) yang berjudul

“Penyalahgunaan Trotoar Menjadi Lahan Parkir Kendaraan Roda Dua Menurut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan “. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya untuk memberantas

parkir liar dan pedagang kaki lima di jalur trotoar yaitu dengan adanya peraturan

undang – undang untuk meminimalisir tindakan tersebut serta sebagai upaya agar

efektivitas dan fungsional trotoar tetap berjalan sebagaimana mestinya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiono, M, & Arifin, 2016) yang berjudul

“Tingkat Pelayanan (Los) Trotoar Pada Ruas Jalan Utama Kota Surabaya (Kasus

Jalan Wonokromo, Jalan Raya Darmo, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Urip

Sumohardjo, Jalan Embong Malang, dan Jalan Tunjungan)” menunjukkan bahwa

fasilitas dan pelayanan jalur pedestrian terkhusus trotoar di ruas jalan utama kota

Surabaya sudah memadai.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretta & Erlinda, 2018 yang berjudul

“Kajian Kinerja Fasilitas Trotoar Berdasarkan Persepsi di Kawasan Jalan

Panembahan Senopati Yogyakarta“ Hasilnya menunjukkan keberadaan


15

pedagang kaki lima yang mempersempit dan menghambat pejalan kaki

melakukan aktivitas berjalan kaki, kemudahan pejalan kaki saat menyeberang

jalan masih merasa kesulitan untuk menyeberang jalan

5. Penelitian yang dilakukan oleh (Frans et al., 2016) yang berjudul “Persepsi

Pejalan Kaki Terhadap Keamanan dan Kenyamanan Jalur Trotoar di Pusat Kota

Amurang” menunjukkan bahwa kondisi trotoar menurut pejalan kaki kurang

memenuhi syarat untuk keamanan dan kenyaman untuk jalur pedestrian.

6. Penelitian yang dilakukan oleh (Istiningsih & Poerwodihardjo, 2019) yang

berjuduk “Kajian Pemanfaatan Trotoar di Kota Purwokerto Kabupaten

Banyumas” menunjukkan bahwa trotoar sudah digunakan oleh masyarakat

purwokerto sebagai akses dan mobilisasi, namun ada pula alih fungsi trotoar

yang dijadikan sebagai parkir liar dan sebagainya.

Yang menjadi pembeda pada penelitian yang dilaksanakan ini yaitu walaupun

membahas jalur trotoar atau pedestrian di jalan arteri serta pada kawasan dan wilayah

yang menimbulkan keramaian, namun fokus penelitian ini yaitu mengevaluasi apakah

trotoar ini menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi pejalan berdasarkan persepsi

pejalan kaki yang melintas akibat adanya aktivitas penyalahgunaan fungsi trotoar

berupa Pedagang Kaki Lima (PKL). Metode penelitian ini juga menggunakan

kuantitatif. Yang membedakan yaitu pada lokasi penelitian yang berada pada trotoar

di trotoar Jalan H. Agus Salim, Sungguminasa, Gowa.


16

C. KERANGKA PIKIR

Penyalahgunaan fungsi trotoar merupakan hal ynag sudah tidak asing lagi di

Indonesia bahkan di seluruh dunia. Salah satu penyalahgunaan fungsi yang paling

umum ialah adanya pedagang kaki lima diatas trotoar. Penyalahgunaan fungsi ini

mengganggu aktivitas pejalan kaki. Pejalan kaki bisa saja berjalan di bahu jalan

akibat adanya Pedagang Kaki Lima. Hal ini bisa mengganggu kenyamanan dan

keamanan pejalan kaki. Pejalan kaki yang tertahan lajunya akibat PKL ini cenderung

akan berjalan di bahu jalan. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan bagi pejalan kaki

yang dapat diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang melintas di ruas jalan.

Gambar C.1 Kerangka Pikir

Pejalan Kaki Keamanan dan kenyamanan


pejalan kaki terganggu

Penyalahgunaan
fungsi trotoar
Perspektif pejalan kaki
terhadap penyalahgunaan
fungsi trotoar

Pejalan kaki bisa


merasakanKeamanan dan
kenyamanan melintas di
trotoar
17

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara atas mengenai masalah

yang diteliti. Seringkali hipotesis dalam bentuk hubungan antara dua konsep.

Mengetes hipotesis dengan melihat jika variable yang berhubungan memiliki

hubungan yang sama dengan hiptesis yang telah diperkirakan (Dr. Priyono, 2016).

Hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu:

Ha = Penyalahgunaan fungsi trotoar mengganggu keamanan dan kenyamanan pejalan

kaki

Ho = Penyalahgunaan fungsi trotoar tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan

pejalan kaki
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis Penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif berfokus

pada objektivitas dan penelitian ini melakukan langkah – langkah pengumpulan data

yang diukur melalui sampel sebagai landasan menyimpulkan populasi yang

jumlahnya besar. Penelitian kuantitatif terstruktu dan menggunakan instrument yang

formal dalam pengumpulan data. Data dikumpulkan secara objektif dan

sistematis(Queiros, Faria, & Almeida, 2017)

Desaian penelitian ini menggunakan survey research. Survey Research

(penelitian survey) termasuk kedalam penelitian yang bersifat kuantitatif untuk

meneliti baik dari segi individu maupun kelompok. Pada umumnya Survey Reasearch

Desain penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan

data.Penelitian survey merupakan penelitian yang mengambil kuisioner sebagai alat

pengambil data yang paling uatama(Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat atau lokasi penelitian yaitu trotoar yang berada di ruas Jalan H. Agus

Salim, sungguminasa Kab Gowa dengan panjang 415 meter.

18
19

Proses pengumpulan data dilakuakan selama 1 jam pada periode ramai pejalan kaki,

yaitu pukul 07.30 – 08.30 WITA, Pukul 12.30 – 13.30 WITA serta pada pukul 17.00

– 18.00 WITA. Proses pengumpulan data ini dilaksanakan selama tanggal 1 – 7 juli

2020

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek maupun

objek yang mempunyai kuantitas dan karaktersitik yang telah ditentukan oleh peneliti

yang akan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Itulah definisi atau arti

dari populasi.(Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)Populasi pada

penelitian ini yaitu semua pejalan kaki yang melintas di trotoar Jalan H. Agus Salim,

Sungguminasa, Gowa.

Sampel adalah bagian dari populasi atau keseluruhan(Etikan, Musa, &

Alkassim, 2017)Sampel adalah sebagian kecil dari anggota populasi yang ditentukan

berdasarkan prosedur atau metode tertentu sehingga dapat mewakilkan populasinya.

Ketiak jumlah populasi sangat besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari

seluruh yang berada pada populasi tersebut yang bisa diakibatkan oleh keterbatasan

biaya , tenaga dan waktu maka oeleh karena itu peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus

dapat mewakili populasi atau representif.(Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik,

2015)
20

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu Non Probability

Sampling dengan teknik pengambilan sampel Sampling aksidental. Non Probability

Sampling adalah metode yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling aksidental

merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, atinya yaitu siapa saja

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber

data.(Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015) Dikarenakan jumlah populasi

pejalan kaki yang melintas di trotoar Jl. H. Agus Salim, Sungguminasa Gowa cukup

besar maka peneliti menentukan sampel sebanyak 90 orang

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel pada penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

variabel bebas ( independent variable ) dan variabel terikat ( dependent variable ).

Variabel bebas dapat diartikan sebagai suatu variabel yang ada atau terjadi sebelum

adanya variabel terikat. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kualitatif yaitu

mendeskripsikan dan menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. Sedangkan

variabel terikat merupakan variabel yang keberadaannya diakibatkan dan dipengaruhi

oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam

focus atau topic penelitian.(Dr. Priyono, 2016)

Variabel bebas ( X ) pada penelitian ini yaitu penyalahgunaan fungsi dan

variabel terikat ( Y ) yaitu keamanan dan kenyamanan.


21

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Salah satu aspek yang akan membantu komunikasi antar penelitian adalah

definisi operasional yaitu pedoman bagaimana suatu variabel diukur. Dengan

membaca definisi operasional dalam suatu penelitian seorang peneliti akan

mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti bisa mengetahui bagaimana

baik dan buruknya pengukuran tersebut (Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik,

2015)

Berikut merupakan tabel Definisi operasional variabel dari penenelitan ini.


Tabel E.1 Definisi operasional Variabel

Skal
Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator a
proses, cara, perbuatan 1. Pedagang
Penyalahgunaa menyalahgunakan; Kaki
n fungsi penyelewengan (KBBI ) Lima likert

Menurut Hakim dalam (Nugroho,


2018) Keamanan merupakan
salah satu aspek yang sangat 1. kebersihan
penting dikarenakan ketika tidak 2.Fungsionalitas
Keamanan dan terasa kenyamanan itu sendiri 3. Bentuk
Kenyamanan maka dapat mengganggu dan 4. keindahan
(Y) menghambat aktivitas yang akan 5. sirkulasi
dilakukan. Kenyamanan adalah
kondisi dimana pejalan kaki harus
memiliki jalur yang mudah untuk
dilalui terkait pula dengan
kapasitas dan kesesakan ruang
pejalan kaki( Shirvani dalam
Frans et al, 2019). likert
22

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian harus dipantau agar data yang diperoleh

terjag tingkat reliabilitas dan validitasnya. Meskipun telah menggunakan instrument

yang valid dan reliable tetapi jika pada saat pelaksanaan penelitian tidak diperhatiakn

sedemikian rupa maka yang dikumpulkan hanya data yang kurang akurat. Peneliti

yang mempunyai jawaban responden yang sesuai dengan keinginannya akan semakin

tidak reliabel. Peneliti yang pada saat mengumpulkan data mudah dipengaruhi oleh

keingnan pribadinya maka akan semakin condong ( bias ) data yang terkumpul. Oleh

karena itu, pengumpul data juga harus mempunyai keahlian yang cukup dalam

melakukan pengumpulan data dengan memenuhi persyaratan tertentu.(Dr. Sandu

Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)

Adapun teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Pada umunya

sebagian besar penelitian pada umumnya menngunakan metode kuisioner dalam hal

pengumpulan data. Kuisioner atau angket mempunyai banyak kelebihan disbanding

metode lainnya. Namun untuk penentuan sampel harus diperhatikan dan

dipertimbang dengan baik. Sebab jika salah dalam menentukan sampel akan berakibat

pada terbatas dan kurang maksimalnya informasi yang didapatkan dari sampel atau

responden (Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)


23

G. TEKNIK ANALISIS DATA


Statistik inferensial sering juga disebut statistik induktif ataupun statistic
probabilitas. Statistik inferensial adalah metode statistic untuk menganalisi data
sampel yang hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini cocok apabila sampel
yang diambil bersal dari populasi yang jelas dengan teknik pengambilan sampel dari
populasi dilakukan secara random(Dr. Sandu Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)
Adapun data yang diambil menggunakan data Interval. Data interval
merupakan data kontinum yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi disbanding
dengan data ordinal dikarenakan mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data
interval menunjukkan adanya jarak antara satu data dengan data yang lain.(Dr. Sandu
Siyoto, SKM. & M. Ali Sodik, 2015)
Berikut merupakan tabel penskoran kuisioner terhadap parameter- parameter
penelitian
Tabel G.1 Penskoran parameter keamanan dan kenyamanan pejalan kaki di
trotoar

Jawaban
Skor
Responden
sangat Baik( SB ) 4
Baik(B) 3
Buruk ( BK ) 2
Sangat
1
Buruk(SBK )

Adapun tabel interval penilaian pejalan kaki mengenai penyalahgunaan fungsi


trotoar terhadap keamanan dan kenyamanan pejalan kaki melalui 5 parameter atau
indikator penilaian, yaitu:
24

Tabel G.2 Kategori kemanaan dan kenyamanan pejalan kaki

Skor Kategori
Tidak aman dan
1 - 450
nyaman
Kurang aman dan
451 - 900
nyaman
901 - 1350 Aman dan Nyaman
Sangat aman dan
1351 -1800
nyaman
DAFTAR PUSTAKA
abdulsamad, Q. N., Mohammed, J. A., & Abdullah, P. H. (2019). Evaluation Of The
Exixting Sidewalks In Duhok City, 22(1), 58–74.
Bastiana, Agustang, A., Jumadi, & Najamuddin. (2019). Karakteristik Umum Dan
Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima ( Pkl ) Kota Makassar, 381–386.
Dalia, B., & Moneim, A. (2016). A Tale Of A Sidewalk; The Conflict Of Its Presence
And Usage In The Streets Of Cairo By, 1–12.
Https://Doi.Org/10.14207/Ejsd.2016.V5n2p1
Dr. Priyono, M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif (2nd Ed.). Sidoarjo: Zifatama
Publishing.
Dr. Sandu Siyoto, Skm., M. K., & M. Ali Sodik, M. . (2015). Dasar Metodologi
Penelitian. (Ayup, Ed.) (1st Ed.). Sleman: Literasi Media Publishing.
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2017). Comparison Of Convenience
Sampling and Purposive Sampling, 5(1)(February), 1–4.
Https://Doi.Org/10.11648/J.Ajtas.20160501.11
Frans, A. J., Tondobala, L., & Waani, J. O. (2016). Persepsi Pejalan Kaki Terhadap
Keamanan Dan Kenyamanan Jalur Trotoar Di Pusat Kota Amurang, 10–23.
Istiningsih, D., & Poerwodihardjo, F. E. (2019). Kajian Pemanfaatan Trotoar Di Kota
Purwokerto Kabupaten Banyumas.
Kurniawan, F. (2019). Pola - Pola Pemanfaatan Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima Di
Jalan Mangga Besar – Jakarta, 3(1), 171–182.
Limpong, R., Sendow, T. K., & Jansen, F. (2015). Pemodelan Fasilitas Arus Pejalan
Kaki, 3(3), 212–220.
Margaretta, M., & Erlinda, E. (2018). Kajian Kinerja Fasilitas Trotoar Berdasarkan
Persepsi Di Kawasan Jalan Panembahan Senopati Yogyakarta, 19–20.
Nugroho, Y. A. (2018). Keamanan Dan Kenyamanan Trotoar Di Taman Tingkir,
Kota Salatiga, 35–48.
Queiros, A., Faria, D., & Almeida, F. (2017). Strengths And Limitations Of
Qualitative And Quantitative Research Methods, 3(9), 369–387.
Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.887089
Rahimi, M. (2019). Evaluation of Pedestrian Level of Service and Users’ Satisfction
on Selected Pedestrian Sidewalks in Downtown Walnut Creek.

25
Rahmah, K. N., & Sembada, G. G. (2018). Kampanye Mengenai Fungsi Trotoar
Kepada Masyarakat, 5(3), 989–1002.
Sitanggang, Y., As, S., & Kadarini, S. N. (2018). Pengaruh Pedagang Kaki Lima
Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki Dalam Pemanfaatan Trotoar ( Studi Kasus
Jalan Jendral Urip Pontianak ), 2–15.
Sulistiono, D., M, A. F., & Arifin, S. (2016). Tingkat Pelayanan ( Los ) Trotoar Pada
Ruas Jalan Utama Kota Surabaya ( Kasus Jalan Wonokromo , Jalan Raya Darmo
, Jalan Basuki Rahmat , 14, 63–68.

26

Anda mungkin juga menyukai