Informasi Naskah: Abstract: The Simpang Lima area is a city center with a variety of activities, the center of
Diterima: circulation, publik space, green space, religion, sports, economy, social and culture. In the
28 Oktober 2019 regulation of vehicle and human circulation sistems it is very important and requires an impact
analysis as well as very long projections. The intersection of five Semarang City known as the
Direvisi: center of the economic area as well as the green open space that used as a publik space so
11 Februari 2020 that many activities and activities that occur in the area. In addition to being a business district
Disetujui terbit: and office intersection, there is also a weekly car free day event, becoming a very large center
1 Maret 2020 of activity on Sundays and a publik space in Semarang.The influence of the five intersections
in this area will focus on humans who are in front of the five intersection (ciputra mall stop) with
Diterbitkan: the intersection of five because the location is the number of people passing through more
Cetak: roads. So in this study two recommendations will emerge, the first of which relates to humans
29 Maret 2020 who crossed at one point, the second is recommendations for the entire region.
Keyword: Circulation, Pedestrian, Connectivity
Online
20 Maret 2020 Abstrak: Kawasan Simpang Lima merupakan pusat kota yang terdapat berbagai macam
kegiatan, pusat sirkulasi, ruang publik, ruang hijau, agama, olahraga, ekonomi, sosial dan
budaya. Dalam pengaturan sistem sirkulasi kendaraan maupun manusia sangatlah penting
dan memerlukan suatu analisa dampak juga proyeksi yang sangat panjang. Simpang lima Kota
Semarang diketahui sebagai pusat kawasan ekonomi maupun ruang terbuka hijau yang
dijadikan ruang publik sehingga banyak kegiatan dan aktifitas yang terjadi dikawasan tersebut.
Selain menjadi kawasan bisnis dan perkantoran simpang lima juga terdapat event mingguan
car free day, menjadi pusat aktifitas yang sangat besar pada saat hari minggu dan menjadi
ruang publik di kota semarang. Pengaruh simpang lima pada kawasan ini akan focus terhadap
manusia yang berada di depan simpang lima (halte ciputra mall) dengan lapangan simpang
lima tersebut karena pada lokasi tersbut jumlah manusia yang melewati jalanlebih banyak.
Maka dalam penelitian ini akan muncul dua rekomendasi, yang pertama terkait manusia yang
menyebrang pada datu titik tersebut, yang kedua rekomendasi seluruh kawasan.
Kata Kunci: Sirkulasi, Pedestrian, Koneksitas
Rohman Eko Santoso, Agung Budi Sarjono [Pengaruh Simpang Lima Terhadap Sirkulasi] 37
Penyebrangan zebra cross di depan ciputra mall
mempunyai volume tertinggi diantara yang lain,
dikarenakan terdapat titik kumpul dari mall dan halte.
Intensitas jumlah kendaraan yang melintasi juga
paling sedikit, sehingga penyebrang dan
pemberhentian kendaraan lebih banyak dilakukan di
tempat tersebut. Jumlah manusia yang
penyebrangan menuju alun-alun Simpang Lima
terdapat beberapa variasi jumlahnya, lokasi yang
paling banyak yaitu di depan Ciputra Mall,
dikarenakan titik tempat berkumpul dari penurunan
penumpang (Bis) di halte dan orang yang dari dalam
Gambar 3. Volume penyebrang antar bangunan melalui Mall itu sendiri yang ingin melakukan kegiatan wisata
zebra cross, jembatan penyebrangan dan jembatan antar luar bangunan.
bangunan Analisa Super Impus Sirkulasi
Sumber: Analisis
1. Bangunan Komersial di seputar Simpang Lima
mempengaruhi jumlah pengunjung yang ingin
mengakses dari gedung satu kelainnya.
2. Terdapat 2 jembatan penyebrangan, didepan
hotel Louis Kienne ke matahari mall dan matahari
mall ke ciputra mall.
3. Jumlah pelintas menuju antar bangunan volume
terbanyak antara matahari mall ke ciputra mall,
melalui jembatan antar bangunan dan zebra
cross dibawah jembatan
Analisa Sirkulasi Pedestrian Alun-alun Simpang
Lima
Rohman Eko Santoso, Agung Budi Sarjono [Pengaruh Simpang Lima Terhadap Sirkulasi] 39
Kabupaten Garut (Studi Kasus Pemisah Jalan
Depan Alun-Alun Tarogong Garut). Jurnal
Konstruksi, 15(1), 57–74.
https://doi.org/10.33364/konstruksi/v.15-1.57
Hayati, N. N., Jember, U., Sulistyono, S., & Jember, U.
(2014). Perencanaan desain bundaran kawasan
kampus universitas jember. (August).
Lestari, sugiyanti puji, Noor, I., & Ribawanto, H. (2014).
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dalam Upaya
Mewujudkan Sustainable City (Studi pada
Masterplan Pengembangan RTH Tahun 2012-2032
di Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Publik,
2(3), 381–387.
Purnomo, A., Setiawan, M. F., Sipil, J. T., & Teknik, F.
(2016). Tingkat Kenyamanan Jalur Pedestrian Di
Kawasan Simpang Lima Kota Semarang
Berdasarkan Persepsi Pengguna. Jurnal Teknik Sipil
Dan Perencanaan, 17(2), 131–138.
Sugiarto, S., Faisal, R., & Reyhan, M. (2019). Pengaruh
sepeda motor terhadap kapasitas bagian jalinan
pada perencanaan bundaran di Simpang Tujuh Ulee
Kareng. Teras Jurnal.
https://doi.org/10.29103/tj.v8i2.173
Teknik, F., Wahid, U., & Semarang, H. (2014). Prosiding
SNST ke-5 Tahun 2014 Fakultas Teknik Universitas
Wahid Hasyim Semarang 1. (2006), 1–6.
Tisnaningtyas, E. Y. (2002). FUNGSI JALUR
PEDESTRIAN DI KAWASAN SIMPANG LIMA.pdf.
Abstract
Pedestrian path is a space for pedestrian activities to carry out activities and to provide services to
pedestrians so that it can improve the smoothness, safety, and comfort of pedestrians when crossing it. In
fact the pedestrian paths that exist are mostly unable to meet the passions of pedestrians. The length of
time pedestrians are less noticed, which should be passed comfortably suddenly blocked by poles, trees,
trash cans, stops, and traffic signs because the placement is not adjusted to the place so that the
circulation of road users becomes narrow and disturbed. This study aims to find aspects of comfort in the
pedestrian path. Research uses quantative methods. This study found that some of the pedestrian path in
the study area were comfortable, but some were uncomfortable.
Abstrak
Jalur pedestrian adalah ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan
bagi pejalan kaki pada saat melintasinya.Pada kenyataannya jalur-jalur pedestrian yang ada sebagian
besar tidak dapat memenuhi keinginan para pejalan kaki.Lama kelamaan pedestrian kurang begitu
diperhatikan, yang seharusnya nyaman dilalui tiba-tiba dihalang tiang, pohon, tempat sampah, halte, dan
rambu-rambu lalu lintas dikarenakan perletakannya tidak disesuai pada tempatnya sehingga sirkulasi
pengguna jalan menjadi sempit dan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan aspek
kenyamanan pada jalur pedestrian. Penelitian menggunakan metode kuantatif. Penelitian ini menemukan
bahwa sebagian jalur pejalan kaki dikawasan kajian sudah nyaman, namun ada juga yang tidak nyaman.
1. Pendahuluan
Pedestrian itu sangat penting diadakan karena berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki
yang terpisah dari sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak. Setiap orang harus
memilki kesadaran tentang betapa pentingnya fungsi jalur pedestrian ini bagi setiap warga sebuah kota.
Pedestrian yang jalurnya telah diakomodasi di hampir seluruh wilayah perkotaan mempunyai keinginan
yaitu keamanan dan kenyamanan dalam berjalan kaki.
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani pedosyang berarti kaki (Oxford Advance Learner’s Dictionary
of Current English, A.S Hornby (1998)). Dalam bahasa inggris, sebagai kata benda, pedestrian berarti
“orang yang berjalan kaki” (Kamus Inggris-Indonesia, John dan Hassan, 1982). Fungsi dari jalur
pedestrian ini sangat penting bagi pejalan kaki serta jalur pedestrian ini merupakan salah satu elemen
yang berpengaruh di dalam perancanaan tata ruang kota.Faktor lain yang mendorong pejalan kaki
memanfaatkan jalur pedestrian untuk berbagai kegiatan statis dan dinamis, antara lain : terdapat ruang
11
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
untuk duduk, perlindungan dari angin, adanya pepohonan, pedagang kaki lima dan tersedianya air, Whyte
(1980;40).
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Jenis-jenis Jalur Pedestrian/Pejalan Kaki
1. Jalur Pedestrian Terlindung
Fasilitas jalur pedestrian yang terlindung didalam bangunan, misalnya :
1. Fasilitas jalur pedestrian arah vertikal, yaitu fasilitas jalur pedestrian yang menghubungkan lantai
bawah dan lantai diatasnya dalam bangunan atau gedung bertingkat, seperti tangga, ramps, dan
sebagainya.
2. Fasilitas jalur pedestrian arah horizontal, seperti koridor, hall, dan sebagainya.
Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung di luar bangunan, misalnya:
1. Arcade, yaitu merupakan selasar yang terbentuk oleh sederetan kolom-kolom yang menyangga
atap yang berbentuk lengkungan-lengkungan busur dapat merupakan bagian luar dari
bangunan atau berdiri sendiri.
2. Gallery, yaitu lorong yang lebar,umumnya terdapat pada lantaiteratas.
3. Covered Walk atau selasar, yaitumerupakan fasilitas pedestrianyang pada umumnya terdapat
dirumah sakit atau asrama yangmenghubungkan bagian bangunanyang satu dengan bangunan
yanglainnya.
4. Shopping mall, merupakan fasilitas pedestrian yang sangat luas yang terletak di dalam
bangunan dimana orang berlalulalang sambil berbelanja langsung di tempat itu.
12
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
Digunakan untuk menyeberang pejalan kaki dari satu sisi jalan kesisi jalan yang lainnya.
Elemen-elemen material yang umumnya digunakan pada jalur pedestrian adalah paving
(beton), bata atau batu.
13
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
Menurut Rustam Hakimdan Hardi Utomo (2003 : 185) kenyamanan adalah segala sesuatu yang
memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis, baik dengan ruang itu sendiri maupun
dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol mapun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan
warna cahaya ataupun bau, atau lainnya. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau
kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Hakim dan Utomo (2003 : 186) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain :
1. Sirkulasi
Kenyamanan suatu ruang dapat berkurang akibat sirkulasi yangtidak tertata dengan benar,
misalnya kurang adanya kejelasan sirkulasi, tiadanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya pembagian
ruang dan fungsi ruang, antara sirkulasi pejalan kaki (pedestrian) dengan sirkulasi kendaraan
bermotor (Hakim dan Utomo, 2003 : 186).
Untukterciptanya kelancaran masing-masing aktifitas sirkulasi, maka sirkulasi bebas dari
penghalang yang mengganggu pengguna jalan.
3. Kebisingan
Tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotoryang lalu lalang, juga menjadi masalah vital
yang dapat mengganggu kenyamanan bagi lingkungan sekitar dan pengguna jalan, terutama
pejalan kaki. Oleh sebab itu untuk meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai
tanaman dengan pola dan ketebalan yang rapat serta tersusun teratur. Namun kebisingan yang
muncul dari faktor-faktor lain (sepertitransaksi perdagangan dari PKL, kebisingan parkir liar, dan
sebagainya).
14
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
5. Bentuk
Bentuk elemen landscape furniture harus disesuaikandengan ukuran standar manusia agar skala
yang dibentuk mempunyai rasa nyaman (Hakim dan Utomo, 2003 : 190). Sebagai contoh, jalur
pedestrian dan jalur kendaraan memiliki ketinggian berbeda dan mempunyai pembatas yang jelas
(kereb). Bentuk yang semacam itu akan mengakibatkan, jalur trotoar menjadi aman dari kendaraan
bermotor.
6. Keamanan
Tanudjaja dalam Pamungkas (2003 : 19) menyatakanbahwa manusia memiliki jenjang kebutuhan,
yang salah satunya adalah safety need. Safety need merupakan kebutuhan manusia yang berkaitan
dengan keselamatan atau keamanan, supaya dirinya merasa terlindungi dari setiap gangguan.
Misalnya peletakan furnitute harus sesuai dengan tempatnya, supaya jalur pejalan kaki bebas dari
hambatan.
7. Kebersihan
Daerah yang terjaga kebersihannya akan menambah dayatarik khusus, selain menciptakan rasa
nyaman serta menyenangkan orang-orang yang melalui jalur trotoar. Untuk memenuhi kebersihan
suatu lingkungan perlu disediakan bak-bak sampah sebagai elemen lansekap dan sistem saluran air
selokan yang terkonsep baik.
8. Keindahan
Keindahan suatu ruang perlu diperhatikan secara seriusuntuk memperoleh suasana kenyamanan.
Keindahan harus selalu terkontrol penataannya, memperhatikan dari berbagai bentuk, warna
komposisi susunan tanaman dan elemen perkerasan. Keindahan mencakup persoalan kepuasan
bathin dan panca indera manusia.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana kenyamanan pada jalur pedestrian dijalan
Putri Hijau perpotongan dengan jalan Guru Patimpus–jalan Perintis Kemerdekaan Medan di tinjau
berdasarkan aspek kenyamanan dan Bagaimanakah fasilitas pendukung yang ada bila dikaitkan atribut
kenyamanan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah Menemukan aspek kenyamanan pada jalur
pedestrian di jalan Putri Hijau perpotongan dengan jalan Guru Patimpus–jalan Perintis Kemerdekaan
Medan dan Mengetahui fasilitas pendukung yang ada bila dikaitkan dengan standart-standart
kenyamanan.
3. Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Deskriptif-Kualitatif. Jenis penelitian ini bertujuan
untuk memberikan penggambaran secara mendalam tentang situasi atau proses yang diteliti,
mengumpulkan dan menggunakan data yang berupa narasi cerita, penuturan informaln, dokumen-
dokumen pribadi seperti poto, catatan pribadi,perilaku, gerak tubuh, dan mimik.Penelitian dalam Seminar
ini akan mengkaji tentang jalur pedestrian ditinjau berdasarkan aspek kenyamanan yang berada dijalan
Putri Hijau perpotongan dengan jalan Guru Patimpus–jalan Perintis Kemerdekaan Medan dan
membandingkannya dengan studi litelatur yang berkaitan dengan pedestrian berdasarkan aspek
kenyamanan.
15
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
b. Memetaan lokasi
Teknik pengambilan data dengan cara mengsketsakan denah mapping serta elemen-elemen yang
ada pada jalur pedestrian.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti
sebagai tangan kedua). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti
Departemen Pekerjaan umum tentang Tata cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Dikawasan
Perkotaan, Buku Pedestrian Ways dalam Perancangan Kota, laporan, jurnal, dan lain-lain, baik media
cetak maupun media elektronikJelaskan metode pengumpulan data yang digunakan, misalnya
survei, observasi atau arsip, disertai rincian penggunaan metode tersebut. Bila dianggap perlu, pada
bagian ini juga dapat dijelaskan populasi, sampel dan metode pemilihan sampel.
Skala Penilaian
Skala penilaian (Rating Scale) adalah cara pengumpulkan data yang digunakan dalam observasi
untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi. Dalam penelitian ini, menggunakan
skala penilaian Grafik(Graphic Rating Scales).Dimana peneliti diminta untuk mencek titik tertentu dari
suatu kontinum pada suatu garis tertentu. Dalam menentukan Skor, peneliti menggunakan jenjang
(range) 3 (1,2,3).Dengan adanya skor, pembobotan penilaian bisa dilakukan.
Dan untuk membuat nilai rata-rata atau Mean menggunakan rumus umum :
Kriteria Penilaian
Dalam penelitian ini, kriteria penilaian yang akan digunakan berdasarkan dari yang dikemukan
oleh Hakim dan Utomo (2003 : 186), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan bagi pejalan
kaki.
16
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
17
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
Keterangan :
1 = Tidak Baik
2 = Cukup Baik
3 = Sangat baik
ANALISIS KASUS
Segmen/Blok
N ASPEK Sisi Kiri
o KENYAMANAN 1 NILAI NILAI KESIM
1A 1B 1C 2 3 4 TOTAL RATA2 PULAN
1 Sirkulasi 2 2 2 2 3 1 12 (X/6)
2
2 Iklim Dan 2 2 1 2 2 2 11 1,83
Kekuatan Alam
3 Kebisingan 1 1 1 3 3 1 10 1,67
6 Keamanan 2 2 2 2 2 2 12 2
7 Kebersihan 1 1 2 1 1 1 7 1,17
8 Keindahan 2 1 1 3 3 2 12 2
NILAI TOTAL(X) 15 14 14 16 19 13
NILAI RATA-RATA 1,87 1,75 1,75 2 2,37 1,62
(X/8)
KESIMPULAN
ANALISIS KASUS
Segmen/Blok
No ASPEK Sisi Kanan
KENYAMANAN NILAI NILAI KESIM
5 6 7 8 TOTAL RATA2 PULAN
1 Sirkulasi 1 1 2 2 6 (X/4)
1,5
2 Iklim Dan 2 2 2 2 8 2
Kekuatan Alam
3 Kebisingan 3 3 3 3 12 3
18
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
6 Keamanan 3 3 2 2 10 2,5
7 Kebersihan 1 1 1 1 4 1
8 Keindahan 2 2 2 2 8 2
NILAI TOTAL(X) 14 14 15 15
NILAI RATA-RATA (X/8) 1,75 1,75 1,9 1,9
KESIMPULAN
Nilai ( 1+2+3+4+5+6+7+8) = X
NILAI RATA-RATA (X/8)
Untuk menentukan nilai rata-rata tiap kriteria, penilaiannya dibagi menjadi 2 sisi, adalah sebagai
berikut :
Sisi kiri : Nilai ( 1A+1B+1C+2+3+4) = X
NILAI RATA-RATA (X/6)
5. Kesimpulan
Dari Studi jalur pedestrian di jalan Putri Hijau Medan yang terdiri dari 8 segmen didapatkan
kesimpulan :
1. Segmen 1A, didepan Hotel Inna Dharma Deli, memiliki nilai 1,87(Cukup memiliki kenyamanan).
Dengan lebar sirkulasi sudah memenuhi standart. Menggunakan bahan cor beton bertekstur dan tidak
licin. Tetapi peletakan papan iklan, pot bunga, signage dan pohon tidak sesuai dengan tempatnya,
sehingga jalur pedestrian terasa tidak nyaman dan sempit. Peletakan JPO juga memakan jalur
pedestrian. Tepi pemisah jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan mendekati standart, tidak ada
pagar pengaman, kebersihannya kurang karena tidak terdapat tempat sampah. Dan terdapat bingkai
visual berupa pagar dinding dengan tinggi 40 cm.
2. Segmen 1B, didepan Showroom Toyota, memiliki nilai 1,75(Cukup memiliki kenyamanan). Lebar
sirkulasi sudah memenuhi standart. Menggunakan bahan cor beton bertekstur dan tidak licin. Pot
bunga, Halte, PKL, berada ditengah jalur pedestrian, sehingga pengguna jalan harus turun
19
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
menggunakan jalur kendaraan. Tidak ada vegetasi berdaun lebat. Trotoar tertutup dibawa jalur
pedestrian. Tidak terdapat tempat sampah dan pagar pengaman. Tidak ada bingkai visual.
3. Segmen 1C, didepan gedung Komersil (Pusat Perbelanjaan), memiliki nilai 1,75(Cukup memiliki
kenyamanan). Lebar sirkulasi sudah memenuhi standart. Menggunakan bahan cor beton bertekstur
dan tidak licin. Pot bunga, pohon, tempat sampah, peletakannya tidak sesuai dengan tempatnya.
Sehingga jalur pedestrian menjadi sempit. Tidak ada vegetasi berdaun lebat. Trotoar tertutup dibawa
jalur pedestrian. Terdapat tempat sampah. Tidak ada bingkai visual dan pagar pengamanan.
4. Segmen 2, didepan gedung Plasa Telkomsel memiliki nilai 2,00(Cukup memiliki kenyamanan). Lebar
sirkulasi sudah memenuhi standart. Con blok sebagian rusak dan cor beton banyak yang retak.
Terdapat pohon peneduh dari sinar matahari. Trotoar sebagian tanpa penutup. Tepi jalur pedestrian
dengan jalur kendaraan terlalu rendah 20 cm. Tidak terdapat tempat sampah. Terdapat bingkai visual
berupa pagar dengan tanaman.
5. Segmen 3, didepan gedung Capital Building memiliki nilai 2,37(Sangat memiliki kenyamanan). Lebar
sirkulasi sudah memenuhi standart. Sirkulasi pejalan kaki aman dan nyaman. Kondisi con blok baik.
Terdapat pohon peneduh dari sinar matahari. Trotoar tertutup dibawa jalur pedestrian.Peletakan
pohon dan tiang listrik sesuai dengan tempatnya. Tepi pemisah jalur pedestrian dengan jalur
kendaraan mendekati standart 25 cm. Tidak terdapat tempat sampah.
6. Segmen 4, didepan rencana gedung Podomoro City memiliki nilai 1,62(Tidak memiliki kenyamanan).
Lebar sirkulasi dibawa standart. Kondisi con blok tertimbun dan tergenang air .Peletakan pot bunga
dan tiang listrik mengganggu sirkulasi pengguna jalan. Tidak ada pohon berdaun lebat. Tepi pemisah
jalur pedestrian dengan jalur kendaraan terlalu rendah 23 cm. Tidak ada tempat sampah dan bingkai
visual.
7. Segmen 5, didepangedung komersil memiliki nilai 1,75(Cukup memiliki kenyamanan). Lebar sirkulasi
dibawa standart. Kondisi con blok rusak parah. Peletakan pot bunga, pohon, dan tiang listrik sesuai
dengan tempatnya. Terdapat pohon peneduh berdaun lebat. Tepi pemisah jalur pedestrian dengan
jalur kendaraan terlalu rendah 20 cm. saluran/ parit tanpa penutup dan tidak ada pembatas antara
parit dengan con blok. Tidak ada tempat sampah dan bingkai visual.
8. Segmen 6, didepan Kantor Dinas Perindustrian dan perdagangan dan Kantor Wilayah Sumatera Utara
memiliki nilai 1,75(Cukup memiliki kenyamanan). Lebar sirkulasi sudah memenuhi standart. Kondisi
con blok banyak rusak parah dan banyak yang hilang. Peletakan pot bunga, pohon, dan tiang listrik
sesuai dengan tempatnya. Terdapat pohon peneduh berdaun lebat. Tepi pemisah jalur pedestrian
dengan jalur kendaraan terlalu rendah 20 cm. saluran/ parit tanpa penutup dan tidak ada pembatas
antara parit dengan con blok. Tidak ada tempat sampah dan bingkai visual.
9. Segmen 7, didepan gedung Bank Danamond sampai Bank BRI memiliki nilai 1,90(Cukup memiliki
kenyamanan). Lebar sirkulasi dibawa standart. Kondisi con blok banyak rusak (dpn bank Danamond)
dan kondisi baik (dpn bank BRI). Terdapat pohon peneduh. Saluran/parit tanpa penutup sehingga
mengeluarkan aroma bau tak sedap. Saluran tertutup dengan beton cetak di depan bank BRI. Tepi
pemisah jalur pedestrian dengan jalur kendaraan terlalu rendah 20 cm. Perletakan papan iklan terlalu
rendah. Terdapat pagar pengaman dpn Bank BRI. Tidak terdapat tempat sampah. Terdapat bingkai
visual berupa pagar dinding dengan tanaman (dpn bank BRI).
10.Segmen 8, didepan gedung Komersil memiliki nilai 2,00(Cukup memiliki kenyamanan). Lebar sirkulasi
memenuhi standart.Kondisi cor beton masih baik.Terdapat pohon peneduh.Saluran tertutup dibawa
jalur pejalan kaki. Tepi pemisah jalur pedestrian dengan jalur kendaraan terlalu rendah 20 cm.
Terdapat bingkai visual berupa taman kecil. Peletakan papan iklan terlalu rendah sehingga
mengganggu pandangan.Tidak terdapat tempat sampah.
Saran
Dari hasil penelitian kenyamanan pedestrian di jalan Putri Hijau diperoleh bahwa :
Dari segi kenyamanan perlu diperhatikan dan di tingkatkan di semua segmen
Dari segi keamanan, jalur pejalan kaki harus dibedakan ketinggiannya dengan jalur kendaraan. Salah
satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan membuat pagar pembatas antara jalur pejalan kaki
dengan jalur kendaraan, sehingga ada pembatas yang jelas.
20
Jurnal Arsitektur ALUR – Vol.1 No. 2 September 2018
Perlu ditambah fasilitas pendukung disemua segmen dan penempatannya harus diperhatikan
Dari semua segmen jalur pedestrian tidak boleh licin
Untuk segmen 5, 6, 7, saluran parit harus diberi penutup supaya tidak mengeluarkan aroma tidak
sedap.
Daftar Pustaka
21
50 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 1, No 1, Januari 2020: 50-56
Abstract. Surabaya is the second biggest city in Indonesia after Jakarta. Very dense population
has made pedestrian path becoming very noisy, particularly on the road near the area of shopping
centre such as Kranggan road which is located at the centre of Surabaya City. The movement of
humans in this area is so crowded that often brings to conflict among pedestrians. Therefore, the
analysis on the pedestrian path Level of Service is necessary for supporting the coziness. For this
reason, the researcher conducted a survey method of traffic count by having a study directly in the
survey location. The research problems were related to the feasibility of pavement toward the
technical standard, the pavement Level of Service toward the speed volume, solidity, and
pedestrian at this area, as well as the correlation among variables of speed, solidity, flow, and
movement space of pedestrian. The results of observation and analysis carried out on Monday to
Sunday demonstrated that the biggest volume of pedestrian was at the north exactly at the spot of
Toko Bata - Indomaret by 67ped/15minutes and at the south exactly at the spot of BG Junction -
Burhani by 54 ped/15minutes. In addition, the results of survey analysis obtained the pavement
width 1.45 m, E value for Level of Service, and interrelated variables. In conclusion, the pedestrian
path must be widened.
Abstrak. Surabaya merupakan salah satu kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Dengan jumlah penduduk yang sangat padat, maka jalur pedestrian di Kota Surabaya juga
menjadi sangat ramai, terutama dijalan yang dekat dengan kawasan pusat aktivitas pertokoan dan
perbelanjaan. Salah satunya dikawasan jalan Kranggan yang terletak dipusat Kota Surabaya.
Kawasan ini telah mengakibatkan pergerakan manusia yang cukup padat, sehingga seringkali
menunjukkan gejala konflik antar pejalan kaki. Oleh karena itu analisa tingkat pelayanan jalur
pedestrian penting dilakukan guna menunjang kenyamanan pejalan kaki. Penelitian ini
menggunakan metode Survei traffic counting dengan melakukan penelitian langsung di lokasi
survei. Adapun masalah yang diteliti yaitu kesesuaian trotoar terhadap standar teknis, tingkat
pelayanan trotoar terhadap volume kecepatan, kepadatan, dan pejalan kaki di daerah tersebut,
serta hubungan antara variabel kecepatan, kepadatan, arus, dan ruang gerak pejalan kaki. Dari
hasil penelitian dan analisa di lokasi pengamatan yang dilakukan pada hari Senin sampai dengan
hari minggu maka diperoleh volume pejalan kaki terbesar di sisi utara tepatnya di titik Toko Bata
- Indomaret sebesar 67ped/15mnt dan di sisi selatan terbesar di titik BG Junction - Burhani
sebesar 54 ped/15mnt. Dari hasil analisa survei didapatkan bahwa lebar trotoar kurang 0,70 m,
tingkat pelayanan (Level of service) bernilai E dan hubungan antar variabel saling keterkaitan.
Sehingga dapat disimpulan bahwa pedestrian perlu di perlebar.
1. Pendahuluan
Kota Surabaya merupakan salah satu kota dengan jalur pedestrian yang sangat ramai. Tahun ini
Pemerintah Kota Surabaya sedang membangun proyek infrastruktur perluasan pedestrian (trotoar).
Proyek perluasan pedestrian di Surabaya dikerjakan secara serentak di sejumlah ruas jalan. Trotoar
sudah dibangun serta dilengkapi jalur untuk penyandang difabel. Diantaranya Jalan Raya Darmo,
Rajawali, Urip Sumoharjo (arah Darmo), Raya Gubeng, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pemuda Dan
Jalan Ahmad Yani (Frontage road sisi Timur) serta Jalan Gemblongan. Pembangunan tersebut telah
dilakukan sejak tahun 2005 dan konsep penataan pedestrian itu telah tercantum dalam Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 03 Tahun 2007 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2010-
Sari, Analisis Tingkat Pelayanan Jalur Pedestrian di Jalan Kranggan Kota Surabaya 51
2030 [1-4]. Tujuan pembangunan pendestrian itu selain untuk menjaga kenyamanan pejalan kaki
sekaligus untuk membenahi saluran air. Saluran air dipasang u-gatter, semacam box culvert, hanya
ukurannya lebih kecil. Sehingga di bawah trotoar tetap bisa menjadi jalur mengalirnya air.
Salah satu ruas jalan dengan jalur pedestrian yang telah berkembang di Surabaya adalah Jl. Blauran
sampai Jl. Kranggan. Jl. Kranggan merupakan salah satu jalan strategis yang ada di pusat kota, karena
adanya Pasar Blauran dan BG Junction Mall. Dan jalan ini merupakan salah satu jalan menuju pusat
Kota Surabaya. Oleh karena itu evaluasi tentang karakteristik dan aktivitas pedestrian ini untuk
mewujudkan jalur pedestrian yang dapat memenuhi pelayanan dari jalur pejalan kaki didaerah tersebut.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan survei
secara langsung dilapangan. Data primer itu meliputi survei volume pejalan kaki, pencatatan waktu
tempuh pejalan kaki untuk menempuh jarak 50 m pada ruas yang ditentukan dan menetapkan panjang
ruas daerah pengamatan.
Penelitian dilakukan di Jl. Kranggan Kota Surabaya sisi utara dan selatan. Survei dilakukan pada
hari Senin 05 November 2019 – Minggu 11 November 2019, mulai pukul 08.00 – 17.00 dan pukul 08.00
– 20.00 untuk hari sabtu dan minggu. Jumlah titik pengamatan arus pejalan kaki pada penelitian ini
ditetapkan sebanyak empat titik. Jumlah arus pejalan kaki ditentukan dari jumlah pejalan kaki yang
lewat dititik pengamatan dalam satuan waktu (periode 15 menitan), dari kedua arah [5].
Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan LOS dari trotoar secara umum ditentukan oleh
kebebasan pejalan kaki untuk memilih kecepatan berjalan yang diinginkan atau untuk pejalan kaki lain
yang berjalan lebih lambat. Dalam Tabel 1 memperlihatkan LOS untuk trotoar berdasarkan Dasar –
dasar Rekayasa Transportasi, C. Jotin Khisty 2003 [6,7].
Hubungan antara kecepatan, kepadatan dan arus pejalan kaki terdapat hubungan yang sangat erat seperti
terlihat dari Persamaan (1) – (8). Beberapa komponen yang menentukan adalah antara lain sebagai
berikut [8-13]:
2. Arus pejalan
N kaki (walking flow rate)
(4) Q = Arus pejalan kaki (org/m/mnt)
Q= N = Jumlah pejalan kaki yang lewat (org/m)
T
T = Waktu pengamatan (mnt)
Kesesuaian standart teknis dibutuhkan karena bertujuan untuk melihat lebar pedestrian Jalan
Kranggan apakah sudah sesuai atau belum menurut spesifikasi perencanaan trotoar tahun 1991. Berikut
gambar pedestrian Jalan Kranggan Surabaya:
Melihat kesesuaian Tabel 2 terhadap pedestrian lokasi pengamatan maka kekurangan pedestrian Jalan
Kranggan adalah 0, 7 m. Data pejalan kaki dihitung berdasarkan seluruh pejalan kaki yang melewati
penggal ruas jalan yang diamati. Pengamatan dilakukan selama 9 jam untuk hari senin s/d jum’at mulai
pukul 08.00-17.00 WIB dan untuk hari sabtu dan minggu pengamatan dilakukan selama 12 jam mulai
pukul 08.00-20.00WIB dengan interval 15 menit.
Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat diketahui bahwa pada jam 18.45 – 19.00 WIB pejalan kaki yang
melewati pedestrian sebanyak 67 orang dengan kecepatan rata – rata 62,58 ft/menit. Untuk penghitungan
arus pejalan kaki digunakan data dari tabel 4.3 dimana pada pukul 18.45-19.00 WI (interval 15 menit
terbesar) diketahui jumlah pejalan kaki 67 orang. Lebar efektif trotoar 1.3 meter dan interval waktu
pengamatan 15 menit.
Tabel 3. Data hasil survei Jalan Kranggan titik Toko Bata – Indomaret
Sebagai contoh perhitungan pada pukul 18.45 – 19.00 WIB (interval 15 menitan terbesar) untuk pejalan
kaki sejarak 50 m dengan waktu tercatat 67,77 detik sehingga kecepatan pejalan kaki tersebut sebagai
berikut:
Contoh perhitungan: Jarak = 50 meter, waktu tempuh pejalan kaki (t)= 67.77 detik: 60 = 1,129 menit
L 50
V = T = 1,129= 44,28 m/mnt
Dari perhitungan tersebut didapatkan V = 44.28 m/mnt. Untuk perhitungan kecepatan pejalan kaki
selanjutnya sama dengan cara tersebut.
Tabel 4. Data hasil survei Jalan Kranggan titik Toko Bata (lanjutan)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai kecepatan rata-rata ruang (Vs) untuk waktu
pengamatan pukul 18.45-19.00 (interval 15 menit terbesar) adalah sebesar 59,88 m/mnt.
Kepadatan diperoleh dari variabel – variabel yang telah didapat pada sub bab sebelumnya yaitu
arus dan kecepatan pejalan kaki. Kepadatan dihitung dari hasil bagi kedua variabel tersebut seperti
pada rumus. Pada skripsi ini, perhitungan yang saya tinjau adalah pada pukul 18.45 – 19.00 WIB
karena jumlah pejalan kaki terbanyak.
Sari, Analisis Tingkat Pelayanan Jalur Pedestrian di Jalan Kranggan Kota Surabaya 55
Nilai arus pejalan kaki yang diperoleh sebesar Q = 3,43 org/m/mnt dan besarnya kecepatan rata – rata
ruang (Vs) = 59,88 m/mnt, maka nilai kepadatan diperoleh:
Q 3,43
D = Vs = 59,88= 0,5 (org/m 2)
Hubungan antara kepadatan dan kecepatan rata-rata waktu dihitung dengan regresi linier program
Microsoft Excel yaitu dengan cara memasukkan data kepadatan sebagai variabel bebas (X) dan data
kecepatan sebagai variabel terikat (Y). Gambar 2 menunjukan grafik hubungan antara kecepatan dan
kepadatan dinyatakan sebagai garis lurus dengan y = -46,408x + 92,333. Kemudian, Gambar 3
memperlihatkan bahwa arus (volume) pejalan maksimum pada ruas jalan tersebut adalah 54 pejalan kaki
dengan kepadatan pejalan kaki 0,022 ft2/ped. Sedangkan Dinyatakan sebagai garis lurus dengan
persamaan y = -0,0122X + 1,766 berdasakan gambar 4 diketahui digrafik bahwa arus pejalan kaki
tertinggi yaitu 3,44 (ped/mnt/ft) dan Kecepatan rata – rata waktu sebesar 62,58 (ft/mnt).
160.00 4.00
Kecepatan rata-rata waktu (ft/mnt)
3.50
140.00
3.00
Arus (ped/mnt/ft)
120.00
2.50
100.00 y = -46.408x + 92.333 2.00
80.00 1.50
1.00 y = 4.9507x + 0.1114
60.00
0.50
40.00 0.00
0.010 0.510 1.010 0.000 0.500 1.000
Kepadatan (/ft²/ ped ) Kepadatan (/ft²/ ped )
Gambar 2. Hubungan antara kepadatan dengan Gambar 3. Hubungan antara kepadatan dan
kecepatan rata – rata arus
4.00
3.50
Arus (ped/mnt/ft)
3.00
2.50
2.00
1.50 y = -0.0122x + 1.766
1.00
0.50
0.00
50.00 70.00 90.00 110.00 130.00 150.00
Kecepatan rata-rata waktu (ft/mnt)
4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesesuain trotoar terhadap standar teknis menurut DPU.011/T/Bt/1995. lebar trotoar seharusnya
2.00 m sedangkan lebar trotoar yang ada Jalan Kranggan hanya 1.30 m. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa lebar trotoar belum sesuai dengan standar teknis.
2. Berdasarkan besarnya arus dan besarnya ruang pejalan kaki untuk pejalan kaki pada interval 15
menitan pada trotoar tersebut, maka tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Jalan Kranggan, Kota
Surabaya termasuk dalam kategori tingkat pelayanan “E“. Hubungan antara variabel kecepatan,
kepadatan, arus, dan ruang gerak pejalan kaki di Jalan Kranggan saling keterkatian sehingga
membentuk linier.
Referensi
[1] Badan Standarisasi Nasional. 2004. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), Geometri Jalan
Perkotaan
[2] Departemen Pekerjaan Umum. 1995. Tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan. 011/T/Bt/1995. Jakarta
[3] Direktorat Jenderal Bina Marga. 1999. Pedoman Teknik, Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Jalan
Umum. Jakarta: Penerbit PT. Mediatama Saptakarya
[4] Dirjen Bina Marga. 1991. Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi Trotoar. Jakarta
[5] Hidayat. Nursyamsu. 2 Desember 2016. Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan kaki.
[6] Khisty, Jotin C 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
[7] Mantik, Vandia. Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado.Skripsi tidak
diterbitkan. Manado: Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado.
[8] Manopo, Sweetly.Februari 2015. Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar Ditinjau dari Laju Arus Ruas Jalan
Sam Ratulangi Manado Untuk Segmen ruas Jalan RS Siloam – Monumen Zero Point Kota Manado. Jurnal
Sipil Statik Vol. 3 N0.2: 99-108
[9] Prasetyaningsih. Indah. 2010. Analisis Karakteristik dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki
Dikawasan Pasar Malam Ngarsopuro Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Teknik dan
Perencanaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
[10] Putra, Muhajirin.2012. Analisis Karakteristik dan Aktivitas Pedestrian (Studi Kasus). Departemen Teknik
Sipil, Universitas Sumatera Utara.
[11] Sari, Meyta.2015. Analisis Tingkat Pelayanan Pedestrian dan Perparkiran kawasan Pasar Pembangunan
Kota Pangkalpinang. Vol 3 Nomor 1
[12] Setiawan, Rudi.2012. Usulan Standart dan Evaluasi Tingkat Pelayanan Selasar di Maspion Square
Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen
Petra Surabaya.
[13] Wigananda. Muhlas. September 2012. Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (studi Kasus: Jl.
Pemuda). Jurnal Teknik ITS, Vol. 1, ISSN: 2301 - 9271
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
ABSTRAK
Berjalan kaki merupakan tindakan yang sederhana akan tetapi memiliki peran penting dalam
system transportasi setiap kota karena hamper setiap aktivitas pergerakan diawalidan diakhiri
dengan berjalan kaki. Pada dasarnya kinerja lalu lintas pejalan kaki diekspresikan dengan cara yang
mirip dengan ekspresi kinerja lalu lintas kendaraan yaitu dengan arus, kecepatan, dan kepadatan
yang saling berhubungan. Pada penelitian ini mengambil lokasi di kawasan Jln. Pierre Tendean
Segmen ITC – Depan Bank Mega Kawasan Megamas. Kawasan ini merupakan tempat yang ramai di
kunjungi pejalan kaki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pejalan kaki,
bagaimana hubungan antara kecepatan (speed), arus (flow), kepadatan (density), dan walkability di
kawasan tersebut. Selain itu untuk mengetahui besarnya kapasitas dan Level Of Service (LOS)
apakah masih bisa menampung jumlah pejalan kaki yang ada. Metode penelitian dalam penelitian ini
menggunakan metode survai dan metode analisis. Metode survai yakni dengan menggunakan teknik
manual dalam pengamatan dan pengambilan data di lapangan. Dari hasil survai di lapangan di
dapatkan data jumlah pejalan kaki dan waktu tempuh pejalan kaki. Sedangkan metode analisis yakni
dengan menggunakan metode regresi linier sesuai dengan cara yang digunakan oleh Greenshields.
Dari hasil penelitian, didapat arus (flow)= 19 ped/menit/meter, kecepatan sebesar 66.58 m/menit,
dan kepadatan sebesar 0.56928 pejalan kaki/m2.Menurut John. J. Fruin, standar perencanaan
fasilitas pejalan kaki di daerah perkotaan (urban) pada tingkat pelayanan B. Agar tingkat pelayanan
dapat ditingkatkan maka diperlukan system pengelolaan dalam mengantisipasi arus pejalan kaki
yang cenderung meningkat terutama pada jam-jam sibuk dari hari-hari menjelang Hari Raya.
Kata kunci: Berjalan kaki, Greenshields, Pedestrian, tingkat pelayanan
151
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
Survey Kecepatan
Survey kecepatan yang digunakan adalah spoot
speed, yaitu kecepatan setempat dimana
kecepatan pejalan kaki pada suatu saat diukur
dari suatu tempat yang ditentukan dengan
pengukuran tak langsung metode dua pengamat.
METODOLOGI PENELITIAN
152
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
PEJALAN KAKI
JAM
Arah MM - ITC Arah ITC - MM
pada saat menghitung volume pejalan kaki.
07.00-07.15 13 11 Dalam menghitung kecepatan pejalan kaki di
07.15-07.30
07.30-07.45
15
12
16
17
ambil 10 orang sebagai sampel di setiap interval
07.45-08.00
08.00-08.15
11
11
14
15
waktu 15 menit dengan jarak dari titik start ke
08.15-08.30
08.30-08.45
16
17
22
21
finish 7 meter.
08.45-09.00 17 15
09.00-09.15 16 16
09.15-09.30 12 12 Tabel analisa data Kecepatan
09.30-09.45 20 24
09.45-10.00 25 25 Kecepatan Kecepatan Kecepatan Kecepatan
JAM
10.00-10.15 35 41 Arah MM - ITC Arah ITC - MM Rata-rata (6m/det) Rata- rata (m/mnt)
. . . 07.00 - 07.15 4.67 4.51 4.59 45.86
. . . 07.15 - 07.30 4.80 4.51 4.66 46.57
. . . 07.30 - 07.45 4.47 5.12 4.79 47.91
20.45-21.00 77 61 07.45 - 08.00 4.67 4.09 4.38 43.82
08.00 - 08.15 4.67 4.70 4.69 46.85
08.15 - 08.30 5.19 4.78 4.98 49.82
Tabel Data Kecepatan 08.30 - 08.45 5.37 4.98 5.17 51.75
08.45 - 09.00 5.76 5.83 5.79 57.94
09.00 - 09.15 5.89 5.48 5.69 56.86
WAKTUH TEMPUH PEJALAN KAKI (Arah MM - ITC)) Kecepatan 09.15 - 09.30 5.68 5.21 5.44 54.41
JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata (6m/det) 09.30 - 09.45 5.12 5.47 5.30 52.96
07.00 - 07.15 4.05 5.06 4.72 4.98 4.09 4.88 4.02 5.09 5.00 4.77 4.67 09.45 - 10.00 5.97 4.88 5.43 54.26
07.15 - 07.30 5.27 5.31 5.34 4.76 4.78 4.99 3.49 4.76 5.00 4.32 4.80 . . . . .
07.30 - 07.45 4.65 5.33 5.34 4.04 4.00 6.54 4.34 2.90 3.65 3.87 4.47 . . . . .
07.45 - 08.00 5.02 4.89 4.33 4.86 4.87 5.41 6.09 3.87 3.02 4.34 4.67 . . . . .
08.00 - 08.15 4.02 5.97 5.99 4.15 4.12 4.00 3.07 5.89 4.98 4.53 4.67 20.45 - 21.00 5.68 5.52 5.60 56.00
08.15 - 08.30 4.01 6.82 6.83 5.43 4.00 5.67 4.67 4.87 6.00 3.56 5.19
08.30 - 08.45 6.50 5.33 5.76 6.54 5.63 4.89 5.44 3.00 4.08 6.54 5.37
08.45 - 09.00 5.40 5.00 6.28 6.31 6.72 8.65 5.08 5.45 4.65 4.03 5.76
09.00 - 09.15 4.83 6.12 6.19 8.35 7.63 4.76 4.98 4.67 6.54 4.87 5.89
09.15 - 09.30 4.42 6.09 6.28 7.09 5.47 7.08 6.60 4.46 4.81 4.46 5.68
09.30 - 09.45
09.45 - 10.00
4.71
6.43
5.81
8.06
3.62
6.84
5.25
5.75
5.00
4.77
5.99
4.87
4.91
4.29
6.65
6.56
5.88
4.69
3.38
7.47
5.12
5.97
Analisa Data Kepadatan
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . Kepadatan dapat dihitung dengan membagi
20.45 - 21.00 6.69 4.43 5.62 5.09 7.68 5.47 4.91 7.25 4.18 5.50 5.68
volume lalu lintas dengan variabel kecepatan
rata-rata.
Analisa Data Volume
D=V/S
Data arus pejalan kaki diperoleh
Tabel analisa data kepadatan
berdasarkan survey di lapangan selama 4 hari
dalam seminggu pada 3 lokasi berbeda JAM
Speed [Y] Volume [X.Y]
Density [X]
(m/menit) (org/menit)
sepanjang jalan Pierre Tendean segmen depan 1 2 3 4 = 3/2
ITC – depan Megamall. Lokasi pertama ada di 07.00 - 07.15 45.86 1 0.01963
07.15 - 07.30 46.57 1 0.01790
depan ATM Galery kawasan megamas, kedua di 07.30 - 07.45 47.91 1 0.01809
Blok A Kawasan Megamas dan ketiga di Blok B 07.45 - 08.00
08.00 - 08.15
43.82
46.85
1
1
0.02206
0.02063
Kawasan Megamas. Survey dilakukan untuk 08.15 - 08.30 49.82 1 0.02141
08.30 - 08.45 51.75 1 0.02126
setiap arah dengan interval waktu 15 menit. 08.45 - 09.00 57.94 1 0.01841
09.00 - 09.15 56.86 1 0.02580
Volume masing-masing arah dijumlahkan untuk 09.15 - 09.30 54.41 2 0.03063
mendapatkan satu nilai volume pejalan kaki per 09.30 - 09.45
09.45 - 10.00
52.96
54.26
1
2
0.02644
0.03379
15 menit. Hal ini dilakukan pada 3 lokasi . . . .
. . . .
pengamatan yang sudah ditetapkan. . . . .
10.45 - 11.00 56.01 2 0.03571
Tabel analisa data Volume JUMLAH 3371.72 264 0.07830
153
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
AxisVolume - V (orang/menit)
Sehingga akhirnya didapat nilai Sff = A dan Dj
Title
0
= 0 0.5 1 1.5
Nilai Sff dan Dj inilah yang kemudian
dimasukkan kedalam persamaan (2.6) untuk
mendapatkan nilai volume maksimum di setiap Menurut Greenshields
-50 Kepadatan - D (org/m)
lokasi pengamatan.
Hubungan antara Volume (V) dan Kecepatan
(S)
Dimana : Hubungan antara volume dan kecepatan
Vm = Volume maksimum dapat dihitung dengan menggunakan metode
(orang/menit/meter) regresi linier sesuai dengan cara yang digunakan
Dj = kepadatan pada oleh Greenshields yaitu dengan menggambarkan
kondisi volume lalu lintas macet total data kecepatam sebagai variabel bebas (X) dan
(orang/menit) data volume sebagai variabel terikat (Y).
Sff = kecepatan pada kondisi volume lalu
lintas sangat rendah atau pada kondisi
Grafik Hubungan V dan S
kepadatan mendekati 0 (nol) atau kecepatan arus 30
Volume - V (orang/menit
bebas (meter/menit). 20
154
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
zebra cross
Dari hasil analisa data 6%
32%
koeisioner, maka dapat di lihat pada gambar 62%
bahwa sebagian besar pengunjung di kawasan jembatan
Jalan Pierre Tendean segmen Depan Megamall – penyeberang
Depan IT Centre adalah perempuan, yaitu an
sebesar 67%. Dari hasil analisa data koeisioner, maka
dapat di lihat pada gambar bahwa fasilitas
penyeberangan yang perlu di tambahkan di
STATUS
kawasan Jalan Pierre Tendean segmen Depan
Megamall – Depan IT Centre adalah jembatan
IRT penyeberangan, yaitu 62%.
3%
12%
29% masyarakat Analisa Tingkat Pelayanan
32% Dengan menggunakan persamaan (2.2)
9%15% PNS dan tabel (2.1) maka tingkat pelayanan
sepanjang ruas Jln.Pierre TendeanSegmen ITC –
Depan Bank Mega Kawasan Megamas dapat
Status pejalan kaki yang melewati diketahui
kawasan Jalan Pierre Tendean segmen Depan Vp
Megamall – Depan IT Centre adalah berstatus V 15
15We
pelajar/mahasiswa, yaitu sebesar 32%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Jam Sibuk Kesimpulan
Setelah mengadakan survey penelitian
di lokasi pengamatan yaitu di sepanjang ruas
07.00 - 10.00
31% 31% jalan Sam Ratulangi untuk segmen ruas jalan RS
11.00 - 15.00 Siloam – Monumen Zero Point selama 4 hari
38% 16.00 - 19.00 serta merencanakannya, maka diperoleh
kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Perhitungan volume maksimum dengan
Dari hasil analisa data koeisioner, maka menggunakan analisa regresi linier
dapat di lihat pada gambar bahwa Jam sibuk di model greenshield pada setiap titik
kawasan Jalan Pierre Tendean segmen Depan pengamatan dihari senin, rabu, jumat
Megamall – Depan IT Centre adalah dari pukul dan sabtu. Volume maksimum yang
11.00 – 15.00, yaitu sebesar 38%. paling besar ada di hari Sabtu depan
ATM Galery yaitu 19 ped/menit/meter.
Kendaraan yang digunakan Dengan menggunakan analisa regresi
linier model greenshield di dapat
Mobil pribadi
23% hubungan antara volume, kecepatan, dan
kepadatan sebagai berikut :
77% bus
umum/angkot
155
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
156
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 (151-157) ISSN: 2337-6732
pelayanannya dapat
digolongkan dalam Level of Sarayar Alfa. 1996. Analisa Tingkat
Service B (LOS B). Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki Jl.
Walanda Maramis. Manado
Saran
Setelah mengevaluasi hasil penelitian Prasetyaningsih Indah. 2010. Analisa
yang telah dilakukan, diungkapkan saran-saran Karakteristik Dan Tingkat Pelayanan
sebagai berikut : Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan
1. Lebar ruas jalan dapat membuat Pasar Malam Ngarsopuro Surakarta.
pejalan kaki merasa nyaman untuk Universitas Sebelas Maret Surakarta
berjalan.
2. Fasilitas-fasilitas untuk trotoar di
tambah sebagai contoh : lampu
jalan, bangku, fasilitas
pelindung,dan lain-lain.
3. Hasil dalam penelitian ini sebaiknya
digunakan sebagai bahan awal untuk
membuat desain standar tingkat
pejalan kaki di tempat lain.
DAFTAR PUSTAKA
157
Jurnal Arsitekno
vol.5, no. 5, hlm. 1 – 10, Januari 2015
Abstrak Perkembangan kota ditandai dengan pesatnya pembangunan yang merupakan suatu perwujudan dari
realitas perkembangan fungsi kegiatan masyarakat kota didalamnya. Tetapi perkembangan kota ini juga
berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas ruang publik. Ruang publik dapat diartikan sebagai ruang
milik bersama dan salah satu fungsi kawasan ruang publik adalah sebagai ruang pedestrian. Kawasan jalan
Jamin Ginting merupakan kawasan jalan protokol di Kota Medan yang cukup ramai dilalui oleh pengguna jalan,
termasuk pejalan kaki. Oleh karena itu, untuk membentuk sebuah ruang pedestrian jalan Jamin Ginting sebagai
ruang publik yang nyaman, maka diperlukan studi mengenai kenyamanan pejalan kaki melalui kenyaman fisik dan
kenyamanan iklim. Kenyamanan fisik meliputi eksesibilitas, lebar pedestrian, street furniture, vegetasi dan elemen
lainnya. Sedangkan kenyamanan iklim meliputi suhu dan kelembaban udara. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa kondisi exsisting dan fasilitas penunjang yang telah tersedia dalam menunjang kenyamanan pengguna
pedestrian di Jalan Jamin Ginting masih masuk dalam kategori tidak nyaman. Jika dilihat dari aspek kenyaman
iklim, kurangnya peneduh menjadi kendala utama, sedangkan dari aspek kenyaman fisik menjadi kurang nyaman
disebabkan oleh banyaknya hambatan-hambatan dari penggunaan badan jalan sebagai parkir kendaraan.
Abstract The development is characterized by the rapid development of the city which is a manifestation of the
reality of urban community development activities function in it. But the development of the city also decrease the
quality and quantity of public space. Public space can be interpreted as the common property of space and one of
the area's function as a public space is a pedestrian space. Jamin Ginting street area is the area of the main
streets in the city of Medan were fairly well-traveled by road users, including pedestrians. As one of the areas
dominated by the community of students, then it should be the way Jamin Ginting including pedestrian space, able
to reflect a public space functional. Therefore, to establish a pedestrian space Jamin Ginting street as a public
space that is comfortable, it is necessary to study on pedestrian comfort through physical comfort and climate
comfort. Physical comfort include accessibilities, wide pedestrian, street furniture, vegetation and other elements.
The results of the study showed that the existing conditions and supporting facilities are already available to
support the user's convenience in Jamin Ginting street pedestrian still in the category of uncomfortable. When
viewed from the comfort aspects of climate, lack of shade is a major constraint, while the aspect of physical
comfort becomes less comfortable due to the many constraints of the use of the road as the parking of vehicles.
Recommendations that can be done is to increase the quality of comfort can be done with a micro-climate
modification can be done by building shelter or planting trees causing the shade beneath also increase physical
comfort with improved smoothness, ease and user accessibility to the work space.
1
Manajemen Pembangunan Kota, Universitas Sumatera Utara, Studio99_architect@yahoo.com
2.3 Kenyamanan
Menurut JO Simond (1997), kenyamanan
adalah segala sesuatu yang memperlihatkan
penggunaan ruang secara harmonis baik dari segi
bentuknya, tekstur, warna, aroma, suara, bunyi,
cahaya atau lainnya. Hubungan harmonis yang
dimaksud dalah keteraturan, dinamis, dan
keragaman yang saling mendukung terhadap
penciptaan ruang bagi manusia.Sehingga Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Titik Keramaian
3. Segmen 3
Fungsi dan kegiatan utama yang terdapat pada
segmen 3, yaitu:
a. Perdagangan dan jasa. Kegiatan ini masih
mendominasi. Pasar sore sebagai kegiatan
utama pada segmen ini. Selain itu juga
terdapat fungsi percetakan dan toko-toko
furniture.
b. Rumah makan. Salah satu rumah makan Gambar 4. Titik Keramaian di Segmen 3
(Pasar Soreh - Jl. Dr. Mansyur)
besar di segmen ini adalah rumah makan
zam-zam. Tidak banyak fungsi rumah
4.2 Analisa Kepuasan Pengguna
makan di segmen ini.
c. Pemakaman umum. Pemakaman umum Pengguna di jalur pedestrian Jalan Jamin
ini langsung berbatasan dengan pasar Ginting terdiri dari berbagaiaktifitas didalamnya
sore. yaitu pejalan kaki itu sendiri sebagai pengguna
utamajalur pedestrian juga aktifitas non-pejalan
kaki yang juga menggunakan jalurtersebut untuk
melakukan aktifitas lain salah satunya PKL.
Pengguna di jalur pedestrianini mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda karakteristik
tersebut yaitudiantaranya yaitu jenis kelamin,
usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin yaitu 31 orang berjenis kelamin
perempuan dan 19 orang responden berjenis
Gambar 2. Titik Keramaian di Segmen 1
(Jl. Harmonika – Jl. Sumber) kelamin laki-laki, disajikan seperti gambar
dibawah ini.