Anda di halaman 1dari 4

PERKEMBANGAN KORIDOR KOTA DI SURABAYA

M.Romeo Hendi Saputra | 20201332005

Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Jl. Raya Sutorejo No.59, Dukuh Sutorejo, Kec. Mulyorejo, Kota SBY
Email: muhamad.romeo.hendi-2020@ft.um-surabaya.ac.id

Abstract
Ruang publik merupakan aset utama bagi livability dan perekonomian kota. Jalan merupakan
ruang publik yang paling mudah diakses. Jalan tak hanya berfungsi sebagai jalur sirkulasi tetapi
juga ruang sosial yang dapat merepresentasikan kehidupan dan identitas kota. Koridor
adalah lahan memanjang yang membelah kota/kawasan atau sebuah lorong membentuk fasade
bangunan berderet dengan lantai atau ruang kota bergerak dari ruang satu ke ruang
lainnya (Wiharnanto dalam (Sumartono, 2003)). Koridor berfungsi sebagai jalan sekaligus wadah
berinteraksi (Kurokawa, 1997).

Keywords: : livable streets, ruang jalan, ruang publik

Abstract

Public space is a major asset for the city's livability and economy. Streets are the most
accessible public spaces. Roads not only function as circulation routes but also social
spaces that can represent city life and identity. A corridor is an elongated piece of land
that divides a city/area or a passage forming a row of building facades with floors or city
spaces moving from one room to another (Wiharnanto in (Sumartono, 2003)). Corridors
function as roads as well as containers for interacting (Kurokawa, 1997).

Keywords: livable streets, street space, public space.

1
A. Karakteristik koridor Jalan Veteran
Perkembangan koridor Jalan Veteran
sebagai pusat perkantoran, perdagangan
I. LATAR BELAKANG dan jasa dimulai pada tahun 1900 dan
sampai sekarang masih bertahan sebagai
kawasan perkantoran, perdagangan dan
Surabaya adalah salah satu kota besar jasa dengan skala regional dan kota
yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu karena dipengaruhi kegiatan
kota metropolitan, perkembangan masyarakat di CBD JMP dan pusat
teknologi komunikasi dan informasi di grosir Kembang Jepun .Kawasan
Surabaya berjalan pesat. Sebagian besar Jembatan Merah diindikasikan memiliki
warga sudah akrab dengan segala hal skala pelayanan kota sebagai pusat
berkenaan dengan dunia digital. perkantoran swasta jasa dan perdagangan,
Utamanya, warga yang berasal dari koridor Jalan Veteran d iindikasikan
kelompok pemuda. memiliki skala kota sebagai pusat
pekantoran swasta dan jasa , serta
Cepatnya pertumbuhan dan Jl.Kebonrojo merupakan pusat
pembangunan dalam kota memiliki aglomerasi fasilitas umum. Elemen citra
pengaruh yang luar biasa terhadap kawasan yang dapat diidentifikasi d i
hubungan antara masyarakat kota dan Jl. Veteran antara lain path (Jl.
ruang perkotaan (Rahman, 2014). Rajawali-Jl.Jembatan Merah-
Pertumbuhan dan pembangunan suatu kota Jl.Veteran-Jl.Kebonrojo),
perlu diiringi dengan penyediaan ruang
publik yang memadai yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya interaksi sosial.
Ruang publik suatu kota secara umum
dapat berbentuk street dan square (Krier,
1979). Sementara itu, Jane Jacobs (1961)
menyatakan bahwa ruang publik perkotaan
yang paling utama adalah jalan dan jalur
pedestriannya. Jika ruang jalan sebuah
kota terlihat menarik, maka kota tersebut
menjadi menarik. Jalan seharusnya
menjadi ruang publik dimana terjadi
interaksi sosial antar masyarakat dan dapat
diakses dengan mudah oleh setiap orang Potensi koridor Jalan Veteran
dari segala umur (Appleyard, 2006). • Kebijakan pemerintah dalam upaya
Namun, pemanfaatan ruang jalan pada pelestarian di koridor Jalan Veteran melalui
kota-kota di Indonesia masih sebagai penetapan SK Cagar Budaya , Perda no.5
ruang pergerakan saja, termasuk tahun 2005 dan arahan tata ruang dalam
pemanfaatan koridor jalan Tunjungan RTRK UP Krembangan Perak 2003 ;
Surabaya saat ini • Peran Jalan Veteran sebagai kawasan niaga
yang tidak berubah sejak masa kolonial
2. METODE karena lokasi Jl.Veteran yang dekat dengan
pusat grosir JMP dan Kembang Jepun ;
• Kesamaan tipologi bangunan perkantoran dan
Menggunakan pendekatan kualitatif. jasa. Kesamaan tipologibangunan tersebut
Jenis dan sumber data berasal dari buku dapat menjadi pertimbangan dalam
literature dan jurnal terkait secara induktif. menciptakan keselarasan tampilan bangunan
Analisis secara induktif ini digunakan disepanjang koridor Jalan Veteran.
untuk menemukan kenyataan- kenyataan
jamak sebagai yang terdapat dalam data. Permasalahan koridor Jalan Veteran
• Fluktuasi kendaraan tertinggi pada hari sibuk
3. PEMBAHASAN sore hari sebesar 7043 kendaraan/jam.

2
Jumlah LHR yang tinggi dapat dan sejajarnya hingga Jl. Kedungturi
mempengaruhi struktur dan konstruksi Besar.
bangunan, terutama bangunan kuno yang 3. Pedestrian Segmen 3 meliputi Jl.
tidak pernah mengalami perbaruan Kedungturi Besar di Pedestrian
struktur/konstruksi; Selatan dan sejajarnya hingga Jl.
• Konflik antara pengguna kendaraan pribadi Kedungdoro.
dengan angkutan umum karena tidak teratur
yang kegiatan perpindahan moda dan tidak Adapun batas wilayah adalah sebagai
tersedianya halte ; berikut:
• Konflik antara parkir untuk bongkar muat
barang , • Utara : Jalan Gemblongan
• Timur : Jalan Genteng Kali dan Jalan
B. Karakteristik dan sejarah Koridor Jalan Genteng Besar
Tunjungan • Selatan : Jalan Embong Malang dan
Jalan Gubernur Suryo
karakteristik fisik koridor Jalan Tunjungan • Barat : Jalan Praban
Secara administratif, Koridor Jalan Tunjungan
termasuk dalam wilayah Kelurahan Genteng, Mufianti (2013) dalam penelitiannya
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Jalan menjelaskan bahwa secara umum, sejarah
Tunjungan berfungsi sebagai penghubung perkembangan Kota Surabaya dapat terbagi
antara Kota Surabaya bagian utara dengan dalam 7 periode, yaitu pra 1870, 1870-1905,
pusat Kota Surabaya. Selain itu, Jalan 1906-1940, 1941-1945, 1945-1970, 1971-
Tunjungan memiliki fungsi jalan arteri 1997, dan 1997-sekarang. Dalam 7 perioder
sekunder yang menghubungkan pusat-pusat tersebut, perkembangan Koridor Jalan
kegiatan dalam skala kota. Ruang lingkup Tunjungan Surabaya terbagi dalam periode
wilayah penelitian ini adalah sepanjang koridor 1870-1940, 1941-1970, 1971- 1997, dan 1998-
jalan Tunjungan dan kawasan sekarang. Perkembangan koridor Jalan
Tunjungan ditinjau dari perkembangan fisik
lokasi di pedestrian Jalan Tunjungan dan non fisik. Berikut adalah sejarah
Surabaya, dimana termasuk salah satu Jalan perkembangan Koridor Jalan Tunjungan.
Arteri di Surabaya. Terletak di kawasan
Central Business District (CBD). Pedestrian ini  Periode 1870 – 1940 Koridor Jalan
dikelilingi bangunan dengan kegiatan tunjungan mulai dibangun pada periode
perdagangan dan jasa besar pada area selatan, 1807- 1905, dimana pada saat itu
dan kegiatan ekonomi kecil beserta hunian Pemerintah Belanda merasa perlu adanya
warga pada bagian utara. perkembangan kota ke arah selatan.
Periode 1906-1940 merupakan periode
Terdapat dua jalur pedestrian berdasarkan masa jaya koridor jalan Tunjungan dimana
posisinya yaitu pedestrian utara dan pedestrian jalan Tunjungan menjadi pusat
selatan. Masing-masing pedestrian memiliki perdagangan yang dinamis dan istimewa.
lebar rata-rata antara 3 m dan 7 m. Panjang Pada periode ini, fisik koridor jalan
total dari Jl. Embong Malang sendiri adalah Tunjungan
±824 meter dengan kondisi pedestrian
berkeramik dan terawat.  Periode 1941 – 1970 Pada periode ini,
koridor Jalan Tunjungan tidak mengalami
Memiliki fasilitas dan tingkat penggunaan perubahan dan perkembangan secara
koridor pedestrian yang berbeda. Analisis signifikan. Sehingga, aspek fisik dan non
dibagi tiga segmen pedestrian Jalan tunjungan , fisik pada periode ini masih sama seperti
dimana penanda segmen berupa gang warga pada periode sebelumnya. Hanya saja pada
pada area pedestrian selatan yaitu: aspek non fisik, memiliki penambahan nilai
sejarah karena terjadinya peristiwa
1. Pedestrian Segmen 1 meliputi perobekan bendera Belanda di Hotel
Tunjungan Plaza di Pedestrian Selatan Orange yang sekarang menjadi Hotel
dan sejajarnya hingga Jl. Plemahan Majapahit.
Besar.
2. Pedestrian Segmen 2 meliputi Jl.  Periode 1971 – 1997 Periode ini
Plemahan Besar di Pedestrian Selatan merupakan masa dimana koridor jalan

3
Tunjungan mengalami perubahan yang
signifikan. Pada periode ini terjadi banyak
perubahan secara fisik dan pergeseran
makna kawasan.

 Periode 1998 – Sekarang Pada periode ini


terjadi perubahan fungsi kawasan dan
sebagian fisik bangunan. Adapun
perubahan fisik terjadi pada jalur
pedestrian dimana mulai banyak tipe
arcade yang dibongkar menjadi jalur
pedestrian biasa. Sementara pada aspek non
fisik yang mengalami perubahan adalah
pergeseran aktivitas perdagangan dan jasa
menjadi perkantoran, bank, dan
perdagangan barang elektronik, atau alat
tulis. Pergeseran tersebut, menyebabkan
koridor Jalan Tunjungan tidak lagi menjadi
kawasan yang rekreatif.

Kesimpulan

Daftar Pustaka :

 Konsep Pengembangan Kawasan


Koridor Jalan Tunjungan Melalui
Pendekatan Livable Streets_Ananta
Tama Krisetya
 Pelestarian Koridor Jalan Veteran Kota
Surabaya_Kartika Eka Sari
 PERANCANGAN INTERIOR
KORIDOR COWORKING SPACE,
SURABAYA
 POLA PENGGUNA JALAN PADA
JALUR PEDESTRIAN SEPANJANG
KORIDOR JALAN EMBONG
MALANG SURABAYA_ Dinda
Oktaviani Syafi’I, Febriska Alya Putri
Pambagus, Auriellia Laksmi Kartika
 PROPOSAL Inovasi : Koridor co
Working Space_Bagian Humas
Surabaya
 http://dpm-ptsp.surabaya.go.id/v3/
detailpost/koridor-coworking-space-di-
kota-surabaya-tambah-ruang-startup\
 Identifikasi Karakteristik Fisik Koridor
Jalan Tunjungan sebagai Ruang Publik
_Ananta Tama Krisetya dan Ardy
Maulidy Navastara

Anda mungkin juga menyukai