Anda di halaman 1dari 8

4.

1 Morfologi Kota Tuban


4.2.1 Pola Jaringan Jalan
Letak geografis Kota Tuban yang berada di wilayah pesisir pantai utara
sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola jaringan jalan yang ada.
Distraksi topografi menyebabkan jaringan jalan Kota Tuban hanya dapat
dikembangkan ke arah selatan.. Sebelum adanya Jalan Raya Pos, terdapat jalan
yang menghubungkan antar desa di Kota Tuban yang berupa jalan tanah yang
belum dikeraskan, sehingga memiliki tekstur berlumpur saat musim hujan.
Jalanan yang desa-desa kecil tersebut memiliki pola tidak teratur karena terbentuk
tanpa adanya perencanaan, sehingga sangat menyulitkan distribusi hasil pertanian.
Namun, setelah dibangunnya Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, distribusi hasil
pertanian semakin tinggi dan Pelabuhan Tuban Kembali ramai. Sejarah
pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan dengan salah satu jalur di Kota Tuban
melatarbelakangi jaringan jalan Kota Tuban tergolong ke dalam salah satu jalan
raya tertua di Pulau Jawa. Termasuk setelah kolonialisme Belanda yang membuka
akses terhadap pedagang Tiongkok menyebabkan berkembangnya Kota Tuban
dan meningkatnya permintaan aksesibilitas untuk pelayaran dan perdagangan.
Pola jaringan jalan yang paling mudah diamati adalah jaringan jalan linear
di Pantai Utara yang mengubungkan Kecamatan Palang dengan Kecamatan Jenu.
Pola linear tersebut terbentuk
Kota Tuban Memiliki dua pola jaringan jalan utama, yaitu jalan linear dan
jalan grid. Jalan linear terbentuk akibat adanya pembangunan Jalan Raya Pos
Anyer-Panarukan saat pemerintahan Gubernur Jenderal Herman William
Daendels. Ruas jalan linear sepanjang Jalan PB Sudirman di Jalur Pantura Tuban.
Sedangkan pola jaringan jalan grid dapat ditemui di semua lingkungan Kota
Tuban.

. peta jaringan jalan


4.2.2 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan wilayah perkotaan Tuban sangat dipengaruhi oleh faktor
pembentuk aktivitas dan sejarah kota sebagai kota pelabuhan. Adanya Pelabuhan
Tuban (kini Pantai Boom) menunjukkan masifnya aktivitas pelayaran yang terjadi
di masa lampau. Hal tersebut berimplikasi terhadap kondisi guna lahan Kota
Tuban di masa sekarang. Pada zaman dahulu terjadi berbagai perubahan corak
ekonomi masyarakat. Saat zaman Kerajaan Majapahit, masyaralat pesisir sekitar
Pelabuhan Tuban banyak berprofesi sebagai nelayan. Mulai abad ke-16 terjadi
pendangkalan pantai utara akibat banyaknya kapal muat yang membuang material
di pesisir. Sehingga sejak pemerintahan Belanda Pelabuhan Tuban tidak tergolong
pelabuhan penting dan digunakan sebagai pelabuhan pendukung saja. Kini,
Pelabuhan Tuban tutup total dan hanya dijadikan objek pariwisata. Sejarah
Pelabuhan Tuban sebagai salah satu akses transportasi terpenting di Kota Tuban
menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai menetap di kawasan pesisir.
Kawasan permukiman tersebar di setiap lingkungan dengan kepadatan
variatif, mulai dari rendah hingga tinggi. Permukiman kepadatan rendah hingga
sedang cenderung berada di sisi barat Kota Tuban, seperti lingkungan Kelurahan
Perbon. Selain guna lahan permukiman, terdapat guna lahan perdagangan dan jasa
yang tersebar di semua wilayah dengan dominasi tipe perdagangan dan jasa deret.
Pola wilayah perdagangan dan jasa deret berada di sisi-sisi jalan kolektor, lokal
dan arteri. Aglomerasi wilayah perdagangan dan jasa tertinggi berada di sepanjang
ruas Jalan Basuki Rahmat dengan kawasan perdagangan jasa campuran dengan
tipe deret dan tunggal

peta tata guna lahan

4.2.3 Bentuk Bangunan


Di kota Tuban terdapat beberapa jenis bangunan yang mencirikan adanya
arsitektur tertentu. Beberapa bentuk bangunan tersebut diantaranya:
a. Arsitektur kolonial
Bangunan dengan arsitektur kolonial (Hindia Belanda) merupakan corak
arsitektur campuran dari arsitektur Belanda dengan arsitektur tropis. Arsitektur
ini banyak ditemukan di zona perkantoran Kota Tuban, salah satunya adalah
Kantor Bupati Tuban yang terletak di bagian selatan Alun-alun Tuban. Corak
arsitektur kolonial pada Kantor Bupati Tuban ada pada gavel atau muka atap
bangunan yang menunjukkan adanya perpaduan arsitektur Jawa dengan
arsitektur Belanda. Selain itu adanya pilar-pilar besar dan ventilasi yang besar
menunjukkan adanya corak bangunan Eropa dalam bangunan ini.
b. Arsitektur Jawa
Selain corak bangunan kolonial, di perkotaan Tuban juga terdapat
bangunan dengan arsitektur Jawa. Arsitektur Jawa ini dipakai mengikuti
mayoritas suku yang tinggal di Tuban, yaitu suku Jawa. Beberapa contoh
bangunan dengan arsitektur Jawa adalah Pendopo Kridhomanunggal

gambar bangunan
4.2 Citra Kota Tuban
Sebagai salah satu kota yang memiliki alur sejarah yang panjang, Kota
Tuban memiliki berbagai julukan, salah satunya Bumi Wali. Julukan Bumi Wali
muncul sebagai bentuk ekspresi yang menggambarkan Tuban sebagai pusat
penyebaran agama Islam mulai abad ke-15 sampai ke-17 M. Analisis citra kota
secara fisik melibatkan lima unsur, yaitu path, edge, district, node, dan landmark.

4.3.1 Jalur (Path)


Tuban merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir dan dilalui oleh
Jalur Pantura. Aspek geografis tersebut mempengaruhi berbagai unsur fisik
pembentuk kota yang ada di Kota Tuban. Path atau jalur merupakan salah satu
unsur fisik yang menggambarkan citra dari suatu kota dengan memberikan kesan
visual saat pengamat bergerak. Tidak semua jalan perkotaan termasuk ke dalam
path, hanya jalan yang menggambarkan kesan tertentu bagi masyarakat kota
maupun masyarakat luar kota. Path akan lebih jelas apabila memiliki suatu tujuan
dan terdapat keunikan di sisi-sisi path. Beberapa path di Kota Tuban, seperti:
a. Jalan PB Sudirman
b. Jalan Sekarno Hatta
c. Jalan Dandels
d. Jalan Letda Sucipto
e. Jalan Sunan Kalijogo
f. Jalan Basuki Rahmat
g. Jalan Veteran
h. Jalan Pahlawan
Berdasarkan analisis sebelumnya, Kota Tuban memiliki pola jaringan
jalan yang kompleks dengan bentuk grid dan linear. Path Kota Tuban merupakan
ruas jalan yang paling sering dilalui dan dihiasi dengan landmark atau ornament
tertentu, sehingga menunjukkan identitas kota Tuban.
. peta path
4.3.2 Edge (Tepian)
Edge atau tepian dapat berupa topografi, path, sungai, dan kenampakan.
Secara jelas edge dapat membatasi suatu kota dalam aspek keruangan. Sehingga
pengamat akan merasa masuk/keluar ketika melewati bagian linear tersebut. Sisi
edge tidak selalu ditandai dengan gapura kota. Oleh karena itu, analisis edge
didasarkan pada garis lienar yang memisahkan kawasan fisik perkotaan dengan
kawasan yang tidak memiliki fisik perkotaan. Terdapat beberapa edge di Kota
Tuban, antara lain:
a. Sepanjang Garis Pantai Pesisir Utara
b. Sepanjang Jalan Manunggal di Sisi Timur
c. Persawahan Sisi Barat Kota Tuban
Edge di Kota Tuban terbagi menjadi edge topografi dan edge linear. Edge
topografi berupa sepanjang garis pantai di pesisir utara Kota Tuban yang
menyebabkan fisik keruangan Kota Tuban tidak dapat berkembang ke arah utara.
Edge tersebut terbagi menjadi beberapa peruntukan, yaitu peruntukan
permukiman, pariwisata, hingga simpadan pantai. Secara visual, kawasan edge di
sisi utara Kota Tuban dapat dilihat secara langsung karena juga dilintasi oleh Jalur
Pantura yang dapat melihat Laut Jawa.
4.3.3 Kawasan (District)
Kesamaan fasad bangunan menjadi salah satu ciri dari suatu kawasan
(district). Unsur tersebut menjadi unsur yang paling mudah dikenali setelah path.
Kawasan sendiri berfungsi seperti sebuah ruang yang dapat dirasakan oleh
pengamat untuk masuk/keluar. Dalam membaca suatu district diperlukan adanya
analisis visual mengenai bentuk bangunan dari suatu wilayah. Perkotaan Tuban
telah berperan besar dalam masa kolonialisme, baik untuk angkut hasil bumi
maupun sistem pertahanan. Selain itu masifnya perdagangan dan pelayaran pada
zaman prasejarah menyebabkan banyak etnis yang mendiami Kota Tuban.
Terdapat beberapa district di Kota Tuban, seperti:
a. Kawasan Pecinan
b. Kawasan Pusat Kota Tuban
c. Kawasan Perkampungan Pesisir Karangsari
Kota Tuban memiliki latar belakang sejarah yang cukup Panjang. Hal
tersebut juga melatarbelakangi adanya berbagai kawasan atau district di Kota
Tuban. Salah satu district yang memiliki nilai sejarah tinggi adalah kawasan
percintaan Tuban yang berada di sisi utara Alun-alun Tuban. Kawasan pecinan
tersebut dekat dengan Pantai Boom dan memiliki Kelenteng Joe Ling Kong
sebagai pusat peribadatannya. Selain itu District lain di Kota Tuban adalah
kawasan pusat Kota Tuban yang memiliki sistem tata kota khas kota-kota Jawa.
Kawasan pusat kota tersebut dapat dikenali langsung karena merupakan kawasan
sekitar Alun-alun Tuban.

peta district
4.3.4 Simpul (Node)
Simpul atau node merupakan pertemuan dari beberapa garis linear maupun
menjadi titik transit dari pergerakan manusia. Nodes dapat berupa persimpangan,
halte, stasiun, atau titik strategis lain yang menjadi pemberhentian pergerakan
pengamat. Identifikasi node dalam citra kota menjadi penting karena menentukan
gambaran pergerakan dari/ke suatu wilayah melalui satu titik pemberhentian.
Kompleksitas jaringan jalan Kota Tuban menyebabkan banyak node yang
menggambarkan citra Kota Tuban. Beberapa node tersebut diantaranya:
a. Simpang Tiga Manunggal Utara
b. Simpang Empat Taman Kapur
c. Bundaran Sleko
d. Simpang Empat Letda Sucipto
e. Simpang Tiga Tugu Pancasila
Node di kota Tuban didominasi oleh persimpangan-persimpangan yang
menjadi penghubung antar ruas jalan yang penting bagi aksesibilitas Kota Tuban.
Salah satu persimpangan yang biasa dilalui oleh masyarakat Tuban adalah
simpang tiga Manunggal Utara. Persimpangan ini berada di wilayah Jalur Pantura
yang menghubungkan antara Jalan PB Sudirman di timur dan barat dengan Jalan
Manunggal di selatan. Selain simpang tiga Manunggal Utara, terdapat simpang
empat Taman Kapur yang menghubungkan empat ruas jalan, yaitu Jalan
Brawijaya yang melintang dari arah utara ke selatan, Jalan Raya Daendels di sisi
barat, dan Jalan HOS Cokroaminoto di sisi timur. Persimpangan lain yang
menjadi node di Kota Tuban adalah bundaran Sleko yang dihiasi oleh berbagai
patung, seperti patung Sembilan kuda, patung merak, dan patung kuda dari
knalpot brong. Bundaran ini merupakan persimpangan bagi empat jalan besar,
yaitu Jalan Basuki Rahmat di sisi barat, Jalan Pattimura di sisi utara, dan Jalan
WR Supratman di sisi timur laut, dan Jalan Pahlawan di sisi tenggara. Terdapat
juga node di sisi barat Kota Tuban, yaitu simpang tiga Tugu Pancasila yang
menghubungkan antara Jalur Pantura berupa Jalan PB Sudirman dengan Jalan
Agil Kusumadya serta simpang empat Letda Sucipto yang menjadi pertemuan
antara Jalan Letda Sucipto, Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo, Jalan Teuku Umar,
dan Jalan Sunan Kalijogo. peta node
4.3.5 Tengarai (Landmark)
Landmark adalah tengarai yang memberikan kesan bahwa pengamat telah masuk ke
suatu kawasan. Perbedaan dengan unsur lainnya, landmark tidak dapat/tidak harus dimasuki
untuk memberikan vibes identitas kota. Sebagai kota pesisir dengan sejarah yang sangat
Panjang, terdapat berbagai landmark Kota Tuban yang mengadopsi sejarah, keunggulan,
maupun keunikan Kota Tuban dari kota lainnya. Landmark Kota Tuban, antara lain:
a. Alun-alun Tuban
b. Taman Sleko
c. Patung Letda Sucipto
d. Klenteng Kwan Sing Bio
Kota Tuban memiliki banyak landmark yang mengadopsi dari sejarah dan kebudayaan yang
ada di Tuban. Landmark yang paling menonjol dari Kota Tuban adalah Alun-alun Tuban
yang dikelilingi oleh bangunan pemerintahan,

Anda mungkin juga menyukai