Anda di halaman 1dari 26

STUDI LITERATUR HIGH RISE OFFICE

STUDIO PERANCANGAN 5
RENTAL OFFICE

Disusun oleh :
RENDI MUHAMMAD ZAELANI
2020120024

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TENIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
A. High Rise Building
1. Pengertian
Pengertian dari high rise building yaitu bangunan gedung yang memiliki struktur tinggi. Biasanya bangunan ini digunakan untuk hunian apartemen, selain itu juga
digunakan sebagai gedung yang difungsikan untuk perkantoran. Namun baru bisa dikatakan sebagai bangunan tinggi apabila memenuhi beberapa karakteristik, sehingga bukan
karena tinggi saja lalu bisa dikatakan sebagai high rise building. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonsia merupakan salah satu negara yang memiliki rangkaian gunung api
teraktif di dunia. Selain itu wilayah Indonesia juga bertepatan dengan pertemuan tiga lempeng bumi. Oleh sebab itu, Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana alam
seperti gempa bumi ataupun letusan gunung api. Sehingga memiliki struktur bangunan yang kokoh dan kuat adalah sebuah keharusan dari bangunan gedung. Sebuah bangunan
dapat disebut bangunan tinggi atau high rise building jika bangunan tersebut memiliki ketinggian 23 meter hingga 150 meter di atas tanah. Jika lebih dari 150 meter maka dapat
disebut gedung pencakar langit atau yang dikenal dengan istilah Skyscraper. Jika tinggi rata-rata sebuah tingkat lantai adalah 4 meter maka bangunan tinggi setidaknya memiliki 6
tingkat lantai. Beberapa definisi mengenai bangunan tinggi dikutip dari Wikipedia adalah sebagai berikut :
a) International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap
evakuasi"
b) New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan yang memiliki banyak tingkat"
c) Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)
d) Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m).
High rise building memiliki bentuk fisik yang langsing dan tinggi. Perbedaan antara luasan tapak dan ketinggiannya cukup signifikan. Sesuai dengan tujuan high rise building
untuk menambah ruang dengan keterbatasan lahan, bangunan ini memiliki luasan tapak yang kecil yaitu 750 m2 sampai dengan 1500m 2, dengan setiap lantainya memiliki
ketinggian 3,75 m pada umumnya. Jika dikategorikan sesuai dengan tingkat ketinggian gedung berdasarkan jumlah lantainya. Walaupun tidak sepenuhnya benar karena bisa saja
jumlah lantainya banyak tetapi tinggi floor to floor-nya rendah. Jika dianggap tinggi floor to floor adalah 3.75 m (standard), maka suatu gedung dapat dikategorikan high rise
building apabila memiliki jumlah lantai di atas 20 lantai.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki rangkaian gunung api teraktif di dunia. Selain itu wilayah Indonesia juga bertepatan dengan pertemuan tiga lempeng
bumi. Oleh sebab itu, Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana alam seperti gempa bumi ataupun letusan gunung api. Sehingga memiliki struktur bangunan yang
kokoh dan kuat adalah sebuah keharusan dari bangunan gedung. Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, mengenai tolak ukur
keandalan sebuah bangunan gedung haruslah meliputi empat aspek yaitu keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Semakin tinggi sebuah bangunan tentu saja akan
semakin memiliki risiko yang bisa mengancam keselamatan penghuni gedung, jika tidak dilakukan pemeriksaan serta pengawasan secara berkala. Pengawasan dan pemeriksaan
tersebut dilakukan oleh tim pengkaji teknis untuk melakukan penilaian apakah bangunan tersebut sudah laik fungsi. Jika bangunan gedung sudah laik fungsi maka bisa dibuktikan
dengan adanya kepemilikan Sertifikat Laik Fungsi atau biasa dikenal dengan SLF. SLF akan diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat yang terkait.
Bentuk masa bangunan
 Slab
High rise building pada bentuk ini antara tinggi bangunan dan lebar bangunan memiliki dimensi yang sebanding sehingga bangunan
berbentuk seperti kotak yang pipih atau sebuah balok vertikal. Biasanya memiliki koridor yang memanjang serta ruangan berada di
salah satu atau kedua sisi koridor.
 Tower
High rise building berbentuk tower, lebar dan panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan ketinggian bangunsehingga
bentuk bangunan seperti tiang atau kubus. Biasanya ketinggian bangunannya diatas 20 lantai. Sistem sirkulasinya menggunakan core.
2. FUNGSI HIGHRISE BUILDING ATAU BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
Fungsi bangunan gedung melifuti fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi khusus Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan penyimpanan. Bangunan gedung
fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan , laboratorium dan pelayanan
umum. Fungsi utama dari bangunan tinggi adalah sebagai tempat tinggal atau kantor. Bangunan tinggi juga dapat digunakan untuk hotel, mall, ruang publik, dan lain-lain.
Bangunan tinggi juga dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman visual dan menambah estetika kota. Selain itu, bangunan tinggi juga dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi lahan dan memberikan solusi untuk masalah perkotaan yang semakin meningkat.
penggolongan bangunan gedung menurut fungsinya diatur dalam UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung pasal 5 yaitu :
 Fungsi bangunan gedung melifuti fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta fungsi khusus
 Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal
sementara
 Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, terminal dan penyimpanan.
 Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelaynaan keseheatan,
laboratorium dan pelayanan umum.
3.KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI ( HIGHRISE BUILDING )
 Ketinggian bangunan
Sebuah gedung dapat dikatakan sebagai bangunan tinggi atau high rise building apabila memiliki tinggi minimal 23 meter. Setara dengan bangunan gedung yang memiliki 6
lantai menjulang ke atas. Bangunan -bangunan dengan tinggi minimal 23 meter ini, sudah banyak didirikan di kota-kota besar termasuk di beberapa wilayah Indonesia.
Bangunan tinggi ini biasanya digunakan untuk berbagai kepentingan. Salah satunya sebagai kepentingan bisnis yang bangunan tersebut difungsikan untuk hunian apartemen,
hotel, hingga gedung perkantoran.
 Struktur Bangunan Penggunaan
struktur bangunan yang kokoh dan sesuai dengan aturan yang berlaku dapat meminimalisir kecelakaan saat gedung dioperasikan. Sehingga bangunan dapat dengan kuat
menahan beban dan tidak mudah roboh.
 Luas Lantai
Sebuah bangunan dapat dikatakan sebagai high rise building bila memiliki minimal luas lantai 750 meter persegi hingga 1500 meter persegi. Lahan yang luas diperlukan
dalam pembangunan high rise building ini, agar mengimbangi tinggi dari gedung tersebut.
 Memiliki Sistem Aerodinamika
Untuk bangunan tinggi diperlukan sistem aerodinamika yang baik, bertujuan agar high rise building tersebut tahan akan terpaan angin dan tahan akan gempa bumi.
Pengertian dari sistem aerodinamika sendiri adalah salah satu cabang dinamika yang berkaitan dengan pergerakan udara, khususnya pada saat udara tersebut berinteraksi
dengan benda padat. Jadi apabila sebuah bangunan tinggi dilengkapi dengan sistem aerodinamika yang baik, maka bangunan akan tahan terhadap getaran akibat gempa
bumi. Selain itu juga akan tahan akan terpaan angin, walaupun memiliki bangunan yang tinggi.
 Solusi dari Keterbatasan Lahan
Dibangunnya high rise building termasuk mengatasi keterbatasan lahan pada wilayah perkotaan. Seiring berjalannya waktu, setiap tahunnya daerah perkotaan mengalami
peningkatan penduduk. Sehingga banyak lahan yang digunakan untuk membangun perumahan untuk hunian masyarakat. Oleh sebab itu, semakin lama lahan yang tersisa
semakin terbatas. Dengan adanya high rise building ini dapat mengatasi keterbatasan lahan tersebut. Karena bangunan ini dibangun tinggi keatas, sehingga akan menghemat
lahan yang digunakan. Misalnya saja dengan adanya bangunan apartemen, maka masyarakat akan memanfaatkan bangunan tersebut sebagai hunian untuk menghemat
penggunaan lahan.
 Memiliki Bangunan Lurus ke atas atau Typical
Berkaitan dengan solusi untuk mengatasi permasalahan lahan yang terbatas, disebabkan high rise building ini memiliki bentuk bangunan yang lurus ke atas. Sehingga tidak
akan memakan banyak lahan untuk mendirikan bangunan ini. Ada juga beberapa bangunan tinggi yang didesain secara unik, namun telah diperhitungkan secara matang
sehingga tidak membahayakan penghuninya.
 Memiliki Kebutuhan Energi Yang Besar
Bangunan yang menjulang tinggi tentu saja akan membutuhkan energi yang besar. Oleh sebab itu, high rise building ini memiliki kebutuhan energi yang besar. Apalagi
banyak bangunan tinggi ini digunakan sebagai apartemen maupun perkantoran, sehingga sudah dipastikan bahwa memerluka pasokan energi listrik yang besar. an tinggi juga
dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan memberikan solusi untuk masalah perkotaan yang semakin meningkat.
 Nilai Arsitektur Yang Tinggi
High rise buiding tidak hanya berfokus pada fungsinya saja, namun juga dibangun dengan menerapkan nilai estetik di dalamnya. Banyak contoh bangunan tinggi memiliki
arsitektur yang indah dan memukau. Desain megah dan mewah yang dimiliki gedung pencakar langit ini, tentu saja memiliki nilai yang tinggi dalam dunia arsitektur.
 Memiliki Risiko Yang Tinggi
Dibangunnya bangunan tinggi ini tentu saja juga memiliki risiko yang tinggi. Apabila tidak dibangun sesuai dengan perhitungan yang tepat serta sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, maka risiko robohnya bangunan tersebut akan semakin tinggi. Diperlukan pondasi yang kuat untuk mendirikan bangunan yang menjulang tinggi tersebut.
 Kompleksitas Yang Tinggi Pembangunan
sebuah high rise building secara rinci membutuhkan suatu rangkaian proses analisis yang panjang dan rumit serta mempunyai syarat-syarat dalam proses perencanaan mau
pelaksanaanya.
 Target Mutu Yang Tinggi
Bangunan bertingkat tinggi memiliki ukuran besar, peralatan yang kompleks dan fungsional internal yang harus memenuhi berbagai persyaratan. Semua ini yang
menyebabkan permintaan dan tuntutan yang lebih tinggi dari bangunan tinggi. Tak hanya mempertimbangkan estetika dan penggunaan saja.

 Tuntutan Safety Yang Tinggi


Meningkatkan kinerja dan keselamatan di high rise building melibatkan penyediaan langkah-langkah pengendalian pasif dan aktif seperti bahan tahan api, jalan keluar yang
tepat dalam tata letak bangunan, kompartementalisasi untuk mencegah penyebaran api bersama dengan pemadaman kebakaran yang tepat, deteksi kebakaran dan sistem
alarm, alat penyiram dan sistem pemadam kebakaran, sampai tindakan darurat dan rencana evakuasi yang terperinci.
4.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HIGHRISE BUILDING
a) KELEBIHAN
 Bangunan tinggi menghemat ruang dan menampung lebih banyak penghuni dibandingkan dengan bangunan yang lebih pendek. Pemanfaatan lahan difokuskan ke atas,
bukan ke samping sehingga memberikan penghematan yang signifikan. Lantai yang lebih tinggi relatif lebih lapang dan menerima lebih banyak sinar matahari
sehingga tidak ada masalah ruangan lembab tanpa sinar matahari alami.

 Bangunan yang lebih tinggi adalah pilihan yang lebih baik untuk ide bangunan hijau karena lebih terang, lapang, dan memberikan lebih banyak area permukaan untuk
memasang panel surya.

 Bangunan tinggi jauh lebih ekonomis daripada membeli tanah untuk bangunan kecil apalagi harga lahan di kota metropolitan sangat mahal dibanding harga konstruksi
yang relatif stabil.Menghadirkan pemandangan kota yang menyenangkan apabila kita tinggal di lantai atas. Selain itu, lantai yang jauh di atas tanah memberikan
kebebasan dari suara jalanan. Menyediakan fasilitas terpadu seperti pusat rekreasi umum, taman, parkir mobil, kolam renang. Hal ini merupakan opsi untuk hidup di
perkotaan dengan aktivitas yang padat dan kebutuhan akan fasilitas.

 Rumah susun tinggi sengaja dibangun dengan semua keperluan di area kecil, karenanya membersihkan dan merawatnya akan lebih mudah. Ruang tamu yang jauh di
atas tanah akan lebih terisolasi, ideal untuk kehidupan damai tanpa gangguan. Ideal bagi mereka yang ingin tinggal sementara dan mereka yang memiliki sistem kerja
berpindah- pindah dan menginginkan kehidupan yang praktis.

b) KEKURANGAN
 Pembangunan gedung yang sangat tinggi membutuhkan insinyur dan arsitek yang sangat terampil untuk merancang bangunan, sehingga meningkatkan total biaya.
Lebih banyak masalah keamanan terjadi saat membangun perancah. Kurangnya keselamatan membunuh banyak pekerja di lokasi.

 Bangunan yang sangat tinggi menanggung kekuatan angin dan kekuatan seismik terpisah dari beban mati dan beban hidup. Hal ini sangat beresiko dan menambah
peluang robohnya bangunan saat gempa.

 Bangunan di atas ketinggian 100 lantai menghadapi masalah osilasi, terkadang berakibat tabrakan kaca jendela. Osilasi yang konstan dapat memberikan perasaan mual
kepada penghuni gedung. Fondasi bangunan yang sangat tinggi dengan tanah berada pada beban yang luar biasa dan sedikit saja kegagalan tanah atau pergeseran tanah
dapat menyebabkan runtuhnya bangunan. Lebih banyak orang yang tinggal di daerah kecil artinya menambah kesulitan dalam mencegah kemacetan lalu lintas dan
timbulnya sejumlah masalah manusia dan masalah sosial. Karena populasi yang berlebihan, ada beban yang tidak seimbang pada layanan kota seperti pasokan air,
limbah, listrik, dll. Sulit untuk mencegah kecelakaan karena kebakaran, bencana gempa bumi, dll.

 Orang-orang yang tinggal di apartemen bertingkat merasa kesepian. Mereka merasa sulit untuk mempertahankan hubungan yang berkelanjutan dengan satu sama lain,
karena kebanyakan dari mereka hanya menyewa apartemen dan banyak berpindah-pindah. Mereka jarang berkomunikasi dengan tetangga, sehingga rasa kepemilikan
tidak ada di antara penduduk ini. Ketika mereka menghadapi masalah dalam hidup, mereka merasa tidak berdaya dan tertekan. Selain itu, apartemen bertingkat tinggi
biasanya di daerah perkotaan yang padat penduduk dan orangorang dapat hidup dalam kondisi sempit. Tidak ada ruang yang memadai seperti halaman belakang
pribadi dan taman bermain untuk mengadakan acara kumpul-kumpul
B, STRUKTUR & MATERIAL HIGH RISE BUILDING
1.sistem Struktur high rise building
a) Plat Satu Arah (One Way Slab)
pelat Satu Arah adalah pelat beton yang didukung hanya pada dua sisi tumpuan yang berlawanan, sehingga akan terjadinya defleksi atau lendutan pada
pelat dalam arah tegak lurus dari sisi tumpuan. Karena pelat satu arah hanya ditumpu pada dua sisi yang berlawanan, maka beban yang bekerja pada
pelat akan didistribusikan oleh pelat dalam satu arah yang menuju ke arah dua sisi tumpuan. Jika pelat bertumpu pada empat sisi tumpuan, tetapi
dengan rasio panjang terhadap lebar nilainya sama dengan 2 atau lebih besar (L/W ≥ 2), maka reaksi beban akan lebih banyak didistrubusi ke arah
bentang yang lebih pendek, maka pelat tersebut bisa diklasifikasikan sebagai pelat satu arah.

Sistem pembebanan plat satu arah ( one way slab ) :Plat yang didukung pada kedua sisinya, sehingga lenturan terjadi dalam satu arah.
Rasio bentang panjang (Ly) terhadap bentang pendek (Lx) > L/W ≥ 2
L = Lenght (Panjang/pentang panjang) W = Width (Lebar/bentang pendek) Pelat dengan panjang bentang 4 dan lebar 1,5 4 / 1,5 = 2,667 Pada contoh tersebut, reaksi beban
yang bekerja lebih banyak didistribusi pada W, diklasifikasikan sebagai pelat satu arah.
Adapun jenis-jenis sistem pelat lantai satu arah yaitu:
 Pelat-balok Satu Arah (One way slabs with beams): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 3 – 6 meter dan dengan meter beban hidup sebesar 3 – 5 kN/m2. Jika
bentang lebih dari itu, maka defleksi atau lendutan yang terjadi pada pelat bisa lebih tinggi yang bisa memakan biaya yang lebih mahal.

 Pelat Berusuk Satu Arah (One way joist slab): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 – 9 meter dan dengan meter beban hidup sebesar 4 – 6 kN/m2. Volume dari
beton dan tulangan relatif rendah, namun membutuhkan banyak bekisting yang memakan biaya.
b) Pelat Dua Arah (Two Way Slab)
Berbeda dengan pelat satu arah yang hanya bertumpu pada dua sisinya, pada pelat dua arah ditopang pada semua sisi tumpuan, dengan rasio panjang terhadap lebarnya
nilainya kurang dari 2 (L/W < Hal ini dikarenakan distribusi beban yang terjadi menuju ke dua arah (arah x dan y). Oleh karena itu, penulangan dibutuhkan ke kedua arah
sisi pelat tersebut.

Pelat yang didukung pada keempat sisinya, sehingga lenturan terjadi dalam dua arah.

Adapun sistem pelat dua arah ini ada berbagai macam jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Pelat-balok Dua Arah (Two way slab with beams):Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 – 9 meter dengan beban hidup sebesar 2,5 – 5,5 kN/m2. Beban yang
bekerja pada pelat diteruskan ke empat sisi balok penumpu yang kemudian balok tersebut menyalurkan bebannya ke kolom.
2) Pelat Berusuk Dua Arah (Two way ribbed slab/waffle slab): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 7,5 – 12 meter dan dengan beban hidup sebesar 4 – 7,5 kN/m2.
Plat wafel diterapkan pada pelat yang mempunyai bentangan yang lebar dengan beban yang berat. Umumnya, ketebalan pelat ini diantara 5 sampai 10 cm.
3) Pelat Datar Dua Arah (Two way flat slab): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 – 9 meter dan dengan beban hidup sebesar 4 – 7 kN/m2. Plat didukung oleh kolom
dan panel tanpa balok.
4) Pelat Lantai Dua Arah (Two Way flat plate): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 – 7,5 meter dan dengan beban hidup sebesar 2,5 – 4,5 kN/m2. Hampir sama
dengan flat slab, yang menjadi pembedanya adalah flat plate tidak menggunakan panel.
c) Tube In Tube (Tabung dalam Tabung)

Sistem Struktur Tube in Tube


Beberapa macam rancangan sistem struktur tabung yang dipakai dalam beberapa rancangan gedung bertingkat banyak, dapat dibedakan menjadi :
1) Tabung kosong · Tabung rangka ( frame tube).
2) Tabung truss (trussed tube) - Tabung rangka kolom diagonal
3) Tabung rangka lattice.

Tabung dengan pengaku interior


1) Tabung dengan dinding geser sejajar
2) Tabung dalam tabung ( tube in tube )
3) Tabung yang dimodifikasi ( modified tube )
4) Tabung rangka dengan rangka kaku
5) Tabung dalam semi tabung -Tabung modular ( modular tube ).

Sistem struktur yang lebih dikenal dengan istilah Tube In Tube ini terdiri dari :
1) Tabung luar, terdiri dari kolom-kolom dengan jarak yang sangat rapat. Jarak kolom antara 1, 2 s/d 3 meter.
2) Tabung dalam, berupa core atau inti bangunan. Ruang core dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana bangunan (lift, tangga darurat, dll)

Komponen Struktur Tube In Tube


1) Pondasi 6) Core
2) Basement 5) Lantai
3) Kolom
4) Balok Spanderel
Fungsi

Dalam perencanaan bangunan bertingkat tinggi, masalah yang dihadapi adalah penentuan sistem struktur yang akan dipakai. Pemilihan sistem struktur harus
dilakukan tanpa mengenyampingkan nilai-nilai arsitekturnya. Suatu fungsi kantor dalam sebuah gedung bertingkat tinggi biasanya memerlukan ruang yang bebas kolom
dengan lebar bersih ruangan yang effektif adalah sekitar 10 s/d 12 meter panjang. Dengan ruang yang bebas kolom tersebut maka pembagian ruang-ruang dan pengaturan
interior akan mudah, ruang menjadi lebih fleksibel untuk diubah. Disamping itu, fungsi kantor juga menghendaki adanya core yang berisi ruang-ruang service.
Dipertimbangkan bahwa core lebih menguntungkan bila dindingnya terdiri dari dinding geser yang struktural. Dari beberapa kemungkinan perletakan core pada lantai,
maka berdasarkan beberapa persyaratan struktur letak yang paling baik adalah di tengah-tengah lantai/ bangunan. Sedangkan kolom dapat diletakkan disekeliling lantai,
sehingga ruang kantor yang diperlukan dapat berada diantaranya. Ruangan ini yang terjadi akan cukup mendapat cahaya yang diperlukan dari jendela yang dipasang di
antara kolom-kolom tersebut. Kondisi kebutuhan kantor dari uraian di atas adalah sangat sesuai dengan bentuk bangunan Tube in Tube. Pendekatan tabung dalam tabung
(Tube in Tube) telah dicoba pada Brunswick Building berlantai 38 di Chicago dan One Shell Plaza Building berlantai 52 di Houston. Dengan mengamati konsep sistem
tabung ini lebih jauh, para perancang sebuah bangunan kantor berlantai 60 di Tokyo menggunakan tabung berlapis tiga. Pada sistem ini tabung eksterior menahan sendiri
beban angin, tetapi ketiga tabung tersebut disambung dengan sistem lantai, berinteraksi untuk memikul beban gempa, sebagaimana kita ketahui beban gempa merupakan
salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan struktur di Jepang. Kekakuan sistem tabung kosong sangat ditingkatkan apabila digunakan inti
tidak hanya untuk menahan beban gravitasi, tetapi juga untuk menahan beban lateral. Struktur lantai mengikat tabung interior bersama eksterior dan berlaku sebagai satu
kesatuan terhadap gaya-gaya lateral. Reaksi suatu sistem tabung dalam tabung (Tube in Tube) terhadap angin menyerupai struktur rangka dengan dinding geser. Akan
tetapi, tabung rangka eksterior lebih kaku dari pada tabung interior.

Karakteristik

Kekakuan sistem tabung kosong sangat ditingkatkan apabila digunakan inti tidak hanya untuk menahan beban gravitasi, tetapi juga untuk menahan beban lateral. Struktur
lantai mengikat tabung interior bersama eksterior dan berlaku sebagai satu kesatuan terhadap gaya gaya lateral. Reaksi suatu sistem tabung dalam tabung (Tube in Tube)
terhadap angin menyerupai struktur rangka dengan dinding geser. Akan tetapi, tabung rangka eksterior lebih kaku dari pada tabung interior. Bangunan ’Tube in Tube’
strukturnya terdiri dari penggabungan komponen komponen struktur yaitu: pondasi, basemen, kolom, balok spanderel, lantai (dan balok), serta core.

 Mengingat jarak kolom rapat, maka pondasi yang sesuai adalah pondasi rakit karena paling dapat mencapai kesatuan. Walaupun demikian bukan berarti pondasi
yang lain tidak boleh digabungkan sebagai tambahannya. Pada pondasi rakit sangat menguntungkan bila ruang rakitnya dimanfaatkan untuk basement.
 Kolom bentuk profilnya perlu dipilih yang mudah dijajarkan. Jarak antar kolom dan dimensinya adalah fungsi dari ketinggian bangunan. Jarak kolom antara 1,2 s/d
3 meter panjang. (Sebagai gambaran: bangunan Apartemen De Witt Chestnut di Chicago tinggi 43 lantai jarak as kolom ke-kolom 1,65 meter.

 Dinding luar sistem struktur tube in tube adalah deretan kolom exterior yang rapat dan membentuk bidang datar, sehingga celah-celah kolom merupakan
lubanglubang teratur untuk jendela. Dinding dalam dapat berupa kolom-kolom yang rapat, dapat merupakan dinding masif atau merupakan kolom sebagai rangka
dari dinding pengisi yang tipis.

 Balok spandrel adalah balok yang mengikat semua kolom dan merupakan pengikat bangunan secara keseluruhan, inilah yang menjadikan kehomogenan seluruh
struktur. Selain mengikat kolom juga sebagai tempat bertumpunya pelat- pelat lantai.

 Atap bangunan strukturnya dapat disamakan dengan struktur lantai bangunan untuk kemudahannya.

Potensi Struktur Bangunan ‘Tube in Tube’

Bangunan ‘Tube in Tube’ sebagaimana bangunan lainnya dapat berdiri, apabila persyaratan struktur untuk berdirinya bangunan itu terpenuhi. Terdapat tiga
macam persyaratan struktur untuk berdirinya bangunan yaitu:

1) Keseimbangan, Stabilitas dan Kekuatan Dalam merencanakan sistem ‘tube in tube’ juga harus memperhatikan bebanbeban yang bekerja pada bangunan, yaitu
berupa beban statis dan beban dinamis. Semua beban-beban tersebut terdiri dari: beban hidup, beban mati, beban konstruksi, beban angin/ lateral, beban gempa
dan tekanan tanah & air tanah. Berdasarkan persyaratan struktur dan gaya-gaya yang bekerja seperti tersebut di atas maka dapat disusun hal-hal mengenai
struktur yang merupakan potensi struktur ‘Tube in Tube’ sebagai berikut.
2) Penyaluran Gaya Sebagaimana bangunan tinggi yang lain struktur ini dapat menyalurkan gayagaya yang bekerja, yang timbul disebabkan beban lateral maupun,
beban gravitasi. Penyaluran gaya-gaya tersebut disebarkan melalui elemen-elemen struktur dengan cara: mulai dari sistem struktur lantai, kemudian melalui
balokbalok horizontal atau balok-balok induk dan spandrel beam, selanjutnya disalurkan ke komponen-komponen struktur vertikal yaitu kolom-kolom yang
letaknya sangat berdekatan (yang membentuk tabung/ outer tube dan core/ inner tube). Penyaluran gaya ini diteruskan sampai kepondasi dan akhirnya ke
tanah.hal ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini.

3) Pengaku bidang horizontal dan bidang ver copyright tikal Struktur bangunan harus dapat menahan bermacam-macam gaya luar yang bekerja pada bangunan.
Oleh sebab itu maka struktur harus dilengkapi dengan pengaku-pengaku pada bidang horizontal maupun bidang vertikal bangunan. Pada umumnya sistem
struktur lantai bereaksi sebagai pengaku bidang horizontal bangunan Sedangkan sistem struktur vertikal (kolom, dinding dan core) bereaksi sebagai pengaku
bidang vertikal bangunan. Bidang pengaku horizontal berfungsi sebagai pencegah deformasi yang terjadi pada arah horizontal, sedang bidang pengaku vertikal
mencegah deformasi pada arah vertikal. Hubungan struktur pengaku horizontal dan vertikal inilah yang menyalurkan gaya-gaya tersebut di atas sampai ke
pondasi dan akhirnya ke tanah. Untuk bangunan dengan sistem tubular, pengaku bidang vertikal ditempatkan di bagian luar bangunan (structural facade). Pada
sistem struktur ‘Tube in Tube’ yang bereaksi sebagai pengaku bidang horizontal adalah sistem struktur lantainya sendiri yaitu: concrete slab dan balok-balok
horizontal (spandrel beams). Yang bereaksi sebagai pengaku bidang vertikal adalah kolom-kolom luar berbentuk tabung (outer tube) dan core (inner tube).

d) Struktur Bracing

Bracing adalah istilah yang berasal dari bahasa asing. Dalam Bahasa Indonesia, bracing juga dikenal dengan sebutan pengaku. Secara harfiah, bracing dapat diartikan
sebagai penguat atau material yang menguatkan. Pendapat lain menyatakan bahwa bracing baja adalah material yang difungsikan sebagai kekuatan tambahan dalam menahan
beban konstruksi yang disebabkan oleh faktor luar. Contoh faktor tersebut adalah hujan dan angin. Dalam bidang arsitektur dan Teknik sipil, bracing didefinisikan sebagai
konfigurasi batang-batang kaku yang berguna untuk menstabilkan struktur terhadap beban lateral.
Beban lateral bekerja tegak lurus pada struktur dan dapat mengakibatkan pergeseran jika struktur tidak bisa menahannya. Terkadang, mereka yang baru belajar tentang
konstruksi baja ringan merasa sedikit bingung dalam membedakan bracing dan skur. Keduanya memang sama-sama berfungsi sebagai penyangga atau menopang beban.
Namun, bracing hanya mutlak digunakan pada kuda kuda baja ringan, sedangkan skur baja dapat diaplikasikan pada struktur baja, kayu, atau beton. Contoh penggunaan skur
adalah pada kanopi baja ringan di mana satu ujung skur terhubung pada beton atau dinding dan ujung lain pada konsol.

Fungsi Bracing
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi bracing adalah sebagai berikut.
1) Bracing memperkuat struktur utama baja.
2) Bracing menahan beban konstruksi dari luar dan menyalurkan beban tersebut ke bagian struktur yang lebih kuat atau lebih rendah letaknya.
3) Bracing berfungsi sebagai pengikat seluruh kuda kuda sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan sistem rangka atap.

Jenis Bracing
1) Baja H-Beam
Jenis material baja ini memiliki penampang berbentuk huruf H dengan dimensi lebar serta tinggi yang sama. Tersedia dalam beberapa pilihan ukuran baja H-Beam,
misalnya 100 x 100, 200 x 200, dan 350 x 350. Baja H-Beam sering juga disebut balok baja. Keberadaan baja ini sangat penting dalam pembuatan struktur atap
atau bangunan. Baja H-Beam umumnya dipakai untuk membuat bottom chord bracing, top chord bracing, tiang pancang, dan balok.
2) Baja WF
Sekilas, bentuk baja WF (Wide Flange) seperti H-Beam. Namun, keduanya sebenarnya berbeda dalam hal dimensi. Baja WF memiliki dimensi lebar dan tinggi
yang berbeda, contohnya 150 x 75 dan 500 x 200. Material ini memiliki kekuatan tarik dan tekan yang cukup besar. Baja WF umumnya dipakai untuk balok, top
chord bracing, bottom chord bracing, kolom, dan tiang pancang.
3) Baja Kanal U
Fungsi baja kanal U hampir sama dengan baja WF. Akan tetapi, karena sifat kanal U yang lebih mudah mengalami pelengkungan, maka kanal U tidak digunakan
untuk kolom.
4) Besi Siku
Besi siku memiliki penampang berbentuk huruf L. Material ini terdapat dalam beberap jenis, yaitu besi siku lubang, besi siku biasa, besi siku equal (sama kaki),
dan besi siku unequal (tidak sama kaki). Material tersebut juga tersedia dalam beberapa pilihan ukuran. Besi siku yang umumnya dipakai untuk bracing adalah besi
siku biasa.
5) Besi Pipa
Besi pipa atau steel pipe memiliki sifat kuat dan kokoh. Steel pipe cocok untuk konstruksi dengan bentang lebar. Material ini biasa dipakai untuk secondary beam
dan bracing.

Teknik Bracing

Jenis teknik bracing secara umum dibedakan menjadi horizontal bracing dan vertical bracing. Namun, teknik bracing pada atap baja ringan dibedakan menjadi 4 jenis,
yaitu bottom chord bracing, top chord bracing, diagonal web bracing, dan lateral tie.

1) Horizontal Bracing
Horizontal bracing adalah batang yang dipasang secara horizontal atau mendatar dan menghubungkan dua balok struktur. Teknik bracing ini dapat ditemui pada
berbagai konstruksi, contohnya jembatan.Pada struktur jembatan, horizontal bracing menghubungkan balok-balok utama sehingga tercipta satu kesatuan dan beban
terdistribusi secara merata.

2) Vertical Bracing
Vertical bracing merupakan batang yang dipasang secara vertikal atau tegak guna menghubungkan dua kolom atau tiang struktur. Vertical bracing biasa dipasang
bersama horizontal bracing pada berbagai struktur, contohnya struktur jembatan dan menara sutet.

3) Bottom Chord Bracing


Bottom chord bracing merupakan batang yang terpasang di bagian bawah kuda-kuda atap baja ringan. Jenis bracing ini selalu terkena gaya tarik yang berasal dari
plafon. Fungsi jenis bracing tersebut adalah sebagai pengaku batang tarik. Bottom chord bracing umumnya terpasang secara horizontal. Akan tetapi, ada juga yang
dipasang secara miring jika pemilik konstruksi ingin memiliki plafon miring.

4) Top Chord Bracing


Top chord bracing merupakan batang yang terpasang pada bagian atas kuda-kuda atap baja ringan. Jenis bracing tersebut umumnya menjadi tempat diletakkannya
reng. Karena top chord selalu mengalami gaya tekan, maka fungsinya adalah sebagai pengaku batang tekan.

5) Diagonal Web
Bracing Diagonal web bracing seringnya dikenal dengan istilah web saja. Web dipasang untuk menghubungkan bottom chord dan top chord. Fungsi web adalah
sebagai penghubung antara kuda kuda atap baja ringan serta meneruskan gaya dari lateral tie. Dengan adanya web, semua beban yang bekerja pada kuda kuda atap
baja ringan dapat ditopang dengan baik oleh struktur kuda-kuda tersebut.

6) Lateral Tie
Lateral tie adalah bracing yang berupa batang yang terikat pada diagonal web bracing bagian tengah antara kuda kuda lurus secara horizontal. Jenis bracing tersebut
berguna untuk mengurangi panjang tekuk web tekan.Bracing adalah struktur yang harus ada pada rangka atap baja ringan. Tanpa adanya bracing, rangka atap tidak
akan mampu menahan beban yang berasal dari luar. Akibatnya, rangka atap dapat ambruk dan membahayakan orang yang ada di bawahnya.

2. . Core Pada High Rise Building

Core atau inti bangunan menurut Schueller ( 1989)adalah suatu tempat untuk meletakan trasportasi vertikal dan distrubusikan energi ( seperti lift, tangga, wc dan shaft
mekanis ). Core adalah tempat untuk memuat sistem!sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan bangunan. Jadi kesimpulannya bahwa ini bangunnan
(core) suatu tempat unutk meletakan sistem trasportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang di sesuaikan dengan fungsi bangunan serta unutk menambah kekuatan bangunan
diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral ( seperti tiupan angina atau gempa bumi) pada inti.

a) Macam-macam Bentuk Core Suatu bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti bangunan (core ) mempunyai beberapa cirri khas yaitu : (Schueller,
1989)

Macam-Macam core berdasarkan bentuk inti c) Inti di luar ( M )


a) Inti terbuka (N) Macam-Macam core berdasarkan susunan
b) Inti tertutup (B) inti
c) Inti tunggal dengan kombinasi linier (A) a) Inti simetris ( F )
b) Inti asismetris ( J )
Macam-Macam core berdasarkan jumlah Inti
a) Inti Tunggal Macam-Macam core berdasar Geometri
b) Inti Jamak sebagai penentu bentuk
a) Langsung ( K )
Macam-Macam core berdasarkan letak Inti : b) Tidak langsung ( P)
a) Inti di dalam ( C )
b) Inti di sekeliling ( J )
Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk di Jepang,Marina City di Chicago Amerika Serikat dan Gedung
menara( tower) berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) Tabungan haji di Kuala Lumpur Malaysia
yaitu :
4) Core pada bangunan dengan bentuk memanjang
1) Core pada bangunan bentuk persegi

Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk


banyak di gunakan untuk bangunan perkantoran dengan koridor fungsi hotel, apartement atau perkantoran. Seperti Gedung Central
mengelilngi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok ‘G’ DKI plaza di Jakarta, Gedung Inland Steel di Chicago Amerika Serikat
Gedung Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park merupakan bangunan memanjang dengan inti di luar bangunan.
Plazza los Angeles Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya
adalah Hotel Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma
2) Core pada bangunan bentuk segitiga Metropolitan di Jakarta.

5) Core pada bangunan dengan bentuk silang

Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah hotel


mandarin di Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg Amerika
Serikat, Riverside Development di Brisbane Australia dan Central Bangunan dengan bentuk ‘silang’ dan ‘Y’,’T’,’H’, atau ‘V’,
Plazza di Hongkong. merupakan variasi dari bangunan bentuk memanjang. Bentuk
seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan luas lantai tipikal yang
3) Core pada bangunan bentuk lingkaran cukup luas tetapibangunan tetap dapat memanfaatkan pencahayaan
alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak digunakan untuk
fungsi hotel, apartement dan perkantoran . Salah satu contohnya
adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.

6) Core pada bangunan bentuk Y


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi
hunian (Apartemen dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling
inti bangunana sebagai akses ke unit-unit hunian. Contoh dari inti
bangunan dengan bentuk lingkaran adalah Shin- Yokohama Hotel
Contoh dari inti bangunandengan bentuk Y adalah Gedung
Unilever di Hamburg jerman, Gedung Unesco di Paris dan Hotel
Duta Merlin di Jakarta

7) Core pada bangunan dengan bentuk acak

Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa bangunan dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan bangunan
tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti tersebut adalah Gedung MBF Tower di Penang Malaysia dan Conrad Internasional Centennial di
Singapura. Demikianlah mengenai Struktur Core dalam Bangunan Tinggi, semoga bermanfaat dan menambah wawasan tentang struktur bangunan tinggi.

1. Podium Pada High Rise Building

Struktur podium adalah bagian struktur yang lebih lebar di bagian dasar suatu gedung. Karena strukturnya yang melebar pada dasar bangunan, maka secara otomatis podium
berfungsi untuk menambah kestabilan gedung karena dapat memperbesar jarak antara titik guling gedung dengan titik pusat massanya.biasanya terdiri dari 2 lantai dan
ruangannya cenderung bersifat public.

2. Tropical floor
Typical floor adalah lantai yg berulang / pengulangan lantai, denah yg dirancang untuk lantai bawah digunakan juga untuk lantai atasnya.pengulangan lantai ini terletak setelah
podium biasanya terdapat di lantai 3 dan berulang kelantai atas seterusnya.
3. Basement
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah tanah yang
merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal. Tidak semua
bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater), pelataran mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu
rumah atau bangunan secara khas terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi suatu kenyamanan tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian seperti
sistem distribusi elektrik, dan titik distribusi televisi kabel. Basement memberikan satu kesempatan untuk ahli bangunan untuk mencapai suatu titik balik dalam pengeluarannya,
dan customer/klien untuk mendapatkan keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai potensi lebih. Basement biasanya digunakan sebagai ruang utilitas untuk
bangunan, tempat ruang utilitas seperti boiler, pemanas air, panel pemutus atau kotak sekering, tempat parkir, dan sistem pendingin udara. Begitu juga fasilitas seperti sistem
distribusi listrik dan titik distribusi televisi kabel

Fungsi Basement

Dengan manfaat menghadirkan ruang lebih pada bangunan, basement pun bisa difungsikan untuk banyak hal. Seperti berikut diantaranya:

a) Tempat Parkir
Pada sebuah gedung, basement umumnya digunakan sebagai tempat parkir kendaraan, baik mobil ataupun motor. Basement memang merupakan solusi terbaik untuk bisa
mendapatkan kapasitas parkir kendaraan yang lebih banyak. Jika dibandingkan hanya mengandalkan area parkir yang ada di halaman depan dan belakang gedung. Dengan
posisinya yang berada di bawah tanah, keberadaan parkiran di basement secara langsung juga bisa menjaga nilai estetika gedung tersebut. Sebab walaupun dalam keadaan ramai
dan tak teratur, parkiran kendaraan yang tersebut tak akan terlihat dari luar. Selain itu, area parkir di basement juga memiliki keuntungan lain, bisa menghindarkan kendaraan
yang diparkir dari panas dan juga hujan.
b) Ruang Utilitas
Basement juga bisa digunakan sebagai ruang utilitas. Mulai dari utilitas seperti MEP (Mekanikal Elektrikal Plambing), Power Supply, genset, panel pemutus atau kotak
sekering, ruang mesin, tempat menyimpan pemanas air, sistem pendingin udara, hingga titik distribusi kabel bangunan. Dengan menempatkan bagian utilitas penting tersebut di
basement, secara pengelolaan akan relatif lebih mudah. Begitupun dalam hal keamanan, sebab bagian utilitas tersebut akan cenderung jauh dari jangkauan aktivitas para
penghuni gedung atau rumah.

c) Gudang
Baik di gedung ataupun di rumah, basement bisa juga dimanfaatkan sebagai gudang atau tempat penyimpanan barang-barang yang tak terpakai. Di gedung, gudang pada
basement bisa dimanfaatkan untuk menyimpan benda-benda dalam ukuran besar yang mungkin tidak bisa disimpan di gudang kantor yang berlokasi di gedung tersebut. Bisa
pula sebagai tempat penyimpanan sementara, sebelum benda-benda tak terpakai itu dibuang. Sementara di rumah, dengan memanfaatkan basement sebagai gudang, membuat
barang-barang tak terpakai bisa memiliki tempat tersendiri untuk disimpan. Dengan begitu, rumah akan tetap terlihat rapi, dan ketika barang-barang tersebut suatu saat ingin
dipakai, akan lebih mudah untuk ditemukan lagi di tempat penyimpanannya.

d) Ruang Kerja
Basement juga bisa dimanfaatkan sebagai ruang kerja. Khususnya basement yang ada di rumah, ketika saat ini semakin populer budaya work from home (WFA). Dengan
lokasinya yang berada di bawah tanah, ruang kerja yang ada di basement relatif akan lebih tenang, dan tentu akan semakin membuat fokus dalam mengerjakan sesuatu. Selain
ruang kerja biasa, tenangnya basement juga bisa dimanfaatkan untuk membangun ruang kerja seniman atau studio musik, studio foto. Ataupun ruang laboratorium buat para
peneliti atau ilmuan.

e) Fungsi Konstruksi
Selain fungsi berdasarkan pemanfaatan ruang, keberadaan basement pada sebuah bangunan juga memiliki fungsi dari segi struktur. Konstruksi basement mempunyai fungsi
seperti untuk memperdalam dasar pondasi bangunan, yang akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan besarnya daya dukung ultimit tanah dasar. Selain itu, keberadaan
basement juga bisa memperbesar stabilitas konstruksi gedung terhadap gaya geser atau gaya guling yang mungkin terjadi. Karena dalam pembuatan basement akan dilakukan
penggalian, jika berat tanah yang digali sama dengan berat bangunan di atasnya, maka secara teoritis tidak terjadi penurunan bangunan.

Jenis-Jenis Basement

Basement memiliki berbagai macam jenis. Setiap jenis mempunyai karakteristik yang khas dan fungsinya masing-masing. Berikut jenis-jenis basement:

a) Walk Up Basement
Basement jenis ini adalah ruang bawah tanah yang memiliki akses keluar masuk sendiri yang dilengkapi pintu di bagian luar rumah dan juga tangga di depannya (untuk naik ke
atas jalan atau halaman rumah). Sehingga penghuni rumah atau bangunan yang memiliki basement jenis ini bisa langsung masuk ke basement tanpa harus melewati tangga yang
ada di dalam rumah. Akses keluar masuk yang dimiliki tersebut, secara langsung menghadirkan keuntungan sendiri buat pemilik bangunan karena bisa memanfaatkan basement
misalnya untuk disewakan ke orang lain. Karena ada akses keluar masuk khusus tersebut, walk up basement ini juga memiliki kekurangan pada faktor keamanan. Di mana
sangat mungkin ada maling atau pencuri yang masuk basement tanpa diketahui penghuni rumah. Begitupun pada bagian tangganya yang berada di luar rumah, sangat rentan
mengalami kerusakan karena terpapar udara luar, hujan dan terik matahari langsung secara terus menerus.

b) Walk Out Basement


Kurang lebih walk out basement ini mirip dengan walk up basement, yakni sama-sama memiliki akses keluar langsung dari bangunan, selain akses tangga yang ada di dalam
rumah. Bedanya, pada walk out basement ini akses keluar masuk langsung hanya mengandalkan pintu, tanpa adanya tangga ke atas seperti pada walk up basement. Pintu keluar
tanpa perlu adanya tangga itu memungkinkan karena ada bagian basement yang sejajar dengan tanah. Sebab basement jenis walk out ini umumnya berada pada gedung atau
rumah yang dibangun pada bidang miring. Seperti rumah yang ada di lereng gunung atau di sisi bukit. Secara keuntungan dan kerugian, walk out basement ini mirip juga
dengan yang ada pada walk up basement. Hanya saja keuntungan lainnya, karena tidak memiliki tangga di bagian luar, tidak ada bagian yang rentan rusak akibat pengaruh
cuaca.

c) Look Out
Basement Tidak seperti dua jenis basement sebelumnya, Look out basement ini sama sekali tidak memiliki akses keluar masuk langsung, selain tangga yang ada di dalam
rumah. Sesuai namanya, basement jenis ini hanya memungkinkan penghuninya untuk melihat langsung ke luar, ketika berada di dalam basement. Hal itu terjadi karena look out
basement dibangun tidak sepenuhnya berada di dalam tanah. Sehingga masih ada sedikit bagian atas dinding yang sejajar dengan tanah di luar, dan bisa dipasangi jendela.
Selain bisa digunakan untuk melihat keluar, adanya jendela tersebut menghadirkan keuntungan bisa terjaganya kualitas cahaya, dan juga sirkulasi udara basement tersebut
secara baik. Karena tidak ada pintu di bagian luarnya, keamanan basement jenis ini juga lebih terjamin.

d) Cellar
Cellar bisa dikatakan adalah sebuah basement yang pembangunanya secara khusus ditujukan sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. Misalnya menyimpan
minuman beralkohol seperti wine atau anggur. Dengan tujuan tersebut, cellar lazimnya dibangun khusus sebagai ruangan bawah tanah yang memiliki suhu terjaga sepanjang
tahun. Selain itu secara desain, Cellar juga umumnya relatif minimalis, dengan lantai yang terbuat dari tanah padat, dan memiliki rak-rak penyimpanan yang menempel pada
bagian dinding-dindingnya.

4. UTILITAS PADA HIGHRISE BUILDING

a) Sistem Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem)


bangunan gedung bertingkat yang bersifat vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan sistem transportasi berupa supplai air
bersih yang direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air pada bangunan tinggi dimulai dari pengambilan
air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air atau biasa disebut dengan Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar
bangunan (Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa penampungan yang berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan
kebutuhan air pada gedung. Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang
terdistibusikan melalui sistem perpipaan ke setiap lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah baik untuk keperluan WC
misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air bersih, hydran, sprinkler. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi biasanya dibuat sistem
distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali sesuai kemampuan daya pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan sistem penampungan transisi
pada daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan karena keterbatasan kemampuan pompa untuk menyupplai air pada elevasi gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan
daerah dilatasi/transisi untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.

b) Sistem Utlitas Pembuangan dan Pengelolahan Limbah Cair dan Limbah Padat
Dalam sistem pengelolahan sisa buangan limbah pada bangunan gedung bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam proses distribusi pembuangan
saat masa operasionalnya tidak menimbulkan masalah yang serius misalnya masalah klasik yaitu penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan maupun pencemaran terhadap
lingkungan disekitarnya. Perencanaan sistem pembuangan limbah pada bangunan gedung bertingkat dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang umumnya
berasal dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah dapur dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem Sewage Treatment
Plant (STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas modern yang berfungsi tidak hanya dalam menampung melainkan dapat mengelolah sisah limbah agar sisa
buangan tersebut aman bagi lingkungan dan dapat pula digunakan kembali/recycle untuk keperluan air untuk operasional penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat
terbuat dari konstruksi beton konvensional maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan volume dan teknologi pengelolahan limbah yang disesuaikan dengan
perencanaan. Untuk bangunan gedung bertingkat seperti apartemen maupun hotel sering juga dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft - Trash Chute yaitu
instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak mudah
terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah makanan, kertas dan sebagainya dan ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak penampungan dan
kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.

c) Sistem Utilitas Pencahayaan, Elektrikal dan Mekanikal


Untuk bangunan gedung bertingkat maupun jenis bangunan lainnya sistem pencahayaan merupakan hal yang perlu direncanakan sesuai dengan peletakan titik-titik
pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektrikal dan mekanikal suatu bangunan merupakan hal yang perlu direncanakan dengan baik sesuai dengan
kebutuhan dan kapasitas yang diinginkan. Dalam hal ini pencahayaan dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu interior maupun exterior dimana seorang srsitek harus pandai
dalam penentuan letak titik lampu agar efek pencayahaan yang dihasilkan dapat meyebar secara efektif di setiap ruangan. Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada
perangkat lampu saja melainkan dapat berupa pengaturan bukaan pencahayaan alami dari sinar matahari khususnya pada bangunan bertingkat yang membutuhkan banyak lampu
tentunya dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari berupa bukaan setidaknya dapat mereduksi biaya operasional listrik. Disamping itu sistem elektrikal selain
pencahayan yaitu berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu, sekring listrik, ground penangkal petir, water heater instalasi, sliding automatic door, dimana inputnya
berasal dari PLN dan instalasi pemasangan mesin generator sebagai pendukung sumber listrik pada suatu bangunan gedung bertingkat jika terjadi pemadaman listrik. Pemilihan
generator harus sesuai dengan daya yang diinginkan berdasarkan besar energi listrik yang dibutuhkan dalam suatu bangunan.

d) Sistem Utilitas Pengudaraan


Sistem pengudaraan dalam hal ini berupa sistem pendingin ruangan berupa air conditioner (AC) yaitu berupa sistem utilitas pendingin ruangan yang dipasang di dalam ruangan
tertutup dari suatu bangunan. Jenis pendingin ruangan umumnya berfungsi untuk memberikan rasa kenyamanan dan kesejukan bagi orang yang berada di dalamnya. Selain
sistem pendingin ruangan biasanya untuk bangunan bertingkat seperti hotel, perkantoran dan apartemen juga dilengkapi dengan pengisap asap (Exhaust) bilamana terdapat
kandungan asap akibat rokok maupun penyebab lainnya sehingga dapat menjaga sirkulasi udara dalam ruangan tetap stabil dan sehat. Namun sistem pendingin ruangan tidak
hanya bergantung kepada AC saja melainkan dapat dengan melakukan perekayasaan arsiektur bangunan berupa bukaan ventilasi pengudaraan agar sirkulasi udara dapat dengan
baik mengalir keluar masuk dalam sistem ruangan bangunan dan dapat pula menekan biaya operasional listrik/efisiensi biaya.

e) Sistem Utilitas Transportasi Gedung


Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia ke tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat berupa
transportasi vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator). Dalam konstruksi gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi transportasi ini
perluh secara berkala diperhatikan agar memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya misalnya pengecekan mesin, rantai/slink dan sistem elektrikal pada
elevator/lift dan begitu pula pada instalasi sistem transportasi escalator.

f) Sistem Utilitas Telekomunikasi Gedung


Sistem ini merupakan suatu perangkat instalasi yang berfungsi dalam memberikan kemudahan dalam mengakses informasi baik yang bersifat internal maupun global
bagi para penggunanya dalam sistem gedung bertingkat, misalnya instalasi PABX telepon, jaringan WIFI internet, TV Cable, instalasi Fax, sound system/loud speaker.

g) Sistem Utiltas Keamanan/security


Sistem ini merupakan instalasi yang dibuat pada suatu gedung bertingkat guna memberikan rasa aman bagi pengguna gedung tersebut dari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti mengurangi ancaman kriminalitas dan pencegahan terhadap bencana seperti kebakaran dll. Sistem ini dapat berupa instalasi pemasangan CCTV, hydrant, tabung
pemadam, Smoke detektor, Exthinguiser, Cencor detector gate, door emergency.

h) Sistem Utilitas Perawatan Kebersihan Gedung


khusus untuk gedung bertingkat perawatan terhadap kebersihan penampilan gedung memang perlu diperhatikan secara berkala melalui perawatan kebersihan gedung oleh
pengelolahnya. Proses pembuatan instalasi kebersihan khusunya bagian permukaan gedung biasa disebut dengan gondola yaitu semacam perangkat crane/mesin derek yang
memuat satu sampai dua orang yang tergantung dari atas gedung bertingkat dimana pekerja kebersihan dapat dengan leluasa mengatur elevasi gondola saat melakukan proses
pembersihan di bagian permukaan gedung. Hal yang perlu diperhatikan dalam operasionalnya yaitu faktor keamanan bagi para pekerja yang sedang bertugas.
i) Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan

untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Pada bangunan dengan ketinggian lantai hunian di atas 10 m, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis
perkerasan yang berdekatan dengan bangunan untuk peralatan pemadam kebakaran. Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m dan posisinya minimal 2 m dari
bangunan dan dibuat minimal pada 2 sisi bangunan. Ketentuan jalur masuk harus diperhitungkan berdasarkan volume kubikasi bangunan.

Bangunan yang lantainya terletak lebih dari 20 m di atas permukaan tanah atau di atas permukaan jalur akses bangunan atau besmennya lebih dari 10 m di bawah permukaan
tanah atau permukaan jalur akses bangunan, harus memiliki saf untuk pemadaman kebakaran yang berisi di dalamnya lif untuk pemadaman kebakaran.

Jumlah dan lokasi saf untuk petugas pemadam kebakaran. apabila bangunan dipasangi seluruhnya dengan sistem springkler otomatis yang sesuai dengan standar yang berlaku.

Bila bangunan tidak berspringkler, harus disediakan sekurang-kurangnya satu saf pemadam kebakaran untuk setiap 900 m2 luas lantai dari lantai terbesar yang letaknya lebih
dari 20 m di atas permukaan tanah Penempatan saf untuk pemadam kebakaran harus sedemikian rupa, hingga setiap bagian dari tiap lapis atau tingkat bangunan di luar
permukaan akses masuk petugas pemadam kebakaran, tidak lebih dari 60 m diukur dari pintu masuk ke lobi. Rancangan dan konstruksi saf. Setiap jalur tangga untuk
pemadaman kebakaran dan saf kebakaran harus dapat didekati melewati lobi pemadam kebakaran. Semua saf untuk petugas pemadam kebakaran, harus dilengkapi dengan
sumber air utama untuk pemadaman yang memiliki sambungan outlet dan katup-landing di tiap lobi pemadam kebakaran, kecuali pada level akses. Saf untuk pemadaman
kebakaran harus dirancang, dikonstruksi dan dipasang sesuai ketentuan yang berlaku.

j) Jenis Pipa Tegak Yang dipasang Pada Bangunan Bertingkat Tinggi


 Pipa tegak kering pada dasarnya adalah pipa air yang kosong. Pipa yang kosong perlu diisi dengan air melalui inlet sambungan pemadam kebakaran dari mobil pemadam
kebakaran. Pipa tegak kering sebaiknya tidak melebihi 40 m tingginya untuk mencegah tekanan pompa yang berlebihan.
 Pipa tegak basah secara tetap diisi dengan air yang dapat memberikan laju aliran dan tekanan yang diperlukan untuk memadamkan kebakaran, dan dilengkapi dengan
tangki air atas cukup untuk jangka waktu 60 menit. Masukan ke sambungan pemadam kebakaran yang biasanya dipasangkan di lantai dasar, dimaksudkan untuk mengisi
tangki air tersebut.

k) Sarana Penyelamatan Jiwa


Mengacu kepada Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Pasal 1 butir (4), dijelaskan bahwa sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.

-Horizontal exit, dari ruang ke ruang yang kedap api - Akses Eksit

l) Sistem Proteksi Kebakaran


pada Bangunan Gedung Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008. Sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

 Sistem Proteksi Aktif


Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis. Menurut
Health and Safety Executive Inggris, fungsi dari sistem proteksi aktif adalah untuk memadamkan api, mengendalikan kebakaran atau menyediakan pengendalian paparan
sehingga efek domino bisa dikendalikan.
 Detektor, yaitu alat pendeteksi keberadaan tanda-tanda api. Detektor ini biasanya terdiri dari detektor asap atau detektor panas yang bekerja jika ada peningkatan
panas.
 Alarm, yaitu alat yang bertugas memberikan notifikasi kemunculan api kepada orang-orang terkait dengan suara atau dengan cahaya
 Sprinkler, yaitu peralatan yang akan menyemburkan air ketika ada kebakaran yang biasanya dipasang di langit-langit
 Alat Pemadam Api Ringan, (APAR) yaitu alat pemadam api yang dapat dipindahkan (portable) dan berisi berbagai macam zat yang dapat memadamkan api seperti
bubuk, CO2, atau foam.
 Sistem pengendalian asap, yaitu rangkaian alat yang aktif ketika kebakaran dan berfungsi untuk mengurangi asap pada ruang-ruang tertentu Horizontal exit, dari ruang
ke ruang yang kedap api Akses Eksit

 Sistem Proteksi Pasif


Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,serta perlindungan terhadap bukaan. Sistem proteksi pasif dapat memberikan
alternatif yang efektif terhadap sistem proteksi aktif untuk melindungi fasilitas dari kebakaran. Sistem proteksi pasif ini tidak perlu dioperasikan oleh manusia dan tidak
juga berubah bentuk baik dalam keadaan normal ataupun dalam kebakaran. Menurut Health and Safety Executive Inggris, sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari
pelapisan material tahan api kepada permukaan tembok, mesin, atau bagian lain. Sistem ini sering digunakan ketika air atau proteksi aktif tidak mencukupi seperti pada
area yang terpencil atau ketika ada kesulitan untuk menangani limpasan air dari hasil pemadaman kebakaran. Tembok api (fire walls) adalah bentuk lain dari perlindungan
kebakaran pasif yang digunakan untuk mencegah penyebaran api dan pajanan api kepada peralatan sekitar. Sistem proteksi pasif ini biasanya hanya efektif dalam jangka
waktu 1-2 jam. Sistem proteksi pasif diantaranya :
 Pintu dan jendela tahan api
 Bahan pelapis interior
 Penghalang api, yaitu penghalang yang digunakan untuk membentuk ruangan tertutup, pemisah ruangan atau proteksi sesuai persyaratan teknis dan memiliki
ketahanan api dari 30 menit hingga 3 jam
 Partisi penghalang asap

c. Rental office
1. PENGERTIAN RENTAL OFFICE
kantor (office): gedung tempat tulis menulis atau mengurus sesuatu pekerjaan (Kamus Umum Bhs. Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta, Depdikbud, 1976) Sewa (rental): adalah :
pemakaian sesuatu dengan membayar uang, biasanya untuk jangka waktu tertentu. (Kamus Umum Bhs. Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta, Depdikbud, 1976)
Kantor sewa : suatu bangunan yang mewadahi transaksi bisnis dengan pelayanan secara profesional. Ruang-ruang dalamnya terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi yang sama,
yaitu fungsi kantor dengan status pemakai sebagai penyewa atas ruang yang digunakannya. (Menurut Hunt, W.D. dalam Meyer, 1983 ) D.
2. FUNGSI RENTAL OFFICE
Untukmemberikan peluang perkembangan ekonomi di masa depan, baik untuk pihak domestik maupun asing. Dan juga Untukmewadahi kebutuhan aktifitasusaha ekonomi,
khususnyadi bidang perkantoran. Serta Untuk memberikan fasilitas untuk kegiatan perkantoran yang dilakukan penyewa, dengan meyediakan ruang perkantoran administrasi yang
dilakukansi penyewa, serta dalam sebuah perkantoran sewa juga terdapat sarana lain yang dibutuhkan guna menunjung kegiatan perkantoran didalamnya.

KLASIFIKASI RENTAL OFFICE - Tangga umum semua itu disewakan kepada satu penyewa/perusahaan.
Multi Tenancy Floor
1.klasifikasi kantor sewa berdasarkan modul ruang sewa Satu lantai kantor yang disewa oleh beberapa penyewa. Luas ruang yang
 Small space, merupakan modul ruang sewa yang mempunyaikriteria : diswakan tidak termasuk fasilitas umum seperti :
- Berkapasitas 1 – 3 orang - Lift
- Luas area minimal 8 m2 dan maksimal 40 m2 - Elevator
 Medium space, merupakan modul ruang sewa yang mempunyaikriteria : - Ruang mesin
- Kapasitas memadai untuk grup kerja
- Luas area minimal 40 m2 dan maksimal 150 m2
4. Klasifikasi Menurut Layoutnya (Backman, 2008)
 Large space, merupakan modul ruang sewa yang mempunyaikriteria :
- Kapasitas memadai untuk grup kerja Hierarchical Plan
- Luas area diatas 150 m2 a. Layout ini dibagi beberapa lapisan zona yakni : core, inner dan outer. Pada
2. Klasifikasi kantor sewa berdasarkan peruntukannya tiap lapisan zona ini
 Tenant Owed Office Building diperuntukan unutk beberapa fungsi privat dan komunal.
Direncanakan dan dibangun oleh pemilik yang biasanya tergantung dalam b. Pada Hierarchical plan ini, lapisan inner ring diisi oleh unit-unit kerja
yayasan atau intitusi untuk yang disusun berkelompok.
digunakan oleh perusahaan yang dibawahi. Sementara bagian outer diisi oleh unit/ruang kerja privat serta ruang meeting.
 Investasi c. Sistem layout seperti ini cocok untuk kantor dengan single tenant yang
Didesain dan dibangun oleh suatu perusahaan yang biasanya adalah menyewa satu bangunan atau
pengembang yang disewakan satu lantai.
kepada penyewa
 Spekulatif
Direncanakan dan dibangun oleh perusahaan untuk disewakan secara
spekulatif kepada yang berminat.

3. Klasifikasi kantor sewa berdasarkan penyewanya

Single Tenancy Building


Bangunan kantor yang disewakan kepada satu penyewa/perusahaan dengan
jangka waktu tertentu
Single Tenancy Floor
Luas kantorr ruang satu lantai bangunan dikurangi ruang-ruang fasilitas Intverted-Hierarchical Plan
antara lain : a. Sistem layout seperti ini cocok untuk kantor dengan multi-tenant yang
- Elevator umum menyewa satu bangunan atau
- Ruang mesin satu lantai
b. Kelebihan dari sistem ini adalah pencahayaan alami serta pengawsan oleh
pihak atasan terhadap
Mirip dengan Hierarchical Plan namun lapisan zona inner dan outer diisi
oleh fungsi yang
c. berkebalikan dengan Hierarchical Plan. Lapisan outer diisi oleh unit-unit
kerja yang disusun berkeompo.
Sementara bagian inner diisi oleh unit/ruang kerja privat serta ruang meeting.
Multi-tenant
Sistem layout ini menjelaskan pembagian dan pemisahan ruang untuk lantai
yang disewa oleh lebih dari
satu tempat

Non-Hierarchical Plan
a. Mirip dengan Hierarchical Plan namun lapisan zona inner dan outer diisi
oleh fungsi yang
berkebalikan dengan Hierarchical Plan. Lapisan outer diisi oleh unit-unit 6. Klasifikasi kantor sewa berdasarkan kedalaman ruangan
kerja yang disusun berkelompok. Shallow Space
Sementara bagian inner diisi oleh unit/ruang kerja privat serta ruang meeting. Konfigurasi kantor sewa dapat digolongkan sebagai shallow space
b. Jenis sistem layout ini lebih mengedepankan worker-oriented dan terletak apabila ruang-ruang nya dirancang
privat space lebih menyebar dengan kedalaman kurang dari 8m dengan bentuk sirkulsi single zone
dan tidak terpusat pada suatu titik. Layout ini lebih terkenal dalam place yang disusun secara linier.
lingkungan kreatif profesional karena Medium Depth Space
meningkatkan produktifitas dan kemudahan berkolaborasi Apabila ruang-ruang sewanya dirancang dengan kedalaman 8-10 m pada
c. Sistem layout ini cocok untuk kantor dengan single ataupun multi tenant jalur sirkulasi single zone place
yang menyewa satu dan 14-22 m pada konfigurasi double zone place.
bangunan atau satu lantai Deep Space
Pada Kategori ini ruang-ruang dirancang dengan kedalaman 11-19 m.
Very Deep Space
Apabila kedalman ruangnya lebih dari 20 m.
7. Klasifikasi kantor sewa berdasarkan typical jalur pencapaian
Tipe Koridor terbuka
Tipe Menara

PRINSIP PERANCANGAN RENTAL OFFICE


 Konfigurasi core bangunan
 Lantai ( bentuk dan ukurannya )
 Tinggi antar lantai
 Sistem selimut bangunan
 Sistem mekanikal dan transportasi vertikal
 Sistem Struktur

Contoh denah basement contoh denah podium Lt.1

Contoh denah podium lt 2 contoh denah typical floor

Anda mungkin juga menyukai