Mata Kuliah
Studio Perancangan Arsitektur V
Kelas B
Kelompok 2 :
Dinda Rizky Nabilla F22118171
Nurul Rahmadani Anwar F22118145
Agam Abdia F22116094
High rise building atau bangunan tinggi merupakan istilah yang sering digunakan merujuk kepada
bangunan yang memiliki struktur menjulang tinggi atau bangunan dengan jumlah tingkat yang banyak.
Sejatinya penambahan ketinggian sebuah bangunan dilakukan untuk memperluas ruang fungsi
dari bangunan tersebut. Beberapa tipologi bangunan tinggi diantaranya adalah bangunan apartemen dan
perkantoran. Hal ini karena dengan penambahan jumlah lantai maka akan mengurangi luas bijak
bangunan tersebut sehingga lebih sedikit memakan lahan.
Bangunan tinggi akan ideal ditinggali jika ada lift atau elevator dan tentunya didukung oleh
struktur bangunan yang kuat dan tahan lama.Tanpa adanya live otomatis ini maka akan sangat melelahkan
bagi penghuni untuk naik ke lantai yang paling tinggi.
Sebuah bangunan dapat disebut bangunan tinggi atau high rise building jika bangunan tersebut
memiliki ketinggian 23 meter hingga 150 meter di atas tanah. Jika lebih dari 150 meter maka dapat
disebut gedung pencakar langit atau yang dikenal dengan istilah Skyscraper. Jika tinggi rata-rata sebuah
tingkat lantai adalah 4 meter maka bangunan tinggi setidaknya memiliki 6 tingkat lantai.
1. Tinggi Bangunan
Seperti yang disebutkan diatas sebuah bangunan disebut bangunan tinggi atau high rise building apabila
memiliki ketinggian setidaknya 23 meter atau 6 lantai.bangunan semacam ini sudah banyak ditemukan di
kota-kota besar di indonesia.
3. Tipe Struktur
Sebuah bangunan tinggi harus didukung dengan struktur yang kuat menahan beban bangunan maupun
momen dari ketinggiannya. Ada tiga macam struktur yaitu open frame, flat slab dan bearing wall system.
Dari ketiga tipe ini tipe yang paling banyak digunakan adalah open frame karena lebih efisien dalam
penggunaan material.
4. Tipikal
Umumnya denah lantai bangunan tinggi memiliki bentuk yang tipikal lurus ke atas.dengan membuat
lantai yang tipikal ke atas maka akan memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaannya terutama dari
segi struktur. Biasanya ukuran lantai akan mengecil keatas untuk menekan moment akibat ketinggian
bangunan.
5. Keterbatasan Lahan
Bangunan tinggi merupakan salah satu solusi menghadapi masalah keterbatasan lahan. Namun dengan
keterbatasan lahan ini biasanya bangunan tinggi akan menggunakan area parkir bertingkat. Dengan
keterbatasan lahan maka bangunan tinggi biasanya jarang yang memiliki landscape yang baik kecuali
menggunakan vertical garden atau sky garden.
7. Resiko Roboh
Semakin tinggi sebuah bangunan maka semakin besar pula resikonya untuk roboh. Berdasarkan hal ini
maka pembangunan sebuah high rise building memerlukan perencanaan yang matang dan antisipasi
berbagai kemungkinan yang dapat terjadi saat pelaksanaan konstruksi.
8. Kompleksitas Tinggi
Pembangunan sebuah high rise building merupakan pekerjaan yang kompleks karena selain melibatkan
banyak pihak, durasi pelaksanaan yang panjang, melibatkan disiplin ilmu yang banyak, berdampak besar
kepada lingkungan, dan memiliki risiko yang sangat tinggi dari segi keselamatan. Sehingga dari berbagai
jenis bangunan, jenis high rise building merupakan jenis bangunan yang paling kompleks.
Gambar 1
L’Avenue Office and Apartments (Dari kiri: Kantor, Apartemen Utara, Apartemen Selatan) (sumber:
dokumen pribadi)
Lokasi : Jalan Raya Pasar Minggu KM 16, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta
Awal Pembuatan : 10 Juni 2014
Selesai : 10 Desembar 2015
Jumlah Lantai : 23 Lift : 4
Jumlah Unit : 253
Luas Bangunan : 35.000 m2
Luas Tanah : 12.000 m2
Fasilitas : Swimming Pool, Gym, Teniss Court, Basket Court, Mini Market, Restaurant, Play
Ground, Jogging Track, Atm Center, Security Card, Library.
Developer : Bintang Rajawali Perkasa PT. L’Avenue
Arsitek : Urbane Indonesia, PT.
2. Sistem Struktur yang Digunakan pada Apartemen L’Avenue
Gambar 2
Site Plan dari L’Avenue Office an
Pada Apartemen L’Avenue digunakan sistem struktur core sebagai sistem struktur
utama dan sistem struktur kolom balok sebagai tambahanya. Core atau inti bangunan
menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk meletakan transportasi vertikal dan
distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan shaft mekanis ). Inti adalah tempat untuk
memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan
bangunan.
Penggunaan sistem single core pada bangunan ini disebabkan karena bangunan yang
tinggi sehingga di perlukannya core sebagai pengaku dan sebagai penyalur gaya lateral yang
baik. Penggunaan sistem single core dipertimbangkan juga karean bentuk bangunan yang
simetris sehingga core sebagai pengaku terdapat di tengah-tengah bangunan dengan ukuran
9,8m x 9,2m.
Gambar 3
Letak Core pada Bangunan (sumber: dokumen pribadi)
Selain sistem core terdapat juga sistem rangka kolom dan balok sebagai sistem
struktur penunjang. Struktur rangka dipilih karena dapat menyalurkan beban dengan baik
selain itu sistem rangka ini dapat disesuaikan dengan fungsi bangunan sebagai apartmen
yang mana di dalamnya tiidak banyak memerlukan ruang yang luas dan bebas dari kolom.
Kolom yang dibuat pada bangunan L’Avenue ini bebbentuk kolom pipih yang semakin
keatas kolom ini semakin ramping dengan ukuran kolom pada lantai dasar 1,2m x 0,7m dan
pada lantai teratas berukuran 1,2m x 0,5m.
Gambar 4
Susunan Kolom pada Bangunan (sumber: dokumen pribadi)
Gambar 5
Posisi Core sebagai Lift (sumber: dokumen pribadi)
Gambar 6
Pengaturan Fungsi pada Core (sumber: dokumen pribadi)
Sistem lain yaitu sistem rangka digunakan sebagai modul dalam pengaturan ruang
dalam apartemen. Modul pengaturan jumlah tipe apartemen dalam setiap lantai bangunan
dipengaruhi oleh susunan kolom pada bangunan L’Avenue ini. Berikut adalah contoh modul
ruang pada lantai 7 bangunan apartemen L’Avenue
Gambar 7
Modul ruang Lt. 7 Apartemen Utara L’Avenue (sumber: dokumen pribadi)
https://docplayer.info/57624798-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-belakang.html
http://vraymozeart.blogspot.com/2013/10/high-rise-building-bangunan-tinggi.html