Anda di halaman 1dari 8

ILMU AMALIAH AMAL ILMIAH

Disusun Oleh :
Auliyana Selfas (1310611031)

Mata Kuliah Al-Islam 3


Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jember
2014-2015
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan segala rahmat serta
hidayah kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu referensi dalam mata kuliah Al-Islam.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


memperluas pengetahuan mengenai “Ilmu Amaliah Amal Ilmiah” bagi para pembaca,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan
yang saya miliki. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jember, Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................. 1
BAB II Pembahasan ............................................................................ 2
2.1 Ilmu Amaliah Amal Ilmiah .................................................. .... 2
2.2 Hubungan Ilmu dengan Amal ................................................. 3
2.3 Contoh Ilmu Amaliah Amal Ilmiah ........................................ 4
BAB III Penutup ................................................................................. 5
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 5
BAB I

PENDAHULUAN

Umat manusia diberi kemampuan untuk berpikir, merancang, mendesain peralatan


dan memproduksinya dengan berbagi features sesuai kebutuhan yang terus berubah dan
berkembang. Allah swt. menciptakan manusia dengan kapasitas Intelligent Quotient,
Emotional Intelligent Quotient, Kesempatan (Opprtunities) serta Interest yang berbeda-
beda kapasitasnya agar saling bekerja sama mencapai kebutuhan hidup hari ini dan esok
hari, serta memberinya neraca petunjuk keadilan agar tidak melampaui batas
keselamatannya di atas hamparan bumi ciptaanNya.

Seorang bijak pernah berkata, "Ilmu tanpa amal cacat, dan amal tanpa ilmu buta."
Ada pula pepatah yang berkata "Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah.”
Mencari ilmu merupakan kewajiban karena dengan ilmu kita mengetahui segalanya, ilmu
yang bermanfaat adalah imu yang diamalkan (dibagi) karena apabila tidak diamalkan kita
termasuk orang terlaknat, Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua
(mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan
perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha -Penyayang”.
(Surat Al Baqarah ayat 159 –160).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Amaliah Amal Ilmiah


Secara etimologi ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat
berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya. Ilmu merupakan
pijakan dalam beramal, sebagai landasan berbuat dan mengarahkan perbuatan ke
arah kebaikan.
'Amal yang dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan, tidak hanya
mengerahkan segenap jiwa raga dan otot, namun akal pun berperan. Singkatnya,
ilmu harus aplikatif. Pengetahuan yang kita peroleh harus aplikatif. Benar ya, ilmu
itu harus aplikatif. Ilmu harus amaliah. Sebaliknya, beribu-ribu amal yang kita
lakukan tidak akan berbuah apa-apa melainkan kelelahan. Apa maksudnya?
Andaikata kita shalat fardlu tanpa wudlu, karena tidak tahu ilmunya, lantas
kita shalat ber-rakaat-rakat hingga badan pegal-pegal. Apakah akan berbuah
pahala? Tentunya tidak. Manusia pembelajar selalu melakukan segala pekerjaannya
didasarkan pada ilmu yang ia peroleh. Amal merupakan konsekuensi dari ilmu.
Untuk itu, setiap ilmu harus aplikatif, dan setiap amal harus ilmiah. Ilmu harus
profesional, dan profesionalisme harus ilmiah!
Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Ilmu itu dipelajari agar dengannya seseorang
bisa bertakwa kepada Allah" (Al-Hilyah : 6/362).
Maka tujuan dari mempelajari ilmu adalah untuk beramal dengannya dan
bersungguh-sunggguh dalam menerapkannya. Dan ini terdapat pada orang-orang
yang berakal, yang dikehendaki Allah swt. bagi mereka kebaikan hidup di dunia
dan akhirat.
2.2 Hubungan Ilmu dengan Amal
Ilmu dan amal saling terhubung satu sama lain, saling menguatkan dan
menambahkan. Ilmu yang dipelajari akan menyebabkan tumbuhnya pengertian dan
pemahaman, hal ini dapat membentuk pondasi amal. Sedangkan amal dapat
memperkokoh ilmu. Az-Zuhri mengatakan : ” orang-orang (masyarakat) tidak akan
mendengar ucapan seorang ‘alim yang tidak beramal dan tidak pula menerima
orang yang beramal yang tidak berilmu”. Karena itulah hendaknya kita
mensosialisasikan prinsip-prinsip tawazun (keseimbangan) antara ilmu dan amal.
Islam adalah agama yang tegak di atas konseptual (ilmu) dan faktual (amal).
Kaum muslimin diperintahkan untuk berilmu (intelektual) dan memiliki fungsional.
Untuk mendirikan shalat dibutuhkan ilmu, menunaikan zakatpun perlu ilmu, dan
apalagi untuk menjalani kehidupan ini. Mengenai keseimbangan antara ilmu dan
amal ini dijelaskan dalam Q.S.Muhammad : 19, Allah berfirman :”Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain
Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat
tinggalmu.” (Q.S. Muhammad :19)
Ayat ini menyatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua
hal, yaitu ”berilmu” lalu ”beramal”, atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat
kita lihat dari susunan ayat diatas, yaitu: ”fa’lam annahu laa ilaha illalloh” “Maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah…” Ayat ini
menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti dengan
perintah beramal yaitu : ”wastaghfir lidzambik” ”Dan moholah ampunan bagi
dosamu…”
Ilmu dapat mengangkat derajat manusia dan membedakannya dengan
makhluk yang lain.
2.3 Contoh Ilmu Amaliah Amal Ilmiah
Prioritas yang dibenarkan oleh agama ialah prioritas ilmu atas amal. Ilmu
itu harus didahulukan atas amal, karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah
amal yang akan dilakukan. Seorang dokter harus berilmu dahulu, sebelum
mengobati pasien. Dalam hadits riwayat Mu’adz disebutkan, “ilmu itu adalah
pemimpin (imam), dan amal adalah pengikutnya (makmum)”. Dalil yang
menunjukkan kebenaran tindakan kita mendahulukan ilmu atas amal ialah bahwa
ayat yang pertama kali diturunkan ialah IQRA’ “Bacalah.” (lihat Q.S.Al-‘Alaq : 1-
5). Dan membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan; dan setelah itu baru
diturunkan ayat yang berkaitan dengan kerja; sebagai berikut: “Hai orang yang
berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan
pakaianmu bersihkanlah” (Q.S.Al-Muddatstsir : 1-4). Dalam (Q.S Al-Hajj : 54)
Allah berfirman, “Agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa (Al-
Quran) itulah kebenaran dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan hati mereka
tunduk kepada-Nya, dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus”. Ayat ini menunjukkan bahwa dari ilmu akan
datang iman, dan dari iman, ketundukan hati akan terlaksana.
Di dalam Al-Qur’an, banyak didapati beberapa kisah yang menunjukkan
bahwa ilmu menjadi syarat profesi kepemimpinan, bahkan merupakan prasyarat
bagi amal perbuatan, diantaranya kisah Nabi Yusuf yang diangkat menjadi
bendahara negara Mesir (Q.S.Yusuf : 54-55), kisah Nabi Musa yang bekerja pada
keluarga Nabi Syu’aib (Q.S. 28 : 26) dan kisah Thalut yang dipilih menjadi
pemimpin Bani Isra’il (Q.S.Al-Baqarah : 247)
Ilmu dan amal harus seimbang, dan keseimbangan itu menjadi prinsip yang
harus diimplimentasikan dalam amaliah pendidikan, karena ilmu pengetahuan
teraktualisasi melalui kerja amal perbuatan. Amal adalah pembentukan kualitas
manusia. Segala kerja yang dilakukan setiap saat merupakan ukiran ke arah
terbentuknya kepribadian manusia. Malik bin Dinar mengatakan, ”Jika seseorang
mencari ilmu untuk diamalkan, maka ilmu tersebut akan membahagiakan dirinya.
Sedangkan jika dia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu tersebut akan
membawanya pada kesombongan”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan bersifat solutif, dengannya apa yang diamalkan akan memiliki
arah yang lebih jelas, terukur dan secara sistimatis memfasilitasi kemungkinan dampak
output yang dihasilkannya.
Sering kita tidak sadari bahwa ilmu yang kita cari ternyata tidak terpakai ketika kita kembali
kemasyarakat. dan yang terpakai terkadang ilmu yang tidak kita pelajari ketika kita duduk dibangku
sekolah atau kuliah, kita kuliah sampai tingkat paling tinggi, namun kontribusinya kepada masyarakat tidak
ada. Karena ilmu itu akhirnya hanyalah untuk kita sendiri dalam menempuh karir. Namun tidak bisa
digunakan untuk membantu masalah yang ada dimasyarakat. Alangkah indahnya jika kita mempunyai
pekerjaan atau amal yang amal itu bisa ilmiah, maksudnya apa yang kita lakukan mengandung makna dan
ada dasarnya, jadi tidak sekedar berbuat yang tidak berdasar dan bermakna, karena bila kita mengetahui apa
kita lakukan mempunyai makna yang besar, kita tidak menjadikan amal hanya sebagai rutinitas biasa, tapi
amal yang benar-benar membawa kebaikan untuk diri kita dan jika hal itu ditularkan kepada orang
lain, maka orang yang mengerjakan amal yang sama tentu itu akan lebih baik entah itu kapan dan
dimana, ilmu dan amal, keseimbangan keduanya menjadi familiar dan tidak dapat
dipisahkan dalam berbagai macam aktivitas sehari-hari dan terintegrasi menjadi Ilmu
Amaliah – Amal Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai