Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN DRAINASE PERKOTAAN

STASIUN KALISAT JEMBER

Disusun Oleh :

Kelompok 2

David Ragil 1310611003

M.Herul Anwar 1310611011

Nur Muhammad Isa 1310611013

Andri Sulistiyo 1310611030

Praba Hadi Saputra 1310611035

Nolina Utuh Panguji 1310611039

Wahyu Aprilia 1310611041

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas Kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan
KaruniaNya, Kami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan
laporan mengenai drainase perkotaan ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak DR.Ir. Noor
Salim,M.Eng selaku dosen mata kuliah Drainase Perkotaan dan teman – teman yang
sudah mendukung dalam menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini banyak kekurangan, Oleh sebab itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya laporan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.Amin

Jember, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

Bab I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Indentifikasi Masalah ................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5 Tujuan Studi .............................................................................................. 2
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum ..................................................................................... 3


2.2 Analisa Data – Data Curah hujan.............................................................. 5
2.3 Menghitung Curah Hujan Rata – Rata ...................................................... 6
2.4 Perhitungan Curah Hujan Rencana ........................................................... 7
2.5 Waktu Konsentrasi .................................................................................... 7
2.6 Perhitungan Debit Banjir .......................................................................... 8
2.7 Perhitungan Debit Rasional ...................................................................... 9
2.8 Kriteria Rancangan Saluran ...................................................................... 11

Bab III : DATA PELAKSANAAN

3.1 Analisa Hidrologi ...................................................................................... 12


3.2 Perencanaan Saluran ................................................................................. 14

Bab IV : PENUTUP

4.1 Kesempulan ............................................................................................... 15


4.2 Saran ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Pada saat musim penghujan, Curah hujan yang
berlebihan akan menimbulkan masalah banjir disetiap kota yang berkembang.
Peristiwa ini berulang setiap tahunnya akan tetapi masih belum banyak yang dilakukan
pemerintah, serta pesatnya laju pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan
perubahan lahan yang dulunya tanah biasa menjadi tanah yang tertutup dengan aspal
dan beton seperti yang terjadi pada sarana publik seperti stasiun, bandara, halte, dan
sebagainya.
Hal tersebut menyebabkan aliran air saat hujan turun mengalir deras pada
permukaan yang kondisinya tidak menyerap air, pada akhirnya air langsung masuk ke
saluran drainase adapula yang saluran drainasenya tidak mampu untuk menampung
air dikarenakan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan karena
dianggap tempat sampah jauh.
Drainase kota merupakan prasarana kota yang berfungsi untuk mengendalikan
limpasan air hujan yang berlebihan. Dalam meninjau masalah tata air, Sistem drainase
adalah jaringan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air
permukaan disuatu wilayah yang berasal dari air hujan lokal sehingga tidak
menggangu masyarakat dan memberikan manfaat bagi kehidupan orang banyak.
Didalam perencanaan drainase yang perlu diperhatikan antara lain jenis
bangunan, intensitas curah hujan, topografi, dan lain-lain. hal ini dijadikan acuan bagi
penulis dalam menyusun tugas, dengan judul “PERENCANAAN DRAINASE KOTA
DI STASIUN KALISAT JEMBER”.

1.2 Identifikasi Masalah


Menganalisa dan merencanakan saluran drainase di Stasiun Kalisat Jember
sesuai dengan debit dari data hujan.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk mengatasi masalah limpahan air hujan yang meluap dari saluran di area
Stasiun Kalisat Jember, maka yang harus diketahui adalah :
- Berapa debit air yang dapat ditampung saluran drainase di lokasi
tersebut ?
- Berapa dimensi saluran yang diperlukan untuk menampung debit air
ketika terjadi banjir di lokasi tersebut ?
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah adalah :
- Lingkup yang diamati hanya area Stasiun Kalisat Jember
- Menentukan dimensi saluran
1.5 Tujuan Studi
- Untuk mengetahui debit banjir rencana 5 tahun kedepan agar dapat
menyesuaikan perencanaan ulang dimensi saluran
- Mendapatkan data existing untuk melakukan peninjauan apakah
saluran mampu menampung debit banjir rencana kedepan
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :
- Bagi Instalasi terkait, penelitian inidiharapkan memberi manfaat dari
himbauan bagi instalasi terkait untuk penanggulangan banjir di area
Stasiun Kalisat Jember
- Bagi Akademik, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi dan menjadi acuan bagi peneliti lainnya khususnya yang
mendalami bidang air, selain itu agar dapat berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dimasa kini bahkan dimasa
mendatang.
- Menambah wawasan dan pengalaman sebagai penerapan ilmu yang
telah diperoleh selama menempuh pendidikan pada Jurusan Teknik
Sipil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum


Setiap daerah aliran sungai mempunyai sifat – sifat khusus yang berbeda, hal
ini memerlukan kecermatan dalam menerapkan suatu teori yang cocok pada daerah
pengaliran. Oleh karena itu, sebelum memulai perencanaan kontruksi drainase,
perlu adanya kajian pustaka untuk menentukan spesifikasi – spesifikasi yang akan
menjadi acuan dalam perencanaan pekerjaan kontruksi tersebut. Dalam bab ini akan
memaparkan secara singkat mengenai hidrologi, dasar – dasar teori perencanaan
drainase yang digunakan dalam perhitungan kontruksi bangunan. (Soemarto, 1999)
2.1.1 Daur Hidrologi
Daur Hidrologi adalah gerakan air ke udara yang jatuh ke permukaan
tanah sebagai hujan dan akhirnya mengalir ke laut kembali.
Macam – macam unsur dalam daur hidrologi sebagai berikut :
a. Evaporasi
b. Presipitasi ( hujan)
c. Infiltrasi
d. Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah
(subsurfase runoff)

Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan aur di alam kita
ini. Secara khusus menurut SNI No 1724-1989-F Hidrologi didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari kejadian air diatas, pada permukaan, dan didalam tanah
(C,D Soemarto,1999). Curah hujan pada suatu daerah merupakan salah satu faktor
yang menentukan besarnya debit banjir yang terjadi pada daerah yang
menerimanya.

2.2 Analisa Data – Data Curah Hujan


Data curah hujan yang digunakan dalam analisa terhadap alternatif
penanganan banjir adalah data curah hujan maksimal. Hal ini bertujuan agar
analisa dapat mendekati kondisi yang sebenarnya. Data curah hujan tersebut
didapat dari stasiun-stasiun penakar hujan dan pos hujan yang terdapat
disekitar daerah aliran, yang dapat mewakili frekuensi curah hujan yang
jatuh dalam daerah tangkapan hujan.
Perencanaan debit banjir rencana didasarkan pada besarnya curah hujan
dalam periode ulang yang direncanakan yaitu dalam tahun pengamatan 5
tahun karena jumlah hujan yang jatuh pada daerah tangkapan tidak selalu
sama dan merata, maka berdasarkan data curah hujan dari kedua stasiun
diatas dapat diperhitungkan menjadi curah hujan rata-rata pada suatu daerah
tangkapan.
2.3 Menghitung Curah Hujan Rata – Rata
Data jumlah curah hujan (CH) rata-rata suatu daerah tangkapan air atau
daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan
oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data CH sangat
berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi, mengetahui rencana air
lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu daerah diperlukan penakar CH
dalam jumlah yang cukup. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan
diharapkan dapat diketahui besarnya rata-rata CH yang menunjukkan
besarnya CH yang terjadi didaerah tersebut dan juga diketahui variasi CH
disuatu titik pengamatan.
Ada tiga cara dalam menentukan curah hujan CH yaitu :
1. Cara rata-rata aritmatik (Aljabar)
2. Cara Poligon (Thiessen polygon)
3. Cara Isohet(Isohyetal)
2.4 Perhitungan Curah Hujan Rencana
Hujan rencana merupakan kemungkinan tinggi hujan yang terjadi dalam
kala ulang tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisa hidrologi yang
biasa disebut analisa frekuensi. Secara sistematis metode analisis frekuensi
perhitungan hujan rencana ini dilakukan secara berurutan sebagai berikut :
1. Parameter statistic
2. Pemilihan Jenis metode
3. Uji kebenaran sebaran
4. Perhitungan Hujan rencana
2.5 Waktu Konsentrasi
Lama waktu konsentrasi bisa didapatkan melalui hasil pengamatan maupun
dengan suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus umumnya mengacu
pada jarak dari tempat terjauhnya hujan sampai titik tinjau (L) dan selisih
ketinggian antara titik terjauh tersebut dengan titik tinjau (H). Salah satu
rumus empiris yang umum dipakai untuk memprediksi waktu konsentrasi
adalah rumus Kirpich, yang dapat dituliskan sebagai persamaan aljabar :
𝐿1.15
𝑇𝑐 = … … … … … … (2.24)
7700𝐻 0.385
Kalau L dan H dinyatakan dalam meter dan tc menit maka rumus diatas
menjadi :
0,77
𝐿
𝑇𝑐 = 0,0195 ( )
√𝑆
△𝐻
𝑆= … … … … … … … . . (2,25)
𝐿
Keterangan :
Tc = waktu konsentrasi (menit)
L = panjang jarak dari tempat terjauh antara tempat terjauh dan
tempat pengamatan terhadap L yaitu △H/L atau sama dengan kemiringan
rata-rata dari daerah alirannya.
△H = Selisih ketinggian antara tempat terjauh dan tempat
pengamatan
2.6 Perhitungan Debit Banjir
Dalam penghitungan debit banjir menggunakan Metode Rasional diperlukan
data koefisien limpasan. Koefisien limpasan adalah rasio jumlah limpasan
terhadap jumlah curah hujan, dimana nilainya tergantung pada tekstur
tanah,kemiringan lahan dan jenis penutupan lahan. Koefisien Limpasan
sebagai berikut :
No Kondisi Daerah aliran Koefisien aliran
1Rerumputan 0,05-0,35
2Bisnis 0,50-0,95
3Perumahan 0,25-0,75
4Industri 0,50-0,90
5Pertamanan 0,10-0,25
6Tempat bermain 0,20-0,35
7Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75-0,90
8Daerah perbukitan 0,70-0,80
9tanah bergelombang dan semak-semak 0,50-0,75
10tanah dataran yang digarap 0.45-0.65
11Persawahan irigasi 0.70-0.80
12sungai didaerah pegunungan 0.75-0.85
13sungai kecil di daratan 0.45-0.75
sungai yang besar dengan wilayah aliran
14 lebih dari seperduanya terdiri dari
dataran 0.50-0.75
2.7 Perhitungan Debit Rasional
Metode Rasional adalah salah satu dari metode tertua dan awalnya
digunakan hanya untuk memperkirakan debit puncak. Ide yang
melatarbelakangi metode rasional adalah jika curah hujan dengan intensitas
I terjadi secara terus menerus, maka laju limpasan langsung akan bertambah
sampai mencapai waktu konsentrasi (Tc). Waktu konsentrasi Tc tercapai
ketika seluruh DAS telah memberikan kontribusi aliran di outlet. Laju
masukan pada sistem (IA) adalah hasil dari curah hujan dengan intensitas I
pada DAS dengan luas A. Nilai perbandingan antara laju masukan dengan
laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat Tc dinyatakan sebagai run off
coefficient (C) dengan (0<C<1). Hal diatas diekspresikan dalam formula
Rasional sebagai berikut ini :
𝑄 = 0,277 𝐶 𝐼 𝐴 … … … … . (2.26)
Keterangan :
Q = debit puncak (m3/detik)
C = koefisien run off, tergantung pada karakteristik DAS (tak
berdiamensi)
I = Intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama dengan
waktu konsentrasi (Tc) (mm/jam)
A = luas DAS (km2)
2.8 Kriteria Rancangan Saluran
Dimensi saluran merupakan bentuk dari rancangan saluran air yang akan dibuat
dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut :
𝐴 = (𝑏 + 𝑚 𝑥 ℎ)ℎ 𝐴
𝑅=
𝑃 = 𝑏 + 2 𝑥 ℎ (𝑚2 + 1) 𝑃
2 1 𝑄=𝑉𝑥𝐴
𝑉=𝑘𝑥 𝑅3 𝑥 52
𝑏=𝑛𝑥ℎ

Keterangan :
𝑚3
Q = debit saluran 𝑑𝑒𝑡

V = Kecepatan aliran m/det


A = potongan melintang aliran m2
R = jari jari hidrolis m
P = keliling basah m
B = lebar dasar m
H = tinggi air m
I = kemiringan energi (saluran)
K = koefisien kekasaran stickler
M = kemiringan talud (1 ver : m hari)
BAB III

DATA PELAKSANAAN

3.1 Analisa Hidrologi


Analisa hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya curah hujan rencana
serta banjir rencana dalam periode ulang tertentu. Dalam sistem drainase di
Stasiun Kalisat Jember direncanakan curah hujan rancangan dengan periode
ulang 10 tahun (𝑅10) dan debit banjir dengan periode ulang 10 tahun (𝑄10)
3.1.1 Analisa curah hujan harian maksimal rata – rata
Untuk mendapatkan hujan maksimal rata-rata dengan cara AWLR
dari 4 tahun dimulai tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan untuk acuan
digunakan AWLR tahun
3.1.2 Perhitungan waktu konsentrasi (tc)
Perhitungan waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
𝐿
𝑇𝑐 = 0,0195( )0.77
√𝑆
Dengan :
Tc = Waktu konsentrasi
L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai tempat
pengamatan banjir saluran (12 m)
△H = Selisih ketinggian antara tempat terjauh dan tempat pengamatan
disaluran A
S = Perbandingan selisih tinggi antara tempat terjauh dan tempat
△𝐻
pengamatan terhadap L yaitu atau sama dengan kemiringan rata-rata dari daerah
𝐿
aliran.
12
𝑇𝑐 = 0,295( )0,77
√0,25
Hasil perhitungan waktu konsentrasi (tc) tiap-tiap saluran berbeda-beda tergantung
panjang saluran serta beda tinggi dasar saluran. Hasil perhitungan waktu konsentrasi
(tc). Hasil perhitungan ini dapat dilihat ditabel saluran.
No Nama Saluran L (m) Elevasi Hulu Elevasi Hilir S tc (menit) Tc (jam)
1 Sal1 12 269 266 3 0.25 2.253187 0.037553
3.1.3 Intensitas Hujan Rata-rata
Intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan
harian (mm) empiris menggunakan metode mononobe, intensitas
curah hujan (I) dalam rumus rasional dapat dihitung berdasarkan
rumus (loebis 1992) :
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( )
24 𝑡
Dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

𝑅24 = Curah hujan rancangan setempat ( 10 tahun = 352,83 mm)

T = lama curah hujan (0,165 jam)

352,83 24 2/3
𝐼= ( )
24 0,165

𝐼 = 413,41mm/jam

Metode perhitungan menggunakan metode mononobe. Yang menghitung


intensitas dengan kala ulang persaluran mulai dari 2 tahun sampai 100 tahun, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1.3 Intensitas Hujan rata-rata

Nama Saluran Kala Ulang (th) data hujan Tc (jam) Intensitas (I)
sal1 10 2,45 0.03 13,74

3.1.4 Debit Banjir Rencana


Persamaan metode rasional dengan contoh perhitungan pada saluran
sebagai berikut :

Q = Debit banjir maksimal (m³/detik)

C = koefisien aliran

I = intensitas curah hujan rata-rata (I=413,41 mm/jam)

A = luas area staasiun

Q = 0,2778 . C. I. A

= 0.2778 . 0.641 . 413,41 . 0..87

Q sal< Qrenc = dimensi saluran dirubah

Kemudian untuk debit banjir rencana saluran lainnya maka dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel perhitunganne aneh

3.2 Perencanaan Saluran


3.2.1 Perencanaan Dimensi Saluran Persegi
Dalam evaluasi jaringan drainase dikawasan ini, terlebih dahulu harus
mengetahui debit maksimal yang dapat ditampung oleh saluran yang ada.
Apabila debit maksimal saluran yanga ada lebih kecil dari debit rencana.

Untuk menghitung debit maksimal pada saluran melihat arah aliran dari
saluran maka saat suatu aliran mendapat aliran dari saluran lain maka
ditambahkan terlebih dahulu debit aliran saluran sebelumnya.

Dari hasil perhitungan debit maksimal dimensi saluran existing dapat dilihat
ada banyak yang sudah tidak mampu menampung debit banjir rencana 10
tahun.

Untuk menentukan dimensi saluran 1 existing yang berbentuk persegi antara


lain :

a. Lebar dasar saluran (b) adalah lebar dasar saluran existing = 0,5 m
b. Kedalaman aliran (y) adalah jarak vertical titik terendah pada suatu
penampang saluran sampai kepermukaan bebas = 0,5 m
c. Lebar puncak (T) adalah lebar penampang saluran pada permukaan
bebas = 0.5 m
d. Luas basah (A) adalah luas penampang melintang aliran yang tegak
lurus dengan arah aliran.
A =bxy
= 0,5 x 0,5
= 0,25 m²
e. Keliling basah (P) adalah panjang garis perpotongan dari permukaan
basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus
arah aliran.
P = b + 2y
= 0,5 + 2 .0,5
= 1,5 m
f. Jari-jari hidrolik (R) adalah rasio luas basah dengan keliling basah
𝐴
𝑅=
𝑃
0,25
𝑅=
1,25
𝑅 = 0,2 𝑚
g. Menurut data existing dinding saluran menggunakan t beton dengan
kondisi kurang baik, maka nilai koefisien kekasaran manning sebesar
n=0,013
h. Dalam evaluasi sistem drainase di kawasan Kalisat kecepatan aliran
menggunakan metode manning dengan persamaan sebagai berikut :
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/s)
n = koefisien kekasaran manning (0,013)
R = radius hidrolik (0,240)
S = kemiringan dasar saluran (0,013)
1
𝑉 = 𝑥𝑅 2/3 𝑥𝑆 1/2
𝑛
1
𝑉= 𝑥0,2402/3 𝑥0,0131/2
0,013
𝑉 = 3,37 𝑚/𝑠
i. Untuk menentukan jenis aliran antara gaya gravitasi dan gaya inersia
yang dinyatakan dengan bilangan Froude (Fr). Bilangan Froude
didefinisikan sebagai berikut :
V = kecepatan aliran (m/s)
y = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (m/s)
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔. 𝑦
3,37
𝐹𝑟 =
√9,81.0,5
𝐹𝑟 = 1,522
j. Menentukan debit saluran dengan rumus :
A = luas penampang basah (0,25m²)
V = kecepatan aliran dalam saluran (3,37 m/s)
Q =VxA
= 3,37 x 0,25
= 0,84 m³/s
sMaka debit saluran didapat Q adalah 0,84 m³/s

Bahan Koefisien Manning


n
Besi tuang dilapis 0,014
Kaca 0,010
Saluran beton 0,013
Bata dilapis Mortar 0,015
Pasangan batu disemen 0,025
Saluran tanah bersih 0,022
Saluran tanah 0,030
Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
Saluran pada galian batu padas 0,040

Kemudian dari perhitungan saluran existing persegi didapatkan ada satu saluran yang
tidak perlu dirubah persegi baru .
H
No Nama saluran b (m) h (m) (jagaan) A (m²) P (m) R n I V Fr Q sal Qrec Tindakan
(m)

Anda mungkin juga menyukai