OLEH KELOMPOK 4:
NURUL FADILA (191000213461009)
INGGA ALYA WINESHA
NIA SUZETA
SALSABILA OCTAVIA (191000213461040)
DOSEN PENGAMPU :
MARDALIS, M.Pd
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana hakekat hidup dan kerja dalam Islam?
2. Seperti apa rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja?
3. Bagaimana akhlak dalam bekerja menurut Islam?
4. Bagaimana keharusan profesionalisme dalam bekerja menurut Islam?
Meskipun nafs berpotensi positif dan negative, namun diperoleh pula isyaratka bahwa
pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negetifnya. Hanya saja
daya Tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian nafsnya. Firman Allah dalam surat al-Syams ayay 9-10.”sungguh
beruntunglah orang-orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang
Mengotorinya”Kecendrungan nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari isyarat ayat,
misalnya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 286 “ Allah tidak membebani seseorang,
tetapi sesuai dengan kesanggupan nya.
Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh siksa dari apa
yang diusahakannya”Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat qalb yang sering
diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada dalam diri manusia, qalb pun
demikian, hanya saja qalb yang merupakan wadah dipahami dalam arti alat, sebagaimana firman
Allah dalam surat al-A’raf ayat 179 “mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan untuk
memahami”. Selain kata qalb,dalam al-qur’an juga terdapat kata fu’ad, seperti dalam firman-Nya
dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu maka Dia memberimu (alat) pendengaran, (alat) penglihatan serta hati, agar
kamu bersyukur (mempergunakannya memperoleh pengetahuan)”Kemudian manusia juga
memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra’ ayat 85 “ Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh, katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu tidak diberi ilmu kecuali
sedikit” Ada yang berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa, tetapi apa bedanya manusia
dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain ?. Dalam surat al-mu’minun dijelaskan bawa
dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk ini khalq akhar (makhluk yang unik), yang
berbeda dengan makhluk lain. Karena manusia memiliki ruh lah ia mudah menerima wahyu dari
Allah swt.
Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 151 “…” dan janganlah kamu mendekati
perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali demi kebenaran, itulah wasiat Allah kepadamu agar kamu ber’aqal
(dapat memahaminya)” Menurut Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup, Islam sangat
memuliakan ‘aql, maka dari itu Islam adalah agama yang menjunjung tinggi “aql. Orang yang
dapat menempatkan dirinya merasa terikat pada aturan-aturan Allah dalam firman-firman-Nya,
maka itulah sebenarnya orang-orang yang ber’aqal.
Seorang muslim dalam aktifitas kehidupnya dapat menggunakan ‘aqalnya jauh dari
perbuatan keji, ruhnya banyak berisikan wahyu Allah, hatinya jadi tentram sehingga dirinya
terkendali kejalan yang diredhai Allah, terhindar dari langkah-langkah syetan yang
buruk Demikianlah hakekat hidup manusia dengan berbagai potensi yang terdapat dalam
dirinya untuk melaksanakan pekerjaan.
Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat
malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain. Dan akau
berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika hidup dan mati). (H.R Bukhari
dan Muslim)Orang muslim yang akan berhasil dalam hidupnya adalah kemampuannya
meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan digantinya dengan
amalam yang bermanfa’at. Sabda Rasulullah Saw. Dari Abu hurairah“ Sebaik-baik Islamnya
seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi).
Dia menyadari bahwa Allah lah yang mengontrol segala urusan dunia dan kehidupan
manusia. Dia mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, senantiasa berzikir dan tawakal kepada-
Nya. “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertawakal ( yaitu) orng-orng yang mengingatAllah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi ( sambbil berkata) Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua
ini dengan sis-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka” (Ali Imran ayat
190-191)
Dalam bekerja dia tulus danpatuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun, tidak
boleh melampai batas, selalu ta’at mengikuti bimbingan Allah meskipun tidak sesuai dengan
keinginannya. Dia bertanggung jawab menjalankan kewajiban pekerjaan yang telah ditetapkan
untuknya. Bila ia mendapatkan kendala, segera mencari penyebabnya dan siapmemikul semua
konsekwensinya.
Dia memahami sabda Rasul Saw. “Betapa indahnya urusan orang Islam. Seluruh urusan
(kerjanya) adalah baikbagi dirinya. Jika ia mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan yang
demikian itu baik bagi dirinya, jika ia mengalami kesulitan , ia menghadapinya dengan sabar dan
tabah, dan itupun juga baikbagi dirinya (HR. Bukhari).
Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu bersyukur, ketika
menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar . Mudah dan sulit baginya sama, karena semua itu
adalah untuk menguji kekuatan imannya. Pada sa’atnya ia mendapatkan kesalahan dalam
bekerja, menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat akan
Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas kekeliruannya.
“Sesungguhnya orang-orang yangbertaqwa bila dalam dirinya timbul perasaan was-was dari
setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka waktu itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya (al-A’raf :201) Demikianlah akhlak seorang muslim dalam bekerja.
Menurut sabda Rasul ini, seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya, kalau ingin
mengharpkan hasil yang berkualitas dan baik, maka dia harus profeisinal / ahli dalam pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Tentunya kreatif dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala seseorang selalu
berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk pekerjanya.
Sebagai seorang guru (pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu keguruan, jangan
setengah-setengah, tapi belajar, terus belajar tentang profesi keguruan sampai akhir hayatnya.
Firmam Allah dalam al-Baqarah : 208 ”Hai orang yang beriman, masuklah kamu kedalam
kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan, karena
setan itu adalah musuhmu yang nyata”. Tersirat dalam ayat ini, bahwa aktifitas apapun yang
dilakukan menuntut pelakunya untuk berilmu secara mendalam dan menyeluruh (kaffah) sesuai
dengan profesinya.
Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya kedalam wadah islam secara
menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah islam /kedamaian. Ia damai
dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia, binatang, tumbuh tumbuhan dan alam raya
semuanya. Wadah Islam secara menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam secara
menyeluruh sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas dan bermutu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik,
psikologis, maupun sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan
individu itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena Allah tidak
menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan manusia harus
mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa pentingnya kemandirian ekonomi
bagi setiap muslim. Kemandirian atau ketidak ketergantungan kepada belas kasihan orang lain
ini mengandung resiko, bahwa umat Islam wajib bekerja keras. Dan syarat itu adalah memahami
konsep dasar bahwa bekerja merupakan ibadah. Dengan pemahaman ini, maka akan terbangun
etos kerja yang tinggi.
Tujuan bekerja menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga,
dan memenuhi ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai kerja, tetapi Islam
juga memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan haram.
B. Saran
Bekerja dengan sunguh-sunguh merupakan mencirikan seorang muslim yang taat kepada
Allah Swt. Allah tidak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu merubah nasibnya sendiri,
kehidupan kita tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan sandang dan pangan. Untuk memperoleh
itu semua kita harus bekerja untuk memperoleh kondisi ekonomi yang baik, Islam sudah
memberikan penjelasan bagaimana cara bekerja secara sungguh-sungguh dan professional.
Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rahmat dan ridho Allah Swt
dan memperoleh rezeki yang halal.
DAFTAR PUSTAKA
https://dodirullyandapgsd.blogspot.com/2015/12/islam-dan-persoalan-hidup-dan-kerja.html
https://www.bloggerkalteng.id/p/aql-merupakan-sesuatu-yang-mengikat.html
https://dokumen.tips/documents/islam-dan-persoalan-hidup-dan-kerja.html