Di Susun Oleh :
1. DESTIA MAHARANI (20011221)
2. DWI NURYANA (20011224)
3. TITI AISYAH (20011247)
4. YENI OKTAFIANI (20011250)
Alhamdulilah, puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia yang telah di berikan, kami dapat menyusun makalah mengenai “Islam
dan Persoalan Hidup dan Kerja” sebagai tugas mata kuliah AIK. Makalah ini merupakan
hasil membaca berbagai referensi yang telah saya lakukan sebelumnya. Makalah yang kami
susun bertujuan agar para pembaca dapat lebih memahami mengenai persoalan hidup serta
kerja. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna serta
bermanfaat dalam proses belajar dan dalam proses belajar dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari lubuk hati yang paling dalam, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….i
Daftar Isi…………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………..1
A. Latar Belakang……………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..2
C. Tujuan………………………………………………………………2
BAB II Pembahasan……………………………………………………….3
1. Islam dan Persoalan Hidup dan Kerja………………………………3
a. Hakikat Hidup dan Kerja………………….………………………3
b. Rahmat Allah Terhadap Orang yang Rajin Bekerja……………....4
c. Aklhak Dalam Bekerja……………………………………………5
d. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja………………………6
2. Hakikat Hidup …………………………………………………….…7
3. Implikasi Kerja Dalam Kehidupan…………………….…………….9
4. Wawasan Islam Tentang Kerja………………………………………9
a. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam………………….……………..9
b. Tujuan Kerja Dalam Wawasan……………………………………10
c. Kerja dan Martabat Hidup…………………………………………11
d. Nilai-nilai Ibadah Dalam Islam……………………………………12
BAB III Penutup………………………………………………………….14
A. Kesimpulan…………………………………………………………14
B. Saran………………………………………………………………..14
Daftar Pustaka…………………………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi
seperti kebutuhan makan, minum,handphone, tas, rumah, kendaraan dan lain
sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita harus bekerja. Agama islam
yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum
muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan
juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan
dengan kerja. Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk
menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa
menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-
rel yang telah ditetapkan Alquran dan Hadist. Dalam makalah ini akan membahas
tentang hakekat hidup dan kerja, rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja,
akhlak dalam bekerja, keharusan profesionalisme dalam bekerja, hakikat hidup,
implikasi kerja dalam kehidupan, etos kerja dalam perspektif Islam, tujuan kerja
dalam wawasan Islam, kerja dan martabat hidup, nilai-nilai ibadah dalam kerja.
Persoalan hidup yang semakin hari semakin kompleks, tuntutan hidup yang
menghimpit, persaingan ekonomi, terbatasnya waktu luang, menjadi indikator
manusia menjadi robot. Sejak bangun pagi sampai tidur kembali akan terisi oleh
rutinitas yang akan selalu diulang setiap harinya. Akan tetapi yang menjadi masalah
jika rutinitas tersebut tidak dilandasi oleh niat yang benar, akan menjadi semacam
tekanan batin manusia yang membawa manusia menjadi mesin bernyawa. Jelaslah
bahwa manusia membutuhkan ibadah dan ketaatan. Berbagai penyakit jiwa banyak
merajalela di zaman sekarang. Hal ini disebabkan manusia jauh dari ibadah. Ada
semacam kebutuhan yang kosong yang belum terpenuhi dan hal tersebut adalah
beragama. Sedangkan beragama erat kaitannya dengan iman dan komitmen dengan
aqidah yang diajarkan. Banyak anggapan yang salah mengenai iman dan aqidah
keagamaan yang bisa mengurangi dan melambatkan produksi dan prestasi kerja atau
menghalangi pertumbuhan dan perkembanggannya. Kesalahan tersebut timbul akibat
persepsi yang salah tentang iman. Iman akan mengurangi perasaan bebas seseorang
atau orang yang beriman tidak lagi mementingkan pekerjaan untuk kehidupan di
dunia dan akibatnya 1 masyarakat menjadi rugi 2 dan mengalami kemunduran,
anggapan yang salah tersebut disebabkan kurangnya pengertian tentang agama dan
iman.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Hakikat Hidup
Dunia laksana fatamorgana. Sebagian orang tidak jarang terkecoh dengan
gemerlap dunia dan lupa hakikat hidup yang hakiki. Padahal Allah telah
mengingatkan dalam Al-Qur’an, yang artinya : “Ketauhilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalui Ikan, perhiasan
dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Karena asyik dengan kehidupan dunia, manusia sering mengidap
hubb al-dunya (cinta dunia) dan karahiyat al-maut (takut mati). Ketika dari hari ke
hari hidup demikian super sibuk sejak bangun hingga tidur dan bangun kembali di
shubuh hari. Ketika kegiatan demi kegiatan begitu padat, berkeliling dari satu
tempat ke tempat lain, dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Hidup yang tidak jarang
disertai pertaruha, perebutan, konflik, dan ketegangan yang melebihi takaran.
Bahkan manakala hidup begitu penuh pergaulatan seolah tak pernah berujung dan
bermuara dalam sejuta ambisi yang terus membara. Mencari nafkah, menjalankan
profesi, mengemban mandat rakyat, berniaga, dan apapun yang dilakukan harus
memiliki nilai ibadah dan kekhalifahan, bukan sekedar pekerjaan rutin dan
duniawi semata-mata. Apapun yang kita lakukan dari hal yang sehari-hari
(yaumiyah) sampai ke urusan-urusan besar seperti berniaga, berpolitik, dan
seterusnya (mu’amalat-dunyawiyyat) harus bermakna dan berfungsi ibadah serta
dalam rangka menjalankan kekhalifahan untuk memakmurkan dunia. Karena itu
setiap langkah kita jika dilandasi ibadah dan fungsi kekhalifahan tidak akan sia-
sia, selalu manfaat dan bermakna. Hidup hanya disini dan saat ini, tidak ada hidup
di akhirat setelah kematian. Hidup hanya mencari kesenangan dan bermegah-
megahan dengan perhiasan dunia belaka, tanpa arah dan tujuan yang pasti. Hidup
hanya silau dengan keindahan dan kejayaan duniawi semata. Mereka bahkan
menganggap kehidupannya yang makmur secara duniawi, banyak dikarunia anak,
harta, dan kekuasaan merasa diridhoi Tuhan, sehingga tanpa beriman pun
hidupnya sejahtera di dunia. Anak-anak, harta, kekuasaan, dan apapun yang ada di
dunia ini, jika tak pandai-pandai dimaknai dan disyukuri, akan menjadi fitnah dan
melalaikan manusia dari fondasi,fungsi, dan tujuan hidup yang hakiki
sebagaimana dilakukan mereka yang ingkar.
B. Saran
Bekerja dengan sunguh-sunguh merupakan mencirikan seorang muslim yang taat
kepada Allah Swt. Allah tidak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu merubah
nasibnya sendiri, kehidupan kita tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan sandang dan
pangan. Untuk memperoleh itu semua kita harus bekerja untuk memperoleh kondisi
ekonomi yang baik, Islam sudah memberikan penjelasan bagaimana cara bekerja
secara sungguh-sungguh dan professional. Marilah kita bekerja dengan
sungguhsungguh untuk mendapatkan rahmat dan ridho Allah Swt dan memperoleh
rezeki yang halal.
DAFTAR PUSTAKA