Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Kerja

Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan
seluruh aset, pikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian
dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan
bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis,
maupun sosial. Dengan pekerjaan manusia akan memperoleh kepuasan-kepuasan tertentu yang
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman, serta kebutuhan sosial dan kebutuhan ego.
Selain itu kepuasan seseorang terhadap pekerjaan juga diperoleh melalui berbagai bentuk
kepuasan yang dapat dinikmati diluar kerja, misalnya kepuasan sewaktu bekerja, menikmati
liburan, dan yang lebih mendasar lagi dapat menghidupi diri dan keluarga.

B. Falsafah Kerja

Rezeki adalah urusan Allah, manusia hanya wajib berusaha sekuat tenaga dan jangan sampai
kita merasa angkuh setelah mendapatkan rezeki yang banyak, karena meskipun telah berusaha
semaksimal mungkin, tanpa campur tangan Allah tidak mungkin rezeki itu akan menghampiri
kita.
Orang yang melakukan kerja apa saja, lazimnya cenderung melihat pada imbalan kerja (upah)
yang mereka terima, tanpa memikirkan apakah imbalan itu baik dan halal.

Θ Kewajiban mencari rizki yang halal:


َ ‫ضةً بَ ْع َد اْلفَ ِر ْي‬
‫ض ِة‬ َ ‫ب اْل َحالَ ِل فَ ِر ْي‬
ُ َ‫طل‬
َ
“Bekerja mencari yang halal itu suatu kewajiban sesudah kewajiban beribadah”. (HR.
Thabrani dan Baihaqi)
Θ Ancaman terhadap orang yang tidak mau bekerja mencari yang halal
َ َّ‫غي ُْر ِحلَّ ٍة فَ َذ َخ َل ِب ِه الن‬
‫ار‬ َ ‫ب َماالً ِم ْن‬ َ ‫اس َحس َْرةٍ يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة َر ُج ُل َك‬
َ ‫س‬ َ َ‫أ‬
ِ َّ‫ش ُّد االن‬
“Orang yang paling rugi di hari kiamat kelak adalah orang yang mencari harta secara tidak
halal, sehingga menyebabkan ia masuk neraka”.1[5] (HR. Bukhari)

Perintah Kewajiban Bekerja

Dalil–dalil tentang kewajiban bekerja dan berusaha

Perintah bekerja telah Allah wajibkankepada umat manusia. Perintah ini tetap berlaku kepada
semua orang tanpa membeda-bedakan pangkat, status dan jabatan seseorang. Berikut ini akan
di nukilkan beberapa dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah tentang kewajiban bekerja.
2. Al-Quran Surah Al-Jumu’ah: 9-10
ْ ‫ص ََلةِ ِم ْنيَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِةفَا ْسعَ ْواإِلَى ِذ ْك ِراللَّ ِه َوذَ ُر‬
ِ‫واالبَ ْيعَذَ ِل‬ َّ ‫يَاأَيُّ َهاالَّذِينَآ َ َمنُوا ِإذَانُو ِديَ ِلل‬
)۹(َِِ‫ُك ْم َخي ٌْر َل ُك ْمإِ ْن ُك ْنت ُ ْمتَ ْع َل ُمون‬
ً ِ‫وام ْنفَض َِْلللَّ ِه َوا ْذ ُك ُروااللَّ َه َكث‬
ِ‫يرالَ َع‬ ِ ‫ياْل َ ْر‬
ِ ُ‫ض َِوا ْبتَغ‬ ْ ِ‫ص ََلةُفَا ْنتَش ُِرواف‬
َّ ‫ضيَتِال‬ ِ ُ‫فَإِذَاق‬
ِ (۱۰)َِ‫حون‬ ُ ‫لَّ ُك ْمت ُ ْف ِل‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat
pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli.Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar
kamu beruntung.”(Q.S.Al-Jumu’ah 62:9-10)

 “ Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk : 15)

Islam akan membukakan pintu kerja bagi setiap muslim agar ia dapat memilih pekerjaan yang sesuai
dengan minatnya dan kemampuannnya. Namun demikian masih banyak orang yang ennggan untuk
bekerja dan berusaha dengan alasan bertawakal kepada Allah SWT serta menunggu-nunggu rizki dari
langitAllah memang telah berjanji akan memberikan rizki kepada semua makhluq-Nya. Akan tetapi
janji ini tidak dengan “cek kosong”, seseorang akan mendapatkan rizki kalau ia mau berusaha,
berjalan dan bertebaran di penjuru-penjuru bumi. Karena Allah menciptakan bumi dan seisinya untuk
kemakmuran manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah yang akan mendapat rizki dan
rahmat dari Allah.

D. Tujuan Bekerja Menurut Islam

Bekerja bagi umat Islam tentu tidak hanya dilandasi oleh tujuan-tujuan yang bersifat duniawi
belaka. Lebih dari itu, bekerja adalah untuk beribadah. Bekerja akan memberikan hasil. Hasil
inilah yang memungkinkan kita dapat makan, berpakaian, tinggal di sebuah rumah, memberi
nafkah keluarga, dan menjalankan bentuk-bentuk ibadah lainnya secara baik.
“Bahwa Allah sangat mencintai orang-orang mukmin yang suka bekerja keras dalam usaha
mencari mata pencaharian”. (HR. Tabrani dan Bukhari)
“Dari ‘Aisyah (istri Rasulullah), Rasulullah Saw bersabda : “Seseorang bekerja keras ia akan
diampuni Allah”. (HR. Tabrani dan Bukhari)
1. Memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga
Bekerja menurut Islam adalah memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga termasuk istri, anak-anak
dan orang tua. Islam menghargai semua itu sebagai sedekah, ibadah, dan amal saleh.
2. Memenuhi ibadah dan kepentingan sosial
Bila bekerja dianggap sebagai ibadah yang suci, maka demikian pula harta benda yang
dihasilkannya. Alat-alat pemuas kebutuhan dan sumber daya manusia, melalui proses kerja
adalah hak orang-orang yang memperolehnya dengan kerja tersebut, dan harta benda itu
dianggap sebagai sesuatu yang suci. Jaminan atas hak milik perorangan, dengan fungsi sosial,
melalui institusi zakat, shadaqah, dan infaq, merupakan dorongan yang kuat untuk bekerja.
Dasarnya adalah penghargaan Islam terhadap upaya manusia.

E. Pekerjaan yang Diperbolehkan Islam

Pada dasarnya Islam menjunjung tinggi nilai kerja agar manusia dapat hidup sejahtera. Namun
kesejahteraan tidak mungkin tercapai tanpa adanya keadilan dan kebebasan individu itu
dibatasi oleh kebebasan individu yang lainnya. Setiap perbuatan yang mengganggu kebebasan
orang lain sama halnya berbuat ketidakadilan. Islam menghendaki kebebasan yang harmonis
yang mampu memacu kesejahteraan bersama. Maka disitulah perlunya aturan yang jelas dan
tegas, termasuk dalam bekerja.
Banyak sekali lapangan pekerjaan yang tersedia untuk manusia. Semakin maju peradaban
manusia semakin bertambahlah jenis profesi atau pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang
diperbolehkan Islam antara lain:
1. Menjadi buruh, karyawan, pegawai
2. Pertanian, peternakan, dan perikanan
3. Perdagangan
4. Pendidikan dan keguruan
5. Industri dan pakaian jadi
6. Pertambangan darat dan laut
7. Jasa transportasi
8. Pengobatan
9. Konstruksi dan pertukangan
Masih banyak jenis pekerjaan atau profesi lain yang diperbolehkan Islam. Jenis profesi baru
akan terus bertambah sesuai perkembangan peradaban manusia yang tiada hentinya. Namun
sebagai dasar pemikiran, semua profesi yang halal adalah yang tidak dilarang Islam. Esensi
larangan adalah karena pekerjaan itu dapat merugikan orang lain, mengandung ketidakadilan,
kezaliman atau dengan sengaja membantu orang melakukan perbuatan yang haram.

F. Pekerjaan yang Dilarang Islam

Setiap usaha harus dilakukan menurut peraturan-peraturan yang berlaku agar tidak ada
individu-individu atau kelompok-kelompok yang dirugikan. Dalam usaha tidak boleh
menyimpang dari ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam suatu negara. Setiap usaha
yang merugikan seseorang atau orang banyak atau melanggar Undang-Undang umum yang
berlaku di dalam suatu negara, dilarang oleh Islam dan hukumnya haram. Demikian pada
usaha-usaha maksiat atau yang membatu terjadinya maksiat, penipuan, dan pemaksaan.
Beberapa jenis pekerjaan yang dilarang Islam antara lain:
1. Meminta-minta
2. Perjudian
3. Pelacuran
4. Mencuri dan merampok
5. Mencari pekerjaan dengan suap
6. Bekerja pada perusahaan terlarang
7. Riba
8. Mengurangi timbangan dengan curang
9. Produksi dan jual beli barang haram
10. Memonopoli dan penimbunan2[9]

B.HIKMAH BEKERJA

Hikmah Bagi Orang yang Bekerja Keras.


Adapun hikmah bagi orang yang suka bekerja keras antara lain :
1. Disukai Allah SWT.

…٩٥( ‫علَى ْالقَا ِعدِينَ أَجْ ًرا َع ِظي ًما‬


َ َ‫َّللاُ ْال ُم َجا ِهدِين‬ َّ َ‫َوف‬
َّ ‫ض َل‬
Artinya :
"Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala
yang besar.” (QS. an-Nisa’:95)

2. Tidak mudah putus asa.


3. Selalu menemukan jalan ketika dalam kondisi terpaksa.
4. Merasa sayang jika waktunya terbuang percuma.
5. Berpeluang besar dapat meraih kesuksesan.
6. Lebih memiliki harga diri dan percaya diri.
7.Memenuhi Nafkah Keluarganya
8.Sebagai Sarana Ibadah

C.ETOS KERJA
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat
mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang
didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan
sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk
menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang
amanah, menunjukkan sikap pengabdian
1. Kerja adalah ibadah
Niatlah dalam kerjamu sebagai ibadah, pengabdian kepada Allah. Maka, pekerjaanmu akan
sukses di dunia maupun akhirat.

Ingatkah kamu Al Quran Surat Al An'am ayat 162 yang menyebutkan, "Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah."

Allah juga berfirman dalam Alquran Adzariat: 56-57, "Tidak akan Aku ciptakan jin dan
manusia, kecuali agar menyembah-Ku."

2. Kerja adalah amanah


Kita dilahirkan di bumi tidak lain karena sebuah tugas yang harus kita emban dengan
amanah. Maka, apapun profesi kita, kerja lah dengan amanah.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an ayat 30 bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi dan
menjadikan manusia pula sebagai pemakmurnya. Karena itu, sebagai khalifah, manusia harus
amanah dalam bekerja.

3. Kerja adalah amal saleh


Manusia terdiri dari berbagai lapis dimensi. Salah satunya, raga dan rohani. Maka, bekerjalah
dengan orientasi untuk beramal saleh kepada sesama manusia, baik itu menafkahi istri, anak
maupun orang yang membutuhkan.

Uang adalah benda material, bersifat duniawi. Kalau ia dibelanjakan untuk kebaikan maupun
untuk amal, uang akan menjadi amal saleh sebagai investasi di akhirat nanti.

4. Kerja keras harus halal


Agama Islam sangat jelas mewajibkan setiap Muslim untuk bekerja dari segala sesuatu yang
halal, dari keringat yang halal.

Seandainya kita pengusaha, pembisnis, wirausahawan, maka usaha kita harus halal, bebas
riba, bebas penipuan atau kecurangan. Hal itu sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad
SAW. Kerja yang baik adalah kerja dari seorang lelaki dengan tangannya, dan semua jual-
beli yang baik (mabrur, halal).

5. Hindari hal yang diharamkan Allah


Anda tentu tahu, apa pekerjaan yang diharamkan Allah. Misalnya menjual diri, mencuri,
menipu, dll. Semua yang diharamkan, hindarilah, maka kerja kerasmu akan mendapat ridho
dari Allah. Etos kerja ditekankan dalam Islam.

6. Hindari unsur maysir, ghoror, riba dan batil


Dalam Islam, kerja keras harus halal, kembali pada poin di atas. Untuk itu, unsur-unsur yang
diharamkan, seperti maysir, ghoror, riba dan batil tidak diperbolehkan.

Apa itu riba? Misalnya, Anda kerja sebagai pemilik perbankan atau semacam bank titil.
Meminjamkan uang dengan bunga mencekik. Kendati bekerja keras dan mendapatkan uang
banyak, tetapi itu tidak sesuai prinsip-prinsip etos kerja dalam Islam.

Apa itu Mashyir?


Kata Maysir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat
mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa juga disebut berjudi.
Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam` yang berarti perjudian.

Apa itu Gharar??

Gharar atau al-gharar secara bahasa berarti al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah
(ketidak jelasan).

Secara istilah jual beli gharar adalah jual beli atau akad yang mengandung unsur penipuan
karena tidak adanya kejelasan suatu barang baik dari sisi harga, kwalitas, kwantitas, maupun
keberadaannya.

Contoh :

Al-Mulamasah adalah seorang penjual berkata kepada pembeli: “Apa saja yang kamu sentuh
maka harus dibeli”

“Kadang sebagian gharar diperbolehkan dalam transaksi jual beli, karena hal itu memang
dibutuhkan (masyarakat), seperti seseorang tidak mengetahui tentang kwalitas pondasi rumah
(yang dibelinya), begitu juga tidak mengetahui kadar air susu pada kambing yang hamil. Hal
– hal seperti ini dibolehkan di dalam jual beli, karena pondasi (yang tidak tampak) diikutkan
(hitungannya) pada kondisi bangunan rumah yang tampak, dan memang harus begitu, karena
pondasi tersebut memang tidak bisa dilihat. Begitu juga yang terdapat dalam kandungan
kambing dan susunya.“ (lihat juga Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari, Kitab: al-Buyu’, Bab:
Bai’ al-Gharar)

Beberapa contoh gharar lain yang diperbolehkan :

1. Menyewakan rumahnya selama sebulan. Ini dibolehkan walaupun satu bulan kadang
28, 29, 30 bahkan 31 hari.
2. Membeli hewan yang sedang mengandung dengan adanya kemungkinan yang
dikandung hanya seekor atau lebih, jantan atau betina, kalau lahir sempurna atau cacat.
3. Masuk toilet dengan membayar Rp. 2000,- padahal tidak diketahui jumlah air yang
digunakan
4. Naik kendaran angkutan umum atau busway dengan membayar sejumlah uang yang
sama, padahal masing-masing penumpang tujuannya berbeda-beda.

Apa itu riba?

Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (- tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik
riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil.

7. Serahkan pekerjaan pada yang cakap


Seorang ahli, layak diserahi sebuah pekerjaan dengan gaji yang sesuai. Karena, dia punya
kecapakan di bidangnya yang layak dihargai.
8. Hak pekerja harus dipenuhi
Hak-hak seorang pekerja harus dipenuhi, janganlah dikurangi, karena itu wajib atau fardhu
hukumnya. Saat ini, banyak manajer atau atasan yang menyunat gaji karyawan dengan alasan
membelikan pakaian, sepatu, dll.

Itu tidak boleh dan haram hukumnya. Usahamu tidak akan mendapat ridho Allah bila
dibiarkan. Misalnya, gaji karyawan yang mestinya Rp 3 juta disunat menjadi Rp 2,7 juta
dengan alasan membelikan sepatu atau seragam.

Ini haram dan dosa. Berilah gaji secara utuh, sesuai haknya. Kalau mau beli sepatu atau
seragam, cobalah diskusi dengan baik dengan para karyawan, tidak langsung main menyunat
gaji.

9. Belanjakan harta dari kerja dengan baik


Kalau sudah bekerja keras dan mendapatkan harta, belanjalah sesuai kebutuhan, hindari sifat
boros tanpa ada manfaat. Sebab, boros adan sifat syetan.

Itu bukan berarti membuat Anda kikir atau pelit kepada sesama. Allah berfirman dalam
Alquran Surat Al Furqon ayat 67, "Orang-orang yang membelanjakan harta tidak berlebihan
dan tidak pula kikir, pembelanjaan itu berada di tengah-tengah antara yang demikian."

10. Bayar zakat


Kerja keras dari sebuah etos kerja yang baik akan sia-sia bila kita tidak membayar zakat
sesuai dengan perintah Allah. Hal itu sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an Surat At
Taubah ayat 103 untuk mensucikan harta dari hasil kerja keras dengan zakat.

D.KONSEP KEPEMILIKAN DALAM ISLAM


E.PERNIAGAAN YANG HALAL
Tinggal 2 pembahasan lagi, tapi udah banyak segini gee yaa kumaha atuhhh wkwkwkwk

Gais feeling aku mah yah pertanyaanya teh nanti temen temen pasti yg kayak gini.

1.Hukum kerja di bank riba

2.Hukum MLM

3.Hukum memerkerjakan hewan ( kek doger monyet)

4. Hukum memperkerjakan budak (anak yang masih kecil)

5.Hukum berjudi

6.apalagi ya

KESIMPULAN
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis,
maupun sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan individu
itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena Allah tidak
menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan manusia harus
mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa pentingnya kemandirian ekonomi
bagi setiap muslim. Kemandirian atau ketidak ketergantungan kepada belas kasihan orang lain
ini mengandung resiko, bahwa umat Islam wajib bekerja keras. Dan syarat itu adalah
memahami konsep dasar bahwa bekerja merupakan ibadah. Dengan pemahaman ini, maka
akan terbangun etos kerja yang tinggi.
Tujuan bekerja menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, dan
memenuhi ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai kerja, tetapi Islam juga
memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan haram.

Anda mungkin juga menyukai