Anda di halaman 1dari 5

BERUSAHA MELAKSANAKAN SYIAR DAKWAH

PENGERTIAN
SYIAR dan dakwah merupakan satu paket instrument penting yang
harus dimiliki oleh seorang da’i atau seorang missionary. Syi’ar yang berasal
dari kata syu’ur yang bermakna rasa, masuk dalam banyak jenis ibadah
dalam pemahaman Islam. Sementara dakwah berasal dari kata da’a, yad’u,
da’watan. Yang dalam Ensiklopedia Islam dan beberapa kamus diartikan
sebagai ajakan, seruan, dan ajakan kepada Islam.

Dakwah itu adalah suatu kewajiban. Jika sebagian telah


menunaikannya, maka gugur bagi yang lainnya. Kata Ibnu
Taimiyah rahimahullah dalam risalah beliau yang penuh faedah, Namun
wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari
ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika
sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya.
Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu
pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk
melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Mengenai perintah
untuk berdakwah sekaligus keutamaannya dijelaskan dalam ayat-ayat berikut
ini.
Allah Ta’ala berfirman,
ِ ‫َّاس تَْأمرو َن بِالْمعر‬
‫وف َوَتْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُو َن بِاللَّ ِه‬ ِ ‫ُكْنتم خير َُّأم ٍة ُأخ ِرج‬
ُْ َ ُ ُ ِ ‫ت للن‬ ْ َ ْ ََْ ْ ُ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah” (QS. Ali Imron: 110).
ِِ ِ ‫ومن َأحسن َقواًل مِم َّن دعا ِإىَل اللَّ ِه وع ِمل حِل‬
َ ‫صا ًا َوقَ َال ِإنَّيِن م َن الْ ُم ْسلم‬
‫ني‬ َ َ ََ ََ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).
ِ ِ ِ‫وف وانه ع ِن الْمن َك ِر واصرِب علَى ما َأصابك ِإ َّن ذل‬
ِ
‫اُأْلمو ِر‬ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ‫َو ُْأمْر بِالْ َم ْع ُر‬
ُ ‫ك م ْن َع ْزم‬
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)” (QS. Luqman: 17).

TUJUAN
1. Tujuan perorangan, yaitu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang mempunyai
iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan
berakhlaq karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim secara
tuntas, dari ujung rambut sampai kedua telapak kakinya,sebagaimana diperintahkan Allah
SWT,
2.Tujuan untuk keluarga, yaitu bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, penuh
ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman:
3. Tujuan untuk masyarakat, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat sejahtera yang
penuh dengan suasana ke-islaman. Suatu masyarakat di mana anggotanya mematuhi
peraturan-peraturan yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT,
4. Tujuan untuk umat manusia, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat dunia yang
penuh dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan
ekploitasi, saling tolong-menolong, dan menghormati.

MACAM

Terdapat beberapa metode dakwah.


Pertama, dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan
seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam
jumlah yang kecil dan terbatas.
Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan
yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh
kepada mereka. Mereka biasanya menyampaikan khotbah (pidato).

Ketiga, dakwah bil-Lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah


melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah).
Keempat, dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata.
Yang kelima, dakwah bit-Tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-
tulisan yang mengandung pesan dakwah.
Keenam adalah dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif
bijaksana, semisal melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak
obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak
merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik.

Berdakwah Sesuai Kemampuan


Para ulama memberikan kaedah, “Kewajiban itu berkaitan dengan
kemampuan”. Sebagaimana kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Al
Fatawa (3: 312),
‫اجتِ ِه ْم‬ ِ ِ ِ ِ‫و ََّأما ما جَيِ ب علَى هِن‬
َ ‫َأعيَا ْم َف َه َذا َيَتَن َّوعُ بَتَن ُّو ِع قَ ْد ِره ْم َو َم ْع ِرفَت ِه ْم َو َح‬
ْ َ ُ َ َ
“Kewajiban yang mengenai individu itu bertingkat sesuai pada kemampuan,
tingkat ma’rifah (pengenalan) dan kebutuhan”
Kaedah di atas didukung oleh dalil-dalil berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ف اللَّهُ َن ْف ًسا ِإاَّل ُو ْس َع َها‬
ُ ِّ‫اَل يُ َكل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al Baqarah: 286).
‫اب اجْلَن َِّة ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬
ُ ‫َأص َح‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ف نَ ْف ًسا ِإاَّل ُو ْس َع َها ُأولَِئ‬
ُ ِّ‫اَل نُ َكل‬
“Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya” (QS. Al A’rof: 42).
‫َو َما َج َع َل َعلَْي ُك ْم يِف الدِّي ِن ِم ْن َحَر ٍج‬

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan” (QS. Al Hajj: 78).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ِ
ْ ‫َو َما ََأم ْرتُ ُك ْم بِه فَا ْف َعلُوا مْنهُ َما‬
‫استَطَ ْعتُ ْم‬

“Dan apa yang diperintahkan bagi kalian, maka lakukanlah semampu kalian”
(HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337).
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ِ ِِ
ِ َ‫َأضعف اِإل مي‬
‫ان‬ ُ َْ ‫ك‬َ ‫َم ْن َرَأى ِمْن ُك ْم ُمْن َكًرا َفْلُيغَِّي ْرهُ بِيَده فَِإ ْن مَلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِل َسانِِه فَِإ ْن مَلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َقْلبِ ِه َوذَل‬
“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka ubahlah
dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Dan
jika tidak mampu, maka ingkarilah dengan hatinya. Ini menunjukkan serendah-
rendahnya iman” (HR. Muslim no. 49).

Sumber https://rumaysho.com/2389-berdakwahlah-sesuai-kemampuan.html

Berdakwah Terlebih Dahulu Kepada Diri Sendiri


Seseorang, lebih-lebih juru dakwah, hendaknya sehari-hari menjalankan
sesuatu yang dipandang baik dan kemudian baru orang lain diajaknya. Meniru
jejak para nabi dan para rasul adalah demikian itu. Mereka menjalankan
kebaikan, dan kemudian orang lain diajaknya serta. Namun pada
kenyataannya, seseorang berdakwah justru kepada orang lain. Sementara
dirinya sendiri belum tenu menjalankannya.
Sebagaimana dipahami oleh banyak orang, berdakwah ditujukan kepada orang
lain. Juru dakwah sebagaimana dipahami selama ini adalah bertugas
mendakwahi siapa saja. Sementara itu dirinya sendiri sudah diangap cukup,
dan kemudian tugasnya adalah mengajak orang lain. Pemahaman yang
demikian itu, tentu tidak keliru, hanya sebenarnya seseorang boleh mengajak
orang lain, sepanjang dirinya sendiri telah menjalankannya. Berdakwah kepada
orang lain, sementara itu dirinya sendiri belum menjalankannya maka
sebenarnya ditegur keras oleh Allah. Disebutkan di dalam al Qur'an (2:44) :
'mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab. Maka
tidaklah kamu berpikir? Teguran lainnya : (61: 2-3) Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Di dalam Islam, seseorang dianjurkan agar lebih menyibukkan diri untuk
bermuhasabah atau berinstropeksi dibanding menghitung kekeliruan atau
kesalahan orang lain. Bersibuk memperbaiki atau mengubah diri sendiri lebih
diutamakan dibanding mengubah orang lain. Seseorang sebenarnya tidak
memiliki kekuatan apapun untuk mengubah orang lain. Mereka hanya sebatas
bisa diajak bermusyawarah dan tidak mungkin dipaksa untuk diubahnya.
Wallahu a'lam

Anda mungkin juga menyukai