Anda di halaman 1dari 3

ِ ‫اع‬

َ ْ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬.‫ات‬


، ُ‫ك لَه‬ ِ َ‫ َأمرنَا بِتر ِك الْمن‬ ‫اَلْحم ُد لِ ٰلّ ِه الَّ ِذي‬
َ َّ‫اه ْي َوفِ ْع ِل الط‬ َ ْ َ ََ ْ َْ
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى‬ ٰ ِ َّ ‫اعي بَِقولِ ِه وفِعلِ ِه ِإلَى‬ ِ ‫الد‬ َّ ‫َوَأ ْش َه ُد‬
َّ ُ‫َأن َسيِّدنا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬
َ ‫ اَللّ ُه َّم‬.‫الر َشاد‬ ْ َ ْ
ِ ‫ان ِإلَى َي ْوِم ال َْم‬
‫آب‬ ٍ ‫اب و َعلَى التَّابِ ِع ْين لَ ُهم بِِإ ْحس‬ َّ ِ‫اديْ َن ل‬
َ ِ ‫لص َو‬
ِ ‫َأصحابِ ِه اله‬ ِِ ٍ
َ َ ْ ‫َسيِّدنَا ُم َح َّمد َو َعلَى آله َو‬
ِ
َ ْ َ

‫الى فِي‬ َ َ‫ اَِّت ُق ْوا اهللَ َح َّق ُت َقاتِه َواَل تَ ُم ْوتُ َّن ِإاَّل َوَأنـْتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن َف َق ْد ق‬،‫ َفيَااَُّي َها ال ُْم ْسلِ ُم ْو َن‬،‫ََّأما َب ْع ُد‬
َ ‫ال اهللُ َت َع‬
‫ الَْي ْو َم نَ ْختِ ُم َعلَى َأ ْف َو ِاه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا َأيْ ِدي ِه ْم َوتَ ْش َه ُد َْأر ُجلُ ُه ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُو َن‬:‫كِتَابِ ِه الْ َك ِريْ ِم‬

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Pada hari Jumat yang penuh berkah ini mari kita
mengintrospeksi diri kita masing-masing, sejauh mana kualitas ketakwaan kita kepada Allah
swt, untuk kemudian berbenah diri terus meningkatkan kepatuhan atas segala perintah dan
larangan-Nya.
Hadirin,
Salah satu perintah penting dalam ajaran Islam adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Pelaksanaan perintah ini bahkan menjadi ciri umat terbaik yang disebutkan dalam Al-Qur'an
surat Ali Imran ayat 110. Secara bahasa al-amr bil ma’ruf berarti memerintah atau mengajak
kepada kebaikan dan an-nahyu ‘anil munkar berarti melarang atau mencegah kemungkaran.
Anjuran amar ma’ruf nahi munkar secara tersurat terdapat dalam QS Ali Imran ayat 104:

‫ك ُه ُم ال ُْم ْفلِ ُحو َن‬ ِ ‫ولْت ُكن ِم ْن ُكم َُّأمةٌ ي ْدعُو َن ِإلَى الْ َخي ِر ويْأمرو َن بِالْمعر‬
َ ‫وف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر َوُأولَِئ‬ ُْ َ ُُ َ َ ْ َ ْ ْ ََ

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Meski perintah amar ma’ruf nahi munkar
bukanlah tugas setiap orang, Syekh Thanthawi dalam Tafsir al-Wasith menegaskan bahwa
anjuran itu hanya dibebankan kepada orang tertentu saja. Status hukumnya fardhu kifayah
(kewajiban kolektif), bukan fardhu ‘ain (kewajiban perorangan, seperti shalat Jumat bagi laki-
laki). Hal itu bisa disimpulkan dari lafaz “minkum” (sebagian kalian) dalam ayat tersebut.

Siapa saja yang layak menunaikan perintah tersebut? Menurut Syekh Thanthawi, yaitu mereka
yang memiliki kapasitas nalar (qudrah aqliyyah), ilmu (qudrah ilmiyyah), psikologi (qudrah
nafsiyyah), dan akhlak (qudrah khuluquyyah) dalam menjalankannya. Dengan bahasa lain,
amar ma’ruf nahi munkar mesti dijalankan dengan dasar pengetahuan yang cukup dan
dilaksanakan oleh orang paham bagaimana tahapan-tahapan dan strateginya.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,


Secara ringkas bisa dikatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu memang penting dan
mulia tapi ada syaratnya. Setidaknya ada enam catatan atau batasan yang perlu diperhatikan
yakni:

Pertama, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar perlu memperhatikan otoritas si pelaku.
Dalam tingkat tertentu, amar ma’ruf nahi munkar hanya boleh dilaksanakan negara, bukan
masyarakat sipil. Seperti penggusuran, perampasan aset, pemaksaan, dan tindakan
bernuansa kekerasan lainnya. Hanya pihak berwenang semisal kepolisian yang berhak
melakukannya sesuai undang-undang yang berlaku.

Kedua, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar tidak berdasarkan hawa nafsu. Itulah kenapa
sang pelaksana disyaratkan punya psikologi dan mental yang stabil. Sehingga tindakannya
memang benar-benar atas landasan ilmu dan argumentasi yang dibenarkan, bukan atas
dasar kebencian, dendam kesumat, dengki, atau sekadar lantaran terprovokasi orang lain.

Ketiga, sebelum menerapkannya kepada orang lain, hendaknya amar ma’ruf nahi munkar
terlebih dahulu diterapkan kepada diri sendiri. Dengan demikian, reputasi orang tersebut
akan terjaga, sekaligus menjadi sarana agar tidak gampang semena-mena kepada orang lain,
sementara kepada diri sendiri lalai. Prinsip ini juga selaras dengan anjuran Islam tentang
bermuhasabah (introspeksi diri) karena setiap perbuatan manusia akan dihisab di akhirat
kelak; serta tidak menjadi sok suci lalu gampang merendahkan orang lain.

‫َأعلَ ُم مِب َ ِن َّات َقى‬


ْ ‫فَال ُتَز ُّكوا َأْن ُف َس ُك ْم ُه َو‬
Artinya: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS An-Najm: 32)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Ama’ruf nahi munkar adalah sebuah ibadah. Sebagaimana ibadah lain, pelaksanaannya tidak
harus memaksakan diri sendiri. Karena itu, catatan keempat adalah amar ma’ruf mesti
dijalankan menurut batas kemampuannya. Tidak berlebihan.

Kelima, amar ma’ruf nahi munkar diterapkan secara berjenjang, di mulai dari tahap paling
ringan, baru kemudian agak berat, dan seterusnya. Misalnya, dimulai dengan mengingatkan,
menasihati atau menegur, sebelum akhirnya mengambil langkah yang lebih tegas ketika cara
pertama tidak efektif.

Keenam, amar ma’ruf nahi munkar wajib tidak menimbulkan mudarat yang lebih besar, baik
bagi diri sendiri maupun orang lain. Di sinilah jebakan ibadah itu hadir, yakni ketika ia
menimbulkan efek samping lain yang justru merusak nilai ibadah itu sendiri. Niat hati ber-
amar ma’ruf nahi munkar tetapi malah menciptakan kemungkaran baru, misalnya dengan
melontarkan kata-kata kotor, berbuat anarkis, merusak, dan lain sebagainya.
Sayyid Abdullah Ba‘alawi Al-Haddad dalam An-Nasha’ihud Diniyyah wal Washayal Imaniyyah
mengingatkan kita semua bahwa:

ِ ِ ِِ
ِ‫ف والت َّْعيِرْي‬ ‫مِب‬ ِِ ِ ِ
َ ‫َوم ْن ََأه ِّم ااْل ٰ َداب َواٰكد َها َعلَى َم ْن ََأمَر َْع ُر ْوف َْأو َن َهى َع ْن ُمْن َك ٍر جُمَا َنبَةُ الْكرْب َوالت َّْعنْي‬
‫اصي‬ ِ ‫والشَّماتَِة بَِأه ِل الْمع‬
ََ ْ َ َ
Artinya: “Etika terpenting dan terkuat perihal amar makruf dan nahi mungkar adalah
menjauhi kesombongan, kekerasan, hinaan, dan cacian terhadap orang yang bermaksiat.”
Menurut beliau, akhlak tercela yang mengiringi amar ma’ruf nahi munkar itu hanya akan
merontokkan pahala dan mendatangkan siksa. Alih-alih membuahkan kesuksesan dakwah,
cara semacam itu justru mendorong sasaran dakwah bersikap acuh tak acuh atau bahkan
menolak kebenaran.

Jika sudah begini, pelaku amar ma’ruf nahi munkar ibarat sedang mencuci baju tetapi media
yang digunakan adalah air najis. Tentu tidak menghasilkan apa-apa kecuali kesia-siaan.
Hadirin, Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah perbuatan mulia. Kemuliaannya akan
terjaga manakala dilaksanakan murni atas dasar menjalankan perintah Allah semata. Tidak
terlalu ambisius, menggebu-gebu, apalagi sampai penuh nafsu dan memaksakan kehendak.
Karena pada prinsipnya, seorang hamba hanya diperintahkan menyampaikan kebenaran,
sementara hidayah atau kesadaran adalah semata kehendak Allah swt.

Semoga kita bisa istiqamah menjalankan amar ma’ruf nahi munkar menurut kemampuan dan
batas-batas yang benar.

‫الذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم َوَت َقبَّ َل ِميِّن َو ِمْن ُك ْم‬


ِّ ‫ات و‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ مِب‬ ِ
َ َ‫بَ َار َك اهللُ يِل ْ َولَ ُك ْم يِف الْ ُق ْراٰن الْ َك ِرمْيِ َو َن َف َعيِن ْ َو يَّا ُك ْم َا فْيه م َن ااْل ٰي‬
‫الر ِحْي ُم‬
َّ ‫الع ِظْي َم ِإنَّهُ ُه َو الغَ ُف ْو ُر‬ ِ َ‫الس ِميع الْعلِيم وَأُقو ُل َقويِل ه َذا ف‬ ِ
َ َ‫َأسَت ْغف ُر اهلل‬
ْ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ ‫تاَل َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو‬

Anda mungkin juga menyukai