Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia
tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga
untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang memiliki makna
yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras. Tanpa adanya
unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja
keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai cita-
citanya. Dengan adanya sifat kerja keras, manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa
dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dalam
melakukan  pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur kerja keras tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
kerja keras maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya.
Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik. 
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab sangat erat kaitannya
dengan kewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban kita adalah belajar, maka dengan
belajar kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita, jadi makna dari tanggung
jawab sering dikaitkan dengan kewajiban. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah
tanggung jawab terhadap kewajiban kita.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad saw.Sebagai umat islam
yang baik kita wajib melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an
dan Rosululloh. Tanggung kawab disini terkait dengan tanggung jawab manusia terhadap
Alloh, terhadap keluarga, masyarakat dan negara.
Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang muslim
agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits. Dengan
begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung jawabkan semua perbuatan
kita di hadapan Alloh dan masyarakat, bangsa dan negara. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bekerja keras dan bertanggung jawab?
2. Bagaimana kewajiban bekerja keras dan bertanggung jawab?

C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab


1. Bekerja Keras
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain
bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu
yang dicita-citakan.
Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai dengan do’a
dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Allah Swt. berfirman yang artinya sebagai berikut.

ِ ْ‫ك ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر‬


َ ‫ض ۖ ِإ َّن هَّللا‬ َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْي‬
َ َ‫صيب‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
٧٧ ﴿ َ‫اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬

(waibtaghi fiimaa aataaka allaahu alddaara al-aakhirata walaa tansa nashiibaka mina
alddunyaa wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna
allaaha laa yuhibbu almufsidiina)

Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)
Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari
rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masingmasing.

2. Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab
dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.
Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap
manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam
berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh
pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati
nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36:
َ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأو ٰلَِئ‬
٣٦ ﴿ ‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬ َ َ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم ۚ ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬

(walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada kullu
ulaa-ika kaana 'anhu mas-uulaan)

Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).

B. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab


Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk beribadah, sehingga di hari
itu orang berhenti bekerja. Dalam ajaran Islam, setiap hari adalah hari kerja, dan bekerja
untuk urusan dunia adalah apabila dikerjakan dengan niat yang jujur.
Hari Jum’at yang dianggap hari besar dalam Islam, tiadalah dihari itu diperintahkan
supaya berhenti bekerja, melainkan baru sesudah mendengar panggilan adzan hingga sampai
shalat Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah
Swt. Q.S. al-Jum’at/62:9-10.

٩ ﴿ َ‫صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا ِإلَ ٰى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع ۚ ٰ َذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي لِل‬

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nuudiya lilshshalaati min yawmi aljumu'ati fais'aw
ilaa dzikri allaahi wadzaruu albay'a dzaalikum khayrun lakum in kuntum ta'lamuuna)

١٠ ﴿ َ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اَأْلر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬

(fa-idzaa qudhiyati alshshalaatu faintasyiruu fii al-ardhi waibtaghuu min fadhli allaahi
waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna)

Artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah Allah Swt.
banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62:9-10).

Islam telah memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan


berkarya dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bekerja dan berkarya,
karena;
a. Karya seseorang yang akan menentukan kualitas seorang beriman, sebagaimana
tersebut dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan Q.S.Thaha/20:75.
Q.S. al-Ahqaaf/46:9
ٌ ِ‫ي َو َما َأنَا ِإاَّل نَ ِذي ٌر ُمب‬
٩ ﴿ ‫ين‬ َّ َ‫ت بِ ْدعًا ِمنَ الرُّ س ُِل َو َما َأ ْد ِري َما يُ ْف َع ُل بِي َواَل بِ ُك ْم ۖ ِإ ْن َأتَّبِ ُع ِإاَّل َما يُو َح ٰى ِإل‬
ُ ‫قُلْ َما ُك ْن‬

(qul maa kuntu bid'an mina alrrusuli wamaa adrii maa yuf'alu bii walaa bikum in
attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya wamaa anaa illaa nadziirun mubiinun)

Artinya :
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak
mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku
tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".

Q.S.Thaha/20:75
٧٥ ﴿ ‫ات ْال ُعلَ ٰى‬ َ ‫ت فَُأو ٰلَِئ‬
ُ ‫ك لَهُ ُم ال َّد َر َج‬ ِ ‫َو َم ْن يَْأتِ ِه ُمْؤ ِمنًا قَ ْد َع ِم َل الصَّالِ َحا‬

(waman ya/tihi mu/minan qad 'amila alshshaalihaati faulaa-ika lahumu alddarajaatu


al'ulaa)

Artinya :
Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-
sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh
tempat-tempat yang tinggi (mulia),

b. Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya


seseorang, sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105

ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ ِإلَ ٰى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم‬
١٠٥ ﴿ َ‫تَ ْع َملُون‬

(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna


wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa
kuntum ta'maluuna)

Artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.

c. Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt.


nanti di akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S. an-Nahl/16:93.

ِ ‫َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّمةً َوا ِح َدةً َو ٰلَ ِك ْن ي‬


٩٣ ﴿ َ‫ُضلُّ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء ۚ َولَتُ ْسَألُ َّن َع َّما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
(walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin yudhillu man
yasyaau wayahdii man yasyaau walatus-alunna 'ammaa kuntum ta'maluuna)

Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan.

2. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-
Jum’at/62:10 seprti di atas dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,

Q.S. al-Isra’/17:12

ِّ ‫د‬¥َ ‫ َد‬¥‫وا َع‬¥¥‫اًل ِم ْن َربِّ ُك ْم َولِتَ ْعلَ ُم‬¥‫ض‬


َ‫نِين‬¥‫الس‬ ْ َ‫وا ف‬¥¥‫ َرةً لِتَ ْبتَ ُغ‬¥‫ْص‬ ِ َ‫َو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّهَا َر آيَتَ ْي ِن ۖ فَ َم َحوْ نَا آيَةَ اللَّ ْي ِل َو َج َع ْلنَا آيَةَ النَّه‬
ِ ‫ار ُمب‬
١٢ ﴿ ‫صياًل‬ ِ ‫اب ۚ َو ُك َّل َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف‬
َ ‫َو ْال ِح َس‬

(waja'alnaa allayla waalnnahaara aayatayni famahawnaa aayata allayli waja'alnaa aayata


alnnahaari mubshiratan litabtaghuu fadhlan min rabbikum walita'lamuu 'adada alssiniina
waalhisaaba wakulla syay-in fashshalnaahu tafshiilaan)

Artinya :
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam
dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan
supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu
telah Kami terangkan dengan jelas.
karena;
Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya.
Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.
Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid sesudah
shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu? Mereka menjawab; Kami orang-orang
yang tawakal kepada Allah Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan:
Janganlah seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah, berilah aku
rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum pernah menurunkan hujan emas, dan
Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”

3. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, sebagaimana
tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.

ٍ ‫ب َأ َجلُهُ ْم ۖ فَبَِأيِّ َح ِدي‬


‫ث‬ َ ‫ق هَّللا ُ ِم ْن َش ْي ٍء َوَأ ْن َع َس ٰى َأ ْن يَ ُكونَ قَ ِد ا ْقتَ َر‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
َ َ‫ض َو َما َخل‬ ِ ‫َأ َولَ ْم يَ ْنظُرُوا فِي َملَ ُكو‬
ِ ‫ت ال َّس َما َوا‬
١٨٥ ﴿ َ‫بَ ْع َدهُ يُْؤ ِمنُون‬
(awalam yanzhuruu fii malakuuti alssamaawaati waal-ardhi wamaa khalaqa allaahu min
syay-in wa-an 'asaa an yakuuna qadi iqtaraba ajaluhum fabi-ayyi hadiitsin ba'dahu
yu/minuuna

Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu
yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka
kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-Qurān, misalnya
dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai kesimpulan, bahwa
segala sesuatu yang ada di dalam alam ini adalah ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt.
menciptakannya tidaklah sia-sia.

4. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan kedzaliman.


Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan adalah pendusta agama.
Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman dan mempunyai ilmu
yang banyak. Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan berbuat dzalim karena
dzalim adalah sumber malapetaka atau kehancuran.

5. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang bagus,
membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik anak-anak
menjadi shaleh. Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang halal dan
tayyib. Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya dari api neraka.
Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.
6. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh, sehingga
musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.

‫َأ ِع ُّدوا لَهُ ْم َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة َو ِم ْن ِربَا ِط ْال َخ ْي ِل تُرْ ِهبُونَ بِ ِه َع ُد َّو هَّللا ِ َو َع ُد َّو ُك ْم َوآ َخ ِرينَ ِم ْن دُونِ ِه ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ْم ۚ َو َما‬
٦٠ ﴿ َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم اَل ت‬
َّ ‫تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فِي َسبِي ِل هَّللا ِ يُ َو‬

(wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna
bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu
allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum wa-
antum laa tuzhlamuuna)

Artinya :
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).
Demikian cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para pemeluknya
agar bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui berkarya di dalam
segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas
dengan kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).

C. Kriteria Kehidupan yang Hayatan Tayyibah


Berdasarkan pendapat para mufassir mulai dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas sampai
Sayyid Quth, Wahbab Zuhaili dan Quraish Shihab dan sebagainya, paling tidak ada tujuh
kritreria kehidupan seseorang yang mendapatkan hayatan thayyibah.

1. Rizki Yang Halal


Setiap manusia tentu membutuhkan rizki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal, kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Untuk itu, manusia harus
mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal.Karena memperoleh rizki yang halal
merupakan ciri kehidupan yang baik, maka Allah swt mencintai orang yang demikian
sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

ِ‫ب ْال َحالَ ِل‬ ِ ‫إن هللَ تَ َعالَى يُ ِحبُّ َأ ْن يَ َرى َع ْب ِد ِه تَ ِعبًا‬
ِ َ‫فى طَل‬ َّ

Artinya :
Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari yang halal
(HR. Ad Dailami).

2. Qonaah
Ketika rizki halal sudah kita peroleh, orang yang mencapai derajat kehidupan yang baik
adakan selalu qonaah atau menerima rizki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya
belum mencukupi. Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita peroleh,
sedangkan kurangnya bisa kita cari lagi. Allah Swt berfirman :

٤٩ ﴿ َ‫ال ِإنَّ َما ُأوتِيتُهُ َعلَ ٰى ِع ْل ٍم ۚ بَلْ ِه َي فِ ْتنَةٌ َو ٰلَ ِك َّن َأ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫ض ٌّر َدعَانَا ثُ َّم ِإ َذا َخو َّْلنَاهُ نِ ْع َمةً ِمنَّا ق‬
ُ َ‫فَِإ َذا َمسَّ اِإْل ْن َسان‬

(fa-idzaa massa al-insaana dhurrun da'aanaa tsumma idzaa khawwalnaahu ni'matan


minnaa qaala innamaa uutiituhu 'alaa 'ilmin bal hiya fitnatun walaakinna aktsarahum
laa ya'lamuuna)
Artinya :
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami
berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu
hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka
itu tidak mengetahui (Q.S Azumar/39 : 49)

3. Kebahagiaan.
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek
duniawi, tapi yang terpenting adalah bila bisa menjalani kehidupan dalam kerangka
pengabdian dan ketaatan kepada Allah swt. Bila seseorang sudah beriman dan beramal
shaleh ia akan merasakan kebahagiaan karena kehidupannya di dunia memberi kontribusi
manfaat kebaikan.
4. Ketenangan.
Bagi seorang muslim dengan iman dan amal shaleh insya Allah terhindar dari dosa yang
membuat kita menjadi tenang. Hal merupakan salah satu essensi hayatan thayyibah yang
amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan disebut dalam hadits
Rasulullah saw:

َ َّ‫ك َو َك ِرهْتَ َأ ْن يَطَّلِ َع َعلَ ْي ِه الن‬


‫اس‬ َ ‫اَِإل ْث ُم َما َحا‬
َ ‫ك فِى نَ ْف ِس‬

Artinya :
Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak
setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).

5. Ridha
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridha kepada Allah swt
sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul
yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini. Dalam satu hadits, Rasulullah saw
bersabda:

َ‫ت لَهُ ْال َجنَّة‬


ْ َ‫ض َي بِاهللِ َربًّا َوبِاِْإل ْسالَ ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد نَّبِيًّا َو َرسُوْ الً َو َجب‬
ِ ‫َم ْن َر‬

Artinya :
Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, wajib baginya surga (HR. Muslim).

6. Syukur
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehnya dalam hidup ini
sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt. Allah
Swt berfirman :

٧ ﴿ ‫وَِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

(wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna


'adzaabii lasyadiidun)
Artinya :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim [14]:7).

7. Sabar.
Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan
Allah swt karena mencari ridha-Nya. Orang yang hidupnya baik tidak mungkin
melepaskan sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sulit, karenanya Allah swt
mencintai siapa saja yang sabar, Allah Swt berfirman:

ُّ‫ض ُعفُوا َو َما ا ْستَ َكانُوا ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحب‬ َ ‫َو َكَأي ِّْن ِم ْن نَبِ ٍّي قَاتَ َل َم َعهُ ِربِّيُّونَ َكثِي ٌر فَ َما َوهَنُوا لِ َما َأ‬
َ ‫صابَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َو َما‬
١٤٦ ﴿ َ‫الصَّابِ ِرين‬

(waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu limaa
ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu yuhibbu
alshshaabiriina)

Artinya :
Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
manusia), dan Allah mencintai orang yang sabar (QS 3:146).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bekerja keras berarti berusaha atau berikhtiar secara bersungguh-sungguh, dengan
kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk
mencapai suatu yang dicita-citakan dan sesuai dengan target-target yang sudah
ditetapkan.
Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap
detik kehidupan yang dijalaninya adalah bagian dari kehidupan yang lebih baik yang ia
persiapkan untuk hari esok, untuk masa depannya yang lebih baik. Setiap detak nafas
kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati dan dilandasi dengan keikhlasan hati, dan
setiap langkahnya adalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.
Tanggung jawab merupakan bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap
manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam
berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh
pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat mententramkan hati
nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggung jawab atas perbuatannya.

Anda mungkin juga menyukai