Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HADIS-HADIS MANAJEMEN

Tentang

SIKAP BERLAPANG DADA

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Stela Khairatul Nisa (2214030125)

Aziza (2214030124)

Wanda Hassanatul Jaddidah (2214030128)

Dosen Pengampu :

Gusnanda, S. Th. I, M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (3 MPI C)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dalam makalah ini akan
dibahas materi tentang "Sikap berlapang dada".

Shalawat dan salam pada junjungan Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat yang telah memperjuangkan agama islam. Kemudian dengan segala hormat kami
sampaikan rasa terima kasih kepada Bapak "Gusnanda, S. Th. I, M. Pd" selaku dosen
pengampu pada mata kuliah "Hadis-hadis manajemen".

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa jauh dari kesempurnaan. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan makalah
ini. Terima kasih kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Padang, 18 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Allah menyayangi orang berlapang dada ......................................................... 2


B. Membebaskan orang dari kesulitan .................................................................. 5
C. Memberikan kelapangan bagi orang yang dalam kesulitan ............................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu yang dibutuhkan manusia dalam keadaan apa pun adalah sikap berlapang dada.
Berlapang dada merupakan sikap menerima keadaan yang dialami dan hati selalu dipenuhi rasa
syukur. Kepada mereka yang pandai bersyukur, Allah SWT akan melipatgandakan kenikmatan
yang sudah diberikan-Nya itu.

Meskipun apa yang dilakukan sebagai kebenaran, ketika menyangkut orang lain, kita terikat
dengan konsensus sosial dan hukum positif yang berlaku. Sertakan sabar dan ikhlas dengan hasil
yang diperoleh.

Lapang dada bukan berarti pasrah sebelum ikhtiar terbaik dan maksimal dilakukan. Mari
terus berlomba dalam kebaikan. Tetap lapang dada setelah melakukan upaya semaksimal
mungkin sesuai aturan yang ada dan tidak mengabaikan prinsip amar makruf nahi mungkar.

Dalam perannya sebagai khalifah dan hamba Allah SWT, selain mendapatkan karunia
nikmat, manusia dihadapkan pa da tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Setiap manusia
diwajibkan berikhtiar sesuai ke mampuan, bersyukur atas hasil yang diperoleh bila sesuai dengan
keinginannya dan bertawakal bi la hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Allah Menyayangi orang berlapang dada?


2. Bagaimana membebaskan orang dari kesulitan?
3. Bagaimana memberikan kelapangan bagi orang yang dalam kesulitan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Allah menyayangi orang berlapang dada.


2. Untuk mengetahui membebaskan orang dari kesulitan.
3. Untuk mengetahui memberikan kelapangan bagi orang yang dalam kesulitan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Allah menyayangi orang berlapang dada


Syekh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzhohullah menyebutkan di
dalam karyanya,
“Maksud dari lapang dada adalah rasa puas, rasa tenang, hilangnya rasa tidak nyaman
dan masalah dari hati, serta terus menerus merasa bahagia di kehidupan yang mulia dan
baik.”
Maka bisa diambil kesimpulan bahwasannya lapang dada adalah sebab terbesar
yang dapat menolong seorang hamba di dalam mencapai tujuan dan meraih semua
keinginan. Maka ketika Allah Ta‟ala memerintahkan Nabi-Nya Musa
„Alaihissalam untuk pergi menemui Fir‟aun dalam rangka mendakwahi dan memberi
peringatan kepadanya akan konsekuensi dari kecongkakannya, Nabi Musa
„Alahissalam mengangkat wajahnya ke langit seraya berdoa,

‫ص ْذ ِسي ٌََٗ ِّسشْ ىًِ أَ ٍْ ِشي‬


َ ًِ‫َسبِّ ا ْش َشحْ ى‬
“Wahai Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah semua urusanku” (QS. Thaha:
25).
Dan Allah Ta‟ala juga berfirman,

َ ‫ص ْذ َس‬
‫ك‬ َ َ‫أَىَ ٌْ َّ ْش َشحْ ى‬
َ ‫ل‬
“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (wahai Muhammad)?” (QS. Asy-Syarh: 1).
Dari kedua ayat ini bisa kita ketahui bahwa hakikat lapang dada yang sebenarnya
adalah yang bersumber dari Allah Ta‟ala semata. Itu merupakan karunia yang
Allah Ta‟ala berikan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, orang
yang memanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan berpeluang besar mendapatkan hidayah.
Sedangkan orang yang menyia-nyiakan nikmat lapang dada yang
Allah Ta‟ala berikan, maka akan mudah baginya terjerumus ke dalam kesesatan.
Sebagaimana lapangnya dada adalah kenikmatan yang paling utama, maka menyia-
nyiakannya adalah seberat-beratnya ujian.

2
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk meraih rasa lapang dada
Syekh Abdurrazzaq Hafidzhohullah menjelaskan, “Tidaklah mungkin kita
memperoleh kedudukan yang agung ini, kecuali dengan memperhatikan agama kita
dengan sebenar-benarnya, serta menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Setiap kali
seorang hamba bersemangat istikamah menjalankan agama ini, serta berkomitmen
dengan apa yang datang dengannya, maka ia layak mendapatkan kelapangan dada sesuai
dengan apa yang dia perbuat.”
Oleh karena itu, seluruh sebab yang akan mengarahkan kita untuk mendapatkan
kelapangan dada bermuara pada dua hal yang saling berkaitan, sebagai berikut:
1. lapang dada tidak akan bisa kita raih kecuali dengan taufik atau petunjuk dari
Allah Ta‟ala, dan pertolongan dari-Nya.
2. pemberian dari Allah ini tidaklah datang kepada seorang hamba, kecuali dengan
cara mentaati-Nya dan konsisten di dalam menjalankan syariat-Nya.1
Maka kedua hal ini merupakan intisari dari pembahasan lapang dada. Karena
sejatinya hati kita berada di tangan Allah Subhaanahu wa Ta‟ala, Allah dapat membolak-
balik hati kita sesuai kehendak-Nya.
Apa yang Allah Ta‟ala kehendaki akan terjadi, dan apa yang tidak
Allah Ta‟ala kehendaki tidak akan terjadi. Sebagaimana firman Allah Ta‟ala,

‫ضٍِّقًا‬
َ ُٓ‫ص ْذ َس ۥ‬ ِ ٌ َُ‫ْل ْس َٰيَ ٌِ ۖ َٗ ٍَِ ٌ ُِش ْد أ‬
َ ْ‫ُضيه ۥُٔ ٌَجْ َعو‬ ِ ْ ِ‫ص ْذ َس ۥُٓ ى‬َ ْ‫ٱَّللُ أَُ ٌَ ْٖ ِذٌَ ۥُٔ ٌَ ْش َشح‬
‫فَ ََِ ٌ ُِش ِد ه‬
ٍَُُِْ٘ ‫س َعيَى ٱىه ِزٌَِ ََل ٌ ُْؤ‬ ‫ل ٌَجْ َع ُو ه‬
َ ْ‫ٱَّللُ ٱىشِّ ج‬ َ ِ‫ص هع ُذ فِى ٱى هس ََآ ِء ۚ َم َٰ َزى‬
‫َد َشجًا َمأَّه ََا ٌَ ه‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya hidayah, maka Allah akan lapangkan
dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatan
baginya, Allah akan jadikan dadanya sempit dan sesak seakan-akan dia sedang mendaki
ke langit ” (QS. Al-An‟am: 125).
Satu-satunya cara meraih kelapangan dada adalah dengan taufik dari
Allah Ta‟ala. Sudah sepantasnya kita hanya meminta kepada-Nya dengan cara yang
sesuai syariat dan wahyu dari-Nya. Hal yang bisa dilakukan seorang mukmin untuk
1
Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Asyartu Asbabin Linsyirahi As-sadr (2015) hal.134

3
meraih kelapangan dada adalah dengan berdoa kepada Allah Ta‟ala dan menyandarkan
semua urusan hanya kepada-Nya. 2 Kemudian diikuti dengan menjalankan sebab-sebab
yang bisa mengantarkannya untuk meraih tujuan mulia ini. Ibnul
Qayyim Rahimahullah pernah menyebutkan,

‫ ٗسجْا ٗاّطالقا‬،‫أُ داه اىعثذ فً اىقثش مذاه اىقية فً اىصذس ّعٍَا ٗعزاتا‬
“Keadaan seorang hamba di alam kubur itu sebagaimana keadaan hati di dalam dada,
baik itu merasakan kenikmatan atau kesengsaraan, rasa terkekang maupun kebebasan.”
Barangsiapa yang dadanya terasa sempit dan sesak karena menjalankan agama ini,
begitu pula-lah keadaan kuburnya; akan sempit dan sesak pula. Barangsiapa yang
dadanya lapang serta menerima agama ini, maka Allah Ta‟ala akan lapangkan kuburnya.
Ciri-ciri hamba yang Allah Ta’ala lapangkan dadanya
Kelapangan dada itu tanda-tandanya sangat jelas, serta nampak pada seorang
mukmin dan itu terangkum pada tiga hal.
1. menerima dan meyakini akan adanya akhirat atau alam keabadian.
2. menjauhkan diri atau mencukupkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan dunia
yang fana ini.
3. menyiapkan diri dari kematian dan kehidupan setelahnya.
Sehingga bila terwujud tiga hal ini di hati seorang hamba, sungguh itu adalah
tanda bahwa Allah melapangkan dadanya dan menenangkan hatinya.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

‫ ٍٗد‬: ‫ قٍو‬،‫ إرا دخو اىْ٘س اىقية اّفسخ ٗاّششح‬:‫… مَا فً األثش اىَشٖ٘س‬
،‫ ٗاإلّاتح إىى داس اىخي٘د‬،‫ اىتجافً عِ داس اىغشٗس‬:‫عالٍح رىل ؟ قاه‬
ٔ‫ٗاإلستعذاد ىيَ٘خ قثو ّزٗى‬
“Disebutkan di dalam sebuah atsar yang terkenal, bilamana cahaya masuk ke dalam hati,
maka hati tersebut akan merasa lapang dan menerima. Dikatakan kepadanya, „Apa
tandanya?‟ Dijawab, „(1) Mencukupkan diri dari dunia yang penuh tipuan; (2) condong
kepada kehidupan abadi (akhirat); dan (3) menyiapkan diri menghadapi kematian
sebelum kematian itu mendatanganinya.'”
2
muslim.or.id https://muslim.or.id/70391-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-1.html

4
Sebab yang dianjurkan syariat untuk meraih lapang dada:
1. mengesakan Allah Ta‟ala dan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya.
2. cahaya yang Allah Ta‟ala karuniakan ke dalam hati hamba-Nya.
3. menuntut ilmu yang bermanfaat.
4. kembali kepada Allah Ta‟ala dan menghadap kepada-Nya dengan sebaik-baik
kondisi.
5. konsisten di dalam berzikir (mengingat Allah Ta‟ala).
6. berbuat baik kepada hamba-hamba Allah Ta‟ala.
7. keberanian dan kuatnya hati.
8. menjauhkan diri dari penyakit-penyakit hati dan racun-racunnya.
9. meninggalkan berlebih-lebihan di dalam semua aspek kehidupan.
10. mengikuti petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam dengan
sebaik-baiknya.
B. Membebaskan orang dari kesulitan
َ ‫ ٍَ ِْ َّفه‬: ‫صيهى هللاُ َعيَ ٍْ ِٔ َٗ َسيه ٌَ قَا َه‬
ِْ ٍِ ً‫س ع َِْ ٍُ ْؤ ٍِ ٍِ ُمشْ تَح‬ ِ ‫ع َِْ أَ ِتً ُٕ َشٌ َْشجَ َس‬
َ ًِّ ‫ ع َِِ اىْه ِث‬،ُْْٔ ‫ضً هللاُ َع‬
ِ ‫ َٗ ٍَ ِْ ٌَس َهش َعيَى ٍُع‬،‫ب ٌَْ٘ ًِ ْاىقٍَِا ٍَ ِح‬
‫ْس ٍش ٌَس َهش هللاُ َعيَ ٍْ ِٔ فًِ اى ُّذ ٍَّْا‬ ِ ‫س هللاُ َع ُْْٔ ُمشْ تَحً ٍِ ِْ ُم َش‬ َ ‫ب اى ُّذ ٍَّْا َّفه‬ِ ‫ُم َش‬
ُِ َْ٘‫اَخ َش ِج َٗهللاُ ِفً عَْ٘ ُِ ْاى َع ْث ِذ ٍَا ماََُ ْاى َع ْث ُذ ِفً ع‬
ِ َٗ ‫ َٗ ٍَ ِْ َستَ َش ٍُ ْس ِيَا ً َستَ َشُٓ هللاُ ِفً اى ُّذ ٍَّْا‬،‫اَخ َش ِج‬ ِ َٗ
ِْ ٍِ ‫د‬ ٍ ٍْ َ‫ َٗ ٍَا اجْ تَ ََ ََ قَْ٘ يً ِفً ت‬،‫ل طَ ِشٌْقا ً ٌَ ْيتَ َِسُ ِف ٍْ ِٔ ِع ْيَا ً َسٖ َهو هللاُ ِت ِٔ طَ ِشٌْقا ً إِىَى ْاى َجْه ِح‬
َ َ‫ َٗ ٍَ ِْ َسي‬.ِٔ ٍْ ‫أَ ِخ‬
ٌُ ُٖ‫ َٗ َدفه ْت‬،ُ‫د َعيَ ٍْ ِٖ ٌْ اى هس ِن ٍَْْحُ َٗغ َِشٍَ ْتُٖ ٌُ اىشهدْ ََح‬
ْ َ‫َاسسُْ٘ َُّٔ تَ ٍَُْْٖ ٌْ إَِله َّزَ ى‬
َ ‫هللا ٌََٗتَذ‬
ِ ‫َاب‬ َ ‫هللا ٌَ ْتيُْ٘ َُ ِمت‬
ِ ‫خ‬ ِ ٍُُْ٘‫ت‬
ِ ‫ َٗ ٍَ ِْ تَطَأ َ ِفً َع ََ ِي ِٔ ىَ ٌْ ٌُس‬،ُٓ‫ َٗ َر َم َشُٕ ٌُ هللاُ ِف ٍْ ََ ِْ ِع ْْ َذ‬،ُ‫ْاى ََالَ ِئ َنح‬
]ٍٔ‫ [ٍتفق عي‬.ُُٔ‫ْش ْع ِت ِٔ َّ َسث‬
Kosa kata:

‫ّفهس‬: Meringankan atau menghilangkan


(‫مشتح (مشب‬: Cobaan berat
‫ْسش‬
ِ ‫ ٍُع‬: Orang yang kesulitan
‫ٌ هس َش‬: Memudahkan
ُ٘‫ع‬: Pertolongan
‫ستَ َش‬: Menutupi
‫سيل‬: Menempuh

5
ََ‫اجت‬: Berkumpul
‫اىسنٍْح‬: Ketenangan
‫سّٖو‬: Memudahkan
(ٔ‫ٌتذاسسّ٘ـ(ـ‬: (Mereka) saling mempelajari-(nya)
(ٌٕ(‫غشٍتـ‬: Liputi, curahkan
(ٌٕ(‫دفتـ‬: mengelilingi (mereka) (kepada mereka)
‫ٌسشع‬: Segera
‫تطأ‬: Lambat
Terjemah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu‟min dari berbagai
kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di
Hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan
Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang
muslim Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya
selama hamba-Nya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Suatu kaum yang
berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di
antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan
kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka
kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan
dipercepat oleh nasabnya. (Muttafaq alaih).
Kandungan Hadist:
1. Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia
dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di
hari yang sangat sulit tersebut.
2. Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta‟ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3. Berbuat baik kepada makhluk merupan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah ta‟ala.

6
4. Meluruskan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak
menggugurkan pahala sehingga amal dan usahanya sia-sia.
5. Memohon pertolongan kepada Alla ta‟ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan
tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6. Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7. Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu. 3
Islam mengajarkan umatnya untuk saling menyayangi. Adapun salah satu bentuk
saling menyayangi ialah membebaskan kesulitan orang lain. Ketika seorang muslim
dengan hati yang ikhlas membantu muslim yang lainnya, maka Allah akan memberikan
balasan terbaik yakni dibebaskan dari kesulitan terbesar dan terberat.
Dalam hal membantu, hal tersebut bisa dengan ilmu, harta, bimbingan, nasehat,
saran yang baik, dengan tenaga atau lainnya. Allah akan meringankan kesulitan bagi
orang yang senantiasa berusaha untuk terus meringankan beban orang lain.
Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang. Oleh
karena itu, seorang muslim hendaknya salaing menyangi dengan sesama dan jangan
merasa bosan dan ragu untuk membantu muslim yang lainnya.
Seorang muslim dengan muslim yang lainnya diibaratkan sebagai bangunan yang
saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Artinya persaudaraan dalam islam
sangatlah penting dan patut untuk dirawat dan diperjuangkan. Salah satu bentuk merawat
persaudaraan ialah saling membantu untuk mengeluarkan orang lain dari kesulitan.
Dalam hal ini, muslim yang kaya dan memiliki harta maka ia bisa mengeluarkan
sebagian hartanya untuk membebaskan kesulitan orang lain. Begitupun muslim yang ahli
dalam berbagai ilmu, memiliki jabatan serta memiliki tenaga yang kuat, maka ia dapat
menggunakan apa yang dimilikinya tersebut untuk membebaskan kesulitan orang lain.
Selain saling membantu dengan sesama, dalam menguatkan persaudaraan dengan sesama
kita juga bisa memanjatkan do‟a terbaik untuk saudara-saudara kita yang lainnya, baik
yang dilanda kemiskinan, musibah bencana alam ataupun konflik dalam negerinya. Sebab,

3
Muhammad fu’ad Abdul Baqi, 2006. Al-lu’lu’ Wal Marjan 2, Surabaya : PT Bina Ilmu hal.151

7
do‟a merupakan salah satu senjata yang dimiliki seorang muslim untuk membebaskan
kesulitan orang lain.
C. Memberikan kelapangan bagi orang yang dalam kesulitan
ً‫ٍؤٍِ ُمشْ تَح‬
ٍ َ ‫ « ٍَِ َّفه‬:‫ قاه‬-ٌ‫صيى هللا عئٍ ٗآىٔ ٗسي‬- ً‫عِ أتً ٕشٌشج سضً هللا عْٔ عِ اىْث‬
ِ‫س ع‬
‫ْس ٍش ٌَس َهش هللاُ عئٍ فً اى ُّذٍّا‬
ِ ‫ ٍِٗ ٌَ هس َش عيى ٍُع‬،‫ًٌ٘ اى ِقٍَا ٍَح‬
ِ ‫ب‬ َ ‫ب اى ُّذٍّا َّفه‬
ِ ‫س هللاُ عْٔ ُمشْ تَحً ٍِ ُم َش‬ ِ ‫ٍِ ُم َش‬
ُِ َْ٘‫ ٗهللاُ فً عَْ٘ ُِ اى َع ْث ِذ ٍا َماَُ اىعث ُذ فً ع‬،‫ ٍِٗ َستَ َش ٍُ ْس ِي ًَا َستَ َشُٓ هللاُ فً اى ُّذٍّا ٗاَخش ِج‬،‫ٗاَخش ِج‬
ٍِ ‫د‬ ٍ ٍ‫ ٍٗا اجْ تَ ََ ََ قَْ٘ يً فً ت‬،‫ل طَ ِشٌقًا ٌَيتَ َِسُ ِفٍ ِٔ ِعي ًَا َسٖ َهو هللاُ ىٔ تٔ طشٌقًا إىى اىجْ ِح‬ َ َ‫ ٍِٗ َسي‬،ِٔ ٍ‫أَ ِخ‬
ٌُ ُٖ‫ٗدفه ْت‬
َ ُ‫د عيٌٍٖ اى هس ِنٍَْحُ ٗغ َِشٍَ ْتُٖ ٌُ اىشهدْ ََح‬
ْ َ‫َاس ُسَُّ٘ٔ تٌٍْٖ إَل َّ َزى‬
َ ‫هللا ٌَٗتَذ‬
ِ ‫متاب‬
َ َُُ٘‫هللا ٌَ ْتي‬
ِ ‫خ‬ ِ ٍ٘‫ت‬
.»ُُٔ‫ ٗ ٍَِ تَطهأ تٔ عَئ ىٌ ٌُسشع تٔ َّ َسث‬،ُٓ‫ ٗ َر َم َشُٕ ٌُ هللاُ ِفٍ ََ ِْ ِعْ َذ‬،ُ‫اىَال ِئ َنح‬
]ٌ‫ [سٗآ ٍسي‬- ]‫[صذٍخ‬

“Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa ālihi wa
sallam-, beliau bersabda, "Siapa yang melapangkan seorang mukmin dari kesusahan
dunia, niscaya Allah melapangkan baginya kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang
memberi kemudahan kepada orang yang dilanda kesulitan, niscaya Allah memberi
kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup (aib) seorang muslim,
niscaya Allah menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong
seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan
untuk mencari ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah suatu
kaum berkumpul di salah satu rumah Allah sambil membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan turun kepada mereka ketenangan dan
mereka diliputi rahmat serta dinaungi oleh para malaikat. Dan Allah menyebut mereka
di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. Siapa yang diperlambat oleh amalnya, tidak
akan bisa dipercepat oleh nasabnya.”
Hadis mulia ini menunjukkan kepada kita bahwa: Orang yang melapangkan
kesusahan dari seorang muslim, memudahkan urusan yang sulit bagi seseorang, menutupi
kesalahannya atau kekeliruannya, sesungguhnya Allah akan membalasnya dengan jenis
amalnya yang bermanfaat. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menolong seorang hamba
dengan taufik-Nya di dunia dan di akhirat, ketika ia membantu saudaranya yang muslim
saat berada dalam kesulitan.

8
Sesungguhnya orang yang menempuh jalan nyata, seperti berjalan ke majlis zikir
atau majlis para ulama sejati yang mengamalkan ilmunya, demi menimba ilmu, juga
menempuh jalan maknawi yang mengarah kepada tercapainya ilmu itu, seperti
melakukan diskusi, telaah, meresapi dan memahami berbagai ilmu bermanfaat yang telah
diberikan kepadanya, dan sebagainya, maka siapa saja yang menempuh jalan ini dengan
niat yang baik dan benar, niscaya Allah memberinya taufik untuk mendapatkan ilmu
yang bermanfaat, hingga menuntunnya ke surga. 4
Dan sesungguhnya orang-orang yang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk
membaca Al-Qur`ān yang mulia dan mempelajarinya, niscaya Allah menganugerahkan
kepada mereka ketenangan, kesempurnaan rahmat, kehadiran malaikat, dan pujian Allah
terhadap mereka di hadapan makhluk yang ada di tempat tinggi (malaikat pilihan).
Sesungguhnya segala kemuliaan itu dengan amal saleh bukan dengan nasab dan martabat
sosial.

4
Muhammad nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Muslim 2,Jakarta : Pustaka Azzam 2008, hal 503

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sikap berlapang dada adalah kunci untuk menghadapi kehidupan dengan
keseimbangan dan kedewasaan. Dengan membuka pikiran dan hati, seseorang dapat
menerima perbedaan, belajar dari kegagalan, dan tumbuh sebagai individu yang lebih
baik. Kesimpulannya, sikap berlapang dada membuka pintu menuju pemahaman,
perkembangan pribadi, dan kesejahteraan emosional.
Sikap berlapang dada adalah kunci untuk mengatasi tantangan kehidupan dengan
kedewasaan. Dengan menerima perbedaan, belajar dari pengalaman, dan tetap terbuka
terhadap pandangan orang lain, seseorang dapat menciptakan hubungan yang lebih baik,
mengatasi hambatan dengan bijaksana, dan tumbuh secara pribadi dan emosional. Sikap
berlapang dada bukan hanya tanda kebijaksanaan, tetapi juga jalan menuju kesejahteraan
dan perkembangan yang berkelanjutan.
B. Saran

Demikianlah makalah ini dapat diselesaikan dengan maksimal. Kami menyadari


bahwa makalah ini masih kurang sempurna dan banyak kekurangan, baik secara teknis
maupun referensi. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Asyartu Asbabin Linsyirahi As-sadr (2015)

Minhah Al-'Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh
"Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi : 10

Muhammad fu‟ad Abdul Baqi, 2006. Al-lu‟lu‟ Wal Marjan 2, Surabaya : PT Bina Ilmu

Muhammad nashiruddin Al Albani, 2008, Ringkasan Shahih Muslim 2,Jakarta : Pustaka Azzam

Muhammad nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Muslim 2,Jakarta : Pustaka Azzam 2008,
hal 503

11

Anda mungkin juga menyukai