Anda di halaman 1dari 62

Tangerang, 07 Februari 2023

‫عشرة أسباب النشراح الصدر‬


Asyaratu Asbab Linsyirahis Shadr

(Sepuluh Sebab Untuk Mendapatkan Kebahagiaan


Dan Lapang Dada)

Oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr ‫حفظه هللا تعالى‬

Syarh/Penjelasan Pemateri :
Ustadz Muhammad Idris, Lc hafidzhohullah

Materi Pengantar
Bimbingan Islam MATERI BiAS N09 G-03

Penyusun : Syam Kelana Aas, S.S.


Member Bimbingan Islam MATERI BiAS N09 G-03
DAFTAR ISI
Cover
Daftar Isi -----------------------------------------------------------------------------------ii
Muqaddimah ---------------------------------------------------------------------------- iii

Bagian 1 Pengertian Dan Keutamaan Berlapang Dada ------------------------------ 1


Bagian 2 Dada Yang Allah Sempitkan ------------------------------------------------- 3
Bagian 3 Mentauhidkan Allah Dan Ikhlas Dalam Beribadah ---------------------- 8
Bagian 4 Cahaya Keimanan Karunia Allah ---------------------------------------- 13
Bagian 5 Kembali Kepada Allāh Dan Bertaubat ----------------------------------- 19
Bagian 6 Menuntut Ilmu Yang Bermanfaat ---------------------------------------- 24
Bagian 7 Konsisten Dalam Berzikir -------------------------------------------------- 30
Bagian 8 Berbuat Baik Kepada Hamba-Hamba Allah ---------------------------- 35
Bagian 9 Sikap Berani ------------------------------------------------------------------ 39
Bagian 10 Menjauhkan Diri Dari Penyakit Hati Maupun Racunnya ------------ 42
Bagian 11 Meninggalkan Hal Yang Tidak Bermanfaat --------------------------- 47
Bagian 12 Mengikuti Nabi Dengan Sebaik-Baiknya ------------------------------ 51

PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------- 57

ii
MUQADDIMAH

‫بسم للا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة للا وبركاته‬

‫الحمدهلل رب الـعـالـمـيـن والصالة والسالم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و من تبعهم بإحسان إلى‬
‫يوم الدين أما بعد‬

Para pembaca dimanapun berada yang dimuliakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pertama-tama, marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allāh


Subhānahu wa Ta'āla dan menjalankan semua perintahnya serta meninggalkan
semua larangannya.

Tak lupa, puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla yang telah memberikan dan melimpahkan banyak kenikmatan kepada kita
semua, baik itu nikmat Iman maupun nikmat Islam maupun nikmat Ihsan.

Dan yang tak kalah penting adalah nikmat sehat, sehingga kita bisa bersama-sama
mengikuti dan mempelajari serta mengambil faedah dari salah satu kitab (kitab
kecil) yang ditulis oleh salah satu ulama besar saat ini, yang tinggal di Madīnah
Al-Munawarah yaitu Syaikh Abdurrazaq ibnu Abdil Muhsin Al-Badr
hafidzahullāhu, yang mana kitab ringkas ini beliau tulis bersumber dari salah satu
Bab penting yang ditulis Imam Ibnul Qayyim di kitabnya Zaadul Ma'aad (‫زاد‬
‫ )المعاد‬yaitu Sebab-sebab lapangnya hati dan bagaimana memperolehnya secara
sempurna.

Dan Syaikh di sini memberikan judul ‫( عشرة أسباب النشراح الصدر‬Sepuluh Sebab
Untuk Mendapatkan Kebahagiaan Dan Lapang Dada). Telah kita ketahui
bersama, bahwa ketentraman hati serta lapang dada adalah dambaan setiap orang
bahkan orang non muslim atau orang yang tidak beriman kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla pun menginginkannya. Menginginkan rasa lapang,

iii
menginginkan rasa nyaman. Dan itu semua adalah fitrah manusia. Maka bisa kita
dapati seseorang ketika dia sedang mencari rumah, maka dia akan mencari
lingkungan rumah yang baik. Dan juga ketika kita mencari pekerjaan, kita
mencari pekerjaan yang pasti.

Agar apa? Agar hati kita nyaman, agar dada kita lapang tanpa dibebani oleh rasa-
rasa yang akan menyakitkan hati atau mengganggu hati kita. Dan lapang dada
merupakan suatu tujuan yang sangat mulia serta merupakan pemberian yang
sangat besar yang itu hanya bersumber dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Lalu harus kita ketahui bersama bahwa rasa lapang dada dan ketentraman hati ini
murni datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan jikalau ada seseorang atau
suatu kaum yang Allāh berikan harta, keturunan, pangkat, atau hal lain yang itu
dipandang satu hal yang sangat besar di dunia ini, maka hal-hal tersebut hanyalah
salah satu wasilah (perantara) untuk mendatangkan rasa lapang di hati kita.

Dan bisa jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla datangkan semua hal ini kepada
seseorang namun itu semua hanyalah Istidraj dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
atau Allāh ingin menguji hamba ini, apakah dia termasuk hamba yang bersyukur
atau tidak. Sedangkan rasa lapang yang didatangkan dari Allāh yang berupa
karunia, yang didatangkan langsung kepada seorang mukmin, maka jika itu sudah
Allāh berikan kepada seorang hamba, baik itu rezeki berupa harta maupun
keturunan. InsyaAllāh seorang hamba akan merasa tenang dan bukan sebagai
ujian.

Dan bagaimana kita mengetahui apakah nikmat tersebut sebagai ujian atau
karunia Allāh Subhānahu wa Ta'āla? Sehingga kita bisa semakin termotivasi
untuk beribadah karena adanya rezeki ini, kita semakin fokus beribadah dan
merasa lapang dada dengan rezeki ini, kecuali kalau kita mempelajari hakikat dari
rasa lapang dada. Apa hakikat rasa lapang dada itu dan bagaimana cara
mendapatkan?

iv
Dan sudah banyak kisah yang beredar di antara kita dan kita dapati banyak di
antara orang-orang kaya yang mereka bunuh diri, mereka sudah mendapatkan
banyak harta, bisa mempunyai mobil mewah, rumah yang mewah, namun kita
dapati di surat kabar, dia dikabarkan meninggal dunia dengan cara bunuh diri.

Kenapa itu bisa terjadi?

Apa yang Allāh berikan kepada orang itu menjadi cobaan, sehingga ketika Allāh
memberikan rezeki yang banyak kepada dirinya, dia malah terbebani dengan
adanya rezeki ini. Sehingga membuat dia depresi (stress) dan berbagai petaka
lainnya karena merasa tertekan dan terbebani dengan banyaknya harta kekayaan.

InsyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan mengambil sedikit pelajaran dari
muqaddimah atau pendahuluan yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr di
kitab kecilnya ini.

‫وباهلل التوفيق و الهداية‬

v
Bagian 1 Pengertian Dan Keutamaan Berlapang Dada
Syaikh menyebutkan di dalam muqaddimahnya yang dimaksud lapang dada
adalah rasa puas serta rasa tenang dan hilangnya rasa tidak nyaman serta masalah
dari hati kita dan terus menerus merasa bahagia di dalam kehidupan yang mulia
dan baik. Jadi tidak hanya rasa lapang dada ini bersifat sementara, namun terus
menerus. Ketika Allāh datangkan rasa lapang dada ini kepada kita, baik kita
dalam keadaan susah, sedih, maupun dalam keadaan kita diberi kenikmatan, dada
kita ini terus merasa lapang dada. Kita ini terus merasa puas dan tenang dengan
apa yang telah Allāh berikan. Walaupun yang Allāh berikan sedikit, walaupun
yang Allāh berikan belum sesuai dengan keinginan kita.

Namun hakikat dari lapang dada yang sebenarnya di sini adalah rasa lapang dada
yang benar-benar kita menerima semua takdir yang Allāh berikan, menerima
semua hal yang Allāh berikan kepada kita, baik itu nikmat yang sedikit, nikmat
banyak, atau Allāh berikan cobaan kepada kita, namun dada kita bisa merasa
lapang kalau Allāh berikan rasa lapang dada ini kepada kita.

Lalu Syaikh melanjutkan penjelasannya, dan jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla


telah memberikan rasa lapang dada ini kepada seorang hamba maka itu tanda
Allāh telah memudahkan urusannya sehingga terwujudlah pada hamba tersebut
maslahat-maslahat baik pada agama dan dunianya.

Sehingga akan mudah baginya untuk melaksanakan ibadah, melaksanakan


ketaatan, dimungkinkan baginya untuk selalu konsisten di dalam melakukan
maslahat atau di dalam melakukan kebaikan, dan akan terjamin pula
keturunannya. Dari sini bisa kita ketahui bahwa rasa lapang dada yang benar
adalah rasa lapang dada yang akan mewujudkan seorang hamba yang dia terus
konsisten di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bukan lapang

1
dada yang menjadikan seorang hamba terkecoh atau lalai di dalam melakukan
ibadah.

Karena banyaknya rezeki yang dia dapatkan, bukannya bertambah imannya atau
bertambah rajin melakukan shalat, namun dia malah lalai dari melaksanakan
shalat lima waktu karena sibuk dengan dunia dan sibuk dengan apa yang dia
dapatkan dari rezeki. Sehingga, semua yang dianggap karunia bukanlah hakikat
dari rasa lapang dada. Kenapa? Ini sudah menjadikan hatinya lalai dan ini bukan
rasa lapang dada yang sebenarnya.

2
Bagian 2 Dada Yang Allah Sempitkan
Lalu Syaikh melanjutkan, adapun jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyempitkan
hati seorang hamba maka urusan hamba tersebut akan menjadi kacau sehingga ia
tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan aktifitas kesehariannya tidak akan
mengarah kepada kebaikan, bahkan ia akan selalu merasa khawatir, gundah, dan
sedih. Itu adalah seperti yang kita sampaikan sebelumnya bahwa ketika Allāh
memberikan beberapa nikmat kepada seorang hamba dan seorang hamba tersebut
menjadi lalai dan terkecoh karena pemberian Allāh ini, maka disitu bukan rasa
lapang dada namun itu adalah kesempitan hati, kesempitan dada yang Allāh
berikan kepada dia berupa ujian.

Apakah dengan adanya nikmat ini dia akan terus menerus lalai ataukah ketika dia
mendapatkan rezeki ini, mendapatkan nikmat ini, dia akan bersemangat di dalam
beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.? Maka bisa kita ambil kesimpulan
bahwasanya lapang dada adalah sebab terbesar yang dapat menolong seorang
hamba di dalam mencapai tujuannya serta meraih semua keinginannya.

Maka dari itu ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan Nabi-Nya Musa
alayhissalām pergi untuk menemui Fir'aun dalam rangka mendakwahinya dan
memberikan peringatan kepadanya, bahkan konsekuensi dari kecongkakannya
Musa alayhissalām berdoa menengadahkan wajahnya ke langit.

‫۞ويَسر لي أَمري‬
َ ‫صدري‬
َ ‫َرب ٱش َرح لي‬

Nabi Musa alayhissalām berdoa, "Wahai Rabbku, lapangkanlah dadaku dan


mudahkanlah semua urusanku." (QS. Thaha: 25-26)

Karena tidak ada yang bisa membantu Nabi Musa alayhissalām untuk dia
bersemangat menjalankan perintah Allāh kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka dari itu ketika kita mengetahui bahwa sumber lapang dada itu dari Allāh

3
bukan dari nikmat atau bukan dari banyaknya harta atau banyaknya keturunan
kita, maka kita terus meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk
dilapangan dada kita sehingga menerima semua yang Allāh berikan kepada kita,
menerima semua perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla tanpa membantahnya. Dan
ini yang dicontohkan Nabi Musa alayhissalām ketika beliau diperintahkan oleh
Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk mendakwahkan agama ini kepada Fir'aun yang
congkak.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman,

َ َ‫أَ َلم نَش َرح َلك‬


َ‫صد َرك‬

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu wahai Muhammad?" (QS.


Al-Insyirah: 1).

Dari sini bisa kita ketahui juga bahwa sumber lapang dada itu dari Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Bukan dari kekayaan harta benda di dunia ini. Tidak! Harta
benda itu tidak kita bawa sampai mati, sedangkan rasa lapang dada jikalau Allāh
telah tanamkan kepada hati kita walaupun kita tidak mendapatkan banyak harta
di dunia ini, itu akan membuat hati kita lega, kita akan menerima, dan kita
meyakini bahwa semua amalan kita walaupun belum diganjar oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla dengan kenikmatan di dunia, itu akan digantikan dengan
kenikmatan yang lebih besar di akhirat kelak. Dan itulah hakikat rasa lapang dada
yang sebenarnya.

Lalu dari kedua ayat ini bisa kita simpulkan bahwa lapang dada ini murni karunia
dan pemberian dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mana hanya Allāh berikan
kepada yang ia kehendaki sehingga lapang dada adalah salah satu sebab terbesar
dari hidayah. Dan menyia-nyiakan rasa lapang dada yang Allāh berikan kepada
kita adalah salah satu sebab kesesatan. Sebagaimana lapangnya dada adalah

4
seutama-utamanya kenikmatan, maka menyia-nyiakannya adalah seberat-
beratnya ujian.

Dan tidaklah mungkin kita bisa memperoleh kedudukan yang agung ini kecuali
dengan memperhatikan agama kita, memperhatikan perintah-perintah Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Dan tiap kali
seorang hamba bersemangat dalam Istiqamah menjalankan agama ini dan
berkomitmen dengan apa yang datang dengannya atau dengan apa yang datang
dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka dia akan layak
mendapatkan kelapangan dada sesuai dengan apa yang dia perbuat.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

َ َ‫ضيقًا َح َر ًۭ ًجا كَأَنَ َما ي‬


ُ‫صعَد‬ َ ‫صد َرهُۥ لْلس َل ٰـم ۖ َو َمن يُرد أَن يُض َلهُۥ يَج َعل‬
َ ُ‫صد َرهۥ‬ َ ‫فَ َمن يُرد ٱ َّللُ أَن يَهديَهۥُ يَش َرح‬
َ‫ع َلى ٱ َلذينَ َال يُؤمنُون‬
َ ‫س‬ َ ‫س َماء ۚ َك ٰذَلكَ َيج َع ُل ٱ َّللُ ٱلرج‬
َ ‫فى ٱل‬

{١٢٥:‫}األنعام‬

"Barangsiapa yang Allāh kehendaki baginya hidayah, maka Allāh akan


lapangkan dadanya untuk menerima Islam."

Dan kita semua ketahui bahwa -InsyaAllāh- kita semua beragama Islam. Maka
itu adalah salah satu tanda bahwa Allāh telah melapangkan dada kita. Tinggal
bagaimana kita memanfaatkan hal ini? Apakah dengan rasa lapang dada ini, kita
menerima agama Islam ini? Kita menjadi taat menjalankan perintahnya atau kita
lalai? Berleha-leha tidak melaksanakan shalat dan lain sebagainya.

Dan Allāh melanjutkan, "Dan barangsiapa yang Allāh kehendaki kesesatan


baginya, Allāh akan jadikan dadanya sempit dan sesak seakan-akan dia sedang
mendaki ke langit." (QS. Al-An'ām: 125).

Allāh Subhānahu wa Ta'āla di sini menjelaskan bahwa saat seorang hamba, Allāh
beri cobaan, berupa kesempitan hati, itu Allāh ibaratkan sebagaimana saat

5
seorang itu sedang mendaki ke langit. Karena semakin kita ke atas, oksigen itu
semakin sedikit, rasanya itu sangat sesak. Dan ketika Allāh memberikan rasa
lapang di hati kita, itu sungguh nikmat yang sangat besar.

Walaupun Allāh tidak memberikan rezeki yang besar kepada kita, tetapi ketika
kita menerima, kita merasa lapang dada, ikhlas menerima semua yang Allāh
berikan, hati kita akan tenang, kita menjadi lega, dan tidak kufur nikmat, tidak
mencela takdir, atau segala macamnya. Sungguh lapang dada ini murni karunia
dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tidak setiap hamba Allāh berikan hal
tersebut. Maka sudah sepantasnya kita meminta hanya kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla dengan cara yang sesuai syari'atnya dan sesuai dengan yang Allāh
turunkan di dalam Al-Qur'an maupun yang Allāh jelaskan melalui lisan Rasul-
Nya di dalam hadits Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan yang bisa kita lakukan sebagai seorang mukmin adalah dengan terus berdoa
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla serta menyandarkan semua urusan kita
sepenuhnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh lapangkan dada kita
dan mudahkan urusan kita semua, sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla
menuliskan kita menjadi salah satu hamba-Nya yang berbahagia di dunia dan di
akhirat. Kemudian Syaikh melanjutkan di muqaddimahnya dengan menyebutkan
salah satu perkataan Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh yang mana artinya,

"Keadaan seorang hamba di alam kubur itu sebagaimana keadaan


hati di dalam dada, baik itu merasakan kenikmatan ataupun merasakan
kesengsaraan, rasa terkekang maupun rasa kebebasan."

Lalu Ibnul Qayyim rahimahullāh juga berkata disebutkan di dalam sebuah atsar
yang terkenal, "Bila mana cahaya masuk ke dalam hati, maka akan lapang hati
tersebut dan menerima", dikatakan kepadanya, "Apa tandanya?" lalu dijawab,
"Mencukupkan diri dari dunia yang penuh tipuan, lalu yang kedua adalah

6
condong kepada kehidupan abadi, dan yang ketiga menyiapkan diri menghadapi
kematian sebelum kematian itu mendatanginya".

Jadi apa? Ada tiga tanda yang akan tampak jelas pada seorang hamba bahwa
dadanya itu lapang:

1. Mencukupkan diri dari dunia yang penuh tipuan. Sehingga kita tidak
berlebih-lebihan di dalam urusan dunia, tidak terlalu mengejar kekayaan,
tidak terlalu mengejar reputasi, tidak terlalu mengejar jabatan. Itu adalah
tanda pertama jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengaruniakan rasa lapang
dada kepada kita.
2. Condong kepada kehidupan abadi kehidupan akhirat. Yaitu kita
memfokuskan diri kita hanya untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, memfokuskan diri kita untuk apa-apa yang bermanfaat bagi
kehidupan akhirat kita.
3. Menyiapkan diri menghadapi kematian sebelum kematian itu
mendatanginya. Karena apa? Karena kita ketahui bersama bahwa amal
ibadah yang dilakukan ketika nyawa sudah berada di kerongkongan itu
tidak bermanfaat.

Sebagaimana yang Fir'aun lakukan ketika Allāh tenggelamkan Fir'aun dan dia
merasa menyesal. Dan Allāh tidak menganggap itu sebagai keimanan karena itu
telah berada di detik-detik terakhir kematian. Maka dari itu yang wajib kita
lakukan adalah menyiapkan semua itu, menyiapkan amal ibadah untuk
menghadapi kematian ini.

7
Bagian 3 Mentauhidkan Allah Dan Ikhlas Dalam Beribadah
Alhamdulillāh, kita masih bisa melanjutkan pembahasan kita mengenai 10 sebab
untuk mendapatkan kelapangan dada. Dimana kita bahas dan kita ambil dari
Kitab yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Badr
hafidzahullāhu yaitu ‫ عشرة أسباب النشراح الصدر‬yang beliau tulis dengan ringkas
sehingga insyaAllāh bisa kita pahami dengan lebih mudah.

Kita telah membahas bahas muqaddimah atau pendahuluan yang beliau tulis. Dan
insyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan membahas sebab pertama untuk
mendapatkan kelapangan dada. Yang mana sebab pertama ini adalah:

‫توحيد للا وإخالص الدين له‬: ‫السبب األول‬

Mentauhidkan (mengesakan) Allāh Subhānahu wa Ta'āla


serta mengikhlaskan seluruh amal ibadah (seluruh agama ini)
hanya untuk-Nya.

Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāhu memulai pembahasan ini dengan


menyebutkan tujuan utama diciptakannya manusia di bumi ini adalah untuk
mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Di mana beliau menyebutkan salah
satu ayat yang ada di surat Adz-Dzariyāt.

Allāh Ta'āla berfirman:

‫نس إ َال ليَعبُدُون‬


َ ‫َو َما َخ َلقتُ ٱلج َن َوٱۡل‬

"Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-
Ku." (QS. Adz-Dzāriyāt: 56).

Lalu beliau melanjutkan pembahasannya dengan menyebutkan bahwa manusia


diciptakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan memiliki rasa tunduk, taat, dan

8
melakukan apa-apa yang diperintahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan ini
merupakan fitrah manusia. Sehingga ketika Allāh menciptakan manusia di bumi
ini, Allāh sudah memberikan fitrah kepada manusia sehingga manusia bisa
membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.

Dan mereka sudah diberikan fitrah dan mengetahui bahwa satu-satunya yang
berhak disembah di dunia ini, satu-satunya yang berhak di sembah dikehidupan
ini, hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam surat Al-Jin, yang berbunyi:

‫عوا َم َع ٱ َّلل أَ َح ًۭدًا‬ َ ‫َوأَ َن ٱل َم‬


ُ ‫س ٰـجدَ َّلل فَ َال تَد‬

"Dan sesungguhnya masjid-masjid Allāh itu hanyalah milik Allāh Subhānahu wa


Ta'āla dan janganlah kalian berdoa kepada selain Allah atau menyekutukan-Nya
di dalamnya." (QS. Al-Jin : 18).

Maksud dari ayat ini yaitu dengan menyerahkan atau berdoa dengan
membersamai sekutu-sekutu Allāh Subhānahu wa Ta'āla (berdoa tidak hanya
kepada Allāh, namun juga berdoa kepada selain Allāh) ini yang dimaksud dengan
menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:

َ َ ‫َو َما أُم ُروا إ َال ل َيعبُدُوا ٱ‬


‫ّلل ُمخلصينَ َلهُ ٱلدينَ ُحنَفَا َء‬

"Dan tidaklah kalian diperintahkan kecuali untuk menyembah Allāh (satu-


satunya) dan melakukan hal itu dengan ikhlas dan hati yang lurus (‫) َحنيف‬." (QS.
Al-Bayyinah : 5).

Tujuan diciptakan manusia yaitu untuk mentauhidkan Allāh Subhānahu wa


Ta'āla. Lalu Syaikh melanjutkan pembahasannya dengan menyebutkan salah satu
buah dari Tauhid. Yang mana hal tersebut berkaitan dengan pembahasan tentang

9
lapang dada. Dimana ketika seseorang mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
dan menyerahkan seluruh ibadah hanya untuk-Nya, tentu ada hal yang dia capai,
terutama hasil tersebut akan dia dapatkan dan dia rasakan langsung di dunia ini.

Yaitu apa? Mendapatkan rasa lapang dada.

Dan rasa lapang dada ini akan ia peroleh sesuai dengan apa yang ia lakukan dan
apa yang ia kerjakan di dunia ini. Dimana saat seseorang mentauhidkan Allāh
dengan sebenar-benarnya, maka Allāh akan memberikan rasa lapang dada yang
sesuai dengan Tauhidnya, yang sesuai dengan ikhlasnya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh berkata,

‫صاحبه‬
َ ‫صدر‬ ُ ‫سب َك َماله َوقُ َوته َوزيَادَته يَ ُكو ُن انش َرا‬
َ ‫ح‬ َ ‫ع َلى َح‬ َ ‫ظ ُم أَسبَاب شَرح ال‬
َ ‫ َو‬،ُ‫التَوحيد‬: ‫صدر‬ َ ‫فَأَع‬

"Sebab terbesar untuk mendapatkan kelapangan dada adalah


Tauhid. Sebagaimana kesempurnaan serta kekuatan dan besarnya Tauhid
seorang hamba, maka seperti itulah kelapangan dada akan diperoleh."

Imam Ibnul Qayyim di sini menjelaskan bahwa kelapangan dada seseorang


berkaitan erat dengan Tauhid. Jadi seberapa besar kita mentauhidkan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, maka sebesar itu pulalah kelapangan dada yang Allāh
berikan kepada kita.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:

‫ع َلى نُور من َربه‬


َ ‫صد َرهُ لْلس َالم فَ ُه َو‬ َ ‫أَفَ َمن ش ََر َح‬
َ ُ‫ّللا‬

"Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allāh Subhānahu wa


Ta'āla untuk menerima agama Islam, lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya
(sama dengan orang yang hatinya membatu?)" (QS. Az-Zumar : 22).

Dari ayat ini Allāh menjelaskan bahwa salah satu sebab untuk hidayah, yaitu
untuk menerima agama Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan kelapangan

10
dada. Kelapangan dada untuk menerima Islam itu berkaitan erat dengan Tauhid.
Berkaitan erat dengan bagaimana kita mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
memasrahkan semua hal kepada-Nya, meyakini bahwa apa-apa yang kita peroleh,
apa-apa yang menimpa kita semua itu berasal dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Lalu Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-
An'ām: 125:

‫ضيقًا َح َر ًجا َكأَنَ َما‬ َ ‫صد َرهُ لْلس َالم َو َمن يُرد أَن يُض َلهُ يَج َعل‬
َ ُ‫صد َره‬ َ ‫ّللاُ أَن يَهديَهُ يَش َرح‬
َ ‫فَ َمن يُرد‬
‫س َماء‬
َ ‫صعَدُ في ال‬
َ َ‫ي‬

"Barangsiapa yang Allāh kehendaki baginya hidayah maka Allāh akan lapangkan
dadanya untuk menerima Islam dan barangsiapa yang Allāh kehendaki kesesatan
baginya, Allāh akan jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang
mendaki ke langit."

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa kelapangan dada untuk menerima agama
Islam itu merupakan hidayah serta taufik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang
mana harus kita usahakan dengan memperbaiki dan memperbagus semua amalan
kita, memperbaiki Tauhid kita, bagaimana kita mentauhidkan Allāh Subhānahu
wa Ta'āla dengan sebenar-benarnya tanpa menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta'āla di dalam semua hal.

Lalu di akhir bab Syaikh Abdurrazaq hafizhahullāhu menuliskan kesimpulan


yang bisa kita ambil setelah pemaparan ayat-ayat serta hadits-hadits di atas
adalah:

"Bahwasanya Tauhid dan Hidayah merupakan sebab terbesar untuk


mendapatkan kelapangan dada. Sedangkan kesyirikan dan kesesatan
merupakan sebab utama yang bisa menyempitkan dada kita. Dan
sesungguhnya hati yang berada di dada manusia ini, Allāh ciptakan hanya

11
untuk mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla jadi ini merupakan fitrah
manusia."

Fitrah manusia yang sesungguhnya adalah mentauhidkan Allāh Subhānahu wa


Ta'āla sehingga jika hati keluar dari tujuan penciptaannya, jika dada ini keluar
dari tujuan penciptaannya yaitu untuk mentauhidkan Allāh dan hati ini keluar
dengan mempersekutukan Allāh di dalam beribadah, maka hati ini akan
berguncang. Hati ini akan dirasuki dan dimasuki dengan perasaan sedih, rasa
cemas, rasa gundah, dan rasa galau dan hal-hal lain yang dapat mengotorinya
serta hal-hal yang dapat merusaknya. Dan itu semua berkaitan dengan jauhnya
kita dari Tauhid serta jauhnya kita dari mengikhlaskan agama ini kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Itulah yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq hafizhahullāhu di dalam pembahasan


sebab pertama untuk mendapatkan kelapangan dada yaitu Mentauhidkan Allāh,
Mengesakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, serta mengikhlaskan semua ibadah
(semua agama ini) hanya untuk-Nya. Dan di akhir kata, marilah kita bersama-
sama berdoa semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita hamba-Nya
yang terus menerus mentauhidkan Allāh, mengesakan Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, mengikhlaskan diri kita, mengikhlaskan semua amal ibadah kita hanya
untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sehingga dengan ini, dengan apa yang telah kita kerjakan, Allāh Subhānahu wa
Ta'āla menjadikan dada kita lapang dan memudahkan semua urusan kita. Karena
hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla sajalah yang dapat memudahkan serta
melancarkan semua urusan kita.

12
Bagian 4 Cahaya Keimanan Karunia Allah
Alhamdulillāh kita telah membahas salah satu sebab yang itu merupakan sebab
pertama untuk mendapatkan lapang dada yaitu Mentauhidkan Allāh -Subhānahu
wa Ta'āla- serta mengikhlaskan seluruh agama ini, mengikhlaskan amal ibadah
kita hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan InsyaAllāh pada kita kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan kita pada
sebab kedua untuk mendapatkan kelapangan dada. Syaikh Abdurrazaq
hafidzahullāhu menuliskan,

‫النور الذي يقذفه للا عز وجلى في قلب عبده‬: ‫السبب الثاني‬

Sebab kedua untuk mendapatkan kelapangan dada adalah Cahaya


keimanan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla karuniakan ke dalam hati
seorang hamba.

Bagaimana yang telah kita ketahui bahwa keimanan atau Iman merupakan
pembahasan yang sangat penting dan paling banyak dibicarakan oleh ulama kita,
bahkan banyak sekali kitab yang ditulis ulama yang mana dikhususkan untuk
membahas tentang Iman.

Di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan hakikat Iman


yaitu:

ُ ‫أَن تُؤمنَ باهلل َو َمالَئكَته َو ُكتُبه َو ُر‬: ‫اۡلي َمان‬


‫سله َواليَوم اآلخر َوتُؤمنَ بالقَدَر خَيره َوشَره‬

"Iman itu adalah beriman terhadap Allāh Subhānahu wa Ta'āla,


malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan beriman
kepada hari akhir serta beriman dengan adanya takdir baik dan takdir
buruk."

13
Para ulama telah berijma' (bersepakat) di dalam mengartikan keimanan ini.
Bahwa keimanan ini tidaklah sebatas keyakinan di dalam dada ataupun sebatas
apa yang kita lafadzkan yaitu berupa kalimat Tauhid;

‫سولُه‬ َ ‫أَش َهدُ أَن َال ِٕا َلهَ ا َِٕال‬


ُ ‫ّللاُ َوأَش َهدُ أَ َن ُم َح َمدًا عبده َو َر‬

Namun, termasuk Iman adalah amal ibadah yang dilakukan oleh


anggota badan kita, di mana para ulama mendefinisikan keimanan ini
sebagai,

‫ يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية‬،‫اعتقاد بالقلب وقول باللسان وعمل بالجوارح وهو يزيد وينقص‬

Iman itu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan (dua


kalimat syahadat), dan merealisasikannya dengan amalan ibadah yang
dilakukan oleh anggota tubuh.

Dan sifat iman ini adalah dia bisa bertambah dan bisa berkurang; bertambah
dengan ketaatan (melakukan ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla ) dan
berkurang ketika kita melakukan kemaksiatan. Itu lah definisi dari Iman yang
mana sudah disepakati oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jamā'ah.

Lalu di dalam bahasa Arab, kata Iman berasal dari kata Al-Amnu (‫ )األمن‬yang
(salah satu) artinya adalah rasa aman, di mana rasa aman adalah lawan dari rasa
takut. Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āa,

َ‫ع َل َم ُكم َما َلم تَ ُكونُوا تَع َل ُمون‬ َ َ ‫فَإن خفتُم فَر َج ًاال أَو ُرك َبا ًۭنًا ۖ فَإذَا أَمنتُم فَٱذ ُك ُروا ٱ‬
َ ‫ّلل َك َما‬

"Jika kamu takut ada bahaya, shalatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan.
Kemudian apabila kamu telah aman, maka ingatlah Allāh (shalatlah)
sebagaimana Allāh telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui."
(QS. Al-Baqarah : 239).

14
Dan ayat ini adalah syari'at shalat Khauf, dimana tata cara shalat ketika kita
sedang berperang atau sedang ada serangan dari musuh. Dan pada ayat ini
disebutkan kata-kata yang merupakan asal dari kata Iman artinya adalah rasa
aman, yang mana rasa aman itu lawan dari rasa takut. Sehingga dari sini bisa kita
ketahui bahwa keimanan secara bahasa saja menunjukkan bahwa keimanan itu
menimbulkan rasa aman, menimbulkan rasa lapang dada pada diri kita.

Lalu Syaikh Abdurrazaq memulai pembahasannya dengan menyebutkan salah


satu ayat di dalam surat Az-Zumar ayat 22, di mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman:

َ ‫صد َرهُۥ لْلس ٰ َلم فَ ُه َو‬


‫ع َل ٰى نُور من َربه‬ َ ُ‫أَفَ َمن ش ََر َح ٱ َّلل‬

"Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allāh Subhānahu wa


Ta'āla untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya,
(sama dengan orang yang hatinya membatu?)"

Di sini Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjelaskan bahwa lapang dada untuk


menerima Islam adalah berkat dari cahaya Iman yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berikan kepada hamba-Nya. Dan ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan
cahaya ini kepada seorang hamba, maka itu adalah keutamaan baginya. Syaikh
Abdurrazaq menjelaskan bahwa keutamaan ini didapatkan oleh seorang muslim
yang beruntung, di mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan cahaya ini
untuk orang-orang yang Allāh kehendaki.

Dan yang dimaksud dengan cahaya di ayat ini adalah cahaya Iman, karena dia
melapangkan dada dan meluaskan serta membahagiakan hati. Maka jika cahaya
ini hilang dari seorang hamba, maka dada kita akan merasa sempit, sesak. Oleh
karena itu, kelapangan hati seorang hamba sangat tergantung dari cahaya
keimanan ini. Imam Ibnu Rajab rahimahullāh berkata,

15
"Hati yang dimasuki cahaya Iman akan merasa lapang dan lega.
Karena lega dan lapangnya dada, maka ia akan mudah condong kepada
kebaikan, sehingga dia akan mudah melakukan kebaikan, tenang dengan
kebaikan yang dia lakukan, dan menerima kebaikan tersebut. Kalau dia
sudah menerima kebaikan lawannya adalah dia akan lari dari kebathilan
dan membenci kebathilan tersebut, membenci keburukan, serta tidak akan
menerimanya."

Dari sini bisa kita ketahui salah satu kelebihan, faedah, dan keutamaan saat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla memberikan kita cahaya Iman; yaitu mudahnya hati untuk
condong melakukan kebaikan dan lari dari melakukan kebathilan (kemaksiatan)
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maka sudah selayaknya bagi seorang hamba
untuk berambisi di dalam mendapatkan cahaya ini, berharap kepada Allāh agar
menjadikan kita atau termasuk dari orang yang Allāh muliakan dengan cahaya
Iman ini. Karena apa? Karena cahaya keimanan ini murni datangnya dari Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Di mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

‫سوقَ َوٱلعص َيانَ ۚ أُو َل ٰـئكَ هُ ُم‬


ُ ُ‫َب إ َلي ُك ُم ٱۡلي َم ٰـنَ َوزَ يَنَهُۥ فى قُلُوب ُكم َوك ََر َه إ َلي ُك ُم ٱل ُكف َر َوٱلف‬ َ َ ‫َو َل ٰـك َن ٱ‬
َ ‫ّلل َحب‬
ۚ
‫عليم َحكيم‬ َ ُ‫لرشدُونَ ۞ فَض ٗال منَ ٱ َّلل َونع َم ٗة َوٱ َّلل‬ َٰ ‫ٱ‬

"Tetapi Allāh menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan Iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan,
dan kedurhakaan. Mereka itu orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
sebagai karunia dan nikmat dari Allāh. Dan Allāh Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana." (QS. Al-Hujurāt: 7-8).

Kita mengetahui bahwa keimanan dan cahaya Iman ini murni datangnya dari
Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mana Allāh berikan kepada hamba-Nya yang
Dia kehendaki, maka sudah selayaknya bagi kita untuk terus meminta kepada

16
Allāh agar menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang beruntung yang
mendapatkan cahaya keimanan ini. Aamiin Yaa Rabbil'ālamīn.

Lalu Syaikh menyebutkan salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abdullāh ibni
Amr ibni Al-Ash, di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

‫ فاسأَلوا للاَ أن يُجددَ اۡليمانَ في قلوبكم‬،‫الثوب الخلق‬


ُ ‫إ َن اۡليمانَ ليَخ َل ُق في جوف أحدكم كما يَخ َل ُق‬

"Bahwasanya keimanan ini benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh


seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada
Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar memperbaharui keimanan di hati kalian."

(Hadits riwayat Ath-Thabrani 14/70, Al-Hakim dan Al-Daylami dalam Al-


Firdaus 387, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy).

Dari sini bisa kita ketahui bahwa keimanan itu bisa redup atau usang di dalam
tubuh kita. Lalu, mohonlah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, agar Allāh selalu
mengupgrade, selalu memperbaharui keimanan di dalam hati kita.

Berkata Imam Ahmad ibni Aslam At-Tusi rahimahullāh,

"Iman itu bersumber dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mana ia


berikan sebagai karunia untuk hamba-Nya yang ia kehendaki. Di mana
ketika Allāh meletakkan cahaya keimanan dihatinya, akan terang hati itu,
akan lapang dadanya, serta bertambah keimanannya."

Dan jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menerangi hati seorang hamba serta
menghiasinya dengan keimanan, maka itu akan membuatnya mencintai hal
tersebut dan hatinya akan mengimani keberadaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mengimani bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah satu-satunya Dzat yang


berhak untuk disembah, mengimani malaikat-malaikat yang ada di Arsy,
mengimani kitab-kitab Allāh, mengimani Rasul-rasul Allāh, dan ia akan

17
mengimani Surga dan Neraka seolah-olah ia melihat langsung hal tersebut. Dan
itu semua berkat karunia cahaya yang Allāh tanamkan di hatinya. Jika seseorang
tidak Allāh berikan cahaya berupa taufik ini, maka dia tidak akan beriman.
Karena keimanan itu murni datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan
insyaAllāh, kita termasuk orang-orang yang diberikan Allāh cahaya keimanan.

Syaikh menutup pembahasan ini dengan menyebutkan bahwa,

"Apabila hati ini sudah beriman dan lisan sudah memberikan


persaksian akan keimanan, maka anggota tubuh insyaAllāh secara
otomatis akan bekerja melaksanakan perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla
serta menjalankan semua konsekuensi dari keimanan".

Karena kita ketahui bahwa keimanan itu memiliki konsekuensi, memiliki


kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang hamba. Apabila kita
sudah beriman dengan lisan dan sudah memberikan kesaksian, maka insyaAllāh
kita akan menjalankan semua kewajiban ini, menjalankan semua konsekuensi
keimanan ini, serta melaksanakan semua hak-hak Allāh yang ada pada diri
seorang hamba dan menjauhi semua larangan-laranganNya. Dan melakukan ini
semua karena mengimani dan membenarkan apa yang sudah ada di hati ini berupa
Iman dan apa yang sudah diucapkan oleh lisan berupa kalimat syahadat. Dan
apabila seorang muslim merealisasikan semua ini maka dia dikatakan sebagai
orang yang beriman.

Dari sini bisa kita ketahui bahwa keimanan merupakan taufik, merupakan
anugerah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang ia berikan hanya kepada hamba-
hamba-Nya yang dicintai dan dikehendaki. Sehingga menjadi hal yang
diharuskan bagi seorang muslim untuk meminta kepada Allāh, agar Allāh
memperbaharui kualitas keimanan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan
insyaAllāh dengan kita selalu meminta kepada Allāh, Allāh akan mengabulkan
doa-doa kita.

18
Bagian 5 Kembali Kepada Allāh Dan Bertaubat
InsyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan kita
mengenai Sepuluh sebab untuk meraih rasa lapang dada yang diambil dari kitab
yang berjudul ‫ عشرة أسباب النشراح الصدر‬yang mana ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq
bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahumāllāhu ta'āla.

Pada pembahasan kali ini insyaAllāh kita akan melanjutkan sebab keempat yaitu:

‫اۡلنابة إلى للا وحسن اۡلقبال عليه‬: ‫السبب الرابع‬

Kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yaitu bertaubat kepada-Nya dan


menghadap kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan sebaik-baik keadaan.

Kita ketahui bersama bahwa termasuk sebab dari lapang dada adalah kembali
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, menghadap kepadanya dengan sebaik-baik
keadaan serta menikmati momentum ibadah kita kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Yang mana hal ini merupakan salah satu kekhususan umat Islam yaitu
bertaubat kepada Allāh, menikmati ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla
yang mana ibadah kepada Allāh ini bisa menjadi penyejuk jiwa dan istirahatnya
anggota badan kita.

Sejatinya ketaatan dan ibadah bagi seorang muslim adalah pelepas lelah bagi hati
dan merupakan istirahat bagi jiwa serta merupakan sesuatu yang enak dipandang
oleh mata kita. Ketika melaksanakan umrah kita akan merasakan kenikmatan,
kita akan merasakan euforia, merasakan kebahagiaan dan dada kita akan merasa
lapang. Ketika kita khusyuk melaksanakan shalat maka pikiran kita fresh,
insyaAllāh dengan kita rajin melaksanakan shalat, rajin berdoa dan rajin bertaubat
kepada Allāh, Allāh akan memudahkan semua urusan kita.

19
Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh berkata,

"Kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla serta mencintai dan


menghadap kepadanya dengan sepenuh hati lalu diikuti dengan menikmati
ibadah kepadanya maka tidak ada yang lebih melapangkan dada seorang
hamba dari hal tersebut."

Beliau di sini memberikan taukid (penekanan) bahwa kembali kepada Allāh serta
menghadap kepada-Nya dan menikmati beribadah kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla adalah hal yang paling melapangkan dada seorang muslim.

Bahkan terkadang Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh berkata,

"Jika kehidupanku di Surga seperti keadaan ini maka aku benar-


benar berada di dalam kehidupan yang paling baik." Yaitu kehidupan
ketika menikmati ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mana
menikmati ibadah kepada Allāh merupakan salah satu sebab untuk
mendapatkan kelapangan dada.

Contoh yang paling mudah yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq di dalam
Kitabnya ini adalah melaksanakan Shalat. Betapa banyak di dalamnya yang dapat
menyejukkan mata serta mengistirahatkan pikiran dan menenangkan hati seorang
mukmin.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepada sahabat Bilal


(muadzin Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ). Hadits dari Abu Dawud di
mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

َ ‫قُم يا بالل فَأرحنا بال‬


‫صالة‬

"Berdirilah wahai Bilal dan istirahatkan kami dengan shalat."

20
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan Bilal untuk melakukan
adzan, yang mana adzan merupakan panggilan untuk melaksanakan shalat. Di
sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan bahwa shalat
merupakan istirahat bagi seorang mukmin.

Shalat adalah cooldown, shalat adalah aktifitas yang dapat merefresh pikiran kita,
aktifitas yang dapat melepaskan semua kepenatan kita, jika kita khusyuk di dalam
melaksanakan ibadah ini.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga bersabda di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam An-Nassā'i,

‫قرة عيني في الصالة‬


َ ‫و ُجعلت‬

"Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjadikan penyejuk mataku pada shalat."

Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan salah satu


keutamaan lain dari melaksanakan shalat yaitu sebagai penyejuk mata.

Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāh mengakhiri pembahasan sebab keempat ini


dengan menyebutkan perkataan Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh yang
menjelaskan keseharian ibadah seorang muslim yang bertakwa.

Imam Ibnul Qayyim berkata,

"Saat seseorang yang bertakwa terbangun dari tidurnya yang


terbesit pertama kali adalah berwudhu dan bergegas melaksanakan shalat
sebagaimana yang telah Allāh _Subhānahu wa Ta'āla perintahkan.
Setelah ia melaksanakan shalat pada waktunya (melaksanakan shalat
shubuh pada waktunya) ia menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an
dan berdzikir yaitu berdzikir pagi hingga terbit matahari lalu ia
melaksanakan shalat dhuha."_

21
Yang mana keutamaannya kita ketahui jika seorang melaksanakan shalat shubuh
lalu mengisi waktu dengan beribadah (dzikir atau membaca Al-Qur'an) hingga
terbit matahari lalu melaksanakan shalat dua raka’at maka pahalanya bagaikan
umrah.

Kemudian ia pergi untuk mencari rezeki lalu ketika datang shalat dhuhur ia
bersegera bersuci dan mendapatkan shaf pertama di masjid lalu ia melaksanakan
shalat dhuhur sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla perintahkan dengan
menyempurnakan syarat-syaratnya dan menjalankan rukun-rukunnya, juga
melaksanakan sunnah shalat dan memenuhi hak-hak bathinnya dari rasa khusyuk
serta merasa diawasi.

Jadi syarat agar shalat ini menjadi salah satu qurratu 'ayun atau penyejuk mata
adalah rasa khusyuk serta merasa diawasi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, serta
menghadirkan diri seolah-olah berada di depan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Setelah menyelesaikan shalat dan hati, badan dan keadaannya terdapat bekas dan
pengaruh yang tampak jelas pada lisan serta anggota tubuhnya kalau ia sudah
melakukan shalat.

Lalu ia mendapatkan buah dari shalat ini yaitu rasa condong kepada alam akhirat
serta mencukupkan diri dari perkara duniawi yang mana perkara duniawi ini
menipu. Dan hamba tersebut mengurangi dari terlalu berlebihan di dalam urusan
dunia serta semangat untuk mendapatkan dunia ini.

Dan shalat seorang mukmin mencegah dari melakukan perbuatan yang tercela
dan mungkar yang mana shalat juga membuahkan keinginan atau menumbuhkan
rasa keinginan seorang hamba untuk berjumpa dengan Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, seorang hamba akan rindu untuk berjumpa dengan Rabb-Nya. Serta
membuat hamba tersebut lari dari semua hal yang dapat memisahkan dirinya dari
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

22
Di sini Imam Ibnul Qayyim menjelaskan beberapa keutamaan dan aktifitas
seorang hamba mukmin yang mana ketika dia khusyuk ketika shalat akan
menumbuhkan keimanan, menumbuhkan rasa ingin berjumpa dengan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang
khusyuk di dalam melaksanakan shalat. Sehingga membuat kita semakin rindu
berjumpa dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, rindu dengan Surga dan
menumbuhkan rasa tenang di dalam jiwa kita dan menumbuhkan lapang dada di
dalam dada kita. Aamiin Yā Rabbil'ālamīn.

23
Bagian 6 Menuntut Ilmu Yang Bermanfaat
InsyaAllāh kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan kita mengenai Sepuluh
sebab yang akan mendatangkan dada pada seorang muslim, yang mana Kitab ini
ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullāh. Dan
insyaAllāh kali ini kita akan melanjutkan sebab ketiga untuk mendapatkan
kelapangan dada yaitu Menuntut ilmu yang bermanfaat.

Syari'at Islam turun pertama kali kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa
sallam, hal pertama yang Allāh firmankan kepada Nabi-Nya adalah,

َ‫ٱق َرأ بٱسم َربكَ ٱ َلذى َخ َلق‬

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan." (QS. Al-Alaq:


1).

Pada ayat ini Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan Nabi Muhammad


shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk membaca Al-Qur'an yang mana membaca
adalah salah satu pintu ilmu, salah satu pintu untuk mendapatkan ilmu. Ini
menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah hal esensial (hal yang sangat penting)
di dalam agama Islam. Lalu apakah ilmu yang bermanfaat, yang Allāh
perintahkan kepada umat ini untuk mempelajarinya?

Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah rahimahullāh mengatakan di dalam Majmu Al-


Fatawa,

"Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam."

Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam tetapi berkaitan dengan urusan duniawi. Seperti ilmu kedokteran, ilmu

24
hitung, ilmu pertanian dan ilmu perdagangan. Di sini Syaikhul Islam ibnu
Taimiyyah mengartikan atau mendefinisikan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu
yang bersumber dari Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Lalu Imam Ibnu Rajab rahimahullāh menambahkan penjelasan mengenai definisi


ilmu yang bermanfaat di dalam Kitab Fadhlu Ilmi As-Salaf 'Ala Al-Khalaf.
Beliau berkata,

"Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur'ān, penjelasan


makna-makna hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dan pembahasan
tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Sahabat,
Tabi'in, Tabiut Tabi'in yaitu ilmu Fiqih dan diriwayatkan juga dari Imam
terkemuka yang mengikuti jejak mereka."

Setelah kita mengetahui bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
bersumber dari Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan ilmu yang
mengkaji Al-Qur'ān maupun As-Sunnah maupun ilmu yang mempelajari hukum-
hukum yang berkaitan dengan ibadah seorang muslim.

Maka harus kita ketahui juga bahwa hukum menuntut ilmu bagi seorang muslim
adalah wajib. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam sebuah
hadits,

‫ب العلم فَريضة ع َلى كل ُمسلم‬


ُ ‫ط َل‬

"Menuntut ilmu wajib hukumnya atas setiap muslim."

Di dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan tegas


menyatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim baik laki-laki
maupun perempuan, dan tidak untuk sebagian muslim saja.

Karena apa? Menuntut ilmu itu menjadi wajib hukumnya karena ketika kita
berbicara mengenai ibadah yang Allāh wajibkan kepada kita baik, itu shalat,

25
zakat, syiam (berpuasa). ketika kita ingin beribadah dengan benar, sesuai
tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, tentu kita harus mempelajari
dari sumber-sumber yang shahīh dan kita harus mempelajari tata caranya. Dan
inilah yang dimaksud dengan menuntut ilmu, sehingga menuntut ilmu syar'i
adalah wajib karena itu adalah wasilah agar kita bisa melaksanakan ibadah wajib
yang Allāh wajibkan kepada kita semua.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman di dalam Al-Qur'ān,

‫َوقُل َرب زدنى عل ًًۭما‬

"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha: 114).

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullāh berkata mengenai ayat ini (QS.
Thaha: 114),

ayat ini mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu karena
sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidaklah memerintahkan Nabi
Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu
kecuali tambahan ilmu. Jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak meminta Nabi
Muhammad untuk berdoa untuk ditambahkan harta maupun hal-hal yang bersifat
duniawi. Namun Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam untuk berdoa agar Allāh Subhānahu wa Ta'āla menambahkan
ilmu kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Adapun yang dimaksud dengan ilmu di sini (‫ ) َوقُل َرب زدنى عل ًًۭما‬adalah ilmu syar'i
bukan ilmu yang berkaitan dengan ilmu duniawi.

Lalu Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman,

َ ‫َو َما َكانَ ٱل ُمؤمنُونَ ليَنف ُروا كَافَ ًۭةً ۚ فَ َلو َال نَف ََر من ُكل فرقَة من ُهم‬
‫طائف ًَۭة ليَتَفَقَ ُهوا فى ٱلدين َوليُنذ ُروا قَو َم ُهم‬
َ‫إذَا َر َجعُوا إ َليهم َلعَ َل ُهم يَحذَ ُرون‬

26
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin semuanya pergi ke medan perang.
Mengapa sebagian dari mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
ilmu agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah:
122).

Di sini Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan kepada sebagian umat Islam


untuk mendalami ilmu agama Islam sehingga dia dapat mengingatkan kaumnya,
memberikan peringatan kepada kaumnya jika kaumnya sedang terjebak di dalam
jurang kesesatan maupun kebodohan.

Lalu apa kaitan antara menuntut ilmu dengan kelapangan dada?

Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāh menuturkan semakin banyak seorang hamba


memperoleh ilmu syar'i yang bersumber dari Al-Qur'ān maupun As-Sunnah,
maka semakin bertambah pula kadar kelapangan dadanya dan membaik pula
keadaan dirinya. Karena pada prinsipnya ilmu syar'i meninggikan derajat seorang
hamba, membahagiakannya serta merupakan sebab kesuksesannya di dunia serta
di akhirat.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman,

‫َيرفَع ٱ َّللُ ٱ َلذينَ َءا َمنُوا من ُكم َوٱ َلذينَ أُوتُوا ٱلعل َم دَ َر َج ٰـت‬

"Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman


di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS.
Mujadilah: 11).

Bersama semua itu, menuntut ilmu adalah Surga bagi penuntutnya di dalamnya
terdapat taman yang penuh dengan bunga yang bisa kita petik dengan mudahnya.

27
Oleh karena itu bisa kita jumpai juga sebagian ulama menamai karya mereka di
bidang ilmu syar'i dengan apa yang mereka yakini menjadi salah satu sifat dari
ilmu syar'i ini.

Contohnya ada ulama yang menulis kitab dengan judul Raudhatul Uqala yang
artinya adalah taman-taman pakar ilmu karena meyakini bahwa ilmu syar'i ini
adalah taman-taman yang menyejukkan. Lalu ada juga kitab yang bernama
Bustanul 'Arifin (kebun orang-orang yang berilmu) ada juga kitab yang sangat
terkenal dengan nama Riyadhush Shalihin (taman-taman orang Shalih) karena
hakikat ilmu adalah menggembirakan, hakikat ilmu adalah menentramkan
sebagaimana atau selayaknya sebuah taman dan lain sebagainya, dari nama-nama
yang menunjukkan akan makna yang diyakini seorang penuntut ilmu terhadap
ilmu.

Maka menuntut ilmu adalah sebuah keutamaan yang besar terlebih di zaman
seperti saat ini di mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menakdirkan kita hidup di
zaman yang penuh fitnah, penuh dengan hal-hal yang melalaikan. Sehingga orang
yang diberikan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kesempatan untuk menuntut ilmu
syar'i maka itu adalah keutamaan yang sangat agung.

Sehingga apa yang bisa kita lakukan, apa yang bisa kita kerjakan untuk
mensyukuri nikmat ini adalah dengan terus berdoa dan berusaha bersemangat dan
tidak putus asa di dalam menuntut ilmu ini. Konsisten di dalam mempelajari ilmu
syar'i tidak pernah terputus dari mempelajari ilmu syar'i.

Baik itu hanya mempelajari satu kata dalam bahasa Àrab maupun mempelajari
suatu hukum setiap harinya, itu adalah sebuah tanda bahwa kita mensyukuri
nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla ini. Lalu Syaikh menutup pembahasan ini
dengan salah satu hadits yang menunjukkan keutamaan ilmu.

28
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

َ ُ‫ّللاُ َله‬
‫طريقًا إ َلى ال َجنَة‬ َ ‫س َه َل‬ َ َ‫س َلك‬
ُ ‫طريقًا يَلتَم‬
َ ‫س فيه عل ًما‬ َ ‫َمن‬

"Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allāh akan mudahkan
baginya jalan untuk menuju Surga."

(Hadīts shahīh riwayat At-Tirmidzi no.2646).

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang
mendapatkan Surga-Nya di akhirat kelak, dan menjadikan menuntut ilmu kita ini
sebagai salah satu wasilah untuk mempermudah menggapai Surga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

29
Bagian 7 Konsisten Dalam Berzikir
Alhamdulillāh kita masih diberi kesempatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
untuk melanjutkan pembahasan kita pada Kitab ‫ عشرة أسباب النشراح الصدر‬yaitu
"Sepuluh sebab yang mendatangkan lapang dada", di mana Kitab kecil ini ditulis
oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahumāllāhu.

InsyaAllāh pada kesempatan kali ini kita melanjutkan pada sebab kelima yaitu
Konsisten di dalam mengingat atau berdzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Telah kita ketahui bersama bahwa berdzikir adalah amalan yang sangat agung
yang mana ibadah ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan seorang muslim.
Ketika seseorang bangun dari tidur maka yang dilakukan adalah berdoa dan doa
adalah salah satu bentuk dzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menyebutkan berbagai macam
dzikir dan doa yang bisa dipraktikkan seorang muslim di dalam kesehariannya.
Dan doa atau dzikir adalah salah satu ibadah yang mudah untuk dilakukan namun
ganjarannya sangat besar di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

َ‫سبحان‬ َ َ‫سب َحان‬


ُ ، ‫ّللا َوب َحمده‬ َ ‫ َحبي َبتَان إ َلى‬،‫ ثَقي َلتَان في الميزَ ان‬،‫سان‬
ُ : ‫الرح َمن‬ َ ‫ع َلى الل‬
َ ‫كَل َمتَان خَفيفَتَان‬
َ
‫ّللا ال َعظيم‬

"Ada dua kalimat yang ringan di lisan namun berat ditimbangan (pada hari akhir)
َ َ‫سب َحان‬
dan disukai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yaitu ‫ّللا َوب َحمده‬ ُ (Maha Suci
َ َ‫سبحان‬
Allāh dan Segala puji bagi-Nya) dan ‫ّللا العَظيم‬ ُ (Maha Suci Allāh Yang Maha
Agung)." (Hadits riwayat Imam Al-Bukhāri dan Imam Muslim).

Dua kalimat yang berada di dalam hadits merupakan contoh berdzikir kepada
Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mana walaupun keduanya sangat mudah kita

30
amalkan, hanya menggunakan lisan, namun di mata Allāh memiliki ganjaran
yang sangat besar. Dan saat seorang hamba konsisten di dalam mengingat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, maka itu merupakan salah satu sebab terbesar untuk meraih
ketenangan hati, meraih kelapangan jiwa, dan untuk menghilangkan rasa sedih
dan galau dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Yang mana ketika kita didatangi atau menghadapi sebuah kegalauan atau
kesedihan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah berdzikir atau
mengingatkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam surat Ar-Ra'd ayat 28:

ُ ‫ّلل أَ َال بذكر ٱ َّلل تَط َمئن ٱلقُ ُل‬


‫وب‬ ‫ٱ َلذينَ َءا َمنُوا َوتَط َمئن قُلُوبُ ُهم بذكر ٱ َ ه‬

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allāh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allāh, hati menjadi tenteram."

Dari ayat ini sudah jelas bahwa salah satu keutamaan berdzikir adalah membuat
nyaman hati dan menentramkan jiwa seorang mukmin. Dan sudah sepantasnya
bagi seorang hamba untuk perhatian terhadap dirinya sendiri dengan
memperbanyak dzikir atau mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla di semua
keadaan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ً ‫سب ُحوهُ بُك َر ٗة َوأَص‬


‫يال‬ َ َ ‫ٰ َيأَي َها ٱ َلذينَ َءا َمنُوا ٱذ ُك ُروا ٱ‬
َ ‫ّلل ذك ٗرا كَث ٗيرا ۞ َو‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allāh dengan mengingat


(nama-Nya) sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi
dan petang." (QS. Al-Ahzāb: 41-42).

Lalu lawan mengingat berdzikir kepada Allāh adalah lalai di dalam mengingat
Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mana di dalamnya adalah sebuah kegelapan

31
yang menghinggapi hati dan merupakan keburukan yang ada di dalam dada. Dan
inilah yang menyebabkan kemurungan, serta kemalasan, dan rasa sedih di dalam
menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

‫َمثَ ُل ا َلذي يَذ ُك ُر َربَهُ َوا َلذي الَ يَذ ُك ُر َمثَ ُل ال َحى َوال َميت‬

"Perumpamaan orang yang mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan orang


yang tidak mengingat Allāh, sebagaimana orang yang hidup dan mati." (Hadits
shahih riwayat Al-Bukhāri 6407).

Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan permisalan bahwa


orang yang lalai di dalam mengingat Allāh sebagaimana orang yang mati, tidak
ada kehidupan di dalam hatinya (dirinya). Dari sini bisa kita ketahui bahwa
berdzikir adalah penyejuk mata bagi orang yang melakukannya, serta
membuahkan rasa istirahat dalam pikiran, dan memiliki ganjaran atau pahala
yang sangat besar dan berlipat di mata Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun lalai di dalam berdzikir maka akan berimbas buruk pada kehidupan kita,
berimbas buruk pada dada kita, serta akan menimbulkan rasa sedih dan galau
yang sangat mendalam. Imam Ibnul Qayyim pernah memperinci di dalam
pendahuluan kitabnya Al-Wābil As-Sayyib perihal manfaat dzikir kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, dan beliau menyebutkan bahwasanya berdzikir memiliki
seratus keutamaan lalu merinci 70 faedah darinya.

Dzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah sebaik-baik kesibukan yang


dapat mengisi waktu kosong kita, dan itu merupakan sebaik-baik hal yang mana
nafas kita, kita keluarkan untuknya dan dengannya hati seorang mukmin menjadi
tenang, jiwa seorang mukmin menjadi damai, serta menguatkan keyakinan, serta
menambah keimanan seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

32
Lalu berdzikir kepada Allāh merupakan tanda kebahagiaan serta merupakan jalan
kesuksesan bagi seorang hamba di dunia maupun di akhirat. Dan tolak ukur dari
ketenangan hidup di dunia ini adalah menjalani dzikir kepada kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Dzikir merupakan ruh hati dan sumber kehidupan bagi hati, serta kebaikan-
kebaikan yang akan dia peroleh di dunia dan di akhirat itu tidak dapat dihitung
jumlahnya kecuali oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,

َ ‫سبح ب َحمد َربكَ َو ُكن منَ ٱل‬


َ‫س ٰـجدين‬ َ ‫َو َلقَد نَع َل ُم أَنَكَ يَضي ُق‬
َ َ‫صد ُركَ ب َما يَقُولُونَ ۞ ف‬

"Dan sungguh kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa
yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-Mu dan jadilah
engkau di antara orang-orang yang bersujud atau orang-orang yang shalat." (QS.
Al-Hijr; 97-98).

Di sini Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan solusi karena kita ketahui


bersama bahwa ketika di awal dakwah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa
sallam menghadapi banyak cobaan, cacian, dan makian dari orang-orang
jahiliyyah Mekkah.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan solusi yaitu dengan


memperbanyak tasbih dan memuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yaitu dengan
berdzikir. Dan Syaikh As-Sa'di rahimahullāh di dalam tafsirnya berkata,
"Perbanyaklah berdzikir kepada Allāh, dan bertasbih kepadanya, serta
memujinya, serta laksanakanlah shalat".

Maka semua itu akan meluaskan dada, dan melapangkannya, dan akan membantu
seorang mukmin untuk menjalankan semua pekerjaan. Dari sini bisa kita ketahui
bahwa berdzikir merupakan salah satu sebab dimudahkannya urusan kita semua.
Itulah yang bisa kita sampaikan dari pembahasan salah satu sebab untuk

33
mendapatkan kelapangan dada yaitu memperbanyak dzikir kepada Allāh atau
memperbanyak mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang ini merupakan
sebab kelima.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang
senantiasa berdzikir (mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla ).

34
Bagian 8 Berbuat Baik Kepada Hamba-Hamba Allah
Alhamdulillāh kali ini, insyaAllāh kita akan melanjutkan pembahasan kita
mengenai "Sepuluh sebab yang mendatangkan lapang dada". Dan Alhamdulillāh
kita masuk pada sebab ke-6 yaitu: Berbuat baik kepada hamba-hamba Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Berbuat baik kepada hamba-hamba Allāh atau berbuat baik kepada makhluk itu
mencakup makhluk yang berakal maupun makhluk tidak berakal, baik itu muslim
maupun non muslim.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ۚ
َ َ ‫َوأَحسنُوا إ َن ٱ‬
َ‫ّلل يُحب ٱل ُمحسنين‬

"Dan berbuat baiklah! Sungguh, Allāh menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Baqarah: 195).

Di sini Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan kita untuk melakukan


perbuatan baik kepada makhluk dan ayat ini umum mencakup berbuat baik
kepada makhluk, baik yang berakal maupun tidak berakal, baik muslim maupun
non muslim. Berbuat baik kepada makhluk berbagai macam caranya baik
membantu secara fisik maupun secara maknawi. Baik dengan jabatan maupun
dengan harta, bisa juga dengan cara kita musyawarah, diskusi, dan lain-lain.

Saat kita tidak mampu memberikan bantuan berupa harta, untuk membantu
memudahkan urusan orang lain maka bisa kita dengan mengajak diskusi atau
mengajak musyawarah orang yang sedang mengalami kesulitan. Dan saat
seorang hamba berbuat baik kepada hamba Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka
Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memberikan ganjaran kepada hamba tersebut
berupa kelapangan dada dan kemudahan di dalam urusannya.

35
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

َ ‫ َو َمن يَس ََر‬, ‫عنهُ ُكربَةً من ُك َرب يَوم اَلقيَا َمة‬


‫ع َلى‬ ََ ‫س‬
َ ُ‫ّللا‬ َ َ‫نَف‬, ‫عن ُمؤمن ُكربَةً من ُك َرب اَلدنيَا‬ َ َ‫َمن نَف‬
َ ‫س‬
‫عون‬ َ َ ‫ َو‬, ‫ّللاُ في اَلدنيَا َواآلخ َرة‬
َ ‫ّللاُ في‬ َ َ ُ‫ست ََره‬ َ ‫ َو َمن‬, ‫ع َليه في اَلدنيَا َواآلخ َرة‬
َ , ‫ست ََر ُمسل ًما‬ َ َ ‫يَس ََر‬, ‫ُمعسر‬
َ ُ‫ّللا‬
‫عون أَخيه‬
َ ‫اَلعَبد َما َكانَ اَلعَبدُ في‬

"Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari
kesulitannya di dunia, niscaya Allāh akan menghilangkan darinya satu kesulitan
pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan
(kesusahan di dalam hutangnya) niscaya Allāh akan meringankan baginya
urusannya di dunia dan di akhirat."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melanjutkan haditsnya, "Barangsiapa


menutupi aib seorang muslim, niscaya Allāh akan menutupi aibnya di dunia dan
di akhirat. Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa menolong hambanya
selama hamba tersebut mau menolong saudaranya." (Hadits shahih riwayat
Muslim no. 2699).

Memberikan manfaat untuk manusia dan menolong mereka serta memenuhi


kebutuhan-kebutuhan mereka termasuk salah satu sebab paling utama untuk
mendapatkan kelapangan dada. Adapun orang yang pelit di dalam berbuat
kebaikan, kikir di dalam memberikan hartanya kepada orang lain, maka hal
tersebut merupakan salah satu faktor sempitnya dada manusia. Dan ia akan
banyak merasakan kesedihan maupun kegalauan serta kesusahan di dalam
hidupnya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda di dalam hadits yang


diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhāri dan Imam Muslim, yaitu sebuah permisalan
yang cukup jelas. Beliau bersabda,

36
َ‫ فَأ َ َما ال ُمنف ُق فَال‬،‫ من ثَديَيه َما إ َلى ت ََراقيه َما‬،‫ع َليه َما ُجبَتَان من َحديد‬
َ ‫َمثَ ُل البَخيل َوال ُمنفق َك َمثَل َر ُج َلين‬
‫ َوأَ َما البَخي ُل فَالَ يُريدُ أن يُنف ُق شيئا‬،ُ‫ع َلى جلده َحتَى تُج َن بَنَانَهُ َوتَعفُ َو أَثَ َره‬
َ ‫يُنف ُق إالَ سبغت أو وفرت‬
‫ فَه َو يُوسعُ َها فَالَ تَتَس ُع‬،‫إالَ َلز َمت ُكل َحلقَة َمكان َها‬

"Perumpamaan orang yang bakhil (pelit dalam bersedekah) dengan al-munfiq


(orang yang suka berinfak) sebagaimana keadaan dua orang yang masing-masing
mengenakan baju jubah terbuat dari besi (baju perang, biasanya) yang hanya
menutup buah dada hingga tulang selangka keduanya.

Adapun orang yang suka beringfak, tidaklah dia berinfak melainkan bajunya akan
melonggar atau menjauh dari kulitnya hingga akhirnya menutupi seluruh
badannya sampai kepada kedua ujung kakinya. Sedangkan orang yang bakhil
setiap kali dia tidak mau berinfak dengan sesuatu apapun maka baju besinya akan
menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya dan ketika dia
mencoba untuk melonggarkan baju tersebut maka ia tidak dapat melakukannya."

Permisalan pada hadits ini adalah permisalan yang jelas, di mana


menggambarkan keutamaan orang yang rajin bersedekah dan bagaimana
keadaan orang yang pelit/bakhil di dalam mengeluarkan hartanya. Yang mana
orang yang rajin dalam bersedekah, maka Allāh akan memberikan banyak
kelapangan ke dalam dirinya.

Adapun orang pelit dan kikir di dalam mengeluarkan hartanya di dalam menolong
saudaranya, maka Allāh akan timpakan kepadanya banyak kesusahan, kesedihan,
dan kesempitan. Di dalam hadits ini terdapat permisalan yang cukup jelas bahwa
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, "Bahkan menutupi ujung-
ujung jemarinya bahwa keadaan seorang mukmin yang rajin bersedekah, maka
sedekahnya itu akan menghapus jejak kakinya ketika berjalan", maksudnya
sedekah itu akan menghapus dosa-dosanya.

37
Dan inilah makna sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Dan menghapus
jejaknya". Jadi, sangking panjangnya baju yang dia pakai dipermisalan ini, maka
itu dapat menghapus jejak kakinya. Ini adalah sebuah permisalan bahwa sedekah
seorang hamba dapat menyebabkan terhapus dosa-dosanya.

Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāh menutup sebab keenam ini dengan


memberikan kesimpulan permisalan di atas adalah permisalan yang sangat jelas
yang menjelaskan pengaruh sedekah dan pelit di dalam melakukannya terhadap
keadaan seorang hamba dan agamanya. Ringan tangan di dalam memberi,
berinfak semampu kita, dan berbuat baik merupakan sebab keluasan di dalam
harta serta tenang di hati dan pikiran. Dan juga merupakan sebab terhapusnya
dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba.

Adapun orang yang kikir, pelit di dalam melakukan kebaikan maka keadaannya
adalah kebalikan dari semua hal di atas. Setiap kali ia ingin bersedekah, jiwanya
menjadi sempit dan dìa akan merasakan keberatan di dalam mengeluarkan
hartanya. Maka orang tersebut akan mendapati kehidupannya menjadi susah serta
sempit, dadanya tergantung kadar pelit dan jauhnya ia dari kebaikan.

Inilah sebab keenam dari sepuluh sebab yang mendatangkan kelapangan dada.

38
Bagian 9 Sikap Berani
Alhamdulillāh kita masih dapat melanjutkan pembahasan kita mengenai
"Sepuluh Sebab untuk Mendapatkan Kelapangan Dada", yang mana kitab kecil
ini ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahumāllāhu
ta'āla.

Dan kita telah sampai ke pembahasan sebab ketujuh untuk mendapatkan


kelapangan dada yang mana Syaikh Abdurrazaq menuliskan bahwa sebab ketujuh
َ ‫ )ال‬Sikap berani atau Keberanian.
adalah Asy-Syajā'ah (‫ش َجاعة‬

Sikap berani di dalam kehidupan ini memiliki dampak yang sangat jelas di dalam
mendapatkan kenyamanan jiwa serta ketenangan hati. Dan ini bertolak belakang
dengan sikap pengecut, sikap yang akan membawa pemiliknya kesusahan hidup.
Dan bersikap pengecut, rasa takut, lemah, serta was-was memikirkan hal-hal yang
faktanya tidak terjadi di kehidupan ini merupakan sesuatu yang dapat merusak
hati kita serta menyebabkan sempitnya hati.

Sikap berani atau keberanian merupakan salah satu bukti dari kuatnya keimanan
serta baiknya hubungan seorang hamba dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka setiap kali bertambah keimanan seseorang dan bertambah kuat
hubungannya dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka bertambah pula kadar
keberanian dan menjadi kuat pula hatinya.

Yang mana hal tersebut akan membawa pemiliknya serta pelakunya kepada
kebahagiaan serta kelapangan dada, yang mana ini merupakan tujuan seorang
muslim yaitu mendapatkan kebahagiaan dan kelapangan dada, baik di dunia
maupun di akhirat.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam Al-Qur'an di dalam surat Āli-


Imrān ayat 175,

39
َ‫ف أَوليَا َءهُۥ فَ َال تَخَافُوهُم َوخَافُون إن ُكنتُم مؤمنين‬ َ ٰ ‫شي‬
ُ ‫ط ُن يُخَو‬ َ ‫إنَ َما ٰذَل ُك ُم ٱل‬

"Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan


teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku jika kamu orang-orang yang beriman."

Dan telah datang hadits shahih dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
bahwasanya beliau memperbanyak meminta perlindungan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla dari rasa pengecut dan rasa pelit. Di mana keduanya jika
berkumpul di dalam hati maka akan mengakibatkan rasa sempit, berat, serta
susahnya menjalani kehidupan. Dan kedua hal tersebut merupakan akibat yang
fatal.

Di antara bentuk keberanian adalah berani di dalam mengingkari serta menolak


kemungkaran. Dan termasuk juga keberanian; di dalam mengingatkan orang lain
saat orang tersebut lalai, ataupun keberanian di dalam mengingatkan orang lain
melakukan sebuah ketaatan atau meninggalkan kemaksiatan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam Al-Qur'an:

َ‫َوذَكر فَإ َن ٱلذك َر ٰى تَنفَ ُع ٱل ُمؤمنين‬

"Dan teruslah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu


bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Adz-Dzāriyāt: 55).

Ibnu Katsir rahimahullāh mengatakan,

"Sesungguhnya peringatan atau nasihat itu akan bermanfaat bagi


hati yang beriman."

Syaikh Abdurrahman As-Sa'di rahimahullāh mengatakan,

"Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberitakan bahwa peringatan


tersebut akan bermanfaat bagi orang yang beriman karena pada diri

40
mereka terdapat keimanan, rasa takut, taubat, serta mengikuti ridha Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, yang semua itu mengharuskan peringatan tersebut
bermanfaat baginya".

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

‫فَذَكر إن نَفَ َعت ٱلذك َر ٰى ۞ َسيَذَ َك ُر َمن يَخش َٰى ۞ َويَتَ َجنَبُ َها ٱألَشقَى‬

"Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang-orang
yang takut kepada Allāh akan mendapatkan pelajaran, orang-orang yang kafir dan
celaka maka dia akan menjauhi nasihat tersebut atau menjauhi peringatan
tersebut." (QS. Al-A'lā: 9-11).

Dari sini bisa kita ketahui bahwa di antara keberanian seorang muslim adalah
berani di dalam mengingatkan saudaranya sesama muslim ketika ada yang
terjatuh ke dalam maksiat atau lalai di dalam melakukan ketaatan. Semoga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu berani dan
memiliki sikap keberanian di dalam mengingatkan, keberanian di dalam
menjalankan ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, serta keberanian di
dalam meninggalkan larangan-larangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

41
Bagian 10 Menjauhkan Diri Dari Penyakit Hati Maupun Racunnya
Alhamdulillāh kita masih dapat berjumpa pada pertemuan kali ini, untuk
melanjutkan pembahasan kita mengenai "Sepuluh Sebab untuk Mendapatkan
Kebahagiaan dan Kelapangan Dada", yang mana kita ambil dari Kitab kecil yang
dikarang oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahumāllāhu
ta'āla.

Dan Alhamdulillāh kita telah sampai ke pembahasan sebab ketujuh. Dan


insyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan melanjutkan ke sebab kedelapan
untuk mendapatkan kelapangan dada, yang mana sebab kedelapan ini adalah
Menjauhkan diri dari penyakit hati maupun racunnya.

Kita ketahui bersama bahwa penyakit hati dan racunnya serta hal-hal yang dapat
merusak hati ini sangatlah banyak dan hati ini bisa sakit sebagaimana anggota
badan lainnya bahkan penyakit-penyakit hati memiliki pengaruh yang sangat
buruk terhadap tubuh dan terhadap pemiliknya.

Contoh dari penyakit hati adalah hasad, iri, dengki, dan penyakit lainnya yang
mana langsung mengenai hati atau menimpa hati serta sifat-sifat tercela dan
penyakit-penyakit buruk yang masuk ke dalam hati.

Dan apabila penyakit dan sifat-sifat tercela ini masuk ke dalam hati seorang
hamba, maka ia akan merusaknya dan apabila telah sampai ke dalam dada
seseorang maka itu akan membuatnya gelap, akan memberikan satu titik gelap di
dalam dada seseorang, dan akan memberikan pengaruh yaitu membuat dada kita
menjadi sempit, serta memberikan atau menjadikan keadaan kita keadaan hidup
yang suram, bahkan memperburuk tempat kembali kita di akhirat kelak. Itu
adalah jika penyakit hati ini telah merasuki dada seorang muslim.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadīts:

42
‫سدُ ُكله أَال َوهي القلب‬ َ ‫ص َل َح ال َج‬
َ َ‫سدُ ُكلهُ َوإذَا ف‬
َ َ‫سدَت ف‬
َ ‫سدَ ال َج‬ َ ‫ص َل َحت‬ َ ‫أَ َال َوإ َن في ال َج‬
َ ‫سد ُمضغَةً إذَا‬

"Sesungguhnya pada tubuh manusia itu ada segumpal daging, jika ia baik maka
menjadi baiklah seluruh anggota badan dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh
anggota badan. Sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati." (Hadīts riwayat
shahīh riwayat Al-Bukhāri dan Muslim).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan dengan gamblang akan


bahayanya hati yang rusak karena terjangkit atau terkena penyakit dan racun yang
masuk ke dalamnya. Yang mana apabila hati ini sudah rusak maka itu dapat
menyebabkan rusaknya anggota tubuh lainnya.

Adapun orang-orang yang selamat dari penyakit-penyakit ini maka hatinya akan
dipenuhi dengan sifat-sifat yang bertolak belakang dari penyakit-penyakit hati.
Hatinya akan dipenuhi dengan rasa amanah, hatinya akan terbiasa memenuhi
janji, ia terbiasa untuk jujur tidak berbohong, dan mengutamakan orang lain
daripada dirinya sendiri.

Dan sifat-sifat terpuji inilah yang akan membuat pemiliknya merasakan


kelapangan dada, serta membuat pemiliknya merasa nyaman, dan memberikan
ketenangan pada jiwa pemiliknya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan kita satu doa yang sering
dipanjatkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu meminta
diberikan hati yang selamat. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdoa di
dalam sebuah hadīts:

‫الل ُه َم أسألُكَ قلبًا سلي ًما‬

"Ya Allāh, aku meminta kepada-Mu untuk diberikan hati yang lurus dan
selamat."

43
Hati yang lurus dan selamat itu yang bagaimana? Yaitu hati yang selamat dari
perasan ragu atau keraguan terhadap keEsaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hati
yang selamat dari perasaan takut kepada keberadaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
terhadap keberadaan kehidupan setelah kematian.

Karena sejatinya hati yang telah dipenuhi dengan keimanan maka setan akan
membisikkan dan membuatnya was-was dan sangat mungkin seorang muslim
terjatuh ke dalam kesalahan dan kesesatan walaupun hatinya sudah selamat.

Maka yang bisa kita lakukan, yang bisa kita kerjakan, yang bisa kita usahakan
adalah membiasakan diri untuk berdoa, meminta hati yang selamat agar Allāh
Subhānahu wa Ta'āla kuatkan hati kita saat kita menghadapi was-was, saat kita
menghadapi bisikan-bisikan setan yang mana itu sudah merupakan takdir setan
akan senantiasa menggoda manusia. Setan akan senantiasa membisikkan hal-hal
buruk, membisikkan kemaksiatan-kemaksiatan kepada hati seorang hamba.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh berkata di dalam kitabnya, judul


kitabnya adalah "Penyakit hati serta obatnya". Al-Qur'an adalah obat bagi
penyakit-penyakit yang ada di dalam dada, baik itu berupa penyakit syubhat
maupun syahwat.

Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan mengenai kebenaran yang dapat


menghapus kebathilan yang mana penyakit syubhat ini dapat terobati dengan
ilmu serta dengan pengetahuan. Dan berpegang dengan semua itu, kita akan dapat
melihat segala sesuatu sebagaimana mestinya.

Syaikhul Islam melanjutkan, dan di dalam Al-Qur'an terdapat pula hikmah


maupun mauidhah hasanah yaitu nasihat dengan cara yang baik, baik itu dengan
iming-iming imbalan berupa Surga maupun dengan cara menakuti yaitu dengan
menyebutkan adzab di alam kubur, menyebutkan bagaimana adzab di Neraka.

44
Dan inilah salah satu bentuk bagaimana Al-Qur'an mengajarkan kita perihal
hikmah dan mauidhah hasanah. Dan terdapat juga cerita-cerita yang terkandung
di dalamnya ibrah dan contoh yang memberikan dampak pada sehatnya hati.
Sehingga dengan Al-Qur'an ini, hati akan mencintai hal-hal yang bermanfaat
baginya, serta membenci apa yang membahayakannya, dan mencintai kebenaran,
membenci kesesatan.

Dan Al-Qur'an adalah penghapus penyakit hati, yang membuat hati


menginginkan kerusakan, dan merupakan wasilah untuk memperbaiki hati.
Seiring dengan semua itu keinginan hati pun ikut membaik jika seseorang rajin
membaca Al-Qur'an dan kembali kepada fitrah penciptanya.

Sebagaimana kembalinya tubuh ini ke keadaan yang sehat, hati pun tersuplai
dengan keimanan yang bersumber dari Al-Qur'an, yang mana itu dapat
menyucikannya dan membantunya. Sebagaimana tubuh ini terpenuhi gizinya
dengan apa yang membantu pertumbuhannya dan menguatkannya.

Dari sini bisa kita ketahui bahwa hakikat bersih dan sucinya hati ini layaknya
pertumbuhan badan. Dari sini bisa kita ketahui, bahwa salah satu obat untuk
mengobati penyakit-penyakit hati adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ‫َونُنَز ُل منَ ٱلقُر َءان َما ه َُو شفَا ًۭء َو َرح َم ًۭة لل ُمؤمنين‬

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Isra: 82).

Dan bersama itu, kita tidak boleh lepas dari menghindarkan diri dari hal-hal yang
dapat membahayakan hati ini. Layaknya badan yang mana tidak tumbuh kecuali
dengan memenuhi apa-apa yang bermanfaat baginya serta menghindarkan diri
dari hal-hal yang dapat membahayakan.

45
Begitu pula dengan hati, tidaklah ia menjadi suci, tidaklah ia menjadi sehat,
bertumbuh, dan menjadi baik, kecuali jika terpenuhi semua yang bermanfaat
baginya yaitu dengan membaca Al-Qur'an, membiasakan diri berdzikir kepada
Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengisi waktu kita dengan beribadah, serta yang
tidak kalah penting adalah diiringi dengan penolakan serta menghindarkan diri
dari hal-hal yang berbahaya baginya, menghindarkan diri dari maksiat,
menghindarkan hati ini dari penyakit syubhat maupun syahwat.

Itulah sebab kedelapan untuk mendapatkan kelapangan dada.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menuliskan kita termasuk dari salah satu
hamba-Nya yang rajin di dalam membaca Al-Qur'an sehingga dengan rajinnya
kita membaca Al-Qur'an, Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghindarkan diri kita
dari terjerumus ke dalam penyakit-penyakit hati.

46
Bagian 11 Meninggalkan Hal Yang Tidak Bermanfaat
Alhamdulillāh kita telah sampai pada bab kedelapan untuk mendapatkan
kelapangan dada yang mana ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin
Al-Badr hafidzahumāllāhu. Dan insyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan
melanjutkan sebab kesembilan untuk meraih kebahagiaan dan kelapangan dada.

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin menulis bahwa sebab kesembilan untuk
meraih lapang dada adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita
. Kita ketahui bersama bahwa termasuk salah satu sebab untuk mendapatkan
lapangnya dada adalah menjaga lidah dari banyaknya bicara dan menjaga telinga
dari mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya, serta menjaga mata
kita dari melihat yang tidak berguna dan tidak layak untuk kita lihat.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits shahih


yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi,

‫تَر ُكهُ َما َال َيعنيه‬, ‫من ُحسن إس َالم اَل َمرء‬

"Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang yaitu adalah dia meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat baginya."

Menyibukkan jiwa dan hati dengan sesuatu yang dapat memalingkan dari hal-hal
yang urgent (penting) yang dapat membahagiakan serta menyukseskan
kehidupan kita di dunia maupun di akhirat, memiliki pengaruh yang sangat buruk
terhadap kehidupan kita.

Di mana hal tersebut akan menyempitkan serta menyusahkan kehidupan kita.


Bahkan, tidak menjaga pendengaran, tidak menjaga penglihatan, dan tidak
menjaga ucapan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan sebab
datangnya kesedihan dan kegalauan, serta mengakibatkan terjadinya hal-hal yang

47
akan membebani kita, membebani kehidupan kita, dan menyebabkan hal-hal
yang sangat tidak diinginkan oleh manusia dikehidupan dunia maupun di akhirat
kelak.

Sebagaimana pula tidak menjaga pandangan dan tidak menjaga pembicaraan dari
hal-hal yang tidak bermanfaat akan menjerumuskan pelakunya ke dalam
kesengsaraan serta ke dalam kesedihan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits setelah


menjabarkan perihal pintu-pintu kebaikan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam bersabda,

‫ّللا َوإنَا‬
َ ‫ي‬ َ ‫ع َليكَ َهذَا فَقُلتُ يَا نَب‬
َ ‫ف‬ َ ‫ّللا فَأ َ َخذَ بل‬
َ ‫سانه فَقَا َل ُك‬ َ ‫ي‬ َ ‫أَ َال أُخب ُركَ بم َالك ذَلكَ ُكله؟ قُلتُ بَ َلى يَا نَب‬
َ ‫ع َلى ُو ُجوههم أَو‬
‫ع َلى َمنَاخرهم‬ َ ‫اس في النَار‬ َ َ‫َل ُم َؤا َخذُونَ ب َما نتكلم به فَقَا َل ثَك َلتكَ أُمكَ يَا ُم َعاذُ َوهَل يَ ُكب الن‬
‫صائدُ أَلسنَتهم‬
َ ‫إ َال َح‬.

"Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua pintu
kebaikan ini?", maka sahabat Mu'adz menjawab, "Tentu wahai Nabiyallāh".
Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memegang lisannya (lidahnya) dan
bersabda, "Tahanlah atau jagalah lisan ini!" Mu'adz bertanya, "Wahai Nabiyallāh,
apakah kita akan disiksa dengan sebab apa yang kita ucapkan?" Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab, "Alangkah sedihnya ibumu
kehilanganmu wahai Mu'adz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam
Neraka dengan wajah tersungkur? Tidak lain dan tidak bukan disebabkan hasil
panen atau apa yang mereka peroleh dari lisan-lisan mereka."

Dari sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda tentang menjaga lisan
kita atau menjaga lidah kita dari membicarakan hal-hal yang tidak pantas, yang
mana ini adalah salah satu sebab yang akan menjerumuskan kita ke dalam adzab
Neraka.

48
Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk bersungguh-
sungguh di dalam mendisiplinkan diri, dalam menghiasi diri kita dengan perilaku
yang terpuji, menjaga adab, menjaga jiwa, dan menjauhkan diri dari apa-apa yang
dapat membahayakannya dan menghancurkannya., Dan salah satunya adalah
apa? Tidak menjaga lisan kita, tidak menjaga pandangan kita, dan tidak menjaga
pendengaran kita.

Lalu Syaikh Abdurrazaq menutup sebab kesembilan ini dengan memberikan


nasihat perihal bahaya terus menerus bermain Handphone. Syaikh Abdurrazaq
berkata, "Dan salah satu ujian yang menimpa manusia pada zaman ini, yang mana
dengannya terbuka lebar pintu-pintu masuk bagi hal-hal yang tidak bermanfaat".

Yaitu asyiknya diri kita saat melihat HP atau berpindah aplikasi, berseluncur di
dunia maya hanya untuk menikmati hal-hal yang tidak bermanfaat atau kadang
yang kita lakukan merupakan keburukan dan suatu hal yang tercela. Maka semua
itu berimbas buruk dan membahayakan agama dan akhlak kaum muslimin,
menyia-nyiakan waktu mereka, membuat mereka terperosok ke dalam berbagai
macam dan ragam kesedihan, kegalauan, dan menyebabkan rasa sempit di dalam
dada.

Syaikh menutup pembahasan ini dengan mengingatkan kita perihal bahayanya


banyak bermain Handphone untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau
bahkan yang kita lakukan itu adalah hal-hal yang tercela dan hal-hal yang
membahayakan diri kita, yang mana bisa jadi yang kita lakukan itu adalah
perbuatan dosa.

Dan cukup sekian pembahasan kita mengenai sebab kesembilan yaitu


menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan yang paling penting,
yang ditekankan oleh Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāh pada pembahasan kali ini
adalah mengurangi penggunaan Handphone atau mengurangi kebiasaan kita

49
menggunakan Handphone di waktu kosong dan bisa kita coba untuk melakukan
hal-hal yang lebih bermanfaat.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghindarkan diri kita dari terjerumus dan
terbiasa melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan semoga Allāh Subhānahu
wa Ta'āla memberkahi waktu kita sehingga apa yang kita lakukan, apa yang kita
kerjakan adalah hal-hal yang bermanfaat untuk diri kita, hal-hal yang bermanfaat
untuk kehidupan kita di akhirat kelak.

50
Bagian 12 Mengikuti Nabi Dengan Sebaik-Baiknya
Alhamdulillāh kita masih diberi kesempatan untuk melanjutkan pembahasan kita
mengenai "Sepuluh sebab untuk mendapatkan kelapangan dada", yang mana kita
ambil dari kitab yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr
hafidzahumāllāhu ta'āla.

Dan Alhamdulillāh kita telah menyelesaikan sembilan pembahasan, yaitu


sembilan sebab untuk mendapatkan kelapangan dada. Dan insyaAllāh pada
pertemuan kali ini kita akan menyelesaikan sebab kesepuluh yaitu Mengikuti
Nabi mulia Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan sebaik-baik cara
atau dengan sebaik-baiknya .

Telah kita ketahui bersama bahwa kelapangan dada adalah salah satu tujuan yang
sangat mulia yaitu dengan lapangnya dada, kita bisa lebih menerima semua takdir
yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita. Kita bisa lebih legowo, bisa
lebih menerima semua karunia serta rezeki yang telah Allāh berikan kepada kita,
dan itu membantu kita menjadi hamba yang lebih bersyukur kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ‫َوٱش ُك ُروا نع َمتَ ٱ َّلل إن ُكنتُم إيَاهُ تَعبُدُون‬

"Syukurilah nikmat Allāh jika kalian benar-benar hanya beribadah kepada-Nya."


(QS. An-Nahl: 114)

Dari sini bisa kita ketahui bahwa lapang dada serta bersyukur dengan semua yang
telah Allāh berikan, merupakan tanda bahwa kita beriman dan beribadah kepada
Allāh Subhānahu wa Ta'āla satu-satunya.

51
Dan Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin menutup pembahasan sepuluh kunci
untuk meraih lapang dada ini dengan sebab kesepuluh yaitu mengikuti Nabi mulia
Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Karena ini merupakan kunci dari
semua sebab-sebab sebelumnya.

Mengikuti semua petunjuk Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam


merupakan sebab lapangnya dada, bahkan hal tersebut merupakan rangkuman
atau kesimpulan dari semua pembahasan mengenai sebab lapangnya dada.

Kenapa bisa begitu? Karena apa yang kita lakukan ini adalah mencontoh orang
yang paling lapang dadanya, paling mulia akhlaknya, serta orang yang memiliki
riwayat hidup paling bagus, dan paling diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
yaitu Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Yang mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ َ‫أَ َلم نَش َرح َلك‬


َ‫صد َرك‬

"Bukankah Kami telah melapangkan dadamu,wahai Muhammad?" (QS. Al-


Insyirah: 1).

Dan sebagai bentuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah melapangkan dada Nabi
Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu dengan meluaskan serta
mengumpulkan semua keutamaan, kesempurnaan, serta adab-adab dengan segala
bentuknya di dalam hati Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karena itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda di dalam
sebuah hadits,

‫إنما بُعثتُ ألتمم مكارم األخالق‬

"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyampaikan kemuliaan akhlak."

52
Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan salah satu tujuan
diutusnya beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.

Oleh karena itu, beliaulah satu-satunya manusia yang layak untuk kita contoh,
satu-satunya manusia yang layak untuk kita jadikan teladan. Karena sudah
menjadi tugas beliau dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menyempurnakan
kemulian akhlak.

Dan semakin banyak seorang hamba mengikuti Nabi Muhammad shallallāhu


'alayhi wa sallam dengan mengikuti petunjuknya yang mulia, maka ia akan
mendapatkan yang sepantas dengannya dari bagian kelapangan dada dan
rìleksnya pikiran serta tenangnya hati.

Karena kita ketahui bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang paling lapang
dada, sehingga jika kita mengikutinya maka kita akan mendapatkan yang seperti
itu pula yaitu mendapatkan kelapangan dada.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh berkata maksudnya adalah Rasūlullāh


shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan makhluk yang paling sempurna, karena
sifat-sifat yang membuahkan rasa lapang dada dan luasnya hati serta sejuknya
mata serta apa yang beliau dapatkan secara khusus dari kelapangan secara
eksplisit (gamblang, tegas, dan terus terang).

Sejauh mana seseorang mengikuti Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam


secara sempurna, sejauh itu pula kelapangan dada, kelezatan, dan sejuknya mata
yang ia dapatkan. Karena Nabi Muhammad merupakan makhluk dengan
kedudukan yang tinggi serta memiliki keluasan dada dan namanya adalah yang
paling sering disebut oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di atas langit dan
bagaimana beratnya timbangan Belìau shallallāhu 'alayhi wa sallam di akhirat
kelak.

53
Salah satu keutamaan orang yang mengikuti Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi
wa sallam adalah penjagaan dan perlindungan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
untuk mereka, serta ia akan mendapatkan kemuliaan dan pertolongan dari Allāh
Subhānahu wa Ta'āla sesuai dengan sejauh mana ia mengikuti Nabi Muhammad
shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Lalu bagaimana cara kita mengikuti Sunnah-sunnah Beliau di kehidupan sehari-


hari, sehingga dengan melakukan hal tersebut kita memperoleh kelapangan dada
serta tenangnya pikiran?

Ada beberapa sunnah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bisa
kita praktikkan di kehidupan sehari-hari yang mana sering kali hal-hal ini
dilupakan oleh seorang muslim.

1. Membiasakan diri untuk selalu membaca dzikir pagi dan petang yaitu
membaca ayat kursi, membaca surat Al-Ikhlas, membaca surat Al-Falaq,
membaca surat An-Nās dan lain sebagainya.
2. Mempraktikkan adab-adab saat berjumpa dengan muslim lainnya.
Walaupun orang tersebut tidak kita kenal yaitu dengan mengucapkan
salam, tersenyum serta menjabat tangannya.
3. Melakukan adab-adab ketika hendak makan yaitu membaca doa sebelum
makan, lalu makan dengan tangan kanan, serta menjilat sisa-sisa makanan
yang ada di jari jemarinya setelah kita selesai makan, sehingga kita bisa
mendapatkan keberkahan makanan tersebut. Karena kita tidak tahu di
mana letak keberkahan makanan itu, bisa jadi itu ada di sisa makanan (yang
menempel di jari jemari kita).
4. Mengerjakan shalat sunnah Nawafil yaitu shalat sunnah yang berjumlah 12
raka’at di rumah (bukan di masjid) berdasarkan hadits Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam,

َ ‫صالَة ال َمرء في بَيته إالَ ال‬


َ‫صالَةَ ال َمكتُوبَة‬ َ ‫فَإ َن خَي َر‬

54
"Sebaik-baik shalat seorang hamba adalah di rumahnya kecuali
shalat wajib lima waktu." (Hadits shahīh riwayat Muslim).

Di antara sunnah-sunnah lainnya adalah:

5. Sunnah saat bersin yaitu mengucapkan Alhamdulillāh (‫ )اَل َحمدُ هلل‬setelah


bersin dan orang yang mendengarnya mengucapkan Yarhamukallāh
(ُ‫للا‬
َ‫ )يَر َح ُمك‬kemudian orang yang bersin membalasnya dengan
mengucapkan Yahdīkumullāh wa Yushlih Bālakum ( ‫)يَهدي ُك ُم للاُ َويُصل ُح بَا َل ُكم‬.

Ada beberapa keutamaan yang akan kita peroleh saat kita mengikuti sunnah Nabi
Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, di antaranya:

1. Meraih kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.


2. Mendapatkan pengawasan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla serta
terkabulnya doa-doa kita.
3. Ketika kita menjalankan sunnah-sunnah Nabi Muhammad shallallāhu
'alayhi wa sallam, maka itu akan menutupi kekurangan dan ketidak
sempurnakan kita saat melaksanakan atau mengerjakan ibadah wajib dan
menjauhi jalan-jalan yang akan mengantarkan Kita kepada kesesatan.
4. Sebab hidupnya hati dan lapangnya dada.
5. Meraih cinta dan ridha dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin menutup pembahasan sepuluh sebab


meraih lapang dada ini dengan doa,

"Ya Allāh lapangkan dada kami, mudahkan urusan kami, dan hiasi kami dengan
perhiasan iman dan jadikan kami hamba-hamba-Mu yang mendapatkan petunjuk.

Mudahkan kami dalam menempuh jalan yang lurus ini, jalan orang-orang yang
Engķau berikan rezeki baik para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang
syahid, serta orang-orang shalih.

55
Sungguh mereka adalah sebaik-baik sahabat dan teman perjalanan. Sungguh
Engkau Maha Mendengar doa kami dan tempat berlabuhnya semua keinginan
kami dan Engkau satu-satunya penolong kami.

Segala puji hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla Rabb semesta alam, shalawat
serta salam untuk baginda kita Nabi besar Muhammad shallallāhu 'alayhi wa
sallam serta keluarga dan sahabatnya."

Dan itulah yang bisa kita sampaikan mengenai "Sepuluh sebab untuk
mendapatkan kelapangan dada", semoga Allāh menjadikan kita hamba-Nya yang
mendapatkan kelapangan dada.

56
PENUTUP

Sebagai penutup buku ini saya memohon kepada Allah dengan seluruh nama dan
sifat-Nya yang mulia, begitu juga dengan sifat-Nya yang menjadi pembuka (Al
Fattah) dan Maha Mengetahui (Al Alim), bahkan Ia adalah sebaik-baik membuka
(Khoirul Fatihin) saya memohon kepada-Nya untukku, untuk kedua orang tuaku,
untuk guru-guruku, dan untuk seluruh kaum muslimin, agar Allah
mengaruniakan kepada kita semua karunia yang agung dan pemberian yang
banyak. Saya memohon kepada-Nya agar menjadikan kita semua sebagai seorang
insan yang memiliki predikat sebagai pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu
keburukan. Begitu juga agar Allah memberikan hidayah dan petunjuk kepada
kita, lalu menjadikan kita sebagai sebab hidayah dan sebab petunjuk bagi orang
lain, lalu memudahkan petunjuk-Nya kepada kita semua.

Sebagai akhir do'a ini segala puji bagi Allah Rabb semesta alam semoga shalawat
dan salam keberkahan dan nikmat selalu tercurahkan atas hamba Allah dan
rasulNya nabi kita Muhammad beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Demikian wallahu ta'ala a'lam bish-showab mohon maaf atas segala kekurangan.
Jazakumullah khoiron atas perhatiannya, semoga kitab ini menjadi ilmu yang
bermanfaat untuk kita, dan semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya.

‫سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك‬

‫السالم عليكم ورحمة للا وبركاته‬

________

57

Anda mungkin juga menyukai