Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 6 Juli 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Beraktivitas Dalam Rangka Bersyukur.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak, Ibu-
ibu serta saudara saudara sekalian, alhamdulillah kita dipertemukan lagi di forum yang
mudah-mudahan dirahmati Allah. Kita bermaksud mempelajari pesan-pesan Allah
bagaimana supaya kita berperilaku sesuai dengan ajaran Al Qur‟an dengan demikian
mudah-mudahan kita di masukkan ke dalam golongan Al Qur‟an. Pagi ini kita
membahas tentang “beraktivitas dalam rangka bersyukur”, ini berkaitan dengan
pertemuan sebelumnya dimana pada pertemuan yang lalu kita telah bahas bahwa Allah
telah menunjuk kita manusia sebagai kholifahNya atau wakil Nya di muka bumi dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan Allah, oleh karena itu seyogyanya masing-masing kita
ketika melakukan aktivitas sehari-hari kita niatkan semata-mata mewakili Allah dengan
menerapkan kebijakan dari Allah dan dengan rasa tanggung jawab. Untuk
memantabkan niat yang demikian kita mesti menyebutkan dengan jelas bahwa kita
melakukan segala sesuatu dan yang kita lakukan ini atas Nama Allah yang dalam bahasa
arab “Bismillahirrahmanirrahim”. Ada yang mengartikan Bismillahirrahmanirrahim
sebagai “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang” tetapi ada
juga ayang mengartikan “atas Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang” kalau
terjamahan ke dalam bahasa inggris umumnya atas nama Allah ( in the name of Allah)
atau on behalf of Allah. Kemudian ketika kita melakukan aktivitas apapun pasti
menggunakan fasilitas, sarana dan prasarana dari Allah, maka kita melakukannya dalam
rangka bersyukur kepada Nya, sebagaimana Allah telah memerintahkan hal yang serupa
kepada Nabi Dawud AS termasuk termasuk Nabi Sulaiman bahwa keluarga Nabi Dawud
harus berbuat sesuatu dalam rangka bersyukur, Allah Berfirman dalam surat Sabaa (34)
ayat 13:
“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba Ku yang berterima kasih (bersyukur)”.

Oleh karena itu kita mempelajari apa yang akan kita bahas nanti dengan harapan kita
termasuk yang sedikit dalam ayat diatas yaitu hamba-hamba Allah yang pandai
bersyukur. Kita tidak perlu khawatir menjadi minoritas kalau minoritas sebagai orang
yang bersyukur kepada Allah kita ingin masuk ke situ. Ada suatu cerita bahwa suatu saat
Umar bin Khattab mendengar sahabat disebelahnya yang berdo‟a menurut dia aneh
karena sahabat tersebut berdo‟a “ya Allah jadikanlah aku orang yang sedikit‟ dan
diulang-ulang do‟anya, lalu Umar bertanya “do‟a apa itu..?” lalu dia menjawab dengan
menyebut ayat diatas (surat Sabaa (34) ayat 13), maka mari kita usahakan bahwa kita
melakukan apapun dalam rangka bersyukur kepada Allah. Cara bersyukur yang baik
adalah kita memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana dari Allah kita manfaatkan
untuk melaksanakan tugas dari Allah atau mengabdi kepada Allah pula, jadi dari Allah
untuk Allah atau Allah centered, maksudnya pusat perhatiannya kepada Allah. Tugas
dari Allah itu hanya satu yaitu mengabdi kepada Allah, seperti di Firmankan oleh Allah
dalam surat Al Bayyinah (98) ayat 5:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (mengabdi kepada) Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus”.

Jadi perintahnya hanya satu yaitu mengabdi kepada Allah, namun macam atau aktivitas
pengabdian kepada Allah itu sangat banyak yang tidak mungkin satu orang dapat
melaksanakannya semua secara lengkap, maka jenis pengabdian setiap orang sangat
relativ sesuai dengan pemberian Allah kepadanya. Ada pemberian yang sama, misalnya
penglihatan, pendengaran, akal organ tubuh dan pancaindera lain bisa sama bisa juga
berbeda kapasitasnya, misalnya kecerdasan ada yang tinggi ada yang rendah fisik ada
yang tinggi ada yang pendek, apalagi rizki ada yang banyak ada yang sedikit, jadi
pemberian Allah itu diantara kita sangat bervariasi, maka tugas pengabdian kepada Allah
itu disesuaikan dengan peberian Allah tadi. Misalnya orang yang diberi harta berlebih
sehingga melebihi kebutuhannya, maka dia ditugasi untuk membayar zakat dan bila
cukup ditugasi untuk pergi haji. Orang yang mempunyai kemampuan berdiri dia
ditugasi untuk berdiri ketika sholat, orang yang masih mempunyai orangtua masih hidup
dia ditugasi memperlakukan mereka dengan baik, kalau itu semua tugas maka kita
jangan pernah menghindar karena tugas seseorang sesuai dengan pemberian Allah
kepadanya, jika Allah memberikan sesuatu maka pemberian itu berarti penugasan. Jadi
macam tugas sesuai dengan macam pemberian seperti Firman Allah dalam surat At
Thalaq (65) ayat 7:

“Allah tidak memikulkan beban tugas kepada seseorang melainkan sesuai dengan apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah akan memberikan apapun setelah sulit menjadi
mudah”.

Ini berlaku umum, jadi setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Pemebrian Allah itu ada
yang melekat pada diri kita seperti pendengaran, penglihatan dan kecerdasan ini semua
diberikan oleh Allah kepada kita sebagai modal utama untuk melakukan aktivitas dalam
rangka bersyukur, Allah Berfirman dalam surat Al Mulk (67) ayat 23:

“Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati". Betapa amat sedikit yang kamu syukuri”.

Hati dalam ayat diatas maksudnya adalah sistim berfikir. Jadi dalam ayat tersebut
menunjukkan bahwa banyak sekali pemberian Allah kepada kita tetapi yang kita syukuri
hanya sedikit, jadi kita mestinya sadar diri bahwa kita ini perlu meningkatkan bersyukur
kepada Allah. Pemberian Allah yang lain adalah yang tidak melekat pada diri kita,
tetapi tersedia di alam ini yang bisa kita gunakan sebagai sarana dan prasarana, Allah
Mengingatkan kita dalam surat Al Jatsiyah (45) ayat 13:

“Dan Allah mengelola untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (ayat-ayat) tentang kekuasaan Allah bagi kaum yang
berpikir”.

Dari ayat tersebut kita perlu menyadari bahwa kita harus sering memahami maksud dari
ayat-ayat Allah yang diturunkan dalam Al Qur‟an dan kejadian-kejadian yang menimpa
kita agar kita pandai bersyukur. Sering kali hal yang tidak difahami oleh orang-orang
adalah kejadian ketika dia terkena sakit, misalnya demam maka orang yang tidak faham
dia akan merasa disiksa oleh Tuhan, ini kan prasangka negativ, mestinya kita berfikir
bahwa Allah membuat kita demam karena Allah sayang sama kita, coba kalau kita ke
dokter dan mengatakan kita demam umumnya dokter mengatakan bahwa kita
terinveksi, berarti demam itu adalah warning system atau peringatan bahwa ada bagian
tubuh yang terinveksi yang membahayakan. Orang yang tidak faham dia akan
menganggap demam itu siksaan, padahal itu kan kasih sayang dari Allah dimana Allah
tidak menghendaki kita mati, maka dikasih peringatan-peringatan salah satu peringatan
itu adalah dengan memberinya sakit. Karena banyak diantara manusia itu yang bandel
tidak mempedulikan fisik dirinya maka Allah pertama memberikan peringatan yang
ringan, tetapi kalau makin bandel maka akan diperberat sakitnya. Ada pemberian Allah
yang ada di bumi yang tidak menempel pada kita yaitu pepohonan, pepohonan itu
selalu tumbuh dan berbuah agar kita selalu mempunyai persediaan makanan, bahkan
bukan hanya buahnya saja yang bisa dimakan, ada kalanya tangkainya, daunnya,
batangnya bahkan ada yang akarnya yang bisa dimakan seperti singkong, ubi dll. Jadi
Allah memberi persediaan makanan yang banyak ragamnya dan dibuat tumbuh dari
tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar maka jumlah yang bisa kita makan
menjadi banyak. Makanan ini kelihatannya sangat sederhana tetapi sangat penting
karena kita tanpa makan bisa lemas dan bahkan bisa mati, padahal yang membuat
makanan itu tersedia adalah Allah yang membuat banyak juga Allah kenapa kita tidak
bersyukur..? Allah sampai Memperingatkan kita dalam surat Al Waqi‟ah (56) ayat 63-64:

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang


menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa petani hanya menanam, itupun bijinya juga dari
Allah, Allahlah yang menumbuhkan semua tanaman yang ditanam petani tersebut.
Makanan yang dihasilkan dari tanaman tersebut juga sangat beragam, Allah Berfirman
dalams urat „Abasa (80) ayata 24-32:

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-


benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-
baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun
dan pohon kurma. kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.

Dari ayat tersebut yang dimaksud “Kami belah bumi” adalah tanah di bumi di
buka/disingkap supaya biji-bijian bisa masuk dan tertutup kembali kemudian bisa
tumbuh. Kalau kita amati dan kita sadari Allah membuat tanaman dan binatang sudah
dikhususkan, agar tidak dimakan manusia. Misalnya rumput, itu dialokasikan untuk
binatang mangkanya oleh Allah dibuat tidak enak dimakan oleh manusia dan seratnya
terlalu keras sehingga manusia tidak suka, tetapi lezat untuk sapi dan binatang pemakan
rumput lainnya. Begitu juga binatang yang memang disediakan untuk bisa dimakan oleh
manusia dibuat jinak, dan yang tidak disediakan untuk makanan kita dibuat buas
sehingga kita menjauh dari mereka. Namun kebuasan binatang buas itu juga perlu
karena ditugaskan oleh Allah untuk membuat keseimbangan lingkungan sebagai
predator jangan sampai ada satu jenis binantang yang populasinya terlalu banyak, maka
tugas binatang buas/predator itu mengurangi jumlah binantang yang terlalu banyak tadi
supaya seimbang. Allah Berfirman dalam surat Yasin (36) ayat 71-73:

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan
binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan
dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan
(dibuat jinak) binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya
manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”

Jadi saya mengajak rasanya kita sudah pada tempatnya kita selalu bersyukur kepada
Allah dan bersyukur itu dimulai dari sebelum melakukan tindakan. Kita selama ini
bersyukur itu setelah melakukan tindakan, seperti misalnya makan bersyukurnya setlah
makan selesai, lalu kita mengucapkan “alhamdulillah kenyang” atau “alhamdulillah
enak” kalau kita melaksanakan berbuat sesuatu dalam rangka bersyukur memang setelah
melakukan kita bersyukur tetapi mestinya juga dimulai sebelum melakukan aktivitas
tersebut. Misalnya makan, kita mestinya tidak hanya mengucapkan syukur sesudah
makan saja tetapi sebelum makan juga kita ucapkan. Misalnya dengan mengingat
bahwa Allah telah mendorong para petani untuk menanam padi sehingga kita bisa beli
beras dan bisa membuat nasi, terimakasih atas Allah yang telah mendorong orang
memasak sehingga kita bisa memakannya makanan tersebut di meja, terimakasih Allah,
tanpa makanan ini aku menjadi lemah, dan yang menyediakan makanan ini Allah
berarti aku bukan tergantung kepada makanan ini tetapi tergantung kepada Allah,
karena itu aku bersyukur kepada Mu. Jadi kita sudah selayaknya bersyukur kepada
Allah yang telah mengatur segala sesuatu untuk kesejahteraan dan kebaikan manusia,
untuk menyatakan syukur itu kita sering meuji Allah dengan mengucapkan surat Al
Fatihah (1) ayat 2:

“Alhamdulillahi rabbil 'alamin”

Alhamdulillah = segala puji bagi Allah, sedang Rabbi artinya Tuhan yang menciptakan
dan mengatur, jadi kalau kita terjemahkan dalam bentuk fungsi atau uraiannya adalah:
“segala puji bagi Allah yang telah menciptakan dan mengatur alam raya ini”.

Tetapi jangan hanya ucapan saja, karena bersyukur tidak cukup hanya lisan tetapi
berbuatlah, karena lisan itu hanya tahap awal untuk membimbing diri kita sendiri
supaya kita mau berbuat dalam rangka bersyukur.
Berikut ini beberapa contoh tentang melakukan suatu aktivitas dalam rangka bersyukur
kepada Allah atas apa yang telah kita terima dari Allah.
1. “Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberiku kecerdasan”. Kita
sudah diberi kecerdasan mulai dari lahir, kecerdasan itu supaya kita bisa berpikir
diberi kelengkapan berupa mata untuk memandang, telinga untuk mendengar
karena kita belajar membutuhkan obeservasi yang bisa ditangkap dengan indera.
Kita belajar dan berfikir itu diolahnya di otak tetapi untuk menangkap informasi
yang akan diolah tersebut kita membutuhkan indera. Kemudian kita bersyukurnya
sebagai berikut: “Ya Allah aku akan menggunakannya (kecerdasan tersebut) untuk
memperbanyak membaca Al Qur‟an untuk memperdalam Al Qur‟an untuk
membaca buku-buku keimanan, membaca tafsir, membaca hadits agar aku bisa
memperkuat imanku dan mempertahankannya tetap bersemayam di hatiku
sepanjang masa, sehingga kapanpun Allah memanggilku aku akan mengakhhiri
hidupku dalam keadaan iman dan dengan husnul khotimah”. Membaca Al Qur‟an
itu kan mengabdi kepada Allah dan penting karena Al Qur‟an itu adalah pedoman
hidup. Kalau kita hidup tanpa Al Qur‟an berarti kita hidup tanpa pedoman
sehingga kemungkinan salah itu besar dan kemungkinan celaka itu besar, kita
menjalankan mesin di pabrik saja perlu pedoman kalau tidak nanti rusak mesin
tersebut. Allah berpesan dalam surat Ali Imran (3) ayat 102:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan tnduk
patuh kepada Allah”.

Jadi kita usahakan agar akhir hayat kita dalam keadaan iman dan tunduk patuh
kepada Allah, ini butuh latihan contohnya main tennis saja kita latihan terus menrus,
kalau tidak refleksnya tidak jalan, beriman juga begitu supaya refleksnya pola pikir
itu jalan secara otomatis. Kalau kita tidak pernah melatih dan tidak sering melatih
tidak akan bisa.
2. “Alhamdulillah, terimakasih ya Allah Engkau masih memberiku kekuatan untuk
berjalan meskipun harus pelan-pelan karena usia lanjut. Belum tentu bulan depan
aku masih sanggup berjalan, walaupun sendi-sendiku sudah pegal nyeri tetapi aku
masih bisa berjalan, mumpung aku masih bisa berjalan, aku gunakan kakiku untuk
mengantarkan aku ke Masjid untuk sholat berjamaah”. Sholat berjamaah ini
penting ada hadits Rasulullah S.A.W diambil beberapa contoh saja dari hadits tsb:

Rasulullah SAW bersabda, "Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di
mana tidak ada naungan selain naungan-Nya: Imam yang adil, seorang pemuda yang
tumbuh dalam peribadatan kepada Allah ta‟ala, seorang laki-laki yang hatinya selalu
terpaut dengan masjid …dst…” {HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah}.

Dalam hadits tersebut yang dimaksud pemimpin yang adil bukan hanya kepala
negara saja, tetapi pemimpin dimanapun termasuk seorang Bapak memimpin
keluarga memperlakukan istri dan anak-anaknya, dsb. Kemudian yang dimaksud
Masjid dalam hadits tersebut tidak hanya Masjid dalam arti bangunan Masjid tetapi
bisa juga tempat bersujud, berarti pikirannya itu tertuju pada tempat sujud, misalnya
kalau mau pergi atau beraktivitas selalu dipikirkan dimana akan sholat, dsb.
3. “Alhamdulillah Allah telah memberiku kelonggaran dalam rizki, sehingga
pendapatanku selalu melibihi kebutuhanku. Aku akan memanfaatkan kelebihan
hartaku ini untuk memfasilitasi orang yang beribadah, untuk membiayai santri yang
menghafal Al Qur‟an, untuk membangun pesantren, membangun madrasah, segera
menuaikan zakat dan sedekah mumpung masih ada umur” misalnya untuk
membangun Masjid untuk menyediakan karpet yang bagus, dsb. Kalau untuk
membiayai santri yang menghafal Al Qur‟an itu penting karena itu salah satu usaha
kita untuk membantu melestarikan Al Qur‟an, kalau kita tidak bisa menghafal sendiri
maka kita biayai anak-anak yang sedang menghafal Al Qur‟an. Sedangkan untuk
membangun madrasah tujuannya supaya anak-anak generasi yang akan datang bisa
lebih sholih dari generasi yang sekarang yang banyak korupsi, maksiat dll, karena
imannya kurang, mangkanya kita perlu memperkuat iman generasi yang akan
datang. Allah berfirman dalam surat Al Munafiqun (63) ayat 10:

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

Demikian tadi beberapa contoh bahwa dalam rangka bersyukur tidak cukup kalau kita
menyatakan pujian kepada Allah hanya dengan lisan saja, kita juga harus
mengekspresikan rasa syukur tersebut dengan tindakan yaitu dengan memanfaatkan
semua pemberian Allah sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah, karena pemberian
itu sebenarnya juga merupakan kenikmatan dan kita akan diminta oleh Allah untuk
mempertanggungjawabkan kenikmatan itu. Allah Berfirman dalam surat At Takatsur
(102) ayat 8:
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang segala kenikmatan”.

Dalam ayat tersebut yang dimaksud “ditanyai” adalah untuk mempertanggungjawabkan


semua sikap dan perilaku kita berkaitan dengan semua kenikmatan yang telah kita
terima dari Allah. Teruatam yang disebutkan oleh Rasulullah S.A.w ada empat (4)
kenikmatan seperti diterangkan dalam hadits berikut :

“Rasulullah SAW bersabda: “Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat
sampai dia ditanyai: tentang umurnya, dalam hal apa dia habiskan; tentang ilmunya,
dalam hal apa dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia
belanjakan; dan tentang tubuhnya, dalam hal apa dia manfaatkan.” {HR Tirmidzi,
Darimi dan Baihaqi dari Abu Barzah}.

Dari hadits tersebut dapat dijelaskan bahwa seumur hidup umur kita kita gunakan untuk
apa saja, begitu juga tentang ilmu yang kita pelajari jangan hanya koleksi ilmu, tetapi
harus di implementasikan itu namanya ilmu yang bermanfaat. Kalau kita punya ilmu
dan tidak melaksanakannya itu namanya ilmunya tidak berguna, dan orang yang punya
ilmu tetapi tidak melaksanakannya termasuk orang yang dimurkai Allah. Dari hadits
tersebut juga kita harus hati-hati dalam memperoleh penghasilan serta digunakan untuk
apa. Jadi mumpung kita masih mempunyai umur, kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk
bersyukur kepada Allah.

RINGKASANNYA :
 Allah menganjurkan kita melakukan aktivitas dalam rangka bersyukur kepada-
Allah.
 Bersyukur dengan cara memanfaatkan pemberian-Allah sebagai sarana untuk
mengabdi kepada-Nya.
 Setiap pemberian Allah berarti penugasan untuk melakukan aktivitas.
 Kita gunakan kecerdasan untuk meningkatkan iman dan kelebihan harta untuk
bersedekah.
 Allah akan minta kita mempertanggung-jawabkan semua pemberian-Nya.

Semoga Allah membuat kita pandai mensyukuri pemberian-Nya untuk meningkatkan


iman dan takwa kita.......Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai