DISUSUN OLEH :
1. BAGUS RAHMAT WILDANA (7)
2. LISNANDIA ANGGUN APRILISTA (17)
3. RETA WAHYUNINGTYAS (26)
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB II PENDAHULUAN…………………………………………………………………....iii
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBHASAN………………………………………………………………………..iv
A. Pengertian Kerja Keras Dan Tanggung Jawab
B. Wujud Dan Aspek Dalam Kerja Keras Dan Tanggung Jawab
C. Hikmah Dan Manfaat Kerja Keras Dan Tanggung Jawab
Puji syukur saya ucapkan pada kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Mkalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu
makalah ini dibuat bertujuan untuk meingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhana Wa
Ta’ala, dengan judul: “ Kerja Keras Dan Tanggung Jawab ”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik ataupun saran dari semua pihak yang sifatnya demi membangun
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah sebagi pengantar kata dengan harapan semoga
makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia
tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga
untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang memiliki makna yang
cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras. Tanpa adanya unsur itu
apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja keras dan
tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai citacitanya. Dengan
adanya sifat kerja keras, manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa dalam menerjakan
apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dalam melakukan pekerjaannya
mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur kerja keras tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
kerja keras maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya.
Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab sangat erat kaitannya
dengan kewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban kita adalah belajar, maka dengan
belajar kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita, jadi makna dari tanggung jawab
sering dikaitkan dengan kewajiban. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung
jawab terhadap kewajiban kita.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad saw.Sebagai umat islam
yang baik kita wajib melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an
dan Rosululloh. Tanggung kawab disini terkait dengan tanggung jawab manusia terhadap
Alloh, terhadap keluarga, masyarakat dan negara.
Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang muslim
agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits. Dengan
begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung jawabkan semua perbuatan
kita di hadapan Alloh dan masyarakat, bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bekerja keras dan bertanggung jawab?
2. Bagaimana kewajiban bekerja keras dan bertanggung jawab?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
(waibtaghi fiimaa aataaka allaahu alddaara al-aakhirata walaa tansa nashiibaka mina
alddunyaa wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna
allaaha laa yuhibbu almufsidiina)
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)
Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari
rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masingmasing.
2. Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab
dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.
Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap
manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam
berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh
pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati
nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman:
(walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada kullu ulaa-
ika kaana 'anhu mas-uulaan)
Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).
(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nuudiya lilshshalaati min yawmi aljumu'ati fais'aw
ilaa dzikri allaahi wadzaruu albay'a dzaalikum khayrun lakum in kuntum ta'lamuuna)
(fa-idzaa qudhiyati alshshalaatu faintasyiruu fii al-ardhi waibtaghuu min fadhli allaahi
waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna)
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah Allah Swt.
banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62:9-10).
Q.S. al-Ahqaaf/46:9
(qul maa kuntu bid'an mina alrrusuli wamaa adrii maa yuf'alu bii walaa bikum in
attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya wamaa anaa illaa nadziirun mubiinun)
Artinya :
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak
mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku
tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Q.S.Thaha/20:75
Artinya :
Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi
sungguhsungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
Artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan.
2. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-
Jum’at/62:10 seprti di atas dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,
Q.S. al-Isra’/17:12
Artinya :
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam
dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan
supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah
Kami terangkan dengan jelas.
karena;
Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya.
Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.
Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid sesudah
shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu? Mereka menjawab; Kami orang-orang
yang tawakal kepada Allah Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan:
Janganlah seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah, berilah aku
rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum pernah menurunkan hujan emas, dan
Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”
3. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, sebagaimana
tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.
(awalam yanzhuruu fii malakuuti alssamaawaati waal-ardhi wamaa khalaqa allaahu min
syay-in wa-an 'asaa an yakuuna qadi iqtaraba ajaluhum fabi-ayyi hadiitsin ba'dahu
yu/minuuna
Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu
yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka
kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-Qurān, misalnya
dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai kesimpulan, bahwa
segala sesuatu yang ada di dalam alam ini adalah ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt.
menciptakannya tidaklah sia-sia.
5. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang bagus,
membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik anak-anak
menjadi shaleh. Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang halal dan
tayyib. Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya dari api neraka.
Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.
6. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh, sehingga
musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.
(wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna bihi
'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu allaahu
ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum waantum laa
tuzhlamuuna)
Artinya :
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).
Demikian cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para pemeluknya
agar bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui berkarya di dalam
segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas dengan
kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).
Artinya :
Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari yang halal
(HR. Ad Dailami).
2. Qonaah
Ketika rizki halal sudah kita peroleh, orang yang mencapai derajat kehidupan yang baik
adakan selalu qonaah atau menerima rizki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya
belum mencukupi. Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita peroleh,
sedangkan kurangnya bisa kita cari lagi. Allah Swt berfirman :
3. Kebahagiaan.
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek
duniawi, tapi yang terpenting adalah bila bisa menjalani kehidupan dalam kerangka
pengabdian dan ketaatan kepada Allah swt. Bila seseorang sudah beriman dan beramal
shaleh ia akan merasakan kebahagiaan karena kehidupannya di dunia memberi kontribusi
manfaat kebaikan.
4. Ketenangan.
Bagi seorang muslim dengan iman dan amal shaleh insya Allah terhindar dari dosa yang
membuat kita menjadi tenang. Hal merupakan salah satu essensi hayatan thayyibah yang
amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan disebut dalam hadits
Rasulullah saw:
Artinya :
Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak
setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).
5. Ridha
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridha kepada Allah swt
sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul
yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini. Dalam satu hadits, Rasulullah saw
bersabda:
Artinya :
Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, wajib baginya surga (HR. Muslim).
6. Syukur
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehnya dalam hidup ini sehingga
kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt. Allah Swt
berfirman :
(waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu limaa
ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu yuhibbu
alshshaabiriina)
Artinya :
Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
manusia), dan Allah mencintai orang yang sabar (QS 3:146).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan