Anda di halaman 1dari 12

PENDIDI

KAN
AGAMA
ISLAM
Bekerja Keras dan Tanggung Jawab
Dibimbing Oleh : ABDURRAHMAN, S.Pd.I
DAN
BUDI
PEKERTI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV KELAS XII IPS 1

TRI WINARSI
RISKI AULIA DEWI
SELFI
ERWINSYAH
VALENTINA INTAN DENGOL

SMA NEGERI 1 EMPANG


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka
manusia tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang
sekuat tenaga untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang
memiliki makna yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja
keras. Tanpa adanya unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu
akan tercapai. Dengan bekerja keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri
seseorang untuk menggapai cita-citanya. Dengan adanya sifat kerja keras, manusia tidak
akan mudah goyah dan putus asa dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah
putus semangat apabila dalam melakukan pekerjaannya mengalami hambatan atau
bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur kerja keras tidak boleh lepas dari dirinya.
Dengan kerja keras maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan
solusinya. Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung
jawab sangat erat kaitannya dengan kewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban
kita adalah belajar, maka dengan belajar kita telah bertanggung jawab terhadap
kewajiban kita, jadi makna dari tanggung jawab sering dikaitkan dengan kewajiban.
Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajiban kita.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah
ditegaskan dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad
saw.Sebagai umat islam yang baik kita wajib melaksanakan apa yang telah
diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an dan Rosululloh. Tanggung kawab disini terkait
dengan tanggung jawab manusia terhadap Alloh, terhadap keluarga, masyarakat dan
negara.
Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang
muslim agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
hadits. Dengan begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung
jawabkan semua perbuatan kita di hadapan Alloh dan masyarakat, bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bekerja keras dan bertanggung jawab?
2. Bagaimana kewajiban bekerja keras dan bertanggung jawab?

C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui Apa pengertian Bekerja keras dan bertanggung jawab
2. Dapat Mengetahui Bagaimana kewajiban bekerja keras dan bertanggung jawab
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab


1. Bekerja Keras
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan
kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk
mencapai suatu yang dicita-citakan.
Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai dengan
do’a dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia dan
akhirat. Allah Swt. berfirman yang artinya sebagai berikut.

‫َو اْبَتِغ ِفيَم ا آَتاَك ُهَّللا الَّد اَر اآْل ِخَر َة ۖ َو اَل َتْنَس َنِص يَبَك ِم َن الُّد ْنَيا ۖ َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا ِإَلْيَك ۖ َو اَل َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفي اَأْلْر ِض ۖ ِإَّن َهَّللا‬
٧٧ ﴿ ‫اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد يَن‬

(waibtaghi fiimaa aataaka allaahu alddaara al-aakhirata walaa tansa nashiibaka


mina alddunyaa wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-
ardhi inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)

Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)
Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu,
mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masingmasing.

2. Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja
maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap
manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam
berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh
pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan
hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti
bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-
Isra’/17:36:

٣٦ ﴿ ‫َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِه ِع ْلٌم ۚ ِإَّن الَّس ْمَع َو اْلَبَصَر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأوَٰل ِئَك َك اَن َع ْنُه َم ْس ُئواًل‬

(walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada
kullu ulaa-ika kaana 'anhu mas-uulaan)

Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).

B. Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab


Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk beribadah, sehingga di
hari itu orang berhenti bekerja. Dalam ajaran Islam, setiap hari adalah hari kerja, dan
bekerja untuk urusan dunia adalah apabila dikerjakan dengan niat yang jujur.
Hari Jum’at yang dianggap hari besar dalam Islam, tiadalah dihari itu
diperintahkan supaya berhenti bekerja, melainkan baru sesudah mendengar panggilan
adzan hingga sampai shalat Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana
disebutkan dalam Firman Allah Swt. Q.S. al-Jum’at/62:9-10.

٩ ﴿ ‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ُنوِدَي ِللَّص اَل ِة ِم ْن َيْو ِم اْلُج ُمَعِة َفاْس َع ْو ا ِإَلٰى ِذ ْك ِر ِهَّللا َو َذ ُروا اْلَبْيَع ۚ َٰذ ِلُك ْم َخْيٌر َلُك ْم ِإْن ُكْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nuudiya lilshshalaati min yawmi aljumu'ati
fais'aw ilaa dzikri allaahi wadzaruu albay'a dzaalikum khayrun lakum in kuntum
ta'lamuuna)

١٠ ﴿ ‫َفِإَذ ا ُقِضَيِت الَّص اَل ُة َفاْنَتِش ُروا ِفي اَأْلْر ِض َو اْبَتُغ وا ِم ْن َفْض ِل ِهَّللا َو اْذ ُك ُروا َهَّللا َك ِثيًرا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

(fa-idzaa qudhiyati alshshalaatu faintasyiruu fii al-ardhi waibtaghuu min fadhli allaahi
waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna)

Artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat,
Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swt. dan ingatlah
Allah Swt. banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. al-Jum’at/62:9-10).

Islam telah memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan


berkarya dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bekerja dan
berkarya, karena;
a. Karya seseorang yang akan menentukan kualitas seorang beriman, sebagaimana
tersebut dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan Q.S.Thaha/20:75.

Q.S. al-Ahqaaf/46:9
٩ ﴿ ‫ُقْل َم ا ُكْنُت ِبْد ًعا ِم َن الُّر ُس ِل َو َم ا َأْد ِر ي َم ا ُيْفَع ُل ِبي َو اَل ِبُك ْم ۖ ِإْن َأَّتِبُع ِإاَّل َم ا ُيوَح ٰى ِإَلَّي َو َم ا َأَنا ِإاَّل َنِذ يٌر ُم ِبيٌن‬

(qul maa kuntu bid'an mina alrrusuli wamaa adrii maa yuf'alu bii walaa bikum
in attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya wamaa anaa illaa nadziirun mubiinun)

Artinya :
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku
tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
menjelaskan".

Q.S.Thaha/20:75
٧٥ ﴿ ‫َو َم ْن َيْأِتِه ُم ْؤ ِم ًنا َقْد َع ِمَل الَّصاِلَح اِت َفُأوَٰل ِئَك َلُهُم الَّد َر َج اُت اْلُع َلٰى‬

(waman ya/tihi mu/minan qad 'amila alshshaalihaati faulaa-ika lahumu


alddarajaatu al'ulaa)

Artinya :
Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi
sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),

b. Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya


seseorang, sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105

‫َو ُقِل اْع َم ُلوا َفَسَيَر ى ُهَّللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُلُه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َعاِلِم اْلَغْيِب َو الَّشَهاَد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم‬
١٠٥ ﴿ ‫َتْع َم ُلوَن‬

(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna


wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa
kuntum ta'maluuna)

Artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

c. Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah


Swt. nanti di akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S. an-Nahl/16:93.

٩٣ ﴿ ‫َو َلْو َش اَء ُهَّللا َلَجَع َلُك ْم ُأَّم ًة َو اِح َد ًة َو َٰل ِكْن ُيِض ُّل َم ْن َيَش اُء َو َيْهِد ي َم ْن َيَش اُء ۚ َو َلُتْس َأُلَّن َع َّم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلوَن‬
(walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin yudhillu man
yasyaau wayahdii man yasyaau walatus-alunna 'ammaa kuntum ta'maluuna)

Artinya :
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja),
tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya
tentang apa yang telah kamu kerjakan.

2. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam


Q.S.al-Jum’at/62:10 seprti di atas dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12,

Q.S. al-Isra’/17:12

‫َو َجَع ْلَنا الَّلْيَل َو الَّنَهاَر آَيَتْيِن ۖ َفَم َح ْو َنا آَيَة الَّلْيِل َو َجَع ْلَنا آَيَة الَّنَهاِر ُم ْبِص َر ًة ِلَتْبَتُغ وا َفْض اًل ِم ْن َر ِّبُك ْم َو ِلَتْع َلُم وا َع َدَد الِّس ِنيَن‬
١٢ ﴿ ‫َو اْلِحَس اَب ۚ َو ُك َّل َش ْي ٍء َفَّص ْلَناُه َتْفِص ياًل‬

(waja'alnaa allayla waalnnahaara aayatayni famahawnaa aayata allayli waja'alnaa


aayata alnnahaari mubshiratan litabtaghuu fadhlan min rabbikum walita'lamuu
'adada alssiniina waalhisaaba wakulla syay-in fashshalnaahu tafshiilaan)

Artinya :
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda
malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.
Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
karena;
Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya.
Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.
Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid
sesudah shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu? Mereka menjawab; Kami
orang-orang yang tawakal kepada Allah Swt. kemudian Umar mengusir mereka dan
mengatakan: Janganlah seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya
Allah, berilah aku rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum pernah
menurunkan hujan emas, dan Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai
mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah Swt.”

3. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini,
sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.

‫َأَو َلْم َيْنُظُروا ِفي َم َلُك وِت الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َم ا َخ َلَق ُهَّللا ِم ْن َش ْي ٍء َو َأْن َع َس ٰى َأْن َيُك وَن َقِد اْقَتَرَب َأَج ُلُهْم ۖ َفِبَأِّي َحِد يٍث‬
١٨٥ ﴿ ‫َبْع َد ُه ُيْؤ ِم ُنوَن‬

(awalam yanzhuruu fii malakuuti alssamaawaati waal-ardhi wamaa khalaqa allaahu


min syay-in wa-an 'asaa an yakuuna qadi iqtaraba ajaluhum fabi-ayyi hadiitsin
ba'dahu yu/minuuna

Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan
mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran
itu?
Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam al-Qurā n, misalnya
dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.
Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai kesimpulan,
bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam ini adalah ciptaan Allah Swt. dan
Allah Swt. menciptakannya tidaklah sia-sia.

4. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan


kedzaliman.
Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan adalah pendusta
agama. Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman dan
mempunyai ilmu yang banyak. Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan
berbuat dzalim karena dzalim adalah sumber malapetaka atau kehancuran.

5. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang bagus,
membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik anak-
anak menjadi shaleh. Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang
halal dan tayyib. Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya
dari api neraka. Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.
6. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh,
sehingga musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S.
al-Anfal/8:60.

‫َأِع ُّد وا َلُهْم َم ا اْسَتَطْع ُتْم ِم ْن ُقَّوٍة َوِم ْن ِرَباِط اْلَخْيِل ُتْر ِهُبوَن ِبِه َع ُد َّو ِهَّللا َو َع ُد َّو ُك ْم َو آَخ ِريَن ِم ْن ُدوِنِه ْم اَل َتْع َلُم وَنُهُم ُهَّللا َيْع َلُم ُهْم ۚ َو َم ا‬
٦٠ ﴿ ‫ُتْنِفُقوا ِم ْن َش ْي ٍء ِفي َس ِبيِل ِهَّللا ُيَو َّف ِإَلْيُك ْم َو َأْنُتْم اَل ُتْظَلُم وَن‬
(wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli
turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa
ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi
yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna)

Artinya :
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan
kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Demikian cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para
pemeluknya agar bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui
berkarya di dalam segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah
Swt. akan membalas dengan kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).

C. Kriteria Kehidupan yang Hayatan Tayyibah


Berdasarkan pendapat para mufassir mulai dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas
sampai Sayyid Quth, Wahbab Zuhaili dan Quraish Shihab dan sebagainya, paling tidak
ada tujuh kritreria kehidupan seseorang yang mendapatkan hayatan thayyibah.

1. Rizki Yang Halal


Setiap manusia tentu membutuhkan rizki berupa makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal, kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Untuk itu,
manusia harus mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal.Karena
memperoleh rizki yang halal merupakan ciri kehidupan yang baik, maka Allah swt
mencintai orang yang demikian sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫إَّن َهلل َتَع اَلى ُيِح ُّب َأْن َيَر ى َع ْبِدِه َتِع ًبا فِى َطَلِب اْلَح َالِل‬

Artinya :
Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari yang
halal (HR. Ad Dailami).

2. Qonaah
Ketika rizki halal sudah kita peroleh, orang yang mencapai derajat kehidupan yang
baik adakan selalu qonaah atau menerima rizki itu dengan senang hati meskipun
jumlahnya belum mencukupi. Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang
kita peroleh, sedangkan kurangnya bisa kita cari lagi. Allah Swt berfirman :
٤٩ ﴿ ‫َفِإَذ ا َم َّس اِإْل ْنَس اَن ُضٌّر َدَعاَنا ُثَّم ِإَذ ا َخ َّو ْلَناُه ِنْع َم ًة ِم َّنا َقاَل ِإَّنَم ا ُأوِتيُتُه َع َلٰى ِع ْلٍم ۚ َبْل ِهَي ِفْتَنٌة َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر ُهْم اَل َيْع َلُم وَن‬

(fa-idzaa massa al-insaana dhurrun da'aanaa tsumma idzaa khawwalnaahu


ni'matan minnaa qaala innamaa uutiituhu 'alaa 'ilmin bal hiya fitnatun walaakinna
aktsarahum laa ya'lamuuna)
Artinya :
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami
berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat
itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi
kebanyakan mereka itu tidak mengetahui (Q.S Azumar/39 : 49)

3. Kebahagiaan.
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari
aspek duniawi, tapi yang terpenting adalah bila bisa menjalani kehidupan dalam
kerangka pengabdian dan ketaatan kepada Allah swt. Bila seseorang sudah beriman
dan beramal shaleh ia akan merasakan kebahagiaan karena kehidupannya di dunia
memberi kontribusi manfaat kebaikan.
4. Ketenangan.
Bagi seorang muslim dengan iman dan amal shaleh insya Allah terhindar dari dosa
yang membuat kita menjadi tenang. Hal merupakan salah satu essensi hayatan
thayyibah yang amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan
disebut dalam hadits Rasulullah saw:

‫َاِإل ْثُم َم اَح اَك ِفى َنْفِس َك َو َك ِر ْهَت َأْن َيَّطِلَع َع َلْيِه الَّناَس‬

Artinya :
Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak
setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).

5. Ridha
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridha kepada Allah
swt sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai
Rasul yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini. Dalam satu hadits,
Rasulullah saw bersabda:

‫َم ْن َرِض َي ِباِهلل َر ًّبا َو ِبْاِإل ْس َالِم ِد ْيًنا َو ِبُمَحَّمٍد َّنِبًّيا َو َر ُسْو ًال َو َجَبْت َلُه اْلَج َّنَة‬

Artinya :
Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya
dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, wajib baginya surga (HR. Muslim).
6. Syukur
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehnya dalam hidup ini
sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah swt.
Allah Swt berfirman :

٧ ﴿ ‫َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َشَكْر ُتْم َأَلِزيَد َّنُك ْم ۖ َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬

(wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum


inna 'adzaabii lasyadiidun)
Artinya :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim
[14]:7).
7. Sabar.
Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan hal-hal yang tidak
dibenarkan Allah swt karena mencari ridha-Nya. Orang yang hidupnya baik tidak
mungkin melepaskan sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sulit, karenanya
Allah swt mencintai siapa saja yang sabar, Allah Swt berfirman:

‫َو َك َأِّيْن ِم ْن َنِبٍّي َقاَتَل َم َع ُه ِرِّبُّيوَن َك ِثيٌر َفَم ا َو َهُنوا ِلَم ا َأَص اَبُهْم ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو َم ا َض ُع ُفوا َو َم ا اْسَتَك اُنوا ۗ َو ُهَّللا ُيِح ُّب‬
١٤٦ ﴿ ‫الَّصاِبِر يَن‬

(waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu


limaa ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu
yuhibbu alshshaabiriina)

Artinya :
Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah
(kepada manusia), dan Allah mencintai orang yang sabar (QS 3:146).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja keras diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
namun bekerja keras juga memerlukan tanggung jawab yang tinggi agar semua yang
kita lakukan saat ini tidak menganggu kehidupan mesa yang akan datang, kita harus
memikirkan nasib anak dan cucu kita.
B. Saran
1. Setelah mengetahui yang dimaksud kerja keras dan tanggung jawab
mahasiswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari
2. Seorang perawat yang profesional hendaknya menerapkan kerja keras untuk
memajukan profesinya dengan penuh tanggung jawab, dengan kerja keras
dan tanggung jawab akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA

http://myaidilnet.blogspot.com/2017/02/makalah-kerja-keras.html
http://rahmadfitriyanto.blogspot.com/2016/04/tanggung-jawab-dalam-islam.html
https://dokumen.tips/download/link/kerja-keras-dan-tanggung-jawab

Anda mungkin juga menyukai