Anda di halaman 1dari 14

BEKERJA KERAS

DAN
BERTANGGUNG JAWAB
PENGERTIAN KERJA KERAS
.
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar
secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja
keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-
sungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.
Orang yang bekerja keras tidak berarti harus
“banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara
fisik, akan tetapi dapat dilakukan dengan berpikir
sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya
atau belajar sungguh-sungguh untuk mencari ilmu.
DALIL KERJA KERAS

Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar


dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau
prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai
dengan do’a dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah
Swt., untuk kepentingan dunia dan akhirat. Sebagaimana
tersirat dalam surat al-jumu’ah 62:10
‫ هّٰللا و ْاذ ُكرُوا هّٰللا‬/‫ فَضْ ل‬/‫ وا ْبتَ ُغ ْوا م ْن‬/‫ى ااْل َرْ ض‬/‫َّ ٰلوةُ فَا ْنتَشر ُْوا ف‬/‫ الص‬/‫فَا َذا قُضيت‬
َ َ ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ ِ َِ ِ
‫َكثِ ْي ًرا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‬
Artinya : “Apabila salat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
HIKMAH BEKERJA KERAS

1. Mendapatkan pahala dan kemuliaan dari


Allah SWT
2. Menjauhkan diri dari kerendahan dan
kehinaan akibat meminta-minta
3. Menjadi pribadi yang mandiri dan
amanah
4. Menjadi pribadi yang disenangi dan
dipercaya sesama manusia
5. Cita-cita yang diinginkan bisa terwujud
dengan kerja keras
Cara Membiasakan perilaku kerja keras

 Niatkan bahwa kerja keras merupakan suatu ibadah


 Mengerjakan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh
 Pantang menyerah apabila mendapati kesulitan
 Tidak mengerjakan pekerjaan yang dilarang oleh agama
 Selalu bertawakal kepada Allah Swt, setelah bekerja keras
 Selalu bersyukur dengan hasil yang didapati
 Selalu bersabar apabila hasil yang didapat tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki
Pengertian Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah "kesadaran manusia akan


tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun
yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya".
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa
Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, dan sebagainya) fungsi pembebanan
sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.
Dalil Tanggung
jawab
ٰۤ ُ
ْ
‫ان َعنهُ َم ْسـُٔ ْو ًل‬ َ
َ ‫كك‬ َ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ اول ِٕى‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ َ‫ْس ل‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak .
kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati
nurani, semua itu akan diminta
Berkaitan dengan tanggung jawab, setiap manusia
bertanggung jawab atas apa yang diperbuatanya,
sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al- Mudatstsir/74:38
yang artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya”. Oleh karena itu, tanggung jawab
seseorang tidak terbatas pada amalannya saja tetapi bisa
melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan
pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung bahkan
mungkin sampai setelah dia meninggal.
Macam – Macam
Tanggung jawab

1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri


menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai
manusia pribadi.

2. Tanggung jawab terhadap keluarga


Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari
suami, ister, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga.

3. Tanggung jawab terhadap masyarakat


Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial.
Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi
dengan manusia lain.
4. Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah
warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri.
Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada
Negara.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisa kehidupannya manusia
mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga
tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang
telah diatur sedemikian rupa dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam-macam agama.
Kolerasi anatara prilaku kerja keras, jujur, tanggung jawab, adil dan
Toleransi dalam kehidupan sehari-hari
Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan
ini. Setiap detik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar
bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan
kepuasan hati. Dan setiap langkahnya adalah perbuatan yang bermanfaat bagi
siapa saja yang dijumpainya. Rasulullah saw. adalah manusia paling mulia,
tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu
yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan
itu, dan menciumnya seraya bersabda; “ Hadzihi yadun la tamatsaha narun
abada”, inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka
selama-lamanya. Rasulullah saw. tidak pernah mencium tangan para
pemimpin Quraisy, tangan para pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun.
Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah
yang pernah dicium oleh Rasulullah saw. Padahal tangan tukang batu yang
dicium oleh Rasulullah saw. justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar,
kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Coba renungkan bagaimana respon para sahabat terhadap perilaku
Rasulullah saw. ketika mencium tangan tukang pemecah batu, yang kemudian
diwujudkan dalam sebuah pertanyaan; “ Wahai Rasulullah saw., seandainya kami
bekerja seperti dilakukan orang itu, apakah kami dapat digolongkan jihad di jalan
Allah Swt. (Fi sabilillah)?, maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun
menjawab, “ Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak- anaknya yang masih kecil,
maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya
yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan
dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah. (HR Thabrani).
Sedangkan orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak
menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang
lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah saw. amat
prihatin terhadap para pemalas (Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 dan QS
Nuh/71:19-20)

Jadi kolerasinya adalah yang mana Sejak dari kecil kita selalu diajar sikap
sopan,santun,jujur, adil dan toleran serta bekerja keras dalam melakukan
sesuatu hal yang mana pembelajaran tersebut diajarkan bertujuan agar sejak
dini kita dapat menanamkan dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam diri kita
yang sangat mempengaruhi bagaimana kita di dalam bersikap sopan santun,adil,
jujur, toleran serta tanggung jawab dalam melakukan suatu hal.
4 PRINSIP YANG HARUS DIMILIKI
SEORANG MUSLIM
1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan).
halal dari segi jenis pekerjaan dan cara menjalankanya .
2. Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain
(ta’affufan an al-mas’alah)
Orang beriman dilarang menjadi benalu bagi orang lain yang mana rasullullah
saw pernah menegur seorang shabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaan
meminta-minta (mengemis), Dengan demikian setiap pekerjaan halal adalah mulia
dan terhormat dalam islam.
3. Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
mencukupi kebutuhan keluarga hukumnya fardhuain, tidak dapat diwakilkan
dan menunaikannya yang termasuk kategori jihad.
4. Bekerja untuk meringankan beban hidup tentangga ( ta’aththufan ala jarihi).
islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi islam
melarang kaum beriman berikap egois yang mana islam menganjurkan solidaritas
social dan tanggung jawab sosial dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga
terhadap lingkungan sekitar.
Menerapakan Prilaku Mulia

1. Menepati janji yang sudah dibuat kepada orang lain dan tidak
mengingkarinya.
2. Menyisihkan uang untuk infaq dan sedekah dijalan-Nya setiap hari jumat
agar memperoleh ridho-Nya Allah.
3. Menjamu tamu yang datang kerumah walaupun hanya segelas air atau kue.
Tidak membiarkan tamu menunggu lama, layani mereka dengan sepenuh hati
agar maksud dan tujuan tamu tersebut bisa tersampaikan dengan baik.
4. Tidak membeda-bedakan teman karena sukunya, warna kulit, agama,
golongan, keturunan, dll. Karena hal itu hanya akan membuat perpecahan
dalam sesama.
5. Menjaga tali silaturahmi dengan siapapun baik saudara, teman, guru, atau
orang-orang terdekat kita.
6. menolong orang yang sedang kesusahan atau membutuhkan, seperti
korban bencana, anak yatim, orang fakir dan miskin. Ini akan membuat hidup
kita saling berbagi dan semakin berkah.

Anda mungkin juga menyukai