Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 24 Agustus 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Allah Maha Esa, Kita Harus Mengesakan-Nya.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan
ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian, alhamdulillah kita dipertemukan kembali kita
manfaatkan kesempatan ini untuk belajar bagaimana kita bisa meningkatkan keimanan
kita. Pagi ini mari kita pelajari tentang “ Allah Maha Esa, kita harus mengEsakan Nya”
tujuan dari mempelajari ini supaya kita bisa meraba diri kita apakah iman ini sudah betul-
betul murni mengEsakan Allah atau masih tercemari dengan kemusyrikan. Karena
banyak sekali tradisi-tradisi lama yang sudah membudaya padahal itu mengandung
kemusyrikan, tetapi karena kita tidak mengetahuinya kita suka mempraktekkan tanpa
menyadari bahwa itu mengganggu keimanan kita. Prinsipnya bahwa Allah itu Maha Esa,
maka kita menyesuaikan diri dengan ke Esaan Allah, jadi karena faktanya Allah itu Esa
maka kita harus mengEsakanNya, kalau kita menyekutukanNya berarti itu bertentangan
dengan fakta dan bukan kebenaran. Kita kalau berperilaku bertentangan dengan
kebenaran biasanya ada kegelisahan di dalam hati, oleh karena itu kita mesti berusaha
perilaku kita konsisten dengan pendirian kita dan pendirian kita harus sesuai dengan fakta
atau kenyataan yang ada. Jadi Allah itu satu-satunya Tuhan yang bisa menciptakan,
merawat, mengatur dan mengelola alam raya, sedangkan kita hanya bagian dari
alamraya itu. Jadi prinsip dasarnya bawwa Allah saja yang bisa menciptakan dan
mengatur alam raya ini maka yang menjadi Raja atau Direktur utama alam raya ini
adalah Allah, kita sebagai bagian kecil di alam raya aini harus menyesuaikan diri dengan
Raja atau Direktur utama atau Tuhannya sehingga kita bisa hidup sejalan dengan
kebijakan yang mengatur. Allah Menyebutkan dalam Al Qur‟an tentang kekuasaan Allah
dan satu-satunya Yang bisa Menciptakan, Allah Berfirman dalam surat An Nazi‟at (79)
ayat 27-33:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu (bekalmu) dan untuk binatang-binatang
ternakmu”.

Jadi Allah menciptakan alam raya ini semuanya untuk kepentingan kita manusia, luar
biasanya kita mahluk yang kecil dibandingkan alam raya ini, tetapi alam raya yang
sebesar itu dan selengkap itu semuanya dipersembahkan untuk kita manusia. Karena
Allah satu-satunya yang menciptakan alam raya ini, maka Allah juga yang mengatur itu
dengan baik, kalau yang mengatur itu hanya satu maka tidak ada perselisihan antara
pengatur satu dengan yang lain. Sebagai ilustrasi, dalam satu negara presiden hanya satu,
tujuannya supaya dapat mensinkronkan semua yang ada dibawah kekuasaannya, begitu
juga Allah mengatur sendirian, tidak mungkin alam raya ini diatur oleh lebih dari satu
Tuhan, jadi alam raya ini bisa teratur karena yang menciptakan dan mengatur hanya satu
yaitu Allah, dengan kesendiriannya itu Allah bisa mengatur alam raya ini secara harmonis
sehingga satu bagian mendukung bagian yang lain tanpa ada satupun yang menyaingi
dan menghalanginya, jika ada pesaing tentu alam raya ini sudah hancur. Allah Berfirman
dalam surat Al Mu‟minun (23) ayat 91:

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain)
beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”.
Allah Maha Suci itu artinya suci dari sekutu dan suci dari kekurangan. Karena Allah
memang esa maka kita manusia mesti menyesuaikan diri dengan mengEsakan Allah,
ketika kita mengEsakan Allah harus dengan cara totaliter artinya dari keyakinan kita atau
akidah kita meyakini bahwa Allah hanya satu, dari ucapan kita dan kata-kata kita harus
mencerminkan bahwa Allah itu satu, tidak bisa pikiran kita Allah itu Esa tetapi bicara kita
mencerminkan bahwa Allah lebih dari satu, itu tidak boleh, begitu pula tindakan kita,
perilaku kita dan action kita harus mencerminkan keEsaan Allah. Karena kadang-kadang
orang tidak bermaksud menyekutukan Allah tetapi perilaku dan ucapan orang tersebut
sedang menyekutukan Allah. Kalau Allah Maha Esa dan kita MengEsakan maka pola
pikir kita, ucapak kita dan tindakan kita sejalan dan sesuai dengan kebijakan Allah.
Karena Allah itu yang menciptakan alam raya ini maka kalau kita sudah bersesuaian
dengan kebijakan Allah maka kita menjadi seirama dengan lingkungan kita yang sama-
sama mahluk ciptaan Allah, jadi terhadap sesama mahluk ciptaan Allah kita juga harus
berbuat baik dan menghormati terutama sesama manusia. Hal itu tercermin dari
Perintah Allah dalam surat An Nisaa (4) ayat 36:

“Sembahlah (mengabdilah kepada) Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.

Dari ayat tersebut dapat difahami bahwa mengabdi khusus hanya kepada Allah tidak
boleh mendua (mengabdi sambil menyekutukan). Dari ayat tersebut Allah juga
memerintahkan kita berbuat baik kepada hamba sahaya (budak) dimana hamba sahaya
adalah status sosial yang paling rendah, jadi kepada manusia dengan status sosial paling
rendahpun kita harus berbuat baik, artinya kita harus perlakukan mereka sama dan
sejajar dengan kita, kita tidak boleh berperilaku seolah-olah lebih tinggi dari mereka.
Jadi Allah itu Esa dan kita harus mengEsakan, kalau kita tidak mengEsakan Allah itu
berarti menyekutukan karena lawan dari mengEsakan adalah menyekutukan atau bahasa
arabnya “syirik”. Syirik adalah menyekutukan Allah atau menganggap ada tandingan
Allah, orang yang menyekutukan Allah akan hidup sengsara baik di dunia maupun di
akherat, karena orang yang menyekutukan Allah itu pikiran dan tindakannya
bertentangan dengan kenyataannya, karena kenyataannya Allah itu Esa dan Allah yang
mengatur semuanya itu sendirian, tetapi kalau ada orang yang sikapnya tidak sejalan
dengan itu dia tidak sinkron dengan fakta yang ada karena itu dia akan sengsara dunia
dan akherat. Orang yang menyekutukan Allah sengsaranya antara lain secara batiniah
yaitu adanya rasa takut, Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 151:

“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang lalim”.

Hubungan menyekutukan Allah dengan rasa takut dalam ayat diatas bisa digambarkan
begini: kalau kita mengEsakan Allah minta perlindungannya hanya kepada Allah, kalau
orang yang menyekutukan Allah berarti dia minta perlindungannya kepada Allah dan
kepada yang lain, misalnya yang lain itu adalah king maker yaitu orang yang bisa
menjadikan presiden atau menteri misalnya pimpinan partai, maka orang yang
menyekutukan itu pasti ada rasa takut atau was-was, jangan-jangan walaupun sudah
melayani dia memenuhi segala permintaannya tapi tetap tidak diusulkan menjadi
pejabat, kekhawatiran itu selalu muncul sehingga menjadi takut. Jadi berlindung kepada
selain Allah itu tidak kokoh karena itu selalu ada rasa takut karena selain Allah itu tidak
mempunyai kekuasaan yang sebenarnya, yang mempunyai kekuasaan yang hakiki hanya
Allah, oleh karena itu orang yang menyekutukan Allah nasibnya di dunia ini sudah buruk
dan besok di akherat tempatnya di neraka. Ketakutan yang menghinggapi orang yang
menyekutukan Allah itu bisa difahami, karena ketika seseorang mengakui sesuatu atau
seseorang sebagai tuhan pasti dia akan taat kepadanya, karena sudah taat dia
mengandalkan perlindungan darinya ketika mengalami kesulitan dalam hidup, padahal
siapapun yang dianggap tuhan selain Allah tidak mungkin bisa memberi perlindungan,
jadi kalau meminta perlindungan mesti kepada Yang mempunyai kekuasaan hakiki. Allah
mengumpamakan orang yang berlindung kepada selain Allah itu sama dengan berlindung
kepada rumah laba-laba yang faktanya rapuh, karena itu kalau akan dijadikan
perlindungan tidak akan bisa melindungi. Allah Berfirman dalam surat Al „Ankabut (39)
ayat 41:

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah


seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah
ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”.

Ketika di akherat orang yang menganggap tuhan selain Allah juga akan tertipu, karena
yang mereka anggap tuhan ketika di akherat sama sekali tidak bisa menolong dan tidak
bisa memberi perlindungan, kalau dia diputuskan oleh Allah masuk neraka sekutu itu
tidak bisa melindunginya maka dia masuk neraka. Misalnya mentang-mentang dia
menjadi pejabat tinggi yang kekuasaanya banyak lalu ada orang yang berlindung kepada
pejabat yang seperti itu, ternyata di akherat dia tidak bisa berbuat apa-apa bahkan dia
sendiri masuk neraka jadi yang minta perlindungan kepadanya tertipu. Ada juga orang
yang menuhankan duit karena duit fungsinya macam-macam, beli rumah dan mobil
mewah serta barang-barang mewah lainnya pakai duit dia berlindung kepada duit, dia
menganggap segala-galanya bisa dibeli dengan duit termasuk perlindungan dirinya karena
kalau dia diperkarakan di pengadilan tinggal disogok pakai duit tidak akan dipenjara, hal
semacam ini diakherat tidak berlaku dan dia masuk neraka bukan hanya karena
perbuatannya tetapi karena menuhankan duit yang sama dengan menyekutukan Allah.
Di akherat hanya Allah yang berkuasa dan Allahlah yang menentukan seseorang masuk
neraka atau surga, Allah Berfirman dalam surat Az Zumar (39) ayat 43-44:
“Bahkan mereka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah: "Dan apakah yang
kamu anggap sebagai pelindung itu memiliki sesuatu atau berakal?" Katakanlah: "Hanya
kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi.
Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan."

Bahkan didunia ini pun sipapun yang dianggap sebagai tuhan selain Allah tidak akan bisa
membantu menghilangkan bahaya yang menimpa, Allah menantang orang seperti ini
dalam surat Al Israa (17) ayat 56:

“Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka
tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya atau kesengsaraan dari
padamu dan tidak pula memindahkannya."

Jadi misalnya kalau banjir di suatu tempat maka sudah pasti terjadi di tempat itu, tidak
bisa digeser ke tempat lain oleh siapapun yang dianggap tuhan selain Allah dan tidak bisa
meminta perlindungan kepada siapapun selain Allah. Kalau manusia mengaku bertuhan
itu ada dua sisi satu sisi dia taat kepada tuhannya disisi lain dia berlindung kepada
tuhannya. Jadi kalau kita taat kepada Allah artinya kita berbuat sesuatu hanya untuk
Allah, kalau kita berlindung kepada Allah artinya kalau kita sakit kita memohon Allah
yang menyembuhkan kita, kita lapar kita percaya Allah yang akan memberi rizki kepada
kita, jadi Allah berbuat sesuatu untuk kita. Kalau kita mengEsakan Allah kita mengabdi
dan melakukan apapun hanya untuk Allah dan kita minta perlindungan hanya kepada
Allah. Seorang yang menyekutukan Allah dengan cara mendua dalam ketaatan maka
akan mengalami sengsara secara kejiwaan, dia akan mengalami kebingungan karena
adanya konflik dalam kepentingan, misalnya orang ini menTuhankan Allah dan harta,
disatu fihak dia taat kepada Allah disisi lain dia taat kepada harta, ketaatannya kepada
Allah dia cerminkan dalam pelaksanaan sholat wajib 5 waktu, tetapi disisi lain
ketaatannya kepada harta dia lakukan korupsi atau menerima suap, ini akan menjadi
konflik, karena ketika dia melakukan sholat dia ingin dekat kepada Allah tetapi ketika dia
menerima suap atau kerjasama korupsi maka dia sedang bergerak menjauhi Allah maka
terjadi konflik kejiwaan. Allah mengibaratkannya pada jaman dahulu dimana masih
banyak perbudakan, maka kalau ada budak yang dimiliki oleh satu orang akan berbeda
ketaatannya dengan budak yang dimiliki oleh lebih dari satu orang, budak yang dimiliki
lebih dari satu orang akan bingung perintah siapa yang diikuti. Kalau jaman sekarang
misalnya seseorang yang menjadi direktur utama dari satu perusahaan yang dimiliki oleh
satu orang akan berbeda ketaatannya dengan perusahaan yang dimiliki lebih dari satu
orang, sang direktur utama dari perusahaan yang dimiliki lebih dari satu orang akan
kebingungan mentaati arahan dari masing-masing pemilik yang berbeda. Allah Berfirman
dalam surat Az Zumar (39) ayat 29:

“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh
beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang
menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya?
Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.

Jadi kebanyakan orang yang menyekutukan Allah akan gelisah karena kalau dia
menuhankan uang dengan mencari uang sebanyak banyaknya dengan cara korupsi dia
takut ketahuan oleh auditor atau inspektur dll, oleh karena itu tidak usah mendua, taat
saja kepada Allah saja. Itulah sebabnya Allah melarang kita untuk menyekutukanNya
dengan mengatakan bahwa menyekutukan Allah atau syirik itu merupakan dosa yang
paling besar dan satu-satunya dosa yang tidak pernah diampuni oleh Allah jika dia
sampai mati belum bertaubat. Allah Berfirman dalam surat An Nisaa (4) ayat 48:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.

Karena aini bahayanya besar maka kita harus hati-hati dengan kemusyrikan. Karena
syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan terampuni, maka orang yang musyrik tidak
mungkin tinggal di sorga kelak. Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5) ayat 72:

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang lalim itu seorang penolong pun”.

Raslullah S.A.W juga memberikan peringatan keras kepada ummatnya terhadap


kemusyrikan dengan mengulang-ulang pesannya sbb:

“Nabi bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang
paling besar?" (Beliau mengulanginya tiga kali.) Kami menjawab, "Tentu, wahai
Rasulullah." Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua." Beliau (pada waktu itu) berbaring lalu duduk kemudian meneruskan sabdanya,
"Ingatlah, dan perkataan palsu dan kesaksian palsu." Beliau terus-menerus mengulanginya
sampai kami berkata, "Andai saja beliau diam (berhenti)." {HR Bukhari dan Muslim dari
Abu Bakrah}.

Dalam hadits tersebut Rasulullah S.A.W sampai mengulang-ngulang menunjukkan bahwa


hal tersebut sangat penting agar diperhatikan oleh para sahabatnya.
Seseorang bisa musyrik dikarenakan dalam pola pikir, ucapan dan bisa karena perbuatan,
karena itu kita mesti menghindari pola pikir, ucapan dan tindakan yang bisa mengarah
kepada kemusyrikan. Secara pikiran, seseorang bisa menjadi musyrik jika dia misalnya
menganggap suatu benda adalah jimat, contohnya cincin keris atau benda-benda lainnya
sebagai jimat, orang tersebut menggunakan jimat itu untuk melindunginya dari bencana
atau bahaya, orang itu tidak berlindung kepada Allah tetapi kepada jimat tersebut itu
sudah musyrik. Ada juga yang minta perlindungan kepada syaiton misalnya minta jin
menjaga rumahnya, itu termasuk musyrik. Allah Berfirman dalam surat Maryam (19)
ayat 81:

“Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-


sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka”.

Kita juga harus hati-hati karena ucapan itu juga bisa menyebabkan musyrik, maka kita
tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan arti adanya sekutu bagi Allah.
Meskipun itu becanda, jadi jangan kita becanda kalau itu bisa menyebabkan
kemusyrikan. Allah memperingatkan kepada ahlul kitab (yahudi dan nasrani) dalam
surat An Nisaa (4) ayat 171:

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)
tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu”.

Kalau ada orang mengatakan tuhan itu ada tiga, maka ucapan itu sudah menjadi orang
yang mengucapkan musyrik. Dari tindakan juga sudah menyebabkan orang musyrik,
karena itu kita tidak boleh melakukan suatu tindakan yang bisa dianggap sebagai
menyamakan sesuatu atau menyamakan seseorang dengan Allah. Misalnya dengan
menghormati sesuatu atau seseorang yang caranya itu seperti menghormati Allah. Kita
menghormati Allah itu dengan gerakan dalam sholat yaitu sujud dan ruku‟, maka ketika
kita menghormati seseorang jangan dengan cara sujud, siapapun itu termasuk bapak dan
ibu kita, karena itu tindakan yang menyebabkan musyrik. Allah Berfirman dalam surat
Fushshilat (41) ayat 37:

“Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”.

Jadi kalau menghormati orang jangan berlebihan, jadi kalau kita menghormati Allah
dengan sujud dan ruku‟ maka kita menghormati orang tidak boleh sujud dan ruku‟ juga
kalau membungkuk sedikit (belum sampai seperti ruku‟) cukup. Kalau Allah adalah satu-
satunya yang menciptakan alamraya, maka Allahlah satu-satunya yang berhak membuat
peraturan dengan cara mengeluarkan undang-undang tentang mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, ini artinya yang boleh menentukan
sesuatu itu halal dan haram hanya Allah. Jika ada masyarakat yang mentaati peraturan
yang dikeluarkan oleh pimpinan mereka, kalau peraturan itu bertentangan dengan
peraturan Allah, maka sebenarnya mereka telah mengangkat pemimpin tersebut sebagai
tuhan. Jadi taat kepada mahluk termasuk pimpinan atau orangtua tidak boleh jika
peraturan yang dikeluarkan oleh mahluk tersebut bertentangan dengan peraturan Allah,
sehingga ketika mentaati pimpinan atau mentaati orangtua itu harus segaris lurus dengan
mentaati Allah. Kalau perintahnya bertentangan maka tidak boleh ditaati, misalnya
mengeluarkan larangan sholat di Masjid (kecuali memang dalam keadaan darurat) maka
peraturan sperti itu tidak boleh ditaati. Seperti diumpamakan orang-orang Nasrani
jaman dahulu, Allah Berfirman dalam surat At Taubah (9) ayat 31:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.

Jadi waktu itu pemuka-pemuka agama dan rahib-rahib mereka mengeluarkan perintah
menyembah tuhan lain selain Allah, maka tidak boleh ditaati. Jadi peraturan yang dibuat
oleh manusia siapapun itu hanya boleh ditaati jika tidak bertentangan dengan peraturan
Allah. Contohnya, Allah memerintahkan kita taat kepada orangtua, itupun dengan
catatan kalau perintahnya tidak bertentangan dengan aturan Allah, Allah Berfirman
dalam surat Luqman (31) ayat 15:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku (Allah) sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku”.

Jadi yang tidak boleh ditaati adalah perintah yang menyebabkan kemusyrikan.

RINGKASANNYA :
 Allah adalah satu-satunya Tuhan yang bisa menciptakan, merawat, mengatur dan
mengelola alam raya.
 Kita, manusia, menyesuaikan diri dengan mengesakan Allah secara keyakinan,
ucapan dan tindakan.
 Menyekutukan Allah bertentangan dengan kodrat Allah, maka akan
menghasilkan kesengsaraan.
 Kita hindari menyekutukan Allah, baik melalui pikiran, ucapan maupun tindakan.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kemusyrikan, baik melalui pikiran, ucapan maupun
tindakan...Aamiiin.
~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai