Anda di halaman 1dari 9

TAUSIAH OLEH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Ahad, 9 Januari 2022. Pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR‟AN.
Topik : Al Qur’an Mengankat Derajat Pembacanya.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Alhamdulillah
bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian, in sya Allah pagi ini kita akan
membahas lagi tentang Al Qur’an dan dzikir, mudah-mudahan Allah membimbing kita.
Pada pertemuan yang lalu kita telah membahas bahwa Al Qur’an adalah sarana dzikir
yang lengkap fungsinya karena Al Qur’an berfungsi sebagai pengingat, peringatan
pembimbing, cahaya penerang, sebagai nasehat, penjelasan, kabar gembira, menakut-
nakuti, kisah keteladanan para Nabi, kisah ummat-ummat terdahulu, bacaan inspiratif,
peneguh iman, penyembuh rohani dan sumber Rahmat Allah. Begitu banyak daftar
fungsi Al Qur’an tersebut yang dapat di tarik dari ayat-ayatnya, tentu peran Al Qur’an
untuk pembinaan jiwa kita lebih dari itu. Pagi ini kita membahas beberapa keutamaan Al
Qur’an, sehingga orang-orang yang sibuk membaca, menghafal, mempelajari dan atau
mengajarkan Al Qur’an akan memperoleh kemuliaan disisi Allah. Jadi karena Al Qur’an
itu mulia sehingga bisa mengangkat derajat kemulyaan orang yang nempel (berinteraksi)
kepada Al Qur’an. Nempel maksudnya dengan mambacanya, menghafalnya,
mempelajarinya, mengajarkannya dan bahkan sampai melaksanakan ajaran-ajarannya.
Contohnya seseorang yang setiap hari bacaannya komik, tentu berbeda dengan seseorang
yang bacaannya setiap hari buku fisika atau buku ekonomi, dan mereka tentu beda
dengan orang yang setiap hari membaca Al Qur’an. Kemuliaan dari pembaca ditentukan
oleh siapa penulisnya, siapa pengarangnya dan siapa penuturnya. Karena Allah adalah
satu-satunya yang memiliki kemuliaan dan yang bisa membagi-bagi kemuliaan kepada
mahluknya, maka Allah itu kalau dibanding dengan yang lain kemuliaanNya jauh, karena
Allah adalah Maha Mulia dan paling mulia diantara siapapun, Allah adalah satu satunya
Maha pencipta dan selain Allah semua itu adalah ciptaanNya, dan semua yang diciptakan
oleh Allah pasti bergantung kepada Allah, karena itu Allah Maha Mulia. Allah Berfirman
dalam surat Al Qalam (96) ayat 3:
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Mulia/Pemurah”.

Karim bisa berarti Mulia bisa berarti Pemurah atau bisa berarti dua-duanya, karena
manusia saja yang sering memberi biasanya menjadi mulia. Allah itu setiap saat memberi
kepada mahluknya, maka Allah lah yang Paling Mulia. Karena Allah paling Mulia maka
perbandingan antara Firman Allah dengan pernyataan siapapun selain Allah sama dengan
Kemuliaan Allah dibanding mahlukNya. Ada hadits yang merupakan bagian akhir dari
hadits yang dikutip pada pertemuan yang lalu tentang kemuliaan dzikir (membaca Al
Qur’an) dibanding do’a, adalah sebagai berikut :

…..Dan keutamaan firman Allah dibanding percakapan yang lain bagaikan


Kemuliaan/Keutamaan Allah dibanding makhluk-Nya" {HR Tirmidzi dari Abu Said}.

Tentu tidak sebanding dan sangat jauh bedanya. Karena Allah adalah yang Maha Mulia,
maka kita akan menjadi mulia, terbawa oleh kemuliaan Allah, bila kita selalu mengaitkan
diri atau mengikatkan diri dengan Allah, atau terikat dengan hal-hal yang berkaitan
dengan Allah. Jadi kita melakukan apapun karena Allah, kita melakukan sesuatu karena
ingin menyenangkan Allah, itu berarti kita selalu mengaitkan diri dengan Allah. Bisa juga
mengaitkan diri dengan sesuatu yang berkaitan dengan Allah, misalnya: Allah
menurunkan Al Qur’an, karena Allah paling Mulia maka Firman Allah adalah yang paling
Mulia, maka kalau kita ingin mulia maka “menempel” saja ke Al Qur’an (lihat definisi
menempel diatas). Bahwa Al Qur’an itu adalah pernyataan (Firman) yang paling mulia
maka disebut dalam surat Al Waqiah (56) ayat 77:

“Sesungguhnya Al-Quraan ini adalah bacaan yang sangat mulia”.


Nabi Muhammad juga berkaitan dengan Al Qur’an dan Allah, karena beliau menerima
wahyu Al Qur’an sebagai Firman Allah, maka Rasulullah s.a.w menjadi mulia karena itu.
Seperti Firman Allah dalam surat Al Haqqah (69) ayat 40-41:

“Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada)
RasulNya yang mulia, dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit
sekali kamu beriman kepadanya”.

“Sedikit sekali kamu beriman” pernyataan ini tidak hanya dia ayat ini tetapi banyak juga
di ayat yang lain, itu bisa berarti orang yang beriman sedikit atau bisa berarti juga orang
yang mengaku berimanpun kemampuan mengimani Al Qur’an itu hanya sedikit. Kalau
secara umum kita mencintai Al Qur’an padahal yang kita fahami hanya sedikit, maka
kalau dibandingkan dengan seluruh isi Al Qur’an maka hanya sedikit yang kita fahami.
Kemuliaan juga disandangkan ke malaikat Jibril karena malaikat Jibril menyampaikan
wahyu berupa Al Qur’an dari Allah Yang Maha Mulia kepada Nabi Muhammad. Allah
Berfirman dalam surat At Takwir (81) ayat 19-20:

“Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang
mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah
yang mempunyai 'Arsy”.

Karena Allah Mulia dan Al Qur’an mulia, maka orang yang mempelajari Al Qur’an dan
yang mengajarkan Al Qur’an dianggap paling mulia atau paling baik diantara manusia, ini
berarti kita ikut mulia ketika kita terkait dengan Allah dan FirmanNya, ins sya Allah setiap
saat kita mempelajari di forum ini kita selalu mengutip ayat-ayat Al Qur’an, berarti kita
juga sedang mempelajari Al Qur’an, mudah-mudahan kita termasuk golongan yang
disabdakan oleh Rasulullah s.a.w dalam hadits ini:
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan
mengajarkannya.” {HR Bukhari dari Utsman bin Affan}.

Jadi forum ini insya Allah kita termasuk orang yang mempelajari Al Qur’an karena
mempelajari Al Qur’an itu kan bertingkat dan bertahap, dari mulai mengenal hurufnya,
membacanya, menghafalkannya, memahami maknanya dan yang paling tinggi adalah
menerapkan ajaran Al Qur’an. Orang yang mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an
bahkan dianggap sebagai keluarga Allah, tentu ini arti kiasan, dan Rasulullah s.a.w
menyebut dalam hadits nya:

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia.” Para sahabat bertanya,


“Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah para ahli Al
Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya” {HR Ahmad dan Ibnu Majah
dari Anas bin Malik}.

Keluarga dalam hadits tersebut adalah arti kiasan. Kalau keluarga dalam manusia
biasanya yang ada hubungan darah, sedangkan kita dengan Allah pasti bukan itu
hubungannya. Kalau keluarga kita adalah orang-orang yang kita rawat, kita didik kita
selalu bersatu menjaga keselamatannya dan kita juga menjaga kesejahteraannya. Maka
kalau orang menjadi keluarganya Allah, maka Allah akan bertindak semacam itu, itu
maksudnya kiasan, yaitu Allah akan memerhatikan, merawat, mendidik, membimbing,
merahmati dan melindunginya, jadi betapa indahnya kalau kita menjadi keluargaNya
Allah. Dalam hadits diatas disebutkan kata “Khos” artinya khusus, maka orang yang
dianggap khusus oleh Allah adalah orang yang selalu mengikatkan diri dan menerapkan
ajaran Al Qur’an. Yang menjadi mulia bukan hanya yang mempelajari dan yang
mengajarkan Al Qur’an saja, tetapi orangtuanya pun ikut mulia, pada hadits berikut ini
Rasulullah mendorong kita untuk selalu mengaitkan diri dengan Al Qur’an, mulai
dengan membaca, mampelajari maknanya sampai dengan mengamalkan ajarannya.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Barangsiapa membaca Al-Qur'an dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya,
maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari Kiamat yang cahayanya
lebih terang daripada cahaya matahari seandainya berada di rumah-rumah kalian di
dunia ini. Maka bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai orang yang
mengamalkannya?" {HR Ahmad dan Abu Dawud dari Mu'adz Al-Juhani}.

Membaca Al Qur’an saja dibanding dengan dzikir yang lain lebih utama, misalnya jika
dibandingkan dengan dzikir tasbih dan takbir. Rasulullah s.a.w bersabda :

"Membaca Al-Qur'an di dalam salat lebih utama daripada membaca Al-Qur'an di luar
salat. Membaca Al-Qur'an di luar salat lebih utama daripada tasbih dan takbir. Tasbih
lebih utama daripada sedekah, sedekah lebih utama daripada shaum (puasa), dan shaum
adalah perisai dari api neraka." {HR Baihaqi dari Aisyah}.

Ini berarti kita menghafal Al Qur’an kemudian kita baca didalam sholat itu lebih baik dari
pada kita baca Mushaf Al Qur’an diluar sholat, jadi kalau kita menginginkan pahala lebih
banyak maka hafalan kita diperbanyak sehingga dapat membaca Al Qur’an dalam sholat-
sholat kita lebih banyak dan lebih panjang. Atau surat pendek tetapi dibaca berulang-
ulang juga boleh, misalnya kalau hafalnya hanya surat Al Ikhlas dibaca berulang-ulang
juga tidak apa-apa, bahkan kalau dibacanya karena mencintai surat tersebut bisa
mengantarkan orang itu ke sorga seperti hadits yang pernah di tampilkan pada
pertemuan sebelumnya. Dari hadits diatas dapat dilihat bahwa nilai pahala bertingkat
tingkat bahkan tingkat paling rendah yaitu puasa dapat menjadi perisai dari api neraka.
Orang yang membaca Al Qur’an itu pahalanya berlipat-lipat. Rasulullah s.a.w membuat
ilustrasi begini :

”Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan, dan (pahala)
satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan ‫ ال م‬satu huruf akan
tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” {HR Tirmidzi dari Abdullah
bin Mas’ud}.

Rasulullah memberi contoh pada Al Qur’an di huruf ‫ ال م‬padahal huruf tersebut tidak ada
artinya, berarti kalau kita membaca Al Qur’an tanpa tahu artinya saja sudah mendapat
kebaikan dalam setiap hurufnya. Rasulullah s.a.w mengumpamakan seseorang yang
mukmin yang rajin membaca Al Qur’an itu bagaikan bungan yang baunya harum dan
enak rasanya, lengkapnya disampaikan dalam hadits sbb:

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Quran adalah seperti bunga utrujjah,
yang baunya harum dan rasanya lezat, orang mukmin yang tak suka membaca Al Quran
seperti buah kurma, yang tidak berbau tapi manis rasanya, orang munafiq yang membaca
Al Quran ibarat bunga raihanah, yang berbau harum, tetapi pahit rasanya, orang
munafiq yang tak suka membaca Al Quran tak ubahnya seperti buah handhalah, yang
tidak berbau dan rasanya pahit sekali”.{HR Bukhari & Muslim dari Abu Musa Asy’ary}.

Jadi secara lahir bathin orang mukmin yang rajin membaca Al Qur’an itu baik, diajak
bergaul enak, tutur katanya indah dsb. Jadi kita usahakan yang nomor satu, baunya enak
dan lezat rasanya. Orang yang membaca Al Qur’an itu memperoleh kemuliaan meskipun
bacanya terbata-bata, Rasulullah s.a.w bersabda:

"Orang yang mahir dalam Al-Qur'an akan berada bersama Malaikat yang mulia lagi baik,
dan orang terbata-bata membaca Al-Qur'an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya),
maka baginya pahala dua kali." {HR. Al-Bukhari, Nasa’i, Muslim, Abu Daud, Tarmidzi,
dan ibnu Majah}.

Allah memberi rahmat dan ketenteraman hati pada orang-orang yang berkumpul di
masjid atau rumah ibadah untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an. Jadi membaca Al
Qur’an bersama-sama itu baik karena yang bacanya lebih baik bisa membantu orang yang
bacanya kurang fasih menjadi baik dan benar. Atau berkumpul di Masjid dan masing
masing membaca sendiri-sendiri juga bagus. Rasulullah s.a.w bersabda :

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka
membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, melainkan diturunkan
ke atas mereka ketenteraman (sakinah), rahmat menyirami mereka, para malaikat
mengerumuni mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (Malaikat) yang
ada di sisi-Nya." {HR Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah}.

Al Qur’an itu nanti menjadi bekal yang paling utama ketika kita menghadap Allah sendiri
sendiri atau secara individu di akherat, Rasulullah s.a.w bersabda :
"Sesunggguhnya kalian tidak akan kembali kepada Allah dengan membawa sesuatu yang
lebih utama selain membawa apa yang keluar dari-Nya, yakni Al-Qur'an." {HR. Hakim
dari Abu Dzar}.

Jadi kita biasakan baca Al Qur’an, mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya, jadi
ketika kita menghadap Allah Al Qur’an kita bawa karena Al Qur’an adalah Firman Allah,
ternyata belum semua Al Qur’an bisa dihafal tetapi niat untuk menyelesaikan 30 juz
sudah dicatat oleh Allah pahalanya 30 juz. Pengertian itu bisa kita kaitkan dengan surat
An Nisa ayat 100 yang berkaitan dengan kisah sahabat Nabi Dhamrah bin Jundab yang
sedang sakit. Dia bertekad keluar dari rumahnya untuk berhijrah. Dia berkata kepada
keluarganya, ”Gotonglah saya dan hijrahkanlah saya dari tanah musyrikin ini ke tempat
Rasulullah s.a.w.” Di tengah perjalanan sebelum sampai kepada Nabi, dia wafat. Maka
turunlah ayat An Nisa (4) ayat 100 tentang kedudukan orang-orang yang gugur di saat
melaksanakan perintah Allah.
Pencinta Al Qur’an itu masuknya ke surga mendahului yang lain. Rasulullah bersabda:

• Abi Sa'id Al-Khudri RA menceritakan, "Pernah pada suatu ketika aku duduk dengan
sekumpulan Muhajirin yang lemah. Dan sungguh, sebagian mereka menutupi dirinya
dengan sebagian lainnya agar tidak terlihat auratnya, sedang seorang Qari
membacakan Al-Qur'an kepada kami.
• Tiba-tiba datanglah Rasulullah SAW lalu berdiri di antara kami. Ketika Rasulullah
berdiri, Qari itu pun diam. Kemudian beliau SAW memberi salam dan bertanya, 'Apa
yang sedang kamu lakukan?' Kami menjawab, 'Kami sedang mendengarkan bacaan
kitabullah.
• Beliau bersabda, "Segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan sebagian umatku
orang-orang yang aku perintah agar bersabar bersama mereka." Kemudian beliau
duduk di tengah mengatur kami. Kemudian beliau berisyarat dengan tangan beliau,
'Melingkarlah kalian seperti ini!'
• Maka wajah mereka pun tertuju ke arah Rasulullah. Lalu beliau bersabda,
"Bergembiralah kalian, wahai sekalian Muhajirin yang miskin, (kalian akan
mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat. Kalian akan masuk surga
setengah hari lebih dulu daripada orang-orang kaya, sedang setengah hari (akhirat)
sama dengan lima ratus tahun."

Jadi mari kita giatkan diri kita bangkitkan rasa cinta kepada Al Qur’an, setiap hari kita
baca Al Qur’an, supaya mempunyai motofasi yang lebih kuat, bergabunglah dengan
teman-teman yang mengorganisir untuk baca Al Qur’an.

RINGKASNYA:
 Allah, Maha Pencipta, lebih mulia dari pada siapapun.
 Al Quran, sebagai firman Allah, lebih mulia dari pada pernyataan siapapun.
 Pembawa wahyu Al Quran, penerimanya, pelajarnya dan pengajarnya ikut menjadi
mulia.
 Orangtua akan memperoleh mahkota di akhirat karena anaknya rajin membaca dan
menerapkan Al Quran.
 Al Quran lebih mulia dari pada dzikir dan pahala pembacanya berlipat.
 Penghafal Al Quran menempati surga di level setinggi jumlah ayat yang dihafal.
 Karena Al Quran Firman Allah, maka Al Quran menjadi bekal yang paling utama
ketika menghadap Allah.

Semoga Allah menanamkan di hati kita rasa cinta kepada Al Quran ...........Amin.

~Mudah-mudahan bermanfaat~

Anda mungkin juga menyukai