Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 12 Oktober 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Dari Gelap Menuju Terang

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal


mursalin, sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-
bapak dan ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian, alhamdulillah kita dipertemukan
kembali, mari kita membahas judul “Dari Gelap Menuju Terang” tetapi berbeda dengan
bukunya Ibu Kartini “habis Gelap Terbitlah Terang”. Kalau habis gelap terbitlah terang
itu kita tidur saja di malam gelap nanti dengan sendirinya akan menjadi terang, jadi
maknanya kita pasiv tanpa berbuat apa-apa, tetapi kalau dari gelap menuju terang, ada
suasana atau ruang dimana disitu gelap tidak ada sinar sama sekali tetapi di ruang lain
ada yang terang kemudian kita harus berusaha supaya kita keluar dari kegelapan itu dan
menuju ke tempat yang terang, pentingnya pelajaran kita itu disitu yaitu bagaimana kita
mengimplementasikan keimanan sehingga kita bida keluar dari kondisi gelap menuju ke
kondisi terang. Semua manusia pada saat dilahirkan oleh Ibunya itu tidak mengetahui
apa-apa, jangankan punya ilmu mengenali lingkungannya saja tidak tahu, warna merah
atau putih saja tidak tahu apa lagi baik dan buruk yang abstrak itu pasti juga tidak tahu
kondisi tidak tahu apa-apa inilah yang disebut kegelapan. Kemudian Allah memberi kita
modal supaya kita bisa menggunakannya untuk menuju ke yang terang, modal tersebut
bermacam-macam ada yang berupa sesuatu yang menempel pada diri kita masing masing
yaitu indera seperti penglihatan, pendengaran dan indera yang lain dan ditambah lagi
dengan akal, jadi setelah mengamati dengan mata dan mendengarkan dengan telinga
kemudian kita tafsirkan dengan akal. Akal tidak hanya untuk mengenali saja tetapi juga
sekaligus untuk menimbang-nimbang sehingga dapat mengambil suatu kesimpulan yang
dari kesimpulan itu dengan menggunakan akal juga kita bisa mengambil keputusan untuk
melakukan sesuatu. Jadi akal kita ini kita gunakan untuk belajar secara bertahap dari
waktu ke waktu, karena Allah menerbitkan terang juga bertahap, dimana asalnya gelap
di malam hari kemudian berangsur angsur sedikit terang dan dengan berjalannya waktu
akhirnya terang benderang di siang hari, begitu juga ketika kita keluar dari kegelapan
menuju ke yang terang mesti bertahap, kita gunakan indera dan akal agar kita bisa
belajar secara bertahap dari waktu ke waktu tentang bagaimana cara menempuh
kehidupan yang baik baik di dunia maupun di akherat. Kita mengetahui bahwa nasib
kita di akherat itu ada kaitannya dengan apa yang kita lakukan di dunia. Mengetahui
keterkaitan ini juga penting supaya kita bisa menentukan apa yang bisa kita lakukan di
dunia ini agar kita kelak bisa menikmati kehidupan di akherat yang baik. Kehidupan
yang baik di dunia dan akherat itu ada dua hal, yaitu :
1. Terhindar dari celaka dan kesengsaraan atau selamat dari segala kesulitan
2. Mencari kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akherat
Bahwa kita lahir itu tidak tahu apa-apa diungkapkan oleh Allah di Surat An Nahl (16)
ayat 78:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan akal pikiran, agar
kamu bersyukur”.

Jadi kita ini diberi fasilitas oleh Allah, kemudian kita didorong untuk mensyukurinya,
dalam prakteknya mensyukuri pemberian fasilitas oleh Allah tersebut dilakukan dengan
cara memanfaatkan pemberian itu untuk kita gunakan yang semestinya. Kalau Allah
mengharapkan kita selamat dan bahagia maka kita kerahkan dan kita gunakan semua
fasilitas yang diberikan oleh Allah itu sebagai modal untuk mencari keselamatan di dunia
dan akherat. Orang-orang yang sudah dilengkapi dengan ilmu tentu berbeda cara
hidupnya dengan orang-orang yang belum berilmu, maka kewajiban dari orang tualah
untuk mendidik anak-anaknya supaya berilmu sehingga dapat mengatasi segala masalah
yang mereka hadapi sehingga terbebas dari kesulitan dan kesengsaraan. Jadi dengan
modal indera dan akal yang diberikan oleh Allah tersebut tidak bisa dengan sendirinya
menjadi pinter mengandalkan bakat saja tetapi masih diperlukan arahan dari luar yaitu
orangtua mereka. Orang tua sebagai lingkungan terdekat bagi anak-anak itu harus
mendidik dan mengajari anak-anak bagaimana mengatasi segala macam persoalan
dengan cara yang benar dan selamat, bukan mengatasi masalah yang justru menimbulkan
masalah baru lagi. Misalnya anak-anak muda yang lagi bosan dan suntuk kemudian pergi
ke disco atau nightclub dengan harapan bisa bebas dari masalah tetapi justru timbul
masalah baru, karena dia tidak mengatasi sumber masalahnya malah timbul masalah baru
misalnya duitnya makin berkurang atau bahkan kalau mabok-mabokan jadi melakukan
perbuatan haram, apalagi kalau dipengaruhi oleh orang-orang yang bermaksud jahat
maka potensi menjadi pecandu narkoba juga besar. Allah Berfirman dalam surat Az
Zumar (39) ayat 9:

“Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Arti ulul albab adalah orang yang berakal dan dapat memanfaatkan akalnya dengan baik
dengan cara-cara yang baik yang diridhoi oleh Allah.
Orang yang menjalani kehidupan tanpa ilmu itu bagaikan orang buta yaitu ketika
didepannya ada masalah dia tidak tahu bahwa itu masalah, dia tidak buta tetapi seperti
buta, kalau Allah mengumpamakan orang tidak berilmu bukan buta mata tetapi buta
pikiran, jadi dia bagaikan orang buta yang berada dalam lingkungan dengan suasana
kegelapan, jadi dirinya sendiri gelap dan lingkungannya juga gelap. Karena tidak
mempunyai ilmu yang digunakan sebagai pedoman orang semacam ini akan menempuh
kehidupan hanya mengikuti keinginan atau selera saja, jadi menjalani hidup apa kata
nanti yang dihadapi apa, kalau dia mengalami sesuatu dia berusaha menyesuaikan yang
menurut dia sudah benar tetapi penyesuaian itu tanpa ilmu, akhirnya dia hidup
terombang ambing dengan kejadian-kejadian. Sebagai ilustrasi, seperti seseorang yang
tidak mempunyai ilmu menyetir mobil tetapi menjalankan mobil maka mobilnya akan
menabrak sana sini dan menyerempet sana sini tidak tahu bagaimana cara belok, cara
berhenti dsb. Orang tidak berilmu seperti ini seringkali perilakunya justru merugikan diri
sendiri karena perbuatan yang dilakukan sering berakibat buruk, itulah sebabnya dia
menjadi mendzalimi diri sendiri karena langkah yang dilakukan itu merugikan diri sendiri.
Jadi kita tidak boleh menjalankan kehidupan dengan kebodohan tanpa mempelajari ilmu
karena bisa mendzalimi diri sendiri, Allah Berfirman dalam surat Ar Rum (30) ayat 29:

“Tetapi orang-orang yang dzalim, mengikuti hawa nafsunya (selera diri) tanpa ilmu
pengetahuan. Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah dibiarkan sesat oleh
Allah?”

Pada kenyataan sehari-hari orang seperti ini karena hanya mengikuti hawa nafsu maka
ketika bekerja juga tidak memikirkan halal-haramnya yang penting duitnya banyak
bahkan kalau perlu juga korupsi. Bisa juga dia ditawari jabatan tetapi harus setor ke
yang menawari (partai atau pejabat lain) dan uang untuk setorannya tidak mungkin
mengambil dari gaji akhirnya mencari celah untuk korupsi. Karena itu jika manusia sejak
kecil tidak pernah diberi ilmu pengetahuan tentang cara hidup yang baik yaitu cara hidup
yang bisa menghindarkan dia dari kesengsaraan dan bisa meningkatkan kesejahteraannya,
maka dia akan menghadapi kehidupan dalam kegelapan. Orang yang mau dididik
dengan ilmu yang mendasar dan universal, Allah memberi ilmu itu melalui wahyu yang
diberikan kepada Nabi dan Rasul yang kemudian Nabi mengajarkan kepada ummatnya.
Nabi Muhammad S.A.W berperan bagi ummat manusia dalam mengentaskan manusia
dari kegelapan menuju ke terang, untuk dapat mengentaskan itu Nabi Muhammad S.A.W
membawa ilmu yaitu Al Qur’an. Al Qur’an itu antara lain adalah ilmu tentang
bagaimana cara menghadapi kehidupan, cara mengatasi permasalahan-permasalahan
tanpa menimbulkan masalah lain bahkan bisa membawa ke kesejahteraan dan
kebahagiaan. Jadi wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W itu
jika diterapkan dapat mengentaskan seseorang dari kegelapan menuju ke terang. Karena
Rasulullah S.A.W itu membawa kebenaraan, maka kita harus mengikuti ajaran yang
diberikan oleh Rasulullah S.A.W, kalau ada orang tidak mau mengikuti Nabi berarti dia
tidak mendapatkan materi dari ilmu yang mengajarkan cara menghadapi kehidupan yang
benar atau pedoman hidup yang antara lain berisi perintah dan larangan, maka orang itu
akan tetap dalam kegelapan. Allah Berfirman dalam surat Al An’am (6) ayat 39:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak (tuli), bisu dan
berada dalam bermacam-macam kegelapan serta gelap gulita. Barang siapa yang
dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di
atas jalan yang lurus”.

Ketika orang tidak percaya kepada Nabi Muhammad, tidak percaya kepada Al Qur’an,
maka cara hidup dia akan menyimpang atau sesat, mungkin pertama-tama
menyimpangnya sedikit tetapi dengan berjalannya waktu menyimpangnya makin jauh
sampai dia menjadi musyrik, misal menyembah patung dan bahkan mempertuhankan
uang, dsb. jadi orang semacam ini berada dalam kegelapan dan makin lama makin gelap
gulita sehingga makin sulit baginya untuk mendapatkan penerangan dari Allah, karena
dia mengingkari Allah maka hidupnya makin gelap lagi. Allah Berfirman dalam surat An
Nur (24) ayat 40:

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila
dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang
tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun”.

Jadi dalam ayat tersebut kegelapan dalam pikiran diumpamakan seperti kegelapan dalam
lautan supaya kita mudah memahami maknanya. Berbeda dengan orang yang berbekal
ilmu, dia bagaikan orang yang terbuka matanya sehingga dia menjalani kehidupan dalam
suasana yang terang sehingga dia bisa melihat jalan mana yang bisa ditempuh dengan
selamat dan bahkan bisa membahagiakan. Kalau kita menggunakan ayat-ayat Allah dan
petunjuk dari RasulNya maka kita ibaratkan menggunakan lampu dalam kegelapan
sehingga semuanya nampak terang, jadi tidak sama antara orang yang dalam kegelapan
dan yang dalam kondisi terang, Allah Berfirman dalam surat Ar Ra’d (13) ayat 16:

“Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap
gulita dan terang benderang?”

Agar manusia bisa hidup tenteram dan bahagia, Allah dengan kasih sayangNya memberi
manusia bimbingan yang bisa menerangi jalan mana yang bisa ditempuh dan jalan mana
yang harus dihindari, karena sifatnya menyinari maka bimbingan itu Allah Sebut sebagai
Nur atau cahaya. Allah memberi bimbingan kita dengan Al Qur’an maka Al Qur’an itu
diistilahkan oleh Allah sebagai Nur atau cahaya, seperti Firman Allah dalam surat At
Taghabun (64) ayat 8:

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an)
yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dengan adanya bahan bimbingan tersebut tentunya manusia membutuhkan guru yang
dapat memberikan penjelasan tentang isi Al Qur’an tersebut, sekaligus guru itu
membimbing kita tentang bagaimana cara menerapkan ilmu yang terkandung
didalamnya, dan guru utama dalam hal ini adalah Nabi Muhammad S.A.W karena beliau
yang menerima wahyu dan yang ditugasi oleh Allah untuk menyampaikan dan
menjelaskan kepada manusia. Memberi penjelasan itu adalah tugas guru, berarti
Rasulullah S.A.W adalah guru kita, hal ini Difirmankan oleh Allah dalam surat Ibrahim
(14) ayat 1:
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

Karena Nabi Muhammad S.A.W itu membawa cahaya, maka beliau juga disebut sebagai
cahaya yang menerangi, seperti Firman Allah dalam surat Al Ahzab (33) ayat 45-46:

“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan
izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”.

Maka beruntunglah orang-orang yang mau mengikuti ajaran Al Qur’an karena dengan
kitab ini Allah membimbing manusia untuk mengikuti jalan yang lurus, yaitu jalan yang
konsisten menuju ke keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat.
Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5) ayat 15-16:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus”.

Indikasi orang-orang yang mau mengikuti cahaya Al Qur’an adalah dia sukarela dan
dengan lapang dada mengikuti ajaran Al Qur’an. Kalau tidak sukarela berarti settengah-
setengah maka dia masih ada perasaan was-was dan ragu akan kebenaran Al Qur’an,
maka ketika menjalani program dia ragu-ragu akhirnya tidak all out atau tidak
sepenuhnya secara total menjalankan dan dia tidak waspada. Indikasi orang yang sesat
adalah dia tidak mau mengikuti ajaran Al Qur’an bagaikan orang yang keras hatinya atau
keras kepala, Allah Berfirman dalam surat Az Zumar (39) ayat 22:

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu
hatinya ? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk
mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”.

Jadi agar mendapatkan kelapangan dada dan dibukakan hati kita oleh Allah, maka
pertama harus kita yakini bahwa Al Qur’an ini adalah benar dan kita yakini bahwa kalau
kita ikuti Al Qur’an ini pasti benar, kalau dalam masa mempelajari itu ada sesuatu yang
mengganjal itu wajar karena kita dari kecil sudah dididik dengan cara yang sekuler dan
lingkungan kita juga banyak yang sekuler maka kalau ada bimbingan atau ajaran yang
tidak terbiasa menurut kita maka sikap kita yang baik adalah kita rela menghilangkan
pola pikir yang lama dan kita gunakan pola pikir yang sesuai dengan Al Qur’an. Jadi
makin banyak kita telah di didik secara sekuler di masa lalu maka makin banyak hal-hal
yang menurut kita tidak terbiasa. Kalau kita mau memanfaatkan Al Qur’an dengan baik
maka sikap dasarnya adalah percaya Al Qur’an pasti benar, kalau ada yang kurang dalam
pikiran kita yaitu antara teori yang kita pelajari dengan Al Qur’an, maka kita tinggalkan
teori dan kita ikuti Al Qur’an dan pola pikir kita kita sesuaikan dengan Al Qur’an, kalau
kita mau begitu in syaa Allah kita akan selamat. Lebih beruntung lagi adalah mereka-
mereka yang mau mengikuti ajaran Al Qur’an, mau mengimani Nabi Muhammad dan
bahkan menolong Nabi Muhammad dalam mengajarkan isi Al Qur’an kepada ummat.
Allah Berfirman dalam surat Al A’raf (7) ayat 157:

“Maka orang-orang yang mempercayai Nabi Muhammad, memuliakannya,


menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Orang yang menyebarkan kebaikan dari jaman dahulu selalu dimusuhi oleh orang jahat
karena orang jahat merasa kegiatannya terganggu, dan dia tidak bisa melakukan
kejahatan lagi, karena itu selalu memusuhi orang baik, Nabi Muhammad S.A.W juga
dimusuhi oleh orang-orang jahat karena dia menyebarkan kebaikan dan kebenaran.
Menolong Nabi Muhammad kalau setelah beliau wafat yaitu dengan cara meneruskan
programnya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada ummat manusia atau berdakwah,
yaitu mengajak orang kepada kebaikan. Dakwah juga perlu bagi orang-orang yang
sudah mengaku Islam tetapi belum tahu banyak tentang Islam, maka kita bantu jelaskan.
Keuntungan menolong Nabi Muhammad itu ditambah lagi dengan do’a, do’a dari kita
sendiri dan jama’ah juga para Malaikat juga ikut mendo’akan kita. Allah Berfirman
dalam surat Al Ahzab (33) ayat 43:

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan


untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”.

Dari ayat tersebut berarti Allah memberi Rahmat (ini biasa disebut sholawat), sedangkan
kalau Malaikat bersholawat artinya minta kepada Allah supaya memberi Rahmat kepada
kaum muslimin. Orang-orang yang menolong Nabi Muhammad ini tidak hanya
beruntung ketika di dunia saja tetapi juga di akherat, di akherat kelak juga akan diberi
sinar yang terang agar kita mudah mengenali jalan menuju ke Surga. Rasulullah memberi
gambaran bahwa orang calon penghuni Surga setelah melakukan pertanggung jawaban
atau di hisab itu lebih mengenali jalannya dia menuju Surga dari pada jalannya menuju
rumah sendiri ketika di dunia, karena diberi sinar terang tadi. Allah Berfirman dalam
surat Al An’am (6) ayat 122:
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang
yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”.

Itulah gambaran kiasan yang dihadapi oleh orang-orang kafir karena mereka telah
berbuat yang menyesatkan diri sendiri. Mereka yang sudah mengikuti jalan Allah tetap
harus waspada karena orang-orang yang mengingkari ajakan Allah itu selalu berusaha
untuk memadamkan cahaya Allah atau cahaya Islam ini. Mereka berusaha memadamkan
cahaya Islam dengan cara bermacam-macam ada yang dengan mengolok-olok ajaran
Allah dengan sistematik, ada yang dengan cara keilmuan ada yang dengan cara preman
dan cara cara lainnya, tetapi Allah tidak akan rela dan tidak akan meridhoi kalau cahaya
Islam itu padam, Allah tidak akan mengizinkan padam, sudah banyak buktinya orang
yang berusaha memadamkan cahaya Allah misalnya dengan memberi image bahwa Islam
itu teroris, kemudian ada rekayasa gedung WTC di Newyork itu ditabrak pesawat
terbang dan ternyata reaksi di Amerika juga banyak yang mengatakan tidak masuk akal,
tetapi itu sengaja dibuat bahwa Islam itu jahat, yang terjadi setelah itu bukannya Islam
makin padam, justru Islam makin diminati orang, laporan tanggal 9 September 2021 oleh
http://americacgn.com jumlah orang muslim di amerika meningkat 67% dari 1 juta di
tahun 2000 menjadi 2,6 juta di tahun 2010. Jumlah ini meningkat lagi menjadi 3,45 juta
pada tahun 2017, peningkatan yang pesat ini dipengaruhi oleh peristiwa WTC pada 11
september 2001 yang di disain untuk memperburuk citra Islam, dari data itu
menunjukkan bahwa kalau orang ingin memadamkan Islam tidak akan berhasil. Di
Indonesia sendiri dulu jaman Sukarno juga banyak ulama-ulama yang dipenjarakan dan
banyak yang dibunuh, bukan hanya membunuh biasa tetapi di bantai, begitu juga di
jaman tahun-tahun pertama presiden Suharto Islam juga dimusuhi tetapi jumlah orang
Islam bertambah terus. Dahulu orang yang memakai kerudung malu, tetapi sekarang
kalau tidak memakai kerudung justru malu, dahulu kita jarang mendapatkan mushollah,
sekarang hampir di setiap lantai gedung pemerintah ada mushollahnya, jaman sekarang
juga dimusuhi dan Islam di cap radikal, dsb tetapi justru semakin dimusuhi semakin
tangguh. Jadi Allah menjamin cahaya Islam tetap terang seperti FirmanNya dalam surat
Al Taubah (9) ayat 32:

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-


ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya,
walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai”.

Di Indonesia sendiri seringkali Islam dicitrakan buruk oleh orang-orang bayaran, bahkan
beberapa ulama diserang atau dibunuh, tetapi tindakan mereka justru membuat orang
Islam makin gigih dalam mempelajari dan mengajarkan Islam, misalnya makin banyak
pengajian lewat online dengan peserta yang makin banyak, makin banyak pula jumlah
pemuda kita yang menghafal Al Qur’an, sehingga Al Qur’an bersemayam di hati mereka,
makin banyak pula perguruan tinggi yang menawarkan beasiswa bagi para pemuda yang
hafal Al Qur’an, jadi Al Qur’an itu hinggap di hati orang-orang, seperti Firman Allah
dalam surat Al ‘Ankabut (29) ayat 49:

“Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang memberi penjelasan nyata di dalam
dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang lalim”.

Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini bermanfaat


RINGKASANNYA :

 Manusia lahir dalam kegelapan tanpa ilmu.


 Allah menurunkan Al Quran sebaga cahaya hidup.
 Rasulullah memberi penerangan dengan mengajarkan Al Quran.
 Beruntunglah orang yang mengikuti Al Quran dengan suka-rela.
 Sinar Allah tak akan padam meskipun ada usaha mematikannya.
Semoga Allah selalu menerangi jalan hidup kita dan menumbuhkan di hati kita rasa cinta
dengan Al Quran..............Aamiiin.
~Semoga bermanfaat, mari kita implementasikan di kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai