Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH JUM’AT 3 Muharram 1445 H/21 Juli 2023 M

Oleh : Muhammad Ibnu Nizar Affa, S.Pd.I


Masjid Babussalam
Materi:
“Tahun Baru, Tahun Perubahan”

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas khususnya dalam
pelaksanaan shalat jumat berjamaah di Masjid Babussalam yang in sya Allah senantiasa
dilimpahkan keberkahan oleh Allah Swt. semoga apa yang kita niatkan dan kita lakukan
pada kesempatan baik dan di hari baik ini mendapatkan ridho dari Nya. Aamiin.

Shalawat beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad shallallahu ‘alaiih wasallam beserta keluarganya, keturunannya, dan seluruh
sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa taat kepada Allah Swt. dan Rasul Nya.

semoga kita semua kelak mendapatkankan syafaa’atul udzma dari nabi Muhammad saw.
Aamiin.

Hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah ‘azza wa jalla.

1
Imam al-Ghazali menuliskan empat golongan manusia dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.
Berkata al-Khalil bin Ahmad, yang artinya : orang itu ada empat.
Pertama, orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti, maka dialah
orang ‘alim atau pandai, maka ikutilah ia.
Kedua, orang yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti, itulah orang tidur,
maka bangunkanlah ia.
Ketiga, orang yang tidak mengerti tapi mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang
yang butuh bimbingan (perlu dimursyidi), maka bimbinglah ia.
Keempat, orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti, dialah
orang dungu, maka jauhilah/tampiklah ia.

Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri,


Seseroang yang berilmu, dan dia mengerti dan menyadari kalau dirinya berilmu.

Orang ini bisa disebut ‘alim (berilmu). Golongan ini boleh dikuti. Apalagi bagi orang awam
(buta) yang masih memerlukan pengetahuan, bimbingan, dan arahan. maka sudah
selayaknya orang yang awam duduk bersama dengannya sehingga mendapatkan
kebaikan dan Cahaya Allah Swt. yang dapat menjadikan hatinya tenteram dan damai,
melakukan segala sesuatu dengan ilmu dan tuntunan sebagaimana yang diajarkan sesuai
syariat.

Golongan ini adalah manusia yang paling baik. Manusia yang memiliki kemapanan ilmu,
dan dia memahami kalau dirinya itu berilmu, maka ia akan menggunakan ilmunya. Ia
berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang
sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
Golongan ini adalah manusia unggul. Manusia yang sukses dunia dan akhirat.

Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri,


seseorang yang berilmu, tapi dia tidak menyadari kalau dirinya memiliki ilmu.

Golongan ini diumpamakan orang yang tengah tertidur. Manusia yang memiliki ilmu dan
kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan.
Golongan ini sering di jumpai di sekeliling pergaulan manusia. Adakalanya ditemukan
golongan yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak memahami kalau
memiliki potensi, ia tidak menyadari kalua memiliki sesuatu hal yang sangat berguna bagi
orang lain. Karena keberadaan dia seakan tak berguna, seakan tidak memiliki
kemampuan, kurangnya rasa percaya diri sehingga selama dia belum bangun, belum
sadar atau disadarkan maka golongan manusia ini sukses di dunia tapi rugi di akhirat.

Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri,


Seseorang yang tidak mengetahui (tidak berilmu), tapi dia memahami atau menyadari
dengan sepenuh hati bahwa dirinya tidak memiliki ilmu.

Golongan ini masih tergolong manusia baik. Sebab, manusia yang bisa menyadari
kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya, meningkatkan kualitas dirinya, dan bisa
menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya.

2
Golongan ketiga ini, adalah manusia yang memang tidak tahu. Namun, dia menyadari
bahwa dirinya tidak tahu, sehingga dia selalu belajar dan siap bertanya kepada siapapun
yang layak untuk ditanya tentang ilmu dan informasi.
Hasilnya, kelak manusia yang tak berilmu semacam ini lambat laun menjadi manusia yang
berilmu. orang golongan ketiga ini adalah pembelajar yang perlu diajari untuk perbaikan
baik untukk perubahan pada masa kini maupun perubahan pada masa yang akan datang.

Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri,


Seseorang yang tidak memahami atau tidak berilmu, dan dia tidak faham, tidak sadar
bahwa dirinya tidak berilmu.

Golongan keempat adalah manusia paling buruk. Dia adalah orang bodoh, tapi tidak
menyadari kebodohannya. Seharusnya orang bodoh belajar pada orang yang 'Alim. Tapi
orang bodoh yang tidak menyadari dirinya bodoh adalah orang yang enggan belajar. Dia
merasa puas dengan kondisi dirinya. Puas dengan pengetahuan yang dimilikinya dan
cenderung menolak untuk diajari, diarahkan, dinasehati, bahkan sering berlagak tahu.
Golongan semacam itu adalah manusia bodoh yang tidak bisa diubah dan berubah menjadi
baik.

Golongan seperti ini susah disadarkan, kalua diingatkan ia akan membantah sebab ia
merasa tahu atau merasa lebih tahu. Golongan seperti ini dinilai tidak sukses di dunia juga
merugi di akhirat.

hadirin jamaah sidang jumat yang dimuliakan Allah Swt.


dari empat golongan tersebut marilah kita intropeksi diri, membuka mata hati dan fikiran
kita. Bahwa menuju sebuah perubahan yang lebih baik membutuhkan ilmu dan ilmu yang
baik adalah ilmu yang diamalkan sehingga dengan mengamalkan ilmu tersebut kita akan
mendapatkan hikmah yang dapat menjadikan diri kita lebih bijaksana. Dapat menimbang
dua sisi yang berbeda, dapat memberikan keputusan adil yang dapat meringankan
keduanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Ar Ra’ad ayat 11 :

ۢ ‫ۥ‬ ‫ۦ‬ ۢ ‫ۥ‬


ۢ‫ۥ‬ ۢ ۢ ۢ ۢ
‫ۦ‬
Yang artinya :

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

3
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda :

artinya : mintalah fatwa kepada hatimu, walaupun orang lain telah berfatwa kepadamu,
telah berfatwa kepadamu, telah berfatwa kepadamu!. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadirin jama’ah rahimakumullah

Pada awal tahun baru 1445 H. marilah sama-sama kita perbaharui kualitas keilmuan kita.
Kita tingkatkan amal ibadah kita. Kita perbaharui cara hidup dan menghidupi untuk
keluarga kita dan sekita kita.

Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba Nya yang bertaqwa, terus meningkatkan
kualitas ibadah dan berbuat kebaikan dengan niatan menggapai ridho Allah SWT dan Rasul
Nya. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

4
5

Anda mungkin juga menyukai