Anda di halaman 1dari 2

Satu di antara kebutuhan manusia, yaitu kita semua sangat membutuhkan nutrisi otak.

Otak kita
kalo tidak diberikan nutrisi ilmu, ini akan jadi persoalan yang besar. Karena komposisi kehidupan
manusia dibandingkan dengan apa yang kita cari selama ini, itu ternyata menstimulus nutrisi otak
lebih rendah dibandingkan dengan isi perut dan fisik. Jika kita ngaji 1 bulan sekali, berapa
persentase kekurangan nutrisi otak kita dibanding kebutuhan lainnya. Nah makanya salah satu
di antara untuk mengurangi tingkat kepikunan adalah dengan mencari nutrisi otak dalam jangka
waktu tertentu dan nutrisi otak yang paling bagus adalah thalabul ilmi. Rasulullah dalam
haditsnya menggunakan
man salaka thoriqan bihi ilman, yakni barang siapa yang mencari ilmu, sahhalallahu thariqan ilal
jannah, sing saha nu nyiar elmu, allah akan memudahkan jalan menuju surga.
Nyiar elmu mah beda jeung ngala duit, nyiar elmu mah gejed sabab seeur jalmi nu mikir heula
padahal pahalana Allah akan memudahkan jalan menuju surga. Tapi lamun aya pibatieun, seuer
jalmi nu langsung ngorejat. Kumargi kitu urang kedah yakin bahwa proses healing atau
penyembuhan manusia itu adalah dengan mencari ilmu/nyiar elmu. Dan alhamdulillahnya di
bulan ramadhan ini kita bisa mencari ilmu di setiap tadarus yg disampaikan di setiap malamnya.
Hadirin rahimakumullah, kenapa ini menjadi penting? Ada 3 persoalan besar yang sulit
dipecahkan oleh para akademisi, intelektual, cendekiawan,
1. Al-Banun (masalah anak)
Masalah anak ini kompleks bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Semua orang
memikirkan proses bagaimana mendidik anak. Masalah anak adalah adalah yg paling
krusial dari 3 persoalan ini. Karena kenapa? Sekarang banyak anak psikolog datang ke
psikolog padalah orang tuanya seorang psikolog.
2. Al-Batnu (masalah perut atau bisa diartikan sebagai penyakit)
Ini persoalan yg sulit dipecahkan, karena sekarang banyak rumah sakit, dokter aya nu
umum teras aya spesialis, klinik aya di mana mana, tapi ternyata umur biologi secara
kesehatan semakin pendek dan penyakit sekarang beragam.
3. Idtirobul Ilmu (kekacauan ilmu)
Terbukti sekarang, banyak orang yang berilmu yang menghalalkan apa yang diharamkan
oleh Allah. Zaman ayeuna mah aya nu ngaku ngaku sebagai nabi, seueur beritana

Contona dina kompas, aya berita “Mengaku Nabi, Tukang Cukur Diperiksa Polisi”, Da ieu
mah katingal promosi meh payu usaha cukurna. 25 rb ge asa murah da dicukurna ku nabi,
tuh kan kitu. Janten ku bakat hoyong viral, ayeuna mah seueur jalmi nu ngalakukeun
padamelan nu teu dicontoan ku nabi muhammad.

Atau banyak pejabat anu korupsi padahal pejabat orang nu calik dina korsi dpr mpr,
gubernur, wali kota gelarna teh lulusan anu doktor bahkan profesor. Tapi sebetulnya hal
ini bukan terjadi di masa sekarang saja, dulu orang yang mengaku nabi padahal nabi
muhammad masih ada, contohnya musailamah al-kadzab.
Oleh karena itu, Ada 4 golongan manusia menurut imam ghazali
1. Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan
dia Tahu kalau dirinya Tahu).
Tanpa bermaksud menghujat yang lain, manusia jenis atau golongan ini merupakan
golongan manusia yang paling baik. Sebab, orang yang tahu bahwa dirinya mengetahui
merupakan perilaku orang pintar, memiliki kemapanan ilmu. Dan dia mengetahui bahwa
ilmu yang didapat harus benar-benar dimanfaatkan untuk umat.
2. Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu),
tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu).
Golongan kedua ini sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwa orang ini
sebenarnya memiliki potensi atau kemapanan ilmu, akan tetapi tidak menyadari atau
mengoptimalkannya untuk keperluan umat. Sehingga, orang pada golongan ini
dianalogikan bak “macan tidur”.
3. Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan
mengetahui bahwa ia tidak tahu).
Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia
yang bisa menyadari kekurangannnya. Jadi, golongan ini bisa dikatakan belum memiliki
kapasitas ilmu yang memadai, akan tetapi dia tahu dan menyadari fakta tersebut sehingga
ia berusaha keras untuk belajar dan mengejar ketertinggalan.
4. Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu
dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu).
Celakanya, model manusia seperti ini susah diingatkan, ngeyelan, selalu merasa tahu,
memiliki ilmu, berhak menjawab semua persoalan, padahal ia tidak mengetahui apa-apa.
Sehingga, kita dapat mengatakan kepada manusia golongan terakhir ini bahwa apa yang
ia ucapkan lebih banyak menyesatkan karena tidak memiliki landasan keilmuan yang jelas
dan mapan.
Akhirul kalam, mudah-mudahan di bulan ramadhan ini kita bisa menjadi orang yang senantiasa
terus mencari ilmu dan mengamalkannya dan tentunya kita yakin bahwa orang yang berilmu
akan diangkat derajatnya oleh Allah. Allah nguningakeun dina QS Al-Mujadalah ayat 11

Anda mungkin juga menyukai