Anda di halaman 1dari 4

Nama: Revinka Frilia

NPM: 202001500428

Kelas: R2E

No. HP: 089667331880

Mata Kuliah: Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Kolson H. Seok, Drs., S.Ipem., M.Pd., M.Si.

Jawaban:

I. 1. Menurut pendapat saya, kekhawatiran itu dapat terjadi karena mereka


berpikir bahwa filsafat bisa memberikan perubahan pikiran yang menuju pada
kenegatifan bepikir atau diyakini bisa menjadikan seseorang menjadi
Atheis. Pandangan seperti ini sangat merusak citra filsafat itu sendiri yang
bertujuan untuk menciptakan pribadi yang kritis. Memang ada orang yang tidak
percaya Tuhan setelah mempelajari filsafat, tapi itu bukanlah kesalahan dari
filsafat melainkan dari cara orang tersebut saat berfilsafat. Dalam cara
berfilsafat itu, biasanya seseorang menghancurkan pola pikir lamanya,
kemudian mencari tahu hakikat dari sesuatu, baru merekontruksi pola pikir baru
dan yang membuat seseorang itu tidak percaya Tuhan ialah ketika dia tidak
menyelesaikan tahap pencarian hakikat, tetapi ia malah langsung masuk ke
tahap rekontruksi pemikiran. Contoh konkritnya teori relativitas Einstein.
Sesuatu hal yang tidak ilmiah. Misalnya pemikiran rasional tentang penciptaan
bumi dan bulan. Serta upaya manusia untuk membuat bulan buatan selama ini
tidak pernah berhasil, hal tersebut dikarenakan perhitungan manusia tidak akan
bisa sesempurna perhitungan Tuhan, bukan berarti tidak benar.

2. Setelah membaca artikel tersebut, saya mengetahui bahwa berpikir filsafat


yaitu selalu berpikir logis (terstruktur dan teratur berdasarkan
hukum berpikir yang benar). Pemikiran filsafat tidak hanya melepaskan atau
menjejerkan ide-ide, penalaran, dan kreatifitas budi secara serampangan
(sporadis). Filsafat sebenarnya merupakan pelajaran yang sangat indah karena
memberikan rasa penasaran dan jiwa ingin tahu yang tinggi sehingga
pengetahuan dan ilmu bisa bertambah walau tanpa dorongan dari orang lain.
Filsafat Juga Memberikan Pernyataan-pernyataan yang berharga pada hidup
sehingga kita lebih bersyukur kepada allah swt, sebagian filsafat ada yang tidak
pernah meninggalkan sholat karena menganggap sholat merupakan kebutuhan
untuk mendekatkan diri dengan Allah swt.

Filsafat ilmu adalah suatu bidang studi filsafat yang obyek materinya berupa
ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis dan perwujudannya. Jadi meliputi
prulalitas ilmu pengetahuan. Sementara objek formalnya yaitu berupa hakekat
ilmu pengetahuan. Jadi Filsafat Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang benar
secara hakiki mengenai objek pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan
atau sudut pandang metode atau sistem yang filosofis. Kedua faktor tersebut
dalam perkembangannya menghasilkan teknologi yang berkemampuan luar
biasa. Agaknya manusia sebagai penghasil teknologi diarahkan menuju
kemudahan. Akan tetapi dibalik semua itu manusia menjadi tamak, serakah dan
manusia alpa terhadap tugasnya. Sebagai khalifah. Bahkan manusia kehilangan
moral dan imannya, bersifat individual, egoistic dan eksploitatif, dalam
lingkungan, bahkan terhadap Tuhan.

Dengan kenyataan seperti itu filsafat hadir di tengah keragaman ilmu


pengetahuan dan teknologi dalam rangka meluruskan sehingga terarah pada
pencapaian tujuannya. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya
bernilai ilmiah saja melainkan bernilai ilmiah keilahian. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan harus berdasarkan diri pada aspek ontology, epistemology dan
axiology. Dengan demikian filsafat dapat menetralisir kemungkinan-
kemungkinan yang dimunculkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

II. 1. Analisis terhadap pernyataan tersebut:


1) Orang yang mengetahui dan ia tahu bahwa dirinya mengetahui
Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki
kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia
menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya
benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi
seluruh umat manusia. Manusia jenis ini adalah manusia unggul.
Manusia yang sukses dunia dan akhirat.
2) Orang yang mengetahui namun dia tidak tahu bahwa dirinya mengetahui
Untuk tipe ini, bolehlah kita sebut dia seumpama orang yang tengah
tertidur. Manusia jenis ini sering kita jumpai di sekeliling kita.
Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnya memiliki potensi
yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi. Karena
keberadaan dia seakan gak berguna, selama dia belum bangun manusia
ini sukses di dunia tapi rugi di akhirat.
3) Orang yang tidak mengetahui namun dia tahu dirinya tidak mengetahui
Jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang
bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan
bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu
dirinya tidak berilmu, maka dia belajar. Dengan belajar itu, sangat
diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya
berilmu. Manusia seperti ini sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat.
4) Orang yang tidak mengetahui dan ia tidak tahu bahwa dirinya tidak
mengetahui
Inilah adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang
selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki
ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya manusia jenis seperti ini
susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebaba ia merasa
tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari
kebaikannya.

2. Menyikapi 4 jenis manusia dalam mencari ilmu:


1) Orang yang mengetahui dan ia tahu bahwa dirinya mengetahui
Jika menemukan manusia seperti ini, maka yang harus kita lakukan
adalah mengikutinya. Apalagi kalau kita masih termasuk dalam
golongan orang yang awam . yang masih butuh banyak diajari . maka
sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini, duduk bersama
dengannya akan menjadi pengobat hati.
2) Orang yang mengetahui namun dia tidak tahu bahwa dirinya mengetahui
Menghadapi manusia seperti ini, sikap kita seharusnya bangunkan dia,
dengan kata lain peringatkan. Manusia ini adalah manusia yang
memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau
dirinya memiliki ilmu dan kecakapan.
3) Orang yang tidak mengetahui namun dia tahu dirinya tidak mengetahui
Cara menyikapi manusia yang seperti ini adalah membimbing atau
memberinya petunjuk. Manusia jenis ini akan senantiasa intropeksi diri
dan mau belajar dari sebuah kesalahan. Dengan belajar, ia berharap
suatu saat nanti bisa berilmu dan mampu menjadi lebih baik lagi. Orang
seperti ini sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat.
4) Orang yang tidak mengetahui dan ia tidak tahu bahwa dirinya tidak
mengetahui
Jika menemukan manusia seperti ini, sikap kita adalah menjauhinya.
Berurusan dengan orang yang seperti demikian akan terasa merepotkan
dan susah. Sebab, ia merasa dirinya paling benar. Menurut Imam al-
Ghazali, orang tersebut termasuk orang yang tidak sukses di dunia, juga
merugi di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai