NPM : 202001500471
Kelas : BK R3E
Dosen Pengampu : Devi Ratnasari, M.Pd.,Kons
Tanggal : Selasa, 11 Januari 2022
1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah pada dasarnya merupakan sebuah pelayanan
yang telah memiliki dasar hukum yang jelas terkait posisinya di sekolah. Berdasar pada
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling, layanan ini diberikan
keleluasaan dalam ruang lingkup psikologis, sosial, budaya, IPTEKS, dan globalisasi peserta
didik. Hal ini kemudian diimplementasikan pada bagaimana layanan Bimbingan dan
Konseling memiliki wewenang dalam mengintervensi beberapa permasalahan yang ada di
sekolah terutama yang berkaitan dengan tugas perkembangan peserta didik1.
Dalam melaksanakan tugasnya melalui beberapa layanan Bimbingan dan Konseling pada
setiap peserta didik, Konselor di sekolah pada dasarnya kembali pada aspek di mana BK di
sekolah tergabung dalam hirarki struktur organisasi di Sekolah. Mengacu pada hal ini,
beberapa layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah membutuhkan dukungan sistem
secara bermakna khususnya terkait beberapa layanan yang membutuhkan bantuan aktor lain
yang masih dalam hirarki pengorganisasian sekolah.2
Dalam berupaya mendapatkan dukungan sistem yang positif dari berbagai aktor di sekolah,
Konselor disini berperang sebagai aktor utama yang dapat mengembangkan needs assessment
untuk kedepannya dapat menjadi alat dalam melihat kebutuhan di sekolah. Needs assessment
adalah pekerjaan konselor yang utama dan pertama dalam membuat program pelayanan BK3.
Hasil dari needs assessment yang dilakukan kemudian disusun ke dalam sebuah Rencana
Pelaksanaan Layanan yang akan diserahkan ke kepala sekolah untuk disetujui. Hal ini
merupakan momentum yang kuat dalam bagaimana Konselor mendapat persetujuan dari
kepala sekolah yang mana merupakan sebuah dukungan sistemik di hirarki pengorganisasian
sekolah secara langsung.
Mengacu pada hal ini, keberhasilan Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling sangat
bergantung dari bagaimana needs assessment yang dilaksanakan di awal dapat mengakomodir
kebutuhan peserta didik secara inklusif dan mengimplementasikannya pada Rencana
1
Armanda, B. P. (2021). EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH. 2.
2
Hartono. (2020). KEDUDUKAN DAN PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING. Makalah Seminar
& Workshop Nasional, Eksistensi Peran Bimbingan dan Konseling, 4.
3
Kinanti, D. R., & Naqiyah , N. (2017). Pengembangan Aplikasi Need Assessment "Konselor Sekolah"
Berbasis Android Dalam Upaya Pengintegrasian Kebutuhan Siswa Di SMK Negeri Tutur,
Pelaksanaan Layanan secara komprehensif. Keseluruhan hal ini menunjukkan bahwa needs
assessment menjadi kunci utama dalam bagaimana Konselor di sekolah dapat menarik
dukungan sistem yang positif akan program yang akan dijalankan kedepannya.
Kesebelas aspek ini dapat menjadi indikator dalam ketercapaian individu terkait
aspek kemandirian melalui layanan Bimbingan dan Konseling. Lebih lanjut,
penilaian ketercapaian kemandirian peserta didik juga mengacu pada 3 (tiga) dimensi
tujuan dari masing-masing aspek perkembangan itu sendiri yaitu:
4
Sugiyatno. (n.d.). STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN. Yogyakarta: UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA.
Konseling dapat berkontribusi secara bermakna pada tiap-tiap tugas perkembangan
individu peserta didik. Mengacu pada hal ini, upaya yang harus dilaksanakan dalam
merespon SKKPD yang belum tercapai ialah melakukan needs assessment terlebih
dahulu terkait bagaimana 11 tugas perkembangan dalam SKKPD tersebut belum
tercapai serta situasi dan kebutuhan peserta didik untuk mencapainya. Needs
assessment inilah yang kemudian akan menjadi landasan dalam upaya pemberian
layanan Bimbingan dan Konseling lebih lanjut demi membantu peserta didik
mencapai 11 aspek dan tugas perkembangan itu sendiri.
c. SKKPD merupakan landasan yang berisikan 11 aspek dan tugas perkembangan yang
peserta didik harus capai dalam menempuh pendidikan di sekolah melalui layanan
Bimbingan dan Konseling. Mengacu pada hal ini, SKKPD sangat berperan dalam
bagaimana Konselor menyusun Perangkat Kinerja dan Program BK, khususnya
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL).
3. Dalam menyusun Perangkat Kinerja dan Program BK, seorang Konselor perlu melakukan
beberapa persiapan agar program BK yang disusun dapat berjalan dengan efektif. Beberapa
diantaranya ialah:
a. Melakukan observasi
Mengacu pada beberapa layanan Bimbingan dan Konseling yang ada, keterlibatan
pihak atau aktor lain seperti guru mata pelajaran dan wali kelas sangatlah diperlukan.
Hal ini dilaksanakan guna membantu pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling
agar lebih efektif dan tepat sasaran.
Mengacu pada BK 17+, layanan Bimbingan dan Konseling yang telah diberikan akan
membutuhkan kegiatan pendukung seperti himpunan data dan home visit. Mengacu
pada hal ini, Konselor perlu melakukan pendataan terlebih dahulu apakah setiap
kegiatan pendukung ini tersedia dan dapat dilaksanakan di sekolah tempat layanan
BK tersebut dilakukan5.
4. Layanan BK
5
Suhertina. (2015). Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pekanbaru: CV. MUTIARA
PESISIR SUMATRA.
medium antar
peserta didik untuk
mengutarakan
permasalahan sosial
yang dihadapi
Referensi:
Kinanti, D. R., & Naqiyah , N. (2017). Pengembangan Aplikasi Need Assessment "Konselor
Sekolah" Berbasis Android Dalam Upaya Pengintegrasian Kebutuhan Siswa Di SMK
Negeri Tutur.