Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwi Octavia

Npm : 202001500508

Kelas : R3E Bimbingan dan Konseling


Mata Kuliah : Perangkat Kinerja dan Program BK

Dosen Pengampu : Devi Ratnasari, M.Pd., Kons.

RESUME
Webinar : Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan KBGO, TPPO dan Eksploitasi Seksual

Moderator : Drs. Siti Mahmuda, M.M.


Pemateri :

1. Ir. Besar Agung Martono, M.M., DBA.


2. Dr. Hendri Jayadi Pandiangan, SH., MH.
(https://youtu.be/gngONW_9r94)

Penyampaian dari Gubernur DKI Jakarta bapak Anies Baswedan :


Rasa aman merupakan hak dasar dan utama. Ia tidak hanya berlaku kepada sebagian pihak
tetapi kepada semua pihak. Saya, anda dan kita semua berhak mendapatkan rasa aman terutama
rasa aman dari tindak kekerasan. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta punya komitmen yang
amat tinggi untuk pemenuhan hak tersebut. Mari kita sama-sama ambil peran, mari kita peduli
pada lingkungan sekitar dan mari kita tunjukan kepedulian kita untuk melindungi semua.
Pandanglah setiap perempuan sebagaimana kita memandang ibu kita sendiri, yang selalu kita
hormati, yang selalu kita lindungi, yang selalu kita jaga.
Isi Seminar Pemateri Pertama :
Pemateri Pertama Bapak Ir. Besar Agung Martono, MM akan membahas tentang Literasi
Digital sebagai upaya pencegahan Kekerasan berbasis Gender Online (KBGO).
Komnas perempuan menyebutnya KBGS (Kekerasan berbasis Gender Siber)

Definisi Literasi Digital, menurut Wikipedia, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan,
mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak,
cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan
kecakapan kognitif dan teknikal.

Masalahnya, informasi di handphone ada segi positif dan negatif. Bisa untuk kebaikan dan bisa
untuk keburukan. Banyak yang menggunakan untuk kebaikan namun banyak juga yang
menggunakan untuk keburukan.
Menurut Menteri PPPA Bintang Puspayoga :

 Mendorong literasi digital bagi perempuan sebagai upaya pencegahan kekerasan


berbasis gender online (KBGO)
 Kasus KBGO mengalami tren kenaikan akibat pandemi Covid-19, masyarakat banyak
bergantung akses internet
 Catatan tahunan Komnas Perempuan 2021 : KBGO di masa pandemi mengalami
kenaikan
 UN Women : ada peningkatan kasus KBGO secara tajam, serta kurang dari 40% korban
mencari pertolongan
 Sulitnya mengidentifikasi identitas pelaku KBGO di dunia digital, jejak digital korban
yang sudah tersebar di internet sulit dihapuskan
 Rekomendasi yang bisa dilakukan dalam mengintergrasikan perspektif gender di ranah
digital dan upaya penanggulangan KBGO diantaranya :
1) Penguatan daya perempuan melalui pendidikan kritis, kesadaran gender dan
literasi digital;
2) Peningkatan kapasitas aparat penegak hukum (APH) dan lembaga layanan
dalam menyikapi kasus KBGO;
3) Pengesahan RUU penghapusan kekerasan seksual;
4) Merevisi pasal dalam undang-undang yang berpotensi mengkriminalisasi
korban KBGO dan mengesahkan undang-undang terkait pengamanan data
pribadi.

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 30 Tahun 2021
 Tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan Perguruan
Tinggi (Permendikbudristek PPKS) akan menjadi pelindung bagi para civitas akademik
dari para pelaku kejahatan seksual
 Permen PPKS ini tidak memperbolehkan perzinahan
 Tajuk diawal Permendikbudristek ini adalah “Pencegahan” bukan “Pelegalan”
perzinahan
 Fokus Permen PPKS adalah pencegahan dan penindakan atas kekerasan seksual
Pada poin pertama, sayangnya banyak diputar balikan banyak pihak yang menuduh bahwa ini
melegalkan perzinahan. Padahal tujuannya untuk melindungi korban dari kekerasan.

Fenomena yang terjadi saat ini :


1. Oversharing data pribadi di aplikasi medsos internet
Contoh : Facebook, instagram, youtube, whatsapp, linkedin, email, dll.
2. Aplikasi kencan
Contoh : Tinder, bumble, OkCupid, coffe meets bagel, tantan.
Komnas Perempuan : Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan 2020
 Bentuk kekerasaan berbasis Gender Siber (KBGS) cukup beragam dan sebagian besar
dilakukan oleh orang yang dekat dengan korban
 Luasnya akses dalam ranah dunia maya juga memungkinkan adanya pihak lain yang
menjadi pelaku kekerasan
 Bentuk kekerasan yang mendominasi KBGS adalah kekerasan psikis 49% (491 kasus),
kekerasan seksual 48% (479 kasus) dan kekerasan ekonomi 2% (22 kasus)
 Yang paling tinggi adalah malicious distribution, diikuti oleh online grooming, non
consensual intimate image (kadang disebut revenge porn), cyber harrashment.

Jenis KBGS :
1. Cyber Harrashment (Pengiriman teks untuk menyakiti, menakuti, mengancam,
mengganggu)
2. Cyber Hacking (Peretasan)
3. Malicious Distribution (Ancaman distribusi foto atau video pribadi, penghinaan yang
dilakukan dengan bantuan teknologi)
4. Online Defamation (Penghinaan atau pencemaran nama baik)
5. Impersonation/Cloning ( Pemalsuan identitas)
6. Surveillance/Tracking/Cyber Stalking (Menguntit atau memantau aktivitas)
7. Revenge Porn/Non-consensual pornography (Menyebarkan foto atau video intim
seseorang secara online tanpa izin)
8. Sexting (Kegiatan dengan sengaja mengirimkan gambar intimnya atau pesan bernada
seksual)
9. Online Grooming (Sikap pelaku mendekati korban dan membangun koneksi emosional
dengan seseorang di dunia maya)

Perlunya Literasi Digital supaya tidak kudet.


Literasi Digital mampu untuk :
 Menggunakan komputer PC, laptop, hp android, ios
 Menggunakan kamera, headset, video, audio
 Mengolah kata atau word procesing
 Mengolah data
 Presentasi slide atau multimedia
 Browsing atau seacrh engine
 Komunikasi lewat chat, zoom, videocall
 Bersosialisasi FB, IG, youtube
 Menyampaikan ide lewat blog atau vlog
 Berpromosi lewat FB, IG, dll
 Bertransaksi lewat i-banking, m-banking, gopay, ovo, dana
Saran dari Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika, Mariam F.Barata ada beberapa cara
untuk meningkatkan keamanan data pribadi masyarakat khususnya perempuan di internet,
yaitu :
 Pisahkan akun pribadi dengan akun publik
 Cek dan atur ulang pengaturan privasi
 Ciptakan password yang kuat dan nyalakan verifikasi login
 Jangan sembarang percaya aplikasi pihak ketiga
 Berhati-hati menggunakan URL yang dipendekkan
 Hindari berbagi lokasi pada waktu nyata
 Lakukan data detox dengan kurangi jejak digital
 Jaga kerahasiaan pin atau password pada ponsel atau laptop pribadi

Isi seminar Pemateri Kedua :


Pemateri Kedua Bapak Dr. Hendri Jayadi Pandiangan, SH., MH. akan membahas tentang
bagaimana pencegahan, penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Eksploitasi
Seksual.
TPPO objeknya adalah perempuan dan anak, bahkan dikatakan bagian dari extraordinary crime
(Kejahatan luar biasa).

- Tindak Pidana Perdagangan Orang


Berdasarkan UU No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Pasal 1 :

Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,


pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut. Baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

- Eksploitasi Seksual
Pasal 1 :
Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh
lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua
kegiatan pelacuran dan pencabulan.

Contoh bentuk dari Eksploitasi Seksual : Menikahkan anak untuk membayar hutang
Faktor penyebab TPPO :
1. Faktor Ekonomi (Kemiskinan)
2. Faktor Sosial (Minimnya Pendidikan)
3. Faktor Ideologis
4. Faktor Geo Politik

Skema TPPO :

Proses :
- Perekrutan
- Pengangkutan
- Pemindahan
- Penampungan
- Penerimaan
Cara :

- Ancaman
- Kekerasan
- Pemaksaan
- Penculikan
- Penyesatan

Tujuan :
- Perbudakan
- Prostitusi
- Penyiksaan fisik
- Penyiksaan seksual
- Penghilangan organ
- Keuntungan materil atau immateril

Penyalahgunaan kekuasaan
Yang punya kewajiban untuk melakukan pencegahan itu pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat dan keluarga.

Pencegahan, berdasarkan Pasal 5 7 :


(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga wajib mencegah terjadinya
tindak pidana perdagangan orang
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat kebijakan program atau kegiatan
bahkan mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pencegahan atau penanganan
masalah perdagangan orang
- Gugus tugas pencegahan dan penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Untuk melaksanakan pemberantasan, pencegahan dan penanganan TPPO Skala nasional dan
daerah :
1. Koordinasi : Pencegahan dan penanganan
2. Tindakan : Kampanye, advokasi, pelatihan
3. Pengawasan : Perlindungan korban, penuntutan kejahatan
4. Memastikan : Evaluasi, pelaporan

Kendala penanganan TPPO :


Masalah TPPO sangat kompleks dan bersifat multidimensi sehingga diperlukan kerjasama
konkrit, baik dari dalam negeri dan dunia internasional

- Pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat penegak hukum, lembaga pendidikan,


masyarakat, maupun LSM tidak berkolaborasi secara terstruktur terkait pencegahan dan
penanganan TPPO
Contoh : Korban sudah menderita, tetapi aparat penegak hukum setengah hati mungkin
tuntutannya ringan.
- Minimnya alokasi anggaran untuk program kerja TPPO
- Terbatasnya kewenangan gugus tugas TPPO dan KemenPPPA sebagai lembaga
berstatus koordinatif bukan pelaksana tugas dan kementerian cluster 3
- SDM yang tidak memadai
- Pendidikan dan tingkat kesadaran yang rendah
- Kemajuan teknologi dan informasi yang disalahgunakan
- Implementasi dan penegakan hukum rendah
- Korban tidak mau melapor.

Bagaimana penegakan Tindak Pidana Perdagangan Orang bisa diminimalisir, bisa


dikendalikan, bisa diawasi yaitu dengan :

1. Memperketat pengawasan arus imigrasi di daerah-daerah rawan (Biasanya di


perbatasan)
2. Mengembangkan sistem pelayanan penanganan TKI yang mudah diakses oleh seluruh
kalangan dan wilayah
3. Mendorong negara untuk hadir melakukan perlindungan dan keseriusan dalam
penanganan TPPO, baik melalui dorongan sektor anggaran dan kewenangan
4. Sosialisasi TPPO menyeluruh
5. Meningkatkan pendidikan masyarakat
6. Menghapuskan kemiskinan
7. Meningkatkan peluang dan kesempatan kerja disetiap daerah

Anda mungkin juga menyukai