Anda di halaman 1dari 3

Nama : Shalahuddin Al Ayyubi

NIM : 20200120017
Fakultas : Teknik
Prodi : Teknik Elektro

Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah. Tema materi
adalah beragama dengan cerdas menuju pribadi berkualitas. Sudut pandang fiqh, agama
adalah sebuah pilihan yang diikuti oleh orang yang mukallaf. Mukallaf memiliki kriteria 5 hal
yaitu Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, sudah menerima dakwah. Ada 5 tujuan
beragaman 1 melindungi agama, melindungi kehidupan, melindungi akal sehat, menjamin
regenerasi, melindungi kekayaan.
Sudut pandang psikologi, ada 9 ciri orang beragama cerdas.
1. Memiliki kemampuan yg fleksibel.
2. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Maka memiliki motivasi intrinsic dan ringan
dalam melaksanakan ibadah karena kesadaran atas pilihan sendiri.
3. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Tidak mudah menyerah
dan selalu berusaha dalam optimism.
4. Kemampuan menghadapi rasa sakit yang dilalui.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh kekuatan nilai dan visi.
6. Efisiensi atau tidak melakukan hal yang tidak perlu. Tidak berlebihhan atau ekstrim
dalam beragama. Hal ini juga dapat diaplikasikan kehidupan sehari-hari misal
efisien dalam penggunaan air ketika wudhu, penggunaan lampu, discovery alat
canggih untuk memudahkan kehidupan umat manusia.
7. Mampu melihat hal secara interkoneksi/komprehensif. Maka dalam beragama kita
harus melihat dari semua perspektif. Sehingga memiliki pikiran yang terbuka.
8. Senantiasa bertanya mengenai segala sesuatu (berpikir kritis) bertanya mendetail
sampai why dan how.
9. Mandiri dalam melaksanakan sesuatu, memiliki kemudahan bekerja. Misalkan
melakukan teknis yang lebih mudah tanpa menghilangkan esensi dari ibadah
misalnya berzakat dengan metode jarak jauh yang lebih mudah.

Fiqih gharib, adalah fiqih yang terjadi di situasi di tempat yang ekstrim dan asing
dengan keadaan yang sangat berbeda. Missal apabila puasa ditempat matahari tidak muncul.
Maka akan mengikuti hadis normal, kedua mengikuti negara muslim terdekat. mengikuti arab
Saudi, mengikuti negara asal.
Dalam mengikuti fleksibilitas beragama, kita harus melihat lingkup kondisinya apakah
memungkinkan atau tidak melakukan hal yang berbeda seperti contohnya tayamum dalam
bersuci, mengqadha shalat dll.
Filsafat berasal dari Bahasa Arab yaitu falsafah namun ada dugaan juga bahwa falsafah
berasal dari Bahasa Latin yaitu philosophia. Falsafah dalam mendekatkan keimanan kita yaitu
dengan cara. Filsafat memiliki 3 ciri pokok. Pertama, mencoba memahami sesuatu dengan
sangat mendalam sehingga selalu memahami dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
Kedua, Filsafat bagian dari upaya manusia untuk mengamalkan perintah quran dalam
menggunakan akalnya/ menggunakan intelektual misal tafakkur, tadabbur, ta’qilun. Ketiga
filsafat untuk bisa mendapatkan kebenaran yang bersifat masuk akal. Kebenaran filsafat
adalah kebenaran yang bersifat qaliyah karena bisa dibuktikan dengan ilmu dan benar apabila
dijelaskan oleh akal. Ada 4 dimensi dalam mengamalkan syariat:
1. Maqositu syariah.
2. Niat
3. Kaifiyah/tata cara
4. Hikmah  inilah yang menjadi sebuah filsafat.
Bagaimana agama mengontrol kita agar tidak melampaui batas dan jawaban ini yang
lebih layak digunakan untuk berbagai pertanyaan adalah jawaban moral. Bisa dipermisalkan
dalam hal ekonomi kapitalis. Apabila seluruh dunia menggunakan 100% kapitalisme maka
akan terjadi kerusakan atau bahkan chaos di dunia. Maka, agama menjadi sebuah batas agar
manusia bisa hidup lebih tertata, mengurangi ketimpangan ekonomi dan social yang tinggi.
Uang orang bisa membeli hiburan namun tidak bisa membeli. Berdzikir itu reflective
thinking, lebih tinggi levelnya dari pada berfikir dan reflective thinking itulah adalah filsafat.
Bagaimana kita mengatur batasan-batasan kita dalam berkehidupan kita.
Sejauh mana eksistensi wanita dalam Islam. Islam adalah agama yang diturunkan untuk
memuliakan manusia (laki-laki dan perempuan). Dalam sejarah saat itu di arab wanita hanya
jadi objek. Salah satu hal yang mendasar dalam memuliakan wanita adalah pernikahan. Amal
shalih/berbuat kebaikan memiliki kedudukan yang sama. Tiap masing-masing memiliki
kekhususan namun bukan berarti ada diskriminasi. Mereka setara tapi tidak sama.
Beragama adalah fitrah manusia. Tidak hanya dijelaskan dalam quran, namun juga
dibuktikan dalam berbagai macam studi ilmu. Manusia berkecenderungan berbuat baik dan
benar. Tuntunan dalam menuju berbuat baik yaitu dari tuntunan Allah dan tuntunan Ilmu.
Modal untuk suses adalah ilmu dan seni. Dimana seni yang dimaksud adalah qolbu hati. Ilmu
dan agama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Anda mungkin juga menyukai