Anda di halaman 1dari 6

Nama : fazar ardiansyah

Semester : 6a
Matkul: tasawuf
No1.a. Pengertian dari akhlak secara bahasa atau secara etimologi adalah berasal dari kata yang ada
dalam bahasa arab yaitu khuluq yang dalam bahasa indonesia artinya adalah tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan pengertian dari akhlak secara istilah atau secara terminologi adalah suatu sifat atau
perilaku yang terdapat di dalam jiwa manusia sehingga menimbulkan suatu perbuatan yang dikerjakan
dengan mudah, tanpa perlu pertimbangan pemikiran lagi.

Pembentukan akhlak adalah suatu proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan terhadap
sistem fisik dan mental, sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang
terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya akhlak seseorang, yaitu :

a. Faktor internal

1. Faktor Insting (naluri)

Insting (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang dianggap ada sejak lahir dan
juga muncul pada setiap makhluk. Sebagian ahli berpendapat bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena
akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog juga menjelaskan bahwa insting
(naluri) berfungsi sebagai motivator atau penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku. Setiap
perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang diperagakan oleh naluri atau insting.

2. Kehendak

Kehendak adalah faktor yang menggerakkan manusia untuk berbuat dengan sungguh sungguh. Dalam
perilaku manusia, kehendaklah yang mendorong manusia untuk berusaha dan bekerja, tanpa kehendak
semua ide, keyakinan, kepercayaan, pengetahuan menjadi pasif dan tidak ada arti bagi hidupnya. Dari
kehendak manusia akan menentukan akan bertingkah laku baik atau buruk.

3. Faktor keturunan

Faktor keturunan secara langsung atau tidak langsung sangat memengaruhi bentukan sikap dan tingkah
laku seseorang. Sifat-sifat asasi anak merupakan sifat-sifat asasi orang tuanya. Sifat yang diturunkan oleh
orang tua bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat
dan pendidikan, melainkan sifat bawaan sejak lahir.

b. Faktor Eksternal

1. Adat kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah menjadi adat
kebiasaan, tidak cukup hanya diulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati
terhadapnya. Jadi, terbentuknya kebiasaan itu, adalah karena adanya kecenderungan hati yang diiringi
perbuatan.
Nama : fazar ardiansyah
Semester : 6a
Matkul: tasawuf
2. Faktor lingkungan

Lingkungan pergaulan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentuka akhlak seseorang. Manusia
selalu berhubungan dengan manusia ainnya, itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu,
dalam pergaulan akan saling memengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertingkah laku. Jika kondisi
lingkungan tidak baik maka tingkah laku seseorang akan cenderung tidak baik juga.

3. Pendidikan

Pendidikan memiliki andil yang besar pengaruhnya dalam pembentukan akhlak manusia, berbagai ilmu
diperkenankan agar seseorang memahaminya dan dapat melakukan sesuatu perubahan pada dirinya.
Pendidikan adalah usaha mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan
dasar dan kemampuan belajar sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya. Jika
pendidikan dan pengajaran akhlak yang diberikan kepada anak itu baik, maka dapat menjadikan anak
berperingai baik. Demikian juga sebaliknya.

No.1b . Abdurrauf membentangkan bagaimana hubungan akhlak dengan keyakinan. Maka di sini
terlebih dahulu dikemukakan pandangannya sebagai yang dikemukakannya dalam ’Umdat al-Muhtajin.
Dalam masalah ketuhanan ini Abdurrauf mengemukakan paham mazhab mutakallimin97 dan sufi,
namun kecenderungan pribadinya kepada ajaran tasawuf lebih mendominasi pemaparannya. Ia menulis
Allah bersifat La mustaghniyan an kulli ma siwahu wa muftaqirran ilaihi ma adahu illa Allah. Tentang
kedudukan akidah dalam kehidupan mukmin ia memaparkan pula: Ketahuilah hai saudara yang hendak
menjalani jalan kepada Allah, bahwasanya yang pertama-tama wajib atas orang-orang yang berakal
(akil) baligh yaitu mentawhidkan Haqq Subhanahu Wata’ala. Artinya membangsakan haqq Ta’ala kepada
sifat wahdaniyat dengan ikrar (ucapan) la ilaha illa Allah.98 Paham akidah ini kemudian menjadi
landasan akhlak.

Menurut Abdurrauf bahwa aqidah adalah hal yang pertama-tama wajib diketahui seseorang mukmin. Ia
berkata bahwa sebagian ulama berpandangan bahwa yang pertama-tama wajib itu adalah ma’rifah
Allah. Dua kata ini (ma’rifah dan Allah) pada hukumnya adalah satu, karena dikehendaki oleh orang yang
berkata, pertama-tama wajib mentawhidkan Haqq Allah Ta’ala kepada sifat wahdaniyah dengan
kalimah la ilaha illa Allah, yang mengandung ma’rifah Allah.99 Sebagai penghayatannya adalah tidak
ada sesuatu pun yang lebih sempurna dan tidak ada yang sangat dihajati selain Allah.100  Penghayatan
ini kemudian menjadi landasan dalam bersikap.

Iman di sini adalah menjadikan pengetahuan yang benar tentang Allah sebagai inti keyakinan yang
diterima

2. Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata dijelaskan, makna tasawuf secara kata saja memiliki
banyak arti. Sejumlah ahli tasawuf menjelaskan bahwa makna tasawuf secara bahasa berasal dari kata
al-shuffah atau orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah.

Selanjutnya bisa dimaknai pula sebagai suf (barisan), suf (kain wol), hingga ke bahasa


Yunani sophos (hikmat). Kata al-suffah  misalnya, menggambarkan keadaan orang yang rela
Nama : fazar ardiansyah
Semester : 6a
Matkul: tasawuf
mencurahkan jiwa-raga, harta-benda, dan lainnya hanya untuk Allah SWT. Setia mengikuti dakwah
Rasulullah selagi susah.

Namun demikian, dari sisi linguistik tasawuf dapat dipahami sebagai sikap mental. Yakni sikap mental
yang senantiasa memelihara kesucian diri, ibadah, menjalani kehidupan dengan sederhana, hingga sikap
rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bijaksana. 

Dari sisi istilah, pengertian tasawuf, manusia yang memiliki keterbatasan berupaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia. Kemudian mereka memusatkan perhatian hanya
kepada Allah SWT.

Sehingga disimpulkan dalam buku tersebut bahwa, tasawuf pada intinya adalah upaya untuk melatih
jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia. Hal itu
dilakukan guna tercermin akhlak yang mulia dan senantiasa pelakunya dekat dengan Allah SWT. 

2.a Kaum arif menyebut tiga komponen dalam ajaran-ajaran Islam tersebut di atas dengan
syariat (syari’ah), tarekat (thariqah), dan hakikat (haqiqah). Mereka berpandangan bahwa persis seperti
halnya manusia terdiri atas tiga bagian – yakni raga, jiwa dan intelek – yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain dan bahkan mempunyai entitas yang tersendiri, maka begitu pulalah halnya dengan syariat,
tarekat, dan hakikat.

Hubungan yang ada di antara ketiganya adalah hubungan ke luar dan ke dalam. Kaum arif juga meyakini
bahwa eksistensi manusia mempunyai banyak tahap dan tingkatan serta bahwa sebagian dari tingkatan
ini tidak bisa dipahami oleh manusia

2.b Keunggulan umat Islam salah satunya adalah Ilmu Tasawuf ini. Dengan bertasawuf yang merupakan
suatu kekuatan batin untuk mempertebal iman, tauhid, ladang amal, pembersih jiwa, serta untuk
memperkuat Ihsan suatu cara untuk lebih mengenal Allah dan mencari keridhaan-Nya semata maka
secara otomatis akan meningkatkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia).

Menurut Prof DR Hamka, tasawuf Islam telah timbul sejak timbulnya agama Islam itu sendiri. Bertumbuh
di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Nabi Muhammad Saw. Disauk airnya dari Qur'an sendiri.
(Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad).

Adapun ciri sufi menurut Imam Nawawi (620-676 H/1223-1278 M) dalam risalahnya Al-Maqasid At-
Tawhid ada lima, yaitu: (1) menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri, (2)
mengikuti sunnah Rasulullah SAW dengan perbuatan dan kata, (3) menghindari ketergantungan kepada
orang lain, (4) bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit, (5) selalu merujuk masalah kepada Allah
SWT.

No.2c . Tipologi pemikiran teologi Rumi berbeda dengan tokoh-tokoh sufi lainnya. Seperti Al Ghazali,
yang dalam studi tasawuf digolongkan ke dalam tipe tasawuf akhlaki. Al Ghazali sangat sistematis dalam
menjelaskan konsep-konsep teologi. Sedangkan Rumi sebaliknya. Ia tidak secara sistematis menjelaskan
konsep teologinya. Tetapi statemen-statemennya terkait dengan isu-isu teologis mengesankan bahwa,
Nama : fazar ardiansyah
Semester : 6a
Matkul: tasawuf
ia dapat disejajarkan dengan Al Ghazali dan pemikir leologi lainnya," ujarnya.
         Dijelaskan, Rumi mengkritik kecenderungan pemikiran rasional kaum teolog maupun filosof, yang
menurutnya lebih menunjukkan kebenaran empirik. Kebenaran rasional yang dikembangkan kaum
teolog dan filusuf dalam istilah Rumi hanya memfungsikan agl al-juz'i, yang oleh William C Chittick
diterjemahkan sebagai akal parsial. "Pemikiran Rumi tentang kebebasan manusia di luar dugaan justru
nampak rasional. Disinilah kekhasan pemikiran teologi Rumi, yang meskipun ia seorang sufi, tidak
terjebak pada sebuah keyakinan fatalistik. Tetapi berseberangan dan mengritik pahan keagamaan
jabariyah. Tipologi pemikiran teologi Rumi lebih dekat pada paradigma antroposentris daripada
teosentris," katanya.
         Pemikiran teologi Rumi mempunyai relevansi dengan kehidupan modern. Dalam teori-teori
modern tentang kebebasan manusia dikenal nama Thomas Hobbes, misalnya, yang dikenal dengan
jargonnya homo momuni lupus (manusia adalah srigala bagi manusia lain).

Tidak demikian dengan Rumi. Di era modern sekarang ini, dari pandangan Rumi, kebebasan manusia
tetap. Kebebasan manusia tidaklah seperti binatang buas yang menerkan makluk lain. Tetapi lebih dekat
pada paradigma antriposentris. Ini terlihat ketika membangun argumen kebebasan manusia yang
menitik beratkan pada kasb, kearifan dan kehendak bebas yang dimilikinya, tidak pada sikap pasif
menerima begitu saja kuasa Tuhan. "Kebebasan manusia dilakukan untuk mengemban amanat yang
telah ditawarkan Tuhan kepada langit, bumi, gunung-gunung dan lain-lain," katanya.
            Menurut Rumi, tidaklah mungkin Tuhan memberi perintah dan larangan kepada manusia, kalau
manusia tidak memiliki kebebasan untuk memilih tindakan-tindakannya dalam menjalani hidup.

3. Dalam khazanah tasawuf, ada istilah dzauq. Menurut al-Ghazali, adz-dzauq merupakan kehadiran hati


(hudhur al-qalb) ketika salik berdzikir kepada Allah secara kontinyu (terus-menerus). Buah dari dzikir itu,
kata al-Ghazali, menghasilkan cita rasa spiritual (dzauq) paling dalam di tengah kesadaran tertinggi

Akal merupakan alat yang baik ketika akal diposisikan sebagai alat untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT. Yakni dengan cara mengkombinasikan antara ilmu akal dan ilmu intuitif (tasawuf) yang cenderung
bersifat tentang olah rasa.

 Fikr (Meditasi)
Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di
satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri.

Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah / biologis dan
mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk.

 pada hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan. bahkan Imam Al-Ghazali r.a mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu, ruh, akal dan nafsu
itu adalah satu. (syai’un wahidun). Tidak memiliki perbedaan, semuanya merupakan hal yang sama.
Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yang sama, memiliki fungsi
dan tugas yang sama. Tinggal bagaimana kita membina, menuntun keempat hal ini agar betul-betul
Nama : fazar ardiansyah
Semester : 6a
Matkul: tasawuf
mampu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah swt dan mampu mengantarkan kita mencapai
tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya.

4. Pengertian Tarekat

Dari segi bahasa, kata tarekat berasal dari kata athariqah jamaknya tharuq dan atharuq yang bermakna


jalan, lorong atau gang. Kata tersebut diturunkan menjadi bentuk masdar (kata benda) dari
kataٌ thariqah yang memiliki arti jalan atau cara metode.

Sedangkan menurut istilah tarekat adalah sebuah metode atau jalan dalam rangka mengadakan latihan
jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan
memperbanyak zikir semata-mata untuk dekat kepada Allah Swt.

 Tarekat Akmaliyah.

 Tarekat Alawiyyah.

 Tarekat Hamidiyah.

 Tarekat Idrisiyah.

 Tarekat Khalwatiyah.

 Tarekat Maulawiyah.

 Tarekat Naqsyabandiyah.

 Tarekat Naqsyabandiyah Ali Ba 'Alawiyah.

Hubungan tarikat dengan marifat = Tujuan tarekat adalah untuk mengenal Allah, sedangkan mursyid
bertujuan untuk membimbing atau mengarahkan orang untuk mengenalkan ilmu hakikat dan ma'rifat.
Mereaka tidak saja akan menjelaskan pentingnya ilmu ini dengan pemisalan yang tinggi, tapi sekaligus
sebagai teladan. Sandaran dalam bertarikat harus berguru atau belajar secara langsung kepada orang
yang telah ma'rifat, Maka wajar jika seluruh syekh tarekat tasawuf sepakat bahwa tak seorang pun
boleh mengajarkan dan memberikan bimbingan tentang hakikat, kecuali telah menguasai syariat secara
benar dan mendalam. Langkah ini pulalah yang ditekankan oleh sejumlah tokoh tarekat terkemuka
lainnya. Seperti Syekh Abu al-Hasan as-Syadzlili, pendiri tarekat as-Syadziliyah. Barangsiapa yang
kehilangan akar tak akan berhasil mencapai puncak, kata imam as-Sya’rani sebagaimana dinukil Sayid
Bakari. (As-Sayid, Takrifat, hal. 95)

Hubungan tarekat dengan ittihad, hulul, wahdatul wujud= Filosofi dari ketiga konsep di atas (ittihad,
hulul, dan wahdat al-wujud) adalah bahwa Allah ingin melihat diri-Nya di luar dirii-Nya. Sehingga
dijadikan-Nya alam ini yang merupakan cermin bagi Allah di kala ingin melihat diri-Nya.

5.
Nama : fazar ardiansyah
Semester : 6a
Matkul: tasawuf
Membumikan akhlak tasawuf adalah tindakan yang merupakan perbuatan mulia, selain itu
berjuang untuk memperahankan nilai-nilai kebaikan yang sudah tebentuk secara spiritual
dalam batin harus diperthankan menjadi karakter diri sebagai insan yang berbudi luhur. Manifetsi
kemuliaan atas indakan mencerminkan kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosi tertata dalam
dirinya, mencerminkan tindakannya yang terpuji. Keimanan seseorang dapat diukur dari segi
perilakunya, tutur katanya santun akibat hatinya bening. Wawasannya luas akibat jiwanya tersinari
dengan Nur Ilahi.Kepribadian individu yang baik, mulia dan bermental tangguh itulah harapan
bangsa dan Negara, menjadi anak-anak yang dinantikan untuk untuk menjadi tiang negara. Kekuatan
bangsa ada pada anak didik yang benar-benar telah terdidik sejak usia kanak-kanan. Sebab usia
mudah gampang dibentuk, dia dapat menerimah ilmu dan pelajaran dengan cepat, maka
sangat disayangkan jika seorang anak tumbuh dari keluarga yang tidak memperdulikan
pendidikan anaknya. Dilain sisi, terkadang ada banyak orang tua yang menganggap enteng
polapendidik kepada putra –putrinya, membiarkannya tumbuh bebas dan bahkan membiarkannya
bergaul dengan bebas dengan lingkungan yang tidak sepantasnya. Kadan juga ada orang tua yang
justu bemberikan asupan perilaku yang jauh dari perilaku terdidik, mengajiari anak mereka dengan
perilaku yang menyimpang, anak permpuan bahkan dijadikan sebagai komoditas mencetak uang,
memberikan beban mencari uang dengan cara menjua diri, menjadi pelayan sekx komersial, dan
bahkan disuatu daerah sikap semacam ini tidak lagi dianggap tabu, karena sudah menjadi cultur di
ditempat tersebut.

Eksploitasi anak juga terjadi dimana-mana, maka saat ini pemeritah sudah mulai berpihak
pada perlidungan hak asasi anak sekaligus ibunya. Langka-langkah pembinaan secara sektoral
dari pihak pemerintah sudah mulai berjalan secara program, keberpihakan anggaran sudah
berangsung-angsur sudah menjadi prioritas, namun implementasi di daerah hingga ke lingkungan
terkecil belum berjalan dengan baik sebagaiamna layaknya. Pendikan akhlak tasawuf adalah suatu
pola yang tepat untuk menjadi bahan untuk semua lapisan masyarakat terutama pada otrang
tua, sebab orang tua adalah sebagai guru pertama dan utama untuk anak-anak sebelum mendapatkan
pengaruh interpensi lingkungan sekitarnya. Rumusnya adalah peran orang tua adalah faktor yang
paling refresentatif menentukan masa depan anak-anak mereka, orang tua juga seharusnya selalu
berusaha untuk mementaskan dirinya menjadi penyaom anak-anak mereka, untuk keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Jika orang tua berperilaku menyimpang, hidupnya tidak kelayapan, minum
minuman keras,mabuk mabukan, bersikap kasar terhada anak-anak mereka, maka orang tua
seperti inilah yang merusak harapan bangsa. Oleh karena itu pendidikan akhlak secara spiritual
harus dibumikan melalui semua lapisan masyarakat. Pendidikan hari nurani, kecerdasan hati,
perilaku santun wajib dipertunjukkan oleh semua kalangan masyarakat. Tidak hanya bagi mauda
dan mudi, tetapi dari kalangan usia lanjut sekalipun memerlukan pendidikan akhlak tasawuf,
membumikanakhlak tasawuf adalah pola pemenuhan harapan bangsa Negara.

Anda mungkin juga menyukai