Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
II
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan nagara yang besar baik dari segi wilayah, penduduk,
kekayaan alam. Semua kekayaan itu seharusnya dikelola dengan baik oleh seluruh
putra-putri terbaik bangsa Indonesia. Untuk mementuk putra-putri terbaik tersebut
maka pendidikan merupakan suatu upaya dan proses untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita mulia negara Indonesia.
Negara bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, dan masyarakat
merasa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, oleh sebab itu tarik
menarik antar kewjaiban dan hak tersebt seharusnya dapat dijadikan modal yang
kuat. Oleh sebab itu pendidikan merupakn solusi dalam menjelaskan dan
memposisikan antara hak masyarakat dan kewajiban negara dalam pendidikan.
Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia jelas dikelola dan
dilindungi oleh negara. Filsafat sebagai induknya ilmu pengetahuan banyak
memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan. Filsafat sebagai salah satu asas
dalam penyelenggaraan pendidikan di Indionesia yang menjiwai seluruh proses
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran melalui pancasila sebagai falsafah
bangsa dan negara sebagai landasan filosofisnya. Landsan filosofis akan
memberikan kekuatan, untuk menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan
yang timbul dalam pelaksanaannya. Itulah sebabnya lahirlah filsafat pendidikan
sebagai jawaban atas persoalan-persoalan pendidikan yang menjiwai secara utuh
dalam pelaksanaannya. Untuk lebih jelas mengenai posisi, letak dan peran filsafat
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, maka paper ini akan
mencoba menjelaskannya secara keseluruhan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat pendidikan?
2. Apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan?
3. Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 242-243
2
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm, 15
2
memperoleh keturunan sebagai generasi penerus, semua itu merupakan hasil dari
berpikir sedalam dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, itulah yang
dinamakan dengan filsafat.
3
A. Chaedar Al wasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2008), hlm 7-
8
3
Soetrisno, dkk merumuskan mengenai berbagai pendapat khusus mengenai
filsafat antara lain:4
Oleh sebab itu dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai filsafat
dapatlah dirangkum menjadi beberapa poin saja antara lain:
4
Soetrisno, Dkk, Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2007), hlm 20
4
1. Pengertian dan makna Pendidikan
5
Dinn Wahyudin Dkk, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:UT, 2005), hlm 1.25
5
komitmen pokok sebagai pintu gerbang utama untuk meningkatkan harkat
dan martabat bangsa Indonesia.
2. Dalam bagian lain UUD 1945, pasal 31 ayat 1, dinyatakan bahwa “tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran”. Pasal ini merupakan jaminan
atas hak segenap bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengajaran dan
pendidikan.
3. GBHN 1993, antara lain mengungkapkan bahwa pembangunan pendidikan
dan pengemabangan generasi muda merupakan bagian integral dari upaya
pengembangan sumber daya manusia di berbagai bidang yang pada
hakikatnya bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dan kehidupan
masyarakat yang utuh menyeluruh. Sedangkan “pendidikan nasional
bertujuan untukj meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa,
berbudi luhur, berkepribadian, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani.
4. UUSPN No 2 Tahun 1989:
a. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan (Bab III pasal 5)
b. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar. (Bab III Pasal 6)
c. Warga negara yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa
5. UUSPN N0 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasuna belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,
masyarakat bangsa dan negara6.
6
Prayitno, Konseling Integritas, (Padang: UNP), hlm 48.
6
Itulah perjalanan penting pendidikan di Indonesia dari masa ke masa
sebagai refleksi awal dalam memberikan gambaran utuh mengenai pendidikan
dimulai dari cakrawala berpikir pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan.
Dalam arti sempit, pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja,
kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah
hak asasi manusia pada umumnya, itulah sebabnya di awal dijelaskan bagaimana
negara melindungi hak asasi warga negara indonesia melalui pendidikan.
7
Suhartono Suparlan, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009) hlm. 77.
7
manusia. Dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan
enkulturasi budaya untuk menjadikan manusia menjadi manusia yang seutuhnya.
Setelah membahas secara dalam dan luas mengenai filsafat dan pendidikan
secara terpisah, maka pada bagian ini akan dibahas mengenai filsafat pendidikan
itu secara utuh, sehingga menghasilkan sebuah konsep yang jelas mengenai
hakikat filsafat pendidikan.
Kita menyadari bahwa semua aspek kehidupan ini mulai dari alam,
ekonomi, politik, sosial, budaya diilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran
filsafat. Pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan jelas juga berpedoman
dan berasal dari filsafat, agar pendidikan dapat berkembang secara terus menerus
maka filsafat adalah kuncinya.
8
asa filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapian tujuan yakni meningkatkan
perkembangan sosio-budaya bahkan harkat dan martabat bangsa8.
8
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Malang:, 1984), hlm 39.
9
Zaprulkhan, Filsafat Umum...., hlm 303
9
3) Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-
teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
10
hubungannya dengan orang lain. Oleh sebab itu kajian-kajian masyarakat secara
kolektif dalam pendidikan perlu menjadi kajian utama, karena dalam masyarakat
kolektif akan banyak timbul keinginan-keinginan setiap individu yang akan
berpadu, sehingga filsafat akan membantu pendidikan dalam menyelesaikan
masalah yang timbul akaibat permasalahan kolektif dari masyarakat tersebut.
Dalam tingkat budaya yang lebih luas, struktur kognitif masyarakat akan
lebih banyak berbicara, sehingga sekolah sebagi penyelenggra pendidikan
bukanlah sebuah pengajaran yang absolut dalm melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, tetapi memerlukan diskusi yang panjang melalui dari orang tua, guru,
kepala sekolah, sampai kepada pemerintah. Dengan demikian maka pendidikan
akan dirasakan sebagai tanggung jawab bersama sebagai tanggung jawab kolektif,
sehingga pengawasan yang baik akan mendukung pelaksanaannya. Siswa tidak
lagi diibaratkan sebagi gelas kosong, tetapi lebih dari sekedar itu, siswa
merupakan aktor yang akan menentukan masa depannya, sekolah diharapkan
hanya sebagai fasilitator dalam megenbangkan keterampilan,bakat, minat,
karakter anak dengan berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
Ketiga disebut sebagi lapis politik karena pendidikan telah menjadi ranah
dan bagian politik pemerintahan, karena pendidikan utama diselenggarakan oleh
negara, jelas dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan tentulah
melewati kebijakan-kebijakan politik terlebih dahulu. Hal itu merupakan hal yang
wajar dalam tatanan masyarakat demokrasi seperti Indonesia. Oleh sebab itu pada
11
lapis politik ini pendidikan diharapkan akan memungkinkan terlaksananya tiga
unsur integrasi yaitu10:
Kebutuhan dasar belajar itu meliputi baik sarana belajar yang pokok
(membaca/menulis, kemampuan berbicara, menghitung, dan memecahkan
masalah) maupun isinya (pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap) yang
diperlukan manusia agar bisa bertahan, untuk bisa mengembangkan kemampuan-
kemampuan secara penuh, hidup dan bekerja sesuai dengan martabatnya, ambil
bagian secara penuh dalam pembangunan, meningkatkan kualitas hidup mereka,
memperoleh informasi untuk kepuusan-keputusan mereka dan selalu belajar dan
bekelanjutan.
10
Zaprulkhan, Filsafat Umum...., hlm 307
11
Haryatmoko, Dominasi Penuh Muslihat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm 192-
195
12
hanya slogan semata tetapi benar-benar terwujud dan dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat.
13
Selanjutnya dapat diasumsikan bahwa jika paradigma filosofi pendidikan
tersebut dipergunakan sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
baik di dalam keluarga, sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat, dapat
diharapkan kehidupan masyarakat bisa meliputi nilai-nilai kejujuran, kebenaran,
kearifan loka, spritual keagamaan dalam bingkai pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian maka sudah bisa dipastikan pendidikan di Indonesia akan
menjadi sebuah model pendidikan yang khas dan sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia itu sendiri.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat
menyelaraskan gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana
menyeluruh, menjelasakan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip
atau asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus
mengenai pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang
berhubungan antara pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.
Filsafat pendidikan akan menjiwai seluruh pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, terutama menyangkut falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila
dan UUD 1945. Oleh sebab itu penyelenggraan pendidikan di Indonesia tetap
akan berlandaskan pada kedua hal tersebut. Dan filsafat pendidikan lahir untuk
menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang timbul dalam
pelaksanaannya baik menyangkut desain kurikulum, pembelajaran, penyampaian
guru. Semua itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi pelaksanaan
pendidikan terkhusus di Indonesia.
B. Saran
Sekedar saran kepada seluruh penyelenggara pendidikan di Indonesia,
maka sudah sepatutnyalah, nilai-nilai falsafah negara yaitu pancasila dan UUD
1945 yang dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,
karena memang filosofis terdalam bangsa indonesia adalah kedua falsafah
tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
16