Pembahasan
Manusia adalah khalifah Allah yang ditunjuk untuk menjadi pemelihara dan pengelola bumi
dengan segala ornamen yang menghiasinya. Dalam mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan
keterikatan antara satu dengan yang lainnya antar manusia dengan manusia maupun antar manusia
dengan makhluk hidup, baik itu makhluk hidup yang sifatnya empiris (mampu dilihat dan diamati)
maupun makhluk hidup yang tak terlihat atau biasa kita kenal dengan istilah Gaib. Sang Maha Dzat
yang menciptakan Makhluk Hidup pun termasuk bagian dari gaib sendiri. Maka dapat kita tarik
benang merah bahwasannya Manusia, Agama dan Hal Gaib merupakan 3 hal yang tidak bisa kite
kesampingkan, bahkan saling berkaitan satu sama lain.
Secara lahiriah manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dianytara makhluk
makhluk lainnya. Dengan dibekali akal sebagi penunjang utama bagi pengembangan kehidupan
sosialnya menjadikan manusia menjadi makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap sesama.
Terlepas dari itu semua peranan akal dan hawa nafsu yang menjadi motor nbagi seorang manusia
mampu menggugah gairahnya untuk selalu ingin mengetahui berbagai hal yang belum diketahuinya.
Salah satunya perkara gaib itu sendiri. Namun apa daya manusia diberikan keterbatasan oleh Allah
khususnya dalam mengetahui hal hal gaib, bahkan sekelas setan oun ia tidak diperkenankan untuk
mencari rahasia yang terdapat dalam langit dunia.
Berkenaan dengan hal gaib sendiri sebenarnya telah tumbuh subur sejak beberapa abad yang
lalu sekitar zaman sebelum masehi. Hal hal mitologi dan ramalan menjadi hal yang sangat luar biasa
karena mampu memberikan prediksi terhadap masa depan suatu bangsa lebih lebih kehidupan umat
manusia. Berjalan seiringnya waktu para pesihir kian hari mulai berkurang karen bertumbuh
kembangnya manusia terhadap realitas ilmiah yang terjadi di sekitar mereka. Melihat juga
perkembangan pemikiran bangsa eropa yang berusaha memisahkan peranan teologis dan sosiologis
atau keilmuan dalam sistem kerja mereka. Titik berangkat mereka berasal dari hal hal yang bersifat
empiris dan mampu ditangkap oleh akal. Maka munculah berbagai bentuk penelitian serta
pengamatan untuk menggali hal tersebut.
Dalam islam sendiri penekanan terhadap kepercayaan pada hal hal gaib dicantumkan secara
langsung dalam rukun iman, dimulai dari ketaatan serta kepercayaan terhadap sang khalik hingga
kepercayaan terhadap takdir. Selain dari pada itu telah banyak disebutkan dalam Al Quran berkenaan
dengan informasi hal hal gaib baik itu yang bisa mereka dapatkan langsung di dunia maupun yang
baru dapat diketahui setelah menkamatkan perjalanan panjang kehidupan yang dipenuhi oleh lika liku,
rintangan serta tantangan. Ada salah satu ayat yang menerangkan terhadap keberadaan yang gaib yang
dinamakan sebagai istilah Kunci Gaib. Terdapat lima buah kunci dalam ayat ini yaitu surah Luqman
ayat 34. Diantaranya :
Pengetahuan tentang hari kiamat
REVIEW JURNAL