Anda di halaman 1dari 3

Pembangunan Masjid Istiqlal: Semangat Kemerdekaan dan Keberagaman

Oleh: Najihus Salam (Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Sudah diketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia itu sangat beragam, bahwa
keberagaman bangsa Indonesia sudah terkenal sejak zaman dahulu kala. Keberagaman itu ada
di Indonesia dan keberagaman itu adalah Indonesia begitulah kira-kira orang mengenalnya.
Sangat sulit dibayangkan, bagaimana mungkin terdapat candi dengan latar belakang agama
yang berbeda, akan tetapi di bangun di pulang yang sama dan yang tidak kalah menarik juga
ada beberapa rumah ibadah di Indonesia yang di bangunnya secara berdekatan dari letak
geografisnya.
Misalnya di Kota Malang terdapat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat atau di
singkat GPIB Imannuel dan Masjid Agung Jami. Sedangkan di wilayah Nusa Dua, Bali ada
di temukan kawasan Puja Mandala yang sering kali dianggap sebagai miniatur dari
“Kerukunan Umat Beragama di Indonesia” karena hanya di kawasan Puja Mandala saja
sudah terdapat lima tempat ibadah yang berbeda.
Diantara berbagai fakta tersebut, maka mungkin di temukan yang paling unik adalah
keberadaan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang di bangunnya tetap bersebrangan.
Ternyata lokasi nya juga cukup berdekatan dengan Monas maupun dengan Monumen Istana
Negara.
Soekarno, Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta
Tentunya keberadaan pembangunan yang berseberangan itu tidak hanya asal
sembarang membangun. Tapi dari pembangun itulah tidak terlepas dari semangat toleransi
dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Atas inisiatif sang proklamator bangsa, Presiden Soekarno sengaja memilih lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal yang berseberangan dengan Katedral Jakarta dan juga sama
dengan Masjid Agung Jami di Malang yang berdekatan dengan GPIB Imannuel.
Presiden Soekarno dan jajarannya ingin menunjukkan pada dunia bahwa semangat
persatuan, bukan hanya di lambangkan dalam Pancasila. Melainkan juga di terapkan dalam
kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Pembangunan Masjid Istiqlal juga mencerminkan semangat Kebhinekaan. Bisa dilihat
dari Arsitek dari Pembangunan Masjid Istiqlal ternyata adalah seorang Nasrani yang uniknya
juga anak dari seorang Pendeta Batak. Ia menekuni bidang Arsitektur di negara Belanda.
Seorang arsitek yang berasal dari Sumatra Utara ini bernama Frederich Silaban.
Selain dari seorang arsitek pembangunan Masjid Istiqlal yang cukup unik, semangat
toleransi umat beragama juga dapat di identifikasi saat perayaan hari besar keagamaan.
Dimana baik Masjid Istiqlal maupun Katedral Jakarta secara bergantian menyediakan tempat
parkir untuk memudahkan umat yang sedang merayakan hari besar keagamaannya.
Masjid Istiqlal dan Semangat Kemerdekaan
Dimata seorang Presiden Soekarno bukan hanya berbicara mengenai tumpukan bahan
material. Membangun rumah ibadah sebesar Masjid Istiqlal merupakan cermin dari
kebangkitan sebuah bangsa. Kata istiqlal memili arti “kemerdekaan” bangunan Masjid
Istiqlal merupakan simbol yang melambangkan kemerdekaan Indonesia termasuk dalam hal
keberagaman.
Presiden Soekarno pernah berpesan kepada bangsa Indonesia “perjuanganku lebih
mudah karena melawan para penjajah. Namun perjuangan kalian akan lebih berat karena
melawan saudara sendiri. Bung Karno sangat menyadari bahwa ratusan tahun lalu intoleransi
pernah memecah belah bangsa Indonesia. Membuat bangsa Indonesia mudah untuk di adu
domba dan akhirnya menjadikan Indonesia jauh tertinggal dibanding bangsa-bangsa lainnya.
Padahal melihat romantisme sejarah, sejak zaman dahulu para leluhur bangsa
Indonesia banyak mengukir berbagai prestasi seperti pembuatan kapal yang besar, candi yang
megah dan luar biasa dan semangat keberagaman yang memampukan untuk mencapai begitu
banyak hal. Semua itu tersimpan dalam keberagaman bangsa Indonesia.
Semangat Keberagaman dalam Resep Qur’ani
Perbedaan dalam islam adalah sesuatu yang tidak mungkin di hindari dan itu di akui
dalam islam adalah hal yang wajar. Keberagaman itu pun di afirmasi dalam Al-Qur’an, Allah
menyebutkan dalam kalamNya:
‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat: 13)
Tujuan Allah menciptakan manusia yang penuh keberagaman seperti bersuku-suku,
berbangsa-bangsa ialah untuk saling mengetahui, kenal-mengenal, bukan untuk saling
membanggakan atau merasa paling hebat apalagi saling mencela satu sama lain. Bahkan
islam mengajarkan agar berinteraksi sosial dengan baik kepada siapa pun tanpa memanda
agama, suku dan ras serta tidak minimbulkan dampak negatif satu dengan yang lain.
Inilah yang harusnya menjadi nilai toleransi dalam islam untuk menjaga kerukunan
dalam keberagaman. Semoga semangat keberagaman ini terus semakin meningkat. Indonesia
membutuhkan kita semua untuk membangun semangat keberagaman yang merupakan kunci
dari kebangkitan bangsa. Semoga kita semua mampu dan mau untuk meneruskan perjuangan
ini. Aamiin Allahumma Aamiin

Anda mungkin juga menyukai