Anda di halaman 1dari 10

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peradaban Islam
Badri Yatim dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradabah Islam
mengatakan bahwa Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah
al-Islamiyyah. Istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-
unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.
1

Menurut Koentjaraningrat, peradaban sering juga dipakai untuk menyebut
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Dalam pengertian itulah
peradaban yang dimaksud dalam buku ini.Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
2

Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa Sejarah peradaban islam diartikan
sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam perspektif
sejarahnya, dan peradaban islam mempunyai berbgai macam pengetian lain
diantaranya
y Pertama : sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan
akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode nabi
Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan islam sekarang.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,
1999, hlm. 1.
2
Ibid., hlm. 2.
4

y Kedua : sejarah peradaban Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai oleh umat
islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
y Ketiga : sejarah perdaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan
islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam
hubungannya dengan ibadah ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup
bermasyarakat.
3

Dari beberapa pendapat di atas, saya menarik kesimpulan bahwa Peradaban
Islam adalah segala bentuk perkembangan dan kemajuan Islam dalam perspektif
tentang kebudayaannya. Perkembangan ini menurut saya tidak termasuk dalam aspek
ibadah. Hal-hal yang berkaitan dengan ibadah tidak akan pernah berkembang atau
mengalami evolusi, karena Allah SWT telah mengatakan dalam sebuah firman bahwa
Islam telah Dia sempurnakan.
B. Dasar-Dasar Peradaban Islam
Dasar-dasar Peradaban Islam pertama kali ditetapkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Tujuannya adalah untuk memperkokoh masyarakat dan negara baru itu. Beliau
meletakan dasar-dasar tersebut pada saat Beliau berada di Yastrib atau yang sekarang
kita kenal dengan nama Madinah. Tidak seperti pada saat di Mekah, di Madinah Allah
SWT banyak menurunkan wahyu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.
Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, tidak hanya sebagai kepala agama, tetapi
juga sebagai kepala negara.
4
Dengan kata lain, pada diri Nabi terkumul dua
kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan sekuler. Beliau menjadi kepala negara

3
Admin. 2009. Pengerjian Sejarah Peradaban Islam.
http://hitsuke.blogspot.com/2009/03/pengertian-sejarah-peradaban-islam.html.
(Online 10 Oktober 2011)
4
Badri Yatim, op. cit., hlm. 25.
5

bukanlah atas penunjukan dan bukan pula atas dasar hak turun-temurun. Beliau
menjadi rasul secara otomatis menjadi kepala negara.
5


Dasar-dasar Peradaban Islam tersebut adalah :
1. Pembangunan Masjid
Masjid merupakan hal yang paling fundamental yang pertama beliau
lakukan. Masjid tidak hanyak menjadi tempat sholat bagi umat muslim, tetapi juga
sebagai sarana penting untuk mempersatuakan kaum mulimin dan mempertalikan
jiwa mereka, di samping tempat merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.
Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
6

Allah SWT berfirman:
) ,0 [V
N,_fJBb X0 _ ;C=0
0 _fV =@ P
Terjemahannya :
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. (Q.S. At-Taubah: 108)
7

Masjid merupakan pusat pembinaan, memakmurkan umat,
membimbing umat taat beribadah, dan menuntuk umat memperbaiki kehidupan
lingkungan.
8
Berbagai masalah umat Islam, dimusyawarahakan melalui masjid.
Seperti kalau ada persoalan keluarga, melatih prajurit dan melepas pasukan ke
medan perang, menerima tamu asing dari luar daerah, dan bahkan penginapan

5
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, jilid I, Jakarta: UI
Pers, 1985, hlm. 101.
6
Badri Yatim, op. cit., hlm. 26.
7
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Al-Jumanatul Ali,
Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur, Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Ali-Art,
2004, hlm. 205.
8
Abujamin Roham, Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup, Jakarta: Media
Dawah, 1997, hlm. 86.
6

bagi musyafir dan perawatan bagi pejuang-pejuang yang luka di medan perang
pun di masjid.
9

Pada zaman nabi, masjid digunakan untuk mensucikan jiwa kaum
muslimin, mengajarkan Al Qur'an dan Al Hikmah, bermusyawarah untuk
menyelesaikan berbagai macam persoalan kaum muslim pada zaman tersebut,
membina sikap dasar kaum muslimin terhadap perang yang berbeda agama atau
ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid.
Pada zamannya masjid dijadikan simbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700
tahun sejak nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan
orisinil sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Pada dasarnya, sekolah-sekolah
dan universitas-universitas pun kemudian bermunculan justru dari masjid. Sebagai
salah satu contoh adalah Masjid Al Azhar di Kairo, Mesir. Masjid ini sangat
dikenal luas oleh kaum muslimin Indonesia. Masjid ini mampu memberikan
beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun
merupakan program nyata yang secara kontinyu dilaksanakan masjid ini.
10

Jadi, Keberadaan masjid dapat dikatakan sebagai lambang dari
komunitas muslim di suatu daerah. Di mana pun kita berada, apabila terdapat
penduduk muslim yang bermukim di tempat tertentu, sudah barang tentu kita
dapati masjid atau paling tidak musholla. Karena sumber peradaban Islam terletak
pada keberadaan masjid. Sebagai umat muslim, kita hendaknya dapat
memakmurkan masjid dengan melakukan berbagai aktivitas yang memiliki nilai-
nilai keagamaan.
2. Ukuwah Islamiyah

9
Abujamin Roham, op. cit., hlm. 87.
10
Aditya Lukman Pradana, 2011, Fungsi Lain Dari Masjid,
http://ensikloditya.blogspot.com/2011/01/fungsi-lain-dari-masjid-masjid-
sebagai.html. (Online 11 Oktober 2011)
7

Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat
akha fulanun shalihan, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna
ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan
hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
11

Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang
hijrah dari Mekah ke Madinah, dan Anshar, penduduk madinah yang sudah masuk
Islam dan ikut membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian diharapkan,
setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa
yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan
yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan
berdasarkan darah.
Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan
cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati
dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan
Al-Quran menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai
siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang-orang yang kufur terhadap risalah-Nya
dan menyimpang dari ayat-ayat-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
, CBb Fb_BC Bf
b@ B@0 fd@
Fb_q B= B. Fbm[
= Bq0 q
,b)Bb ,BBb,
P[Lf _ ,@fBb P
@[_, =P Bb B
Fb_Bm ,_q

11
Aang Fahruroji, 2005, Ukuwah Islamiyah,
http://harokah.blogspot.com/2005/12/ukhuwah-islamiyah.html. (Online 11 Oktober
2011)
8

Terjemahannya :
Dan di antara orang-orang yang mengatakan, Sesungguhnya kami ini orang-
orang Nasrani, ada yang telah Kami ambil pelajaran dari mereka, tetapi mereka
(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan
dengannnya; maka Kami rimbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian
sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa
yang selalu mereka kerjakan. (Q.S. Al-Maidah: 14)
12

Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan
cinta, yaitu Itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas
kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi
kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya orang lain. Ia rela berjaga demi
tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun
rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain.
13

Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara
sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian
yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit,
bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk
bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Manusia sebagai mahluk sosial tentunya tidak bisa lepas dari
kebutuhan akan orang lain. Rasulullah sangat memahaami akan hal itu dengan
melakukan hal di atas. Tidak hanya terbatas kepada kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar semata. Persaudaraan ini adalah persaudaraan atas dasar agama yang

12
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 111.
13
Aang Fahruroji, op.cit.,
9

menganggap siapa saya di muka bumi ini, selama dia adalah seorang muslim, dia
adalah keluarga kita dan kita harus membantu mereka.
Terlebih dalam halnya keluarga kita seperti orang tua, paman, kakek
dan lainnya, Islam memerintakan agar anak mematuhi orang tuanya,
menghormatinya dan memuliakannya. Islam memerintahkan saudara yang lebih
muda agar menghormati saudara yang lebih tua, dan saudara yang lebih tua agar
berkasih sayang dan lemah lembut terhadap saudara yang lebih kecil.
14
Seperti
inilah kedalaman hubungan dalam sanak keluarga. Oleh karena itu Islam
mengajarkan kita, umat muslim, untuk menyambung hubungan dengan mereka,
mengunjugi mereka, dan memberikan bantuan kepada mereka.
3. Hubungan dengan non-Islam
Saat menjadi kepala negara di kota Madinah, selain orang-orang Arab
Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang mereka. Stabilitas warga sangatlah penting
di situasi seperti ini. Beliau, Rasulullah, mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi
sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak-
hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
15
Kemerdekaan setiap golongan
pun terjamin dan mereka bersama-sama saling menjaga dan berkewajiban
menjaga negeri Madinah dari ancaman ataupun serangan dari luar.
Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala
pemerintahan karena sejauh meyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas
mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial, dia juga meletakan dasar

14
Muhammad Khair Farimah, Etika Muslim Sehari-hari, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, hlm.265.
15
Badri Yatim, op. cit., hlm. 26.
10

persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini, dalam pandangan
ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.
16

Dari catatan sejarah ini dapat kita pahami bahwa Rasulullah
mengajarakan kepada kita umat muslim untuk selalu menjalin hubungan yang
harmonis meskipun terhadap orang yang dapat dianggap non-muslim. Hal ini lah
yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bergaul, dan
beraktivitas. Karena lingkungan kita ini merupakan lingkungan yang plural, yang
terdiri dari berbagai komunitas, dan Islam juga mengajarkan setiap umatnya untuk
memiliki sifat toleransi. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam
memiliki konsep yang jelas. Tidak ada paksaan dalam agama
17
. Janganlah
memaksakan kehendak kita terhadap orang lain. Tetapi kita juga harus dapat
menjaga diri agar tidak terseret terlalu dalam ke dalam komunitas mereka. Dengan
kata lain, kita dituntut untuk dapat menempatkan diri, bukan malah menyesuaikan
diri.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam
secara definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi Islam
yang demikian sering dirumuskan dengan istilah Islam agama rahmatal
lillamn (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan
untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan
toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman

16
Badri Yatim, op. cit., hlm. 27.
17
Syamsul Arifin Nababan, 2009, Toleransi Antar-Umat Beragama Dalam
Islam, http://www.annaba-
center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755. (Online 11 Oktober
2011)
11

umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak
mungkin disamakan.
18

Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik
sebagai berikut, yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan,
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan,
3. Kelemah lembutan karena kemudahan,
4. Muka yang ceria karena kegembiraan,
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan,
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian,
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi,
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa
keberatan.
19

Jadi, toleransi dalam Islam adalah hal yang otentik. Artinya tidak asing
lagi dan bahkan telah ada sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang hidup, maka
toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk
mempraktikkannya secara konsisten.
Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling
melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara
kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam
pengertian muamalah atau interaksi sosial. Jadi, ada batas-batas bersama yang
boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing

18
Syamsul Arifin Nababan, op. cit..
19
Ibid.
12

pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling
menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan
maupun hak-haknya.

Anda mungkin juga menyukai