Anda di halaman 1dari 391

KULIAH ISLAM

(AQIDAH)

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I)


Universitas Muhammadiyah Mataram

KULIAH ISLAM I : Aqidah i


Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbua-
tan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan
Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,


atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii KULIAH ISLAM I : Aqidah


KULIAH ISLAM I : Aqidah iii
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sukarta, dkk.

Al-Islam I (Tauhid)/Abdul Wahab, dkk./Lembaga Pengkajian dan Pen-


gamalan Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah Mataram, 2014

xviii + 346 hlm.; 14 x 21 cm

ISBN: 978-602-70088-1-6

I. Pendidikan Islam II. Judul

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, juga tanpa izin tertulis dari penerbit
Al-Islam I (Aqidah)

Penulis : Sukarta, dkk.


Lay Out : Muhammad Ama la Hanif

Cetakan Pertama, Juni 2014

Penerbit:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I)
Universitas Muhammadiyah Mataram
Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Nusa Tenggara Barat

Telp. (0370) 6610732

iv KULIAH ISLAM I : Aqidah


KATA SAMBUTAN

KETUA BADAN PEMBINA HARIAN (BPH)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

‫السالم عليكم ورمحة اهلل وبركاته‬

Sebagai ketua Badan Pembina Harian (BPH) ­Universitas


Muhammadiyah sekaligus menjadi Pembina kegiatan
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di lingkungan
­
kampus ­Muhammadiyah tentu kami sangat bersyukur dan
­mengucap Alhamdulillah atas terbitnya Buku Ajar Al-Islam I
yang m
­ embahas tentang tauhid ini. Kami juga ­mengucapkan
­apresiasi yang tinggi kepada para penulis yaitu; Drs. Abdul
Wahab, MA, Suwandi, M.Pd.I., M. Nasir, M.Pd.I., Sukarta,
S.Pd.I, dan M.Anugrah Arifin, S.Pd.Iyang dengan ulat, gigih
dan tekun dapat menyelesaikan penulisannya sesuai rencana.
Semoga buku-buku ajar AIK lainnya, seperti Al-Islam III dan
kemuhammadiayahan segera dapat diterbitkan agar kelangkaan
refrensi buku AIK dapat teratasi.
Agama Islam mengajarkan tiga pokok ajaran yaitu; Aqidah/
Tauhid, Ibadah dan Akhlakul karimah dalam mu’amalah dan
mua’asyarah. Dari ketiga nilai penting tersebut, Aqidah ­Islam
adalah hal yang mendapatkan perhatian dan pembinaan ­khusus
dari Rasulullah saw selama 13 tahun dakwah beliau di ­Makkah
Al-Mukarramah. Hal ini disebabkan oleh ­pentingnya ­pemurnian
Aqidah sebagai pondasi dasar keislaman ­seseorang yang akan
sangat berpengaruh terhadap girah (semangat) ­dantargib ­(motivasi)
beramal seseorang, serta merupakan ­tembok ­pembatas a­ ntara
muslim dengan kafir. Kerisauan akan ­pemurnian Aqidah
ini pula yang mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan
­Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah v


t­ajdid yang berusaha memurnikan aqidah tauhid umat islam
dari penyakit Tahayyul, Bida’ah, Churafat (TBC)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sebagai salah
satu amal usaha persayarikatan merupakan media dakwah
yang sangat berpotensi untuk mewujudkan salah satumisi
­utama ­Persyarikatan; menegakkan keyakinan tauhid yang murni,
­sesuai ­dengan ajaran Allah swt, yang dibawa oleh seluruh Rasul ­Allah
sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw dalam bentuk
pemurnian aqidah/tauhid umat islam dewasa ini sekaligus
­
membentengi aqidah generasai muda islam dari ajaran-ajaran
yang menyimpang, misi itulah yang terangkum dalam mata
kuliah Al-Islam I ini.
Sebagai ketua BPH saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada para penulis yang telah berupaya keras bagi terwujud-
nya buku ini. Semoga buku ajar Al-Islam I ini menjadi awal
kebangkitan tradisi menulis dikalangan para dosen di UM. Mat.
Mataram, November 2019
Ketua BPH UM. Mataram
Ttd

Drs. H. Gulam Abbas, M.S.I.


NBM 784076

vi KULIAH ISLAM I : Aqidah


KATA SAMBUTAN

REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


MATARAM

‫السالم عليكم ورمحة اهلل وبركاته‬


Alhamdulillah buku ajar Al-Islam I tentang Aqidah/
Tauhid yang ditulis oleh Sukarta, M.Pd.I, M. Anugrah Arifin,
M.Pd.I,Drs. Abdul Wahab, MA, Suwandi, M.Pd.I., dan ­M.
­Nasir, M.Pd.I., dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai rektor,
tentu saya mengenal dekat dengan para penulis sebagai pribadi
yang memiliki kompetensi dan concern dalam bidang Aqidah.
Universitas Muhammadiyah Mataram merupakan salah
satu amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan yang ikut mengambil peran dalam usaha mewujud-
kan cita-cita besar persyarikatan “ mewujudkan masyarakat islam
yang sebenar-benarnya”, salah satunya dengan cara melakukan
­piurivikasi Aqidah Islam baik bagi kalangan civitas ­akademika
UM. Mat, warga persyarikatan maupun masyarakat Islam
­secara umum.
Usaha-usaha pemurnian Aqidah umat Islam yang ­dilakukan
UM. Mat, termotivasi oleh kenyataan bahwa ajaran-ajaran
dan pemahaman yang menyimpang, dewasa ini telah ­mampu
masuk dan mempengaruhi dunia pendidikan Islam. Oleh
­
­karena itu kami melakukan berbagai upaya-upaya perbaikan
dan ­pembentengan Aqidah Islam melalui jalur non formal
seperti seminar, pelatihan dan kajian diluar kampus maupun
upaya formal dalam bentuk perkuliahan Al-Islam I. Buku ini
kami terbitkan sebagai bentuk usaha meningkatkan ­kualitas
perkuliahan Al-Islam I sekaligus menjadi media dakwah
­
aqidah melalui tulisan dengan harapan dapat menjadi refrensi
­tambahan bagi seluruh civitas akademika khususnya, maupun
warga persyarikatan dan masyarakat Islam pada umumnya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah vii


Sebagai Rektor, saya mengucapkan banyak terimakasih
k­ epada para penulis yang telah berupaya keras bagi t­ erwujudnya
buku ini. Semoga kerja kerasnya menjadi amal jariyah di
akhirat kelak. Terakhir, mudah-mudahan dengan terbitnya
­
buku ­Al-­Islam I ini upaya kita untuk memajukan UM.Mat
melalui pencitraan sebagai kampus islami dapat segera menjadi
­kenyataan.

Mataram, November 2019


Rektor UM. Mataram

Ttd

Dr. H. Arsyad Abd. Gani, M.Pd.


NIP 195812311978031055

viii KULIAH ISLAM I : Aqidah


PENGANTAR PENULIS

‫لل ِم ْن ُشُروِر‬ َِّ ‫ ونـعوذُ ِب‬، ‫ ونَستـ ْغ ِفره‬، ‫ ونَستعِينه‬، ‫ َنم ُده‬، ‫ل‬ ِ ِ ْ ‫إِ َّن‬
َُ َ ُُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َّ ‫الَ ْم َد‬
‫ضلِ ْل‬ْ ُ‫ َوَم ْن ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬ِ ‫الل فَال م‬ ِِ ِ ِ ِ
ُ َُّ ‫ َم ْن يـَْهده‬،‫ َوم ْن َسيِّئَات أ َْع َمالنَا‬، ‫أَنـُْفسنَا‬
ِ
َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن ال إِلَهَ إِال‬، ُ‫ي لَه‬ ِ
َّ ‫ َوأ‬،ُ‫يك لَه‬
‫َن ُمَ َّم ًدا‬ َ ‫اللُ َو ْح َدهُ ال َش ِر‬ َ ‫فَال َهاد‬
.ُ‫َعْب ُدهُ َوَر ُسولُه‬
Penulisan buku Al-Islam I yang membahas tentang Akidah
adalah salah satu mata rantai dari penulisan buku-buku Al-­Islam
dan Kemuhammadiyahan yaitu Al-Islam II tentang Ibadah dan
Al-Islam III tentang Akhlaq. Diterbitkannya buku Al-Islam I
ini sebagai salah satu wujud komitment Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LP2I) Universitas M ­ uhammadiyah
Mataram untuk merealisasikan islamisasi kampus melalui
­media tulisan dan strategy lainnya.
Uregensi Akidah dalam agama seorang muslim, bagaikan
uregensinya sebuah pondasi dalam sebuah bangunan. Jika
pondasinya kuat maka bangunannya pun akan kuat. begitu
juga, jika pondasi Akidah kuat dibangun diatas Al-Quran dan
As-Sunnah Ash-Shahihah al-Maqbullah maka agama seorang
muslimpun akan kuat.
Buku Al-Islam I ini tersusun dalam VII (tujuh) Bab yang
ditulis oleh tim, dengan perincian;Bab I dan Bab IV ditulis oleh
Muhammad Nasir, M.Pd.I dan Drs.Abdul Wahab, MA yang ber-
isi tentang pengantar ilmu aqidah yang mencakup ­pembahasan
tentang: istilah-istilah lain tentang aqidah, ruang ­ lingkup
aqidah, sumber aqidah Islam, kaidah aqidah, fungsi aqidah,
dan penyimpangan aqidah serta cara ­penanggulangannya. Bab
IV membahas tentang Iman kepada Kitab-Kitab Allah swt
­sebagai wahyu, menjelaskanpengertian Kitab-Kitab Allah swt,
Kitab-Kitab Allah swt sebelum Al-Qur’an, menjelaskan Al-
Qur’an sebagai Kitab Allah swt yang terakhir serta menjelas-

KULIAH ISLAM I : Aqidah ix


kan perbedaan iman kepada Al-Qur’an dengan iman kepada
kitab-kitab suci lainnya.
Bab II dan III ditulis oleh Sukarta, S.Pd.I yang ­membahas
tentang Iman Kepada Allah yang mencakup pembahasan
­tentang: keimanan kepada wujud Allah swt, tauhid kepada
­Allah swt, makna Laa Ilaha illallah, hakikat dan dampak dua
kalimat syahadah, hal-hal yang membatalkan dua kalimat
­syahadah, ilmu Allah swt, Ma’iyyatullah, syirik kepada Allah
swt. Serta Bab III membahas tentang Iman kepada Malaikat
yanag ­mencakup pembahasan tentang: hakikat Malaikat dan
makhluk gaib, deskripsi iman kepada Malaikat, nama dan tugas
para ­Malaikat, hikmah beriman kepada Malaikat, Jin; Iblis dan
Syaitan. Adapun Bab V dan Bab VII ditulis oleh M.Anugrah
Arifin, S.Pd.I.
Bab V membahas tentang iman kepada Nabi dan Rasul
yang menjelaskan tentang: Arti nabi dan rasul, perbedaan
­antara nabi dan rasul, nama-nama nabi dan rasul, menjelaskan
sifat-sifat nabi dan rasul, menjelaskan tugas dan mukjizat rasul,
menjelaskan rasul-rasul Ulul ‘Azmi, menjelaskan Muhammad
Rasulullah saw sebagai Nabi yang terakhir, dan menjelaskan
Iman kepada seluruh Nabi dan Rasul. Kemudian Bab VII
­tentang Iman kepada Taqdir yang mencakup: pengertian ­takdir
(qadha dan qadar), tingkatan iman kepada takdir, macam-­
macam takdir, posisi manusia dalam takdir, serta hikmah iman
kepada takdir.
Dan Bab VI ditulis oleh Suwandi, M.Pd.I yang membahas
tentang Iman kepada hari kiamat yang menjelaskan tentang;
definisi hari kiamat, kiamat menurut pandangan islam dan ilmu
pengetahuan,tanda-tanda kiamat, gambaran terjadinya kiamat,
kejadian pasca hari kiamat, dan hikmah beriman pada hari
­kiamat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan buku ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu kami mengharap­
kan kritik dan saran dari semua pihak dan kami memohon ke-
pada Allah agar memberikan kepada kami maghfiroh-Nya.

x KULIAH ISLAM I : Aqidah


S­ emoga dalam waktu yang akan datang penulisan buku ini akan
lebih baik. Wallau A’lam.
Mataram, 1 Syakban 1435 H
30 Mei 2014 M

Atas nama TIM Penulis

Ttd.

Sukarta, M.Pd.I

KULIAH ISLAM I : Aqidah xi


xii KULIAH ISLAM I : Aqidah
DAFTAR ISI

Kata Sambutan Ketua Badan Pembina Harian (BPH)


Universitas Muhammadiyah Mataram .......................... v
Kata Sambutan Rektor Universitas Muhammadiyah
Mataram ............................................................................... vii
PengantarPenulis................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................. xii

BAB I
PENGANTAR AQIDAH ISLAM..................................... 1
A. Pengertian Aqidah........................................................ 4
B. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah........................... 9
C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah........................ 18
D. Sumber Aqidah Islam.................................................. 45
E. Beberapa Kaidah Aqidah............................................ 48
F. Fungsi Aqidah............................................................... 51
G. Penyimpangan Aqidah dan Solusinya....................... 52
1. Penyimpangan Aqidah.................................................. 52
2. Solusinya.......................................................................... 58

KULIAH ISLAM I : Aqidah xiii


BAB II
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH SWT................... 59
A. Beriman Kepada Wujud Allah SWT............................... 61
B. Mentauhidkan Allah SWT................................................ 74
1. Hakikat dan Kedudukan Tauhid .............................. 74
2. Keistimewaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang
Diampuni Karenanya................................................. 78
3. Barang Siapa Komitmen dengan Tauhid
Dengan Semurni-Murninya, Pasti Masuk
Surga Tanpa Hisab .................................................... 81
4. Macam-Macam Tauhid .............................................. 83
a. Tauhid Rububiyah................................................ 83
b. Tauhid Uluhiyah................................................... 91
c. Tauhid Asma’ wa Sifat......................................... 98
C. Makna Laa Ilaaha Ilallah................................................... 102
D. Hakikat dan Dampak Dua Kalimah Syahadah.............. 106
E. Yang Membatalkan Dua Kalimah Syahadah.................. 111
1. Syirik dalam ibadah kepada Allah ta’ala................... 111
2. Tidak mengkafirkan orang-orang kafir atau
ragu tentang kekafiran mereka.................................. 113
3. Menganggap ada hukum yang lebih baik dari
hukum Allah swt dan ada petunjuk yang lebih

xiv KULIAH ISLAM I : Aqidah


baik dari petunjuk Nabi saw...................................... 114
4. Membenci ajaran Rasulullah saw walaupun
mengamalkannya......................................................... 116
5. Merendahkan atau mengolok-olok dan
mempermainkan Syariat Islam, ayat-ayat
Allah dan Sunnah Rasulullah saw............................. 117
6. Meninggikan dan Berloyalitas kepada kaum
kafir musyrikin dan menolong mereka untuk
menghancurkan kaum muslimin............................... 118
7. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia ada yang
boleh keluar dan bebas dari syariat
Muhammad saw........................................................... 118
F. Ilmu Allah............................................................................ 119
G. Ma’iyyatullah....................................................................... 121
1. Pengertian sifat Ma’iyah............................................. 122
2. Penggunaan kalimat bersama (‫ )مع‬dalam bahasa
Arab............................................................................... 122
3. Pembagian sifat Ma’iyah............................................. 123
a. Ma’iyah Ammah
(ma’iyah dalam bentuk umum).................................. 124
b. Ma’iyah Al-Khashah
(ma’iyah dalam bentuk khusus) ................................ 125

KULIAH ISLAM I : Aqidah xv


H. Syirik ................................................................................. 127
1. Syirik Besar .................................................................. 127
a. Syirik dalam do’a ................................................. 128
b. Syirik dalam sifat Allah........................................ 129
c. Syirik dalam Nama dan Sifat Allah swt............. 130
d. Syirik dalam Rububiyah Allah swt..................... 131
e. Syirik khauf (takut).............................................. 131
f. Syirik hakimiyah.................................................... 132
2. Syirik Kecil................................................................... 133
a. Riya’ dan melakukan suatu perbuatan
karena makhluk:.................................................... 134
b. Bersumpah dengan nama selain Allah.............. 134

BAB III
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT............................... 135
A. Malaikat Dan Makhluk Ghaib.......................................... 136
B. Deskripsi Iman Kepada Malaikat ................................... 137
C. Nama Dan Tugas Malaikat .............................................. 138
D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat................................. 139
E. Jin, Iblis, Dan Syaitan........................................................ 142
1. JIN ................................................................................. 144
2. Iblis................................................................................ 147
3. Syaitan........................................................................... 149

xvi KULIAH ISLAM I : Aqidah


4. Deskripsi Global Tentang Jin. Setan dan Iblis........ 152
a. Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat
Mengetahui yang Ghaib...................................... 156
b. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib....... 159
c. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib.. 160
d. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib......... 162
e. Manusia Tidak Dapat Mengetahui Yang
Ghaib..................................................................... 162

BABIV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH...................... 165
A. Pengertian Kitab-Kitab Allah........................................... 167
B. Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu................................... 170
C. Nama Kitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’an Beserta
Para Nabi Dan Rasul Yang Menerimanya...................... 175
D. Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir.............. 184
1. Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an........................... 185
2. Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah
Sebelumnya.................................................................. 189
3. Keistimewaan Al-Qur’an............................................ 191
E. Perbedaan Iman Kepada Al-Qur’an dengan Iman
Kepada Kitb-Kitab Suci Lainnya..................................... 196

KULIAH ISLAM I : Aqidah xvii


BAB V
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL............................. 202
A. Pengertian Nabi dan Rasul............................................... 203
1. Makna Nabi dan Rasul Secara Bahasa
(Etimologi) .................................................................. 203
2. Makna Nabi dan Rasul Secara Istilah
(terminologi) .............................................................. 205
3. Perbedaan antara Nabi dan Rasul ............................ 207
B. Nama-Nama Nabi dan Rasul........................................... 210
C. Sifat-sifat Nabi dan Rasul................................................. 217
1. As-Shidqu .................................................................... 219
2. Al-Amanah................................................................... 219
3. At-Tabligh.................................................................... 221
4. Al-Fathonah................................................................. 222
D. Tugas dan Mukjizat Para Rasul........................................ 224
1. Tugas Para Rasul......................................................... 225
2. Mukjizat Para Rasul.................................................... 227
a. Mukjizat Kauniyah .............................................. 230
b. Mukjizat Aqliyah Ilmiyah.................................... 231
E. Rasul-rasul Yang Ulul Azmi.............................................. 232
F. Muhammad Rasulullah SAW Nabi Yang Terakhir........ 234
1. Riwayat singkat Nabi Muhammad saw.................... 235

xviii KULIAH ISLAM I : Aqidah


2. Profil Nabi Muhammad saw .................................... 239
a. Dimensi fisik (jasmani)........................................ 240
b. Dimensi Akhlak (Ruhani)................................... 241
c. Dimensi Akal (Pengetahuan).............................. 242
3. Bukti-bukti kebenaran risalah Nabi
Muhammad saw.......................................................... 244
a. Dalil Naqli............................................................. 244
b. Dalil Aqli............................................................... 249
G. Iman Kepada Seluruh Nabi dan Rasul........................... 250

BAB VI
IMAN KEPADA HARI KIAMAT..................................... 254
A. Pengertian Hari Kiamat.................................................... 255
B. Kiamat Menurut Pandangan Islam................................. 258
C. Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan................................ 261
Pertama: Menurut Prof. Achmad Baiquini Msc. Ph.D.......... 261
Kedua: Menurut Astronomi................................................... 262
Ketiga: Menurut Geologi......................................................... 263
Keempat: Menurut Fisika...................................................... 263
Kelima: Teori Perang Dunia ke III atau perang Nuklir......... 265
Keenam: Teori komet.............................................................. 265
Ketujuh: Badai Matahari....................................................... 266

KULIAH ISLAM I : Aqidah xix


D. Tanda-Tanda Kiamat......................................................... 267
1. Kemenangan kaum Muslimin terhadap Yahudi..... 269
2. Terbelahnya bulan....................................................... 272
3. Peperangan, kekacauan dan bencana....................... 275
4. Hancurnya kota-kota besar........................................ 278
5. Sering terjadi gempa bumi......................................... 279
6. Munculnya nabi-nabi palsu........................................ 281
7. Nabi Isa as dibangkitkan lagi..................................... 284
E. Gambaran Terjadinya Kiamat.......................................... 290
F. Pasca Terjadinya Kiamat................................................... 297
G. Hikmah Beriman Kepada Hari Kiamat.......................... 300

BAB VII
IMAN PADA TAQDIR........................................................ 304
A. Pengertian Taqdir............................................................... 306
1. Qadar............................................................................ 306
2. Qadha’........................................................................... 309
B. Beberapa Tingkatan Taqdir............................................... 312
Tingkatan Pertama : Al-‘Ilmu (Ilmu).................................... 312
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah (Pencatatan).......................... 314
Tingkatan Ketiga : Al-Masyiah (Kehendak).......................... 316
Tingkatan Keempat : Al-Khalq (Penciptaan)......................... 317

xx KULIAH ISLAM I : Aqidah


C. Manusia dalam Taqdir........................................................ 318
1. Hakekat perbuatan manusia...................................... 319
2. Al-Kasbu (usaha) dan Kemampuan Memilih
Bagi Manusia................................................................ 320
3. Manusia dan Hidayah Allah swt................................ 323
4. Peradilan Allah Swt Terhadap Perbuatan
Hamba.......................................................................... 327
D. Hikmah Iman kepada Taqdir............................................ 332

Daftar Pustaka......................................................................... 336


TentangPenulis....................................................................... 342

KULIAH ISLAM I : Aqidah xxi


xxii KULIAH ISLAM I : Aqidah
BAB I
Pengantar AQIDAH

KULIAH ISLAM I : Aqidah xxiii


xxiv KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN

Mahasiswa diharapkan mampu memahami aqidah, istilah-­istilah lain


tentang aqidah, ruang lingkup aqidah, sumber aqidah Islam, kaidah
aqidah, fungsi aqidah, dan penyimpangan aqidah serta cara bagaima-
na mengatasinya baik dalam ­beragama, ­bermasyarakat,, berbangsa
dan bernegara.

SUBPOKOK BAHASAN

1) Pengertian aqidah: definisi dan penjelasannya.


2) Beberapa istilah lain tentang aqidah.
3) Ruang lingkup pembahasan aqidah.
4) Sumber aqidah Islam.
5) Beberapa kaidah aqidah.
6) Fungsi aqidah.
7) Penyimpangan aqidah dan cara-cara penanggulangannya.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN

1) Mahasiswa mampu menjelaskandefinisi aqidah.


2) Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa istilah lain ­tentang
aqidah.
3) Mahasiswa mampumenjelaskan ruang lingkup pembahasan
aqidah.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan sumber aqidah Islam.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa kaidah aqidah.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi aqidah.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyimpangan aqidah
dan solusinya

KULIAH ISLAM I : Aqidah 1


BAB I

PENGANTAR AQIDAH

Pembahasan aqidah merupakan pembahasan yang ­paling


penting dibandingkan dengan berbagai perkara lainnya. Hal ini
disebabkan aqidah merupakan asas, kaidah berfikir, tolok ukur
suatu perbuatan, dan standar (acuan) bagi seorang ­muslim serta
masyarakatnya memecahkan berbagai ­persoalan ­(problematika)
yang terjadi dalam kehidupannya di dunia. ­Dengan ­demikian,
aqidah menjadi landasan bangunan ­peradaban manusia, dasar
berbagai tonggak kehidupan ditegakkan, tempat ­ keluarnya
berbagai aturan dan peraturan kehidupan, norma, dan tata
nilai masyarakat. Aqidah pula yang menentukan cara dan arah
­pandang, cita-cita, dan tujuan yang dianut oleh para ­pemeluknya,
diyakini kebenarannya, diperjuangkan, d­ipertahankan, dan
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Berkaitan dengan hal tersebut, dari hidup Rasulullah. ­fakta
menunjukkan bahwa Rasulullah bukan hanya ­membina para
shahabatnya dengan aqidah yang kuat, namun juga m ­ embangun
masyarakat Islam di Madinah untuk selalu bersandar pada
aqidah Islam walaupun ayat-ayat tasyri’ (hukum) belum seluruh­
nya diturunkan. Rasulullah, menjadikan ­syahadat Laa Ilaaha Il-
lallah (‫ )الاله االلله‬sebagai asas bagi segala­nya, asas kehidupan
muslim, asas yang menghubungkan i­nteraksi ­sesama muslim,
asas yang mendasari hubungan sesama ­manusia, asas untuk
menyelesaikan berbagai perkara ­
­ kezaliman, ­ menyelesaikan
perselisihan, asas bagi kekuasaan dan ­mengatur pemerintah-
an. Permasalahan ini dapat kita simak dalam P ­ iagam Madinah
­antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan Yahudi dimana­
­antara lain disebutkan:

“...Sesungguhnya apabila terjadi kejadian atau perse-


lisihan di antara mereka yang terlibat dalam perjanjian ini,

2 KULIAH ISLAM I : Aqidah


serta dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan maka
hal itu harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya...”
(Sirah Ibnu Hisyam)
Rasulullah. ketika mewajibkan jihad fii sabilillah kepada kaum
muslimin sebagai suatu cara untuk ­mempertahankan aqidah
Islam dan menyampaikan da’wah Islam, beliau ­
­ Rasulullah.
selalu melandasi perintah itu dengan aqidah tauhid seraya
­
­bersabda:

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia ­sampai


mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallahu, Muhammad
­Rasulullah. Apabila mereka telah mengucapkannya, maka
darah (nyawa) dan harta benda mereka terlindung dari-
ku, kecuali karena haknya. Dan Allahlah yang menghisab
­mereka” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ashhabus Sunan)
Aqidah Islam sebagai asas bagi peraturan dan hukum
k­arena Allah. telah memerintahkan kaum muslimin untuk
merujuk dalam perkara ini terhadap hukum yang diturunkan
Allah. dan Rasul-Nya saja. Allah berfirman:

‫اش َجَر بـَيـْنـَُه ْم ُثَّ الَ َِي ُدواْ ِف‬ ِ َ ‫فَالَ وربِك الَ يـؤِمنو َن ح َّت ُي ِّكم‬
َ ‫يم‬ َ ‫وك ف‬ ُ َ َ َ ُ ُْ َ َّ َ
‫ت َويُ َسلِّ ُمواْ تَ ْسل ًيما‬
ِ ِ ِ
َ َ‫أَن ُفس ِه ْم َحَر ًجا ّمَّا ق‬
َ ‫ضْي‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka itu (pada hakikatnya) ­t­idak
beriman sebelum mereka menjadikan kamu (Muhammad) ­sebagai
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, ­ kemudian
­mereka tidak merasa di hati mereka suatu keberatan terhadap ­putusan
yang kauberikan, dan mereka menerima dengan ­sepenuhnya.” ­(QS.
An-Nisaa: 65)
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa keimanan
(aqidah) seorang muslim dan masyarakatnya diukur dari ­apakah
ia bersedia merujuk kepada hukum Allah dan Rasul-Nya atau-
kah tidak. Hal ini menegaskan bahwa aturan dan peraturan
­kehidupan manusia harus merujuk dan hanya lahir berasal dari
aqidah Islam semata.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 3


A. Pengertian Aqidah
Berbicara masalah aqidah, tentu hal mendasar yang
­harus ­dibahas adalah pengertianaqidah itu sendiri. ­Pengertian
aqidah bisa ditinjau dari dua aspek. Pertama pengertian
secara ­
­ etimmologis dan kedua secara terminologis.Secara
­etimologis (lughatan/bahasa), aqidah berakar dari kata‘aqada-ya’qi-
َ ‫ع ْقدًا َو‬
du-‘aqdan-‘aqidatan ­(ً ‫ع ِق ْيدَة‬ َ -ُ‫يَ ْع ِقد‬-َ‫عقَد‬َ ). Kata aqidatan tersebut
mengikuti wazan fa’ilatan yang berarti al-habl, al-bai’, al-‘ahd (tali,
jual beli, dan ­perjanjian) sedangkanAqdanberarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh.Atau bisa juga berasal dari kata i’tiqa-
da-ya’taqidu-i’tiqadan (‫اِ ْعتِقَادًا‬-ُ‫يَ ْعت َ ِقد‬-َ‫ )اِ ْعتَقَد‬yang berarti mengikat-
kan hati. Setelah ­terbentuk menjadi ‘aqidahberarti keyakinan
­(Ahmad Warson Munawir, 1984: 1023). Relevansi antara arti
kata ‘aqdan, i’tiqadan dan ‘aqidah adalah sebuah keyakinan itu
tersimpul ­dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat serta
­mengandung perjanjian yang utuh (‫(مبني‬.(Yunahar Ilyas, 2013:1)
Secaraterminologis (ishthilahan/istilah), terdapat beberapa
definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy:

‫الَ ِّق الْبَ ِد ِهيَّ ِة الْ ُم َسلَّ َم ِة ِبلْ َع ْق ِل‬


ْ ‫ض َاي‬ ِ ِ ِ
َ َ‫اَلْ َعقْي َدةُ ه َي َْم ُم ْو َعةٌ م ْن ق‬
ُ‫ص ْد ُره‬َ ‫ َويـُثـَْن َعلَْيه‬,ُ‫النْ َسا ُن قـَْلبَه‬ ِْ ‫ يـَْع ِق ُد َعلَيـَْها‬,‫الس ْم ِع والْ ِفطْرِة‬
َ َ َّ ‫َو‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ قَاط ًعا بُِو ُج ْود َهـ ـ ــا َوثـُبـُْوتـ ـ َـهــا َل يـََرى خ َلفـََها أَنَّــه‬,‫َجا ِزًما بِص َّحت َها‬
ِ‫ي‬
.‫ص ُّح أ َْو يَ ُك ْو ُن أَبَـ ـ ًـدا‬َ
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
­diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan
akal, ­wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh-
manusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan dan ke-
beradaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.” (Al-Jazairy, 1978,
hal. 21).

4 KULIAH ISLAM I : Aqidah


2. Menurut Hasan Al-Banna:

‫ك َوتَطْ َمئِ ُّن إِلَيـَْها‬ ِ ِ ‫اَلْعقائِ ُد ِهي ْالُمور الَِّت َِيب أَ ْن ي‬


َ ُ‫ص ّد َق بَا قـَْلب‬َُ ُ ُُْ َ َ
.‫ك‬
ٌّ ‫ب َوَل ُيَالطُهُ َش‬ ِ ِ ِ
ٌ ْ‫ك َو تَ ُك ْو ُن يَقيـْنًا عْن َد َك َل ُيَاز ُجهُ َري‬
َ ‫نـَْف ُس‬
“’Aqa’id, merupakanbentuk jamak dari kata aqidah,
­yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini ­kebenarannya
oleh hati (mu) secara mutlak, yang mendatangkan
­ketentraman jiwa, menjadi sebuah keyakinan yang tidak
bercampuri sedikitpun oleh keragu-raguan” (Al-Banna,
tt., hal. 465).

3. Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy:

Aqidah adalah iman. Iman merupakan pembenaran


(keyakinan) yang bersifat pasti (tashdiqu al-jaaziim) yang
­sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil”.

4. Mahmud Syaltouth:

Aqidah merupakan cara pandang keyakinan yang ­harus


diyakini terlebih dahulu sebelum segala perkara yang ­lainnya
dengan suatu keyakinan yang tidak diliputi keraguan dan
­tidak dipengaruhi oleh kesamaran yang menyerupainya”

5. Muhammad Husein Abdullah:

Aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang


alam, manusia, kehidupan, serta hubungan semuanya
­dengan sebelum kehidupan (Sang Pencipta) dan setelah
kehidupan (Hari Kiamat), serta tentang hubungan
­
­semuanya dengan sebelum dan setelah kehidupan (syari’at
dan hisab)
Melihat pengertian diatas baik secara bahasa dan istilah,
aqidah berarti sebuah keyakinan yang kokoh, utuh, tersimpul
KULIAH ISLAM I : Aqidah 5
dengan sebuah kebenaran di dalam hati yang bisa mendatang-
kan ketenangan serta ketentraman jiwa.
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas, maka ada
­beberapa ilustrasi atau catatan tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu ditinjau dari sifatnya terbagi menjadi dua bagian:
­pertama dinamakan ilmu dharuri, dan kedua dinamakan
ilmu nazhari. Ilmu dharuri adalah apa-apa yang dihasilkan
oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Misalnya apabila
Anda melihat tali di hadapan mata, Anda tidak memerlukan
lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada dikarenakan benda
tersebut ada, jelas dan nampak. Sedangkan ilmu nazhari ada-
lah ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian terlebih
dahulu. contohnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai
panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-orang
yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari itu,
ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal
tidak memerlukan lagi dalil, misalnya sebagian lebih sedikit
dari seluruh. Kalau sebuah roti kita potong sepertiganya,
maka yang dua pertiga tentu lebih banyak dari yang seper-
tiga, tetapi hal itu pasti diketahui oleh siapa saja termasuk
oleh anak kecil sekalipun. Hal inilah yang disebut badihiyah.
Jadi badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya
perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum
dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu
pembuktian.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran
­(bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal u­ ntuk
­menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk ­menjadi
pedoman menentukan mana yang benar dan mana
yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia
­memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa
­membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya wahyulah yang
menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenarnya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan
­keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin (ilmu)

6 KULIAH ISLAM I : Aqidah


dia akan mengalami terlebih dahulu, pertama: Syak, yaitu
sama kuat antara membenarkan sesuatu atau ­menolaknya.
Kedua: Zhan: salah satu lebih kuat dari yang lainnya ­karena
ada dalil yang menguatkannya. Ketiga: ­Ghalabatuz zhan,
cenderung lebihmenguatkan salah satu karena sudah
­meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai
ke tingkat ilmu inilah yang disebuh dengan aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya
­lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu,
akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan
atau ketentraman jiwa, karena dia harus melaksanakan
­sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia
­harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
­kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan mungkin bisa
meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan pada waktu
yang bersamaan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada
tingkat pemahaman terhadap dalil baik nakli maupun akli.
Misalnya:
a) Seseorang akan meyakini adanya sebuah negara ­apabila
dia mendapat informasi tentang negara tersebut dari
seseorang yang dikenal tentunya dan tidak pernah
­berbohong (jujur).
b) Keyakinan itu akan bertambahapabila dia mendapatkan
informasi yang sama dari beberapa orang lain, n ­ amun
tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan
­kebenaran informasi itu apabila ada syubuhat(dalil-dalil
yang menolak informasi tersebut).
c) Bila dia menyaksikan foto sebuah negara tersebut,
­bertambahlah keyakinanannya, sehingga kemungkinan
untuk ragu semakin kecil.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 7


d) Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri ­tersebut,
keyakinannya semakin bertambah, kerena segala
hal yang berkaitan dengan negeri tersebut langsung
­diketahuinya dan segala keraguan akan hilang, bahkan
dia tidak mungkin ragu lagi, serta tidak akan mengubah
pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya.
e) Apabila dia jalan-jalan di negeri tersebut dan
memperhati-kan situasi kondisinya bertambahlah
­
­pengalaman dan pengetahuannya tentang negeri yang
diyakininya itu.

B. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah


Tidak bisa dipungkiri bahwa pembahasan mengenai
­definisi tentang aqidah mengarah pada pembahasan tentang-
beberapa istilah lain yang semakna dengan istilah aqidah, yaitu:
Iman dan Tauhid, dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu
Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fiqih Akbar(Yunahar Ilyas, 2013:
4). Di bawah ini akan dikemukakan beberapa catatan sekitar
istilah-istilah di atas tersebut.

1. Iman
Al-Qur’an memberikan sebutan aqidah dengan
menggunakan istilah iman. Syaikh Mahmud Syaltouth
­
menyatakan bahwa pengertian aqidah sama dengan iman.
­
­Kalau Aqidah mempunyai arti mempercayai sejumlah ­perkara
yang diyakini kebenarannya, yaitu perkara yang bertalian
­dengan aspek Ilahiyah (Ketuhanan), Al Nubuwwah (kenabian),
Al Ruhaaniyat (keruhanian), dan Al sam’iyyat (berita tentang
akhirat), sedangkan iman mempunyai rukun-rukunnya yang
enam (Arkanul Iman) yang juga harus yakin tentang kebenaran-
nya. Dengan demikian inti pengertian keduanya adalah sama.
Adapun perbedaan keduanya hanya terletak pada istilah dan
sebutan. Aqidah merupakan istilah yang digunakan para ulama
ushuluddin sedangkan Al-Qur’an menyebutnya dengan meng-
gunakan kata iman.

8 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Ada yang membedakan dan menyamakan istilah iman
d­engan aqidah. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah
­bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman ­menyangkut
aspek ­dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya berupa ­keyakinan
dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian
­dengan amal. Sebenarnya inti masalah tersebut tergantung dari
­definisi iman. Kalau mengikuti definisi iman menurut ­Jahmiah
dan Asy’ariyahyang menyatakan bahwa iman secara bahasa
­(lughatan) hanyalah at-tashdiq (‫( )التصديق‬membenarkan di dalam
hati), maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim.
Senada denganini sebagaimana pendapat ­ daripada Imam
Abu Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah i’tiqad,
­sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak ­dinamai iman.
Sebaliknya jika mengikuti definisi iman menurut Ulama Salaf
(termasuk Imam Ahmad, Malik dan Syafi’i) yang­ ­mengatakan
bahwa iman ­adalah:

ِ ِِ
ِ ‫ان وعمل ِبْلَرَك‬
.‫ان‬ ِ ِ ٌ ‫إِ ْعتِ َق‬
ْ ٌ َ َ َ ‫اد ب ْلَنَان َونُطْ ٌق بللّ َس‬
“Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan ­dengan lisan
dan diamalkan dengan anggota tubuh.”
(Lihat al-Aqidah fillah oleh Sulaiman Al-Asykar, hal. 14).
Maka dari kaidah diatas jelas iman dan aqidah tentu tidak persis
sama.
Menurut jumhur ulama disebutkan bahwa iman adalah:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫ت‬
ِ ‫ان وعمل ِبْلَرَك‬
‫ان‬ ْ ٌ َ َ َ ‫صديْ ٌق بلْ َق ْلب َوإقـَْر ٌار بللّ َس‬
ْ
“Membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan”
“Membenarkan dalam hati” maksudnya menerima
segala apa yang dibawa oleh Rasulullah secara mutlak
­
­tampa ada tawaran sedikitpun.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 9


“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya,
mengucapkan dua kalimah syahadat, “Laa ilaha illallhu
­
wa anna ­muhammadan rasulullah” (Tidak ada ­sesembahan,
pengagungan, pengesaan atau pengakuan yang hak
­
disucikan kecuali ­Allah dan meyakini bahwa Muhammad
adalah utusan Allah).
“Mengamalkan dengan anggota badan (‫”(عمل باالركان‬
maksudnya, hatimengamalkan dalam bentuk keyakinan,
sedang anggota badan mengamalkannya dalam ­ bentuk
­ibadah-ibadah badaniyah atau jasadiyah tentu sesuai ­dengan
fungsinya masing-masing.
Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian
iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah (‫ )يزيد‬dan
berkurang (‫ )ينقص‬seiring dengan bertambah dan berkurangnya
amal shalih yang diakukan.
Diantara dalil-dalil tentang iman adalah aqidah ­ Islam
d­itetapkan oleh Allah dan kita sebagai manusia wajib
mempercayainya sehingga kita layak disebut sebagai orang
­
yang beriman atau mukmin. Namun bukan berarti ­keimanan
itu ­ ditanamkan ke dalam diri seseorang secara dogmatis,
­sebab proses keimanan haruslah disertai dalil-dalil. Dalil ini
adakalanya bersifat aqli atau naqli, tergantung perkara apa
­
yang ­diimani. Jika sesuatu itu masih dalam jangkauan panca
indera maka dalilnya adalah aqli, tetapi jika sesuatu itu di luar
­jangkauan panca indera, wajib disandarkan pada dalil naqli.
Dengan demikian dalil aqidah ada dua:
a. Dalil Aqli
Dalil yang digunakan untuk membuktikan perkara-­perkara
yang bisa diindera sebagai jalan (perantara) untuk ­mencapai
kebenaran yang pasti dari keimanan. Yang m ­ eliputi di
dalamnya adalah beriman kepada keberadaan Allah,
­
­pembuktian kebenaran Al-Qur’an, dan pembuktian Nabi
Muhammad itu adalah utusan Allah.

10 KULIAH ISLAM I : Aqidah


b. DalilNaqli
Berita (khabar) pasti (qath’i) yang diberitakan kepada m
­ anusia
berkaitan dengan perkara-perkara yang tidak dapat ­secara
langsung dijangkau oleh akal manusia, yaitu mengenai
beriman kepada Malaikat, Hari Akhir, Nabi-nabi dan
­
­Rasul-Rasul, Kitab-kitab terdahulu, sifat-sifat Allah, dan
tentang Taqdir. Khabar yang qath’i ini haruslah ­bersumber
pada sesuatu yang pasti yaitu Al-Qur’an dan hadits
­mutawatir (hadits qath’i).
Pengambilan dalil untuk perkara aqidah berbeda ­dengan
pengambilan dalil bagi perkara tasyri’ (hukum). Hal ini
­disebabkan aqidah mensyaratkan dalil yang bersifat pasti, tidak
ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Oleh sebab itu, sumber
pengambilan dalil bagi masalah aqidah ini harus qath’i (pasti)
sumbernya (qat’i tsubut) dan pasti penunjukkan dalilnya (qath’i
dalalah). Sumber yang tergolong pasti adalah Al Qur-an dan
Hadits Rasulullah. yang mutawatir saja.
Muhammad Husain Abdullah menyatakan bahwa ­hadits
mutawatir adalah hadits yang didasarkan panca indera,
diberitakan oleh sejumlah orang yang jumlahnya menurut
­
­kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat (terlebih ­dahulu)
untuk berdusta (dalam pemberitaannya). Hadits ­ mutawatir
seperti ini menunjukkan Al-‘Ilmu (kepastian), yakin, wajib
diamalkan, dan barangsiapa mengingkarinya dikategorikan
­
­kafir.­
Adapun yang dimaksud qath’i dalalah karena kepastian
penunjukkan dalil akan memustahilkan ijtihad dalam p ­ erkara
aqidah. Syariat Islam tidak menerima ijtihad seseorang
­dalam perkara aqidah. Ijtihad hanya terbatas dalam ­perkara
­tasyri’ (­hukum) saja. Sebab jika aqidah dijadikan lahan untuk
berijtihad maka bagaimana dengan orang-orang yang ­
­ hasil
­ijtihadnya d­alam perkara aqidah tersebut keliru atau salah.
­Sedangkan kekeliruan atau kesalahan dalam perkara aqidah
akan ­menjerumuskan pada kekafiran. hal ini karena aqidah
­Islam merupakan batas antara iman dan kafir.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 11


Dari hal inilah maka penunjukkan dalil dalam masalah
aqidah harus qath’i (pasti) bukan dzanni (persangkaan) yang
masih mengandung kemungkinan penafsiran berbeda dan
beraneka ragam pemahaman. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an
­
yang mewajibkan hal ini adalah:

)72(‫ونلْ َم َلئِ َكةَ تَ ْس ِميَةَ ْالُنثَى‬ َ ‫ين َل يـُْؤِمنُو َن ِبْل ِخَرِة لَيُ َس ُّم‬ ِ َّ ِ
َ ‫إ َّن الذ‬
ْ ‫َوَما َلُم بِِه ِم ْن ِع ْل ٍم إِن يـَتَّبِعُو َن إَِّل الظَّنـََّوإِ َّن الظَّ َّن َل يـُْغ ِن ِم َن‬
‫الَ ِّق‬
)82(‫َشيـْئًا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
­kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu
dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu
pengetahuan tentang itu. Mereka ­tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan (dzann), sedangkan persangkaan itu tidak berfaidah
sedikitpun terhadap ­kebenaran” (QS. Al Najm: 27-28)
Ayat di atas dengan jelas dan gamblang mencela orang-orang
yang mengikuti persangkaan dan dugaan, mencela orang-orang
yang mengikuti suatu perkara aqidah tanpa ‘ilmu (kepastian).
Teguran ayat-ayat tersebut di atas sekaligus ­sebagai dalil yang
melarang secara tegas untuk tidak mengikuti persangkaan dan
dugaan dalam urusan aqidah. Dalil syara’ menunjukkan ­kepada
kita bahwa beristidlal (menggunakan dalil) dzanni (terdapat
adanya dugaan/keraguan) dalam masalah aqidah dilarang. Di
samping itu, tematik yang disinggung oleh ayat-ayat tersebut
di atas seluruhnya menyangkut aqidah, diantaranya ada yang
berhubungan dengan keberadaan Allah, qiamat, malaikat, para
Rasul, janji Allah, penciptaan langit dan bumi, sampai masalah
penyaliban Isa Al-Masih.
Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan dalil naqli juga
ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan dalil tersebut
dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang
dapat dan mana yang tidak untuk dijadikan dalil naqli. Sebuah
dalil naqli harus bisa dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya

12 KULIAH ISLAM I : Aqidah


secara aqli. Oleh karena itu, semua dalil tentang aqidah pada
dasarnya disandarkan pada metode aqli (aqliyyah).
Sehubungan dengan ini, Imam Syafi’i berkata: “Ketahuilah
bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berpikir dan
mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah ta’ala. Arti berpikir ada-
lah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang
yang berpikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan
cara seperti itu, ia bisa sampai ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari
­pengamatannya dengan indera, dan ini merupakan suatu keharusan. Hal
seperti itu merupakan suatu kewajiban dalam masalah ­ushuluddin.”
(Fiqh Al-Akbar).

a. Firman Allah

ً‫اب النَّا ِر إَِّل َم َلئِ َكةً َوَما َج َع ْلنَا ِع َّدتـَُه ْم إَِّل فِتـْنَة‬َ ‫َص َح‬ْ ‫َوَما َج َع ْلنَا أ‬
ً َ‫ين آَ َمنُوا إِمي‬ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ ِِ
‫ان‬ َ ‫اب َويـَْزَد َاد الذ‬ َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬ َ ‫ين َك َفُروا ليَ ْستـَْيق َن الذ‬ َ ‫للَّذ‬
‫ين ِف قـُلُوبِِ ْم‬ ِ َّ َ ‫وَل يـرَتب الَّ ِذين أُوتُوا الْ ِكتاب والْمؤِمنو َن ولِيـ ُق‬
َ ‫ول الذ‬ َ َ ُ ُْ َ َ َ َ َ َْ َ
َّ َ َ َ َ َ ‫ض َوالْ َكافُِرو‬
… ‫اللُ ِبَ َذا َمثَ ًل‬ ‫اد‬ ‫َر‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ن‬ ٌ ‫َمَر‬
“Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari
malaikat; dan titdaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu
­melainkan untuk jadi cobaan orang-orang kafir, supaya orang-orang
yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang
beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi
Al-Kitab dan orang-orang mukmin tidak ragu-ragu dan supaya
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang
kafir (mengatakan), ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan
­bilangan ini sebagai suatu perumpamaan.?”…(QS. Al-Mud-
datstsir {74}: 31).

b. Firman Allah
ِ ِ َّ ‫إَِّنَا الْمؤِمنو َن الَّ ِذين إِ َذا ذُكِر‬
ْ َ‫ت قـُلُوبـُُه ْم َوإِ َذا تُلي‬
‫ت َعلَْي ِه ْم‬ ْ َ‫اللُ َوجل‬ َ َ ُ ُْ
ِ ِ ِ ِِ
‫الص َل َة َومَّا‬
َّ ‫يمو َن‬ ُ ‫ين يُق‬
َّ ً َ‫آَ َيتُهُ َز َادتـْ ُه ْم إِمي‬
َ ‫ان َو َعلَى َرّب ْم يـَتـََوَّكلُو َن * الذ‬
KULIAH ISLAM I : Aqidah 13
… ‫ك ُه ُم الْ ُم ْؤِمنُو َن َح ًّقا‬ ِ
َ ِ‫اه ْم يـُْنف ُقو َن * أُولَئ‬
ُ َ‫َرَزقـْن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah ­mereka
yang apabila disebut nama Allah gemeterlah hati mereka, dan ­apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, ­ bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka ­bertawakkal,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkah-
kan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada ­mereka.
­Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-­benarnya.” ­(QS.
Al-Anfal {8}: 2-4).

c. SabdaRasululullah:
ِ ْ ِ‫ أَو ب‬,‫ضع وسبـعو َن‬ ِ ِْ
َ‫ضلُ َها قـَْو ُل َل إِله‬
َ ْ‫ فَأَف‬,ُ‫ض ٌع َوستـُّْو َن ُش ْعبَة‬ ْ ْ ُْ َ َ ٌ ْ ‫الْيَا ُن ب‬
ِْ ‫الَيَاء ُش ْعبَةٌ ِمن‬
ِ َ‫الْي‬ ِ ِ َِّ
‫ان‬ َ ُ ْ ‫ َو‬,‫ َوأ َْد َن َها إ َماطَةُ ْالَ َذى َع ِن الطَّ ِريْق‬,ُ‫إل هللا‬
.)‫(رَواهُ ُم ْسلِ ٌم‬
َ
“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam ­puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah ­mengucapkan laa
ilaaha illa Allah dan yang paling rendah adalah ­menyingkirkan
rintangan (kotoran) dari jalan, sedang rasa malu itu (juga)
salah satu daripada cabang iman.” (HR. Muslim).

d. Sabda Rasulullah:
ِِ ِ ِ ِِ ِ
ْ‫َم ْن َرأَى مْن ُك ْم ُمْن َكًرا فـَْليـُغَِّْيهُ بِيَده فَِإ ْن َلْ يَ ْستَط ْع فَبِل َسانه فَِإ ْن َل‬
.)‫(رَواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ِ ‫َضع‬
َ ‫ف ْالْيَان‬ ُ َْ ‫ك أ‬
ِ
َ ‫ َو َذل‬,‫يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِه‬
“Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka
hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangan-
nya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika ia
tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang ­demikianlah
adalah selemah-lemahnya iman,” (HR. ­Muslim).

14 KULIAH ISLAM I : Aqidah


2. Tauhid
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan
yang artinya “esa/tunggal”. Ini merujuk pada sifat Allah yang
­tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah? Karena inti
utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah, makanya orang
sering menyebut disiplin ajaran ini dengan ilmu tauhid.

3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-
pokok agama. Ajaran ini merupakan ajaran pokok ­ agama.
Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama ­ harus
memahami ­
­ tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar
yang harus ­dipahami oleh setiap orang yang memeluk Islam.
­Tanpa ­memahami dan meyakini ajaran ini, kebersilaman kita
tak ada gunanya. Artinya bahwa semua pokok-pokok ajaran
­agama yang menyangkut Aqidah, iman dan tauhid disebut juga
­Ushuluddin. Inidikarenakan ajaran aqidah merupakan pokok-
pokok dari padaajaran Islam itu sendiri.

4. Ilmu Kalam
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamai ­dengan
Ilmu Kalam karena banyak dan luasnya dialog dan ­perdebatan
yang terjadi di antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang
beberapa hal. Misalnya tentang Al-Qur’an apakah makhluqatau
bukan, hadits atau qadim. Tentang taqdir, apakah manusia punya
hakikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar, kafir
atau tidak. Dan lain sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan
luas seperti itu terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati
mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.

5. Fiqih Akbar
Fiqih akbar Artinya fiqih besar. Istilah ini muncul ber-
dasarkan pemahaman bahwatafaqquh fiddin (‫ )تفقهوافىالدين‬yang
­diperintahkan Allah dalam surat at-Taubah ayat 122, bukan
hanya berputar masalah fiqih semata, akan tetapi lebih ­utama

KULIAH ISLAM I : Aqidah 15


menyangkut masalah aqidah. Untuk membedakan dengan
­istilah fiqih dalam masalah hukum ditambahkankata akbar,­
­sehingga menjadi fiqih akbar.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Diantara sistematika yang dilakukan Hassan al-Banna,
maka ruang lingkup pembahasan aqidah antara lain adalah:
1. Ilahiyat. Adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Allah seperti wujud Allah, nama-­
nama dan sifat-sifat Allah, af ’al Allah dan lain sebagainya.
2. Nubuwwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembaha-
san tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, keramat dan lain-
lain.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin,
Iblis, Syaithon, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu
yang ­hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa
­Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, t­ anda-tanda kiamat, surga-neraka dan sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa
juga mengikuti sistematika arkanul iman seperti:

1. Iman kepada Allah


Allah, nama yang mulia ini adalah sebutan bagi Dzat
Suci yang kita imani dan kita beramal karena-Nya, dan kita
­mengetahui bahwa dari-Nya lah kehidupan kita dan ­kepada-Nya
tempat kita kembali. Hanya Allah yang ­patut menerima p­ ujian
dan memiliki kebesaran, layak ditakuti dan ditaati karena tidak
ada satu pun makhluk yang dapat menandingi-Nya. ­Walaupun
seluruh umat manusia sejak mereka diciptakan ­sampai ­dunia

16 KULIAH ISLAM I : Aqidah


sepi dan ­berhenti bergerak karena seluruh ­manusia s­ udah punah,
melupakan dan ingkar kepada-Nya, sedikit pun ­tidaklah akan
menodai kemuliaan-Nya dan sebesar dzarah pun tidak akan
mengurangi kekuasaan-Nya, serta tidak ­seberkas ­cahaya-Nya
yang akan terhalang dan tidak akan secuil ­ keagungan-Nya
pun akan berkurang. Oleh sebab itu, seandainya kita berada
pada suatu masa ketika semua orang bersikap keras ­kepala
memperturutkan hawa nafsunya dan melupakan hari akh-
­
ir ­serta tidak mau tahu terhadap Tuhannya, Hal demikian itu
tidak sedikit pun akan merugikan Allah Ta’ala. Adanya Allah
adalah suatu hal yang jelas dapat diketahui manusia dengan
­fitrahnya, dan bukan termasuk masalah yang pelik dan bukan
pula ­hasil ­pemikiran yang berbelit-belit. ­Pernahkah kita me-
mikirkan ­tentang planet-­planet yang ­beredar, yang ­membelah
angkasa raya dan mengikuti garis edar atau falak tertentu tanpa
berkisar ke kanan atau ke kiri dan menetapi kecepatan yang ter-
atur tidak terlalu kencang dan tidak pula terlalu lambat, kemu-
dian kita lihat ia muncul pada waktu yang telah diperkirakan
dan tidak melanggarnya?
Apabila bola basket dimainkan para pemain, tetapi tidak
lama setelah beredar dan berputar-putar ia selalu jatuh ­kembali
ke bawah, sekarang pikirkan bagaimana bola-bola yang ­teramat
besar ukurannya yang ada di angkasa, ia tetap beredar dan ­tidak
jatuh-jatuh, terus berputar tak henti-henti. Itu semua tidak
mungkin terjadi tanpa ada kekuasaan yang mengaturnya.

‫ك تـَْق ِد ُيرالْ َع ِزي ِز الْ َعلِي ِم * َوالْ َق َمَر‬ ِ ِ


َ ‫س َْت ِري ل ُم ْستـََقٍّر َّلَا َذل‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫َوالش‬
‫س يَنبَغِي َلَا أَن‬ ِ ِ
ُ ‫َّم‬ ْ ‫قَد َّْرَنهُ َمنَا ِزَل َح َّت َع َاد َكالْعُْر ُجونلْ َقد ِمي * َل الش‬
ٍ َ‫تُ ْد ِرَك الْ َقمر وَلاللَّيل سابِق النـَّها ِر وُكلٌّ ِف فـل‬
*‫ك يَ ْسبَ ُحو َن‬ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ ََ
“Dan matahari itu berputar pada kedudukan yang tetap.
Demikian ketentuan Tuhan Yang Maha Tangguh dan Maha
­
­Mengetahui! Dan bulan Kami tetapkan ­tempat-tempatnya hingga
ia kembali lancip seperti mayang tua. Tiadalah mungkin matahari
itu mengejar bulan dan tidak pula malam mendahului siang, dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 17


masing-masing beredar sesuai dengan garis edar tertentu.” (QS.
Yasin: 38-40)
Seandainya kita perhatikan semua makhluk yang terdapat
di alam raya ini, apakah itu batu, tanah, tumbuh-tumbuhan,
kayu, binatang, daratan, lautan, api, udara, dan lain sebagai­
nya, kita akan menemukan sejumlah bukti yang tidak terhitung
­untuk meyakinkan keberadaan Allah. Semua makhluk yang
ada di jagat ini adalah saksi keberadaan-Nya, termasuk diri kita
sendiri, tubuh kita, sifat-sifat kita, perubahan yang ada pada
diri kita, gerak dan diam kita. Hal ini pun menunjukkan ­bahwa
Dzat Allah berbeda dengan makhluk-Nya, tidak ada yang
­pantas untuk disekutukan dengan-Nya. Keimanan kepada-Nya
adalah hal yang paling esensi dalam kehidupan manusia karena
sebagai manusia kita amat sangat membutuhkan-Nya.

ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواأل َْر‬ ِ
‫ت َوالنُّ ُذ ُر َعن‬ َ ‫ض َوَما تـُْغ ِن‬
ُ ‫اآلي‬ َ َ َّ ‫قُ ِل انظُُرواْ َما َذا ف‬
‫قـَْوٍم الَّ يـُْؤِمنُو َن‬
“Katakanlah: ‘Amatilah apa yang ada di langit dan di bumi.
Betapa banyak ayat-ayat (bukti-bukti) dan peringatan yang tidak
berguna bagi kaum yang tidak beriman” (QS. Yunus 101)

ُ ‫الَ ِم‬
ْ‫يد * إِن يَ َشأ‬ َِّ ‫ي أَيـُّها النَّاس أَنتم الْ ُف َقراء إِ َل‬
ْ ‫ن‬ ُّ َِ‫اللُ ُه َو الْغ‬
َّ ‫الل َو‬ َ ُُ ُ َ َ
ٍ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ْ ِ
*‫الل ب َعزيز‬
َّ ‫ك َعلَى‬ َ ‫يُ ْذهْب ُك ْم َو َيت بَْلق َجديد * َوَما َذل‬
“Hai manusia! Kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan
Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi
Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan
kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk mengganti-
kan kamu), yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.
(QS Fathir: 15-17)
Melukiskan kebesaran-Nya tidak akan pernah ada habis-­
habisnya dan tidak ada makhluk-Nya yang sanggup untuk
­mengurai secara tuntas. Air di seluruh samudera akan kering jika
dipakai untuk menjadi tinta dalam melukiskan ­kebesaran-Nya

18 KULIAH ISLAM I : Aqidah


begitu pula seluruh daun-daunan di alam semesta akan habis
jika dipakai untuk menjadi kertasnya. Namun, usaha untuk
mempertebal keimanan kepada-Nya tidak pernah layak ­untuk
dihentikan karena kita harus senantiasa menyempurnakan
kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada-Nya.

2. Iman kepada Malaikatnya


Iman kepada Malaikat berdasarkan dalil naqli sebab akal
tidak pernah mampu menjangkau keberadaan Malaikat. Dalil
syara tentang adanya Malaikat berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an
dan sunnah Rasul, diantaranya adalah firman Allah:

َ‫اللُ أَنَّهُ الَ إِلَـهَ إِالَّ ُه َو َوالْ َمالَئِ َكةُ َوأ ُْولُواْ الْعِْل ِم قَآئِ َماً ِبلْ ِق ْس ِط ال‬
ّ ‫َش ِه َد‬
‫الَ ِك ُيم‬
ْ ‫إِلَـهَ إِالَّ ُه َو الْ َع ِز ُيز‬
“Allah telah terangkan bahwasanya tidak ada Illah selain Dia,
dan disaksikan oleh para malaikat dan ahli ilmu yang menegakkan
keadilan. Tidak ada Illah selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18 )
Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat
­kepada-Nya. Malaikat tidak pernah menentang kehendak-Nya,
­senantiasa tunduk, patuh, dan taat kepada-Nya serta menjauhi
­larangan-Nya. Keimanan kepada malaikat ini membuahkan
­sejumlah hikmah, di antaranya adalah :
a. Mempertebal keyakinan kita pada kekuasaan Allah k­ arena
tugas malaikat sangat banyak yang jauh dari jangkauan
­manusia, seperti sebagai perantara wahyu dari Allah ­kepada
para utusan-Nya, pencabut nyawa manusia dan ­penyebar­
rizki. Suatu kesalahan besar jika ada anggapan bahwa
­
­malaikat dengan seperangkat tugasnya ­menjadikan suatu
tanda bahwa dalam mengatur alam ini Allah perlu ­pembantu.
Adanya malaikat bukan mempersempit ­kekuasaan Allah,
tetapi sebagai bukti kekuasaan-Nya, s­ebagai bukti bahwa
Allah sesuatu kekuasaan apa pun yang sanggup menandingi
kerajaan-Nya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 19


ِ ‫فَالْم َدبِر‬
‫ات أ َْمًرا‬َّ ُ
“Demi para malaikat yang mengatur urusan alam “(Q.S.
An-Nazi’at: 5 )

‫َح َد ُك ُم‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫َوُه َو الْ َقاهُر فـَْو َق عبَاده َويـُْرس ُل َعلَْي ُك ْم َح َفظَةً َح َّت إ َذا َجاءَ أ‬
‫ت تـََوفـَّْتهُ ُر ُسلُنَا َوُه ْم َل يـَُفِّرطُو َن‬
ُ ‫الْ َم ْو‬
“Sehingga bila datang kematian pada salah seorang d­ iantaramu,
lalu utusan-utusan Kami mewafatkannya, sedangkan para utusan
(malaikat kami) itu tidak pernah lengah” (Q.S. Al-An’am: 61)

‫ض إَِّل َم ْن‬
ِ ‫ات َوَم ْن ِف ْال َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ َ‫الصوِر ف‬ ِ
َ َ َّ ‫صع َق َم ْن ف‬ َ ُّ ‫َونُف َخ ِف‬
‫ُخَرى فَِإ َذا ُه ْم قِيَ ٌام يـَْنظُُرو َن‬ ِ ِ ِ َّ ‫َشاء‬
ْ ‫اللُ ُثَّ نُف َخ فيه أ‬ َ
“(Dan) Ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa saja
yang berada di langit dan di bumi kecuali yang dikehendaki
­Allah. ­Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-­
­ ereka ­berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” (­ QS.
tiba m
­Az-Zumar: 68)

‫ت الَّ ِذي ُوّكِ َل بِ ُك ْم ُثَّ إِ َل َربِّ ُك ْم تـُْر َجعُو َن‬


ِ ‫ك الْمو‬
ْ َ ُ َ‫قُ ْل يـَتـََوفَّا ُك ْم َمل‬
“Katakanlah: Malaikat Maut yang diserahi untuk (­mencabut
nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada
­Rabbmu kamu pasti dikembalikan” (QS. As-Sajadah: 11)

ُ‫الِ َج َارة‬ ِ ِ َّ
ْ ‫َّاس َو‬
ُ ‫ود َها الن‬ َ ‫َي أَيـَُّها الذ‬
ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْمنَ ًارا َوق‬
‫اللَ َما أ ََمَرُه ْم َويـَْف َعلُو َن َما‬
َّ ‫صو َن‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َعلَيـَْها َم َلئ َكةٌ غ َل ٌظ ش َد ٌادَل يـَْع‬
‫يـُْؤَمُرو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan ­keluargamu
dari api Jahannam yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu
(berhala); penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar, keras dan

20 KULIAH ISLAM I : Aqidah


tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
(QS. At-Tahrim: 6).

ً‫اب النَّا ِر إَِّل َم َلئِ َكةً َوَما َج َع ْلنَا ِع َّدتـَُه ْم إَِّل فِتـْنَة‬ َ ‫َص َح‬ ْ ‫َوَما َج َع ْلنَا أ‬
ً َ‫ين آَ َمنُوا إِمي‬ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ ِِ
‫ان‬ َ ‫اب َويـَْزَد َاد الذ‬ َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬ َ ‫ين َك َفُروا ليَ ْستـَْيق َن الذ‬ َ ‫للَّذ‬
‫ين ِف قـُلُوبِِ ْم‬ ِ َّ َ ‫وَل يـرَتب الَّ ِذين أُوتُوا الْ ِكتاب والْمؤِمنو َن ولِيـ ُق‬
َ ‫ول الذ‬ َ َ ُ ُْ َ َ َ َ َ َْ َ
ِ ِ ِ َّ ‫ض َوالْ َكافُِرو َن َما َذا أ ََر َاد‬
ُ‫اللُ َم ْن يَ َشاء‬ َّ ‫ك يُض ُّل‬ َ ‫اللُ بَ َذا َمثَ ًل َك َذل‬ ٌ ‫َمَر‬
‫ك إَِّل ُه َو َوَما ِه َي إَِّل ِذ ْكَرى‬ َ ِّ‫ود َرب‬
َ ُ‫َويـَْهدي َم ْن يَ َشاءُ َوَما يـَْعلَ ُم ُجن‬
ِ
‫لِْلبَ َش ِر‬
“Dan Tidak kami jadikan penjaga Jahannam itu melainkan
dari Malaikat. Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan ­mereka
itu melainkan menjadi cobaan bagi orang-orang Kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang
yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan
supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-
orang Kafir mengatakan: “Apakah yang dikehendaki Allah ­dengan
­bilangan ini sebagai suatu perumpamaan? Demikianlah, Allah
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang
tahu tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Jahannam
Saqar itu tiada lain melainkan peringatan bagi manusia” (Q.S.
Al-Muddatstsir: 31)
ِ ِ َّ ِ
َ ‫الر ْحَ ِن إِ َن ًث أ‬
‫َش ِه ُدوا َخ ْل َق ُه ْم‬ َّ ‫اد‬
ُ َ‫ين ُه ْم عب‬ َ ‫َو َج َعلُوا الْ َم َلئ َكةَ الذ‬
‫ب َش َه َادتـُُه ْم َويُ ْسأَلُو َن‬
ُ َ‫َستُ ْكت‬
“Dan mereka menjadikan Malaikat-Malaikat yang
­hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu dianggap ­perempuan.
Apa mereka menyaksikan penciptaan Malaikat-Malaikat itu?

KULIAH ISLAM I : Aqidah 21


Kelak pasti dituliskan (bohongnya) kesaksian mereka dan mereka
pasti dimintai pertanggungjawaban” (QS. Az-Zukhruf: 19)
b. Menambah ketawadluan kita sebagai manusia yang b ­ anyak
melakukan perbuatan dosa karena malaikat yang ­mempunyai
kedudukan mulia di sisi Allah saja tidak ­pernah melanggar
perintah-Nya (apalagi kita yang belum jelas kedudukannya
di hadapan Allah).
c. Menambah keyakinan kita terhadap kitab-kitab yang
telah diturunkan-Nya kepada para utusan-Nya melalui
­
­perantaraan malaikat. Dengan demikian, tidak ada k­ eraguan
dalam diri kita untuk mengamalkannya.

ٍ ‫ول َك ِرٍمي * ِذي قـَُّوٍة ِعْن َد ِذي الْ َعر ِش َم ِك‬


* ‫ني‬ ٍ ‫إِنَّه لََقو ُل رس‬
َُ ْ ُ
ْ
ٍ ‫ُمطَ ٍاع َثَّ أ َِم‬
‫ني‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman Allah yang
dibawa oleh utusan yang mulia (jibril), yang mempunyai kekuatan,
yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah pemilik ‘­Arasy, yang
ditaati di sana (alam Malaikat) lagi dipercaya” (QS. At-Takwir
19-21)
d. Memperketat amalan-amalan kita karena keyakinan kita
akan adanya ‘pengawas’ yang ditugaskan Allah untuk kita
(malaikat Raqib dan Atid) sehingga amalan-amalan kita
­semakin terlindungi dari hal-hal yang dimurkai-Nya.

ُ ‫الش َم ِال قَعِي ٌد * َما يـَْل ِف‬


‫ظ ِم ْن‬ ِّ ‫ني َو َع ِن‬ ِ ‫إِ ْذ يـتـلَ َّقى الْمتـلَ ِّقي‬
ِ ‫ان َع ِن الْيَ ِم‬َ َُ ََ
ِ
‫يب َعتي ٌد‬ ِ ِ َِّ ٍ
ٌ ‫قـَْول إل لَ َديْه َرق‬
“Yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya
(Raqib-Atid), seorang duduk di kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya ­melainkan
ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir” (­QS.
Qaaf: 17-18)

22 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Dengan keimanan yang utuh terhadap malaikat, seorang
muslim akan berhati-hati dalam berbuat, karena ia yakin sang
Malaikat akan senantiasa mencatat amal baik dan buruknya.
Selain itu pun akan lebih berani dan optimis dalam ­mengarungi
kehidupan, khususnya dalam mengemban da’wah, ­ karena
ia­
­ yakin selalu ‘dikawal’ oleh tentara Allah (malaikat) yang
­perkasa.

3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah


Seorang Muslim beriman dan yakin kepada segala hal yang
diturunkan dan diwahyukan oleh Allah, berupa kitab dan apa
yang difirmankan-Nya kepada beberapa Rasul berupa shuhuf
(lembaran).
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah seluruhnya
ada empat macam, yaitu Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
as. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Dan Injil
yang diturunkan kepada hamba Allah dan Rasul-Nya, Nabi Isa
as. Sementara itu firman Allah dalam bentuk shuhuf, misal­
nya adalah apa yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.
­(Ahmad Izzan, 2005: 31)
Hal ini menunjukkan adanya kesatuan misi yang ­diemban
oleh para Rasul-Nya dari masa ke masa, tidak berubah, y­ aitu
tauhidullah. Hal ini pun menunjukkan bahwa Tuhan dari
semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, ­
­ manusia
pertama yang diciptakan hingga manusia akhir yang ­
­ kelak
akan diciptakan adalah sama, yaitu Allah. Kitab-kitab itu
­masing-masing diturunkan-Nya untuk menyempurnakan yang
sebelumnya. Tidak ada kesimpangsiuran atau target yang tidak
jelas karena yang menurunkannya adalah Allah, Sang Maha
Pengatur yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Di antara kitab tersebut, hanya Al-Qur’an lah yang
d­ ipelihara/dijaga keasliannya oleh Allah dan sekaligus ­berfungsi
sebagai penyempurna dan penghapus Syari’at Nabi dan Rasul
sebelumnya. Allah berfirman:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 23


‫إِ َّن َْن ُن نـََّزلْنَا ال ِّذ ْكَر َوإِ َّن لَهُ َلَافِظُو َن‬
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an. ­Dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. ­­(QS. ­­Al-Hijr: ­­9)­
ِ َ‫ي ي َديِْه ِمن الْ ِكت‬
‫اب‬ ِ ِ ‫ِب ْل ِق م‬ ِ َ ‫وأَنـزلْنَا إِلَي‬
َ َ َ َْ‫ص ّدقًا ل َما بـ‬ َ ُ َّ ‫اب‬
َ َ‫ك الْكت‬ ْ َْ َ
َّ ‫بـَيـْنـَُه ْم ِبَا أَنـَْزَل‬
‫اللُ َوَل تـَتَّبِ ْع أ َْه َواءَ ُه ْم َع َّما‬ ‫اح ُك ْم‬ ِ ِ
ْ َ‫َوُم َهْيمنًا َعلَْيه ف‬
ْ ‫َجاءَ َك ِم َن‬
... ‫الَ ِّق‬
“(Dan) Kami telah menurunkan Al-Qur’an dengan ­membawa
kebenaran, membenarkan apa yang s­ebelumnya, yaitu Kitab-­Kitab
(yang diturunkan sebelum-nya) dan ­ sebagai standar terhadap
­Kitab-Kitab tersebut. Maka ­putuskanlah perkara mereka menurut
(Al-Qur’an) yang ­diturunkan Allah dan janganlah kamu ­mengikuti
hawa ­nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran ­(Al-Qur’an)
yang telah datang kepadamu…” (QS. Al-Maidah: 48)
Beriman terhadap kitab Allah mempunyai sandaran yang
berasal dari pemahaman dalil aqli dan naqli. Adapun ­mengenai
penjelasan dalil-dalil tersebut, maka Al-Qur’an adalah kitab yang
berbeda dengan kitab-kitab lainnya. Secara faktual, A ­ l-Qur’an
merupakan suatu kenyataan yang bisa dijangkau panca indera
dan akal, dapat dipikirkan atau dibuktikan kebenarannya.
Tidak demikian halnya dengan kitab samawi lainnya. ­Kitab
tersebut faktanya sudah tidak ada, sehingga akal s­udah t­idak
mampu membahas dan membuktikan ­kebenarannya (­bahwa
­kitab itu berasal dari Allah). Sebab kitab-kitab ­tersebut ­tidak
mengandung mukjizat yang bisa dijangkau akal ­ manusia
(terutama manusia pada zaman kini). Juga Nabi yang
­
­membawanya tidak menjadikannya (Taurat, Zabur, dan Injil)
sebagai bukti tentang kenabiannya. Walaupun demikian, kita
wajib meyakini kitab-kitab tersebut pernah diwahyukan ­kepada
nabi-nabi dan Rasul-Rasul terdahulu, baik yang diberitakan
­dalam Al-Qur’an maupun yang tidak diberitakan.

24 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Karena itu, dalil keimanan terhadap kitab-kitab suci selain
Al-Qur’an, adalah dalil naqli, yakni berdasarkan (ditunjukkan)
oleh Al-Qur’an dan hadits Rasul yang pasti, seperti firman
­Allah :

‫اب الَّ ِذي نـََّزَل َعلَى‬ ِ َ‫لل ورسولِِه والْ ِكت‬


ِ ِ ِ ِ َّ
َ ُ َ َ َّ ‫ين آَ َمنُوا آَمنُوا ب‬ َ ‫َي أَيـَُّها الذ‬
َِّ ‫اب الَّ ِذي أَنـزَل ِمن قـبل ومن ي ْك ُفر ِب‬
‫لل َوَم َلئِ َكتِ ِه َوُكتُبِ ِه‬ ِ َ‫رسولِِه والْ ِكت‬
ْ َ ْ َ َ ُ َْ ْ َْ َ َُ
ِ ِ ِ ِِ
‫يدا‬
ً ‫ض َلًل بَع‬ َ ‫َوُر ُسله َوالْيـَْوم ْالَخ ِر فـََق ْد‬
َ ‫ض َّل‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman ­kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab-kitab yang Allah telah
turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah t­elah turun­
kan sebelumnya. Siapa saja yang kafir kepada Allah, malaikat-­
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari
kiamat, maka sesungguhnya orang-orang tersebut telah sesat
­sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa: 136)
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an t­elah
diwahyukan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya, ­Muhammad,
melalui Malaikat Jibril as, adalah berdasarkan pada dalil
aqli, ­
yaitu dengan pembuktian dari segi ketinggian bahasa
­(Al-Qur’an) dan isi yang dikandungnya. Kedua hal ini telah
menunjukkan suatu mukjizat yang amat menakjubkan dan
besar, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan hasil
karya seorang m­ anusia.
Bahkan untuk itu, Rasulullah telah menantang kaum
­Quraisy dan orang-orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an.
Sebab, beliau yakin bahwa kitab tersebut adalah sebagai satu-­
satunya mukjizat terbesar sekaligus bukti kenabiannya ­sebagai
utusan Allah. Beliau tidak perlu lagi memperhatikan m ­ ukjizat
lainnya, walaupun orang-orang Quraisy meminta ­ bukti
­(mukjizat) selain Al-Qur’an itu. Peristiwa itu diabadikan di
­dalam Al-Qur’an:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 25


َِّ ‫وقَالُوا لَوَل أُنْ ِزَل علَي ِه آَيت ِمن ربِِه قُل إَِّنَا ْالَيت ِعْن َد‬
‫الل َوإَِّنَا أ ََن‬ ُ َ ْ َّ ْ ٌ َ ْ َ ْ َ
‫ني‬ ِ ِ
ٌ ‫نَذ ٌير ُمب‬
“(Dan) orang-orang Makkah berkata: Mengapa tidak
­diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat (benda lainnya) dari
Rabb-Nya?”. Katakanlah (Hai Muhammad): “Sesungguhnya
mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguh­
nya aku ini hanya seorang pemberi peringatan yang nyata” (QS.
­Al-Ankaabut: 50)
Ayat ini secara jelas menerangkan bahwa Al-Qur’an ­adalah
mukjizat bagi Rasulullah. Karena itu, cukuplah sudah Al-Qur’an
itu sebagai bukti tentang kenabian dan kebenaran Rasulullah,
baik untuk masa lalu, kini maupun masa yang akan datang.
Setiap orang yang memiliki pengetahuan walaupun ­sedikit
tentang bahasa dan sastra Arab serta seluk beluknya akan
­menemukan bahwa Al-Qur’an merupakan bentuk ungkapan
bahasa yang istimewa dan belum pernah ada orang-orang
Arab yang mengungkapkan perkataan seperti itu, baik sebelum
turunnya Al-Qur’an maupun sesudahnya.
Kehebatan Al-Qur’an dengan segala aspeknya ­ telah
­menyebabkan mereka tersungkur mengakuinya dan b ­ antahan
apapun menjadi patah dihadapan tantangan tegasnya.
Tantangan tersebut telah menyebabkan mereka terdorong
­
­untuk mencoba berbicara atau membuat seperti Al-Qur’an.
Tetapi yang terjadi, ternyata sungguh mengherankan, untuk
meniru apalagi ­mengubah dalam gaya bahasa Al-Qur’an pun
mereka tidak mampu, padahal mereka adalah orang-orang
Arab yang terkenal fasih di bidang sastra dan berbicara (syair,
puisi dan lainnya). Tetapi memang sudah sepatutnya mereka
kalah dan mengakui kebenaran Muhammad, sebagaimana ter-
cantum dalam firman-Nya:

‫ك َولَ ِك َّن‬ ِ ِ ُ‫قَ ْد نـعلَم إِنَّه لَيحزن‬


َ َ‫ك الَّذي يـَُقولُو َن فَِإنـَُّه ْم َل يُ َك ّذبُون‬
َ ُ ْ َ ُ ُ َْ

26 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ِ ‫الظَّالِ ِمني ِبَي‬
َِّ ‫ت‬
‫الل َْي َح ُدو َن‬ َ َ
“Sesungguhnya Kami tahu bahwa apa yang mereka katakan
itu menyedihkanmu, (tetapi janganlah bersedih) karena mereka itu
­sebenarnya bukan mendustakanmu, akan tetapi orang-orang yang dz-
alim itu telah mengingkari ayat-ayat Allah” (QS. Al-An’aam: 33)
Juga itu tercatat dalam sejarah da’wah Islam tentang
bagaimana kekalahan mereka dihadapan Al-Qur’an. K ­ ekalahan
itu telah disepakati oleh ahli sejarah secara meyakinkan, ­bahwa
orang-orang Arab telah gagal meniru, yaitu mereka tidak
mampu menelorkan satu perkataanpun yang senilai dengan
Al-Qur’an, meskipun Al-Qur’an telah menantang mereka.
­
Kenyataan itu diabadikan dan dinyatakan Al- Qur’an sendiri:

‫َل‬ ‫الِ ُّن َعلَى أَ ْن َيْتُوا بِِثْ ِل َه َذا الْ ُق ْرآَ ِن‬
ْ ‫س َو‬ُ
ِْ ‫ت‬
ْ‫الن‬ ِ ‫قُل لَئِ ِن اجتَمع‬
ََ ْ ْ
ِ ٍ ِ ِ ِ ِِ
ُ ‫َيْتُو َن بثْله َولَ ْو َكا َن بـَْع‬
‫ض ُه ْم لبـَْعض ظَه ًريا‬
“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin ­berkumpul
untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, pasti mereka ­tidak
dapat membuat yang serupa, sekalipun seluruh dari mereka
­membantunya“(QS. Al -Israa’: 88)
Berdasarkan kepastian yang menyakinkan di atas ­bahwa
kaum Quraisy dan bangsa Arab Secara keseluruhan tidak
­mampu membuat satu ayat pun yang serupa dengan Al-Qur’an,
yakinlah kita bahwa Al-Qur’an terbukti berasal dari Allah dan
merupakan Kalamullah.
Keyakinan dan bukti seperti itu menyebabkan orang-orang
tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
perkataan Muhammad, walaupun Muhammad adalah orang
Arab. Sebab bila orang Arab sendiri tidak mampu menandingi
Al-Qur’an, maka Rasulullah pun sama, tidak ­mampu seperti
­halnya orang Arab yang lain. Lebih daripada itu, ­bagaimana
mungkin Al-Qur’an diciptakan oleh Muhammad, pada-
­
hal ia Nabi yang buta huruf (ummi), sedangkan Al-Qur’an

KULIAH ISLAM I : Aqidah 27


­ engandung kabar masa depan dan sains teknologi yang
m
baru d­ iungkapkan pada abad ini? Juga, bagaimana mungkin
ia ­dikarang oleh Muhammad, sedangkan dia sering menunggu
datangnya Al-Wahyu jika menghadapi persoalan?
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang paling besar di antara
mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad lainnya dan yang paling
ampuh untuk menaklukkan orang-orang yang ingkar t­erhadap
kenabian beliau. Pernyataan seperti ini kita temukan dalam
­Al-Qur’an. Al-Qur’an memiliki sajak yang berbeda dengan
syair-syair yang ada, berbeda dengan isi pidato-pidato, ucapan
dan karangan yang tertulis manapun.
Di antara hikmah yang dapat diambil dari keimanan ­kepada
kitab-kitab-Nya adalah:
a. Kita semakin yakin bahwa Allah tiada bandingnya,
­terbukti dengan tidak adanya manusia yang sanggup
membuat kitab yang sebanding dengan kitab-kitab-Nya,
baik dari segi struktur kata, gaya bahasa, maupun
keindahan perpaduan katanya (kejelasan makna dan
­
­tujuan kalimat).
b. Kita semakin yakin akan Kemahatahuan Allah,
karena di dalam kitab-kitab-Nya terdapat informasi-­
­
informasi masa lalu dan yang akan datang di samping
­informasi-informasi yang aktual hingga akhir zaman.
c. Kita dapat mengetahui kebenaran Rasul-Rasul yang
diutus-Nya, melalui informasi/petunjuk yang diberi-
kan-Nya.
d. Menambah keimanan kita terhadap Keesaan Allah.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul


Iman kepada para utusan-Nya, menunjukkanbahwa semua
Rasul yang diutus-Nya adalah pengemban misi yang sama
­yaitu tauhidullah yang akan membawa keselamatan bagi umat
­manusia di dunia dan akhirat. Di samping itu, ­menunjukkan

28 KULIAH ISLAM I : Aqidah


terdapat aturan dalam beribadah kepada-Nya karena itu
manusia memerlukan penunjuk jalan yaitu seseorang yang
­
­telah ­diutus-Nya. Para utusan Allah adalah orang-orang yang
­terpilih, tidak bisa setiap orang mengklaim dirinya sebagai
­Rasul dan tidak bisa pula setiap orang mengangkat orang lain
menjadi Rasul. Pengangkatan Rasul adalah hak Allah, bukan
hak manusia. Allah berfirman:

…‫ب‬ ِ ٍ ِ َ ِ‫وما أَرس ْلنَا ِمن قـبل‬


ٍّ َ‫ك من َّر ُسول َوَل ن‬ َْ َ ْ ََ
“(Dan) Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul
pun dan tidak pula seorang nabi...”(QS. Al-Hajj: 52)
Seorang Muslim wajib menyakini semua nabi dan Rasul
­sebagaimana firman Allah:

َ ‫يل َوإِ ْس َح‬


‫اق‬ ِ ‫لل وما أُنْ ِزَل إِلَيـنَا وما أُنْ ِزَل إِ َل إِبـر ِاهيم وإِ ْس‬
‫اع‬ َِّ ‫قُولُوا آَمنَّا ِب‬
َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
ِ ِ ِ ‫وسى وعيسى وَما أ‬
‫ُوتَ النَّبيُّو َن م ْن‬ ِ ِ ِ
َ َ َ َ ‫َسبَاط َوَما أُوتَ ُم‬ ْ ‫وب َو ْال‬ َ ‫َويـَْع ُق‬
‫َح ٍد ِمنـْ ُه ْم َوَْن ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬
َ‫يأ‬
ِِ
َ َْ‫َرّب ْم َل نـَُفِّر ُق بـ‬
“Katakanlah (kepada orang-orang Mukmin): ‘Kami beriman
kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak
cucunya, dan apa yang diturunkan kepada Musa dan Isa, serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya, Kami tidak mem-
beda-bedaan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 136).
ِ َ ‫ورسالً قَ ْد قَصصنَاهم علَي‬
‫ك‬
َ ‫ص ُه ْم َعلَْي‬
ْ‫ص‬ُ ‫ك من قـَْب ُل َوُر ُسالً َّلْ نـَْق‬ ْ َ ُْ ْ َ ُ َُ

“(Dan) sesungguhnya telah Kami utus beberapa Rasul sebelum
kamu. Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan
di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepada-
mu…” (QS. An Nisaa: 164)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 29


Semua nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad ­diutus
Allah untuk suatu bangsa tertentu (baik satu atau beberapa
generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu ­periode ­tertentu.
­Daerah atau wilayah da’wah dari seorang nabi ­serta masa ­berlaku
syariatnya pun terbatas sampai datangnya R ­ asul p
­ enggantinya.
Semua nabi dan Rasul, risalah da’wah ­mereka terbatas dan
bersifat l­
­ okal, kecuali risalah da’wah Nabi ­ Muhammad
yang ­bersifat universal. Tentang keuniversalan r­isalah Nabi
­Muhammad, ­Allah telah menegaskan sendiri ­dalam Al-Qur’an
pada ­beberapa ayat dan surat, antara lain:

ِ ‫َّاس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َولَ ِك َّن أَ ْكثـََر الن‬


‫َّاس َل‬ ِ ‫اك إَِّل َكافَّةً لِلن‬
َ َ‫َوَما أ َْر َس ْلن‬
‫يـَْعلَ ُمو َن‬
“(Dan) Kami tidak mengutus melainkan bagi ummat manusia
seluruhnya,sebagai pembawa berita gembira dan pemberi ­peringatan.
Tetapi kebanyakan manusia tidak (mau) mengetahui.” (QS.
Saba: 28)
Awal dari para nabi adalah Adam dan akhir para nabi
adalah Muhammad. Kenabian Adam diperjelas oleh Allah
­
­dalam ­firman-Nya:

‫الرِح ُيم *قـُْلنَا‬ ِ ٍ ِ ِِ ِ


ُ ‫اب َعلَْيه إِنَّهُ ُه َو التـََّّو‬
َّ ‫اب‬ َ َ‫فـَتـَلَ َّقى آَ َد ُم م ْن َربّه َكل َمات فـَت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫اي فَ َل‬ َ ‫ْاهبطُوا منـَْها َج ًيعا فَإ َّما َيْتيـَنَّ ُك ْم م ِّن ُه ًدى فَ َم ْن تَب َع ُه َد‬
‫ف َعلَْي ِه ْم َوَل ُه ْم َْيَزنُو َن‬
ٌ ‫َخ ْو‬
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari ­Rabb-Nya.
Maka, Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turun-
lah kamu dari jannah itu, Kemudian jika datang petunjuk-Ku,
maka siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, pastilah tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”
(QS. Al-Baqarah: 37-38).

30 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Adapun kenabian Muhammad, dapat dibuktikan ­secara
aqli dengan Al-Qur’an. Ia adalah Kalamullah, yang t­elah
­membungkam orang-orang kafir, terdiam tak ­mampu
mendatangkan satu surat saja semisal Al-Qur’an. Hal ini
­
menjadi dalil yang meyakinkan bahwa Muhammad adalah
­
­seorang nabi dan Rasul. Sebab, suatu mukjizat hanya diberikan
Allah kepada para nabi dan Rasul. Allah berfirman:

‫ب ِمَّا نـََّزلْنَا َعلَى َعْب ِد َن فَأْتُوا بِ ُس َورٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه َو ْادعُوا‬ ٍ ْ‫وإِ ْن ُكنـْتُم ِف ري‬
َ ْ َ
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫صادق‬ َ ‫الل إ ْن ُكنـْتُ ْم‬َّ ‫ُش َه َداءَ ُك ْم م ْن ُدون‬
“(Dan) jika kalian (tetap) meragukan Al-Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka ­buatlah satu
surat (saja) yang semisal Al-Qur’an dan ajaklah para ­penolong ­selain
Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah:
23)
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari keimanan ­kepada
para utusan-Nya ini adalah :
a. Menambah keyakinan kita pada ­kemahabijaksanaan-Nya
yang tidak membiarkan para hamba-Nya dalam k­ esesatan,
sehingga diutuslah para Rasul untuk ­menjabarkan tata
cara beribadah yang benar.
b. Menambah keyakinan kita bahwa jalan yang benar itu
hanya satu, yaitu jalan Allah, sehingga sejak Nabi Adam
hingga Nabi Muhammad misi yang diemban hanya satu
yaitu tauhidullah.
c. Para Rasul-Nya bukanlah manusia biasa, ­ melainkan
manusia pilihan. Oleh karenanya kita tidak bisa
menyamakan kedudukan kita setara dengan mereka,
­
sehingga tidak layak bagi kita untukmelecehkan atau
mengingkari mereka.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 31


5. Iman kepada Hari Akhir
Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia akan
musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan kehidupan
kedua di alam akhirat. Keyakinan terhadap alam akhirat/hari
Kiamat ini merupakan bagian dari rukun iman (dasar-dasar
keimanan). Adapun bukti-bukti adanya hari Kiamat, sekaligus
dalil keimanannya, berasal dari wahyu (ayat-ayat) Allah dan
hadits Rasul. Dasar pemahamannya berdasarkan dalil naqli,
bukan dalil aqli. Sebab, hari Kiamat adalah sesuatu yang tidak
terjangkau panca indra manusia, sehingga akal tidak mampu
menemukannya dengan pasti berdasarkan usaha pengindaraan
terhadap sesuatu. Tanpa adanya berita tentang hari Kiamat
dari wahyu Allah, maka manusia tidak mengetahui apakah ada
atau tidak hari kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari
­kebangkitan itu, juga apakah masih ada atau tidak kehidupan
sesudah mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati
itu? Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari Kiamat
tersebut di antaranya adalah:

‫ين َك َفُروا أَ ْن لَ ْن يـُبـَْعثُوا قُ ْل بـَلَى َوَرِّب لَتـُبـَْعثُ َّن ُثَّ لَتـُنـَبـَُّؤ َّن ِبَا‬ ِ َّ
َ ‫َز َع َم الذ‬
ِ َِّ ‫ك علَى‬ ِ ِ
ٌ‫الل يَسري‬ َ َ ‫َعم ْلتُ ْم َو َذل‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka
s­ekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak demikian.
Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian
akan diberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Hal
demikian adalah mudah bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun: 7)
Iman kepada hari Kiamat adalah iman kepada hari
berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan
­
makhluk di alam semesta yang fana ini, kemudian Allah ­pasti
menghidupkan kembali semua makhluk yang telah mati,
membangkit-hidupkan tulang-belulang yang sudah hancur,
mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah sebagaimana
asalnya, dan mengembalikan ruh pada jasad seperti sedia kala.

32 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Manusia selalu bertanya kapankah terjadinya hari Kiamat.
Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti dan tepat,
kapan terjadinya. Allah berfirman:

‫اها قُ ْل إَِّنَا ِع ْل ُم َها ِعْن َد َرِّب َل ُيَلِّ َيها‬ ِ ‫الس‬


َ َّ ‫ك َع ِن‬
َ ‫اعة أ ََّي َن ُم ْر َس‬ َ َ‫يَ ْسأَلُون‬
ً‫ض َل َتْتِي ُك ْم إَِّل بـَ ْغتَة‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ
ِ ‫ات َو ْال َْر‬ َ َ َّ ‫ت ِف‬ ْ َ‫ل َوقْت َها إَِّل ُه َو ثـَُقل‬
َِّ ‫يسأَلُونَك َكأَنَّك ح ِفي عنـها قُل إَِّنَا ِع ْلمها ِعْن َد‬
‫الل َولَ ِك َّن أَ ْكثـََر‬ َُ ْ َْ َ ٌّ َ َ َ َْ
ِ ‫الن‬
‫َّاس َل يـَْعلَ ُمو َن‬
“Mereka menanyakan kepadamu tentang hari Kiamat:
“­Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan
tentang hari Kiamat itu ada sisi Rabbku. Tidak seorangpun yang
dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu
amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan d­ i bumi.
Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melaikan dengan tiba-­
tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya ­pengetahuan tentang
Hari Kiamat itu ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 187)
Al-Qur’an menerangkan bahwa hari Kiamat terjadi setelah
ditiupnya sangkakala pertama oleh Malaikat Israfil. Pada saat
itu, semua makhluk binasa kecuali mereka yang dikehendaki
oleh Allah. Firman Allah :

‫ض إَِّل َم ْن‬
ِ ‫ات َوَم ْن ِف ْال َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ َ‫الصوِر ف‬ ِ
َ َ َّ ‫صع َق َم ْن ف‬ َ ُّ ‫َونُف َخ ِف‬
‫ُخَرى فَِإ َذا ُه ْم قِيَ ٌام يـَْنظُُرو َن‬ ِ ِ ِ َّ ‫َشاء‬
ْ ‫اللُ ُثَّ نُف َخ فيه أ‬ َ
“(Dan) ditiuplah sangkakala, maka matilah apa yang ada di
langit dan bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian
ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Iman kepada hari akhir memberi kita semangat ­untuk t­ erus
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas amal ­perbuatan kita,
sehingga semuanya bernilai ibadah dan dapat dijadikan bekal

KULIAH ISLAM I : Aqidah 33


untukperjalanan menuju kehidupan yang kekal abadi di akhirat
nanti. Di samping itu, iman pada hari akhir akan menambah
keyakinan kita kepada keimanan kepada Allah yang m
­ empunyai
sifat Mahaadil dan Mahabijaksana karena di akhirat nanti
­manusia akan diberi balasan sesuai dengan amalan-amalannya.

َ ‫ال َذ َّرٍة َخيـًْرا يـََرهُ * َوَم ْن يـَْع َم ْل ِمثـَْق‬


ُ‫ال َذ َّرٍة َشًّرا يـََره‬ َ ‫فَ َم ْن يـَْع َم ْل ِمثـَْق‬
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarah,
niscaya ia akan mendapatbalasannya, dan barangsiapa yang
­
mengerjakan kejahatan sebesar dzarah pun, niscaya ia akan
­
mendapat ­balasannya.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Karena itu iman kepada hari akhir mempunyai dampak
positif bagi kehidupan seseorang, yakni:
a. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah
dan senantiasa mengharapkan pahala pada hari ­Kiamat.
Ia akan berusaha menjauhi segala larangan-Nya karena
takut siksaan kelak di kemudian hari.
b. Menghibur dan mendorong agar bersabar bagi ­Mukmin
bahwa kebahagiaan (kesenangan, ­kesejahteraan) yang
belum diperolehnya di dunia akan diterimanya di
kemudian hari.
Bagi kaum Muslimin, iman kepada hari Kiamat ­sesungguhnya
akan berdampak kuat bagi setiap amal ­perbuatannya. Bagi
mereka yang beriman, maka mereka ­
­ pasti akan berlomba-­
lomba menjalankan semua perintah Allah ­berupa Syariat yang
telah diturunkan kepada Rasul-Nya, ­Muhammad yaitu Syariat
Islam.
Hari Kiamat merupakan hari yang pasti datang. Seluruh
manusia akan menemuinya, baik secara suka rela maupun
terpaksa. Sesungguhnya siksaan maupun kenikmatan yang
­diterima setiap manusia merupakan akibat logis dari seluruh
amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.

34 KULIAH ISLAM I : Aqidah


6. Iman kepada Taqdir Allah
Iman kepada takdir merupakan sesuatu yang wajib bagi
setiap Muslim, sebab hal ini memiliki sandaran nash-nash
­Al-Qur’an yang pasti (qath’i) serta dijelaskan oleh ­Rasulullah
dalam sunnahnya yang mutawatir. Berbeda dengan iman
­kepada ‘Qadha dan Qadar’, ia bukan lahir dari nash-nash syara’
secara langsung. Istilah ‘Qadha dan Qadar’, sebagai istilah ter-
tentu yang bermakna tertentu pula, tidak didapatkan dalam
Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Kalau kita kaji dari buku-buku
hadits, kita tidak akan menemukan masalah ini (qadha dan
­qadar). Kita hanya akan menemukan pembahasan taqdir (atau
al-qadar yang bermakna takdir). Di dalam Al-Qur’an sendiri
tidak ada istilah ‘qadha dan qadar’ yang digabungkan itu dan
keduanya hanya ditemukan terpisah.
Tiadanya istilah qadha dan qadar (yang digabungkan,
dan memiliki makna tertentu pula) tersebut, karena memang
masalah ini baru muncul pada masa tabi’in (setelah masa
­
­shahabat), pada akhir abad pertama Hijriyah (awal abad kedua
Hijriyah).
Qadar secara bahasa memiliki banyak makna ­misalnya;
­qadarul amri artinya mengurusi, qadarusy-syai bi syai ­artinya
mengukur, memperbandingkan, membagi, qadarur-rizqihi
­
­artinya menyempitkan rizqinya
Qadar secara istilah adalah ketentuan Allah terhadap
­sesuatu semenjak azali, sesungguhnya Allah telah ­menentukan
segala sesuatu yang akan terjadi baik berupa benda-benda
maupun perbuatan-perbuatan sebelum semua itu diciptakan.
Firman Allah :

ِ ِ ِ
َ ‫فَأ َْنَيـْنَاهُ َوأ َْهلَهُ إَّل ْامَرأَتَهُ قَد َّْرَن َها م َن الْغَاب ِر‬
‫ين‬
“Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali ­istrinya.
Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan).” (QS. An-Naml: 57)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 35


Maksud ayat tersebut, Allah telah mencatatkan hal yang
d­emikian itu dan menakdirkannya semenjak azali. Firman
­Allah :

… ‫اللُ لَنَا‬
َّ ‫ب‬ َِّ ِ
َ َ‫قُ ْل لَ ْن يُصيبـَنَا إل َما َكت‬
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami
­melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami...”
(QS. At-Taubah: 51)
Maksudnya, Allah telah menetapkan bagi manusia segala
sesuatu semenjak azali sebelum manusia diciptakan.

‫اب ِم ْن‬
ٍ َ‫ض وَل ِف أَنـُْف ِس ُكم إَِّل ِف كِت‬
ْ ِ ٍ ِ ِ َ ‫َص‬
َ ِ ‫اب م ْن ُمصيبَة ف ْال َْر‬ َ ‫َما أ‬
ِ َِّ ‫ك علَى‬ ِ
ٌ‫الل يَسري‬ َ َ ‫قـَْب ِل أَ ْن نـَبـَْرأ ََها إِ َّن َذل‬
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis d­alam kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadiid:
22)
Maksudnya, tidak ada yang menimpa di bumi dan menimpa
diri manusia melainkan telah tercatat di Lauh Mahfuzh dengan
pengertian bahwa Allah telah mengetahui semuanya sebelum
Dia menciptakannya dan dituliskan di Lauhul Mahfuzh (kitab
induk dan gambaran umum luasnya ilmu Allah ).
Inilah pengertian sederhana dari takdir yang telah ­dijelaskan
oleh Al-Qur’an dan hadits Rasulullah . Dengan kata lain ­takdir
adalah catatan (ilmu Allah) yang menyeluruh tentang ­segala
sesuatu. Yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu‘, termasuk
­
benda-benda, manusia amal perbuatannya, makhluk hidup lain,
dan lain-lain; semuanya telah tercatat/diketahui oleh Allah dan
dituliskan di Lauhul Mahfuzh.

36 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫إِ َّن ُك َّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَاهُ بَِق َد ٍر‬
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut
taqdirnya/ukurannya” (QS. Al-Qamar: 49).
“Bagi setiap ummat akan muncul segolongan ­manusia
yang berperilaku seperti Majusi.Orang-orang Majusi
­mengatakan bahwa tidak ada takdir. Jika di antara ­mereka
ada yang meninggal, maka janganlah kalian menghadiri
jenazahnya. Jika mereka sakit, janganlah dijenguk, (sebab)
mereka adalah (sama dengan) golongan Dajjal. Memang
pantas dengan ketentuan tersebut,yaitu menghubung-
kan perilaku mereka yang mirip dengan Dajjal, adalah
­ketentuan yang hak (benar) dari Allah .”(HR. Abu Dawud
dari Hudzaifah)
“Rasululah suatu hari duduk-duduk (bersama para
shahabat). Di tangan beliau ada sepotong kayu, lalu
­dengan kayu tersebut beliau menggores-gores (tanah). lalu
nabi mengangkat kepala dan berkata: “Setiap kalian yang
­bernyawa sudah ditetapkan tempatnya di Jannah ­(surga)
dan Jahannam: para shahabat (terkejut) lalu bertanya:
­“Kalau demikian ya Rasullah apa gunanya kita beramal?
apakah tidak lebih baik kita bertawakal saja (kepada t­ akdir)?
Beliau menjawab: “jangan! tetaplah beramal, setiap orang
akan dimudahkan oleh Allah jalan yang sudah ditentukan
baginya”. Lalu Rasullah membaca surat Al-Lail ayat 5-10”.
(Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi)
Bagian keimanan ini memerlukan pembahasan yang
k­ husus karena banyak masalah yang harus diperhatikan agar
tidak menyimpang dari ketauhidan kita kepada Allah . Oleh
karena itu, pada uraian ini hanya akan dibahas mengenai
­beberapa ­hikmah yang dapat direnungi dari buah iman kepada
takdir-Nya, yaitu :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 37


a. Sifat Kemahatahuan dan Kemahabijaksanaan Allah tidak
ada yang mampu menandingi-Nya, sehingga kebaikan dan
keburukan menurut pandangan Allah ada kalanya berbeda
dengan apa yang ada pada pandangan manusia.

ِ ِ‫الَب‬ ِ ُ ِ‫الَب‬
َ‫الل‬
َّ ‫يث فَاتـَُّقوا‬ ْ ُ‫ك َكثـَْرة‬
َ َ‫ب َولَ ْو أ َْع َجب‬ ُ ّ‫يث َوالطَّي‬ ْ ‫قُ ْل َل يَ ْستَ ِوي‬
‫اب لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن‬
ِ ‫ُول ْالَلْب‬
َ ِ ‫َي أ‬
“Katakanlah: ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, bertaqwalah
kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu ­beruntung.”
(QS. Al-Maidah: 100)
b. Sifat Kemahaadilan Allah memberikan kebebasan ­bertindak
bagi manusia, sehingga manusia bebas b ­erjalan tanpa
­paksaan untuk menentukan jalannya (dengan ­sebelumnya
telah diberi petunjuk oleh Tuhannya)

‫الَ ُّق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ فـَْليـُْؤِم ْن َوَم ْن َشاءَ فـَْليَ ْك ُف ْر‬


ْ ‫َوقُ ِل‬
“Katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
b­ arangsiapa ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa
ingin kafir maka biarlah ia kafir...” (QS. Al-Kahfi: 29)
Hal ini juga disebutkan dalam sabda Rasulullah sebagai
berikut:

‫هلل َوَم َلئِ َكتِ ِه ِوُكتُبِ ِه َوُر ُسلِ ِه َوالْيـَْوِم ْال ِخ ِر َوتـُْؤِم َن‬
ِ ‫اَِْل ْيا ُن أَ ْن تـؤِمن ِب‬
َ ُْ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ
.)‫(رَواهُ ُم ْسل ٌم‬َ ‫بلْ َق ْدر َخ ْيه َو َشِّره‬
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
­
kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang
­
­buruk” (HR. Muslim).

38 KULIAH ISLAM I : Aqidah


D. Sumber Aqidah Islam
Aqidah adalah taufiqiyah. Artinya, tidak bisa d­itetapkan
kecuali dengan dalil syari’i, tidak ada medan ijtihad yang
berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumber-
­
nya terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan
­As-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih ­mengetahui
tentang Allah , tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya dan
apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri.
Dan ­tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui
­tentang Allah ­selain Rasululullah . Oleh karena itu manhaj Salafu
­Shalihdan para pengikutnya dalam mengambil kaidah terbatas
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
­Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an
dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib diimani (diyakini
dan diamalkan).
Maka segala apa pun yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an
dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya,
­meyakininya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak
ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka menolak
dan menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada ­pertentangan
di antara mereka di dalam i’tiqad. Bahkan aqidah mereka
­adalah satu dan jama’ah mereka juga satu. Karena ­Allah sudah
­menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul-Nya dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah
dan kesatuan manhaj. Allah berfirman:

. . .‫ج ًيعا َوَل تـََفَّرقُوا‬ َِّ ‫صموا ِبب ِل‬


َِ ‫الل‬ ِ
َْ ُ َ‫َو ْاعت‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
­Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS. Ali ‘Imran
{3}: 103).
ِ ‫فَِإ َّما يْتِيـنَّ ُكم ِم ِن ه ًدى فَم ِن اتـَّبع ه َداي فَ َل ي‬...
‫ض ُّل َوَل يَ ْش َقى‬ َ َ ُ ََ َ ُ ّ ْ َ َ

KULIAH ISLAM I : Aqidah 39


“...Maka jika datang kepadamu petunjuk dari pada-Ku, ­lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka.” (QS. Thaha {20}: 123)
Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan
yang selamat). Sebab Rasulullah telah bersaksi bahwa mereka-
lah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya itu di ­Neraka,
kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu
­beliau menjawab:

ِ ِ
.)‫َحَ ُد‬
ْ ‫(رَواهُ أ‬ ْ ‫ُه ْم َم ْن َكا َن َعلَى مثْ ِل َما أ ََن َعلَْيه الْيـَْوَم َوأ‬
َ ‫َص َح ِاب‬
“Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang
sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para sahabatku.”
(HR. Ahmad).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi
­hanya berfungsi memahami nash-nash yang teradapat ­dalam
kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan –
­membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh
Al-Qur’an dan Sunnah. Itu pun harus didasari oleh suatu
kesadaran ­
­ bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai
­dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah. Akal
tidak akan mampu menjangkaumasail ghaibiyah(masalah ghaib),
­bahkan akal tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang ­tidak
­terikat dengan ruang dan waktu. Misalnya akal tidak akan
­mampu ­menjawabpertanyaan kekal itu sampai kapan? Atau
akal tidak akan mampu menunjukkan tempat yang tidak ada
di darat, di udara, di lautan dan tidak ada dimana-man. ­Karena
kedua hal tersebut tidak terikat dengan waktu dan ruang. Oleh
­sebab itu akal tidak boleh dipaksakan untukmemahami ­hal-hal
ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala sesuatu ­tentang
hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau
bisakah kejujuran si pembawa berita tentang hal-hal ghaib
­
tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh akal pikiran? Hanya itu.

40 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Untuk lebih mendalami sejauh mana fithrah dan akal
­ erperan dalam masalah aqidah ada baiknya diikuti uraian dari
b
­Syekh Ali Thantawi tentang hal itu dalam bukunyaTa’rifAm bi
Dinil Islam, fasalQawa’idul ‘Aqaid.

E. Beberapa Kaidah Aqidah


1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yaki-
ni adanya, kecuali bila akal saya mengatakan “tidak”
berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya pertama kali melihat sepotong kayu di
dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok atau ­melihat
tiang-tiang listrik bergerak dilihat dari jendela kereta api
yang sedang berjalan, atau melihat fatamorgana, tentu
saya akan membenarkannya. Tapi bila terbukti kemudian
hasil penglihatan indera saya itu salah, maka untuk kedua
­kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung
­mengatakan tidak demikian hal yang sebenarnnya.

2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan ­menyaksikan


langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini
­karena ­kejujuran si pembawa berita.
Banyakhal yang memang tidak atau belum kita saksikan
sendiri tapi kita meyakini adanya. Misalnya Anda belum
pernah ke India, Brazil, atau ke Mesr, tapi Anda ­meyakini
negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah,­
­tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah, tentang kerajaan­
Majapahit, tentang Iskandar Zulkarnain dan lain-lain, Anda
meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang
Anda terima dari sumber yang dipercaya. Bahkan, k­ alau
seseorang memperhatikan apa-apa yang diyakini adanya,
ternyata yang belum disaksikannya lebih banyak dari yang
sudah disaksikannya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 41


3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu,
hanya karena Ada tidak bisa menjangkaunya dengan
indera mata.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. ­Telinga
tidak bisa mendengar suara semut dari jarak dekat
­sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari ­jarah
jauh. D
­ i sebuah ruang yang sepi dan sunyi Anda tidak bisa
­mendengarapa-apa, padahal di udara – dalam ruangan itu –
ada bermacam-macam suara dari berbagai ­macam pemacar
­­
radio. Oleh sebab itu, seseorang tidak bisa m ­ emungkiri
wujudnya sesuatu hanya karena inderanyatidak bisa
­menyaksikannya.

4. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang


sudah pernah dijangkau oleh inderanya.
Khayal manusia pun terbatas. Anda tidak akan bisa
mengkhayalkan sesuatu yang baru sama sekali. Waktu Anda
mengkhayalkan kecantikan seseorang secara fiktif, Anda
akan menggabung-gabungkan unsur-unsur ­kecantikan dari
banyak orang yang sudah pernah Anda saksikan. Begitu
juga seorang arsitek, tatkala merancang sebuah gedung
yang paling indah, hanya menggabung-gabungkan unsur
keindahan yang pernah dia lihat dari beberapa gedung
­lainnya. Khayal memang sangat terbatas. Terikat dengan
hukum-hukum tertentu.

5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat


­dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik ­berjalan
waktu kita menyaksikannya lewat jendela kereta api,
akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa
­memahami dan menjangkau segala sesuatu? ­Tidak. Karena
kemapuan akal pun terbatas. Akal tidak bisa ­menjangkau
sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
­Bisakah Anda menunjukkan tempat sebuah negeri kalau
negeri itu tidak ada di daratan, lautan, udara dan tidak

42 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ada di ­mana-mana. Bisakah akal Anda menjelaskan kapan
­terjadi sesuatu peristiwa, kalau peristiwa itu tidak terjadi
dulu, ­sekarang dan tidak juga pada masa yang akan datang?

6. Iman adalah fithrah setiap manusia.


Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya ­Tuhan.
Pada saat seseorang – termasukyang mengaku tidak
­bertuhan – kehilangan harapan hidup, padahal dia masih
ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk meminta
kepada Tuhan. Bila Anda masuk hutan dan terperosok
ke dalam lubang, pada saat Anda kehilangan harapan un-
tuk bisa keluar dari lubang tersebut, Anda akan berbisik:
Oh Tuhan! Sekalipun sebelumnya Anda tidak pernah
­menyebut nama Tuhan. Tapi fithrah itu hanya potensi
dasar, yang perlu dikembangkan dan dipelihara, karena
­fithrah b
­ isatertutup oleh berbagai macam hal.

7. Kepuasan material di dunia sangat terbatas.


Manusia tidak akan puas dengan material. Seorang
yang ­belum punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah
­punya sepeda, ingin punya motor dan seterusnya sampai
­mobil, peat dan lain-lain. Bila keinginannya tercapai dan
­berubah menjadi sesuatu yang “biasa”, maka dia tidak lagi
­merasakan kepuasan. Dia akan selalu ingin lebih dari apa
yang ­didapatnya secara material. Oleh sebab itu, manusia
memerlukan alam lain sesudah dunia ini untuk mendapat-
kan kepuasan yang hakiki.

8. Keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi


­logis dari keyakinan tentang adanya Allah.
Jika Anda beriman kepada Allah, tentu Anda beriman
­dengan sifat-sifat Allah, termasuk sifat “adil”. Kalau tidak
ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilah Allah itu
terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat m ­ enanggung
akibat semua kejahatannya tersebut? Bukankah tidak semua
orang yang berbuat baik merasakan hasil k­ ebaikannya itu?

KULIAH ISLAM I : Aqidah 43


Bila Anda menonton film, bila ceritanya belum ­selesai sudah
dituliskan di layar “Tamat”, bagaimana ­komentar Anda?
Oleh sebab itu, iman Anda dengan Allah ­menyebabkan
Anda beriman dengan adanya alam lain ­sesudah alam ­dunia
ini yaitu Hari Akhir.

F. FungsiAqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untukmendirikan ­bangunan.
Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, haruslah
­semakin kokoh fondasi yang mesti dibuat. Kalau fondasinya
lemah, maka bangunannya pun akan cepat roboh. Tidak ada
bangunan tanpa fondasi.
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistematika Aqidah,
­Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalah, atau Aqidah, Syari’ah dan
Akhak atau Iman, Islam, Ihsan, maka ketiga aspek atau ­keempat
aspek di atas tidak dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain
salingterikat.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermu’amalah dengan baik. Ibadah seseorangtidak
akan diterima oleh Allah kalau tidak dilandasi dengan aqidah.
Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki
aqidah yang benar. Begitu seterusnya bolak-balik dan bersilang.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari ­kewajiban
formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari
aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura melaksanakan ajaran
formal Islam, tapi Allah tidak akan memberi nilai kalau tidak
dilandasi dengan aqidah yang benar (iman).
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah selama 13 tahun
­periode Mekkah memusatkan dakwahnya untuk ­membangun
aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam
­dengan ­mudah bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan
itu akan bertahan terus sampai hari kiamat kelak.

44 KULIAH ISLAM I : Aqidah


G. Penyimpangan Aqidah dan Solusinya
1. Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran
dan kesesatan. Karena aqidah yang benar merupakan ­motivator
utama bagi amal yang bermanfaat.
Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi ­mangsa
bagi persangkaat dan keragu-raguan yang lama-kelamaan
­mungkin menumpuk danmenghalangi dari pandangan yang
­benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya
terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dan
menyudahi hidup, sekali pun dengan bunuh diri, ­sebagaimana
yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan h ­ idayah
aqidah yang benar. Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah
yang benar merupakan masyarakatbahimi (hewani), ­tidak
memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun ­
­ mereka
berelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret
­
mereka pada kehancuran, sebagaimana yang telah terjadi pada
­masyarakat Jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi
memerlukantaujih (pengarahan) dalam ­ penggunaannya, dan
­tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah shahihah.
Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari
­kekuatanmadiyah(materi). Jika hal itu dilakukan dengan
­menyeleweng kepada aqidah bathil, maka kekuatan materi akan
berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak, ­seperti
yang terjadi di negara-negara kafir yang memiliki banyak ­materi,
tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.
Adapun sebab-sebab penyimpangan dari aqidah
­shahihahyang harus kita ketahui antara lain:
a. Kebodohanterhadap aqidah shahihah, karena tidak mau
(enggan) mempelajari dan mengajarkannya, atau ­karena
kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh
suatu generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah-
dan juga tidak mengetahui lawan atau ­kebalikannya.
Akibatya, mereka meyakini yang hak sebagai sesuatu

KULIAH ISLAM I : Aqidah 45


yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang hak.
Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar RA:

ُ ‫ال ْس َلِم َم ْن يـَْع ِر‬


‫ف‬ ِْ ‫ال ْس َلِم عُروًة إِ َذا نَ َشأَ ِف‬
َْ
ِْ ‫ض َعرى‬ َِّ
َ ُ ‫إنَا تـُنـَْق‬
َ‫اهلِيَّة‬
ِ ‫ال‬
َْ
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi
satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh
tanpa mengenal kejahiliyahan”.
b. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari
bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil,
dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun
hal itu benar. Sebagaimana yang difirmankan Allah :

‫اللُ قَالُوا بَ ْل نـَتَّبِ ُع َما أَلْ َفيـْنَا َعلَْي ِه‬


َّ ‫يل َلُُم اتَّبِعُوا َما أَنـَْزَل‬ ِ‫وإِ َذا ق‬
َ َ
‫آَ َبءَ َن أ ََولَ ْو َكا َن آَ َب ُؤُه ْم َل يـَْع ِقلُو َن َشيـْئًا َوَل يـَْهتَ ُدو َن‬
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa
yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
(QS. Al-Baqarah {2}: 170).
c. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat ­ manusia
dalam masala aqidah tanpa mengetahui dalilnya
­
dan tanpa menyelidiki seberapajauh kebenarannya.
Sebagaimana yangterjadi pada golongan-golongan
­
seperti Mu’tazilah, Jahmiyah, dan lainnya. Mereka
ber-taqlidkepada orang-orang sebelum mereka dari
para imam sesat,sehingga mereka juga sesat, jauh dari
aqidahshahihah.
d. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan
orang-orang shalih, serta mengangkat m
­ ereka di atas

46 KULIAH ISLAM I : Aqidah


derajat yang tidak semestinya, sehingga m
­ eyakini pada
diri mereka sesuatu yang tidak mampu ­ dilakukan
kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan
­
kemanfaatan maupun menolak kemudharatan. Juga
­
menjadikan para wali itu sebagai perantara ­ antara
Allah dan ­
­ makhluk-Nya, sehingga sampai pada
­tingkat ­penyembahan para wali tersebut dan ­bukan
­menyembahAllah. Mereka ­ber-taqarrub kepada ­kuburan
para wali itu dengan ­ hewan qurban, nadzar, do’a,
­istighatsah dan meminta pertolongan. ­ Sebagaimana
yang terjadi pada kaum Nabi Nuh AS terhadap orang-
orang shalih ketika mereka berkata:

ِ
‫وث‬ ً ‫َوقَالُوا َل تَ َذ ُر َّن آَلتَ ُك ْم َوَل تَ َذ ُر َّن َوًّدا َوَل ُس َو‬
َ ُ‫اعا َوَل يـَغ‬
‫وق َونَ ْسًرا‬
َ ُ‫َويـَع‬
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu
­meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan
pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd,
dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr” (QS.
Nuh {71}: 23).
Dan demikianlah yang terjadi pada para pengagung
kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
e. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah
yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayatkauniyah)
dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam Kitab-Nya
(ayat-ayat Qur’aniyah). Di samping itu, juga terbuai
dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-­
sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi
­manusia ­semata, sehingga mereka mengagung-agung-
kan ­manusia serta menisbatkan seluruh kemajuan ini
­kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.
Sebagaimana kesombongan Qarun yang mengatakan:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 47


...‫ال إَِّنَا أُوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِعْن ِدي‬
َ َ‫ق‬
“Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya aku diberi harta
hanyalah karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qa-
shash {28}: 78).
Dan sebagaimana perkataan orang lain yang juga
­sombong.

…‫…ه َذا ِل‬


َ
“...Ini adalah hakku...”(QS. Fushshilat {41}: 50).
Mereka tidak berpikir dan tidak pula melihat
­keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan
yang telah menimbun berbagai macam keistimewaan
di ­dalamnya. Juga yang telah menciptakan manusia
lengkap dengan bekal keahlian dan kemampuan guna
menemukan k­eistimewaan-keistimewaan alam serta
­memfungsikannya dengan kepentingan manusia.

‫ت اَمَو ْمُكَقَلَخ ُهَّللاَو‬


َ ‫َنوُلَمْع‬
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa
yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash-Shaffat {37}: 96).
f. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong
dari pengarahan yang benar (menurut Islam). Padahal
­Baginda Rasul telah bersabda:

‫صَرانِِه أ َْو‬
ِ ِِ ِ ٍ
ّ َ‫ُك ُّل َم ْولُْود يـُْولَ ُد َعلَى الْفطَْرِة فَأَبـََواهُ يـَُه ِّوَدانه أ َْو يـُن‬
.)‫(رَواهُ الْبُ َخا ِري‬ ِِ ِ
َ ‫ُيَ ّج َسانه‬
“Setiap bayi itu dilahirkan atas dasar fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang (kemudian) m ­ embuatnya
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR.
Bukhari).

48 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Jadi, orangtua mempunyai peranan besar dalam
meluruskan jalan hidup anak-anaknya.
g. Enggannya media pendidikan dan media ­ informasi
melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan
­kebanyakan tidakmemberikan perhatian yang cukup
terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang
tidak peduli sama sekali. Sedangkan media ­informasi,
baik media cetak maupun elektronik berubah ­menjadi
sarana penghancur dan perusak, atau paling titdak
­hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat ­materi
dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal
yang dapat meluruskan moral dan menanamkan
aqidah ­serta menangkis aliran-aliran sesat. Dari sini,
muncullah ­
­ generasi-generasi yang berperang tanpa
senjata yang tak berdaya di hadapan pasukan ­kekufuran
yang lengkap persenjataannya sekaligus berbagai jenis
­amunisinya.

2. Solusinya
Cara menanggulangi penyimpangan ini teringkas dalam
poin berikut ini:
a. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
­untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para
Salafus Shalihmengambil aqidah mereka dari ­keduanya.
Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali
apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya. Juga
dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan ­mengenal
syubhat-syubhatmereka untuk kita bantah dan kita
­waspadai, karena siapa yang tidak mengenal keburukan,
ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah,
aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi
jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi
yang ketat dalam menyajikan materi ini.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 49


c. Harus ditetapkan kitab-kitabsalafyang bersih sebagai
materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitabkelompok
penyeleweng harus dijauhkan.
d. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat
­Islam dengan mengajarkan aqidahsalafserta menjawab
dan menolak seluruh aqidah batil.

50 KULIAH ISLAM I : Aqidah


SOAL LATIHAN

1. Jelaskan makna Aqidah secara bahasa dan istilah..?


2. Sebutkan Istilah-istilah lain yang maknanya sepadan den-
gan Aqidah..!
3. Jelaskan ruang lingkup Aqidah.?
4. Jelaskan pemahaman anda mengenai sumber aqidah Islam.?
5. Jelaskan fungsi aqidah dalam kehidupan sehari-hari.?
6. Sebutkan dan jabarkan contoh penyimpangan Aqidah da-
lam lingkungan anda.!
7. Berikan solusi yang bisa anda berikan untuk meluruskan
penyimpangan tersebut di atas.?

KULIAH ISLAM I : Aqidah 51


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Aqidah sejumlah kebenaran yang dapat
­diterima secara umum (aksioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
(olehmanusia) di dalam hati (serta)
diyakini kesahihan dan keberadaan-
nya (secara pasti) dan ditolak segala
­sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Iman Sesuatu yang diyakini di dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota tubuh.

Tauhid bersal dari kata wahhada-­yuwahhidu-


tauhidan yang artinya “esa/­tunggal”.
Ini merujuk pada sifat Allah yang
tunggal.
Ushulud- merupakan bahasa Arab yang artinya
din pokok-pokok agama.

52 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Ilmu ka- Kalam artinya berbicara, atau
lam ­pembicaraan. Aqidah Dinamai ­dengan
Ilmu Kalam karena banyak dan ­luasnya
dialog dan perdebatan yang terjadi di
antara pemikir masalah-­masalah aqidah
Fiqih Artinya fiqih besar.
­akbar
Ilahiyat. Adalahpembahasan tentang segala se-
suatu yang berhubungan dengan Allah
seperti wujud Allah, nama-nama dan
sifat-sifat Allah, af ’al Allah dan lain
sebagainya
Nubuw- Yaitu pembahasan tentang segala
wat. sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan
tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat,
keramat dan lain-lain.

Ruhani- Yaitu pembahasan tentang segala


yat. ­sesuatu yang berhubungan ­dengan
alam metafisik seperti Malaikat,
Jin, I­ blis, Syaithon, Roh dan lain
­sebagainya.
Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala
­sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan
Sunnah) seperti alam barzakh, ­akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat,
­surga-neraka dan sebagainya.
Taufiqi- Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali
yah. dengan dalil syari’i, tidak ada medan
ijtihad yang berpendapat di dalamnya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 53


Ta’ashs- (fanatik) kepada sesuatu yang
hub ­diwarisi dari bapak dan nenek
­moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan
­mencampakkan apa yang menyalahin-
ya, sekali pun hal itu benar.
Taqlid Yaitu mengambil pendapat manusia
buta, dalam masala aqidah tanpa mengetahui
dalilnya
Ghuluw Sikap berlebihan dalam mencintai
para wali dan orang-orang shalih, serta
mengangkat mereka di atas d­ erajat
yang tidak semestinya, s­ ehingga
­meyakini pada diri mereka sesuatu
yang tidak mampu dilakukan kecuali
oleh Allah, baik berupa mendatang-
kan kemanfaatan maupun menolak
­kemudharatan
Ghaflah Sikap (lalai) terhadap perenungan
ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat
raya ini (ayat-ayatkauniyah)dan ayat-ayat
Allah yang tertuang dalam Kitab-Nya
(ayat-ayat Qur’aniyah).

54 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB iI
HAKIKAT IMAN KEPADA
ALLAH

KULIAH ISLAM I : Aqidah 55


56 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang keimanan kepada wujud
ALLAH , tauhid kepada Allah, makna Laa Ilaha illallah, hakikat
dan dampak dua kalimah syahadah, hal-hal yang membatalkan dua
­kalimah syahadah, ilmu Allah, Ma’iyyatullah, syirik kepada Allah.

SUB POKOK BAHASAN


1) Keimanan terhadap wujud Allah.
2) Mentauhidkan Allah.
3) Makna Laa Ilaha illallah.
4) Hakikat dan dampak dua kalimah syahadah.
5) Hal-hal yang membatalkan dua kalimah syahadah.
6) Ilmu Allah,
7) Ma’iyyatullah.
8) Syirik kepada Allah

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskantentang hakikat keimanan
­terhadap wujud Allah.
2) Mahasiswa mampu menjelaskantentang tauhid kepada Allah.
3) Mahasiswa mampu menjelaskanmakna Laa Ilaha illallah.
4) Mahasiswa mampu menjelaskanhakikat dan dampak dua kalimah
syahadah.
5) Mahasiswa mampu menjelaskanHal-hal yang membatalkan dua
kalimah syahadah.
6) Mahasiswa mampu menjelaskantentang Ilmu Allah,
7) Mahasiswa mampu menjelaskantentang Ma’iyyatullah.
8) Mahasiswa mampu menjelaskantentang bahaya syirik kepada
­Allah

KULIAH ISLAM I : Aqidah 57


BAB II

HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH

Hakekat iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. ­sebagaimana


disebutkan dalam Himpunan Putusan ­Tarjih ­Muhammadiyah:
“Wajib kita mengimani. DialahIlah atau ­Tuhan yang ­sebenarnya,
yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti a­ danya,
Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir ­tanpa
penghabisan. Tiada sesuatupun yang m ­ enyamainya. Yang esa
dalam ‘uluhiyah-Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Yang hidup
dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada. Yang Maha
­Mendengar dan Maha Melihat. Dan dialah yang berkuasa atas
segala sesuatu. Perihalnya apabila Dia menghendaki ­sesuatu
Dia berfirman: “jadilah!” maka terjadilah sesuatu itu. Dan
Dia maha mengetahui segala yang mereka kerjakan. Yang
­berfirman dan memiliki segala sifat kesempurnaan. Yang
suci dari ­sifat m
­ ustahil dan segala kekurangan. Dialah yang
menjadikan ­
­ sesuatu menurut kemauan dan kehendak-Nya.
­Segala ­sesuatu ada di tanganNya dan kepadaNya akan ­kembali.”
(PP. M ­ uhammadiyah Majelis Tarjih, 2009:14).
Iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. merupakan rukun
iman yang pertama dan iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
mencakup iman kepada wujudnya Allah subhanahu wa ta’ala,
­
mengimani dan mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam
­rububiyah, ‘uluhiyah dan asma’ wa sifat Allah subhanahu wa ta’ala.
­Hidup manusia harus berdasarkan “TAUHID”, yaitu ­mengesakan
Allah subhanahu wa ta’ala , beribadah serta patuh hanya ­kepada
­Allah ­subhanahu wa ta’ala semata. Begitulah pokok pikiran pertama
­dalam ­Mukaddimah Anggaran Dasar ­Muhammadiyah. ­(Musthafa
Kamal Pasha, dkk. 2009 :161).

58 KULIAH ISLAM I : Aqidah


A. Beriman Kepada Wujud Allah SUBHANAHU WA
TA’ALA.
Wujud (ada)-Nya Allah subhanahu wa ta’ala adalah
­sesuatu yang badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu yang
kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah
­
­sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak
lagi perlu pembuktian. (Yunahar Ilyas, 2013:2).
Wujud atau keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala telah
­dibuktikan oleh dalil-dalil yang sangat banyak. Secara global
dalil-dalil tersebut terbagi menjadi dua yaitu dalil-dalil wahyu
dan dalil-dalil akal.

1. Dalil-dalil Wahyu
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِِ ِ َّ ‫الل الَّ ِذي خلَق‬


ْ َّ‫ض ِف ستَّة أ ََّيٍم ُث‬
‫استـََوى‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ ِ
َُّ ‫إ َّن َربَّ ُك ُم‬
‫وم‬ ِ‫علَى الْعر ِش يـ ْغ ِشي اللَّيل النـَّهار يطْلُبه حث‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫س َوالْ َق َمَر َوالن‬َ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ ‫و‬َ ‫ا‬ ‫يث‬
ً َ ُُ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ
‫ني‬ ِ َّ ‫الَْل ُق َو ْال َْم ُر تـَبَ َارَك‬ ِِ ٍ ‫مس َّخر‬
ْ ُ‫ات ِب َْمره أََل لَه‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬
ُّ ‫اللُ َر‬ َ َُ
Artinya: “Sesungguhnya Rob kamu ialah Allah yang
­telah ­menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
­bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang m ­engikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
­
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
­
­hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rob semesta alam.” (QS.
Al-A’raaf:54).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. ketika memanggil Nabi
Musa as :

‫َّجَرِة‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ود‬ ِ
َ ‫ي م ْن َشاط ِئ الْ َواد ْالَْيَ ِن ِف الْبـُْق َعة الْ ُمبَ َارَكة م َن الش‬ َ ُ‫فـَلَ َّما أ ََت َها ن‬
ِ ُّ ‫الل ر‬ ِ ‫أَ ْن ي م‬
‫ني‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َُّ ‫وسى إِّن أ ََن‬
َ ُ َ

KULIAH ISLAM I : Aqidah 59


Artinya: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu,
diserulah Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya)
pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: “Ya
Musa, Sesungguhnya Aku adalah Allah, Rob semesta alam”(QS.
Al-Qashas: 30).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala.:

‫الص َل َة لِ ِذ ْك ِري‬
َّ ‫اعبُ ْدِن َوأَقِِم‬
ْ َ‫اللُ َل إِلَهَ إَِّل أ ََن ف‬
َّ ‫إِنَِّن أ ََن‬
Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada
Ilah/Sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Aku, Maka
­Ibadahilah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(QS. Taaha: 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang pengagungan
­dirinya, penyebutan nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya,

* ‫الرِح ُيم‬ َّ ‫الر ْحَ ُن‬َّ ‫َّه َاد ِة ُه َو‬


َ ‫ب َوالش‬ ِ ‫الل الَّ ِذي َل إِلَهَ إَِّل ُهو َع ِالُ الْغَْي‬
َ َُّ ‫ُه َو‬
‫الس َل ُم الْ ُم ْؤِم ُن الْ ُم َهْي ِم ُن‬ ِ ِ َّ ‫هو‬
َّ ‫ُّوس‬
ُ ‫ك الْ ُقد‬ ُ ‫اللُ الَّذي َل إِلَهَ إَِّل ُه َو الْ َمل‬ َُ
‫ئ‬ ِ
ُ ‫الَال ُق الْبَا ِر‬
ْ ُ‫الل‬ َِّ ‫الَبَّ ُار الْ ُمتَ َكِّبُ ُسْب َحا َن‬
َّ ‫الل َع َّما يُ ْش ِرُكو َن * ُه َو‬ ْ ‫الْ َع ِز ُيز‬
‫ض َوُه َو‬ ِ ‫ات َو ْال َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ ْ ‫ص ِّوُر لَهُ ْال‬
َ َ َّ ‫الُ ْس َن يُ َسبّ ُح لَهُ َما ف‬ ْ ُ‫َسَاء‬ َ ‫الْ ُم‬
* ‫الَ ِك ُيم‬ ْ ‫الْ َع ِز ُيز‬
Artinya: “Dialah Allah yang tiada ilah/sesembahan (yang
berhak diibadahi) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
­Dialah Allah yang tiada ilah/sesembahan (yang berhak d­ iibadahi)
selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
­Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah A
­ llah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit
dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

60 KULIAH ISLAM I : Aqidah


(QS. Al-Hasyr: 22-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. tentang sanjungan untuk
Diri-Nya,

‫ك يـَْوِم ال ِّدي ِن‬


ِ ِ‫الرِحي ِم * مال‬
َ َّ ‫الر ْحَ ِن‬
َّ * ‫ني‬ ِ ِِ ْ
ِّ ‫الَ ْم ُد َّل َر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬
“Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam. Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS.
Al-Fatihah: 2-4)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. kepada kaum muslimin:

ِ ‫اعب ُد‬ ِ ِِ ِ
‫ون‬ ُ ْ َ‫إ َّن َهذه أ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َواح َد ًة َوأ ََن َربُّ ُك ْم ف‬
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu
semua; agama yang satu dan aku adalah Robmu, Maka ibadahilah
Aku. (QS. Al-Anbiya’ : 92).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِ
ِ ‫اح َد ًةوأ ََنربُّ ُكم فَاتـَُّق‬ ِ ِ
‫ون‬ ْ َ َ ‫َوإ َّن َهذه ِأ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َو‬
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu
semua, agama yang satu, dan aku adalah Robmu, Maka ber­
takwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mukminun: 52).

2. Dalil-dalil Akal
Keberadaan alam semesta, dan beragam makhluk yang
­kesemuanya bersaksi atas keberadaan Penciptanya, yaitu Allah
subhanahu wa ta’ala , sebab di dunia ini tidak ada satu pihak
pun yang mengaku menciptakan alam ini selain Allah s­ ubhanahu
wa ta’ala Akal memandang mustahil keberadaan sesuatu tanpa
pencipta, bahkan akal memandang mustahil terjadinya sesuatu
yang paling luas tanpa pencipta. Itu sama saja s­ eperti keberadaan
makanan tanpa ada pihak yang memasaknya, atau keberadaan
permadani diatas tanah tanpa ada pihak yang menggelarnya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 61


Kalau begitu, bagaimana dengan alam yang besar ini
l­angit dengan orbit-orbit di sekitarnya, matahari, bulan,
bintang-­bintang, semuanya berbeda bentuk, ukuran d­ imensi
dan ­perjalanannnya? Bagaimana dengan bumi dan apa saja
yang ­diciptakan di dalamnya,manusia, jin, hewan, ­disamping
­berbagai ras manusia dan individu-individu yang ­berbeda ­warna,
­berbeda bahasa, berbeda pengetahuan, berbeda ­pemahaman,
berbeda ciri khas, tambang-tambang yang b ­ anyak sekali yang di
dalamnya terdapat banyak sekali manfaat, sungai-sungai yang
dialirkan di dalamnya, tanah keringnya di kelilingi laut-laut,
tumbuh-tumbuhan dan pohon yang tumbuh di dalamnya yang
berbeda buahnya, berbeda jenisnya, berbeda rasanya, ­berbeda
aromanya, berbeda cirri-cirinya, dan berbeda manfaatnya?­
(Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 2009:4).
Begitu juga dengan adanya Al-Qur’an sebagai firman Allah
subhanahu wa ta’ala di tangan kita yang bisa kita baca, renung-
kan, dan pahami makna-maknanya. Itu semua dalil tentang ke-
beradaan Allah subhanahu wa ta’ala karena mustahil ada firman
tanpa ada pihak yang memfirmankannya, dan mustahil ada
ucapan tanpa ada pihak yang mengucapkannya.
Tidak ada seorangpun sejarawan atau ahli sejarah pun yang
berani menghapus salah satu kisah dari sekian banyak kisah
yang telah dikisahkan di dalam kitab suci-Nya karena teori-­teori
ilmiyah dan fakta-fakta sejarah menunjukan akan k­ ebenaran itu
semua.
Selain itu, adanya sistem yang sangat cermat dalam ­bentuk
ketentuan-ketentuan alam pada makhluq, penciptaan, dan
pengembangan semua makhluk hidup di alam raya ini. Semua
makhluk hidup tunduk dengan ketentuan-ketentuan tersebut,
terkait dengannya dan tidak keluar daripadanya dalam kondisi
apapun. Manusia misalnya, spermanya menempel pada rahim,
kemudian tahapan-tahapan ajaib berlangsung padanya dan tidak
ada yang mampu melakukan intervensi di dalamnya selain ­Allah
subhanahu wa ta’ala , tiba-tiba sperma tersebut keluar menjadi
­manusia sempurna.

62 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Ketentuan umum pada manusia dan hewan juga berlaku
pada pohon-pohon, dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang sama
adalah orbit bintang, dan benda angkasa, semuanya tunduk
­pada-Nya. Seandainya ada yang keluar dari ketentuan-­ketentuan
atau hukum-hukum alam tersebut seperti bintang keluar dari
orbitnya, maka duniapun akan hancur dan kehidupan ini
­berakhir.
Demikianlah deskripsi global dalil-dalil wahyu dan dalil-
dalil akal tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun
­secara spesifik dalil-dalil global tersebut dirincikan lagi ­menjadi
beberapa argumentasi atau dalil seperti, argumentasi fitrah,
argumentasi logika, argumentasi syara’, dan argumentasi
­
­inderawi.

a. Argumentasi Fithrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala ­adalah
bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah ­setiap
makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak
akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di
dalam hatinya terdapat sesuatu yang memalingkannya.

ٍ ُ‫كل مول‬: ِ ِ ‫َال رَسو ُل‬


‫ود‬ ْ َ ُّ َ‫َل هللاُ عَلَْيه وَ س ََّل‬
َّ ‫هللا ص‬ ْ ُ َ ‫َب ه َُريـَْرةَ قاَ َل ق‬ ْ ِ‫َع ْن أ‬
(‫صَرانِهَ)رواه البخاري‬ ِ ِِ ِ ‫يولَ ُد ع‬
ّ َ‫لى الفطَْرِة َح َّت يَ ُك ْو َن أَبـُْواهُ يـَُه ِّوَدانه أَو يـُن‬
َ َ ُ
Artinya: dari Abu Hurairah ra. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua bayi dilahirkan ­dalam
keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikannya
­Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari: 1351).
Fitrah dalam hadits diatas bisa dipahami sebagai Islam
(­Fitrah manusia untuk mentauhidkan Allah subhanahu wa
ta’ala ), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya
menyebutkan kedua orang tua bisa berperan menjadikannya
Yahudi, Nashrani, atau Majusi, tanpa menyebut “mengislam-
kan”. Jadi hadits di atas bisa dipahami “setiap anak dilahirkan
sebagai seorang muslim…” Namun demikian fitrah manusia

KULIAH ISLAM I : Aqidah 63


tersebut merupakan potensi dasar yang harus dipelihara dan
­dikembangkan. Apabila fitrah tersebut tertutup oleh beberapa
faktor luar, manusia akan lari dan menentang fitrahnya sendiri.
(Yunahar Ilyas, 2013:12).

b. Argumentasi Logika
Bukti logika tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala ada-
lah proses terjadinya semua makhluk yang terdahulu maupun
yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin
makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula
terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan
sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan
dirinya sendiri.
Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara k­ ebetulan
karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta.
Adanya makhluk dengan aturan yang indah, tersusun rapi, dan
saling terkait antara sebab-musababnya dan antara alam ­semesta
satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak ­keberadaan
seluruh makhluk secara kebetulan. Kalau ­makhluk tidak dapat
menciptakan dirinya sendiri, dan tidak tercipta ­secara k­ ebetulan,
maka makhluk-makhluk itu ada yang ­menciptakan, yaitu Allah
Rabb semesta alam.Allah berfirman:

ْ ‫أ َْم ُخلِ ُقوا ِم ْن َغ ِْي َش ْي ٍء أ َْم ُه ُم‬


)53:‫الَالُِقو َن( سورة الطور‬
Artinya: “Apakah merekadiciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS.
­Ath-thur : 35).
Dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka menafsirkan ayat
t­ersebut: “apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, ­yaitu
terjadi saja sendiri dengan tidak ada yang menciptakan? Atau
manusia ada di dunia ini karena manusia itu sendiri yang
menciptakan diri dengan tidak ada penciptanya? “ataukah
­
­mereka yang telah menciptakan semua langit dan bumi?” Artinya,
­kalau tidak percaya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala pencipta

64 KULIAH ISLAM I : Aqidah


alam ini seluruhnya, beranikah kamu menyatakan bahwa langit
dan bumi itu kamu sendiri penciptanya? (Hamka, 1986:89).
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak ada ­tanpa
pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri.
Jadi jelaslah bahwa yang menciptakan segala makhluk di alam
­semesta ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Berkaitan dengan ayat tersebut di atas terdapat sebuah
r­ iwayat:

‫صلَّى‬ ِ َ ‫ َِسعت رس‬: ‫ال‬


َ ‫ول هللا‬ َُ ُ ْ َ َ‫ ق‬، ‫ َع ْن أَبِ ِيه‬، ‫َع ْن ُمَ َّم ِد بْ ِن ُجبـَِْي بْ ِن ُمطْعٍِم‬
‫ أ َْم ُخلِ ُقوا‬: َ‫ فـَلَ َّما بـَلَ َغ َه ِذ ِه اآليَة‬، ‫ب َوالطُّوِر‬ ِ ‫الل َعلَْي ِه وسلَّم يـ ْقرأُ ِف الْم ْغ ِر‬
َ َ َ ٍَ َ َ َُّ
ِ
‫ض بَ ْل ال يُوقنُو َن‬ ِ ِ ْ ‫ِم ْن َغ ِْي َش ْيء أ َْم ُه ُم‬
َّ ‫الَال ُقو َن أ َْم َخلَ ُقوا‬
َ ‫الس َم َاوات َواأل َْر‬
‫ َك َاد قـَْلِب أَ ْن يَ ِط َري‬،
Artinya: Dari Muhammad bin Jubair bin Mut’im dari
­bapaknya dia berkata aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alai-
hi wa sallam yang membaca surat Ath-thur pada ­waktu magrib, dan
ketika sampai kepada ayat-ayat ini:­“Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatupun, ataukah mereka menciptakan (diri mereka
sendiri)? Ataukah ­mereka ­telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka ­tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabmu atau mereka-
lah yang berkuasa?” ( QS. At-Thur : 35-37). Ia, yang tatkala
itu m ­ asih musyrik berkata : “hatiku hampir saja terbang.
­Itulah permulaan menetapnya keimanan dalam hatiku.”
(HR. Al-Bukhari: 4854).
Dalam perspektif logika manusia, seandainya ada
­seseorang berkata kepada anda tentang istana yang ­dibangun,
yang ­dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh
­hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok
dan penyempurna, lalu orang itu mengatakan kepada anda
­bahwa istana dengan segala kesempurnaanya ini tercipta ­d­engan
sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa ­pencipta, pasti

KULIAH ISLAM I : Aqidah 65


anda tidak akan mempercayainya, dan ­menganggap ­perkataan
itu adalah perkataan dusta. Kini ­tanyakanlah ­kepada akal anda,
masih mungkinkah alam semesta yang luas ini ­beserta apa-apa
yang ada di dalamnya tercipta dengan ­sendirinya atau t­ercipta
secara kebetulan? Tentu jawabannya tidak. Karena ­pencipta,
pengatur dan pemelihara alam semesta ini adalah ­ Allah
­subhanahu wa ta’ala.
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan
dirinya sendiri, merenungkan alam semesta dan lain-lainya
­seorang manusia bisa membuktikan adanya Allah subhanahu wa
ta’ala. (Yunahar Ilyas, 2013:13).

c. Argumentasi Syara’
Bukti syara’ tentang wujud atau keberadaan Allah ­subhanahu
wa ta’ala bahwa seluruh kitab samawi (yang ­ diturunkan
dari ­ langit) berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang
­mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab
tersebut ­merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari
Rab yang maha Bijaksana dan Mengetahui segala ­kemaslahatan
­makhluk-Nya. Berita-berita alam semesta yang dapat ­disaksikan
oleh r­ealitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-­kitab
itu juga ­ merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu
datang dari Rab Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa
yang ­diberitakan itu.

d. Argumentasi Faktual
Bukti inderawi tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala
dapat dibagi menjadi dua:
a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya
do’a orang-orang yang berdo’a serta penolong-Nya yang
­diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan ­musibah.
Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah
­subhanahu wa ta’ala.­

66 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Allah subhanahu wa ta’ala. berfirman :

ِ ‫استَجبـْنَا لَهُ فـنَ َّجيـْنَاه وأ َْهلَهُ ِمن الْ َكر‬


‫ب الْ َع ِظي ِم‬ ِ ِ ُ‫ون‬
ْ َ َُ َ َ ْ َ‫وحا إ ْذ َن َدى م ْن قـَْب ُل ف‬
ً َ
Artinya:“Dan (ingatlah kisah) Nuh sebelum itu ketika dia
berdo’a, dan Kami memperkenankan do’anya, lalu Kami selamat-
kan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” ( QS.
Al-Anbiya : 76).
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫ني‬ِِ ِ ِ ِ ٍ ْ‫إِ ْذ تَستَغِيثُو َن ربَّ ُكم فَاستَجاب لَ ُكم أَِن ُمِ ُّد ُكم ِبَل‬
َ ‫ف م َن الْ َم َلئ َكة ُم ْردف‬ ْ ّ ْ َ َ ْ ْ َ ْ
Artinya: “Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
­kepadaRabmu, lalu diperkenankannya bagimu …” ( QS. Al-An-
fal : 9).
Anas bin Malik ra. berkata : “ Pernah ada seorang Badui
datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi ­shallallahu
‘alaihi wa sallam. tengah berkhutbah. ­Lelaki itu berkata :
“Hai Rasul Allah, harta benda Kami telah habis, seluruh
warga sudah kelaparan. Oleh karena itu ­ mohonkanlah
­kepada ­Allah subhanahu wa ta’ala. untuk mengatasi ­kesulitan
Kami. “Rasululah lalu mengangkat kedua tangannya dan
berdo’a. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan
gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar,
­hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari jum’at yang
kedua, orang badui atau orang lain b ­ erdiri dan ­berkata : ‘Hai
­Rasulullah, bangunan Kami hancur dan ­harta b ­ endapun
tenggelam, doakanlah Kami ini kepada Allah (agar
­
­selamat).’ ­Rasulullah lalu mengangkat kedua ­tangannya,
seraya berdo’a : “YaRabku, turunkanlah hujan di sekeliling
Kami, dan jangan ­Engkau turunkan sebagai bencana bagi
Kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu
tempat kecuali menjadi terang (tanpa ­hujan).” (HR. Al-
Bukhari).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 67


b. Nabi membawa mukjizat yang dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas
­
­tentang wujud yang mengutus para Nabi tesebut, yaitu
­Allah ­subhanahu wa ta’ala , karena hal-hal itu berada di luar
­kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai ­penguat
dan ­penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul
laut dengan tongkatnya, lalu terbelahlah laut itu, sementara air
di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang
bergulung. Allah berfirman, yang artinya :

‫اك الْبَ ْحَر فَانـَْفلَ َق فَ َكا َن ُك ُّل فِْرٍق‬


َ‫ص‬ َ ‫ب بِ َع‬ ْ ‫وسى أ َِن‬
ْ ‫اض ِر‬ ِ
َ ‫فَأ َْو َحيـْنَا إ َل ُم‬
‫َكالطَّْوِد الْ َع ِظي ِم‬
Artinya: “Lalu Kami mewahyukan kepada Musa: ­“Pukullah
lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS.
Asy-Syuara’ : 63).
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ­ ketika
­enghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu­
m
­mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah. Allah ­subhanahu
wa ta’ala berfirman:

ٍِ ِ ِ‫ورس ًول إِ َل ب ِن إِسرائ‬


‫َخلُ ُق لَ ُك ْم‬
ْ ‫َن أ‬ ِّ‫َن قَ ْد جئـْتُ ُك ْم ِبَيَة م ْن َربِّ ُك ْم أ‬ ِّ‫يل أ‬َ َْ َ ُ ََ
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َّ ‫ِم َن الطّني َك َهيـْئَة الط ْي فَأَنـُْف ُخ فيه فـَيَ ُكو ُن طَيـًْرا ب ْذن‬
ِ َّ ِ ِ ِ
َ‫ئ ْالَ ْك َمه‬ ُ ‫الل َوأُبْر‬
‫َّخ ُرو َن ِف‬ ِ ‫الل وأُنـبِئ ُكم ِبَا َتْ ُكلُو َن وما تَد‬ ِ ِ ِِ ِ ْ ‫و ْالَبـْرص وأ‬
ََ ْ َُّ َ َّ ‫ُحيي الْ َم ْوتَى ب ْذن‬ َ َ َ َ
ِ ِ ِ
‫ني‬ ِ
َ ‫ك َلَيَةً لَ ُك ْم إ ْن ُكنـْتُ ْم ُم ْؤمن‬ َ ‫بـُيُوتِ ُك ْم إِ َّن ف َذل‬
ِ
Artinya: “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang
­berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepada-
mu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu,
Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung;
kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan

68 KULIAH ISLAM I : Aqidah


seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta ­sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku ­menghidupkan
orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan ­kepadamu
apa yang kamu Makan dan apa yang kamu simpan di rumah-
mu. ­Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu ­tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-­
­ sungguh
beriman.” (QS. Ali-Imraan : 49).
Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ِ
‫ك إِ ْذ‬ َ ِ‫ك َو َعلَى َوال َدت‬ َ ‫يسى ابْ َن َم ْرَيَ اذْ ُك ْر نِ ْع َم ِت َعلَْي‬ ِ َّ ‫ال‬
َ ‫اللُ َي ع‬ َ َ‫إِ ْذ ق‬
‫اب‬ ِ َ ُ‫وح الْ ُق ُد ِس تُ َكلِّم النَّاس ِف الْمه ِد وَكه ًل وإِ ْذ علَّمت‬ ِ ‫ك بُِر‬ َ ُ‫أَيَّ ْدت‬
َ َ‫ك الْكت‬ ْ َ َ ْ َ َْ َ ُ
ِ ّ‫ال ِْنيل وإِ ْذ َتْلُ ُق ِمن ال ِط‬
‫ني َك َهيـْئَ ِة الطَِّْي بِِ ْذِن فـَتـَنـُْف ُخ‬ ِ ِْ ‫و‬
َ َ َ ْ ‫ال ْك َمةَ َوالتـَّْوَرا َة َو‬ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
‫ِج الْ َم ْوتَى‬ُ ُْ ْ َ ْ َ َْ ْ َ َ َ ْ ْ ُ ُْ َ ْ ًْ َ ُ ُ ََ َ ‫ف‬
‫ر‬ ‫ت‬ ‫ذ‬ ‫إ‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫ص‬ ‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ب‬‫ال‬
َ ‫و‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ال‬
َ ‫ئ‬ ‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ـ‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫يه‬
ِ َّ َ ‫ات فـ َق‬ ِ ِ ِ ‫بِِ ْذِن وإِ ْذ َك َف ْفت ب ِن إِسرائِيل عْن‬
‫ين‬
َ ‫ال الذ‬ َ َ‫ك إ ْذ جئـْتـَُه ْم ِبلْبـَيِّن‬ َ َ َ َْ َ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫َك َف ُروا منـْ ُه ْم إ ْن َه َذا إَّل س ْحٌر ُمب‬
‫ني‬
Artinya: “ (ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa
putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu
di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul qudus. kamu dapat
berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ­se­ sudah
dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku mengajar kamu ­menulis,
­hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu mem-
bentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-
Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu ­bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan ­(ingatlah) di waktu
kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam ­kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingat-
lah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi
hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku ­menghalangi
Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala
kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-­keterangan yang
nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak
lain melainkan sihir yang nyata”. ( QS. Al-Maidah : 110).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 69


Contoh ketiga adalah mukjizat Nabi Muhammad shallalla-
hu ‘alaihi wa sallam.ketika kaum Quraisy meminta tanda atau
­mukjizat. Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu terbelahlah
bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat ­menyaksikannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ضوا َويـَُقولُوا ِس ْحٌر ُّم ْستَ ِمٌّر‬


ُ ‫ َوإِن يـََرْوا آيَةً يـُْع ِر‬.‫انش َّق الْ َق َمُر‬
َ ‫اعةُ َو‬
َ ‫الس‬
ِ ‫اقـتـرب‬
َّ ‫ت‬ َََ ْ
Artinya: “Telah dekat (datangnya) saat (kiamat) dan telah
terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat
suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata : “(ini ada-
lah) sihir yang terus-menerus.” (QS. Al-Qomar: 1-2).

B. Mentauhidkan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA


1. Hakikat dan Kedudukan Tauhid
Dalil-dalil yang menunjukan akan tinggi dan a­gungnya
kedudukan Tauhid adalah sebagai berikut, Firman Allah
­subhanahu wa ta’ala :

ِ ‫النْس إَِّل لِيـعب ُد‬


‫ون‬ ِ ِْ ‫ت‬
ُ َْ َ ْ ‫ال َّن َو‬ ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
“Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah ­untuk
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat:56).
Ibadah merupakan penghambaan diri kepada Allah
­subhanahu wa ta’ala.. dengan mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah
­disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
inilah hakikat agama Islam, karena Islam maknanya ialah
penyerahan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. semata-­mata
yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya dengan
penuh rasa rendah diri dan cinta.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik
­lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai Allah subhanahu
wa ta’ala dan suatu amal diterima oleh Allah sebagai suatu ­ibadah

70 KULIAH ISLAM I : Aqidah


apabila diniati ikhlash, semata-mata karena Allah ­subhanahu wa
ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

‫وت فَ ِمنـْ ُه ْم‬ ِ ‫الل و‬ ِ ٍ


ْ َ ََّ ‫َولََق ْد بـََعثـْنَا ِف ُك ِّل أ َُّمة َر ُس ًول أَن ْاعبُ ُدوا‬
َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
‫ض فَانْظُُروا‬ ِ ‫َّللَةُ فَ ِسريُوا ِف ْال َْر‬
َ ‫ت َعلَْي ِه الض‬ ِ َّ ‫من ه َدى‬
ْ ‫اللُ َومنـْ ُه ْم َم ْن َح َّق‬ َ َْ
‫ني‬ ِ ِ ِ
َ ‫ف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ّذب‬
َ ‫َكْي‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah kepada Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl:
36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ً ‫ك أََّل تـَْعبُ ُدوا إَِّل إِ َّيهُ َوِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس‬


‫ان إِ َّما يـَبـْلُغَ َّن ِعْن َد َك‬ َ ُّ‫ضى َرب‬ َ َ‫َوق‬
‫ُف َوَل تـَنـَْه ْرُهَا َوقُ ْل َلَُما قـَْوًل‬ٍّ ‫َح ُد ُهَا أ َْو كِ َل ُهَا فَ َل تـَُق ْل َلَُما أ‬ ِ
َ ‫الْكبـََر أ‬
ِ َّ ‫الذ ِّل ِمن‬ ِ ‫َك ِرميا * و‬
‫ب ْار َحْ ُه َما َك َما‬ ِّ ‫الر ْحَة َوقُ ْل َر‬ َ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض َلَُما َجن‬ ْ ‫اخف‬ ْ َ ً
‫صغِ ًريا‬
َ ‫َربـَّيَ ِان‬
“Dan Robmu (yaitu Allah) telah memerintahkan supaya kamu
jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja, dan hendaklah
kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya m
­ encapai
usia lanjut dalam pemeIiharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan-
lah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada ­mereka
berdua dengan penuh kasih-sayang, dan ucapkanlah: “Wahai

KULIAH ISLAM I : Aqidah 71


­ obku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka keduanya
R
telah mendidikku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 23-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

‫اللَ َوَل تُ ْش ِرُكوا بِِه َشيـْئًا‬


َّ ‫َو ْاعبُ ُدوا‬
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan
­janganlah berbuat syirik sedikitpun kepadanya” (QS. ­An-Nisa’
: 36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ً ‫قـُْلتـََعالَ ْوا أَتْ ُل َما َحَّرَم َربُّ ُك ْم َعلَْي ُك ْم أََّل تُ ْش ِرُكوا بِِه َشيـْئًا َوِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس‬
‫ان‬
ِ ٍ ِ
‫ش‬َ ‫َوَل تـَْقتـُلُوا أ َْوَل َد ُك ْم م ْن إِ ْم َلق َْن ُن نـَْرُزقُ ُك ْم َوإِ َّي ُه ْم َوَل تـَْقَربُوا الْ َف َواح‬
‫اللُ إَِّل ِب ْلَ ِّق َذلِ ُك ْم‬
َّ ‫س الَِّت َحَّرَم‬ َ ‫َما ظَ َهَر ِمنـَْها َوَما بَطَ َن َوَل تـَْقتـُلُوا النـَّْف‬
ِ ِ َ ‫صا ُكم بِِه لَعلَّ ُكم تـع ِقلُو َن* وَل تـ ْقربوا م‬
‫َح َس ُن‬ ْ ‫ال الْيَتي ِم إَِّل ِبلَِّت ه َي أ‬ َ َُ َ َ َْ ْ َ ْ َّ ‫َو‬
‫ف نـَْف ًسا إَِّل‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ّ‫َشدَّهُ َوأ َْوفُوا الْ َكْي َل َوالْم َيزا َن ِبلْق ْسط َل نُ َكل‬ ُ ‫َح َّت يـَبـْلُ َغ أ‬
‫صا ُك ْم‬َّ ‫الل أ َْوفُوا َذلِ ُك ْم َو‬
َِّ ‫وسعها وإِ َذا قـ ْلتم فَاع ِدلُوا ولَو َكا َن َذا قـرب وبِعه ِد‬
ْ َ َ َ ُْ ْ َ ْ ُْ ُ َ ََ ْ ُ
ِ ِ
ُّ ‫يما فَاتَّبعُوهُ َوَل تـَتَّبعُوا‬
‫السبُ َل‬ ِ ِ ِ َّ ‫بِِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن * َوأ‬
ً ‫َن َه َذا صَراطي ُم ْستَق‬
‫صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم تـَتـَُّقو َن‬ َّ ‫فـَتـََفَّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َو‬
“Katakanlah (Muhammad): “Marilah kubacakan apa yang
diharamkan oleh Robmu, yaitu janganlah kamu berbuat syirik
­sedikitpun kepada-Nya, berbuat baiklah kepada kedua orang tua
dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi dan janganlah
kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (­membunuhnya)
kecuali dengan sesuatu (sebab) yang benar Demikianlah yang di-
wasiatkan Allah kepadamu, supaya kamu memahami(nya)·
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan

72 KULIAH ISLAM I : Aqidah


cara yang lebih bermanfaat, hingga ia mencapai kedewasaannya;
dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan ­beban kepada seseorang melainkan menurut
­kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu); dan penuhilah
janji Allah. Yang ­demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.” Dan ­(kubacakan): “sungguh inilah jalan-Ku, ­berada
dalam keadaan lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan
mencerai-beraikan kamu kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diwasiatkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-
An’am: 151-153)
Agungnya dan tingginya kedudukan tauhid juga tergambar
dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Muadz
bin Jabal:

!ُ‫«ي ُم َعاذ‬
َ :‫ال يل‬ َ ‫النبيعلَى ِحَا ٍر فـََق‬
َ ‫ديف‬ َ ‫ت ِر‬ ُ ‫ ُكْن‬:‫ال‬َ ‫وع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَلٍ َق‬
َ
ِ ِ ِ ِ
‫ هللا‬:‫ت‬ ُ ‫حق العباد َعلَى هللا؟» قـُْل‬ ّ ‫الل َعلَى الْعبَاد وما‬ ّ ‫أَتَ ْد ِري َما َح ّق‬
ِ ‫ «حق‬:‫ال‬
.‫الل َعلَى الْعِبَ ِاد أَ ْن يـَْعبُ ُدوه َوالَ يُ ْش ِرُكوا بِِه َشْيئا‬ ّ ّ َ َ َ‫ ق‬.‫َوَر ُسولُهُ أ َْعلَ ُم‬
ِ ِ ‫وحق الْعِب ِاد علَى‬
‫ َي‬:‫ت‬ ُ ‫ب َم ْن الَ يُ ْش ِرُك بِه َشْيئا» قـُْل‬ َ ‫الل أَ ْن الَ يـَُع ّذ‬
ّ َ َ ََّ
ِ ِ ‫ول‬
.»‫ فـَيـَتّكلُوا‬.‫ «الَ تـُبَ ّش ْرُه ْم‬:‫ال‬ َ َ‫اس؟ ق‬ َ ّ‫الل! أَفَالَ أُبَ ّشُر الن‬ّ َ ‫َر ُس‬
Artinya: “Dari Muadz bin Jabal ra. berkata: Aku
­ ernah diboncengkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.di
p
atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: “Hai
Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi
oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang ­pasti
dipenuhi Allah?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui.” Beliau pun bersabda: “Hak Allah yang
wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka
beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik ­sedikit
pun kepada-Nya; sedangkan hak para hamba yang pasti
dipenuhi Allah adalah: bahwa Allah tidak akan menyiksa

KULIAH ISLAM I : Aqidah 73


orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.
“ Aku ­ bertanya: “Ya Rasulullah, tidak perlukah aku
­menyampaikan kabar gembira ini kepada ouang-orang? “
Beliau menjawab:
“Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap
­
menyandarkan diri.” (Shahih Al-Bukhari : 2856. Shahih
Muslim: 30).

2. Keistimewaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang ­Diampuni


Karenanya
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِ َّ
َ ِ‫ين َآمنُواْ َوَلْ يـَْلبِ ُسواْ إِميَانـَُهم بِظُْل ٍم أ ُْولَئ‬
‫ك َلُُم األ َْم ُن َوُهم ُّم ْهتَ ُدو َن‬ َ ‫ال ذ‬
.]28 :‫[األنعام‬
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman
mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang
yang menepati jalan hidayah.” (QS. Al-An’ am: 82).

- ‫ قال رسول هللا‬:‫؛ قال‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن عبادة بن الصامت‬
َ ‫«م ْن ش ِه ُد أَ ّن الَ إِلَهَ إِالّ هللا َو ْح َدهُ الَ َش ِر‬
‫يك‬ َ :- ‫صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ِ ‫ وأَ ّن ِعيسى عب ُد‬,‫ وأَ ّن ُممدا عب ُده ورسولُه‬,‫لَه‬
َ ‫الل َورسوله َوَكل َمتُهُ أَلْ َق‬
‫اها‬ ّ َْ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َْ ّ َ َ ُ
‫الَنّةَ على ما‬ ْ ‫ َو‬،ُ‫وح ِمْنه‬
ْ ‫ َوالنّ َار َح ّق؛ أ َْد َخلَهُ هللا‬,‫الَنّةَ َح ّق‬ ٌ ‫إِ َل َم ْرَيَ َوُر‬
»‫كان من العمل‬
Artinya: “Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra, ­menuturkan
: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Barang-
siapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan (yang ber-
hak diibadahi dengan benar) selain Allah saja, tiada sekutu
bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan ­Rasul-Nya;

74 KULIAH ISLAM I : Aqidah


dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah hamba Allah, ­rasul-Nya
dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam
serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa)
Surga adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya;
maka Allah pasti memasukkannya kedalam Surga betapa­
pun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari: 3435.
Muslim: 28).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari
`­ Itban:

َ َ‫ «فَِإ ّن هللا قَ ْد َحّرَم َعلَى النّا ِر َم ْن ق‬:‫وهلما يف حديث ِعتبان‬


َ‫ الَ إِلَه‬:‫ال‬
ِ
َ ‫ يـَبـْتَغِي بِ َذل‬,‫إِالّ هللا‬
.»‫ك َو ْجهَ هللا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada
Neraka orang yang berkata: “La Ilaha Illallah “ Tiada Ilah/
sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allah, dengan
ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala meIihat)
Wajah Allah. “ ( HR. Bukhari: 245. Muslim:33).

‫اللُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ َّ ‫ي َر ِض َي‬ ٍ ِ‫عن أَِب سع‬


َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ عن َر ُسول هللا‬، ُ‫اللُ َعْنه‬ ِّ ‫الُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ َْ
ِ‫ب علِّم ِن َشيـئا أَذْ ُكرَك بِه‬ ِ ِ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
ُ ًْ ْ َ ّ ‫ َي َر‬: ‫الم‬ ُ ‫الس‬ َّ ‫وسى َعلَْيه‬ َ ‫ال ُم‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
‫ب ُك ُّل‬ ِّ ‫ َي َر‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ُ‫الل‬َّ َّ‫ ال إِلَهَ إِال‬: ‫وسى قُ ْل‬ َ ‫ َي ُم‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ‫وك بِِه‬ َ ُ‫َوأ َْدع‬
‫ت‬ َ ْ‫ ال إِلَهَ إِالَّ أَن‬: ‫ال‬ َّ َّ‫ ال إِلَهَ إِال‬: ‫ قُ ْل‬: ‫ال‬
َ َ‫ ق‬، ُ‫الل‬ َ َ‫ ق‬، ‫ول َه َذا‬ ُ ‫ِعبَ ِاد َك يـَُق‬
ِ ‫السماو‬ َ َ‫ ق‬، ‫ص ِن بِِه‬
‫ات‬ َ َ َّ ‫َن‬ َّ ‫ لَ ْو أ‬، ‫وسى‬ َ ‫ َي ُم‬: ‫ال‬ ُّ ُ‫يد َشيـْئًا َت‬ ُ ‫ إَِّنَا أُِر‬، ‫ب‬ ِّ ‫َي َر‬
َّ َّ‫ َوال إِلَهَ إِال‬، ‫السْب َع ِف كِ َّف ٍة‬ ِ ِ
‫اللُ ِف‬ َّ ‫ني‬ َ ‫ َواأل ََرض‬، ‫السْب َع َو َعامَرُه َّن َغ ِْيي‬ َّ
ِ ِ
َّ َّ‫ت ب ْم ال إلَهَ إال‬ِِ ٍ ِ
[‫اللُ]رواه ابن حبان واحلاكم وصححه‬ ْ َ‫ َمال‬، ‫ك َّفة‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra,
bahwa Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Musa berkata: “Ya Robku, ajarkanlah kepadaku sesuatu
untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu·” Allah berfirman:
“Katakan hai Musa “La Ilaha llallah” Musa berkata lagi:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 75


“Ya Robku, semua hamba-Mu mengucapkan ini.” AIlah
pun berfirman: “Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan
penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan
pada salah satu daun timbangan, sedang “La llaha Illallah”
diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka “ La Ila-
ha Ilallah” niscaya lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu
Hibban: 2324. Al-Hakim: 1/528).

‫ «قال هللا‬:‫ول هللا (؛ يقول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ِ ٍ ‫وللرتمذي وحسنه عن‬


ُ ‫ َس ْع‬:‫أنس‬
‫ض َخطَ َاي ُثّ لَِقيتَِن الَ تُ ْش ِرُك يب‬ ِ ‫األر‬ ِ ِ
ْ ‫آد َم لَ ْو أَتـَيـْتَِن ب ُقَراب‬
َ ‫ابن‬ َ ‫ اي‬:‫تعاىل‬
.»‫ك بِ ُقَر ِابَا َم ْغ ِفَرًة‬
َ ُ‫َشْيئاً ألَتـَيـْت‬
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dia nyatakan
hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasullullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Ta ‘ala berfirman: “Hai
anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan
dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada
dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Ku,
niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh
jagad pula. (HR. Atirmidzi: 3534. Ahmad: 5/172).

3. Barangsiapa Komitmen dengan Tauhid Dengan


Semurni-Murninya, Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِ ِِ ِ
ِ ُ ‫ل حنِي ًفا وَل ي‬ ِ ِ ِ
َ ‫ك م َن الْ ُم ْش ِرك‬
:‫ني [النحل‬ َ ْ َ َ ّ ‫إ َّن إبـَْراه َيم َكا َن أ َُّمةً قَانتًا‬
.]021
Artinya: “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
menjadi teladan, senantiasa patuh kepada Allah dan ­menghadapkan
diri (hanya kepada-Nya); dan sama sekali ia tidak pernah ­termasuk
orang-orang yang berbuat syirik (kepada Allah)” (QS.An-Nahl:
120).

76 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

.]95 :‫ين ُهم بَِرّبِِ ْم َل يُ ْش ِرُكو َن [املؤمنون‬ ِ َّ


َ ‫َوالذ‬
Artinya: “Dan orang-orang yang mereka itu tidak berbuat
­sy­ irik (sedikit pun) kepada Tuhan mereka.”
Dalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan
­sebuah riwayat dari Hushain bin ‘Abdurrahman menuturkan:

“Suatu ketika aku berada di sisi Sa’id bin Jubair, lalu


ia bertanya: “Siapakah di antara kalian melihat ­bintang
yang jatuh semalam.” Aku pun menjawab: “Aku.”
­Kemudian kataku:”Ketahuilah, sesungguhnya aku ­ketika
itu tidak ­dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan
­kalajengking.” Ia bertanya: “Lalu apa yang kamu perbuat?”
Jawabku: “Aku meminta ruqyah.” Ia bertanya lagi: “Apakah
yang ­mendorong dirimu untuk melakukan hal itu?” Jawab-
ku: “Yaitu: sebuah hadits yang dituturkan oleh A ­ sy-Sya’bi
­kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Dan apakah hadits yang
dituturkan kepadamu itu?” Kataku: “Dia menuturkan
­kepada kami hadits dari Buraidah bin Al-Hushaib:­”Tidak
dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena ‘ain’ atau
terkena sengatan”.Sa’id pun berkata: “Sungguh t­elah
­
berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah
­didengarnya; tetapi Ibnu’Abbas menuturkan kepada kami
hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.bahwa beliau
bersabda: ­“Telah diperlukan kepadaku umat-umat. Aku melihat
seorang nabi, ­bersamanya beberapa orang; dan seorang nabi, ber-
samanya satu dan dua orang; serta seorang nabi, dan tak seorang
pun ­b­ersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah
yang banyak; aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku,
tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama kaumnya.
Lalu, tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah besar pula, maka
dikatakan ­kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka
ada tujuh puluh ribu orang yang mereka itu masuk Surga tanpa

KULIAH ISLAM I : Aqidah 77


hisab dan tanpa adzab.” Kemudian bangkitlah beliau dan segera
memasuki rumahnya. Maka orang-orang pun memperbincangkan
tentang siapakah ­mereka itu. Ada di antara mereka yang ­berkata:
Mungkin saja mereka itu yang ­
­ menjadi sahabat RasuIlullah
­shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja
mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam,
sehingga mereka t­idak pernah berbuat syirik sedikit pun kepada
Allah. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara yang lain.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamkeluar, mereka
memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka ­beliau ­bersabda:
“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, ­tidak
meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan,
tidak melakukan tathayyur” dan mereka pun ­bertawakkal ­kepada
Tuhan mereka. “ Lalu berdirilah ‘Ukasyah bin Mihshan dan
­berkata:
Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk
g­olongan mereka. Beliau menjawab: “Kamu termasuk
golongan mereka. “Kemudian berdirilah seorang yang lain
dan berkata: MohonkanIah kepada Allah agar aku juga
termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: “Kamu
­
sudah kedahuluan ‘Ukasyah.”(HR. Bukhari: 3410.
­
­Muslim: 220).

4.  Macam-MacamTauhid
Secara Global Tauhid terbagi menjadi tiga yaitu Tauhid
­Rububiyah, Tauhid uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat.

a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah ialah kesadaran dan keyakinan bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat yang menciptakan serta m
­ engatur
alam semesta dengan seluruh isinya (Rabbul ‘alamin). Allah
subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang mencipta,
­mengasuh, memelihara dan mendidik umat manusia ( Rabun
Naas). Allah satu-satunya Dzat yang mencipta semua makhluk

78 KULIAH ISLAM I : Aqidah


yang ada dijagad raya ini dengan kemauan dan kekuasaan-Nya
semata. (Musthafa Kamal Pasha, dkk, 2005:171).
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah subhanahu wa
ta’ala dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa
Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. (Shalih bin
Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, 1998:19).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ِ ٍ ٍ ِ َّ
ٌ ‫اللُ َخال ُق ُك ِّل َش ْيء َوُه َو َعلَى ُك ِّل َش ْيء َوك‬
‫يل‬
Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
­memelihara segala sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62).
Bahwasanya Dia adalah pemberi rizki bagi setiap ­manusia,
bintang dan makhluk lainnya. Allah subhanahu wa ta’ala
­berfirman:

َِّ ‫ض إَِّل علَى‬


‫الل ِرْزقـَُها َويـَْعلَ ُم ُم ْستـََقَّرَها‬ ِ ‫َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِف ْال َْر‬
َ
ٍ َ‫ومستـوَد َعها ُكلٌّ ِف كِت‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ َ َْ ْ ُ َ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia ­mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. ­Semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.Huud: 6).
Dan bahwasanya Dialah penguasa dan pengatur semesta
alam. Sebagaimana firman-Nya :

‫ك ِم َّْن‬َ ‫ك َم ْن تَ َشاءُ َوتـَْن ِزعُ الْ ُم ْل‬َ ‫ك تـُْؤِت الْ ُم ْل‬ ِ ‫ك الْم ْل‬ ِ
ُ َ ‫قُ ِل اللَّ ُه َّم َمال‬
‫ك َعلَى ُك ِّل‬ ْ ‫تَ َشاءُ َوتُعُِّز َم ْن تَ َشاءُ َوتُ ِذ ُّل َم ْن تَ َشاءُ بِيَ ِد َك‬
َ َّ‫الَيـُْر إِن‬
ِ ِ ِ ٍ
ُ ‫َش ْيء قَد ٌير * تُول ُج اللَّْي َل ِف النـََّها ِر َوتُول ُج النـََّه َار ِف اللَّْي ِل َوُتْر‬
‫ِج‬
‫الَ ِّي َوتـَْرُز ُق َم ْن تَ َشاءُ بِغَ ِْي‬ ْ ‫ت ِم َن‬ َ ِّ‫ِج الْ َمي‬
ِِ ِ ْ
ُ ‫الَ َّي م َن الْ َميّت َوُتْر‬
ٍ ‫ِحس‬
‫اب‬ َ

KULIAH ISLAM I : Aqidah 79


Artinya: “Katakanlah: “Wahai Rob/Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
­Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki
tanpa hisab (batas)”. (QS. Ali-Imroon: 26-27).

‫ين ِم ْن ُدونِِه بَ ِل الظَّالِ ُمو َن ِف‬ ِ َّ ِ َِّ ‫َه َذا َخ ْل ُق‬


َ ‫الل فَأ َُرون َما َذا َخلَ َق الذ‬
ٍ ِ‫ض َل ٍل ُمب‬
‫ني‬ َ
Artinya: “Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu
kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu)
selain Allah. sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di
­dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Lukman: 11).
ِ
َ ‫أ َْم َم ْن َه َذا الَّذي يـَْرُزقُ ُك ْم إِ ْن أ َْم َس‬
‫ك ِرْزقَهُ بَ ْل َلُّوا ِف عُتـٍُّو َونـُُفوٍر‬
Artinya: “Atau siapakah yang memberi kamu rezki jika
Allah menahan rezki-Nya? sebenarnya mereka terus menerus
­
­dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (QS. Al-Mulk: 21).
Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan pula tentang
k­ eesaan-Nya dalam rububiyah-Nya atas segala alam semesta.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِ ِِ ْ
‫ني‬ ِّ ‫الَ ْم ُد َّل َر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS.
Al-Fatihah: 1).
ِِ ِ َّ ‫الل الَّ ِذي خلَق‬
ْ َّ‫ض ِف ستَّة أ ََّيٍم ُث‬
‫استـََوى‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ ِ
َُّ ‫إ َّن َربَّ ُك ُم‬
80 KULIAH ISLAM I : Aqidah
ِ ِ
‫س َوالْ َق َمَر‬
َ ْ ‫َعلَى الْ َع ْر ِش يـُْغشي اللَّْي َل النـََّه َار يَطْلُبُهُ َحثيثًا َوالش‬
‫َّم‬
ِ ُّ ‫الل ر‬ ٍ ‫والنُّجوم مس َّخر‬
ْ ُ‫ات ِب َْم ِرِه أََل لَه‬
‫ني‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َُّ ‫الَْل ُق َو ْال َْمُر تـَبَ َارَك‬ َ ََُ ُ َ
Artinya: “Sesungguhnya Rob/Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam k ­ epada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
­
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
­
­hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rob/Tuhan semesta alam.
(QS. Al-A’rof: 54).
َِِّ ‫ب الْعر ِش الْع ِظي ِم * سيـ ُقولُو َن‬
‫ل‬ ِ ‫السماو‬
ََ َ ْ َ ُّ ‫السْب ِع َوَر‬ َّ ‫ات‬ َ َ َّ ‫ب‬ ُّ ‫قُ ْل َم ْن َر‬
‫وت ُك ِّل َش ْي ٍء َوُه َو ُِيريُ َوَل ُيَ ُار‬ ِِ
ُ ‫قُ ْل أَفَ َل تـَتـَُّقو َن * قُ ْل َم ْن بِيَده َملَ ُك‬
‫َن تُ ْس َحُرو َن‬ َِِّ ‫علَي ِه إِ ْن ُكنـتم تـعلَمو َن * سيـ ُقولُو َن‬
َّ ‫ل قُ ْل فَأ‬ ََ ُ َْ ْ ُْ َْ
Artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang
tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan ­menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka ­Apakah kamu tidak
bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di ­tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak
ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengeta-
hui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah:
“(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?”
(QS. Al-Mukminuun: 86-89).
Rab adalah yang berhak menciptakan, memiliki serta
­memerintah. Jadi, tidak ada pencipta selain Allah subhanahu wa
ta’ala , tidak ada pemilik selain Allah, dan tidak ada ­perintah
selain perintah dari-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala telah
­
­berfirman:

ِِ ِ َّ ‫الل الَّ ِذي خلَق‬


‫استـََوى‬ ْ َّ‫ض ِف ستَّة أ ََّيٍم ُث‬
َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ َّ ‫إ‬
َُّ ‫ِن َربَّ ُك ُم‬
ِ ِ
‫س َوالْ َق َمَر‬ ْ ‫َعلَى الْ َع ْر ِش يـُْغشي اللَّْي َل النـََّه َار يَطْلُبُهُ َحثيثًا َوالش‬
َ ‫َّم‬
KULIAH ISLAM I : Aqidah 81
ِ ُّ ‫الل ر‬ ٍ ‫والنُّجوم مس َّخر‬
ْ ُ‫ات ِب َْم ِرِه أََل لَه‬
‫ني‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬َ َُّ ‫الَْل ُق َو ْال َْمُر تـَبَ َارَك‬ َ ََُ ُ َ
Artinya: “Sesungguhnya Rob/Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia ­bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam k ­ epada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
­
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
­
­hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’raf: 54).

‫س َوالْ َق َمَر‬ ‫َّم‬


ْ ‫الش‬ ‫ر‬
َ ‫خ‬
َّ ‫س‬
َ ‫و‬
َ ‫ل‬ ِ ‫يُولِ ُج اللَّْي َل ِف النـََّها ِر َويُولِ ُج النـََّه َار ِف اللَّْي‬
َ ِ ِ ِ
َّ ُ ‫اللُ ربُّ ُك ْم لَهُ الْم ْل‬ َ ‫ُكلٌّ َْي ِري ل‬
‫ين تَ ْدعُو َن‬َ ‫ك َوالذ‬ ُ َ َّ ‫َج ٍل ُم َس ًّمى َذل ُك ُم‬
‫ِم ْن ُدونِِه َما يَْلِ ُكو َن ِم ْن قِطْ ِم ٍري‬
Artinya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang
dan m ­ emasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan
­matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu,
­
­kepunyaan-­Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu ­seru
(sembah) selain ­Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari”. (QS. Fhatir: 13).
Tidak ada makhluk yang mengingkari k­ erububiyahan
Allah subhanahu wa ta’ala , kecuali orang yang congkak
­sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya, seperti
yang dilakukan fir’aun ketika berkata kepada kaumnya :
“Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”( QS. An-Naziat : 24),
dan juga ketika berkata : “Hai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui tuhan bagimu selain aku.”( QS. Al-Qashash : 38).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ِ
َ ‫استـَيـَْقنـَتـَْها أَنـُْف ُس ُه ْم ظُْل ًما َوعُلًُّوا فَانْظُْر َكْي‬
‫ف َكا َن‬ ْ ‫َو َج َح ُدوا بَا َو‬

82 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫ين‬ ِِ ِ
َ ‫َعاقبَةُ الْ ُم ْفسد‬
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan
kesombongan (mereka) Padahal hati mereka meyakini (­kebenaran)
nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang
­berbuat kebinasaan. (QS. An-Naml: 14).
Begitu juga ketika Al-Quran menceritakan tentang
­perkataan Nabi Musa kepada Fir’aun:

‫صآئَِر َوإِِّن‬ ِ ‫السماو‬


ِ ‫ات َواأل َْر‬ ُّ ‫َنزَل َه ُؤالء إِالَّ َر‬ ِ
َ َ‫ض ب‬ َ َ َّ ‫ب‬ َ ‫ت َما أ‬ َ ‫ال لََق ْد َعل ْم‬
َ َ‫ق‬
‫ُّك َي فِْر َعو ُن َمثـْبُ ًورا‬
َ ‫ألَظُن‬
Artinya: “Nabi Musa berkata kepada Fir’aun :
“Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang
­
­menurunkan ­mukjizat-mukjizat itu kecualiRab yang memelihara
langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya
aku mengira kamu, hai fir’aun, seorang yang akan binasa.” ­(QS.
Al-Isra’ : 102).
Oleh karena itu, sebenarnya orang-orang musyrik
­ engakui rububiyah Allah subhanahu wa ta’ala, meskipun ­mereka
m
­menyekutukan-Nya dalam uluhiyah ­(penghambaan/­peribadatan).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ل قُ ْل‬ َِِّ ‫قُل لِم ِن ْالَرض ومن فِيها إِ ْن ُكنـتم تـعلَمو َن * سيـ ُقولُو َن‬
ََ ُ َْ ْ ُْ َ ْ ََ ُ ْ َ ْ
ِ
‫ب الْ َع ْر ِش الْ َعظي ِم‬ُّ ‫السْب ِع َوَر‬ ِ
َّ ‫الس َم َاوات‬
َّ ‫ب‬ ُّ ‫أَفَ َل تَ َذ َّكُرو َن * قُ ْل َم ْن َر‬
‫وت ُك ِّل َش ْي ٍء‬ ِِ ِِ
ُ ‫* َسيـَُقولُو َن َّل قُ ْل أَفَ َل تـَتـَُّقو َن * قُ ْل َم ْن بِيَده َملَ ُك‬
‫َن‬َّ ‫ل قُ ْل فَأ‬َِِّ ‫وهو ُِيري وَل ُيار علَي ِه إِ ْن ُكنـتم تـعلَمو َن * سيـ ُقولُو َن‬
ََ ُ َْ ْ ُْ ْ َ ُ َ َ ُ ََُ
‫تُ ْس َحُرو َن‬
Artinya: “Katakanlah : Kepunyaan siapakah bumi ini,
dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui? “Mere-
ka akan menjawab: “kepunyan Allah”. Katakanlah: “siapakah

KULIAH ISLAM I : Aqidah 83


yang ­empunya langit yang tujuh dan yang empunya Arsy yang
besar?” mereka menjawab: “kepunyaan Allah.” Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak bertakwa? “Katakanlah: “Siapa-
kah yang di­­tanganNya berada kekusaan atas segala sesuatu, se-
dang Dia ­melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” mereka akan menjawab:
­“kepunyaan ­Allah.” Katakanlah : “(kalau demikian), maka dari
jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al-Mu’minun: 84-89).

‫ض لَيـَُقولُ َّن َخلَ َق ُه َّن الْ َع ِز ُيز‬ ِ َّ ‫ولَئِن سأَلْتـهم من خلَق‬


َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ ْ َ ْ َُ َ ْ َ
‫الْ َعلِ ُيم‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka
: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya ­mereka
menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.” ­( QS. Az-Zukhruf : 9).

‫َن يـُْؤفَ ُكو َن‬ َّ ‫َولَئِ ْن َسأَلْتـَُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لَيـَُقولُ َّن‬


َّ ‫اللُ فَأ‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:
“siapakah yang menciptakan mereka?”, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)?” (QS. Az-Zukhruf: 87).
Dia adalah pengatur alam, sekaligus sebagai pemutus
seluruh perkara, sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Dia
juga pemutus peraturan-peraturan ibadah serta hukum-hukum
muamalat sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya.
Tauhid rububiyah saja belum memasukan seseorang
k­ edalam agama Islam karena orang kafir qurays juga ­memiliki
tauhid rububiyah sebagaimana dalil diatas bahkan yahudi
dan nashrani juga memiliki tauhid rububiyah artinya m ­ ereka
­mengakui Allah subhanahu wa ta’ala pencipta alam s­ emesta ini.
Namun, yang memasukan seseorang ke dalam agama ­islam
adalah Tauhid Uluhiyah yaitu: “ Iyyaka na’budu wa iyya ka
­
­nasta’in” beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja.

84 KULIAH ISLAM I : Aqidah


b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengimani bahwasanya Allah
subhanahu wa ta’ala satu-satunya Al-Ma’bud yang berhak untuk
diibadahi. (Yunahar Ilyas, 2013:28).
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah subhana-
hu wa ta’ala dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat
­taqarrub yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, kurban, raja’
­(pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah ­(takut)
dan inabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti
dakwah para Rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang
­terakhir. (Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, 2001:53).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫أَنَّهُ َل إِلَهَ إَِّل أ ََن‬ ‫وحي إِلَْي ِه‬


ِ ُ‫ول إَِّل ن‬
ٍ ‫ك ِمن رس‬ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫َوَما أ َْر َس ْلنَا م ْن قـَْبل‬
ِ ‫اعب ُد‬
‫ون‬ ُ ْ َ‫ف‬
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun ­sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya ­tidak
ada Tuhan (yang berhak diibadahi) melainkan Aku, Maka
­sembahlah olehmu sekalian akan aku”. (QS.Al-Anbiyaa’ : 25).
ِ ‫الل و‬ ِ ٍ
َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
‫وت‬ ْ َ ََّ ‫َولََق ْد بـََعثـْنَا ِف ُك ِّل أ َُّمة َر ُس ًول أَن ْاعبُ ُدوا‬
‫َّللَةُ فَ ِسريُوا ِف‬
َ ‫ت َعلَْي ِه الض‬ ِ َّ ‫فَ ِمنـهم من ه َدى‬
ْ ‫اللُ َومنـْ ُه ْم َم ْن َح َّق‬ َ ْ َ ْ ُْ
ِ ِ
َ ِ‫ف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ّذب‬
‫ني‬ ِ ‫ْال َْر‬
َ ‫ض فَانْظُُروا َكْي‬
Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Ibadahilah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-
orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl: 36).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 85


Tauhid Uluhiyah berkonsekuensi untuk benar-benar
mengimani bahwa Dialah Allah subhanahu wa ta’ala , Ilah yang
benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu baginya.
Al Ilah artinya “al ma’luh”, yakni sesuatu yang disembah
dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫الرِح ُيم‬ ِ ‫وإِ َل ُكم إِلَه و‬


َّ ‫اح ٌد َل إِلَهَ إَِّل ُه َو‬
َّ ‫الر ْحَ ُن‬ ٌَ ْ ُ َ
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah tuhan yang Maha Esa; tidak
ada tuhan (yang berhak diibadahi) melainkan Dia, yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al Baqarah : 163).
ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫الل أَنَّهُ َلإِلَهَ إَِّل ُه َوَوالْ َم َلئ َكةُ َوأُولُوالْع ْل ِم قَائ ًم ِابلْق ْسط َلإِلَه‬ َّ ‫َش ِه َد‬
‫الَ ِك ُيم‬
ْ ‫إَِّل ُه َوالْ َع ِز ُيز‬
Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak diibadahi) selain Dia yang menegakkan keadilan, para
­
­Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan ­demikian).
Tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia yang Maha
Perkasa lagi Maha bijaksana.” ( QS. Al-Imran :18).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang lata, uzza, dan
manat yang disebut sebagai tuhan, namun tidak diberi hak
Uluhiyah:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ٍ َ‫الل ِبا ِمن س ْلط‬


‫ان‬ ُ ْ َ َُّ ‫وها أَنـْتُ ْم َوآَ َب ُؤُك ْم َما أَنـَْزَل‬ ْ ‫إِ ْن ِه َي إَِّل أ‬
َ ‫َسَاءٌ َسَّيـْتُ ُم‬
‫س َولََق ْد َجاءَ ُه ْم ِم ْن َرّبِِ ُم ا ْلَُدى‬ َّ َِّ ِ ِ
ُ ‫إ ْن يـَتَّبعُو َن إل الظ َّن َوَما تـَْه َوى ْالَنـُْف‬
Artinya: “ Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu
dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak ­menurunkan
suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini

86 KULIAH ISLAM I : Aqidah


oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk
­kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. An Najm : 23).
Setiap sesuatu yang diibadahi selain Allah subhanahu wa
ta’ala., Uluhiyahnya adalah batil. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
ِ ‫َن ما ي ْدعو َن ِمن دونِِه هو الْب‬
َّ ‫اط ُل َوأ‬ َّ ‫ك ِب‬ ِ
َ‫الل‬
َّ ‫َن‬ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َّ ‫الَ ُّق َوأ‬ ْ ‫اللَ ُه َو‬
َّ ‫َن‬ َ ‫َذل‬
ِ ِ
ُ‫ُه َو الْ َعل ُّي الْ َكبري‬
Artinya: “(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq dan sesungguhnya
apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah, Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”
(QS. Al-Hajj : 62).
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman tentang Nabi
­Yusuf yang berkata kepada dua temannya di penjara:

ِ ‫الل الْو‬ ِ ِ ٌ ‫الس ْج ِن أَأ َْرَب‬ ِ ِ ‫ي‬


* ‫اح ُد الْ َق َّه ُار‬ َ َُّ ‫ب ُمتـََفّرقُو َن َخيـٌْر أَم‬ ّ ‫صاح َِب‬ َ َ
َّ ‫وها أَنـْتُ ْم َوآَ َب ُؤُك ْم َما أَنـَْزَل‬ َِّ ِ ِ ِ
ُ‫الل‬ َ ‫َسَاءً َسَّيـْتُ ُم‬ْ ‫َما تـَْعبُ ُدو َن م ْن ُدونه إل أ‬
ِ ِ‫ل أَمر أََّل تـعب ُدوا إَِّل إِ َّيه َذل‬ ِ ِ ِ ْ ‫ان إِ ِن‬ ٍ َ‫ِبا ِمن س ْلط‬
‫ين‬
ُ ‫ك ال ّد‬ َ ُ ُ َْ َ َ َّ ‫الُ ْك ُم إَّل‬ ُ ْ َ
ِ ‫الْ َقيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثـََر الن‬
‫َّاس َل يـَْعلَ ُمو َن‬
Artinya: “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa?. Kamu tidak menyembah yang ­selain ­Allah
kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan ­nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu h­anyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi k
­ ebanyakan
manusia tidak mengetahui.” ( QS. Yusuf : 39-40).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 87


Oleh karena itupara Rasul ‘Alaihimussalam berkata kepada
kaum-kaumnya :

َّ ‫فَأ َْر َس ْلنَا فِي ِه ْم َر ُس ًول ِمنـْ ُه ْم أ َِن ْاعبُ ُدوا‬


‫اللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلٍَه َغيـُْرهُ أَفَ َل‬
‫تـَتـَُّقو َن‬
Artinya:” Lalu Kami utus kepada mereka, seorang Rasul dari
kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Ibadahi-lah Allah oleh
kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya). (QS. Al-
Mu’minun : 32).
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka
masih saja mengambil Tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala
Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan
­kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala dengan menyekutukan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Pengambilan sesembahan yang dilakukan orang-orang
­ usyrik ini telah dibatalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
m
­dengan dua bukti:
a) Sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai
­keistimewaan uluhiyah sedikitpun, karena mereka adalah
makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik
manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak memiliki ­hidup
dan mati, tidak memiliki sedkitpun dari langit dan tidak
pula ikut memiliki keseluruhannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َو َّاتَ ُذوا ِم ْن ُدونِِه آَ ِلَةً َل َيْلُ ُقو َن َشيـْئًا َوُه ْم ُيْلَ ُقو َن َوَل يَْلِ ُكو َن‬
‫ضًّرا َوَل نـَْف ًعا َوَل يَْلِ ُكو َن َم ْو ًت َوَل َحيَا ًة َوَل نُ ُش ًورا‬ ِ ِ
َ ‫لَنـُْفس ِه ْم‬
Artinya: “Mereka mengambil sesembahan-sesembahan selain
daripadaNya (untuk disembah), yang sesembahan-sesembahan itu
tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan

88 KULIAH ISLAM I : Aqidah


dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari
­dirinya dan tidak (pulauntuk mrngambil) sesuatu manfaatpun dan
(juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
­membangkitkan.” ( QS. Al-Furqan : 3).

‫ال َذ َّرٍة ِف‬ َ ‫الل َل يَْلِ ُكو َن ِمثـَْق‬


َِّ ‫ون‬ ِ ‫قُ ِل ْادعوا الَّ ِذين َزعمتُم ِمن د‬
ُ ْ ْ َْ َ ُ
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫الس َم َاوات َوَل ف ْال َْرض َوَما َلُْم فيه َما م ْن ش ْرك َوَما لَهُ منـْ ُه ْم م ْن‬ َّ
ِ ِ ِ ِ
. . . ُ‫اعةُ عْن َدهُ إَّل ل َم ْن أَذ َن لَه‬ َّ ‫ظَ ِه ٍري * َوَل تـَنـَْف ُع‬
َ ‫الش َف‬
Artinya: “Katakanlah : “Serulah mereka yang kamu a­ nggap
(sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak memiliki ­(kekuasaan)
seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak­
­mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi,
dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu
bagiNya, dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan
bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh syafaat…” ( QS.
Saba’ : 22-23).
ِ
ْ َ‫أَيُ ْش ِرُكو َن َما َل َيْلُ ُق َشيـْئًا َوُه ْم ُيْلَ ُقو َن * َوَل يَ ْستَطيعُو َن َلُْم ن‬
‫صًرا‬
‫صُرو َن‬ُ ‫َوَل أَنـُْف َس ُه ْم يـَْن‬
Artinya: “Apakah mereka mempersekutukan (Allah d­ engan)
berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? ­Sedangkan
berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan ­ berhala-berhala
itu ­tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-­
penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun ­berhala-berhala itu
tidak dapat memberi pertolongan.” ( QS. Al-A’raf :191-192).
Kalau demikian keadaan sesembahan-sesembahan itu,
maka sungguh sangat batil bila menjadikan mereka sebagai
Ilah dan tempat meminta pertolongan.
b) Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa A ­ llah
subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunyaRab, Pencipta, yang
di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga
­mengakui bahwa hanya Dialah yang dapat melindungi dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 89


tidak ada yang dapat melindungi-Nya. Ini mengharuskan
pengesaan uluhiyah (penghambaan), seperti mereka meng
Esakan Rububiyah (ketuhanan) Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫ين ِم ْن قـَْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ َّ ِ َّ


ُ ‫أَيـَُّها الن‬
َ ‫َّاس ْاعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم َوالذ‬
‫الس َماءَ بِنَاءً َوأَنـَْزَل ِم َن‬َّ ‫اشا َو‬ ِ ‫تـتـَُّقو َن * الَّ ِذي جعل لَ ُكم ْالَر‬
ً ‫ض فَر‬ َ ْ ُ َ ََ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫َخَر َج به م َن الث ََّمَرات رْزقًا لَ ُك ْم فَ َل َْت َعلُوا َّل أَنْ َد ًادا‬ ِ
ْ ‫الس َماء َماءً فَأ‬ َّ
‫َوأَنـْتُ ْم تـَْعلَ ُمو َن‬
Artinya: “Hai manusia, Ibadahi-lahRabmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orag yang sebelummu, agar kamu
­
­bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, Dia menurunkan air (hujan) dari ­langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
­sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamumengadakan
sekutu-­ sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahiu.” (QS.
­Al-Baqarah : 21-22).

‫َن يـُْؤفَ ُكو َن‬ َّ ‫َولَئِ ْن َسأَلْتـَُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لَيـَُقولُ َّن‬


َّ ‫اللُ فَأ‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka :
“Siapakah yang menciptakan mereka? “ niscaya mereka menjawab
: “Allah”. Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)?” ( QS. Az-Zukhruf : 87).

‫ص َار‬ َ ْ‫الس ْم َع َو ْالَب‬


َّ ‫ك‬ ِ
ُ ‫ض أ َْم َم ْن يَْل‬ ِ ‫الس َم ِاء َو ْال َْر‬
َّ ‫قُ ْل َم ْن يـَْرُزقُ ُك ْم ِم َن‬
ْ ‫ت ِم َن‬
‫الَ ِّي َوَم ْن يُ َدبُِّر ْال َْمَر‬ َ ِّ‫ِج الْ َمي‬
ِ ِ ِ ْ ‫ومن ُيْرِج‬
ُ ‫الَ َّي م َن الْ َميّت َوُيْر‬ ُ ْ ََ
‫الَ ُّق فَ َما َذا بـَْع َد‬
ْ ‫اللُ َربُّ ُك ُم‬ ِ
َّ ‫اللُ فـَُق ْل أَفَ َل تـَتـَُّقو َن * فَ َذل ُك ُم‬
َّ ‫فَ َسيـَُقولُو َن‬
‫صَرفُو َن‬ْ ُ‫َن ت‬ َ ‫الَ ِّق إَِّل الض‬
َّ ‫َّل ُل فَأ‬ ْ
Artinya: “Katakanlah : “siapakah yang memberi rezki
­kepadamu dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang kuasa

90 KULIAH ISLAM I : Aqidah


(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang
mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur ­segala ­urusan?”
Maka mereka akan menjawab : “Allah”. Maka ­katakanlah :
“Mengapa kamu tidak bertaqwa (­kepadaNya)?” maka (Dzat
yang demikian) itulah AllahRab kamu yang s­ ebenarnya. Tidak ada
­sesudah kebenaran itu, malainkan ­kesesatan. Maka bagaimanakah
kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Yunus: 31-32).

c. Tauhid Asma’ wa Sifat


Al-Asma’ artinya nama-nama dan as-Shifat artinya sifat-­
sifat. Allah subhanahu wa ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-­
sifat yang menunjukan kemaha sempurnaanNya, sebagaima-
na disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah
­Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.(Yunahar Ilyas, 2013:51).
Makna Tauhid Asma’ wa Sifat adalah beriman ­ kepada
nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala dan sifat-sifat­ -Nya,
sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
­
Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah subhanahu
­
wa ta’ala , tanpa ta’wil dan ta’thil (menghilangkan nama/sifat
­Allah subhanahu wa ta’ala , tanpa takyif (membagaimanakan
hakekat Asma dan Sifat Allah subhanahu wa ta’ala.) dan tamtsil
(menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk-Nya).
(Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, 2001:97).
Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu
wa ta’ala , yakni : menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang
­sudah ditetapkan Allah untuk diri-Nya dalam kitab suci-Nya
atau sunnah Rasul-Nya dengan nama dan sifat yang sesuai
dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa melakukan tahrif
(penyelewengan makna), ta’thil (peniadaan nama dan sifat
­tersebut), takyif (menanyakan bagaimana hakekat nama dan
­sifat tersebut), dan tamstil (menyerupakan dengan makhluk).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 91


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َسَائِِه‬
ْ ‫ين يـُْل ِح ُدو َن ِف أ‬ ِ َّ ِ َِِّ‫و‬
َ ‫الُ ْس َن فَ ْادعُوهُ بَا َو َذ ُروا الذ‬ ْ ُ‫َسَاء‬ ْ ‫ل ْال‬ َ
‫َسيُ ْجَزْو َن َما َكانُوا يـَْع َملُو َن‬
Artinya: “Allah mempunyai Asmaaul husna, maka
­memohonlah kepadanya dengan menyebut asmaul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran ­dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS.
­
­Al-A’raf : 180).

‫َعلَى َوُه َو الْ َع ِز ُيز‬ ِ ِ ِ َّ ‫لِلَّ ِذين َل يـؤِمنو َن ِبْلَ ِخرِة مثل‬
ْ ‫الس ْوء َو َّل الْ َمثَ ُل ْال‬ ُ ََ َ ُ ُْ َ
‫الَ ِك ُيم‬
ْ
Artinya: “ Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat
yang Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” ( QS. An-Nahl : 60).
ِ ‫الس ِميع الْب‬
‫ص ُري‬ ِ ِ ِ ‫لَي‬...
َ ُ َّ ‫س َكمثْله َش ْيءٌ َوُه َو‬
َ ْ
Artinya: “… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Melihat.” ( QS.
Asy-syura : 11).
Dalam perkara ini ada dua bentuk penyimpangan dari
­Al-Qur’an dan As-Sunnah, yaitu :
1. Penyimpangan Mu’aththilah, yaitu ­ penyimpangan
terhadap Asma’ dan Sifat Allah subhanahu wa ta’ala
­
­dengan cara mengingkari nama-nama dan sifat-­sifat ­Allah
atau m­ engingkari sebagiannya saja untuk ­ menghindari
penyerupaam Allah subhanahu wa ta’ala ­dengan
makhluk-Nya. Hal tersebut termasuk penyimpangan
­
­karena argumentasi-argumentasi sebagai berikut:

92 KULIAH ISLAM I : Aqidah


a. Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan untuk ­diri-Nya
nama-nama dan sifat-sifat, serta telah menafikan sesuatu
yang serupa dengan-Nya.
b. Kecocokan antara dua hal dalam nama atau sifatnya tidak
mengharuskan adanya persamaan. Anda melihat ada dua
orang yang keduanya manusia, mendengar, melihat dan
berbicara, tetapi tidak harus sama dalam makna-makna
kemanusiaannya, pendengarannya, ­penglihatannya, dan
pembicaraannya. Anda juga melihat beberapa binatang
yang punya tangan, kaki dan mata, tetapi kecocokannya
itu tidak mengharuskan tangan, kaki dan mata mereka
sama. Apabila antara makhluk-makhluk yang serupa
­dalam nama atau sifatnya saja jelas memiliki perbedaan,
maka tentu perbedaan antara khaliq (pencipta) dan
makhluk (yang diciptakan) akan lebh jelas lagi.
2. Penyimpangan Musyabbihah, yaitu ­penyimpangan
terhadap Asma’ wa Sifat Allah subhanahu wa ta’ala
­
dengan cara menetapkan nama-nama dan sifat-sifat,
­
menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala ­dengan
tetapi ­
makhluknya. Mereka mengira hal ini sesuai dengan
­
nash-nash Al Qur’an, karena Allah subhanahu wa ta’ala
­
­berbicara dengan hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang
dapat difahaminya. Hal tersebut termasuk penyimpangan
karena argumentasi-argumentasi sebagai berikut:
a. Menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan
makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil,
­
menurut akal maupun syara’. Padahal tidak ­
mungkin
nash-nash kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasul
­menunjukkan pegertian yang bathil.
b. Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan hamba-­
hamba-Nya dengan sesuatu yang dapat dipahami
dari segi asal maknanya. Hakikat makna sesuatu yang
­berhubungan dengan Dzat dan sifat Allah subhanahu
wa ta’ala adalah hal yang hanya diketahui oleh Allah
­subhanahu wa ta’ala saja.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 93


Apabila Allah subhanahu wa ta’ala menetapkanuntuk ­diri-Nya
bahwa Dia Maha Mendengar, maka pendengaran itu sudah
maklum dari segi maknanya, yaitu menemukan suara-­suara.
Tetapi hakikat hal itu dinisbatkan kepada pendengaran Allah
subhanahu wa ta’ala tidak maklum, karena hakekat pendengaran
jelas berbeda, walaupun pada makluk-makhluk sekalipun. Jadi
perbedaan hakikat itu antara pencipta dan yang diciptakan jelas
lebih jauh berbeda.
Apabila Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan tentang
d­iri-Nya bahwa Dia bersemayam di atas Arasy-Nya, maka
bersemayam dari segi asal maknanya sudah maklum, tetapi
hakekat bersemayamnya Allah itu tidak dapat diketahui.
Kita harus mengimani bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
bersemayam di atas ‘Arsy, tanpa mempertanyakan bagaimana
caranya Allah subhanahu wa ta’ala bersemayam. Selain tidak akan
bisa dijawab karena itu masalah ghaib, juga tidak ada gunanya,
bahkan hanya akan menghabiskan waktu saja. (Yunahar Ilyas,
203:53).

C. Makna Laa Ilaaha Ilallah


La yang terdapat pada awal iqrar La Ilaha Illallah adalah
La Nafiyata Liljinsi, yaitu huruf Nafi yang menafikan segala
­macam jenis ilah. Illa adalah huruf istisna (pengecualian) yang
­mengecualikan Allah subhanahu wa ta’ala dari segala macam ­jenis
ilah yang dinafikan. Bentuk kalimat seperti ini dinamai kalimat
manfi (negatif) lawan dari kalimat mutsbat (positip). ­Kalimat Illa
berfungsi mengitsbatkan kalimat yang manfi. Dalam kaidah
­bahasa arab itsbat sesudah manfi itu mempunyai maksud alhash-
ru (membatasi) dan taukid (menguatkan). Dengan demikian
kaliamat (La Ilaha Illallah) mengandung pengertian tidak ada
Tuhan yang benar-benar berhak disebut Tuhan selain Allah
subhanahu wa ta’ala semata. (Yunahar Ilyas, 2013:31). Atau
dengan istilah La Ma’buuda Bihaqqin Illallah Tidak ada Ilah atau
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.

94 KULIAH ISLAM I : Aqidah


 Kalimat laa ilaaha illallah ini mengandung makna penafian
(peniadaan) sesembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala dan
menetapkannya hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala ­semata.
Sehingga makna“La Ilaha Illallah” adalah“La Ma’buuda ­Bihaqqin
Illallah” yang artinya tidak ada ilah yang berhak diibadahi ­dengan
benar kecuali Allah subhanahu wa ta’ala
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ِ َ‫ك ولِْلمؤِمنِني والْمؤِمن‬ ِ ِ ‫الل و‬


ُ‫الل‬
َّ ‫ات َو‬ ْ َ َُّ ‫اعلَ ْم أَنَّهُ َل إِلَهَ إَِّل‬
ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ِ‫استـَ ْغف ْر ل َذنْب‬ ْ َ‫ف‬
‫يـَْعلَ ُم ُمتـََقلَّبَ ُك ْم َوَمثـَْوا ُك ْم‬
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada T
­ uhan
yang berhak diibadahi melainkan Allah dan mohonlah a­ mpunan
atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, ­laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
­tempat kamu tinggal.” (QS.Muhammad: 19).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda:

‫«م ْن‬
َ : ‫النيب صلى هللا عليه وسلم ؛ أنه قال‬ِّ ‫ ِعن‬، ‫وروى زيْ ُد بن ْأرقَم‬
َّ َّ‫ الَ إِلَهَ إِال‬: ‫ال‬
)‫(صحيح رواه أمحد‬.َ‫اللُ مُْلصاً َد َخ َل اجلَنَّة‬ َ َ‫ق‬
Artinya: Dari Zaid bin Arqom Rasulullah shallalla-
hu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa ­mengucapkan
laa ilaaha illallah dengan Keikh-lasan hati, pasti ia masuk
­Surga.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad).
Orang yang ikhlas ialah yang memahami laa ilaaha illallah,
mengamalkannya, dan menyeru kepadanya sebelum menyeru
kepada yang lainnya. Sebab kalimat ini mengandung tauhid
(pengesaan Allah), yang karenanya Allah menciptakan alam
­semesta ini.
Hadits dari Ibnu Syihab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
­sallam menyeru pamannya Abu Thalib ketika menjelang ajal,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 95


َِّ ‫أَ ْشه ُد لَك ِبا ِعْن َد‬
ُ‫الل [ أخرجه‬ َ َ َ ً‫اللُ َكلِ َمة‬
َّ ‫ « َل إِلَهَ إَِّل‬:‫َي َع ِّم؛ قُ ْل‬
]42 ‫ ومسلم‬،)5764( ‫البخاري‬
“Wahai pamanku, katakanlah, ‘Laa ilaaha illallah’
­(Tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah), seuntai kalimat yang aku akan berhujjah
dengannya untukmu di sisi Allah, maka ia (Abu Thalib)
enggan mengucapkan laa ilaaha illallah.” (HR. Bukhari:
4675. Muslim: 24).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di
­Makkah selama13 tahun, beliau mengajak (menyeru) ­bangsa
Arab: ­“Katakanlah, ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang
berhak d­iibadahi melainkan Allah subhanahu wa ta’ala.),
maka mereka menjawab: ‘Hanya satu tuhan, kami belum
­pernah ­mendengar seruan seperti ini?’ Demikian itu, karena
bangsa Arab m
­ ­ emahami makna kalimat ini. Sesungguhnya
­barangsiapa ­mengucapkannya, niscaya ia tidak akan beribadah
kepadaselain Allah. Maka mereka meninggalkannya dan tidak
­mengucapkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada
mereka:

‫اللُ يَ ْستَ ْكِبُو َن * َويـَُقولُو َن أَئِنَّا‬


َّ ‫يل َلُْم َل إِلَهَ إَِّل‬ ِ‫إِنـَّهم َكانُوا إِ َذا ق‬
َ ُْ
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫َّق الْ ُم ْر َسل‬
َ ‫صد‬َ ‫لَتَا ِرُكوا آَلَتنَا ل َشاع ٍر َْمنُون * بَ ْل َجاءَ ِب ْلَ ِّق َو‬
Artinya: “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan
­kepada mere-ka, ‘Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang ­berhak
diibadahi melainkan Allah)’, mereka menyombongkan diri, dan
­mereka berkata, Apakah sesungguhnya kami harus ­meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila? ‘­Sebenarnya
dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan
­membenarkan rasul-rasul (sebelumnya)’.” ­(QS. ­Ash-Shaffat:
35-37).

96 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َال لَا إِلَهَ ِإالَ هللاُ وَ َكفـََر مبِاَ يـُْعبَ ُد‬


َ ‫ “ َم ْن ق‬: َ‫قاَ َل ص ََل هللاُ عَلَْي ِه وَ س ََّل‬
‫ُسلِ ُم) ( صحيح ) اُنْظُْر‬ ِ
ْ ‫ ح َُرَم ماَلُهُ وَ د َُمهُ « ( َرَواهُ م‬، ‫ِم ْن د ُْو َن هللا‬
‫ يف صحيح اجلامع‬8346 :‫ث رَقْ ٌم‬ ِ
َ ْ‫حَدي‬
Artinya: “Barangsiapa mengucapkan, ‘Laa ilaaha ­illallah’
(Tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan ­Allah) dan
mengingkari sesuatu yang disembah selain A ­ llah, maka
­haram hartanya dan darah-nya (­ haram dirampas­/­diambil).”
(Hadits Shahih Riwayat Muslim; Lihat Hadits No.
6438 dalam Shahihul Jami’).
Makna hadits tersebut, bahwasanya mengucapkan ­syahadat
mewajibkan ia mengkufuri dan mengingkari setiap p
­ eribadatan
kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala seperti ­ berdo’a
­(memohon) kepada mayit, dan lain-lain-nya.
Ironisnya, sebagian orang-orang Islam sering
mengucapkan syahadat dengan lisan-lisan mereka, tetapi
­
mereka ­
­ menyelisihimaknanya dengan perbuatan-perbuatan
dan ­permohonan mereka kepada selain Allah subhanahu wa
ta’ala
Laa ilaaha illallah adalah asas (pondasi) tauhid dan ­Islam,
pedoman yang sempurna bagi kehidupan. Ia akan ­terealisasi
dengan mempersembahkan setiap jenis ibadah untuk ­Allah
subhanahu wa ta’ala Demikian itu, apabila seorang muslim ­telah
tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala memohon ­kepada-Nya,
dan menjadikan syari’at-Nya sebagai hukum, bukan yang
­lainnya.
Ibnu Rajab berkata: “Al-Ilaah (Tuhan) ialah Dzat yang
d­ ita’ati dan tidak dimaksiati, dengan rasa cemas, ­pengagungan,
cinta, takut, pengharapan, tawakkal, meminta, dan ­ berdo’a
(memohon) ke-padaNya. Ini semua tidak selayaknya ­(diberikan)
kecuali untuk Allah subhanahu wa ta’ala Maka barangsiapa
menyekutukan makhluk di dalam sesuatu per-kara ini, yang ia

KULIAH ISLAM I : Aqidah 97


merupakan kekhususan-kekhususan Allah subhanahu wa ta’ala
maka hal itu akan merusak kemurnian ucapan laa ilaaha illal-
lah dan mengandung penghambaan diri terhadap makhluk
­tersebut sebatas perbuatannya itu.
Sesungguhnya kalimat “Laa ilaaha illallah” itu dapat
­ermanfaat bagi yang mengucapkannya, bila ia tidak
b
­membatalkannya dengan suatu kesyirikan, sebagaimana hadats
dapat membatalkan wudhu seseorang.
Sebagaimana tergambarkan dalam sebuah hadits,

‫اللُ َعلَْي ِه‬


َّ ‫صلَّى‬ ِ ُ ‫ال رس‬ َّ ‫َع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَ ٍل َر ِض َي‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ُ‫اللُ َعْنه‬
‫الَنَّةَ]رواه أبو داود‬ َّ َّ‫الم ِه ال إِلَهَ إِال‬
ْ ‫اللُ َد َخ َل‬ ِ ‫آخر َك‬ ِ
ُ ‫ َم ْن َكا َن‬: ‫َو َسل َم‬
َّ
[‫ وصححه ووافقه الذهيب‬153/1 ‫) واحلاكم يف املستدرك‬6113(
Artinya: Dari Muadz bin Jabal ra.Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda:”Barangsiapa yang akhir ­ucapannya
laa ilaaha illallah, pasti ia masuk Surga.” ­(Hadits ­Shahih
Riwayat Abu Dawud: 3112 dan Al-Hakim ­ dalam
Al-Mustadrok: 1/351).

D. Hakikat dan Dampak Dua Kalimat Syahadat


Iqrar La Ilaha Illallah tidak akan dapat diujudkan s­ ecara ­benar
tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh R ­ asulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu Iqrar La Ilaha Illal-
lah harus diikuti oleh Iqrar Muhammad Rasulullah. Dan Iqrar
­itulah yang dikenal dengan dua kalimat syahadat ­(syahadatain)
yang menjadi pintu gerbang seseorang memasuki dien Allah
­subhanahu wa ta’ala.(Yunahar Ilyas, 2013:31).
Dalam buku Tanya jawab agama jilid 1 Tim
PP.­
­ Muhammadiyah Majelis Tarjih, (1990:31) menjelaskan,
“Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar, orang yang masuk Islam wajib mengucapkan s­ yahadatain,
karena orang Islam yang sempurna haruslah melakukan lima

98 KULIAH ISLAM I : Aqidah


perbuatan, yakni mengucapkan syahadat, melakukan shalat,
membayar zakat, menunaikan haji bagi yang mampu serta
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.

‫اإلسالم َعلَى‬
ُ ‫ن‬ ُِ‫ « ب‬:‫عن ابن عمر عن النيب صلى هللا عليه وسلم قال‬
ِ ‫الص‬ َ ِ ‫ول‬
‫الة‬ َّ ‫ وإقَ ِام‬، ‫هللا‬ َّ ‫ و‬، ُ‫ َش َه َادة أ ْن الَ إله إالَّ هللا‬: ‫س‬
ُ ‫أن ُمَ َّمداً َر ُس‬ ٍ َْ‫خ‬
» ً‫اع إِلَْي ِه سبيال‬ ِِ ِ ِ ‫ و‬، ‫الزَك ِاة‬ َّ ‫ وإيتَ ِاء‬،
َ َ‫استَط‬
ْ ‫وح َّج البـَْيت ل َمن‬َ ، ‫ص ْوم رمضا َن‬ ََ
‫ وصحيح مسلم حديث برقم‬، )8( ‫ حديث برقم‬، ‫صحيح البخاري‬.
)61(
Artinya: “ Dari Ibnu Umar dari Rasulullah shallal-
lahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Agama Islam dibangun
­diatas lima perkara, bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah
yang ­berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan
­bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dan
­mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan berpuasa
pada bulan ­ramadhan dan berhaji ke baitullah bagi yang
mampu” (Shahih Bukhari: 8. Shahih Muslim:16).
Melihat hadits ini pertama-tama yang harus dilakukan
oleh orang yang masuk Islam adalah mengucapkan s­yahadat.
­Dengan mengucapkan syahadat orang mulai memasuki ­agama
Islam, karena arti syahadat selain lahirnya mengucapkan ­ucapan
itu, juga sebagai awal pengakuannya bahwa hanya ­Allah-lah
yang berhak diibadahi dan juga pengakuannya bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul (Utusan
Allah subhanahu wa ta’ala.). (Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Majelis Tarjih, 1990:31).
Kalau inti dari syahadah yang pertamaadalah beribadah
hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, maka inti dari
syahadah kedua adalah menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alai-
hi wa sallamsebagai titik pusat keteladanan (uswah hasanah) baik
dalam hubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala (hablun minal-
lah) secara vertical, maupun hubungan dengan manusia (hablun
minannas) secara horizontal). (Yunahar Ilyas, 2013:32).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 99


Beriman bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa s­ allam.
sebagai utusan Allah subhanahu wa ta’ala , adalah ­membenarkan
apa yang dikabarkannya, menta’ati apa yang d­ iperintahkannya,
dan meninggalkan apa yang dilarang dan diperingatkan ­darinya,
serta kita beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
apa yang disyari’atkannya.
Para Nabi dan Rasul dakwah pertama dan tujuan ­terbesar
mereka di setiap masa adalah meluruskan aqidah ­(keyakinan)
terhadap Allah subhanahu wa ta’ala , Meluruskan hubungan
antara hamba dengan Tuhannya. Mengajak memurnikan
­
­agama ini untuk Allah subhanahu wa ta’ala dan hanya beribadah
kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Sesungguhnya Dia
(Allah) Dzat yang memberikan manfa’at. Yang mendatangkan
mudharat. Yang berhak menerima ibadah, do’a, ­penyandaran
diridan sembelihan. Dahulu, dakwah para nabi diarahkan
kepada orang-orang yang menyembah berhala, yang secara
terang-terangan menyembah berhala-berhala, patung-patung
dan orang-orang shalih yang dikultuskan, baik yang masih
­hidup maupun yang sudah mati.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasulullah shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam.:

‫ت أ َْعلَ ُم‬ َّ َ‫ضًّرا إَِّل َما َشاء‬ ِ ِ ُ ِ‫قُل َل أَمل‬


ُ ‫اللُ َولَ ْو ُكْن‬ َ ‫ك لنـَْفسي نـَْف ًعا َوَل‬ ْ ْ
ِ ِ َِّ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫السوءُ إ ْن أ ََن إل نَذ ٌير َوبَشري‬ ُّ ‫ن‬ َ ‫الَْي َوَما َم َّس‬
ْ ‫ت م َن‬ ُ ‫ب َل ْستَ ْكثـَْر‬ َ ‫الْغَْي‬
‫لَِق ْوٍم يـُْؤِمنُو َن‬
Artinya: ”Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik
­kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui
yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-­banyaknya,
dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain
­hanyalah pemberi peringatan, dan membawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman’.” (QS.Al-A’raaf: 188).

100 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Dan disebutkan dalam sebuah hadits,

‫اب َر ِض َي هللاُ َعْنهُ َع ِن‬


ِ َّ‫الَط‬
ْ ‫ث عُ َمَر بْ ِن‬ِ ‫فَِفي ص ِحي ِح الْبخا ِري ِمن ح ِدي‬
ْ َ ْ َُ ْ َ ْ
ِ ِ
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬ ِ ِ‫الن‬
‫َّص َارى‬
َ ‫ت الن‬ ْ ‫ َل تُطُْرون َك َما أَطَْر‬: ‫ال‬ َ ‫َّب‬ّ
‫الل َوَر ُسولُهُ[ صحيح البخاري برقم‬ َِّ ‫ابن مري فَِإَّنَا أ ََن عب ُده فـ ُقولُوا عب ُد‬
َْ َ ُ َْ ََ ْ َ َ ْ
]32 / 1 : ‫ وبنحوه اإلمام أمحد يف املسند‬، )5443(
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra dari Nabi ­shallallahu
‘alaihi wa sallam.bersabda:”Janganlah kalian ­berlebih-­lebihan
memuji (menyanjung) diriku, sebagaimana orang-orang
Nasrani berlebih-lebihan memuji Ibnu Maryam (Isa).
­Sesungguhnya aku adalah hamba –Allah– maka ­Katakanlah:
‘Hamba Allah dan RasulNya’.” (Shahih Al-Bukhari:3445.
Imam Ahmad dalam Musnad: 1/23).
Makna “Al-Itharuu-an”ialah berlebih-lebihan dalam m­ emuji
(menyanjung). Kita tidak menyembah kepada Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam., sebagaimana orang-orang Nasrani
menyembah Isa Ibnu Maryam, sehingga mereka terjerumus
dalam kesyirikan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajarkan kepada kita untuk mengatakan: “Muhammad
hamba Allah dan RasulNya.”
Sesungguhnya kecintaan kepada Rasulullah ­shallallahu ‘alaihi
wa sallamadalah berupa keta’atan kepadaNya, yang ­diekspresikan
dalam bentuk beribadah kepada ALLAH ­ SUBHANAHU
WA TA’ALA.. semata dan tidak beribadahkepada selainNya,
meskipun ia seorang rasul atau wali yang dekat (di sisi Allah
sw.).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َسلَّ َم ي َْوًما‬ ِ َّ ‫َّب ص‬


ِ ِ‫ف الن‬ َ َ‫َع ْن ابْ ِن ع ََّبس ق‬
َ ‫َل هللاُ عَلَْيه و‬ ّ َ َ‫ت خَل‬
ُ ْ‫ كُن‬: ‫ال‬
،‫ك‬ َ ‫اه‬
ِ ِ ِ ِ َ ُ‫ « ي غُ َلم اِح ِف ِظ هللا يَح ِفظ‬: ‫ال‬
َ ‫َج‬
َ ‫ ا ْحفظ هللاَ تَج ُدهُ ت‬، ‫ك‬ ْ َ ْ َ َ ‫فـََق‬
‫ (رواه‬.“ ‫ِهللا‬ ِ ‫و إِ َذا سأَلْت فَاسأ َِل هللا وَ إِ َذا استـعْنت فَاستعِن ب‬
ْ َْ َ ََ ْ َ ْ َ َ َ
KULIAH ISLAM I : Aqidah 101
)‫الرتمذي و قال حسن صحيح‬
‫ حديث‬: ‫ قال الرتمذى‬: 553 / 1 « ‫قال اإلمام النووى ىف « األذكار‬
. ‫حسن صحيح‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra berkata: pada suatu hari
saya dibelakang (dibonceng) oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: wahai
pemuda jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah
Allah maka engkau akan mendapatkan Allah dihadapanmu,
Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan
apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah
perto-longan dari Allah.” (HR.At-Tirmidzi, ia berkata
hadits hasan shahih. Imam Nawawi menyebutkannya
dalam Al-Adzkar 1/355).

E. Yang Membatalkan Dua Kalimat Syahadat


Banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau sudah
­mengucapkan dua kalimat syahadat atau sudah memiliki nama
yang islami, maka tidak ada satupun sikap atau ­perbutan yang
bisa membatalkan keislaman atau membatalkan dua kalimat
syahadatnya. Sebetulnya banyak sikap atau perbuatan ­seorang
muslim yang bisa membatalkan dua kalimah syahadnya.
­(Yunahar Ilyas, 2013:37).
Sebagaimana layaknya wudhu dan shalat yang m ­ emiliki
perkara-perkara pembatal. Maka keislaman seseorang pun
­
dapat menjadi batal pula sebagaimana shalat dan wudhu. Para
ulama menyebutnya pembatal-pembatal keislaman, sebab-­
­
sebab Kemurtadan atau pembatal dua kalimat s­yahadat.
Dan ­perkara-perkara pembatal keislaman ini sangatlah ban-
yak. ­ Namun secara global pembatal syahadat adalah ­ syirik
akbar, kufur akbar dan nifak akbar. Secara spesifik diantara
­pembatal-pembatal syahadat atau keislaman seseorang adalah
­sebagai berikut:

102 KULIAH ISLAM I : Aqidah


1. Syirkul Akbar (Syirik Besar) dalam beribadah kepada
Allah ta’ala.
Berfirman Allah ta’ala :

ِ ِ‫إِ َّن هللا ال يـ ْغ ِفر أَ ْن ي ْشرَك بِِه ويـ ْغ ِفر ما دو َن َذل‬


ُ‫ك ل َم ْن يَ َشاء‬
َ ُ َ ُ ََ َ ُ ُ َ َ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain dari (dosa syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. “(QS. An-Nisa’ : 48).
Dosa syirik yang tidak terampuni adalah dosa syirik yang
dibawa mati, adapun jika pelaku dosa syirik bertaubat ­sebelum
mati maka dosanya terampuni. Selain dalil yang disebutkan
­diatas juga terdapat beberapa dalil tentang bahayanya ­kesyirikan
diantaranya adalah, Firman Alla ta’ala :

ِ ‫وربَّ ُكم إِنَّه من ي ْش ِرْك ِب‬


‫هلل فـََق ْد َحَّرَم هللاُ َعلَْي ِه‬
ُ ‫الَنَّةَ َوَمأْ َواهُ الن‬
‫َّار َوَما‬ ْ ُ ْ َ ُ ْ ََ
ٍ‫َنصار‬ ِ ‫لِلظَّالِ ِم‬
َ ‫ني م ْن أ‬
َ
Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
­(sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan baginya
surga, dan tempatnya ialah neraka, Dan tidaklah ada bagi orang-
orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)
Dan termasuk dari perbuatan syirik adalah menyembelih
hewan (berkurban) yang ditujukan kepada selain Allah. Dalil
bahwa berkurban hanya berhak ditujukan untuk Allah semata,
salah satunya adalah firman Allah ta’ala :

ِ ِِ ِ
َ ‫ني ال َش ِر‬
ُ‫يك لَه‬ ِّ ‫اي َومََ ِات َّل َر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َ‫صالت َونُ ُسكي َوَْمي‬
ِ َ ‫قُل إِ َّن‬
ْ
ِ ِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫ت َوأ ََن أ ََّو ُل املُ ْسلم‬ َ ‫َوبِ َذل‬
ُ ‫ك أُم ْر‬
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ­sembelihanku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabbsemesta alam.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 103


kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah)”.(QS. Al-An’am : 162-163)
Dan sembelihan disini bersifat umum, tidak ada perbedaan
hukum, apakah yang disembelih berupa Sapi, Kambing, Ayam
bahkan Lalat sekalipun. Selama sembelihan tersebut ­ditujukan
kepada selain Allah seperti ditujukan kepada kuburan, Jin
penunggu laut, pohon-pohon besar atau sebagai ­persembahan
bagi Jimat atau keris yang mereka miliki, maka pelakunya t­ elah
terjatuh dalam perbuatan Syirik Akbar yang membatalkan
­keislaman seseorang.

2. Tidak mengkafirkan orang-orang kafir atau ragu


­tentang kekafiran mereka seperti pluralisme
Salah satu bentuk pembatal syahadat, pembatal keislaman
adalah Pluralisme yaitu menganggap semua agama benar dan
berhak masuk surga. Para ulama telah menukil Ijma’ tentang
batalnya keislaman, keimanan dan batalnya kalimat syahadat
seseorang yang tidak mengkafirkan kaum Musyrikin seperti
Yahudi dan Nashara. Sebagaimana dinukil Al Qodhi bin Iyadh
dalam “Asy Syifa” (2/281) dan Ibnu Taimiyah dalam “Majmu’
Fatawa’” (2/281). Syahadah dan keislaman mereka batal dikare-
nakan telah mendustakan Allah dan RasulNya, karena dengan
jelas Allah telah mengkafirkan Yahudi, Nashara dan Musyrikin
sebagaimana Allah berfirman :

‫ين فِ َيها‬ ِِ ِ َ‫إِ َّن الَّ ِذين َك َفروا ِمن أ َْه ِل الْ ِكت‬
ِ ِ َ ِ‫اب وامل ْش ِرك‬
َ ‫ني ف َنر َج َهن ََّم َخالد‬ َ ْ ُ َ
ُ ِ‫ك هم َشُّر الْ ِبيَّة‬ ِ
َ ْ ُ َ ‫أ ُْولَئ‬
Artinya : ” Sesungguhnya orang-orang yang kafir ­yakni
ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke
­neraka j­ahanam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah
­seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah : 6)

104 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Dan juga firmanNya dalam ayat yang lain :

ِ ٍ ِ ٍ ُ ِ‫لََق ْد َك َفر الَّ ِذين قَالُوا إِ َّن هللا َثل‬


ْ‫ث ثَالثَة َوَما م ْن إِلَه إِال إِلَهٌ َواح ٌد َوإِ ْن َل‬ َ َ َ
ِ
‫اب أَل ٌيم‬ ِ ِ َّ
ٌ ‫ين َك َفُروا منـْ ُه ْم َع َذ‬
َ ‫يَنتـَُهوا َع َّما يـَُقولُو َن لَيَ َم َّس َّن الذ‬
Artinya : “Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang
berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”,
padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, ­sembahlah
Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
­
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
­tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”
(QS. Al Maidah : 72)
Selain dalil-dalil diatas juga terdapat beberapa ayat-ayat
yang lainnya yang banyak terdapat dalam Al Qur’an.

3. Berkeyakinan ada hukum dan petunjuk yang lebih


baik dan sempurna dari Al-Quran dan As-Sunnah
(hukum Allah)

Yunahar Ilyas (2013:40) menyimpulkan, “Tidak menegakan


hukum Allah adalah termasuk salah satu dari pembatal syaha-
dah, berdasarkan firman Allah:

‫ك ُه ُم الْ َكافُِرو َن‬


َ ِ‫اللُ فَأُولَئ‬
َّ ‫َوَم ْن َلْ َْي ُك ْم ِبَا أَنـَْزَل‬
Artinya: “. . . Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir.” (QS. Al-Maidah 5: 44).

‫يما َش َجَر بـَيـْنـَُه ْم ُثَّ َل َِي ُدوا‬ ِ َ ‫فَ َل وربِك َل يـؤِمنو َن ح َّت ُي ِّكم‬
َ ‫وك ف‬ ُ َ َ ُ ُْ َ َّ َ
ِ ِ ِ ِ
‫ت َويُ َسلّ ُموا تَ ْسل ًيما‬ َ َ‫ِف أَنـُْفس ِه ْم َحَر ًجا مَّا ق‬
َ ‫ضْي‬
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada ­hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim ­terhadap

KULIAH ISLAM I : Aqidah 105


perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak ­merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” ­(QS.
­An-Nisa’ 4: 65).
Dalam permasalahan ini, para ulama’ seperti Ibnu Katsir
dan yang semisalnya membuat perincian hukum berdasarkan
keadaan dan dalil-dalil yang ada :
Pertama : Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum yang
lebih sempurna atau lebih baik dari hukum yang diturunkan
oleh Allah, maka dia keislaman dan syahadatnya batal.
Kedua : Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum yang
sama baiknya atau sama sempurnanya dengan hukum yang
dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, maka ­keislaman
dan syahadatnya juga batal.
Ketiga : Apabila dia menganggap bahwa hukum yang
d­ ibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah hukum
yang ­sempurna dan tidak ada yang semisalnya akan tetapi
dia ­menyakini bahwa berhukum dengan hukum yang ­dibawa
­Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bukanlah perkara yang
­wajib dan dia meyakini bahwa berhukum dengan hukum selain
yang dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah perkara
yang diperbolehkan dan bukan merupakan suatu keharaman,
maka ini juga membatalkan keislaman dan syahadatnya.
Keempat : Apabila dia menganggap bahwa hukum yang
dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah hukum
yang sempurna dan wajib berhukum dengannya serta tidak
diperbolehkan berhukum dengan selainnya dalam keadaan
­
dia sendiri berhukum dengan hukum selain dari hukum yang
­dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan dia ­berkeyakinan
bahwa dengan perbuatannya berhukum dengan hukum selain
yang diturunkan oleh Allah tersebut dia telah terjatuh dalam
keharaman dan akan mendapat adzab atas apa yang telah dia
lakukan, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh
­dalam Kafir Ashgor yang tidak menyebabkan dia keluar dari

106 KULIAH ISLAM I : Aqidah


agama atau syahadatnya tidak batal, namun dia berdosa dan
harus bertaubat.
Rincian tersebut dapat dilihat pada kitab: (Tafsir Ibnu
­Katsir dan Tafsir At Thabari pada tafsir surat Al Maidah ayat
44 serta “Syarah Aqidah Thahawiyah” Ibnu Abiel Iez: 323-334.)

4. Membenci sesuatu diantara ajaran Rasulullah


­walaupun dia mengamalkannya.
Salah satu dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

ِ
‫َحبَ َط أ َْع َما َلُْم‬ َ ‫ك ِبَنـَُّه ْم َك ِرُهوا َما أ‬
ْ ‫َنزَل هللاُ فَأ‬ َ ‫َذل‬
Artinya : “Yang demikian itu adalah Karena sesungguhnya
mereka telah membenci kepada apa yang telah diturunkan oleh
Allah , lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal
­
­mereka.” (QS. Muhammad : 9)
Adapun dalil tentang batalnya keislaman dan syahadat
orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah shalalla-
hu alaihi wassalam walaupun dia mengamalkannya adalah firman
Allah ta’ala :

‫هلل َوبَِر ُسولِِه َوال‬


ِ ‫وما منـعهم أَ ْن تـ ْقبل ِمنـهم نـ َف َقاتـهم إَِّل أَنـَّهم َك َفروا ِب‬
ُ ُْ ْ ُُ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ََ َ َ َ
ِ َّ ِ
‫الصال َة إَِّل َوُه ْم ُك َس َال َوال يُنف ُقو َن إل َوُه ْم َكارُهو َن‬
ِ َّ ‫َيْتُو َن‬
Artinya : “Dan tidak ada yang menghalangi ­nafkah-nafkah
mereka untuk diterima melainkan Karena mereka kafir ­kepada
Allah dan RasulNya dan tidaklah merekamengerjakan
­
­sembahyang, melainkan dengan rasa malas dan tidak (pula) ­mereka
­menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.”
(QS. At Taubah : 54)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 107


5. Merendahkan atau mengolok-olok dan ­mempermainkan
Syariat Islam, ayat-ayat Allah dan Sunnah Rasulullah

Dalilnya adalah :

‫لل َوآَ َيتِِه َوَر ُسولِِه‬


َِّ ‫ولَئِن سأَلْتـهم لَيـ ُقولُ َّن إَِّنَا ُكنَّا َنوض ونـ ْلعب قُل أ َِب‬
ْ ُ َََ ُ ُ َ ْ َُ َ ْ َ
ِ ِ ِ ِ
‫ف َع ْن‬ ُ ‫ُكنـْتُ ْم تَ ْستـَْه ِزئُو َن * َل تـَْعتَذ ُروا قَ ْد َك َف ْرُْت بـَْع َد إميَان ُك ْم إ ْن نـَْع‬
ِ ِ ِ ٍِِ
َ ‫ب طَائ َفةً ِبَنـَُّه ْم َكانُوا ُْم ِرم‬
‫ني‬ ْ ‫طَائ َفة مْن ُك ْم نـَُع ّذ‬
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa
yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
­“Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. ... ­(QS. At-Taubah
: 65-66).
Maka barangsiapa yang merendahkan suatu perkara dari
perkara-perkara yang dibawa Rasulullah shalallahu alaihi ­wassalam
, baik berupa perkara yang Fardhu, Wajib atau Sunnah maka
sesungguhnya hal itu menjadikan dia murtad dari agama.”
(Muhammad bin Abdul Wahab, Syarah Nawaqidul Islam: 24).

6. Berloyalitas kepada kaum kafir musyrikin dan


menolong mereka untuk menghancurkan kaum
­
­muslimin
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :

ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َوَم ْن يـَتـََوَّلُْم مْن ُك ْم فَِإنَّهُ منـْ ُه ْم إِ َّن هللاَ ال يـَْهدي الْ َق ْوَم الظَّالم‬
‫ني‬
Artinya : “Dan barangsiapa diantara kalian berloyalitas
­kepada mereka (orang-orang Musyrik) Maka Sesungguhnya ­diaitu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
­petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (­QS. Al Maidah :
51)

108 KULIAH ISLAM I : Aqidah


7. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia ada yang
boleh keluar dan bebas dari syariat Muhammad
­shalallahualaihiwassallam

Perkara seperti ini sebagaimana yang banyak ditemui di


­kalangan kaum sufi, mereka berkeyakinan bahwa guru, kyai
atau ulama meraka telah mencapai tingkatan ­ “Hakikat”,
­sehingga tidak lagi dibebani oleh syariat yang dibawa
­Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam, perkara yang ­wajib
boleh mereka tinggalkansedangkan perkara yang haram
­bebas untuk mereka kerjakan. Tidak asing lagi kita melihat
sebagian mereka tidak pernah pergi ke Mesjid untuk Shalat 5
waktu bahkan Shalat Jum’at sekalipun, tidak jarang pula kita
melihat mereka menikahi lebih dari 4 wanita di waktu yang
bersamaan dalam keadaan hal tersebut adalah perkara yang
diharamkan.

F. Ilmu Allah
Allah mempunyai ilmu yang tidak terbatas, Dia maha
­mengetahui apa saja yang yang ada di langit dan di bumi, baik
yang ghaib maupun yang nyata. (Yunahar Ilyas, 2013:56).
Dalil-dalinya adalah Firman Allah:

ٍ َ‫ك ِف كِت‬
‫اب إِ َّن‬ ِ ِ ‫الس َم ِاء َو ْال َْر‬
َ ‫ض إِ َّن َذل‬ َّ ‫اللَ يـَْعلَ ُم َما ِف‬ َّ ‫أََلْ تـَْعلَ ْم أ‬
َّ ‫َن‬
ِ َِّ ‫ك علَى‬ ِ
ٌ‫الل يَسري‬ َ َ ‫َذل‬
Artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
­Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah
bagi Allah.” (QS. AL-Hajj 22: 70).
Firman Allah:

‫الرِح ُيم‬ َّ ‫َّه َاد ِة ُه َو‬


َّ ‫الر ْحَ ُن‬ ِ ‫الل الَّ ِذي َل إِلَهَ إَِّل ُهو َع ِالُ الْغَْي‬
َ ‫ب َوالش‬ َ َُّ ‫ُه َو‬
Artinya: “ Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang

KULIAH ISLAM I : Aqidah 109


mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha ­Pemurah
lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hasyr 59: 22).
Juga Firman Allah:

ِ ‫و ِعْن َدهُ َم َفاتِح الْغَْي‬


‫ب َل يـَْعلَ ُم َها إَِّل ُه َو َويـَْعلَ ُم َما ِف الْبـَِّر َوالْبَ ْح ِر َوَما‬ ُ َ
ٍ‫ض وَل رطْب‬ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ
َ َ ِ ‫ط م ْن َوَرقَة إَّل يـَْعلَ ُم َها َوَل َحبَّة ف ظُلُ َمات ْال َْر‬ ُ ‫تَ ْس ُق‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ َ‫س إَِّل ِف كِت‬ ٍ ِ‫َوَل َيب‬
Artinya: “ Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan ­tidak
jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak ­sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam ­kitab yang nyata
(Lauh Mahfudz)” (QS. AL-An’am 6: 59).
Juga Firman Allah:

‫ات َرِّب لَنَ ِف َد الْبَ ْح ُر قـَْب َل أَ ْن تـَنـَْف َد‬


ِ ‫قُل لَو َكا َن الْبحر ِم َدادا لِ َكلِم‬
َ ً ُْ َ ْ ْ
‫ات َرِّب َولَ ْو ِجئـْنَا بِِثْلِ ِه َم َد ًدا‬ ِ
ُ ‫َكل َم‬
Artinya: “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. ­(QS. Al-Kahfy 18:
109).
Selain itu ilmu Allah juga dapat disaksikan di alam semesta
berupa ayat-ayat kauniyah Allah:

ٍ ‫ف اللَّي ِل والنـَّها ِر َلَي‬ ِ ‫ض واختِ َل‬ ِ َّ ‫إِ َّن ِف خ ْل ِق‬


‫ت‬ َ َ َ ْ ْ َ ِ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ
ِِ
‫ودا َو َعلَى ُجنُوب ْم‬ ِ ِ َّ ِ ِ ‫ِل‬
ً ُ‫اللَ قيَ ًاما َوقـُع‬
َّ ‫ين يَ ْذ ُكُرو َن‬ َ ‫ُول ْالَلْبَاب * الذ‬
‫ت َه َذا َب ِط ًل‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َو ْال َْر‬ ِ ِ َّ
َ ‫ض َربـَّنَا َما َخلَ ْق‬ َ َ َّ ‫َويـَتـََفكُرو َن ف َخ ْلق‬
‫اب النَّا ِر‬ ِ َ‫سبحان‬
َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬َ َ ُْ
110 KULIAH ISLAM I : Aqidah
Artinya: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
­Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
­mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa ­neraka.” (QS. Ali-Imraan 3: 190-191).

G. Ma’iyyatullah
Ma’iyyah berasal dari kata ma’a, artinya bersama. Maiyyatul-
lah artinya kebersamaan Allah. Di dalam kitab suci Al-Qur’an
kita menemukan kata ma’a yang menghubungkan antara Allah
dengan manusia secara umum (Al-Hadid 57: 4, Al-Mujadilah
58: 7) dan juga kata ma’a yang menghubungkan antara Allah
dengan hambanya yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti
shabirin ( Al-Baqarah 2: 153) dn muttaqin (Al-Baqarah 2:194)
atau dengan Nabi seperti Musa dan Harun (Thaha 20 :36),
Nabi Muhammad dan Abu Bakar Ash Shiddik (At-Taubah 9:
40). (Yunahar Ilyas, 2013:62-63).
Sifat Ma’iyatullah bagi Allah adalah pembahasan yang
­sangat erat hubungannya dengan pembahasan tentang sifat
‘Uluw bagi Allah. Karena diantara argumentasi para Ahli kalam
dalam mengingkari sifat ‘Uluw adalah berhujjah dengan dalil-
dalil sifat Ma’iyah.

1. Pengertian sifat Ma’iyah


Yang dimaksud dengan sifat Ma’iyah yaitu tentang ­sifat
­ ebersamaan Allah dengan makhluk-Nya. Seperti ungkapan
k
­seseorang: Allah bersama kita. Diantara manusia ada yang
memahami bahwa maksud dari kalimat kebesamaan dalam
­
ungkapan tersebut adalah bahwa Zat Allah ada di mana-­
­
mana dan bercampur-baur dengan zat makhluk-Nya. Maka
bagaimanakah duduk persoalan tersebut menurut Al Qur’an
dan Sunnah.
KULIAH ISLAM I : Aqidah 111
2. Penggunaan kalimat bersama (‫ )مع‬dalam bahasa Arab
Dijelaskan para oleh pakar bahasa Arab bahwa k­alimat
b­ ersama (‫ )مع‬dalam bahasa Arab hanya semata-mata ­menunjukkan
tentang kebesamaan secara mutlak, tanpa ­mengharuskan untuk
saling berdampingan dan bersentuhan atau bercampur. Karena
kebersamaan itu bermacam-macam bentuknya:
a. Ada kebersamaan dalam segi tempat, seperti ungkapan
seseorang: saya sama-sama satu kampung dengannya.
b. Ada kebersamaan dalam segi masa, seperti ungkapan
seseorang: saya sama-sama lahir dengannya.
c. Ada kebersamaan dalam segi kedudukan dan jabatan,
seperti ungkapan seseorang: saya sama-sama-sama satu
golongan dengannya.
d. Ada kebersamaan dalam segi pembelaan, sebagaimana
dalam firman Allah:

َّ ‫{ل َْتَز ْن إِ َّن‬


]04/‫اللَ َم َعنَا} [التوبة‬ َ
Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah bersama kita.” Maksudnya Allah bersama kita
­dalam segi pertolongan dan pembelaan.” ­(QS.­At-Taubah:
40).
Bukan berarti Allah bersama mereka dengan
zat-Nya, karena luas gua tersebut bila dibanding
­kebesaran Allah tidak ada atinya sama sekali.
e. Ada kebesamaan dalam sisi pengawasan, sebagaimana
dalam firman Allah:

َِّ ‫َّاس وَل يستخ ُفو َن ِمن‬


‫الل َوُه َو َم َع ُه ْم إِ ْذ‬ ِ
َ ْ َ ْ َ َ ِ ‫{يَ ْستَ ْخ ُفو َن م َن الن‬
]801/‫ضى ِم َن الْ َق ْوِل} [النساء‬ َ ‫يـُبَيِّتُو َن َما َل يـَْر‬

112 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi m
­ ereka
tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama ­mereka,
ketika pada suatu malam mereka menetapkan k ­eputusan
­rahasia yang Allah tidak redhai.” (QS. ­An-Nisaa’: 108).
Maksudnya Allah bersama mereka yaitu melihat dan
­ enyasikan apa yang sedang mereka putuskan dalam ­rapat
m
rahasia mereka tersebut. Bukan berarti Allah menghadiri
­perundingan mereka tersebut dengan Zat-Nya.
f. Ada kebersamaan yang berarti menyatu, seperti
­ungkapan seseorang aku minum teh bersama gula dan
susu.
Jadi makna dari kata bersama (‫ )مع‬dalam bahasa Arab
­emiliki makna yang berbeda-beda maksudnya. Untuk
m
­menetukan ­makna dari kalimat bersama (‫ )مع‬dalam sebuah
ungkapan ­
­ adalah dengan melihat gramatika dan susunan
­kalimat atau rangkaian kata dalam sebuah ungkapan.

3. Pembagian sifat Ma’iyah


Yunahar Ilyas (2013: 63-65) menyimpulkan, “Para ­ulama
Ahlussunnah menjelaskan bahwa Ma’iyatullah terhadap
makluk-Nya terbagi dalam dua bentuk sebagaimana yang
­
­disebutkan dalam Al Qur’an:
a. Ma’iyah Ammah (ma’iyah dalam betuk umum)
Pengertian dari Ma’iyah Ammah yaitu kebersamaan
­ llah terhadap seluruh makhluk dengan ilmu, penglihatan,
A
­pendengaran dan pengawasan-Nya. Disebut Ma’iyah Ammah
karena ia umum terhadap seluruh makhluk, baik yang ­beriman
maupun yamg kafir sekalipun. Diantara ayat yang menunjuk-
kan tentang Ma’iyah Ammah adalah beberapa firman Allah
­berikut ini:

َِّ ‫َّاس وَل يستخ ُفو َن ِمن‬


‫الل َوُه َو َم َع ُه ْم إِ ْذ يـُبَيِّتُو َن َما َل‬ ِ
َ ْ َ ْ َ َ ِ ‫{يَ ْستَ ْخ ُفو َن م َن الن‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 113


َّ ‫ضى ِم َن الْ َق ْوِل َوَكا َن‬
]801/‫اللُ ِبَا يـَْع َملُو َن ُِميطًا} [النساء‬ َ ‫يـَْر‬
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
tersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka, ketika
pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang
Allah tidak redhai. Dan Allah itu Maha Meliputi (ilmu-Nya)
terhadap apa yang mereka kerjakan”. (QS. An-Nisaa’: 108).
Imam Thobari menjelaskan tentang maksud dari ­kalimat
“Allah bersama mereka” dalam ayat ini, yakni: Allah ­melihat
dan menyasikan perbuatan mereka tersebut sekalipun m ­ ereka
berusaha menyembunyikannya dari manusia namun tidak
­
tersembunyi atas Allah Dan hal tersebut umum untuk semua
makhluk tidak khusus terhadap kelompok tertentu dari
­manusia.

ِِ ِ َّ ‫{هو الَّ ِذي خلَق‬


ْ َّ‫ض ِف ستَّة أ ََّيٍم ُث‬
‫استـََوى َعلَى الْ َع ْر ِش‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ َُ
ِ
‫الس َماء َوَما يـَْع ُر ُج‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫يـَْعلَ ُم َما يَل ُج ف ْال َْرض َوَما َيُْر ُج منـَْها َوَما يـَْنزُل م َن‬
]4/‫صريٌ} [احلديد‬ ِ ‫الل ِبَا تـعملُو َن ب‬ ِ
َ َ َْ َُّ ‫ف َيها َوُه َو َم َع ُك ْم أَيْ َن َما ُكنـْتُ ْم َو‬
Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia ­mengetahui
apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya
dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan
Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Hadiid: 4).

b. Ma’iyah Al-Khashah (ma’iyah dalam betuk khusus)


Yunahar Ilyas, (2013:66)menggambarkan tentang ma’iyyah
khusus ini, “mereka selalu sadar akan pengawasan Allah
­dimanapun dan kapan saja. Mereka selalu merasakan ­ihsanullah
yang tidak terhingga. Mereka mengamalkan firman Allah:

‫الل َوَر ُسولِِه لِيَ ْح ُك َم بـَيـْنـَُه ْم أَ ْن‬


َِّ ‫إَِّنَا َكا َن قـوَل الْمؤِمنِني إِ َذا دعوا إِ َل‬
ُ ُ َ ْ ُ َْ

114 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫يـَُقولُوا َِس ْعنَا َوأَطَ ْعنَا َوأُولَئ‬
Artinya:“ Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin,
bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul
­menghukum (mengadili) di antara merekaialah ucapan. “Kami
mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang
beruntung. (QS. An-Nuur 24:51).
Mereka selalu meningkatkan amal shalehnya:

ِ ‫من ع ِمل ص‬
ً‫الًا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنـْثَى َوُه َو ُم ْؤِم ٌن فـَلَنُ ْحيِيـَنَّهُ َحيَا ًة طَيِّبَة‬ َ َ َ َْ
‫َح َس ِن َما َكانُوا يـَْع َملُو َن‬ ْ ‫َجَرُه ْم ِب‬
ْ ‫َولَنَ ْج ِزيـَنـَُّه ْم أ‬
Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
­Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka d­ engan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. AN-Nahl 16: 97).
Mereka selalu bertaqwa kepada Allah:

ِ ‫الرم‬
‫اص فَ َم ِن ْاعتَ َدى َعلَْي ُك ْم‬ ٌ ‫ص‬َ ‫ات ق‬ ُ َُُْ ‫الََرِام َو‬ ْ ‫الََر ُام ِبلش‬
ْ ‫َّه ِر‬ ْ ‫َّهُر‬
ْ ‫الش‬
‫اللَ َم َع‬َّ ‫َن‬ َّ ‫اعتَ ُدوا َعلَْي ِه بِِثْ ِل َما ْاعتَ َدى َعلَْي ُك ْم َواتـَُّقوا‬
َّ ‫اللَ َو ْاعلَ ُموا أ‬ ْ َ‫ف‬
‫ني‬ ِ
َ ‫الْ ُمتَّق‬
Artinya:“Bulan Haram dengan bulan haram, dan pada ­sesuatu
yang patut dihormati, Berlaku hukum qishaash. oleh ­sebab itu
­Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, ­seimbang
dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah ­kepada Allah dan
ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang ­ bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah 2: 194).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 115


Ma’iyyah Khusus ini juga tergambar dalam firman Allah:

ْ ‫ال َل َتَافَا إِنَِّن َم َع ُك َما أ‬


‫َسَ ُع َوأ ََرى‬ َ َ‫ق‬
Artinya: Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua ­khawatir,
Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan
­melihat”. (QS. Tha-Haa 20:46).
Juga dalam Firman-Nya:

ِ َْ‫َخر َجهُ الَّ ِذين َك َفروا َثِن اثـْنـ‬


‫ي إِ ْذ ُهَا‬ ِ َّ ُ‫صره‬ ُ ‫إَِّل تـَْن‬
َ ُ َ َ ْ ‫اللُ إ ْذ أ‬ َ َ َ‫صُروهُ فـََق ْد ن‬
ِ َّ ‫الل معنَا فَأَنـزَل‬ ِ ِ ِ‫ول ل‬
ُ‫اللُ َسكينـَتَه‬ َْ َ َ ََّ ‫صاحبِه َل َْتَز ْن إِ َّن‬ َ ُ ‫ِف الْغَا ِر إِ ْذ يـَُق‬
ُ‫الس ْفلَى َوَكلِ َمة‬ ِ َّ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫َعلَْيه َوأَيَّ َدهُ بُنُود َلْ تـََرْوَها َو َج َع َل َكل َمةَ الذ‬
ُّ ‫ين َك َف ُروا‬
َّ ‫الل ِه َي الْعُْليَا َو‬
‫اللُ َع ِز ٌيز َح ِك ٌيم‬ َِّ
Artinya; “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad)
Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-
orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
­sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah
kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka
Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan
Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan
kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. At-Taubah 9: 40).

H. Syirik
Yunahar Ilyas, (2013:70) menyimpulkan,“Syirik adalah
mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam
­dimensi rububiyah maupun ilahiyah. Juga syirik dalam asma’
wa sifat Allah. Secara global Syirik terbagi menjadi syirik besar
dan syirik kecil.

116 KULIAH ISLAM I : Aqidah


1. Syirik Besar
Syirik besar adalah menjadikan sesuatu sebagai ­
sekutu
(tan-dingan) bagi Allah. Ia memohon kepada sesuatu itu
sebagaimana ia memohon kepada Allah. Atau melakukan
­
padanya suatu bentuk ibadah, seperti istighatsah (mohon
­pertolongan), menyembelih hewan, bernadzar dan sebagainya.
Dalam Shahihain disebutkan, Ibnu Mas’ud meriwayatkan,
aku bertanya kepada Nabi, “Dosa apakah yang paling b ­ esar?”
Beliau menjawab: “Yaitu engkau menjadikan tandingan ­(sekutu)
bagi Allah sedang-kan Dialah yang menciptakanmu.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Macam-Macam Syirik Besar secara global adalah syirkud
du’a, syirkut to’ah, syirkul mahabbah dan syirkul khauf.
Diantara contoh kesyirikan adalah sebagai berikut:
a. Syirik dalam do’a
Yaitu berdo’a kepada selain Allah, baik kepada para nabi
atau wali, untuk meminta rizki atau memohon kesembuhan
dari penyakit atau berdoa kepada kuburan. Allah berfirman,

‫ك إِ ًذا‬ َِّ ‫ون‬


ِ ‫وَل تَ ْدع ِمن د‬
َ َّ‫ت فَِإن‬
َ ‫ضُّرَك فَِإ ْن فـََع ْل‬
ُ َ‫ك َوَل ي‬
َ ُ‫الل َما َل يـَنـَْفع‬ ُ ْ ُ َ
ِِ ِ
َ ‫م َن الظَّالم‬
‫ني‬
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
­memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat ­kepadamu
selain ­Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
­
­zha-lim.” (Yunus: 106).
Zhalim yang dimaksud oleh ayat ini adalah syirik. Dan
­Rasulullah menegaskan dalam sabdanya:
“Barangsiapa meninggal dunia sedang dia memohon
kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya dia
masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 117


Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa berdo’a kepada
selain Allah, baik kepada orang-orang mati atau orang-orang
yang tidak hadir merupakan perbuatan syirik adalah firman
­Allah:

ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َّ
‫وه ْم َل‬ ُ ُ‫ين تَ ْدعُو َن م ْن ُدونه َما يَْل ُكو َن م ْن قطْم ٍري * إِ ْن تَ ْدع‬ َ ‫والذ‬...َ
ِ ِ
‫استَ َجابُوا لَ ُك ْم َويـَْوَم الْقيَ َامة يَ ْك ُف ُرو َن‬ ِ
ْ ‫يَ ْس َمعُوا ُد َعاءَ ُك ْم َولَ ْو َسعُوا َما‬
‫ك ِمثْ ُل َخبِ ٍري‬
َ ُ‫بِ ِش ْركِ ُك ْم َوَل يـُنـَبِّئ‬
“...Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada
mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu ­menyeru
mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan ­kalau mereka
mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan ­permintaanmu.
Dan di hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu
dan tidak ada yang memberikan keterangan ­kepadamu sebagai yang
diberikan oleh Yang Maha Mengetahui,” (Faathir: 13-14).

b. Syirik (menyekutukanAllah) dalam sifat Allah:


Seperti kepercayaan bahwa para nabi dan wali mengetahui
hal-hal yang ghaib. Allah berfirman:

ِ ‫ِعْن َدهُ َم َفاتِح الْغَْي‬


‫ب َل يـَْعلَ ُم َها إَِّل ُه َو َويـَْعلَ ُم َما ِف الْبـَِّر َوالْبَ ْح ِر َوَما‬ ُ
ٍ‫ض وَل رطْب‬ ِ ِ ِ ٍ َِّ ٍ ِ ُ ‫تَس ُق‬
َ َ ‫ط م ْن َوَرقَة إل يـَْعلَ ُم َها َوَل َحبَّة ف ظُلُ َمات ْال َْر‬ ْ
‫ني‬ ِ ٍ ِ
ٍ ‫س إَّل ِف كتَاب ُمب‬ ِ ِ
ٍ ‫َوَل َيب‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui
apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh ­sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)” (Al-An’aam: 59).

118 KULIAH ISLAM I : Aqidah


c. Syirik(menyekutukan) Allah dalam Nama dan Sifat-Nya
Diantara contohnya adalah paham wahdatul wujud
(­manunggaling kaulo gusti) atau berkeyakinan bersatunya
Tuhan dengan makhluk,mempercayai bahwa Allah ­
­ menitis
kepada para makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi,
­
­seorang shufi yang meninggal dunia di Damaskus. Sampai-­
sampai Ibnu Arabi mengatakan:

“Tuhan adalah hamba, dan hamba adalah Tuhan.


Duhai sekiranya, siapakah yang mukallaf ”
Seorang penyair shufi lainnya, yang mempercayai aqidah
hulul bersenandung:

“Tiada anjing dan babi itu, melainkan tuhan kita (juga).


Dan tiadalah Allah itu, melainkan seorang rahib yang ada
di gereja.”
Keyakinan bersatunya Tuhan dengan makhluk ­ sudah
ada sejak zamannya KH. Ahmad Dahlan dengan istilah
­manunggaling kaulo gusti atau wahdatul wujud dengan ­tokohnya
syaikh Siti J­enar. Dan KH. Ahmad Dahlan sudah memulai
­usaha u­ ntuk ­memberantas kesyirikan tersebut yang diwujudkan
dalam b ­ entuk lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah dengan
salah satu misi besarnya menegakkan keyakinan tauhid yang
­murni, sesuai dengan ajaran Allah subhanahu wa ta’ala , yang
dibawa oleh seluruh Rasul Allah sejak nabi Adam as hingga
nabi ­Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam .

d. Syirik(menyekutukan) Allah dalam Rububiyah-Nya


Diantara contohnya adalah berkeyakinan bahwa sebagian
para wali memiliki keleluasaan untuk bertindak dalam urusan
makhluk. Percaya bahwa mereka bisa mengatur persoalan-­
persoalan makhluk. Mereka namakan para wali itu dengan
“wali Quthub”. Padahal Allah Ta’ala telah menanyakan orang-
orang musyrik terdahulu dengan firman-Nya:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 119


‫ص َار‬ َ ْ‫الس ْم َع َو ْالَب‬
َّ ‫ك‬ ِ
ُ ‫ض أ َْم َم ْن يَْل‬ ِ ‫الس َم ِاء َو ْال َْر‬
َّ ‫قُ ْل َم ْن يـَْرُزقُ ُك ْم ِم َن‬
ْ ‫ت ِم َن‬
‫الَ ِّي َوَم ْن يُ َدبُِّر ْال َْمَر‬ َ ِّ‫ِج الْ َمي‬
ِ ِ ِ ْ ‫ومن ُيْرِج‬
ُ ‫الَ َّي م َن الْ َميّت َوُيْر‬ ُ ْ ََ
‫اللُ فـَُق ْل أَفَ َل تـَتـَُّقو َن‬
َّ ‫فَ َسيـَُقولُو َن‬
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu
dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
­pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu
­tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus: 31).

e. Syirik khauf (takut):


Yaitu keyakinan bahwa sebagian dari para wali yang telah
meninggal dunia atau orang-orang yang ghaib bisa melakukan
dan mengatur suatu urusan serta mendatangkan mudharat
­(bahaya). Karena keyakinan ini, mereka menjadi takut kepada
para wali atau orang-orang tersebut.
Karena itu, dijumpai sebagian manusia berani ­bersumpah
bohong atas nama Allah, tetapi tidak berani bersumpah
­bohong atas nama wali, karena takut kepada wali tersebut. Hal
ini ­adalah kepercayaan orang-orang musyrik.
Adapun takut kepada hewan liar atau kepada orang hidup
yang zhalim maka hal itu tidak termasuk dalam syirik ini. Itu
adalah ketakutan yang merupakan fitrah dan tabiat manusia,
dan tidak termasuk syirik. Namun yang termasuk syirik adalah
takut kepada hantu, takut kepada jin, takut kepada hari yang di-
anggap sial juga takut kepada kuburan dan lain-lain. ­Ketakutan
tersebut adalah syirik karena takut adalah salah satu bentuk
ibadah hati manusia yang harus diberikan hanya kepada Allah
sebagaimana firman-Nya:

120 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ِ ُ‫ف أَولِياءه فَ َل َتَافُوهم وخاف‬
‫ون إِ ْن ُكنـْتُ ْم‬ ِ
َ َ ُْ ُ َ َ ْ ُ ‫إَِّنَا َذل ُك ُم الشَّْيطَا ُن ُيَِّو‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫ُم ْؤمن‬
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
­mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.” (QS.Ali Imraan: 175).

f. Syirik hakimiyah:
Termasuk dalam syirik hakimiyah (kekuasaan) ­ yaitu
berkeyakinan bahwa undang-undang atau hukum ­
­ buatan
manusia lebih baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah atau
­
­undang-undang dan hukum buatan Allah atau membuat dan
mengeluarkan undang-undang yang bertentangan dengan
syari’at Islam serta membolehkan diberlakukannya undang-­
undang tersebut. Atau memandang bahwa hukum Islam tidak
lagi sesuai dengan zaman.
Adapun dampak yang sangat berbahaya dari perbuatan-­
perbuatan syirik terutama syirik besar adalah sebagai berikut:
a. Syirik besar bisa menghapuskan amal:
Allah berfirman:

ِ َ ِ‫ك وإِ َل الَّ ِذين ِمن قـبل‬ ِ ِ


‫ك‬ َ ‫ك لَئ ْن أَ ْشَرْك‬
َ ُ‫ت لَيَ ْحبَطَ َّن َع َمل‬ َْ ْ َ َ َ ‫َولََق ْد أُوح َي إلَْي‬
ِ ْ ‫ولَتَ ُكونَ َّن ِمن‬
َ ‫الَاس ِر‬
‫ين‬ َ َ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang
­ sebelummu, “Jika kamu melakukan
syirik ­(mempersekutukan Allah), niscaya akan hapuslah amal-
mu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
­(QS.­Az-Zumar: 65).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 121


b. Syirik besar tidak terampuni kecuali dengan taubat dan
meninggalkan perbuatan syirik secara keseluruhan:
Allah berfirman:

‫ك لِ َم ْن يَ َشاءُ َوَم ْن‬ ِ ِ ِ


َ ‫اللَ َل يـَ ْغفُر أَ ْن يُ ْشَرَك بِِه َويـَ ْغفُر َما ُدو َن َذل‬
َّ ‫إِ َّن‬
ً ِ‫ض َلًل بَع‬ ِ
‫يدا‬ َ ‫ض َّل‬َ ‫يُ ْش ِرْك ِب َّلل فـََق ْد‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa SYIRIK
­(mempersekutukan Allah), dan Dia mengampuni dosa yang selain
dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesung-guhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS.An-Nisaa’: 116).

2. Syirik Kecil
Syirik kecil yaitu setiap perantara yang mungkin
­menyebabkan kepada syirik besar, ia belum mencapai tingkat
ibadah, tidak menjadikan pelakunya keluar Islam, akan tetapi ia
termasuk dosa besar.
Diantara macam-macam Syirik kecil adalah sebagai ­berikut:
a. Riya’ dan melakukan suatu perbuatan karena
makhluk:
Seperti seorang muslim yang beramal dan shalat karena
­Allah, tetapi ia melakukan shalat dan amalnya dengan baik agar
dipuji manusia. Allah berfirman:

ِ ‫ فَمن َكا َن يـرجو لَِقاء ربِِه فـ ْليـعمل عم ًل ص‬...


‫الًا َوَل يُ ْش ِرْك بِعِبَ َاد ِة‬ َ َ َ ْ َ َْ َ َّ َ ُ َْ َْ
‫َح ًدا‬ ِِ
َ ‫َربّه أ‬
“. . .Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan jangan-
lah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
­Tuhan-nya.” (Al-Kahfi: 110).

122 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Rasulullah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan atas kamu sekalian adalah s­yirik
kecil, riya’. Pada hari Kiamat, ketika memberi ­
­ balasan
­manusia atas perbuatannya, Allah berfirman, “Pergilah
­kalian kepada orang-orang yang kalian tujukan amalan-
mu kepada mereka di dunia. Lihatlah, apakah engkau
dapati balasan di sisi mereka?” (Hadits Shahih Riwayat
­Ahmad).
b. Bersumpah dengan nama selain Allah:

Rasulullah bersabda yang artinya: “Barangsiapa


bersumpah dengan nama selain Allah, maka dia telah
­
­berbuat syirik.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad).
Bisa jadi bersumpah dengan nama selain Allah termasuk
syirik besar. Yaitu jika orang yang bersumpah tersebut ­meyakini
bahwa sang wali memiliki kemampuan untuk menimpakan
­bahaya atas dirinya, jika ia bersumpah dusta dengan namanya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 123


Soal Latihan

1. Jelaskan hakikat keimanan terhadap wujud Allah.!


2. Sebut dan Jelaskan tauhid kepada Allah serta pembagiannya.!
3. Jelaskan makna Laa Ilaha illallah baik secara etimologi maupun
terminology.!
4. Jelaskan hakikat dan dampak dua kalimah syahadah.!
5. Jelaskan Hal-hal yang membatalkan dua kalimah syahadah. !
6. Jelaskan pemahaman anda tentang Ilmu Allah, sifat ma’’iyatul-
lah.!
7. Jelaskan jenis-jenis perbuatan syirik serta bahayanya.!

124 KULIAH ISLAM I : Aqidah


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Dalil Bukti atau dalil yang bersumber dari
­Naqli Wahyu Allah baik Al-Quran maupun
Sunnah Rosulullah.
Dalil Aqli Bukti atau dalil yang bersumber dari
budi manusia.
Argu- Bukti fitrah tentang wujud Allah
mentasi ­subhanahu wa ta’ala adalah bahwa
­Fithrah iman kepada sang Pencipta merupakan
fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih
dahulu berpikir atau belajar
Tauhid mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala
, beribadah serta patuh hanya kepada
Allah subhanahu wa ta’ala semata
Tauhid kesadaran dan keyakinan bahwa
Rububi- ­Allah-lah satu-satunya Dzat yang
yah ­menciptakan serta mengatur alam
semesta dengan seluruh isinya (Rabbul
‘alamin)
Tauhid mengimani bahwasanya Allah
Uluhiyah ­subhanahu wa ta’ala satu-­satunya
­Al-Ma’bud yang berhak untuk
­diibadahi.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 125


Tauhid beriman kepada nama-nama Allah
Asma’ wa ­subhanahu wa ta’ala dan sifat-­sifat-
Sifat Nya, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya
menurut apa yang pantas bagi Allah
subhanahu wa ta’ala , tanpa ta’wil dan
ta’thil (menghilangkan nama/­sifat
­Allah subhanahu wa ta’ala , tanpa
­takyif (membagaimanakan hakekat
Asma dan Sifat Allah subhanahu wa
ta’ala.) dan tamtsil (menyerupakan
­Allah ­subhanahu wa ta’ala dengan
makhluk-Nya)
Penyim- penyimpangan terhadap Asma’ dan
pangan Sifat Allah subhanahu wa ta’ala ­dengan
Mu’ath- cara mengingkari nama-nama dan
thilah, sifat-sifat Allah atau mengingkari
sebagiannya saja untuk menghindari
penyerupaam Allah subhanahu wa
ta’ala dengan makhluk-Nya.
Penyim- penyimpangan terhadap Asma’ wa Sifat
pangan Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
Musyabbi- menetapkan nama-nama dan sifat-sifat,
hah, tetapi menyerupakan Allah subhanahu
wa ta’ala dengan makhluknya.
Syirik Menyekutukan Allah dalam hal
­penciptaan, peribadahan maupun asma’
dan sifat Allah.
Ma’iyatul- sifat Ma’iyah yaitu tentang s­ ifat
lah ­kebersamaan Allah dengan
­makhluk-Nya
Ma’iyah kebersamaan Allah terhadap seluruh
Ammah makhluk dengan ilmu, penglihatan,
pndengaran dan pengawasan-Nya

126 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ma’iyyah mereka selalu sadar akan pengawasan
khusus Allah dimanapun dan kapan saja.
­Mereka selalu merasakan ihsanullah
yang tidak terhingga.
Syirik be- menjadikan sesuatu sebagai sekutu
sar (tan-dingan) bagi Allah.
Syirik ke- setiap perantara yang mungkin
cil ­menyebabkan kepada syirik besar, ia
belum mencapai tingkat ibadah, tidak
menjadikan pelakunya keluar Islam,
akan tetapi ia termasuk dosa besar

KULIAH ISLAM I : Aqidah 127


128 KULIAH ISLAM I : Aqidah
BAB iII
IMAN KEPADA PARA
MALAIKAT

KULIAH ISLAM I : Aqidah 129


130 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang hakikat Malaikat dan makh-
luk gaib, deskripsi iman kepada Malaikat, nama dan tugas para Ma-
laikat, hikmah beriman kepada Malaikat, Jin; Iblis dan Syaitan.

SUB POKOK BAHASAN


1) Hakikat Malaikat dan makhluk gaib lain.
2) Deskripsi iman kepada Malaikat.
3) Nama dan Tugas para Malaikat.
4) Hikmah beriman kepada Malaikat.
5) Jin; Ibli dan Syaitan.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskantentang hakikat Malaikat dan
makhluk gaib lainnya.
2) Mahasiswa mampu mendeskripsikan iman kepada Malaikat.
3) Mahasiswa mampumenjelaskan tentang nama dan tugas-tugas
para Malaikat.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hikmah beriman kepa-
da Malaikat.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Jin, Iblis dan Syaitan.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 131


BAB III

IMAN KEPADA PARA MALAIKAT

A. Malaikat dan Makhluk Ghaib


Semua makhluk yang diciptakan Allah dapat dibagi ­menjadi
dua macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua, yang
nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya bisa dan tidak
bisanya dijangkau oleh panca indra manusia. (Yunahar Ilyas,
2013:77). Malaikat adalah alam ghaib, makhluk, dan hamba
Allah subhanahu wa ta’ala Malaikat sama sekali tidak memiliki
keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya
dari cahaya serta memberikan kekuatan yang sempurna serta
kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu.
Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman, yang artinya :

‫…وَم ْن ِعْن َدهُ اليَ ْستَ ْكِبُو َن َع ْن ِعبَ َادتَِِواليَ ْستَ ْح ِسُرو َن * يُ َسبِّ ُحو َن اللَّْي َل‬ َ
‫َوالنـََّه َاراليـَْفتـُُرو َن‬
“… dan Malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak ­angkuh
untuk ber-ibadah kepada-Nyadan tidak (pula) merasa letih, ­mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” ( QS. Al
Anbiya’ : 19-20).
Malaikat berjumlah banyak, dan tidak ada yang dapat
menghitungnya, kecuali Allah. Dalam hadits Bukhari dan
­
­Muslim terdapat hadits dari Anas tentang kisah mi’raj b ­ ahwa
Allah telah memperlihatkan Al-Baitul Ma’mur yang ada di ­langit
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalamnya ­terdapat
70.000 Malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapapun
yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.

132 KULIAH ISLAM I : Aqidah


B. Deskripsi Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat mengandung empat unsur :
1. Mengimani wujud mereka.
2. Mengimani mereka yang dikenal nama-namanya, seperti
­jibril, dan juga terhadap nama-nama Malaikat yang tidak
kita kenal.
3. Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti
­sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi
­shallallahu ‘alaihi wasallam yang mempuyai 600 sayap yang
menutup ufuk.
Malaikat bisa saja menjelma berwujud seorang lelaki,
seperti yang pernah terjadi pada Malaikat jibril tatkala
­
­Allah ­subhanahu wa ta’ala.mengutusnya kepada Maryam.
Jibril menjelma jadi seorang yang sempurna. Demikian
­
pula k­ etika jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasal-
lam, sewaktu beliau sedang duduk di tengah-tengah para
sahabatnya. Jibril datang dengan bentuk seorang lelaki yang
berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak
terlihat tanda-tanda perjalanannya, dan tidak seorangpun
yang mengenalinya. Jibril duduk dekatNabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahaya.
Ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang
Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan tanda-tandanya, setelah
tidak di situ lagi, barulah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan kepada para sahabatnya, “itu adalah Jibril yang
datang untuk mengajarkan agama kalian.” Demikian halnya
dengan para Malaikat yang diutus kepada Nabi Ibrahim
dan Luth. Mereka mejelma bentuk mejadi lelaki.
4. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada
mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan
beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.siang dan malam
tanpa merasa lelah.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 133


C. Nama Dan Tugas Malaikat
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan.
Sesame mereka juga ada tingkatan-tingkatan baik dalam tugas
dan kedudukannya. (Yunahar Ilyas, 2013:81). Diantara mereka
ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu, misalnya :
1. Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu
­kepada para Nabi dan Rasul.
2. Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan
tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup sangkakala di
hari kiamat dan kebangkitan makhluk.
4. Malaikat maut yang diserahi tugas mencabut nyawa orang.
5. Malaikat yang diserahi tugas menjaga neraka.
6. Para Malaikat yang diserahi tugas yang berkaitan dengan
janin dalam rahim, ketika sudah mencapai empat bulan
di dalam kandungan, Allah subhanahu wa ta’ala. ­mengutus
Malaikat untuk meniupkan ruh dan menyuruh untuk
­
­menulis rezkinya, ajal, amal, derita dan bahagianya.
7. Para Malaikat yang diserahi tugas menjaga dan menulis
semua perbuatan manusia. Setiap orang dijaga oleh dua
Malaikat, yang satu pada sisi dari kanan dan yang satunya
lagi pada sisi dari kiri.
8. Para Malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit. Bila
mayit sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan
datanglah dua makaikat yang bertanya kepadanya tentang
Robbnya, agama dan Nabinya.

D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat


Yunahar Ilyas (2013: 91) menjelaskan, “Iman kepada
­malaikat adalah salah satu dari arkanul iman yang tidak boleh
sedikitpun bercampur dengan keraguan. Iman kepada malaikat

134 KULIAH ISLAM I : Aqidah


termasuk dalam pengertian “al-birru” (kebajikan) sebagaimana
yang dinyatakan oleh Allah:
ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ِ ۡ ‫… وٰلَ ِكن ۡٱلِب م‬
ِ َ‫ٱلل وٱليـَ ۡوِم ٱلٓ ِخ ِر وٱلم ٰلَٓئِ َك ِة وٱل ِكٰت‬
‫ب‬ َّ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫ء‬ ‫ن‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ
َ ِِّ‫َوٱلنَّب‬
‫ي‬
“…Akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-­
kitab, nabi-nabi…” (QS.Al-Baqarah:177).
Adapun beberapa hikmah atau buah beriman kepada
­malaikat adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui keagungan Allah, kekuatan dan kekuasan-Nya.
Kebesaran makhluk pada hakikatnya adalah dari ­keagungan
sang pencipta.
2. Syukur kepada Allah subhanahu wa ta’alaatas ­perhatian-Nya
terhadap manusia sehingga menugasi Malaikat ­ untuk
memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai
­
­kemaslahatannya yang lain.
3. Cinta kepada para Malaikat karena ibadah yang mereka
lakukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
4. Beriman kepada malaikat akan mendapatkan pahala k­ arena
sebagai bentuk membenarkan berita-berita ghaib dari
Al-Quran dan As-Sunnah. Adapun beberapa berita dari
­kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, tentang malaikat:
Allah berfirman:
ۡ ِ ۡ ِ ۡ
‫ل أ َۡجنِ َحة‬ِ‫ُو‬
‫أ‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ِ
‫ة‬ ‫ك‬
ٓ ْ ً ُ ُ َ ََ ۚ َ
ِ
‫ئ‬ ٓ
ٰ
‫ل‬ ‫م‬‫ٱل‬ ‫ل‬ِ ‫اع‬ ‫ج‬ ‫ض‬ِ ۡ
‫َر‬ ‫ٱل‬ ‫و‬ ‫ت‬‫و‬ ‫م‬ ‫ٱلس‬ ‫ر‬ِ ِ
‫اط‬ ‫ف‬
َ َٰ َٰ َّ ۚ َ َّ ُ َ ۡ
ِ
‫ل‬ ِ ‫د‬ ‫م‬ ۡ ‫ٱل‬
ۡ ۡ
‫ٱللَ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ۡيء قَ ِدي‬
َّ ‫يد ِف ٱلَل ِق َما يَ َشآءُ إِ َّن‬ َ َ‫َّمثـ َ ٰن َوثـُٰل‬
ُ ‫ث َوُربَ َٰع يَِز‬
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang
menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
­

KULIAH ISLAM I : Aqidah 135


b­ erbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada
yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada c­ iptaan-Nya
apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Fathir : 1).
ۚ ۤ
ِ ِ
ْ َ‫َولَ ْو تـَٰٓرى ا ْذ يـَتـََو َّف الَّذيْ َن َك َفُروا الْ َم ٰل ِٕى َكةُ ي‬
‫ض ِربـُْو َن ُو ُج ْوَه ُه ْم َواَ ْد َب َرُه ْم‬
‫الَِريْ ِق‬
ْ ‫اب‬ َ ‫َوذُ ْوقـُْوا َع َذ‬
“Kalau kamu melihat ketika para Malaikat mencabut jiwa
orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang ­mereka
(dan berkata) : “Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar”,
(tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS. Al-Anfal : 50)
ۤ
ِ ِ ‫ت الْمو‬ ِ ِٰ ِ ِ
ٰ
‫ت َوالْ َمل ِٕى َكةُ َبسطُْٓوا‬ ْ َ ‫َولَ ْو تـَ ٰۚٓرى اذ الظّل ُم ْو َن ِ ْۗف َغ َم ٰر‬
‫اب ا ْلُْو ِن ِبَا ُكنـْتُ ْم تـَُق ْولُْو َن‬ ِ
َ ‫اَيْديْ ِه ْم اَ ْخ ِر ُجْٓوا اَنـُْف َس ُك ْم اَلْيـَْوَم ُْتَزْو َن َع َذ‬
‫الَ ِّق َوُكنـْتُ ْم َع ْن اٰيٰتِه تَ ْستَ ْكِبُْو َن‬
ْ ‫الل َغيـَْر‬ ِٰ ‫علَى‬
ّ َ
“…alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata) : “Keluarlah nyawamu…” (QS. Al-An’am : 93).
ۚ ۗ ۙ ِ
‫الَ َّق َوُه َو‬ َ َ‫ع َع ْن قـُلُ ْوبِِ ْم قَالُْوا َما َذا ق‬
ْ ‫ال َربُّ ُك ْم قَالُوا‬ َ ‫َح ّٰٓت ا َذا فـُِّز‬
‫الْ َعلِ ُّي الْ َكبِيـُْر‬
“…sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari
hati mereka, mereka berkata : “apakah telah difirmankan oleh
­Robbmu?” mereka menjawab : “(perkataan) yang benar”, dan
­Dialah yang Maha tinggi lagi Maha besar.” (QS. Saba’: 23).
ۤ
ٍ‫الْم ٰل ِٕى َكةُ ي ْد ُخلُو َن َعلَْي ِهم ِمن ُك ِل ب ۚب‬
َ ّ ّْ ْ ْ َ َ
ِۗ‫ت فَنِ ْعم عُ ْقب الدَّار‬ ِ
َ ‫َس ٰل ٌم َعلَْي ُك ْم بَا‬
َ َ ُْ‫صبـَْر‬

136 KULIAH ISLAM I : Aqidah


“…Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka
dari semua pintu (sambil mengucapkan) : “salamun alikum bima
shabartum (salam sejahtera kepadamu dengan kesabaranmu).
“Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. ­Ar-Ra’d
: 23-24).
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

ِ ‫َن هللا ي‬ ِ
،ُ‫َحبَّه‬
َ ‫ب فَُل ًن فَأ‬ ُّ ‫ُح‬ َ َّ ‫َادى ج ِْبيْ ُل أ‬ َ ‫ب هللاُ الْ َعْب َد ن‬َّ ‫َح‬ َ ‫“ إِ َذا أ‬
ِ ‫ِن هللا ي‬ ِ َّ ‫ فـيـن ِادي ِج ِبيل أَهل‬،‫فـي ِحبُّه جِب ِريل‬
‫ب فَُل ًن‬ ُّ ‫ُح‬ َ َّ ‫الس َماء إ‬ َ ْ ُ ْ ِْ َُ َ ُ ْ ْ ُ َُ
.“ ‫ض‬ ِ ‫َه الْ ُقبـُْو ُل فِي ْال َْر‬
ُ ‫ض ُع ل‬ َّ ‫ فـَيُ ِحبُّهُ أ َْه ُل‬،ُ‫َحبـُّْوه‬
َ ‫ ُثَّ ي ُْو‬،‫الس َماء‬ َ ‫فَأ‬
“Apabila Allah mencintai seorang hambaNya, ia
memberitahu Jibril bahwa Allah subhanahu wa ta’ala.
­
mencintai fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya,
maka Jibrilpun mencintainya. Jibril lalu memberitahu para
penghuni langit bahwa Allah subhanahu wa ta’ala. ­mencintai
fulan dan menyuruh mereka untuk mencintainya maka
penghuni langitpun mencintainya, kemudian ia diterima di
atas bumi.” (HR.Bukhari).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

‫اب الْ َم ْس ِج ِد‬ َ


ٍ ‫المع ِة كَا َن ع ََل ُك ِل ب‬
ِ ‫َاب ِم ْن َأبـْو‬
ّ َ ُ ُْ ‫“ إِذاَ كَا َن ي َْوُم‬
‫ف‬ َ ‫الص ُح‬ ِْ ‫َال ََّو ُل فَإِ َذا َجلَس‬
ُّ ‫ال َم ُام ط َُّووا‬ َ َ ُ‫الْ َم َلئِ َكة‬
ْ ‫ي ْكتـُبـُْو َن األ ََّوَل ف‬
.“ ‫َج ُاؤْوا يَ ْستَ ِمعُ ْو َنل ِّذ ْكَر‬
َ‫و‬
“ Di setiap hari jum’at pada setiap pintu masjid para
Malaikat mancatat satu demi satu orang yang datang. Bila
imam sudah duduk (di atas mimbar) mereka menutup
buku-bukunya dan datang untuk mendengarkan zdikir
(khutbah).”

KULIAH ISLAM I : Aqidah 137


Dari nash-nash ini tampak jelas bahwa para Malaikat itu
­enar-banar ada, bukan kekuatan maknawi yang terdapat
b
­dalam diri manusia seperti yang disangka orang-orang sesat.
Nash-nash tersebut telah disepakati umat Islam.

E. Jin, Iblis, dan Syaitan


Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala.telah mengutus
nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan risalah
yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan Arab
saja namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya
saja, namun bagi umat seluruhnya. Bahkan Allah ­subhanahu wa
ta’ala. mengutusnya kepada segenap jin dan manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman:

ِ ُ ‫قُل يأَيـُّهاالنَّاس إِِن رس‬


َِ ‫الل إِلَي ُكم‬
…‫ج ًيعا‬ ْ ْ َّ ‫ول‬ َُ ّ ُ َ َ ْ
“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)
Sebuah Hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma
Rasulullah bersabda:“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya
sedang aku diutus kepada seluruh manusia.” (HR.Al-Bukhari dan
Muslim).
Allah juga berfirman:

‫ضلُّ ْوا‬ ِ ِٰ ‫فـلَوَل نَصرهم الَّ ِذين َّات ُذوا ِمن دو ِن‬
َ ‫الل قـُْرَب ًن اٰلَةً ۗبَ ْل‬
ّ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ُ ََ ۚ ْ َ
٢٨ - ‫ك اِفْ ُك ُه ْم َوَما َكانـُْوا يـَْفتـَُرْو َن‬ ِ
َ ‫َعنـْ ُه ْم َو ٰذل‬
“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin
­kepadamu yang mendengarkan Al-Qur`an. Maka ketika ­mereka
menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata: `Diamlah kamu
(untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai,
­mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Mereka ­berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah

138 KULIAH ISLAM I : Aqidah


­ endengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan setelah
m
Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi
­memimpin kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Wahai kaum
kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan
berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-­
dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan
orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada
Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi
dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam
­kesesatan yang nyata’.” (Al-Ahqaf: 29-32).

1. Jin
Tidak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang
mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum
kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan
­Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya ­sebagaimana
pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari
­
­mereka yang mengingkarinya.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tidak dapat
disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah
­sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti,
kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka ­melakukan
segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka dibebani
­perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat
dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya.
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana
dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala.dalam firman-Nya:
ۚ
‫ص ٍال ِّم ْن َحٍَا َّم ْسنـُْو ٍن‬َ ‫ص ْل‬
ِ ِ
َ ‫َولََق ْد َخلَ ْقنَا ْالنْ َسا َن م ْن‬
ۤ
‫الس ُم ْوِم‬
َّ ‫الَا َّن َخلَ ْقنٰهُ ِم ْن قـَْب ُل ِم ْن َّن ِر‬
ْ ‫َو‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi

KULIAH ISLAM I : Aqidah 139


bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api
yang sangat panas.” (QS.Al-Hijr: 26-27).
Karena jin lebih dulu ada, maka Allah subhanahu wa ta’ala.
mendahulukan penyebutannya daripada manusia ketika
­menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti
halnya manusia. Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman:

‫س اَِّل لِيـَْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ِْ ‫وما خلَ ْقت‬


َ ْ‫ال َّن َو ْالن‬ ُ َ ََ
“Dan Aku tak menciptakan jin & manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat: 56)
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebut-
kan dalam Al-Qur`an, Sehingga eksistensinya sebagai ­makhluk
­Allah subhanahu wa ta’ala. tidak lagi diragukan, berdasarkan
­Al-Qur`an & As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal
Jamaah. Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu
tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda,
ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau bagaimana?
Allah subhanahu wa ta’ala. telah menerangkan asal-muasal
penciptaan jin dengan firman-Nya:
ۤ
‫الس ُم ْوِم‬
َّ ِ
‫ر‬ َّ
‫ن‬ ‫ن‬ ِ ‫ـ‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ِ
ْ ُ َْ ْ ُ ْ َ َ‫ال‬
‫م‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ٰه‬
‫ن‬ ‫ق‬َ‫ل‬ ‫خ‬ َّ
‫ن‬ ‫ا‬ ْ ‫َو‬
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api
yang sangat panas.” (QS.Al-Hijr: 27)
Juga firman-Nya:
ۤ
‫الَا َّن ِم ْن َّمارٍِج ِّم ْن َّن ٍۚر‬
ْ ‫َو َخلَ َق‬
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (­QS.­
­Ar-Rahman: 15)
Sebuah Hadits dari ’Aisyah radhiallahu ‘anha Rasulullah
­shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

140 KULIAH ISLAM I : Aqidah


“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan
dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifat-
kan kepada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).
Adapun Iblis, maka Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman
tentangnya:

ۗ ۤ
ِ
‫س َكا َن م َن‬ ‫ي‬ ِ
‫ل‬ ‫ب‬ِ
‫ا‬ ‫ل‬
ٓ َِّ‫ا‬ ‫ا‬
‫و‬ ٓ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ف‬
َ ‫م‬ ‫د‬ ٰ
‫ل‬ ِ ‫ا‬
‫و‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫اس‬ ِ
‫ة‬ ‫ك‬
َ ‫ى‬ِٕ ٰ
‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬
ِْ‫واِ ْذ قـ ْلنا ل‬
َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َُ َ
‫الِنِّا‬
ْ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para ­malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali
­Iblis. Dia adalah dari golongan jin…” (QS.Al-Kahfi: 50).
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Iblis mengkhianati asal
penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari n ­ yala
api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala.mengingatkan di sini bahwa
Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari
api. Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tidak termasuk malaikat
sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam
sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim Ibnu
Katsir, 3/94)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ­rahimahullahu
mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” ­(Taisir
­Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 & 793)
Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka.

2. Iblis
Terdapat beberapa pendapat dalam hal asal-usul iblis,
­apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari
­jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri r­ ahimahullahu.
Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golon-
­
gan ­malaikat sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 141


s­ebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan
Ibnu Jarir dlm tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, & dishahihkan oleh
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya)
Pendapat ini pula yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-­
Jashshash dlm kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), & Asy-­
Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan
tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dlm kitab tersebut.
Secara ­ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang­
­dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah subhanahu wa
ta’ala.:

ِ
ُ ‫ش َد ٌاد َّل يـَْع‬
ّٰ ‫ص ْو َن‬
‫اللَ َمآ اََمَرُه ْم َويـَْف َعلُ ْو َن َما يـُْؤَمُرْو َن‬
“…yang tak mendurhakai Allah terhadap apa yang
­diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS.At-Tahrim: 6)

‫َل يَ ْسبِ ُق ْونَه ِبلْ َق ْوِل َوُه ْم ِبَْم ِره يـَْع َملُ ْو َن‬
“Mereka itu tak mendahului-Nya dengan perkataan, &
­mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. ­Al-Anbiya`:
27)
b. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50

ۗ ۤ
ِ
‫س َكا َن م َن‬ ‫ي‬ ِ
‫ل‬ ‫ب‬ِ‫ا‬ ‫ل‬
ٓ ِ ِ
َّ‫اس ُج ُد ْوا ٰل َد َم فَس َج ُدْٓوا ا‬ ِ
‫ة‬ ‫ك‬
َ ‫ى‬ِٕ ٰ ‫َواِ ْذ قـُْلنَا لِْل َم‬
‫ل‬
َ ْ ْ َ ْ
‫ن َوُه ْم‬ ِ‫َّخ ُذ ْونَه وذُِّريـَّتَه اَْولِيَ ۤاء ِم ْن ُد ْو‬
ِ ‫الِ ِن فـ َفسق عن اَم ِر ربِ ۗه اَفـتـت‬
َ َ َّ ْ ْ َ َ َ ۗ َ ّ ْ
ْ َ َ
‫ي بَ َدًل‬ ِ ِ ٰ ِ ‫لَ ُكم ع ُد ٌّو بِْئ‬
َ ْ ‫س للظّلم‬ َ َ ْ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para ­malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali
iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah
Rabbnya.” (QS.Al-Kahfy: 50).

142 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Allah subhanahu wa ta’ala.menegaskan dalam ayat ini ­bahwa
iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang m
­ emegang
pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang
tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau juga
­
menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini
adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari
malaikat.”
Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis
dari malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur
­ulama termasuk Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Alasannya
adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala.:

ۗ ۤ
‫س اَ ٰب‬ ‫ي‬ ِ
‫ل‬ ‫ب‬ِ‫ا‬ ‫ل‬
ٓ َِّ‫ا‬ ‫ا‬
‫و‬ ٓ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ف‬
َ ‫م‬ ‫د‬ ٰ
‫ل‬ ِ ‫ا‬‫و‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫اس‬ ِ
‫ة‬ ‫ك‬
َ ‫ى‬ِٕ ٰ
‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬
ِْ‫واِ ْذ قـ ْلنا ل‬
َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َُ َ
ِ ٰ ِ ۖ
‫استَ ْكبـََر َوَكا َن م َن الْكف ِريْ َن‬ ْ ‫َو‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para ­malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah ­mereka k ­ ecuali
­Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk ­golongan
orang-orang yang kafir.” (QS.Al-Baqarah: 34).
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat
­Israiliyat. Pendapat yang kuat adalah pendapat yang p ­ ertama,
karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas. ­Adapun
alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34),
­sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari
malaikat. Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan
­istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah termasuk
jenis yang disebutkan).
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Is-
railiyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini
(asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf.
Namun ­mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani
Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu
a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu.
Dan ­diantaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi
­kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di ­dalam

KULIAH ISLAM I : Aqidah 143


­ l-Qur`an sudah memadai dari yang selainnya dari berita-­
A
berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94).

3. Setan
Setan atau Syaithan alam bahasa Arab diambil dari kata
yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari
kata yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama
lebih kuat menurut Ibnu Jarir & Ibnu Katsir, sehingga kata
Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat
­Allah subhanahu wa ta’ala. (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab ­adalah
setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari ­segala
sesuatu. Demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala. b­ erfirman:

‫الِ ِّن يـُْو ِح ْي‬


ْ ‫س َو‬ِ ْ‫الن‬ِْ ‫ك جع ْلنَا لِ ُك ِل نَِ ٍب ع ُد ًّوا َشٰي ِطي‬ َ
ِ‫وَك ٰذل‬
ۤ َ ْ َ ّ ّ َ َ َ
ِ ٍ ٰ ِ
ُ‫ك َما فـََعلُ ْوه‬ َ ُّ‫ف الْ َق ْول غُُرْوًرا َۗولَ ْو َشاءَ َرب‬ َ ‫ض ُه ْم ال بـَْعض ُز ْخُر‬ ُ ‫بـَْع‬
‫فَ َذ ْرُه ْم َوَما يـَْفتـَُرْو َن‬
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
­musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
­perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(QS. Al-An’am: 112)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala.menjadikan ­setan
dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan
­hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan
perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang
sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir,
1/49).
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang
keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir,
2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).

144 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Pendapat ini juga sejalan dengan Al-Quran surat Al-An’am
ayat 112 yang tertulis diatas.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu
‘anhu, ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam & beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan ­beliau
menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?”
Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit & shalat-
lah.” Akupun bangkit & shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata:
“Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan
setan manusia & jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai ­Rasulullah,
apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab:
“Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan ­beberapa
sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua
jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu &
­keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi Shallalla-
hu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Muslim:“Anjing hitam adalah
setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu
setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid & yang dikuatkan
oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani & Asy-Syinqithi.
Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam
menyesatkan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫نٓ اِ ٰل يـَْوِم يـُبـَْعثـُْو َن‬ ِ ِ َ َ‫ق‬


ْ ‫ال اَنْظ ْر‬
‫ك ِم َن الْ ُمْنظَ ِريْ َن‬ ِ َ َ‫ق‬
َ َّ‫ال ان‬
‫ك الْ ُم ْستَ ِقْي َۙم‬
َ َ‫ال فَبِ َمآ اَ ْغ َويـْتَِ ْن َلَقـْعُ َد َّن َلُْم ِصَراط‬
َ َ‫ق‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 145


ِ َْ‫ُثَّ َ ٰلتِيـَنـَُّهم ِّم ْۢن بـ‬
‫ي اَيْ ِديْ ِه ْم َوِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم َو َع ْن اَْيَانِِ ْم َو َع ْن‬ ْ ۗ ۤ
‫َشَا ِٕىلِ ِه ْم َوَل َت ُد اَ ْكثـََرُه ْم شكريْ َن‬
ِ ِ ٰ ِ
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka
dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk
mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau
­telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-­
halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku
akan mendatangi mereka dari muka & dari belakang mereka,
dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS.Al-A’raf: 14-17).
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah
­Subhanahu wa Ta’ala:

‫يس َكا َن ِم َن‬ ِ‫وإِ ْذ قـ ْلنا لِْلم َلئِ َك ِة اسج ُدوا ِلدم فَسج ُدوا إَِّل إِبل‬
َ ْ َ َ ََ ُْ َ َُ َ
ِ
‫َّخ ُذونَهُ َوذُِّريـَّتَهُ أ َْوليَاءَ ِم ْن ُد ِون َوُه ْم‬
ِ ‫الِ ِن فـ َفسق عن أَم ِر ربِِه ۗ أَفـتـت‬
َ َ َّ ْ ْ َ َ َ َ ّ ْ
ِ ِ ِ ‫لَ ُكم ع ُد ٌّو ۚ بِْئ‬
‫ني بَ َدًل‬َ ‫س للظَّالم‬ َ َ ْ
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?
­
Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang dzalim.” (QS.Al-Kahfi: 50).
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dlm ayat ini adalah
setan-setan. (Tafsir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)

4. Deskripsi Global Tentang Jin, Setan dan Iblis


Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang
bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu
yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan
jin karena keadaannya yang tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikh Muqbil bin
Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad.

146 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Hanya saja mereka dapat berubah-ubah ­bentuk dan menyerupai
sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari t­ empat ­manapun.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ­ memerintahkan kepada
kita agar menutup pintu-pintu ­sembari beliau ­mengatakan:
­‘Sesungguhnya setan tak dapat m ­ embuka yang tertutup’. ­Beliau
memerintahkan agar kita menutup ­bejana-bejana dan ­menyebut
nama Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. ­Demikian pula bila
seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah,
maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan ­menginap’.
Jika seseorang makan dan ­ mengucapkan ­ bismillah, maka
­setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan ­bersantap
malam’.” (Kitab Nashihatii li Ahlis Sunnah ­Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat ­berupa
ular dan kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing,
kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa b­ erujud Bani
Adam seperti waktu setan mendatangi kaum ­musyrikin dalam
bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju
Badar. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang b ­ anyak,
seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna
hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan & mempunyai
kekuatan panas. (Kitab Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin
yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-­tempat
yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka
­tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor. (Kitab
Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin).
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam
sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

“Carikan beberapa buah batu untukakugunakan


­ ersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran
b
hewan” Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku
pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 147


k­ usimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau
­menyelesaikan hajatnya.”
Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang & kotoran
­ ewan?”
h
Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin.
Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashib-
in, dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta
bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk
mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan k­ otoran
melainkan mereka mendapatkan makanan.” (HR. Al-
­
Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dalam riwayat Muslim disebutkan: “Semua
tulang yang disebutkan nama Allah padanya”)
Adapun Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata
al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka adalah musuh nomer satu bagi manusia, musuh
bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan
analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani
­
­menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat mereka
enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ۖ‫س ا ٰب واست ْكبـَر‬ ۗ ‫واِذ قـ ْلنا لِْلم ٰۤل ِٕى َك ِة اسجدوا ِ ٰلدم فسجدٓوا اَِّلٓ اِبلِي‬
َ َْ َ َ َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ ََ ْ ُ ُ ْ َ َُ ْ َ
‫َوَكا َن ِم َن الْ ٰك ِف ِريْ َن‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para ­malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali
Iblis. Ia enggan & takabur, & adalah ia termasuk golongan orang-
orang yang kafir.” (QS.Al-Baqarah: 34).
Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis men-
jawab:

148 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ٍ ‫أ ََن َخيـْر ِّمْنهُ َخلَ ْقتَِن ِمن َّن ٍر و َخلَ ْقتَهُ ِمن ِط‬
‫ني‬ َ ٌ
“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api
­sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS.Al-A’raf: 12).
Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling ­r usak.
Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan
­perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyuruhnya untuk
sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia
menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah ­menetapkan
hukum yang tak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah
­perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya
menjadi pengikut bagi nash.
Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan
atau diakui, maka konsekuensinya akan menggugurkan nash.
Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam ­ terus
berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil
­
menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis
­
sesat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka. Allah
­Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firman-Nya:

‫الَن َِّة‬
ْ ‫َخَر َج أَبـََويْ ُك ْم ِم َن‬ ِ
ْ ‫آد َم َل يـَْفتنـَنَّ ُك ُم الشَّْيطَا ُن َك َما أ‬ َ ‫َي بَِن‬
‫اس ُه َما لُِِييـَُه َما َس ْوآتِِ َما ۗ إِنَّهُ يـََرا ُك ْم ُه َو َوقَبِيلُهُ ِم ْن‬ ِ
َ َ‫يـَْن ِزعُ َعنـْ ُه َما لب‬
‫ين َل يـُْؤِمنُو َن‬ ِ ِ ِ ‫اط‬ ِ
َ ‫ني أ َْوليَاءَ للَّذ‬ َ َ‫ث َل تـََرْونـَُه ْم ۗ إِ َّن َج َع ْلنَا الشَّي‬ ُ ‫َحْي‬
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
­bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian keduanya untuk
­memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia &
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu
tak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tak
­beriman.” (QS.Al-A’raf: 27).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 149


Karena setan sebagai musuh kita, maka kita ­diperintahkan
untuk menjadi musuh setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
­berfirman:

‫ات ُذوهُ َع ُد ًّوا ۚ إَِّنَا يَ ْدعُو ِح ْزبَهُ لِيَ ُكونُوا ِم ْن‬


َِّ َ‫إِ َّن الشَّيطَا َن لَ ُكم ع ُد ٌّو ف‬
َ ْ ْ
‫السعِ ِري‬
َّ ِ
‫اب‬ ‫َص َح‬
ْ‫أ‬

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka


a­ nggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu ­hanya
mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala.” (QS.Fathir: 6).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫يس َكا َن ِم َن‬ ِ ِ َِّ ِ ِ ِ ِ


َِ ‫اس ُجِ ُدوا ل َدَِم فَ َس َج ُدوا إل إِبْل‬ ْ ‫َوإِ ْذ قـُْلنَا ل ْل َم َلئ َكة‬
‫الِ ِّن فـََف َس َق َع ْن أ َْم ِر َربِّه ۗ أَفـَتـَتَّخ ُذونَهُ َوذُِّريـَّتَهُ أ َْوليَاءَ م ْن ُد ِون َوُه ْم لَ ُك ْم‬
ْ
ِ ِ ِ ‫ع ُد ٌّو ۚ بِْئ‬
‫ني بَ َدًل‬َ ‫س للظَّالم‬ َ َ
“Patutkah kamu mengambil dia & turunan-turunannya sebagai
pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat
­buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
­dzalim.” (QS.Al-Kahfi: 50).

a. Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui


yang Ghaib
Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu
syarat dari benarnya keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ۤۤ
ّ ۚ
‫ال‬
ۙ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتٰب َل ري‬ ِ
‫ي‬
َ ْ ‫ب ۛ فْيه ۛ ُه ًدى لّْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫ٰذل‬

150 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫الص ٰلوَة َوِمَّا َرَزقـْنـٰ ُه ْم يـُْن ِف ُق ْو َن‬
َّ ‫ب َويُِقْي ُم ْو َن‬
ِ ‫ۙ الَّ ِذيْن يـُْؤِمنـُو َن ِبلْغَْي‬
ْ َ
“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) ­mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, & menafkah-
kan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada ­mereka.”
(QS.Al-Baqarah: 1-3).
Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyidan tidak
terlihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan apa yang ada di
dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit danyang l­ ainnya
yang tak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Tafsir Al-Qur`anul
‘Azhim, 1/53)
Alam jin dan wujud jin dalam bentuk asli seperti yang
telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan adalah ghaib bagi
kita. ­Namun golongan jin dapat berubah-ubah bentuk ­dengan
kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan amat mungkin
bagi mereka melakukan penampakan, sehingga kita dapat
­melihatnya dalam wujud yang bukan aslinya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:

ُ ‫إِنَّهُ يـََرا ُك ْم ُه َو َوقَبِيلُهُ ِم ْن َحْي‬


‫ث َل تـََرْونـَُه ْم‬
“Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dari suatu tempat yang kamu tak bisa melihat mereka.”
(QS.Al-A’raf: 27)
Dari Abu As-Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah, beliau
­bercerita bahwa dirinya pernah berkunjung ke rumah Abu
Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, katanya: “Aku ­mendapatinya
tengah mengerjakan shalat, akupun duduk menunggunya
­
­hingga beliau selesai. Tiba-tiba aku mendengar adanya ­gerakan
pada bejana tempat minum yang ada di pojok rumah. Aku
­menoleh ke arahnya dan ternyata ada seekor ular. Aku segera
meloncat untuk membunuhnya, namun Abu Sa’id ­memberi
isyarat ­
­ kepadaku agar aku duduk. Ketika ia selesai dari

KULIAH ISLAM I : Aqidah 151


s­ halatnya, ia menunjuk ke sebuah rumah yang ada di kampung
itu ­sambil berkata: ‘Apakah engkau lihat ­r umah itu?’ ‘Ya,’ jawab-
ku. Ia kemudian menuturkan, ‘Dahulu yang tinggal di rumah
itu ­adalah s­ eorang pemuda yang baru saja menjadi pengantin.
­Kala itu kami berangkat bersama ­Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ke Khandaq dan pemuda itupun ikut bersama kami.
Saat tengah hari, pemuda itu meminta izin kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pulang menemui istrinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkannya ­sambil
berpesan: ‘Bawalah senjatamu karena aku khawatir engkau
bertemu dengan orang-orang dari Bani Quraidhah.’ Pemuda
itu mengambil senjatanya, kemudian pulang menemui istrinya.
­Setibanya di ­rumah, ternyata ­istrinya sedang berdiri diantara
dua daun pintu. Ia mengarahkan ­tombaknya k­ epada ­istrinya
untuk ­melukainya karena merasa cemburu karena ­ istrinya
berada di luar rumah. Istrinya ­
­ berkata kepada­ nya: ­ “Tahan
dulu tombakmu, dan ­ masuklah ke dalam rumah ­ sehingga
­engkau akan tahu apa yang menyebabkan aku sampai keluar
rumah!” Pemuda itu masuk, dan ternyata ­terdapat se­ekor ular
besar yang ­melingkar di atas tempat tidur. Pemuda itu ­lantas
menghunuskan ­
­ tombaknya dan menusukkannya pada ular
tersebut. Setelah itu, ia keluar dan menancapkan tombak­nya di
dinding rumah. Ular itu (yang belum mati)menyerangnya dan
­terjadilah pergumulan d­ engan ular tersebut. Tidak diketahui
secara pasti mana diantara keduanya yang lebih d­ ahulu mati,
ular atau pemuda itu.’
Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu melanjutkan ceritanya: ‘Kami
menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
­melaporkan kejadian itu kepadanya dan kami sampaikan ­kepada
beliau: ‘Mohonlah kepada Allah agar ­menghidupkannya demi
kebahagiaan kami.’ Beliau menjawab: ‘Mohonlah ampun untuk
shahabat kalian itu!’
Selanjutnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya di ­Madinah
terdapat golongan jin yang telah masuk Islam, maka jika
­kalian melihat sebagian mereka –dalam wujud ular– berilah
­peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu setelah

152 KULIAH ISLAM I : Aqidah


itu, bunuhlah ia, karena sebenarnya dia adalah setan.” (HR.
Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib, maula Hisyam
bin Zuhrah).

b. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib


Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin
datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
­mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika itu Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka­­kecuali
setelah sebuah pohon memberitahunya dan Allah ­Subhanahu
wa Ta’ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon dapat
­berbicara seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam
Shahih-nya dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Ini
menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib
kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ُ ُ‫ب َوَل أَق‬ َِّ ‫ول لَ ُكم ِعْن ِدي خزائِن‬


‫ول‬ َ ‫الل َوَل أ َْعلَ ُم الْغَْي‬ ُ ََ ْ ُ ُ‫قُ ْل َل أَق‬
ْ ‫ل ۚ قُ ْل َه ْل يَ ْستَ ِوي ْال‬
‫َع َم ٰى‬ ََّ ِ‫وح ٰى إ‬ ِ ِ ٌ َ‫لَ ُكم إِِّن مل‬
َ ُ‫ك ۖ إ ْن أَتَّبِ ُع إَّل َما ي‬ َ ْ
َّ ِ ‫والْب‬
‫صريُ ۚ أَفَ َل تـَتـََفكُرو َن‬ ََ
“Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, ­ bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku
­
­mengetahui yang ghaib dan tak pula aku mengatakan kepadamu
bahwa aku s­eorang malaikat. Aku tak mengetahui kecuali apa
yang ­diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang
yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tak
memikirkannya?” (QS.Al-An’am: 50).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

‫ت‬ َّ َ‫ضًّرا إَِّل َما َشاء‬ ِ ِ ُ ِ‫قُل َل أَمل‬


ُ ‫اللُ ۚ َولَ ْو ُكْن‬ َ ‫ك لنـَْفسي نـَْف ًعا َوَل‬ ْ ْ
‫السوءُ ۚ إِ ْن أ ََن إَِّل‬ ِ ِ ْ ‫ت من‬ِ
ُّ ‫ن‬ َ ‫الَْي َوَما َم َّس‬ َ ُ ‫ب َل ْستَ ْكثـَْر‬َ ‫أ َْعلَ ُم الْغَْي‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 153


‫نَ ِذ ٌير َوبَ ِشريٌ لَِق ْوٍم يـُْؤِمنُو َن‬
“Katakanlah: ‘Aku tak berkuasa menarik kemanfaatan bagi
diriku & tak pula menolak kemudharatan kecuali yang ­dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya & aku tak akan ­ditimpa
kemudharatan. Aku tak lain hanyalah pemberi ­peringatan, &
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang b­eriman’.” (QS.
Al-A’raf: 188).

c. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib


Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun untuk urusan ghaib ­ternyata
mereka pun tak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman saat pertama kali hendak menciptakan m
­ anusia:
ۤ
ِ
‫ض َخليـَْفةً ۗ قَالُْٓوا اََْت َع ُل‬ ِ ِ
ِ ‫ِان َجاع ٌل ف ْالَْر‬ ِّْ ‫ك لِْلم ٰل ِٕى َكة‬
ِ
َ َ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
‫ال َرب‬
ُّ
‫س‬ ِّ ‫فِيـها من يـُّْف ِسد فِيـها ويس ِفك ال ِّدم ۤا ۚء وَنن نُسبِح ِبم ِد َك ونـ َق‬
‫د‬
ُ ُ َ ْ َ ُ ّ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َْ ُ ِ ْ َ َْ
‫نٓ اَ ْعلَ ُم َما َل تـَْعلَ ُم ْو َن‬ ِ َ َ‫ك ۗ ق‬
ّْ ‫ال ا‬ َ َ‫ل‬
“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para ­malaikat:
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang k ­ halifah di muka
bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau ­hendak m ­ enjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan ­membuat ­kerusakan ­padanya
& menumpahkan darah, padahal kami ­senantiasa ­bertasbih ­dengan
memuji Engkau & mensucikan Engkau?’ ­Allah ­berfirman:
‘­Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tak ketahui.’
Dan Dia mengajarkan kepada Adam ­nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian ­mengemukakannya kepada para Malaikat
lalu berfirman: ­‘Sebutkanlah kepada-Ku nama ­benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!’ ­Mereka menjawab: ‘Maha
Suci Engkau, tak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah

154 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Engkau ajarkan kepada kami. S­ esungguhnya E
­ ngkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” (QS. Al-Baqarah:
30-32).

d. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib


Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru k­emudian
mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama
­
bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan.
­Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka ­terhadap
jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada
­kekufuran.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas telah
­mementahkan anggapan ini dlm firman-Nya:

ِ ‫ت َما َد َّلُْم َعلَ ٰى َم ْوتِِه إَِّل َدابَّةُ ْال َْر‬


‫ض‬ ِ
َ ‫ضيـْنَا َعلَْيه الْ َم ْو‬
َ َ‫فـَلَ َّما ق‬
ِْ ‫ت‬ ِ َ‫َتْ ُكل ِمْنسأَتَه ۖ فـلَ َّما خَّر تـبـيـَّن‬
َ ‫ال ُّن أَ ْن لَ ْو َكانُوا يـَْعلَ ُمو َن الْغَْي‬
‫ب‬ ََ َ َ ُ َ ُ
ِ ‫اب الْم ِه‬
‫ني‬ ِ ‫ما لَبِثُوا ِف الْع َذ‬
ُ َ َ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman,
tak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu ­kecuali
rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur,
­tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang
ghaib tentulah mereka tak tetap dlm siksa yang menghinakan.”
(QS.Saba`: 14).

e. Manusia Tidak Dapat Mengetahui Yang Ghaib


Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada manusia
tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah t­ entu
manusia secara umum tak ada yang dapat mengetahui alam
ghaib atau menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala hanya memerintahkan agar mengimani perkara yang
ghaib dengan keimanan yang benar.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 155


Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias.
Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan dirinya
sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib, mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan
seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya.
Kata ‘dukun’ sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta
merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun. ­Dalihnya,
apalagi kalau bukan seputar “Kami tak meminta syarat-syarat
apapun kepada anda”, “Kami tak menyuruh memotong ayam
putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah
­praktek dukun juga. Bedanya, dukun sekarang ini b
­ erpendidikan
sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah,
sehingga mereka jelas enggan disebut dukun.
Tidak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui
perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap sesuatu yang
belum dan akan terjadi di masa datang. Jika bisa, itu sema-
ta-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu
dihasilkan dari latihan dan olah jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ولََق ْد صد‬
َ ‫يس ظَنَّهُ فَاتـَّبـَعُوهُ إَِّل فَ ِري ًقا م َن الْ ُم ْؤمن‬
‫ني‬ ُ ‫َّق َعلَْيه ْم إبْل‬ َ َ
‫ان إَِّل لِنـَْعلَ َم َم ْن يـُْؤِم ُن ِبْل ِخَرِة‬ ٍ َ‫وما َكا َن لَه علَي ِهم ِمن س ْلط‬
ُ ْ ْ َْ ُ ََ
‫ظ‬ ِ ٍ ِ
ٌ ‫ك َعلَ ٰى ُك ّل َش ْيء َحفي‬ ٍ ِ ِ ِ
َ ُّ‫ك ۗ َوَرب‬ّ ‫م َّْن ُه َو منـَْها ف َش‬
“Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan k­ ebenaran
sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, ­kecuali
sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tak adalah ­kekuasaan
Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat
membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan
­
­akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu
Maha M­ emelihara segala sesuatu.” (QS.Saba`: 20-21).
Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah ­rusak,
di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang

156 KULIAH ISLAM I : Aqidah


k­ eberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya
identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci jiwanya.
Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib.
Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak
ada pula istilah rijalul ghaib di tengah-tengah manusia. Rijalul
ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa Ta’ala ber-
firman:
ۙ ۤ
‫استـََق ُام ْوا َعلَى الطَّ ِريـَْق ِة َلَ ْس َقيـْنـٰ ُه ْم َّماءً َغ َدقًا‬
ْ ‫َّواَ ْن لَّ ِو‬
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
­ anusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di a­ ntara
m
jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”
(QS.Al-Jin:6).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 157


SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.!

1. Jelaskan makna Malaikat, Jin, Iblis dan Syaiton..!


2. Bagaimanakah cara beriman pada para Malaikat.? Jelaskan.!
3. Sebut dan jelaskan tentang nama dan tugas-tugas para
­Malaikat.!
4. Malaikat adalah makhluk Allah sebagaimana manusia juga
makhlukh Allah, lalu mengapa seorang mu’min harus
­beriman pada Malaikat,? jelaskan Hikmahnya .!
5. Jelaskan secara rinci perbedaan sifat, penciptaan dan tujuan
penciptaan malaikat, Jin, Iblis dan Syaitan..!

158 KULIAH ISLAM I : Aqidah


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Makhluk Makhluk ciptaan Allah yang tidak bias
Ghoib dilihat dengan panca indra manusia.
Makhluk Makhluk ciptaan Allah yang dapat
Syahadah ­dilihat/disaksikan dengan pancaindra
manusia.
Malaikat alam ghaib, makhluk, dan hamba ­Allah
subhanahu wa ta’ala Malaikat sama
sekali tidak memiliki ­ keistimewaan
r ububiyah dan uluhiyah. Allah
­
menciptakannya dari cahaya serta
­
memberikan kekuatan yang sempurna
serta kekuatan untuk melaksanakan
ketaatan itu.
Malaikat yang dipercayakan menyampaikan
Jibril wahyu kepada para Nabi dan Rasul.
Malaikat Malaikat yang diserahi tugas
Mikail menurunkan hujan dan tumbuh-­
tumbuhan.
Malaikat Malaikat yang diserahi tugas ­meniup
Israfil sangkakala di hari kiamat dan
­kebangkitan makhluk.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 159


Malaikat Malaikat yang diserahi tugas mencab-
maut ut nyawa orang.
jin makhluk ghoib yang tercipta dari
api, berakal dan mereka melakukan
segala sesuatu dengan kehendak.
­
Bahkan mereka dibebani perintah
­
dan ­la­ rangan, hanya saja mereka tidak
memiliki sifat dan tabiat seperti yang
ada pada manusia atau selainnya
iblis Makhluk ghoib yang berasal dari jenis
jin.
syaithan dalam bahasa Arab syaithan adalah
setiap yang durhaka dari jin, manusia
atau hewan, atau dari segala sesuatu.

160 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB iV
IMAN KEPADA
kitab-kitab ALLAH

KULIAH ISLAM I : Aqidah 161


162 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami pengertian Kitab-Kitab Allah,
menjelaskan K
­ ­itab-Kitab Allah sebagai wahyu, menjelaskan
Kitab-Kitab Allah sebelum ­
­ Al-Qur’an, menjelaskan Al-Qur’an
­sebagai Kitab Allah yang terakhir serta ­menjelaskan perbedaan iman
kepada Al-Qur’an dengan iman kepada kitab-kitab sui lainnya.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian Kitab-Kitab Allah .
2) Kitab-Kitab Allah sebagai Wahyu.
3) NamaKitab-Kitab Allah sebelum Al-Qur’an beserta para ­Nabi
dan Rasul yang menerimanya.
4) Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang Terakhir.
5) Perbedaan Iman kepada Al-Qur’an dengan Iman kepada
­Kitab-Kitab Suci Lainnya.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Kitab-Kitab Allah.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan Kitab-Kitab ALLAH sebagai
wahyu.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan Kitab-Kitab ALLAH sebelum
Al-Qur’an.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan Al-Qur’an sebagai Kitab Allah
yang terakhir.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan iman kepada
­Al-Qur’an dengan iman kepada kitab-kitab suci lainnya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 163


BAB IV

IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Iman kepada kitab yang Allah yang di turunkan merupakan


salah satu ushul (landasan) iman dan merupakan rukun iman
yangketiga. Iman yang dimaksud adalah pembenaran yang
disertai keyakinan bahwa kitab-kitab Allah benar. Kitab-kitab
tersebut merupakan kalam Allah ‘Azza wa jalla yang di dalam-
nya terdapat petunjuk dan cahaya kepada umat yang turun ke-
padanya kitab tersebut.
Diturunkanya kitab merupakan di antara bentuk kasih
sayang Allah  kepada hambanya karena besarnya kebutuhan
hamba terhadap kitab Allah. Akal manusia terbatas, tidak bisa
meliputi rincian hal-hal yang dapat memberikan manfaat dan
menimbulkan madharat bagi dirinya. Dan beriman kepada
­kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun iman yang wajib
diimani oleh setiap orang-orang muslim.
Iman kepada kitab Allah harus mencakup empat perkara :
1) Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-benar
dari sisi Allah
2) Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui namanya
seperti Al Quran yang diturunkan kepada Nabi ­Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Taurat yang diturunkan k­ epada
Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang diturunkan ­kepada
Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, dan Zabur yang diturunkan
­kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam. (Himpunan Putusan-
Tarjih ­Muhammadiyah,2009:16) Sedangkan yang tidak kita
ketahui namanya, kita mengimaninya secara global.

164 KULIAH ISLAM I : Aqidah


3) Membenarkan berita-beritanya yang benar, seperti b ­ erita
mengenai Al Quran, dan berita-berita  lain yang tidak
­diganti atau diubah dari kitab-kitab terdahulu sebelum ­Al
Quran.
4) Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus, serta
ridho dan tunduk menerimanya, baik kita mengetahui hik-
mahnya maupun tidak.  (Syarh Ushuulil Iman)

A. Pengertian Kitab-Kitab Allah


Secara etimologis (lughatan), kata kitab adalah bentuk
­mashdar dari kata ka-ta-ba (‫َب‬ َ ‫ ) َكت‬yang berarti menulis. Bentuk
jama’ dari kitab adalah kutub ( ٌ‫) ُكتُب‬. Dalam bahasa I­ ndonesia
kitab diartikan buku. Adapun yang dimaksud kitab di sini a­ dalah
kitab suci. (Yunahar Ilyas, 2013: 107)
Secara terminologis yang dimaksud dengan Kitab ­(Al-Kitab,
Kitab Allah, Al-Kutub, Kitab-Kitab Allah) adalah Kitab Suci
yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Kata Al-Kitab di dalam Al-Qur’an dipakai untuk beberapa
pengertian:
1. Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan
kepada para Nabi dan Rasul:

‫ب َوٰلَ ِك َّن الِْ َّب‬ ِ ‫وه ُكم قِبل الْم ْش ِرِق والْم ْغ ِر‬ ُّ ِ ‫لَْي‬
َ َ َ َ َ ْ َ ‫س الْ َّب أَ ْن تـَُولوا ُو ُج‬ َ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ّ‫َم ْن َآم َن ب َّلل َوالْيـَْوم ْالخر َوالْ َم َلئ َكة َوالْكتَاب َوالنَّبي‬
‫ني‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat-Malaikat, ­Al-Kitab
(Kitab-Kitab Suci), dan Nabi-Nabi...” ­(QS. A ­ l-Baqarah {2}:
177).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 165


2. Menunjukkan semua Kitab Suci yang diturunkan sebelum
Al-Qur’an:

َِّ ‫ول الَّ ِذين َك َفروا لَست مرس ًل ۚ قُل َك َفى ِب‬
ً ‫لل َش ِه‬
‫يدا بـَْي ِن‬ ٰ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ ‫َويـَُق‬
ِ َ‫وبـيـْنَ ُكم ومن ِعْن َده ِع ْلم الْ ِكت‬
‫اب‬ ُ ُ ْ ََ ْ َ َ
“Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang yang
dijadikan Rasul.” Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi
antara aku dan kamu dan antara orang-orang yang mempunyai
ilmu tentang Al-Kitab (Kitab-Kitab sebelum Al-Qur’an).” ­(QS.
Ar-Ra’d {13}: 43).
3. Menunjukkan Kitab Suci tertentu sebelum Al-Qur’an:

…‫اب‬ ِ
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آتـَيـْنَا ُم‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab
(Taurat) kepada Musa...” (QS. Al-Baqarah {2}: 87).
4. Menunjukkan Kitab Suci Al-Qur’an secara khusus:

‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب ال ري‬ ِ


َ ‫ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َذل‬
“Al-Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;
­petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” ­(QS. Al-Baqarah
{2}: 2).
Ada dua jenis kitab suci:
a. Kitab suci samawi, yakni kitab suci yang b­ ersumber
dari wahyu Allah. dan biasa disebut Kitabullah ­­(Kitab
Allah.). Ada yang berwujud Kitab dan ada yang
­
berwujud Shahifah atau Shuhuf.
b. Kitab suci ardhi, yakni kitab suci yang tidak ­bersumber
dari wahyu Allah. melainkan bersumber dari hasil
­perenungan dan budi daya akal manusia sendiri.

166 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Adapun pengertian Kitabullah adalah kalam atau ­firman
Allah. yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Nabi
dan Rasul-Nya yang mengandung perintah dan larangan
­sebagai pedoman hidup bagi ummat manusia. (Yunahar Ilyas,
2013: 113)
Di samping Al-Kitab, untuk menunjukkan Kitab Suci yang
diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya –
­Al-Qur’an mempergunakan juga istilah lain yaitu:
1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran.
Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci sebelum Al-
Qur’an, khususnya yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim
dan Nabi Musa, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:

‫وسى‬ ِ ِ ِ ِ ‫الصح‬ ِ ِ
َ ‫ص ُحف إبـَْراه َيم َوُم‬
ُ * ‫األول‬
َ ‫ف‬ ُ ُّ ‫إنـََّه َذالَفي‬
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Shuhuf yang
dahulu. Yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa” (QS. Al-A’la {87}:
18-19).
2. Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku. ­Dipakai
untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci yang dinyatakan
­dalam Al-Qur’an:

ِ ‫ك ج ۤاءو ِبلْبـيِن‬ِ ِ ِ ِ
‫الزبُِر‬
ُّ ‫ٰت َو‬ َ ‫فَا ْن َك َّذبـُْو َك فـََق ْد ُك ّذ‬
َّ ْ ُ َ َ ‫ب ُر ُس ٌل ّم ْن قـَْبل‬
‫ٰب الْ ُمنِ ِْي‬
ِ ‫والْ ِكت‬
َ
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya
­Rasul-Rasul sebelum kamu pun telah didustakan pula, mereka
membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan Kitab yang
memberi penjelasan yang sempurna.” (­QS. Ali ‘Imran {3}:
184).
3. Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipakaikan khusus untuk
menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah kepada
Nabi Daud, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 167


‫َوآتـَيـْنَا َد ُاوَد َزبُ ًورا‬
“...Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” ­(QS. ­An-Nisa
{4}: 163)

B. Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu


Karena Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah kepada para
Nabi dan Rasul-Nya itu adalah kumpulan dari wahyu-­wahyu-
Nya, maka ada baiknya kita juga membahas terlebih dahulu apa
pengertian wahyu dan bagaimana Allah menurunkannya.
Kata wahyu secara etimologis adalah bentuk ­ mashdar
dari kata auha (‫)أ َ ْو َحى‬. Dalam bentuk mashdar tersebut
dia ­mempunyai dua arti, pertama Al-Khafa’ (‫ )الخفاء‬artinya
­tersembunyi, rahasia dan kedua As-Sur’ah (‫ )السرعة‬artinya
­cepat. Dinamai demikian karena wahyu itu adalah semacam
­informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-­
pihak yang dituju saja.
Sementara itu secara terminologis, wahyu adalah ­kalam
Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya
­
­(Mabahits fi ‘ulum Al-Qur’an Manna’ Al-Qaththan, 1976: 32-33).
Di samping itu, Al-Qur’an menggunakan kata wahyu ­untuk
berapa pengertian lain, di antaranya:
1. Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti ilham
yang diberikan Allahkepada Ibu Musa untuk menyusukan
bayinya:

‫ت َعلَْي ِه فَاَلْ ِقْي ِه ِف‬ِ ‫واَوحيـنَآ اِ ٰٓل اُِم مو ٰسٓى اَ ْن اَر ِضعِي ِۚه فَِا َذا ِخ ْف‬
ْ ْۤ ُْ ّ ََْْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ن ۚا َّن َرا ُّد ْوهُ الَْيك َو َجاعلُ ْوهُ م َن الْ ُم ْر َسل‬
‫ي‬ ْ ِ َ‫الْيَِّم َوَل َت‬
ْ ‫اف َوَل َْتَز‬
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya Maka ­jatuhkanlah Dia ­ke
sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan ­janganlah (pula)

168 KULIAH ISLAM I : Aqidah


bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
(QS. Al-Qashash {28}: 7).
2. Instink yang diberikan kepada hewan-hewan, seperti
­instink yang diberikan Allah kepada lebah:

‫الِبَ ِال بـُيـُْو ًت َّوِم َن‬ َِّ ‫ك اِ َل النَّح ِل اَ ِن‬


ْ ‫ات ِذ ْي ِم َن‬ َ ُّ‫َواَْو ٰحى َرب‬
ْۙ
‫َّج ِر َوِمَّا يـَْع ِر ُش ْو َن‬
َ ‫الش‬
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
­
­tempat-tempat yang dibikin manusia” ­(QS. ­An-Nahl {16}:
68).
3. Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan
­kode-kode tertentu, seperi isyarat yang diberikan oleh
Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih:

ِ ‫فَ َخرج َعلَ ٰى قـوِم ِه ِمن الْ ِم ْحر‬


‫اب فَأ َْو َح ٰى إِلَْي ِه ْم أَ ْن َسبِّ ُحوا بُ ْكَرًة‬َ َ َْ ََ
‫َو َع ِشيًّا‬
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia ­memberi
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi
dan petang”. (QS. Maryam {19}: 11).
4. Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan
­menipunya:

‫الِ ِّن يـُْو ِح ْي‬


ْ ‫س َو‬ِ ْ‫الن‬ِْ ‫ك جع ْلنَا لِ ُك ِل نَِ ٍب ع ُد ًّوا َشٰي ِطي‬ َ
ِ‫وَك ٰذل‬
ۤ َ ْ َ ّ ّ َ َ َ
ِ ٰ ِ
ٍ ‫ض ُه ْم ال بـَْع‬
ُ‫ك َما فـََعلُ ْوه‬ َ ُّ‫ف الْ َق ْول غُُرْوًرا َۗولَ ْو َشاءَ َرب‬ َ ‫ض ُز ْخُر‬ ُ ‫بـَْع‬
‫فَ َذ ْرُه ْم َوَما يـَْفتـَُرْو َن‬
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi
itu ­musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
­

KULIAH ISLAM I : Aqidah 169


yang lain ­perkataan-perkataan yang indah-indah untuk ­menipu
­(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka ­tidak
mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
­
­mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’am {6}: 112).
5. Perintah Allah kepada para Malaikat-Nya:
ۗ ۤ
ِ ِ
‫ن َم َع ُك ْم فـَثـَبِّتُوا الَّذيْ َن اٰ َمنـُْوا َساُلْق ْي‬ ِ ٰ ِ َ ُّ‫اِ ْذ يـُْو ِحي َرب‬
ِ
ّْ َ‫ك ا َل الْ َمل ِٕى َكة ا‬ ْ
ِ ِ
‫اضربـُْوا منـْ ُه ْم‬ ِ ِ ِ َّ ِ
ُّ ‫ِ ْف قـُلُ ْو ۗب الذيْ َن َك َفُروا‬
ْ ‫اضربـُْوا فـَْو َق ْالَ ْعنَاق َو‬ ْ َ‫ب ف‬ َ ‫الر ْع‬
ٍ َ‫ُك َّل بـن‬
‫ان‬ َ
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para
­Malaikat: “Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan
(pendirian) orang-orang yang telah beriman”. kelak akan aku
­jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka
penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari
­mereka.” (QS. Al-Anfal {8}: 12).
Wahyu dalam pengertian Kalam Allah itu diturunkan oleh
Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui tiga ara:
1. Melalui mimpi yang benar (Ar-Ru’ya Ash-Shadiqah
fil ­manam). Misalnya wahyu yang diterima oleh Nabi
Ibrahimdalam mimpi untuk mengurbankan puteranya
­
­Isma’il, s­ ebagaimana yang diterangkan oleh Allah:

ِ ِ ٰ ‫ب هب ِل ِمن‬
‫ي‬ ّ َ ْ ْ َ ِّ ‫َر‬
َ ْ ‫الصلح‬
‫فـَبَش َّْرنٰهُ بِغُٰل ٍم َحلِْي ٍم‬
ِ ‫ن إِِّن أَرى‏ ِف الْم‬
ِّ‫نام أ‬
‫َن‬ ََُّ‫قال اي بـ‬
َ ‫الس ْع َي‬
َّ ُ‫فـَلَ َّما بـَلَ َغ َم َعه‬
َ
‫ت افـَْع ْل ما تـُْؤَم ُر َستَ ِج ُدين‏ إِ ْن‬
ِ ‫قال اي أَب‬
َ َ ‫ك فَانْظُْر ما ذا تَرى‏‬ َ ُ‫أَ ْذ َب‬
‫ين‬ ِ َّ ‫الل ِمن‬
َ ‫الصابر‬ َ َُّ َ‫شاء‬
“(Ibrahim berdo’a) “Ya Tuhanku, anugrahkanlah ­kepadaku
(seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. Maka

170 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Kami beri Dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat
sabar ­
­ (Isma’il). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) ­
­ berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
“Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku ­menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia
­menjawab: “Hai ­bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-
orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat {37}: 100-102).
2. Kalam Ilahi dari balik tabir (Min wara’ al-hijab), seperti
­perintah shalat fardhu yang diterima oleh Nabi ­Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam waktu perisitwa Isra Mi’raj atau
wahyu yang diterima oleh Nabi Musa di bukit Thursina,
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:

ِ
‫ث ُم ْو ٰسى‬ ُ ْ‫ىك َحدي‬ َ ‫ۘ َوَه ْل اَٰت‬
‫ت َن ًرا لَّ َعلِّ ْٓي اٰتِْي ُك ْم ِّمنـَْها‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫اِ ْذ راٰ َنرا فـ َق‬
ّْ ِ‫ال لَ ْهله ْام ُكثـُْٓوا ا‬
ُ ‫ن اٰنَ ْس‬ َ ً َ
ِ
‫س اَْو اَج ُد َعلَى النَّا ِر ُه ًدى‬ ٍ َ‫بَِقب‬
‫ي ٰيُْو ٰسٓى‬ ِ
َ ‫ۙ فـَلَ َّمآ اَٰت َىها نـُْود‬
‫َّس طًُوى‬ ِ ‫ك ِبلْ َو ِاد الْ ُم َقد‬ َّ
‫ن‬ ِ‫ۗ اِِنٓ اَ ۠ن ربُّك فَاخلَع نـعلَي ۚك ا‬
َ َ ْ َْ ْ ْ َ َ َ ّْ
‫استَ ِم ْع لِ َما يـُْو ٰحى‬ْ َ‫ك ف‬ َ ُ‫اختـَْرت‬
ْ ‫َواَ َن‬
“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? ketika ia
­melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah
kamu (di sini), Sesungguhnya aku melihat api, Mudah-mudahan
aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan
mendapat petunjuk di tempat api itu”. Maka ketika ia datang ke
tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya aku Inilah
Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya

KULIAH ISLAM I : Aqidah 171


kamu berada dilembah yang Suci, Thuwa. dan aku telah memilih
kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepada-
mu).” (QS. Thaha {20}: 9-13).
3. Melalui Malaikat Jibril, seperti wahyu yang diterima oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang
ditegaskan dalam Al-Qur’an:

ِ
‫ني‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ِّ ‫يل َر‬ ِ
ُ ‫َوإنَّهُ لَتَنز‬
‫ني‬ ِ ُّ ‫نزل بِِه‬
ُ ‫وح األم‬ ُ ‫الر‬ َ
‫ين‬ِِ ِ ِ ِ‫علَى قـ ْلب‬
َ ‫ك لتَ ُكو َن م َن الْ ُمْنذر‬ َ َ َ
ٍ ِ‫ان َعرٍِب ُمب‬
‫ني‬ ٍ ِِ
ّ َ ‫بل َس‬
“Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara {26}: 192-195).
Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini ber-
langsung dalam dua ara, pertama: Jibril datang membawa
wahyu ­seperti bunyi gemerincing lonceng (Shalshalah al-Jaras)
yang amat keras, atau kedua: Jibril datang membawa wahyu
­dengan ­memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki (lihat
­pembahasan tentang Malaikat).

C. NamaKitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’anBeserta


Para NabidanRasul Yang Menerimanya.
1. Kitab Taurat
Ada yang menyebutnya Thoret atau Thora. Diturunkan
kepada Nabi Musa AS (=Moses) abad ke 15 SM untuk Bani
Israil dan berbahasa Ibrani.

172 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Kandungan kitab Taurat:
a. Perintah mengesakan Allah
b. Larangan membuat dan menyembah patung berhala.
c. Larangan menyebut Nama Allah subhanahu wa ta’ala.
­Dengan sia-sia.
d. Perintah mensucikan hari Sabtu.
e. Perintah menghormati ayah dan ibu.
f. Larangan membunuh sesama manusia.
g. Larangan berbuat zina.
h. Larangan mencuri.
i. Larangan menjadi saksi palsu.
j. Larangan mengambil istri orang lain.

2. Kitab Zabur
Juga ada yang menyebut Mazmur maupun Paska.
­Diturunkan kepada Nabi Dawud AS (=David) pada abad ke
10 SM untuk Bani Israil dan berbahasa Qibthi.
Kandungan kitab Zabur:
a. Do’a
b. Dzikir
c. Nasihat
d. Hikmah
e. Menyeru kepada ketauhidan
f. Tidak berisi syari’at.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 173


3. Kitab Injil
Ada yang menamakan Bibel maupun Alkitab. Diturunkan
kepada Nabi Isa AS (=Yesus Kristus) pada awal abad ke 1 M
untuk Bani Israil dan berbahasa Suryani.
Kandungan kitab Injil:
a. Seruan tauhid kepada Allah Ajaran hidup zuhud dan
menjauhi kerusakan terhadap dunia.
b. Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah tidak sesuai.
c. Berita tentang akan datangnya Nabi akhir zaman bernama
Ahmad atau Muhammad.

4. Al-Qur’an
Sebagian ulama menegaskan bahwa kata qur’an itu ­bentuk
masdar (kata kerja yang dibedakan) yang diartikan dengan isim
maf ’ul yakni maqru, artinya sesuatu yang ­dibaca. Jadi ­al-qur’an
adalah bacaan yang di baca. Penamaan kitab A ­ llah yang di
turunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi w
­ ­asallam.
­Dengan nama al-qur’an ini sungguh sangat tepat. A ­ lasannya,
fakta ­
­ sejarah dan bukti -bukti empirik menujukan bahwa
­dikolong kangit ini tak satupun bacaan yang ­jumlah ­pembacanya
sebanyak pembaca al-qur’an. Betapa tidak! ­Al-qur’an bukan
hanya dibaca dan dipelajari oleh kalangan ­muslim, melainkan
juga oleh orang-orang nonmuslim ­(terutama orientalis) yang
berusaha keras menelaahnya. Jadi, pembaca al-quran benar-­
benar heterogen karena berasal dari beragam usia, jenis k­ elamin,
status sosial, dan demografis-geografis yang juga berbeda. Pun,
sama sekali tidak terdikhotomikan oleh disipin ilmu yang ber-
beda. Banyak orang dari berbagai disiplin ilmu dan ragam seni
tidak pernah kehabisan semangat untuk memmbaca al-qur’an.
Dari anak-anak yang belum pasih membaca al-qur’’an hingga
pakar ilmu yang teramat sangat ahlli dibidangnya meraskan
kenikmatan dalam mempelajari al-qur’an. (Drs. Ahmad Izzan,
M.Ag, 2005:29).

174 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Diantara nama lain dari al-qur’an adalah Adz-Dzikru,
Al-Furqon, Al-Bayan, Al-Huda, dan lain sebagainya. Diturun-
kan kepada Nabi Muhammad (=Ahmad) pada abad 7 M
­mulai 6 Agustus 610 M untuk pedoman seluruh manusia dan
­berbahasa Arab.

‫نت‬ َ ‫ص ِبَا أ َْو َحيـْنَا إِلَْي‬


َ ‫ك َهـ َذا الْ ُق ْرآ َن َوإِن ُك‬ ِ ‫ص‬
َ ‫َح َس َن الْ َق‬
ْ‫كأ‬ َ ‫ص َعلَْي‬ُّ ‫َْن ُن نـَُق‬
‫ني‬ِِ ِ ِِ ِ
َ ‫من قـَْبله لَم َن الْغَافل‬
Artinya:“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang
p­ aling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah
­
­termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)
Dan Rasulullah pula bersabda seperti apa yang di ­firmankan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Artinya: “Atas engkau membaca Al-Quran adalah cahaya


bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn Majah)
Artinya: “Kutinggalkan untukmu dua perkara ­(pusaka),
kalian tidak akan tersesat selama berpegang ­ kepada
­keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasul-Nya.”­­­(al-
Hakim)
Sebelum Kitab Suci Al-Qur’an, Allah telah menurunkan
beberapa Kitab Suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an ada 5 (lima); tiga dalam ­bentuk
Kitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil, dan dua dalam bentuk Shuhuf
yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa. Kelima Kitab Suci tersebut
antara lain disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini:

ِ ِ
ٌ ُ‫إ َّن أَنـَْزلْنَا التـَّْوَراةَ ف َيها ُه ًدى َون‬
…‫ور‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di
­dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)...” (QS.
Al-Ma’idah {5}: 44)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 175


‫َخاهُ َه ُارو َن َوِز ًيرا‬ ِ
َ ‫اب َو َج َع ْلنَا َم َعهُ أ‬
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آتـَيـْنَا ُم‬
“Dan Sesungguhnya Kami telah memberikan ­ Al-Kitab
(Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun
­
saudaranya, menyertai Dia sebagai wazir (pembantu).” (QS.
­
Al-Furqan {25}: 35).

‫ض‬ ِ ‫ات َو ْال َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ِ


َ ‫ض ْلنَا بـَْع‬
َّ َ‫ض ۗ َولََق ْد ف‬ َ َ َّ ‫ك أ َْعلَ ُم بَ ْن ف‬ َ ُّ‫َوَرب‬
‫ود َزبُ ًورا‬
َ ‫ض ۖ َوآتـَيـْنَا َد ُاو‬ َ ِّ‫النَّبِي‬
ٍ ‫ني َعلَ ٰى بـَْع‬
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di l­angit
dan di bumi. dan Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian
­nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur
kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ {17}: 55).
ِ ِ ِ ٓ
ُ‫ُثَّ قـََّفيـْنَا َع ٰلى اٰ َث ِره ْم بُِر ُسلنَا َوقـََّفيـْنَا بِعْي َسى ابْ ِن َم ْرَيَ َواٰتـَيـْنٰه‬
َ‫ب الَّ ِذيْ َن ۤاتـَّبـَعُ ْوهُ َرأْفَةً َّوَر ْحَةً َۗوَرْهبَانِيَّة‬
ِ ‫ال ِْنْيل ەۙ وجع ْلنَا ِف قـلُو‬
ُْ ْ ََ َ َ ْ
ِ
ِٰ ‫ضو ِان‬ ِ ِ
‫الل فَ َما َر َع ْوَها َح َّق‬ ّ َ ْ ‫ِۨابـْتَ َدعُ ْوَها َما َكتـَبـْنـٰ َها َعلَْي ِه ْم اَّل ابْتغَاءَ ِر‬
‫ِر َعايَتِ َها ۚفَاٰتـَيـْنَا الَّ ِذيْ َن اٰ َمنـُْوا ِمنـْ ُه ْم اَ ْجَرُه ْم ۚ َوَكثِيـٌْر ِّمنـْ ُه ْم ٰف ِس ُق ْو َن‬
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-­
rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan
Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-
orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya)
untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya
dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada
orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak
di antara mereka orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid {57}: 27).

‫وسى‬ ِ ِ ِ ِ ‫الصح‬ ِ ِ
َ ‫ص ُحف إبـَْراه َيم َو ُم‬
ُ * ‫األول‬
َ ‫ف‬ ُ ُّ ‫إنـََّه َذالَفي‬

176 KULIAH ISLAM I : Aqidah


“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab
yang dahulu, (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.” (QS.
­Al-A’la {87}: 18-19).
Itulah lima Kitab Suci yang disebutkan oleh Allah nama
dan kepada siapa diturunkan. Sedangkan Kitab-Kitab Suci
lainnya yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul lainnya
tidak disebutkan oleh Allah nama-namaya secara terperinci,
tapi secara global dijelaskan bahwa Allah mengutus para Nabi
dan Rasul dan menurunkan bersama mereka Kitab Suci. Hal
ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

ِِ ِ ِ‫الل النَّبِي‬ َ ‫َّاس أ َُّمةً َو ِاح َدةً فـَبـََع‬


‫ين َوأَنـَْزَل‬
َ ‫ين َوُمْنذر‬ َ ‫ني ُمبَ ّش ِر‬ َ ّ َُّ ‫ث‬ ُ ‫َكا َن الن‬
‫ف‬ ِِ ِ ِ ‫معهم الْ ِكتاب ِب ْل ِق لِيح ُكم بـي الن‬
َ َ‫اختـَل‬ْ ‫اختـَلَ ُفوا فيه ۚ َوَما‬ ْ ‫يما‬ َ ‫َّاس ف‬ َ َْ َ ْ َ ّ َ َ َ ُ ُ َ َ
ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ
ُ‫الل‬ ُ َ‫ين أُوتُوهُ م ْن بـَْعد َما َجاءَتـْ ُه ُم الْبـَيِّن‬
َّ ‫ات بـَ ْغيًا بـَيـْنـَُه ْم ۖ فـََه َدى‬ َ ‫فيه إَّل الذ‬
‫اللُ يـَْه ِدي َم ْن يَ َشاءُ إِ َ ٰل‬ َّ ‫الَ ِّق بِِ ْذنِِه ۗ َو‬ْ ‫اختـَلَ ُفوا فِ ِيه ِم َن‬ ِ
ْ ‫ين َآمنُوا ل َما‬
ِ َّ
َ ‫الذ‬
‫اط ُم ْستَ ِقي ٍم‬ ٍ ‫ِصر‬
َ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul ­perselisihan),
Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan,
dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
­memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
­perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang
­kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
­antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka ­perselisihkann
itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah
{2}: 213).
Untuk Kitab-Kitab Suci yang tidak disebutkan namanya
tersebut kita cukup mengimaninya secara global (ijmal) bahwa
Allah telah menurunkan Kitab-Kitab Suci kepada para Nabi
dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain kita mengimani semua

KULIAH ISLAM I : Aqidah 177


Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan
Rasul-Nya, baik yang disebutkan namanya atau yang tidak
­disebutkan.
Kitab-Kitab Allah yang diturunkan sebelum Kitab Suci
­Al-Qur’an tidaklah bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi
­hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan juga tidak ­berlaku
untuk sepanjang masa. Oleh karena itu Allah ­subhanahu wa ta’ala
tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau k­ eberadaan
Kitab-Kitab tersebut sepanjang zaman ­sebagaimana halnya
­Allah memberi jaminan terhadap Al-Qur’an.
Dari segi isi, untuk hal-hal yang prinsip (masalah aqidah),
sejarah dan fakta tentang alam semesta, semua Kitab Suci
­tersebut memuat hal yang sama dengan Al-Qur’an. Tidak akan
ada perbedaan apalagi pertentangan satu sama lain ­(kecuali
­perbedaan redaksional), baik antara semua Kitab-Kitab Suci
tersebut maupun dengan Kitab Suci Al-Qur’an. Misalnya
­tentang Tauhid, semua mengajarkan tentang ke-Esaan Allah
subhanahu wa ta’ala, bahwa Dia lah satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah. Allah berfirman:

ِ ‫اعب ُد‬ ِ ِ ِِ ِ ٍِ ِ َ ِ‫وماأَرس ْلنَ ِامن قـبل‬


‫ون‬ ُ ْ َ‫ك م ْن َر ُسول إالنُوحي إلَْيه أَنَّهُ الإلَهَ إال أ ََن ف‬ َْ ْ َ ْ َ َ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu
­sekalian akan aku”. (QS. Al-Anbiya’ {21}: 25).
Ajaran tentang Uzair anak Allah dalam Taurat, dan ‘Isa
putra Allah serta ajaran tentang Trinitas dalam Injil bukanlah
berasal dari wahyu Allah. Semua itu adalah hasil pemalsuan dan
penambahan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Tentang hal ini
Allah menjelaskan:

َِّ ‫ت النَّصارى الْم ِسيح ابن‬


ۖ ‫الل‬ ِ
ِ َ‫الل وقَال‬ ِ
ُْ ُ َ َ َ َ َّ ‫ود عَُزيـٌْر ابْ ُن‬
ُ ‫َوقَالَت الْيـَُه‬
‫ين َك َفُروا ِم ْن قـَْب ُل ۚ قَاتـَلَ ُه ُم‬ ِ َّ ِ ‫َٰذلِك قـوُلم ِبَفـو ِاه ِهم ۖ ي‬
َ ‫ضاهئُو َن قـَْوَل الذ‬َ ُ ْ َْ ُْ َْ َ

178 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫َن يـُْؤفَ ُكو َن‬
َّٰ ‫اللُ ۚ أ‬
َّ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah”
dan orang-orang Nasrani berkata: “Al masih itu putera Allah”.
­Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. ­Dilaknati
Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS.
At-Taubah {9}: 30).

‫ث ثََلثٍَة ۘ َوَما ِم ْن إِٰلٍَه إَِّل‬ ِ َّ ‫لََق ْد َك َفر الَّ ِذين قَالُوا إِ َّن‬
ُ ‫اللَ َثل‬ َ َ
ِ
‫ين َك َفُروا منـْ ُه ْم‬ ِ َّ ِ ِ ِٰ
َ ‫إلَهٌ َواح ٌد ۚ َوإ ْن َلْ يـَنـْتـَُهوا َع َّما يـَُقولُو َن لَيَ َم َّس َّن الذ‬
‫اب أَلِ ٌيم‬
ٌ ‫َع َذ‬
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal
­
­sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih.” (QS. Al-Ma’idah {5}: 73).
Adapun mengenai Syari’at dan Hukum serta hal-hal yang
praktis lainnya, akan ada perbedaan antara satu kitab ­dengan
kitab yang lain sesuai dengan perkembangan zaman dan
­
keadaan umat tertentu. Tentang hal ini Allah menjelaskan:

ِ َ‫ي ي َديِْه ِمن الْ ِكت‬


‫اب‬ ِ ِ ‫وأَنـزلْنا إِلَيك الْ ِكتاب ِب ْل ِق م‬
َ َ َ َْ‫ص ّدقًا ل َما بـ‬ َ ُ ّ َ َ َ َ ْ َ َْ َ
َّ ‫اح ُك ْم بـَيـْنـَُه ْم ِبَا أَنـَْزَل‬
‫اللُ ۖ َوَل تـَتَّبِ ْع أ َْه َواءَ ُه ْم َع َّما‬ ِ ِ
ْ َ‫َوُم َهْيمنًا َعلَْيه ۖ ف‬
ِ ِ ِ ِ ْ ‫جاء َك ِمن‬
ُ‫الل‬
َّ َ‫اجا ۚ َولَ ْو َشاء‬ ً ‫الَ ِّق ۚ ل ُك ٍّل َج َع ْلنَا مْن ُك ْم ش ْر َعةً َومنـَْه‬ َ ََ
ِ
ۚ ‫الَيـَْرات‬ ِ
ْ ‫استَب ُقوا‬ ِ ِ ِ ٰ ِ
ْ َ‫آت ُك ْم ۖ ف‬ َ ‫َلََعلَ ُك ْم أ َُّمةً َواح َدةً َولَك ْن ليـَبـْلَُوُك ْم ف َما‬
‫ج ًيعا فـَيـُنـَبِّئُ ُك ْم ِبَا ُكنـْتُ ْم فِ ِيه َتْتَلِ ُفو َن‬
َِ ‫الل مرِجع ُكم‬
ْ ُ ْ َ َّ ‫إ َل‬
ِ ِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran ­ dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
­Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian

KULIAH ISLAM I : Aqidah 179


t­erhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
­mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami ­berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
­menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Al-
lah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepada-
mu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah
{5}: 48)
Dari semua Kitab-Kitab Suci yang diturunkan oleh A ­ llah
s­ ebelum Al-Qur’an sebagaimana yang sudah diterangkan di atas
­tidak satu pun lagi yang sampai kepada kita secara utuh ­sebagaimana
diturunkan dahulu. Bahkan menurut D ­oktor ­ Muhammad
Na’im Yasin, tidak ada satu Kitab Suci pun yang berhak disebut
­Kitab Allah sekarang ini selain dari Kitab Suci ­Al-Qur’an. Yasin
­mengemukakan beberapa alasan untuk ­mendukung pernyataan
tersebut (Na’im Yasin, 1983, hal. 85-87).

D. Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir


Kitab Suci Terakhir yang diturunkan oleh Allah adalah
Al-Qur’an Al-Karim yang diwayukan kepada Nabi ­Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rentang waktu kurang lebih 23
tahun meliputi periode Mekkah dan Madinah.
Secara etimologi Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca.
Berasal dari kata qa-ra-a (َ ‫ )قَ َرأ‬yang berarti membaca. Secara
terminologis Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Di samping Al-Qur’an, Kitab Suci
terakhir ini juga dinamai dengan nama-nama lain seperti:

1. Al-Kitab

‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب الري‬ ِ


َ ‫ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َذل‬
180 KULIAH ISLAM I : Aqidah
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah {2}: 2).

2. Al-Furqan

‫ني نَ ِذ ًيرا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫تـَبَ َارَك الَّذي نـََّزَل الْ ُف ْرقَا َن َعلَ ٰى َعْبده ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم‬
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan {25}: 1).

3. Adz-Dzikru

‫َّن ُن نـََّزلْنَا ال ِّذ ْكَر َوإِ َّن لَهُ َلَافِظُو َن‬


َْ ‫إِن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr
{15}: 9).

4. Al-Mau’izhahdanAsy-Syifa’

‫َّاس قَ ْد َجاءَتْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما ِف‬


ُ ‫َي أَيـَُّها الن‬
ِِ ِ
َ ‫الص ُدوِر َوُه ًدى َوَر ْحَةٌ ل ْل ُم ْؤمن‬
‫ني‬ ُّ
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu ­pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ­berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
­beriman.” (QS. Yunus {10}: 57).

5. Al-Huda

ُ َ‫َوأ ََّن لَ َّما َِس ْعنَا ا ْلَُد ٰى َآمنَّا بِِه ۖ فَ َم ْن يـُْؤِم ْن بَِربِِّه فَ َل َي‬
‫اف َبْ ًسا‬
‫َوَل َرَه ًقا‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 181


“Dan Sesungguhnya Kami tatkala mendengar petunjuk ­(Al
Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada
Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan
tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (QS.
Al-Jinn {72}: 13).

1. Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an


Berbeda dengan Kitab Suci sebelumnya, Al-Qur’an
­terjamin keutuhan dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama
dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah:

‫َّن ُن نـََّزلْنَا ال ِّذ ْكَر َوإِ َّن لَهُ َلَافِظُو َن‬


َْ ‫إِن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr
{15}: 9).
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang
­ anusiawi dilakukan sejak zaman Rasulullah oleh para ­sahabat
m
di bawah bimbingan Rasulullah dan oleh genarasi ­berikutnya
dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat
­dilihat antara lain dalam nuktah-nuktah berikut ini:
a. Rasulullah sebagai seorang yang ummi berusaha m ­ enghafal
ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan Allah lewat ­Malaikat
Jibril. Bahkan belum lagi wahyu selesai disampaikan
­Jibril, beliau segera menggerakkan kedua bibirnya untuk
­menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah seraya memberikan
jaminan bahwa tanpa usaha, Allah akan membuat Nabi
Muhammad bisa membaca, hafal dan mengerti ­maksudnya.
Allah berfirman:

(١٦( ‫ك لِتـَْع َج َل بِِه‬ ِ


َ َ‫ال ُتَِّرْك بِِه ل َسان‬
(١٧( ُ‫إِ َّن َعلَيـْنَا َجْ َعهُ َوقـُْرآنَه‬
١٨( ُ‫فَِإ َذا قـََرأْ َنهُ فَاتَّبِ ْع قـُْرآنَه‬
182 KULIAH ISLAM I : Aqidah
(١٩( ُ‫ُثَّ إِ َّن َعلَيـْنَا بـَيَانَه‬
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) ­Al
Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. S­ esungguhnya
atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di ­ dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. apabila Kami telah ­ selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
­
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.” (QS.
­
Al-Qiyamah {75}: 16-19).
Rasulullah selalu menggunakan sebagian besar
­malamnya untuk taqarrub, mendekatkan diri ke hadirat
Allah, melakukan shalat dan membaca Al-Qur’an ­dengan
tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti ‘­Aisyah
radhiyallahu ‘anha bahwa Jibril selalu mengunjungi ­Rasul
pada setiap tahun untuk menyaksikan Rasul dalam ber-­
tadarrus dan menghafal Al-Qur’an. Berkat perhatian dan
upaya yang sungguh-sungguh, dan atas bimbingan Jibril
terutama jaminan Allah, sehingga Rasulullah benar-benar
menguasai Al-Qur’an dengan sempurna. Tiada seorang
pun yang mengungguli Rasul dalam penguasaan Al-Qur’an,
yang menjadi titik tumpuan umat Islam dalam masalah
yang mereka perlukan (Miftah Faridh, 1989, hal. 137-139).
b. Setiap Rasulullah selesai menerima ayat-ayat yang
­diwahyukan, beliau membacakannya kepada para ­sahabat
dan memerintahkan kepada mereka untuk ­ menghafal
dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan
oleh ­ Rasulullah untuk menuliskannya di sarana-sarana
yang ­memungkinkan waktu itu seperti pelepah-pelepah
korma, di tulang-tulang binatang, di batu-batu dan di
­
kulit-­kulit binatang serta sarana lainnya. Begitlah ­dengan
sungguh-sungguh dan penuh kecintaan para sahabat
­
­berusaha untuk menghafal dan menatat Al-Qur’an. Tidak
terhitung jumlahnya para sahabat yang hafal dan benar-­
benar menguasai Al-Qur’an, misalnya: Khalifah yang empat

KULIAH ISLAM I : Aqidah 183


(Usman bin Affan), Ibnu Masu’ud, Abu Musa ­Al-Asy’ari,
Zaid bin Tsabit, Ibnu Umar, Ibnu ‘Abbas, Amru bin ‘Ash,
Mu’awiyah dan lain-lain.
c. Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, atas anjuran Umar bin
Khattab, Al-Qur’an dikumpulan dalam satu mushhaf oleh
panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan berpedoman
kepada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat
disusun sesuai dengan petunjuk Rasulullahsebelumnya,
tapi surat demi surat belum lagi diurutkan sesuai dengan
petunjuk Rasulullah.
d. Pada masa Utsman bin Affan pembukuan Al-Qur’an
­disempurnakan dengan menyusun surat demi surat ­sesuai
dengan ketentuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dan menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa
menampung semua qira’at yang benar. Sistem penulisan
itu dikenal dengan Ar-Rasmu Al-Utsmani. Mushaf yang
dikenal dengan Mushaf Utsman itu disalin beberapa naskah
dan dikirimkan ke pusat-pusat pemerintahan umat Islam
waktu itu untuk dijadikan pedoman dan standar penulisan.
Tugas pembukuan yang disempurnakan ini dilaksanakan
oleh satu tim yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dengan
anggota Abdullah bin Zubari, Sa’id bin ‘Ash dan Abdur
Rahman bin Haris bin Hisyam.
e. Pada masa-masa berikutnya para Ulaam selalu ­berusaha
untuk menyempurnakan penulisan dan pemeliharaan
Al-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu p ­ engetahuan
yang mendukung pemeliharaan keasilan dan keutuhan
­Al-Qur’an, seperti ilmu Tajwid untuk qaidah-qaidah ­qira’ah,
ilmu Nahwu-Sharaf dari segi tata bahasa, ilmu Khath dari
segi penulisan, ‘Ulumul Qur’an dan Ilmu Tafsir dari segi
metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu lainnya.

Al-Qur’an dijamin oleh Allah keutuhan dan ­keasliannya


sampai akhir zaman karena memang Al-Qur’an bersifat
universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan wa zaman – ­berlaku

184 KULIAH ISLAM I : Aqidah


untuk seluruh manusia di mana dan kapan saja berada)
– berbeda dengan Kitab-Kitab Allah ­ sebelumnya yang
­bersifat lokal – temporal untuk umat tertentu ­sebagaimana
dalam firman Allah:

‫ني نَ ِذ ًيرا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫تـَبَ َارَك الَّذي نـََّزَل الْ ُف ْرقَا َن َعلَ ٰى َعْبده ليَ ُكو َن ل ْل َعالَم‬
“Maha suci Allah yang telah menurunkan ­ Al-Furqaan
(Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi
­peringatan kepada seluruh alam”. (QS. Al-Furqan {25}: 1).

‫ني‬ ِ ِ ِ‫اك إ‬
َ ‫الر ْحَةًل ْل َعالَم‬
َ َ َ‫َوَماأ َْر َس ْلن‬
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
­(menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya’ {21}:
107).
ۤ
‫َّاس َل‬ ِ ‫ٰك اَِّل َكافَّةً لِّلن‬
ِ ‫َّاس بَ ِشيـًْرا َّونَ ِذيـًْرا َّوٰل ِك َّن اَ ْكثـََر الن‬ َ ‫َوَمآ اَْر َس ْلن‬
‫يـَْعلَ ُم ْو َن‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
(QS. Saba’ {34}: 28).

2. Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah ­Sebelumnya


Dalam hubungannya dengan Kitab-Kitab Suci yang di-
turunkan Allah sebelumnya, maka Al-Qur’an berfungsi sebagai
berikut:
a. Nasikh, baik lafazh maupun hukum, terhadap ­Kitab-­Kitab
sebelumnya. Artinya semua Kitab Suci terdahulu ­dinyatakan
tidak lagi berlaku. Satu-satunya yang wajib d­iikuti dan
­dilaksanakan petunjuknya hanyalah Kitab Suci Al-Qur’an.
Hal itu disebabkan dua hal: pertama, karena Kitab-Kitab
Suci terdahulu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti w
­ aktu

KULIAH ISLAM I : Aqidah 185


diturunkan; kedua, karena Kitab-­Kitab Suci ­tersebut ber-
laku khusus untuk umat dan masa ­tertentu saja. Dalil yang
paling kuat menunjukkan bahwa Al-Qur’an a­ dalah nasikh
terhadap Kitab-Kitab Suci sebelumnya adalah ­ perintah
Allah terhadap Nabi Muhammad untuk ­memberlakukan
Al-Qur’an terhadap seluruh umat manusia termasuk para
ahlul Kitab. Allah berfirman:

ِ َ‫ي ي َديِْه ِمن الْ ِكت‬


‫اب‬ ِ ِ ‫وأَنـزلْنا إِلَيك الْ ِكتاب ِب ْل ِق م‬
َ َ َ َْ‫ص ّدقًا ل َما بـ‬ َ ُ ّ َ َ َ َ ْ َ َْ َ
َّ ‫اح ُك ْم بـَيـْنـَُه ْم ِبَا أَنـَْزَل‬
‫اللُ ۖ َوَل تـَتَّبِ ْع أ َْه َواءَ ُه ْم َع َّما‬ ِ ِ
ْ َ‫َوُم َهْيمنًا َعلَْيه ۖ ف‬
ِ ِ ِ ِ ْ ‫جاء َك ِمن‬
ُ‫الل‬
َّ َ‫اجا ۚ َولَ ْو َشاء‬ ً ‫الَ ِّق ۚ ل ُك ٍّل َج َع ْلنَا مْن ُك ْم ش ْر َعةً َومنـَْه‬ َ ََ
ِ
ۚ ‫الَيـَْرات‬ْ ‫استَب ُقوا‬ِ ِ ِ ِ ٰ ِ
ْ َ‫آت ُك ْم ۖ ف‬ َ ‫َلَ َعلَ ُك ْم أ َُّمةً َواح َد ًة َولَك ْن ليـَبـْلَُوُك ْم ف َما‬
‫ج ًيعا فـَيـُنـَبِّئُ ُك ْم ِبَا ُكنـْتُ ْم فِ ِيه َتْتَلِ ُفو َن‬
َِ ‫الل مرِجع ُكم‬ ِ ِ
ْ ُ ْ َ َّ ‫إ َل‬
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, ­Yaitu
Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ­ujianterhadap
Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu ­mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang ­telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu Kami
­berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah ­menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
­hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
­berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada ­Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Ma’idah {5}: 48).
b. Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-­
Kitab yang sebelumnya. Artinya Al-Qur’an lah yang jadi
­korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
Kitab-Kitab sebelumnya. Dengan demikian Al-Qur’an lah
satu-satunya yang dijadikan pegangan. Apa yang dibenar-
kan dan ditetapkan oleh Al-Qur’an itulah yang benar dan
harus diikuti. Dan jika terdapat perbedaan/pertentangan

186 KULIAH ISLAM I : Aqidah


antara Al-Qur’an dengan isi Kitab-Kitab sebelumnya maka
Al-Qur’an lah yang benar dan diikuti, karena seperti dijelas-
kan oleh Allah sendiri Kitab-Kitab Suci sebelumnya tidak
bebas dari pemalsuan dan penambahan atau ­pengurangan
dalam perjalanan sejarahnya (Lihat ayat 48 QS. Al-Ma’idah
di atas).
c. Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada
­Kitab-Kitab Allah sebelumnya, seperti Taurat dan ­Injil yang
membawakan petunjuk Allah dan cahaya ­kebenaran (ayat
yang sama). Seperti misalnya berita tentang ­kedatangan
Nabi dan Rasul yang terakhir yang terdapat dalam K ­ itab
Taurat dan Injil dibenarkan oleh Al-Qur’an dengan
­kedatangan Nabi Muhammad.

3. Keistimewaan Al-Qur’an
Sebagai Kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an mempunyai
beberapa keistimewaan, antara lain sebagai berikut:
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan
kapan pun mereka berada sampai akhir zaman nanti. Hal
itu sesuai dengan Risalah Nabi Muhammad yang ditujukan
untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti.
­Allah berfirman:

ٍ ‫ضنَاها وأَنـزلْنَا فِيها‬


ٍ َ‫ت بـيِن‬
‫ات لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬ َّ ‫آي‬ َ َ َْ َ َ ْ ‫اها َوفـََر‬ َ َ‫ُس َورةٌ أَنـَْزلْن‬
“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami
­wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya,
dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu
selalu mengingatinya.” (QS. An-Nuur {24}: 1).
ۤ
‫َّاس َل‬ ِ ‫ٰك اَِّل َكافَّةً لِّلن‬
ِ ‫َّاس بَ ِشيـًْرا َّونَ ِذيـًْرا َّوٰل ِك َّن اَ ْكثـََر الن‬ َ ‫َوَمآ اَْر َس ْلن‬
‫يـَْعلَ ُم ْو َن‬
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai

KULIAH ISLAM I : Aqidah 187


pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
(QS. Saba’ {34}: 28).
2. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan
(Asy-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum,
budaya, seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. S­eperti
­
seluruh ruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan
pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan dunia
­
­internasional. Dalam hal ini Allah berfirman:
ۤ
ِ ِ
‫احْيه اَّلٓ اَُم ٌم اَْمثَالُ ُك ْم‬ ‫ن‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ر‬ ‫ـ‬‫ي‬‫ط‬ِ ‫ي‬
َّ ٍ
‫ر‬ ‫ى‬ِٕ ٰ
‫ط‬ ‫ل‬‫و‬
َ ِ
‫ض‬ ‫ر‬َ‫ال‬
ْ ‫ف‬ِ ٍَّ‫وما ِمن د ۤاب‬
‫ة‬
َ َ ُْ َ ْ َ ْ ََ
ِ ٍ
‫ٰب ِم ْن َش ْيء ُثَّ ا ٰل َرّبِِ ْم ُْي َشُرْو َن‬ِ ‫َۗما فـََّرطْنَا ِف الْ ِكت‬
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
­burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun d­ alam
Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka ­dihimpunkan.”
(QS. Al-An’am {6}: 38).
3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah dari ­
segala
bentuk penambahan, pengurangan dan pemalsuan,
­sebagaimana firman-Nya:

‫إِ َّن َْن ُن نـََّزلْنَا ال ِّذ ْكَر َوإِ َّن لَهُ َلَافِظُو َن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr
{15}: 9).
4. Allah menjadikan Al-Qur’an mudah untuk dipahami,
­dihafal, dan diamalkan. Firman-Nya:

‫َولََق ْد يَ َّس ْرَن الْ ُق ْرآ َن لِل ِّذ ْك ِر فـََه ْل ِم ْن ُم َّدكِ ٍر‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS.
Al-Qamar {54}: 17).

188 KULIAH ISLAM I : Aqidah


5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan
­Mushaddiq terhadap Kitab-Kitab Suci sebelumnya ­(Lihat
bagian Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah
­sebelumnya)
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai Mukjizat bagi Nabi ­Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mukjizat b
­ erarti melemahkan.
Maksudnya membuktikan kebenaran ­Nubuwwah dan
­Risalah Nabi Muhammad dengan ­menjadikan orang-orang
yang menantangnya tidak berkutik menghadapi t­antangan
Al-Qur’an. dalam Manna’ Al-Qaththan Mabahits fi ‘Ulum
Al-Qur’an (1796, hal. 259)dijelaskan bahwa tantangan
­Al-Qur’an terhadap para penentangnya itu terdiri dari tiga
tahap:
a. Tahap pertama, tantangan yang bersifat umum
­mencakup manusia dan jin untuk membuat Al-Qur’an.
Allah berfirman:

‫الِ ُّن َعلَ ٰى أَ ْن َيْتُوا بِِثْ ِل َٰه َذا‬


ْ ‫س َو‬ُ
ِْ ‫ت‬
ْ‫الن‬ ِ ‫قُل لَئِ ِن اجتَمع‬
ََ ْ ْ
‫ض ظَ ِه ًريا‬ ِ
ٍ ‫ض ُه ْم لبـَْع‬ ِ ِ ِِ ْ ِ
ُ َْ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ‫الْ ُق‬
‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ث‬‫ب‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫آن‬ ‫ر‬
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin
ber-kumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, ­niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
Sekalipun sebagian mereka menjadi pem-bantu bagi sebagian
yang lain.” (QS. Al-Isra’ {17}: 88).
b. Tahap kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surat
saja seperti surat-surat Al-Qur’an. Allah berfirman:

ٍ ‫أَم يـ ُقولُو َن افـتـراه ۖ قُل فَأْتُوا بِع ْش ِر سوٍر ِمثْلِ ِه م ْفتـري‬


‫ت‬ َ ََ ُ َُ َ ْ ُ ََ ْ َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫صادق‬ َ ‫الل إ ْن ُكنـْتُ ْم‬ ْ ‫َو ْادعُوا َم ِن‬
َّ ‫استَطَ ْعتُ ْم م ْن ُدون‬
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad t­elah
­membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau ­demikian),
Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang ­dibuat-buat yang

KULIAH ISLAM I : Aqidah 189


menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar”. (QS. Hud {11}: 13).
c. Tahap ketiga, tantangan untuk membuat satu surat saja
seperti surat-surat yang ada pada Al-Qur’an. Allah be-
firman:

‫ب ِمَّا نـََّزلْنَا َعلَ ٰى َعْب ِد َن فَأْتُوا بِ ُس َورٍة ِم ْن‬


ٍ ْ‫وإِ ْن ُكنـْتُم ِف ري‬
َ ْ َ
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ِمثْله َو ْادعُوا ُش َه َداءَ ُك ْم م ْن ُدون‬
َ ‫صادق‬ َ ‫الل إ ْن ُكنـْتُ ْم‬
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
­
­(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal ­Al-Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah {2}: 23).
Mukjizat Al-Qur’an itu dapat dilihat dari beberapa hal
­berikut ini:
a. Gaya bahasa Al-Qur’an yang mengagumkan, yang tidak
bisa ditandingi oleh siapapun.
b. Kandungan Al-Qur’an mengenai sejarah dan ramalan
hidup manusia yang menakjubkan.
c. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.
d. Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh kehidupan ­manusia.
e. Al-Qur’an, Kitab Suci yang bebas dari kesalahan-­
kesalahan.
f. Penerima wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad ­Shallallahu
‘alaihi wasallam seorang Nabi yang ummi
g. Isi Al-Qur’an yang terpelihara dari usaha pemalsuan.
(Miftah Faridh dan Agus Syihabuddin,: 30-99).

190 KULIAH ISLAM I : Aqidah


E. Perbedaan Iman Kepada Al-Qur’an dengan Iman
­Kepada Kitb-Kitab Suci Lainnya
seseorang yang mengaku dirinya muslim atau mukmin
­wajib mengimani semua Kitab-Kitab Suci yang telah diturunk-
an oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya, baik yang
disebutkan nama dan kepada siapa diturunkan maupun yang
tidak disebutkan. Seperti apa yang difirmankan Allah:

ِ َ‫لل ورسولِِه والْ ِكت‬


‫اب الَّ ِذي نـََّزَل‬ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ُ َ َ َّ ‫ين َآمنُوا آمنُوا ب‬ َ ‫َي أَيـَُّها الذ‬
َِّ ‫اب الَّ ِذي أَنـزَل ِمن قـبل ۚ ومن ي ْك ُفر ِب‬
‫لل‬ ِ َ‫َعلَ ٰى رسولِِه والْ ِكت‬
ْ َ ْ َ َ ُ َْ ْ َْ َ َُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
‫يدا‬
ً ‫ض َلًل بَع‬ َ ‫َوَم َلئ َكته َوُكتُبه َوُر ُسله َوالْيـَْوم ْالخ ِر فـََق ْد‬
َ ‫ض َّل‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka
Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” ­
­ (QS.
­An-Nisa {4}: 136).
Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi ­keimanan
a­ntara iman kepada Al-Qur’an dan iman kepada Kitab
Suci ­ sebelumnya. Kalau terhadap Kitab Suci sebelumnya
­seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban ­mengimani
­keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban ­mempelajari,
mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya ­
­ karena
Kitab-Kitab Suci tersebut berlaku untuk umat dan masa
­
­tertentu yang telah berkahir dengan kedatangan Kitab Suci
yang terakhir yaitu ­Al-Qur’an. Jika ada hal-hal yang sama
yang masih berlaku dan diamalkan, itu hanyalah semata-mata
­karena diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan karena ada pada
Kitab Suci ­sebelumnya. ­Sedangkan iman kepada Al-Qur’an
­membawa ­konsekuensi yang lebih luas seperti mempelajarinya,
mengamalkan dan ­mendakwahkannya serta membelanya dari
serangan ­musuh-musuh Islam. (Yunahar Ilyas, 2013:125-127)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 191


Untuk lebih jelasnya masalah kewajiban seorang muslim
terhadap Al-Qur’an apa yang menjadi tugas mereka sebagai
berikut:
1. Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Allah yang
­terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan
Mushaddiq bagi Kitab-Kitab Suci sebelumnya; Mu’jizat
bagi kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad ; Hudan
bagi kehidupan umat manusia sampai akhir zaman; dan
fungsi-fungsi lainnya (QS. Al-Maidah {5}: 48, Al-Baqarah
{2}: 23 dan 185).
2. Mempelajari Al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu t­ajwid
dan qira’ah), makna dan tafsirnya (tarjamah dan ­tafsir
­Al-Qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang berhubungan
­dengan Al-Qur’an seperti ‘ulumul Qur’an, hadits, ushuluul
fiqh, fiqh, dan lain-lain (Muhammad {47}: 24, At-Taubah
{9}: 122).

ٍ ‫اَفَ َل يـتَ َدبـَّرو َن الْ ُقراٰ َن اَْم َع ٰلى قـلُو‬


‫ب اَقـَْفا ُلَا‬ ُْ ْ ُْ َ
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran
ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad {47}: 24).

‫َوَما َكا َن الْ ُم ْؤِمنُو َن لِيـَْن ِفُروا َكافَّةً ۚ فـَلَ ْوَل نـََفَر ِم ْن ُك ِّل فِْرقٍَة ِمنـْ ُه ْم‬
‫طَائَِفةٌ لِيـَتـََف َّق ُهوا ِف ال ِّدي ِن َولِيـُْن ِذ ُروا قـَْوَم ُه ْم إِ َذا َر َجعُوا إِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم‬
‫َْي َذ ُرو َن‬
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
­medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
­antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
­kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah {9}: 122).

192 KULIAH ISLAM I : Aqidah


3. Membaca Al-Qur’an sebanyak dan sebaik mungkin

‫أ َْو ِزْد َعلَْي ِه َوَرتِّ ِل الْ ُق ْرآ َن تـَْرتِ ًيل‬


“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu
­dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil {73}: 4).
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi
berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu)
dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat
dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang ­paling
baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan
kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Muzammil {73}: 4, 20).
4. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupan-
nya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,
bernegara maupun kehidupan internasional. Baik aspek
ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan maupun as-
pek hidup lainnya.

‫اتَّبِعُوا َما أُنْ ِزَل إِلَْي ُك ْم ِم ْن َربِّ ُك ْم َوَل تـَتَّبِعُوا ِم ْن ُدونِِه أ َْولِيَاءَ قَلِ ًيل َما‬
‫تَ َذ َّكُرو َن‬
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.
Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS.
­Al-A’raf {7}: 3).
ِ ِ
ِ ‫الل تـتـلَى علَي ِه ُثَّ ي‬ ِ ٍ ِ
‫صُّر‬ ُ ْ َ ْ ُ َّ ِ ‫) يَِ ْس َم ُع آَ َيت‬7( ‫َويْ ٌل ل ُك ِّل أَفَّاك أَثي ٍم‬
ٍ ‫مستَ ْكِبا َكأَ ْن َل يسم ْعها فـب ّشره بِع َذ‬
)8( ‫اب أَلي ٍم‬ َ ُ ْ ََ َ َ ْ َ ْ ً ُْ

KULIAH ISLAM I : Aqidah 193


“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak ­berdusta
lagi banyak berdosa, Dia mendengar ayat-ayat Allah ­dibacakan
kepadanya kemudian Dia tetap menyombongkan diri seakan-akan
Dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah Dia
­dengan azab yang pedih.” (QS. Al-Jatsiyah {45}: 7-8).

‫الل َوَر ُسولِِه لِيَ ْح ُك َم بـَيـْنـَُه ْم أَ ْن يـَُقولُوا‬


َِّ ‫إَِّنَا َكا َن قـوَل الْمؤِمنِني إِ َذا دعوا إِ َل‬
ُ ُ َ ْ ُ َْ
ِ
َ ِ‫َِس ْعنَا َوأَطَ ْعنَا َوأُولَئ‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفل ُحو َن‬
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan
Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. An-Nur {24}: 51).
5. Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga
­mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya
­Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabdayang ­artinya
;“Sebaik-baik orang di antara kamu ialah yang mempelajari
­Al-Qur’an dan mengajarkannya ( HR. Bukhari )

ِ ‫ول لِلن‬
‫َّاس ُكونُوا‬ َ ‫الُ ْك َم َوالنـُّبـَُّوةَ ُثَّ يـَُق‬
ْ ‫اب َو‬ ِ َّ ‫ما َكا َن لِب َش ٍر أَ ْن يـ ْؤتِيه‬
َ َ‫اللُ الْكت‬ َُ ُ َ َ
‫اب َوِبَا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫عبَ ًادا ِل م ْن ُدون‬ ِ
َ َ‫ني بَا ُكنـْتُ ْم تـَُعلّ ُمو َن الْكت‬ َ ّ‫الل َولَك ْن ُكونُوا َرَّبني‬
‫ُكنـْتُ ْم تَ ْد ُر ُسو َن‬
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan ­
­ kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu
Dia b­erkata ­ kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
­penyembah-­penyembahku ­bukan penyembah Allah.” akan tetapi
(dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu ­mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya”. (QS. Ali ‘Imran {3}: 79).

194 KULIAH ISLAM I : Aqidah


SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.!

1. Jelaskan definisi Kitab-Kitab Allah baik secara etimologi


­maupun terminology.!
2. Jelaskan perbedaan antara wahyu, ilham dan instink, serta
­berikan argumentasi yang jelas tentang kedudukan Kitabullah
sebagai wahyu.!
3. Sebutkan nama-nama Kitab ALLAH sebelum Al-Qur’an, serta
jelaskan kedudukan kitab-kitab tersebut bagi umat Islam.!
4. Jelaskan makna Al-Quran baik etimologi maupun terminology.!
5. Jelaskan fungsi Al-Quran terhadap kitab-kitab terdahulu.!
6. Jelaskan perbedaan iman kepada Al-Qur’an dengan iman ­kepada
kitab-kitab suci lainnya.!

KULIAH ISLAM I : Aqidah 195


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Kitab (Al-Kitab, Kitab Allah, Al-Kutub,
Kitab-Kitab Allah) adalah Kitab Suci
yang diturunkan oleh Allah kepada
para Nabi dan Rasul-Nya.
Kitab suci kitab suci yang bersumber dari ­wahyu
samawi, Allah. dan biasa disebut ­Kitabullah
(Kitab Allah.). Ada yang b ­erwujud
Kitab dan ada yang berwujud
­
­Shahifah atau Shuhuf.
Kitab suci kitab suci yang tidak bersumber dari
ardhi, wahyu Allah. melainkan bersumber
dari hasil perenungan dan budi daya
akal manusia sendiri.
Kitabullah Kalam atau firman Allah. yang
diwahyukan melalui malaikat Jibril
­
kepada Nabi dan Rasul-Nya yang
mengandung perintah dan larangan
sebagai pedoman hidup bagi ummat
manusia.
Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang
­berarti lembaran
Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti
buku.

196 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, ­dipakaikan
khusus untuk menunjukkan Kitab
Suci yang diturunkan Allah kepada
Nabi Daud
Wahyu kalam Allah yang diturunkan kepada
para Nabi dan Rasul-Nya
Kitab Tau- Ada yang menyebutnya Thoret
rat atau Thora. Kitab yang Diturunkan
­kepada Nabi Musa AS (Moses) abad
ke 15 SM untuk Bani Israil dan ber-
bahasa Ibrani
Kitab Zabur Juga ada yang menyebut Mazmur
maupun Paska. Diturunkan ­ kepada
Nabi Dawud AS (David) pada abad
ke 10 SM untuk Bani Israil dan
­berbahasa Qibthi.
Kitab Injil Ada yang menamakan Bibel maupun
Alkitab. Diturunkan kepada Nabi Isa
AS (Yesus Kristus) pada awal abad ke
1 M untuk Bani Israil dan berbahasa
Suryani.
Al-Quran kalamullah yang merupakan mu’jizat
yang diturunkan kepada penghulu
para nabi dan rasul dengan ­perantara
malaikat Jibril as yang sampai
­kepada kita dengan cara mutawatir,
­membacanya merupakan ibadah ­serta
tertulis dalam mushaf dimulai dari
surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas”

KULIAH ISLAM I : Aqidah 197


Nasikh, Penghapus; Fungsi Al-Quran ­sebagai
penghapus baik lafazh ­ maupun
hukum,
­ terhadap Kitab-Kitab
­sebelumnya
Muhaimin Fungsi Al-Quran sebagai batu ujian
terhadap kebenaran Kitab-Kitab yang
sebelumnya.
Mushaddiq Fungsi Al-Quran sebagai kitab yang
menguatkan kebenaran-kebenaran
pada Kitab-Kitab Allah ­sebelumnya,
seperti Taurat dan Injil yang
membawakan petunjuk Allah dan
­
­cahaya kebenaran (ayat yang sama).

198 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB V
IMAN KEPADA NABI
DAN RASUL

KULIAH ISLAM I : Aqidah 199


200 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian nabi dan ­rasul,
nama-nama nabi dan rasul, Sifat-sifat nabi dan rasul, tugas dan
­mukjizat para rasul, rasul-rasul yang ulul ‘azmi, Muhammad ­Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam nabi yang terakhir, iman k­ epada seluruh
nabi dan rasul.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian nabi dan rasul
2) Nama-nama nabi dan rasul
3) Sifat-sifat nabi dan rasul
4) Tugas dan mukjizat para rasul
5) Rasul-rasul yang ulul azmi
6) Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam nabi yang
­terakhir
7) Iman kepada seluruh nabi dan rasul

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu Menjelaskan pengertian Nabi dan Rasul
2) Mahasiswa mampu Menjelaskan Nama-nama nabi dan Rasul
3) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Sifat-sifat Nabi dan
­Rasul
4) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang tugas dan Mukjizat para
Rasul.
5) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Rasul-rasul yang Ulul
‘azmi.
6) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Muhammad Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Nabi yang Terakhir
7) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Iman kepada seluruh
nabi dan rasul

KULIAH ISLAM I : Aqidah 201


BAB V

IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

A. Pengertian Nabi dan Rasul


1. Makna nabi dan rasul secara bahasa (Etimologi)
Secara etimologis (lughatan), nabi berasal dari kata nabba-­­a
wa anba-a ) َ ‫ (نَبَّأ َ َوأ َ ْنبَأ‬yang berarti mengabarkan )‫(أ َ ْخبَ َر‬, atau ً ‫ نَبْأ‬-َ‫نَبَأ‬
yang berarti naik,tinggi. Jika diurutkan perubahan kata َ‫نـَبَأ‬, akan
menghasilkan bentuk pelaku (isim Fa’il)an-Nabi-u ‫ئ‬ ُ ‫(اّلنَّ ِبئُواّلنَّا ِب‬
) yang berarti tempat yang tinggi atau jalan yang terang, atau
ُّ ِ‫ (اَلنَّب‬dengan membuang hamzah yang berarti seseorang yang
)‫ي‬
membawa berita tentang Allah ( Ahmad Warson Munawwir,
1984: 1375).
Dua lafaz turunan dari kata ) ‫ئ‬ ُ ِ‫ نَبَأ َ ; (اّلنَّبِئُواّلنَّاب‬dan )‫ي‬
ُّ ِ‫(اَلنَّب‬
menghimpun kedudukan dan aspek fungsional seorang nabi
sebagai pembawa berita keilahian yang memiliki derajat t­ inggi.
sehingga tampaknya kedua lafaz tersebut dapat digunakan
­untuk mendefinisikan nabi secara bahasa. namun demikian,
kita perlu menelusuri lebih lanjut lafaz mana yang lebih ­sering
digunakan untuk menggambarkan sosok nabi, karena ­bahasa
berkaitan erat dengan penggunaannya dalam masyarakat
­penutur asli bahasa tersebut1.
Dalam hal ini, Muhammad Rasyid Ridha mengungkap-
kan bahwa “An-nabiyyu ( huruf ya’ tasydid) inilah yang ­paling
­banyak digunakan. Huruf hamzah dalam kata itu ­diganti huruf

ُ ‫اّلنَّ ِب‬
1 Muhammad bin Qasim ( Tt: 2 ) menyamakan makna lafaz ‫ئ‬
ّ
dan ُ‫ اَلنَّبِي‬yaitu orang yang diberi wahyu tentang syariat dan mengamalkan-
nya. oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mempertegas lafaz mana
yang lebih popular dan lebih tepat di gunakan.

202 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ya’. Atau kata-kata itu berasal dari kata Nubuwwah, yaitu Ar-­
Rifa’ah dan Asy-syaraf, Yang berarti keagungan dan kemuliaan.”
(Muhammad Rasyid Ridha, 1983 :93-94). ­Keterangan ini di
dukung oleh kenyataan bahwa teks-teks hadits dan Al-Quran
yang menyebutkan lafaz nabi, selalu ditulistanpa menggunakan
hamzah ‫ي‬ ُّ ‫ اَلنَّ ِب‬bukan ‫اّلنَّ ِبئ‬, hal ini menunjukan bahwa penyebu-
tan nabi tanpa hamzah lebih populer dikalangan masyarakat
arab pada masa itu.
َ ‫(أ َ ْر‬
Adapun Rasul secara bahasa berasal dari kata ar-sala )َ‫سل‬
yang berarti mengirimkan atau mengutus. Setelah ­mengalami
perubahan (ke bentuk mashdar), kata ar-sala menjadi ‫س ْو ٌل‬ ُ ‫َر‬
yang bermakna utusan (Ahmad Warson Munawwir , 1984:
495-496).
َ ‫ (أ َ ْر‬menunjukkan perbuatan dan
Pengunaan kata ar-sala )َ‫سل‬
kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mengutus ­manusia
sebagai orang yang menyampaikan keinginanNya, ­sedangkan
penggunaan kata turunannya (ٌ‫س ْول‬ ُ ‫(ر‬
َ merupakan nama atau
gelar yang melekat pada diri manusia yang Allah utus. Contoh
penggunaan dua lafaz ini baik dalam bentuk kata kerja (Fi’il)
maupun kata turunannya dapat dilihat dalam firman Allah
­Subhanahu Wata’ala :

ِ ِ
َ ‫اك إِالَّ َر ْحَةً لّْل َعالَم‬
‫ني‬ َ َ‫َوَمآ أ َْر َس ْلن‬
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS.Al-Anbiya’: 107)

ٌ ‫َوَما ُمَ َّم ٌد إِالَّ َر ُس‬


‫ول‬
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul (utusan)”
(QS.Ali Imran: 144)

2. Makna nabi dan rasul secara istilah (terminologi)


PP. Muhammadiyah dalam Himpunan Putusan Majelis
Tarjih (Tt: 16) mendefinisikan :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 203


ِ ‫الرسل هم ب َشر ِمثـلُنَا يْ ُكلُو َن و ي ْشربـو َن و يَْ ُشو َن ِف ْال‬
ْ ِ‫َس َواق إ‬
‫صطََفا‬ ْ ْ َ ُْ َ َ َ ْ َ ْ ٌ َ ْ ُ ُ ُ ُّ ‫َو‬
.‫ص ُه ْم ابِلْ َو ْح ِي‬ ِِ ِ
ْ ‫ُه ُم هللاُ ل ِر َسالَته َو‬
َّ َ‫اخت‬
“Para rasul itu adalah manusia seperti kita: makan,
­minum dan pergi kepasar, yang telah dipilih oleh Allah
menjadi utusanNya dan mengistimewakan mereka dengan
diberi wahyu.”
Definisi tersebut menekankanpada aspek kesamaan nabi
dan rasul sebagai manusia biasa yang Allah muliakan d­ engan
diberi wahyu,tanpa disertai dengan pemisahan yang jelas
antara nabi dan rasul. Para ahli menyampaikan definisi yang
hampir sama,2 namun mereka membedakan kedudukan nabi
dan ­rasul berdasarkan aspek fungsional keberadaannya; jika
2 a. Muhammad ali ash-shabuni 2001: 22-23 ) mendefinisikan
­ahwa nabi adalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh Allah
b
­dengan suatu syariat (ajaran/hukum agama), namu tidak di bebani ke-
wajiban ­menyampaikannya kepada umat. Adapun rasul ialah seoarang
­manusia yang di beri wahyu tentang syariat dan di bebani kewajiban untuk
­menyampaikannya pada umat.
b. Al-jazairy yang di kutip oleh Yunahar ilyas (2013: 129)
­menyampaikan bahwa nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang
dipilih oleh Allah swt untuk menerima wahyu. Apabila tidak di iringi oleh
kewajiban menyampaikan risalah yang ia terima pada orang lain atau ­tidak
memiliki misi tertentu maka dia di sebut nabi saja, sebaliknya apa bila
diiringi dengan perintah untuk menyampaikan wahyu yang ia terima pada
masyarakat tertentu atau seluruh manusia serta membawa misi tertentu
(syariat/risalah) maka ia disebut nabi dan rasul.
Definisi yang di sampaikan oleh Al-jazairy membatasi nabi dan rasul
pada manusia yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini berarti tidak ada satu-
pun perempuan yang menjadi nabi dan rasul, Allah swt berfirman :

‫اسأَلُوا أ َْه َل ال ِّذ ْك ِر إِ ْن ُكنـْتُ ْم َل تـَْعلَ ُمو َن‬ ِ


ْ َ‫ك إَِّل ِر َج ًال نُوحي إِلَْي ِه ْم ف‬
َ َ‫َوَما أ َْر َس ْلنَا قـَبـْل‬
“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad),
­melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
­mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada mengetahui.” (QS:Al-Anbiya’ : 7)

204 KULIAH ISLAM I : Aqidah


manusia tersebut hanya menerima wahyu tanpa ada ­kewajiban
­menyampaikannya pada ummat tertentu maka ia ­disebut nabi.
Sedangkan jika wahyu/syari’at yang ia terima diiringi ­dengan
perintah, jaminan keamanan, dan kewenangan dari ­ Allah
­Subhanahu Wata’ala untuk menyampaikan risalah tersebut
pada ummatnya, serta mendapatkan kecaman apa bila tidak
­menjalankan perintah tersebut sesuai dengan tuntunan-Nya
maka ia di sebut nabi sekaligus rasul. Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman :

ِ ُ ‫االرس‬
ُ‫ت ِر َسالَتَه‬ َ ِّ‫ك ِم ْن َرب‬
َ ‫ك َوإِ ْن َلْ تـَْف َع ْل فَ َمابـَلَّ ْغ‬ َ ‫ول بـَلّ ْغ َماأُنْ ِزَل إِلَْي‬ ُ َّ ‫َيأَيـَُّه‬
ِ ِ ِ ‫ك ِم َن الن‬
َّ ‫َّاس إِ َّن‬ ِ ‫الل يـع‬
َ ‫اللَ َليـَْهدي الْ َق ْوَم الْ َكاف ِر‬
‫ين‬ َ ‫ص ُم‬ َْ َُّ ‫َو‬
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan ­kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang ­diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
­memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS.
Al-Maaidah:67)
Meskipun para nabi tidak mendapatkan perintah untuk
u­ ntuk menyampaikan
wahyu, mereka juga tidak dilarang untuk menyampaikan
wahyu tersebut pada orang lainkarena, pembatasan nabi ­secara
mutlak untuk tidak menyampaikan wahyu kepada orang lain
tentu sangat bertentangan dengan tujuan diturunkannya ­wahyu
sebagai petunjuk hidup umat manusia. Jadi para ­nabipun boleh
menyampaikan wahyu yang ia terima hanya saja sifatnya ­bukan
gerakan dakwah, berbeda dengan rasul yang ­menyampaikan
risalahnya dalam bentuk gerakan dakwah. hal ini dapat
­
­dicermati dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“…Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat


seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan nabi
bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang
pun. . .” (HR. Bukhari: 3410. Muslim: 220).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 205


Dengan demikian, nabi adalah seorang laki-laki biasa yang
Allah muliakan dengan diberikan wahyu dan mengamalkannya
tanpa ada perintah maupun larangan untuk menyampaikannya.
Rasul adalah nabi yang mendapatkan perintah, jaminan
­keamanan, dan kewenangan dari Allah Subhanahu Wata’ala ­untuk
mendakwahkan risalah/wahyuyangiaterima, pada u­ mmatnya.

3. Perbedaan antara nabi dan rasul


Untuk lebih memahami perbedaan antara nabi dan rasul,
marilah kita cermati beberapa hal berikut :
1. Para rasul mendapat perintah, jaminan keamanan,
dan ­ kewenangan dari Allah Subhanahu Wata’ala untuk
­menyampaikan risalah pada ummatnya, serta m ­ endapatkan
kecaman apa bila tidak menjalankan perintah tersebut ­sesuai
dengan tuntunanNya. Sedangkan nabi tidak mendapatkan
perintah mendakwahkan wahyu yang ia terima (QS:Al
Maaidah : 7)
2. Biasanya para rasul diutus untuk membenarkan sekaligus
memperbaharui syariat yang telah lama dilupakan oleh
ummat tertentu (mendakwahkan syariat Allah), ­sedangkan
para nabi diberikan wahyu dan beramal sesuai dengan
syariat yang telah ditetapkan Allah melalui rasul yang telah
diutus sebelum mereka serta membantu dan membenarkan
ajaran yang dibawa oleh rasul jika mereka hidup s­ ezaman
dengannya (nabi menjadi pembela dan pendukung para
­rasul), Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ٌ ‫اب َو ِح ْك َم ٍة ُثَّ َجاءَ ُك ْم َر ُس‬


‫ول‬ ٍ َ‫ني لَماآتـيـْتُ ُكم ِمن كِت‬
ْ ْ َ َ َ ِّ‫اق النَّبِي‬ َ َ‫اللُ ِميث‬ َ ‫َوإِ ْذأ‬
َّ ‫َخ َذ‬
‫َخ ْذ ُْت َعلَى َذلِ ُك ْم‬
َ ‫ال أَأَقـَْرْرُْت َوأ‬
ِ ِ ِ ِ ‫م‬
ُ ‫ص ّد ٌق ل َم َام َع ُك ْم لَتـُْؤمنُ َّن بِه َولَتـَْن‬
َ َ‫صُرنَّهُ ق‬ َُ
ِ ِ ِ
‫ين‬
َ ‫ال فَا ْش َه ُدوا َوأ ََن َم َع ُك ْم م َن الشَّاهد‬ َ َ‫صري قَالُواأَقـَْرْرَنق‬ِ ْ ِ‫إ‬
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari
Para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu ­berupa

206 KULIAH ISLAM I : Aqidah


kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul
yang ­membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’. Allah
­
berfirman: ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku
terhadap yang demikian itu?’ mereka menjawab: ‘Kami mengakui’.
Allah berfirman: ‘Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan
aku menjadi saksi (pula) bersama kamu’.” (QS: Ali Imran: 81)3
3. Dengan di wajibkannya dakwah pada para rasul tentu mer-
eka mempunyai medan dakwah dan ummat tertentu4 yang
harus mereka pertanggungjawabkan didunia dan akhirat,
tidak demikian halnya dengan para nabi mereka hanya akan
bertanggungjawab pada diri mereka tentang wahyu yang
diberikan, apakah diamalkan atau tidak. Allah berfirman :

...‫يـَْوَم نَ ْدعُو ُك َّل أ َُن ٍس بِِ َم ِام ِه ْم‬


(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat
dengan pemimpin (nabi dan rasulnya) nya . . . (QS.Al-Isra’: 71)

ِ ‫اش َه َداءَ َعلَى الن‬


...‫َّاس‬ ُ ‫اعلَْي ُك ْم َوتَ ُكونُو‬ ً ‫ول َش ِه‬
َ ‫يد‬ َّ ‫لِيَ ُكو َن‬...
ُ ‫الر ُس‬
3 Ali bin abi tholib dan ibnu abbas berkata bahwa tidaklah ­Allah swt
mengutus seorang nabi dari sekian banyak nabi kecuali Dia ­mengadakan
perjanjian dengan mereka seandainya mereka mendapati kerasulan
­Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , mereka akan beriman ­padanya
dan menolong dakwahnya. . .(tafsir ibnu katsir jz II: 67). Para Nabi
­diperintahkan untuk beriman dan menolong dakwah Nabi M ­ uhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena ajaran yang ia bawa ­menyempurnakan
dan membenarkan ajaran samawi sebelumnya. Secara zahir, ayat ini juga
memberitakan bahwa hal yang sama juga berlaku bagi rasul-rasul yang
lain ketika mereka diutus, para nabi yang hidup sezaman atau m ­ engetahui
­tentang kebenaran para rasul tersebut, akan beriman, menolong, dan
­meneruskan ajaran mereka. Seperti Nabi Syits yang meneruskan ajaran
Nabi Adam atau Nabi Syu’aib yang membantu Nabi Musa selama masa
pelarian dari fir’aun serta Nabi Harun dan Khidir yang membantu dan
memberi pelajaran tambahan baginya.
4 Selain Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , objek dan
medan dakwahnya meliputi semua mahluk di seluruh alam.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 207


“. . . Supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. . . “ ­(QS:
­Al-hajj: 78)

B. Nama-nama Nabi dan Rasul


Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penguasa seluruh alam
adalahsatu-satunyazat yang mampu menciptakan, ­memelihara,
dan mengatur manusia. Dialah raja maha agung yang ­memiliki
kekuasaan penuh untuk menciptakan ­peraturan hidup ­manusia,
menghukum mereka yang melanggarnya dan m ­ emberikan
penghargaan bagi mereka yang taat terhadap aturan dan
­kehendak-Nya. Namun kekuasaan yang Allah miliki tidak akan
membuat-Nya berlaku semena-mena pada manusia karena
Dia memiliki sifat kasih sayang dan maha bijaksana. Dengan
­demikian telahmenjadiketetapandanketentuan ­Allah swt untuk
mengirim utusan (nabi dan rasul) pada segenap hamba-Nya
yang akan memperkenalkan pada mereka tentang hakekat
keberadaan-Nya, menyampaikan kehendakNya dan segala
­
­macam urusan yang Dia inginkan untuk dipahami oleh seluruh
mahluk-Nya agar kelak di hari peradilan dan penghitungan
amal, tidak ada satupun dari hambaNya yang membela diri dari
kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan dengan alasan
ketidak tahuan akan syariat Allah Subhanahu Wata’ala.
Oleh karena itu setiap kaum memiliki nabinya ­ sendiri
yang Allah utus dengan membawa kebenaran tentang
­keberadaan-Nya sebagai satu-satunya zat yang berhak d­ isembah,
yang ­memberikan janji surga dan kenikmatan d­ unia akhirat
bagi mereka yang mau menyembah dan menaati ­syariat-Nya
serta memberikan peringatan akan pedihnya siksa bagi mereka
yang kufur pada-Nya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

‫اك ِب ْلَ ِّق بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َوإِ ْن ِم ْن أ َُّم ٍة إَِّل َخ َل فِ َيها نَ ِذ ٌير‬
َ َ‫إِ َّن أ َْر َس ْلن‬
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa
­kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

208 KULIAH ISLAM I : Aqidah


peringatan. dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada
padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir : 24)

‫ض َي بـَيـْنـَُه ْم ِبلْ ِق ْس ِط َوُه ْم َل يُظْلَ ُمو َن‬ ٌ ‫َولِ ُك ِّل أ َُّم ٍة َر ُس‬
ِ ُ‫ول فَِإ َذا جاء رسوُلم ق‬
ُْ ُ َ َ َ
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang
Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil
dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.” (QS.Yunus: 47)
Kenyataan ini (tiap umat memiliki nabi) menyebabkan
j­umlah nabi yang pernah hidup jauh lebih banyak dari j­umlah
nabi sekaligus rasul. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak
ada riwayat kuat yang dapat dijadikan dasar untuk menelusuri
­jumlah pasti keseluruhan nabi dan rasul. Namun, ada ­beberapa
riwayat yang menyebutkan bahwa jumlah nabi yang pernah
hidup di dunia ini adalah 124.000 orang dan nabi sekaligus
­rasul berjumlah 315 orang5, akan tetapi perawi pada tingka­
5 Berikut ini adalah sebuah riwayat marfu’ dalam musnad imam
Ahmad Bin Hambal (no 20566 dan 20572) dengan sanad berbeda yang
bertemu pada perawi tingkat tabi’in ‘Ubaid bin khasykhasy. Dalam hadist
tersebut Nabi saw menegur abu dzar yang langsung duduk dalam masjid
dan memerintahkan ia untuk mengerjakan sholat, lalu terjadi percakapan
antara abu dzar dan Nabi saw dan dalam percakapan tersebut abu dzar
menanyakan tentang nabi dan rasul pertama serta jumlah para nabi dan
rasul yang pernah di utus Allah :

ٌّ َِ‫ت أ ََون‬
‫ب َكا َن‬ ُ ‫آد ُم قـُْل‬ َ َ‫َي ْالَنْبِيَ ِاء َكا َن أ ََّوَل ق‬
َ ‫ال‬ ُّ ‫ت فَأ‬ ُ ‫ قـُْل‬.… ‫َع ْن أَِب َذ ٍّر‬
َِّ ‫ول‬ َِّ ‫ول‬
‫ال‬
َ َ‫الل ق‬ َ ‫ت فَ َك ْم الْ ُم ْر َسلُو َن َي َر ُس‬ ُ ‫ب ُم َكلَّ ٌم قـُْل‬
ٌّ َِ‫ال ن‬
َ َ‫الل ق‬ َ ‫َي َر ُس‬
‫ث ِمائٍَة َوخَْ َسةَ َع َشَر َجًّا َغ ِف ًريا‬ ُ ‫…ثََل‬
“. . .dari abu dzar. . .aku bertanya maka siapakan nabi pertama,? nabi
bersabda adam, lalu aku bertanya :’ wahai rasulullah apakah adam juga
rasul.?” Nabi bersabda :” ya..dia nabi yang berbicara (dengan Allah),
aku bertanya :” wahai rasulullah berapakah jumlah para rasul..? nabi
saw bersabda 315 orang…(Musnad Ahmad bin Hambal 20572)
Dalam redaksi lain yang lebih panjang (Musnad Ahmad Bin H­ ambal
hadist no 21257) yang bersumber dari Abu Amamah menceritakan
­kejadian yang sama (percakapan antara nabi saw dan abu dzar dalam
­masjid) ­namun dalam redaksi yang lebih panjang, menyebutkan jumlah
nabi dan nabi sekaligus rasul :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 209


tan tabi’in dalam tiap-tiap hadist tersebut dinilai lemah (dhoif)
­bahkan ada yang tidak bertemu dengan sahabat sehingga tidak
bisa dijadikan dasar.
Hanya ada dua puluh lima nabi dan rasul yang diceritakan
dalam Al-quran; 18 orang di sebutkan dalam surat Al-An’am
ayat 83-86 dan 7 orang lagi dalam beberapa ayat terpisah. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :

‫ك‬َ َّ‫ات َم ْن نَ َشاءُ إِ َّن َرب‬ٍ ‫ك ح َّجتـنَا آتـيـنَاها إِبـر ِاهيم علَى قـوِم ِه نـرفَع درج‬ ِ
َ َ َ ُ َْ َْ َ َ َْ َ ْ َ ُ ُ َ ‫ت ْل‬
‫وحا َه َديـْنَا ِم ْن‬ً ُ‫وب ُك ًّل َه َديـْنَا َون‬
َ ‫اق َويـَْع ُق‬ َ ‫َح ِك ٌيم َعلِ ٌيم * َوَوَهبـْنَا لَهُ إِ ْس َح‬
ِ ِِ ِ
‫ك‬َ ‫وسى َوَه ُارو َن َوَك َذل‬ َ ‫ف َوُم‬ َ ‫وس‬
ُ ُ‫وب َوي‬ َ ‫قـَْب ُل َوم ْن ذُِّريَّته َد ُاو‬
َ ُّ‫ود َو ُسلَْي َما َن َوأَي‬
* ‫ني‬ ِِ َّ ‫َْن ِزي الْمح ِسنِني * وَزَك ِرَّي وَيي و ِعيسى وإِلْياس ُكلٌّ ِمن‬
َ ‫الصال‬ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ُ
‫ني‬ ِ َّ َ‫س َولُوطًا َوُك ًّل ف‬ ِ ِ
َ ‫ض ْلنَا َعلَى الْ َعالَم‬ َ ُ‫يل َوالْيَ َس َع َويُون‬
َ ‫َوإ ْسَاع‬
“Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan
­siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. ­Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub
kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami
beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah
‫ال‬َ َ‫الس َلم ق‬َّ ‫آد ُم َعلَْي ِه‬َ ‫ال‬ َ َ‫َي ْالَنْبِيَ ِاء َكا َن أ ََّوَل ق‬ُّ ‫الل فَأ‬َِّ ‫ قـ ْلت ي نَِب‬. . . َ‫عن أَِب أُمامة‬
َّ َ ُ ُ ََ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
َّ‫وحهُ ُث‬ َ ‫اللُ بيَده ُثَّ نـََف َخ فيه ُر‬ َّ ُ‫ب ُم َكل ٌم َخلَ َقه‬ ٌّ َِ‫ال نـََع ْم ن‬َ َ‫آد ُم ق‬
َ ‫ب َكا َن‬ٌّ َِ‫الل أ ََون‬
َّ ‫ب‬ َّ َِ‫ت َي ن‬ُ ‫قـُْل‬
ِ
ٍ ْ‫ال مائَةُ أَل‬
ٌ‫ف َوأ َْربـََعة‬ ِ ِ
َ َ‫الل َك ْم َو َّف ع َّدةُ ْالَنْبِيَاء ق‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ت َي َر ُس‬ ُ ‫ال قـُْل‬
َ َ‫آد ُم قـُْب ًل ق‬
َ ‫ال لَهُ َي‬ َ َ‫ق‬
‫ث ِمائٍَة َوخَْ َسةَ َع َشَر َجًّا َغ ِف ًري‬ ُ ‫ك ثََل‬
ِ
َ ‫الر ُس ُل ِم ْن َذل‬ ُّ ‫و ِع ْشُرو َن أَلْ ًفا‬.
َ
“dari abu amamah . . . aku berkata “wahai nabi Allah maka siapakah
nabi pertama..?nabi bersabda :” adam as” aku bertanya :” apakan
adam itu nabi..? nabi bersabda “ benar, ia nabi yang berbicara (­dengan
Allah), Allah menciptakan ia dengan tanganNya lalu meniupkan ruh
padanya lalu berfirman padanya “ wahai adam … ia (abu ­amamah)
berkata; “aku bertanya wahai rasulullah “berapakah jumlah para
nabi..? nabi saw bersabda : “ 124.000 nabi, adapun rasul diantara
­mereka berjumlah 315 orang.

210 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunan-
nya (Nuh) Yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa
dan Harun. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya
­Termasuk orang-orang yang shaleh.
Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. masing-masing Kami
lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),”(QS.Al An’am:
83-86)
ٍ
...‫ودا‬
ً ‫اه ْم ُه‬ َ ‫َوإِ َل َعاد أ‬
ُ ‫َخ‬
“ Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara
mereka, Hud. ia berkata. . . (QS.Al-A’raf : 65)”
ِ ‫وإِ َل َثُود أَخاهم ص‬
...‫الًا‬ َ ُْ َ َ َ
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara
mereka shaleh…” (QS.Al- A’raf: 73)”

...‫اه ْم ُش َعيـْبًا‬ َ ‫َوإِ َل َم ْديَ َن أ‬


ُ ‫َخ‬
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu’aib…” (QS.Al-A’raf : 85)”

‫ني‬ ِ ِ َ ‫آل إِبـر ِاهيم و‬ َّ ‫إِ َّن‬


َ ‫آل ع ْمَرا َن َعلَى الْ َعالَم‬ َ َ َْ َ ‫وحا َو‬ ً ُ‫آد َم َون‬
َ ‫اصطََفى‬
ْ َ‫الل‬
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing),” (QS.Ali Imran: 33)
ِ َّ ‫اعيل وإِ ْد ِريس و َذا الْ ِك ْف ِل ُكلٌّ ِمن‬
ِ ِ
َ ‫الصاب ِر‬
‫ين‬ َ َ َ َ َ َ‫َوإ ْس‬
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua
­mereka Termasuk orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Anbiya:

KULIAH ISLAM I : Aqidah 211


85)

ُّ ‫امَ َّم ٌدإَِّل َر ُسولٌَق ْد َخلَْت ِمنـَْقْبلِ ِه‬


...‫الر ُس ُل‬ ُ ‫َوَم‬
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul...” (QS.Ali ‘Im-
ran: 144)
Di antara 25 orang para nabi dan rasul tersebut, ada yang
hidup sezaman dan saling bahu membahu dalam menegakkan
tauhid serta menyebarkan syariat Allah seperti; nabi Ibrahim
as dan Ismail as, Ya’qub as dan Yusuf as, Syu’aib as, Musa as
dan Harun as. Untuk memperjelas urutan kronologis diutusn-
ya 25 nabi dan rasul tersebut beserta wilayah dakwah mereka,
perhatikan tabel berikut :

Tabel Nama-Nama 25 Nabi dan Rasul 6

NO Nama Nabi Keterangan


Adam as Diturunkan pertama kali di Sri
Lanka di puncak bukit Sri Pada
Idris as Diutus untuk Bani Qabil di Babul,
Iraq dan Memphis.
Nuh as Diutus untuk Bani Rasib di wilayah
Selatan Iraq.
Hud as Diutus untuk Kaum ʿĀd yang
­tinggal di Al-Ahqaf, Yaman.
Saleh as Diutus untuk kaum Tsamūd di
­Semenanjung Arab.

6 Tabel ini penulis buat berdasarkan perpaduan antara keterangan


Al-Jazairy yang dikutib oleh Yunahar Ilyas, (2013:134) dan http://id.wiki-
pedia.org/wiki/Rasul.

212 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Ibrahim as Diutus untuk Bangsa Kaldeā Di
Kaldaniyyun Ur, Iraq. Hijrah Ke
Negri Kan’an Lalu Berpindah-­
Pindah Antara Hijaz, Syam dan
Ma’ad.
Isma’il as Diutus untuk Penduduk ­Al-Amaliq,
bani Jurhum dan Qabilah Yaman,
Mekkah. Lahir di Syam.
Ishaq as Diutus untuk Kanʻān di wilayah
Al-Khalil, Palestina.
Ya’qub as Diutus untuk Kanʻān , di negri
Syam. Lalu pindah ke Mesir.
Yusuf as Diutus untuk Hyksos dan Kanʻān
di Mesir
Luth as Diutus untuk Sadūm dan Amūrah
di Syam, Palestina.
Ayyub as Diutus untuk Bani Israel dan
­Bangsa Amoria (Aramin) di Horan,
Syria.
Syua’aib as Diutus untuk Kaum Rass, negeri
Madyan dan Aykah.
Musa as Diutus untuk Bangsa Mesir Kuno
dan Bani Israel di Mesir, lalu ­pindah
ke Sinai.
Harun as Diutus untuk Bangsa Mesir Kuno
dan Bani Israel di Mesir, lalu ­pindah
ke Sinai.
Zulkifli as Diutus untuk Bangsa Amoria di
Damaskus.
Daud as Diutus untuk Bani Israel di
­Palestina.
Sulaiman as Diutus untuk Bani Israel di
­Palestina.
Ilyas as Diutus untuk Funisia dan Bani
­Israel, di Ba’labak Syam.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 213


Ilyasa’ as Diutus untuk Bani Israel dan kaum
Amoria di Panyas, Syam.
Yunus as Diutus untuk Penduduk di sebuah
tempat bernama “ninawa”
Zakaria as Diutus untuk Bani Israel di
­Palestina.
Yahya as Diutus untuk Bani Israel di
­Palestina.
Isa as Diutus untuk Bani Israel di
­Palestina.
Muhammad Diutus di Jazirah Arab untuk
saw seluruh umat manusia dan jin
Sifat-sifat Nabi dan Rasul
Nabi dan rasul adalah orang-orang pilihan7 yang ­telah ­Allah
persiapkan untuk menjadi pembawa risalah-Nya yang mulia.
Mereka adalah orang-orang yang terpelihara lahir ­maupun b ­ atin
semenjak kecil; seperti Nabi Yusuf as yang A ­ llah ­selamatkan
dari rencana jahat saudara-saudaranya (QS. Yusuf: 15-22), Nabi
Musa as yang Allah selamatkan ­setidaknya dua kali ­sebelum
diangkat menjadi nabi dan rasul yaitu ketika ­ pembunuhan
masal terhadap seluruh bayi laki-laki yang ­diperintahkan oleh
Fir’aun di Mesir (QS.Al-Qashash: 7-9), dan ketika dikejar-­
kejar oleh tentara Fir’aun untuk dihukum mati karena ia telah
­membunuh salah satu kaum Fir’aun (QS.Al-­Qashash: 15-28),
serta Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang Allah
jaga l­ahir batinnya sejak kecil, bahkan malaikat Jibril as p
­ ernah
7 Abu bakar Alijazairy yang di kutip oleh Yunahar Ilyas (2013: 135)
menjelaskan bahwa ada tiga prasyarat kepribadian bakal calon nabi dan
rasul; (1) Al-mitsaliyah (keteladanan) artinya seorang yang akan diangkat
menjadi nabi dan rasul, haruslah memiliki kemanusiaan yang sempurna;
baik fisik, akal pikiran maupun rohani. (2) Syaraf An-nasab (keturunan
yang mulia). Artinya seorang akan diangkat menjadi nabi haruslah ber-
asal dari keturunan yang mulia. (3) ‘Amil Az-zaman (dibutuhkan zaman).
Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala kerusakan masyarakat
dan mengembalikan ummat manusia pada kehidupan yang sesuai dengan
fitrahnya.

214 KULIAH ISLAM I : Aqidah


­mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika dalam
masa susuan Halimatus Sa’diyah dan membelah dadanya untuk
membersihkan hati manusia mulia calon penghulu para nabi
itu (HR.Muslim: 236).
Demikianlah gambaran pemeliharaan yang Allah ­lakukan
untuk para nabi dan rasul sehingga secara umum ­ mereka
memiliki seluruh sifat mulia yang dimiliki manusia biasa,
­
sedangkan sebagai penerima wahyu dan penyebar risalah
­
­ilahiah, ada empat sifat mulia yang wajib dimiliki oleh setiap
nabi dan rasul; siddiq, amanah, tabligh, fathonah. Hal ini dapat
dicermati dalam ungkapan berikut :

َّ ‫ص ِادقـُْو َن أٌَمنَاءُ ُمبـَلِّغُ ْو َن‬


‫الر َسالَةَ فُطَنَاءُ يـَْف َه ُم ْو َن َو يـُْف ِه ُم ْو َن َو اَنـَُّه ْم‬ َ ‫َوُه ْم‬
ِِ ِ ِِ
‫هم‬
ُ ‫س َكَر َامتـَُه ْم ف َمَراتب‬ ُّ َ‫بَ َشٌر يـَْع َِتيْ ِه ْم َما يـَْع َِتي َسائُِر ْالَفـَْراد مَّا َل َي‬
.‫الْ َعالِيَ ِة‬
“Mereka adalah orang-orang yang jujur, terpercaya
menyampaikan tugas mereka dan cerdas, dapat m ­ emahami
dan memahamkan. Mereka adalah manusia yang ­mengalami
yang biasa dialami oleh orang lain selagi tak mengurangi
kehormatan mereka dalam martabat mereka yang luhur”
(PP Muhammadiyah,Majelis tarjih Tt: 16 -17)
Untuk lebih memahami keempat sifat tersebut, perhatikan
penjelasan berikut:
1. As-Shidqu
ّ ِ ‫ (اَل‬adalah bentuk mashdar
Secara bahasa as-shidqu )‫صد ُْق‬
dari sho-da-qo ) َ‫صدَق‬
َ ( yang berarti keadaan benar (Ahmad
­Warson Munawir 1997: 770). Artinya seorang nabi pasti orang
yang sangat jujur, selalu berkata benar tidak pernah berdusta
dalam keadaan bagaimanapun walau dalam hal-hal kecil sekali-
pun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

‫ص َد َق‬ ِ
َ ‫اللُ َوَر ُسولُهُ َو‬
َّ ‫اب قَالُوا َه َذا َما َو َع َد َن‬
َ ‫َحَز‬
ْ ‫َولَ َّما َرأَى الْ ُم ْؤمنُو َن ْال‬
KULIAH ISLAM I : Aqidah 215
‫ان َوتَ ْسلِ ًيما‬
ً َ‫اللُ َوَر ُسولُهُ َوَما َز َاد ُه ْم إَِّل إِمي‬
َّ
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat
­golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata :
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.
dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian
itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.
Sifat jujur bagi seorang nabi adalah sifat yang paling
­ enentukan kesuksesannya dalam mengemban tugas ­dakwah
m
karena dalam dakwah itu terdapat proses untuk membuat
­ummatnya percaya (beriman) padanya. Bagaimana mungkin
seorang rasul akan dapat dipercaya apabila ia telah masyhur
sebagai orang yang suka berdusta dan jika demikian, mustahil
orang akan beriman terhadap wahyu (kabar yang gaib) yang
ia bawa. Seorang nabi tidak mungkin memiliki sifaf pendusta
(ُ‫)ا َْل َك ِذب‬.

2. Al-Amanah
Al-Amanah )َ‫ (ا َ ْل َ َمانَة‬secara bahasa berasal dari kata َ‫أ ُ ُمن‬
yang berarti dapat dipercaya, lawan dari sifat ini ­adalah
khaana ) َ‫ (خَان‬yang berarti khianat (Ahmad ­Warson
­Munawir 1997: 40). Sifat amanah ini berkaitan erat
­dengan kejujuran karena orang yang jujur bisa ­dipastikan
amanah dan orang yang amanah pasti jujur. Perbedaan
antara dua sifat ini terletak pada titik terapannya; sifat
jujur diterapkan pada perkataan sedangkan amanah
lebih condong pada perbuatan dan tindakan seseorang
dalam menunaikan kewajiban dan melaksanakan tugas
maupun tanggung jawab yang dibebankan padanya, Al-
lah Subhanahu Wata’ala berfirman:

...‫ت إِ َل أ َْهلِ َها‬


ِ ‫ان‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫اللَ َيْ ُمُرُك ْم أَ ْن تـَُؤُّدوا ْال ََم‬

216 KULIAH ISLAM I : Aqidah


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya. . . “(QS.An-Nisa: 58)
Setiap nabi dan rasul diutus kemuka bumi ini dengan
t­anggung jawab menegakkan syariat Allah dan menyampaikan
segala kehendakNya pada umat manusia, maka sifat amanah
adalah hal yang mutlak dimiliki oleh setiap nabi dan rasul ­karena
dengan sifat ini, mereka dapat dijamin melaksanakan segala
­tugas kenabian dan kerasulan yang Allah berikan. Mustahil bagi
para nabi dan rasul memiliki sifat khianat (tidak amanah) dalam
hal sekecil apapun apalagi hal-hal yang menyangkut kehidupan
umat manusia Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;

...‫ب أَ ْن يـَغُ َّل‬ ِِ


ٍّ َ‫َوَما َكا َن لن‬
“Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan ­harta
rampasan perang. . . “(QS.Ali Imran: 161)
Jika dalam hal duniawiah saja para nabi dan rasul tidak
mungkin berkhianat, tentu mereka akan jauh lebih terjaga dari
sifat khianat dalam hal yang lebih besar (membawa risalah
­Allah). Maka seorang yang memiliki sifat khianat, tidak pantas
menjadi nabi apalagi rasul.

3. At-Tabligh
At-Tabligh merupakan bentuk mashdar dari kata kerja
­ballaga (َ‫ )بَلَّغ‬yang berarti menyampaikan dan mengabarkan
­ adanya )‫( (أَ ْيلَغ ََوأ َ ْخيَ َرإِلَ ْي ِه‬Ahmad Warson Munawir 1997: 107).
p
setiap nabi dan rasul memiliki sifat tabligh yaitu ­menyampaikan
segala yang ia terima berupa wahyu dan syariat kepada umat
manusia. Hal ini merupakan tujuan utama keberadaan ­mereka
dimuka bumi dan amanah besar yang Allah ­Subhanahu Wata’ala
berikan untuk dilaksanakan sesuai petunjuk dan k­ ehendak-Nya,
jika tidak melaksanakan hal tersebut, mereka mendapat
­kecaman dari Allah Subhanahu Wata’ala ;

KULIAH ISLAM I : Aqidah 217


ِ ُ ‫الرس‬
‫ت‬ َ ِّ‫ك ِم ْن َرب‬
َ ‫ك َوإِ ْن َلْ تـَْف َع ْل فَ َما بـَلَّ ْغ‬ َ ‫ول بـَلّ ْغ َما أُنْ ِزَل إِلَْي‬ ُ َّ ‫َي أَيـَُّها‬
... ُ‫ِر َسالَتَه‬
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang ­diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. . .“ (QS.
Al-Maa-idah: 67)
Lawan dari sifat tabligh adalah menyembunyikan atau
­merahasiakan yang dalam bahasa arab disebut kitman (ٌ‫) ِكتْ َمان‬.
Tidak mungkin bagi seorang nabi dan rasul menyembunyikan
seluruh maupun sebagian wahyu yang ia terima karena sikap
itu sangat bertentangan dengan tujuan diutusnya mereka.
Selain itu sebagai manusia pilihan Allah, mereka merupakan
orang yang diridhoiNya dan ridho kepadaNya sehingga tidak
­mungkin akan melakukan perbuatan yang sangat dibenci ­Allah
dan akan mendapat laknatNya serta laknat seluruh mahluk
yang bisa melaknat, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
ُ‫ين يَ ْكتُ ُمو َن َما أَنـَْزلْنَا م َن الْبـَيِّنَات َوا ْلَُدى م ْن بـَْعد َما بـَيـَّنَّاه‬ َ ‫إ َّن الذ‬
‫الل ِعنُو َن‬
َّ ‫اللُ َويـَْل َعنـُُه ُم‬ َ ِ‫اب أُولَئ‬
َّ ‫ك يـَْل َعنـُُه ُم‬ ِ ‫لِلن‬
ِ َ‫َّاس ِف الْ ِكت‬
“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia ­dalam Al
Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua
(mahluk) yang dapat mela’nati” (QS.Al-Baqarah: 159)

4. Al-Fathonah
Al-fathonah berasal dari kata fa-thi-na (َ‫ )فَ ِطن‬yang berarti
mengerti, cerdas, mudah memahami dan mampu ­mencerdaskan
serta memahamkan(Ahmad Warson Munawir 1997: 1063).
Seorang nabi dan rasul memiliki kecerdasan tingkat tinggi yang
melahirkan kearifan dan kebijaksanaan serta kejernihan ­berfikir
yang membuat mereka tidak hanya cerdas secara ­ pribadi

218 KULIAH ISLAM I : Aqidah


­amun lebih dari itu, mereka mampu ­mentransformasikan
n
­segala i­nformasi (wahyu dan ajaran agama) yang mereka ­terima
dari Allah dengan sangat efektif dan efisien atas kehendak
Allah Subhanahu Wata’ala. Sifat ini menggambarkan pribadi
­seorang nabi dan rasul sebagai pendidik, murabbi (pembina)
dan p­ emimpin yang luar biasa sehingga mampu menyelesaikan
persoalan umat serumit apapun tanpa menzhalimi siapapun
dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai amanah, kejujuran
serta sifat-sifat mulia sebagai utusan Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagai tambahan, dalam menggambarkan sifat para nabi
dan rasul, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;

ِ ِ ِ ِ ٌ ‫لََق ْد جاء ُكم رس‬


ٌ ‫ول م ْن أَنـُْفس ُك ْم َع ِز ٌيز َعلَْيه َما َعنت ُّْم َح ِر‬
‫يص َعلَْي ُك ْم‬ َُ ْ َ َ
ِ ِِ
‫وف َرح ٌيم‬ َ ‫ِبلْ ُم ْؤمن‬
ٌ ُ‫ني َرء‬
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari ­kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS.At-Taubah:
­
128)
Sifat – sifat nabi dan rasul yang terkandung dalam ayat
­diatas adalah :
1. Setiap nabi dan rasul itu berasal dari dalam kelompok
masyarakat atau kaum tempat mereka di utus (orang
­
­pribumi) atau sangat dikenal oleh umatnya sebagaimana
mereka mengenal diri mereka sendiri.
2. Para nabi dan rasul juga memiliki sifat sosial yang tinggi
sehingga sangat peka terhadap penderitaan yang dialami
umatnya.
3. Memiliki semangat dakwah yang sangat tinggi untuk
­menanamkan keimanan pada seluruh umatnya yang ­belum
beriman, sifat ini didasari atas kerisauan mereka akan
­keimanan dan keselamatan umatnya dunia-akhirat.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 219


4. Sangat mengasihi dan menyayangi umatnya yang telah
beriman. Sikap kasih sayang ini, salah satunya diaplikasikan
­dalam bentuk bimbingan yang terus menerus dilakukan
oleh para nabi dan rasul terhadap mereka untuk ­memahami
syariat Allah secara sempurna dan menjaga mereka agar
­tidak kembali dalam kekufuran.
Sifat mutlak lainnya dan yang paling membedakan
a­ ntara manusia biasa dengan para nabi dan rasul adalah sifat
­al-ishmah atau ma’shum8. Mereka tidak akan pernah b ­ ema’siat
pada ­Allah Subhanahu Wata’ala, adapun kesalahan-kesalahan
yang ­pernah mereka lakukan murni kekeliruan dan kealpaan
mereka s­ ebagai manusia biasa, bukan karena ingin melanggar
­perintah maupun larangan (bermaksiat pada) Allah Subhanahu
Wata’ala. Akan tetapi mengingat kedudukan mereka sebagai
manusia pilihan, kesalahan sekecil apapun akan tampak sebagai
­kesalahan yang tidak pantas dan segera mendapat teguran dari
Allah ­Subhanahu Wata’ala.9 Dengan demikian selain kesalahan
dan kealpaan yang pernah mereka perbuat, para nabi dan rasul
­merupakan ­panutan bagi seluruh umat manusia dalam setiap
aspek ­kehidupan di sepanjang zaman.

C. Tugas dan Mukjizat Para Rasul


1. Tugas Para Rasul
8 Ma’shum atau ishmah menurut istilah syara’ adalah ­perlindungan
yang diberikan Allah swt pada para nabi dan rasul sehingga tidak ­terjerumus
melakukan maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram (Muhammad
Ali Ash-Shabuni 2001: 67)
9 Seperti nabi Adam as yang mendekati pohon larangan dalam
QS. Thoha ayat 115, Sayid Sabiq yang dikutip Yunahar Ilyas (2013; 137)
­mengomentari ayat tersebut bahwa Adam lupa dengan perintah A ­ llah
­untuk tidak mendekati pohon larangan. atau kealpaan nabi ­Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang bermuka masam pada tamunya yang
buta; ­ Abdullah bin maktum, karena sedang berbicara dengan para
­pembesar Quraisy yang dalam harapannya dapat beriman dan tentu akan
berpengaruh positif pada perkembangan Islam, kemudian Nabi saw
­
mendapat teguran dari Allah swt. kisah ini di abadikan dalam Al-Quran
surat ‘Abasa.

220 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Sebagai seorang utusan dan manusia pilihan Allah
­Subhanahu Wata’ala, secara umum semua rasul yang diutus
memiliki ­ tujuan dan tugas pokok yang sama; menyerukan
­ajaran tauhid; menyembah Allah Subhanahu Wata’ala dengan
cara yang ­dikehendakiNya tanpa menyekutukan-Nya dengan
apapun. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan hal
tersebut, diantaranya;

ِ ‫اعب ُد‬ ِ ِ ِِ ِ ٍِ ِ َ ِ‫وما أَرس ْلنَا ِمن قـبل‬


‫ون‬ ُ ْ َ‫ك م ْن َر ُسول إَّل نُوحي إلَْيه أَنَّهُ َل إلَهَ إَّل أ ََن ف‬ َْ ْ َ ْ َ َ
“ Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu
­sekalian akan aku”. (QS.Al-Anbiya’: 25)
ِ ‫الل و‬ ِ ٍ
ْ َ ََّ ‫َولََق ْد بـََعثـْنَا ِف ُك ِّل أ َُّمة َر ُس ًول أَن ْاعبُ ُدوا‬
َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
...‫وت‬
“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut. . .” (QS.An-Nahl: 36)
ِ ‫ل أََّنَا إِ َل ُكم إِلَه و‬
ََّ ِ‫وحى إ‬ ِ ِ
. . .‫اح ٌد‬ ٌَ ْ ُ َ ُ‫قُ ْل إَّنَا أ ََن بَ َشٌر مثـْلُ ُك ْم ي‬
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. . . (QS.Al-kahfi: 110)
Disamping tugas pokok tersebut para rasul memiliki
t­ ugas-tugas lain yang terangkum dalam firman Allah Subhanahu
Wata’ala :

‫َك َما أ َْر َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُس ًول ِمْن ُك ْم يـَتـْلُو َعلَْي ُك ْم آَ َيتِنَا َويـَُزّكِي ُك ْم َويـَُعلِّ ُم ُك ُم‬
‫الِ ْك َمةَ َويـَُعلِّ ُم ُك ْم َما َلْ تَ ُكونُوا تـَْعلَ ُمو َن‬
ْ ‫اب َو‬ َ َ‫الْكت‬
ِ
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
­kepadamu) Kami telah mengutus kepada kalian Rasul diantara
kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 221


­ ensucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al kitab dan
m
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum
­kalian ketahui.” (QS.Al-Baqarah: 151)
Dalam ayat di atas, setidaknya ada empat tugas tambahan
untuk para rasul, yaitu :
1. Membacakan dan mengajarkan umatnya tentang
­wahyu-wahyu Allah.
2. Membersihkan umat manusia dari keburukan akhlak,
­penyimpangan akidah dan perilaku sosial.
3. Mengajarkan agama (Aqidah, syariah, ibadah) dan ­hikmah
(ilmu, kebijaksanaan) serta segala hal yang berkaitan ­dengan
keduanya berdasarkan wahyu yang ia terima dari Allah Sub-
hanahu Wata’ala.
4. Mengajarkan ilmu dan peradaban yang belum diketa-
hui oleh umatnya, seperti nabi Nuh as mengajarkan cara
membuat perahu (QS.Al-mu‘minun: 67), dan nabi Daud
as mengajarkan cara membuat baju perang dari besi (QS.
Saba’: 11).
Para rasul juga mengemban tugas dakwah yang lebih k­ husus
sesuai dengan keadaan umatnya sebagaimana nabi Hud as
yang di utus untuk menyadarkan kaumnya yang ­sombong akan
kekuatan fisik mereka (QS. Huud: 56), nabi Luth as ­diutus ­untuk
memperingatkan dan membimbing kaumnya yang ­memiliki
penyimpangan seksual (hubungan seks ­dengan sesama jenis)
untuk kembali pada fitrah mereka; menikah dan menjalin cinta
dengan lawan jenis dengan cara yang halal (QS.Al-A’raf: 80-83),
atau nabi Syu’aib as yang di utus untuk ­meluruskan cara ber-
dagang kaumnya yang gemar ­mengurangi takaran ­timbangan
(QS. Huud: 84-85) dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam yang diutus untuk ­menyempurnakan akhlak ­manusia
serta menjadi teladan dalam segenap lini kehidupan ­ (QS.
Al-Ahzab: 21).

222 KULIAH ISLAM I : Aqidah


2. Mukjizat Para Rasul
Wahyu (kitab,ajaran agama yang meliputi aqidah, ­syariah dan
ibadah) yang dibawa oleh para rasul, cenderung dianggap hal
yang tabu, baru, dan bertentangan dengan kebiasaan/ adat yang
telah berjalan selama ratusan tahun dalam kehidupan u­ matnya,
sehingga pada umumnya para rasul akan banyak m ­ engalami
pertentangan, perdebatan, pengusiran bahkan ­ percobaan
­pembunuhan oleh kaumnya. Untuk m ­ empertegas kebenaran
(wahyu) yang mereka bawa serta menjawab ­tantangan dari
umat mereka, dalam mengemban tugas dan membawa ­risalah
ilahiah, para rasul diberikan bekal dan ­keistimewaan berupa
mukjizat.
Dalam bahasa arab, mukjizat berasal dari kata (‫از‬ُ ‫)أ َ ْ ِل ْع َج‬
maknanya meletakkan kelemahan pada orang lain dan
­
menetapkan padanya (Abdul Wahhab Khallaf 1978: 25).
­
­Makna tersebut memberikan pengertian bahwa mukjizat yang
diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada para rasul akan
melemahkan posisi dan kedudukan para musuh Allah yang
disebabkan oleh ketidak berdayaan mereka dalam menghadapi
atau melakukan hal yang sama persis dengan mukjizat-mukjizat
tersebut. Seperti kemukjizatan Al-Quran melemahkan kaum
kafir quraisy dan semua manusia yang tidak mempercayainya
dengan tantangan untuk mendatangkan satu surat atau satu
ayat saja yang serupa dengan Al-Quran, dan mereka tidak akan
mampu melakukannya sampai kapan pun (QS.Al-Baqarah: 23-
24).
Secara istilah, Mukjizat adalah kejadian luar biasa
­(khawariqul ‘adah) yang hanya terjadi pada para nabi dan ­rasul
atas izin Allah Subhanahu Wata’ala, sebagai hujjah atas k­ ebenaran
mereka, untuk menjawab tantangan sekaligus ­ mematahkan
argumentasi-argumentasi para penentang (Yunahar Ilyas,
­
2013: 139).
Dalam definisi di atas, ada beberapa point yang dapat
d­ ipahami;

KULIAH ISLAM I : Aqidah 223


a. Mukjizat hanya terjadi pada para nabi dan rasul, dalam
­artian segala hal luar biasa yang bisa dilakukan atau t­erjadi
pada manusia biasa tidak disebut mukjizat. Jika hal luar
biasa tersebut dilakukan atau di alami oleh orang-orang
shaleh10 maka itu disebut karamah yaitu keistimewaan yang
Allah berikan atas dasar keridhoan-Nya untuk memuliakan
mereka yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi.
­
­sedangkan hal-hal luar biasa yang dapat dilakukan oleh
manusia yang jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu
Wata’ala seperti para dukun, tukang sihir, dan Dajjal tidak
bisa disebut karamah apalagi mukjizat11.
b. Mukjizat yang dimiliki dan dialami oleh para rasul t­erjadi
atas izin dan keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala bukan hal
yang dilatih dan dipelajari (seperti sihir dan sulap). ­Sehingga
mukjizat tidak dapat dikeluarkan kapanpun, ­dimana pun
dan dalam keadaan apapun sesuai keinginan para rasul.
Mukjizat hanya akan terjadi jika para rasul ­benar-benar
membutuhkannya dan mendapat izin serta keridhoan
­Allah Subhanahu Wata’ala, mereka tidak memiliki kuasa
dan kekuatan pribadi sedikit pun untuk ­mendatangkan
­mukjizat karena hal itu benar-benar murni pemberian-Nya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

‫ض يَ ْدعُوُك ْم لِيـَ ْغ ِفَر‬ ِ ‫السماو‬


ِ ‫ات َو ْال َْر‬ ِ ٌّ ‫الل َش‬
َ َ َّ ‫ك فَاط ِر‬
َِّ ‫قالَت رسلُهم أَِف‬
ُْ ُُ ْ
‫َج ٍل ُم َس ًّمى قَالُوا إِ ْن أَنـْتُ ْم إَِّل بَ َشٌر‬ ِ ِ ِ
َ ‫لَ ُك ْم م ْن ذُنُوبِ ُك ْم َويـَُؤ ّخَرُك ْم إ َل أ‬
10 Seperti kisah Ashhabul kahfi yang Allah swt tidurkan selama 309
tahun lalu dapat bangun kembali dengan keadaan fisik yang ­sempurna ­kisah
ini dapat di kaji dalam Al-Quran surat Al-kahfi ayat 18-21, atau ­kejadian
yang sama (ditidurkan lalu bangun dalam keadaan fisik yang ­sempurna
setelah 100 tahun) yang dialami oleh ‘Uzair seorang umat nabi musa yang
saleh dan tetap istiqomah menjalankan ajaran taurat (QS.Al-Baqarah: 259)
11 Kemampuan Dajjal untuk melakukan hal-hal luar biasa ­merupakan
Istidraj yaitu pemberian Allah swt kepada mahluk yang Dia ­kehendaki
tanpa diiringi dengan keridhaan-Nya (dikabulkan tapi tidak diridhoi).
sama halnya dengan sihir diiznkan untuk terjadi namun sama sekali tidak
­diridhoi-Nya.

224 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫ني‬ ٍ َ‫ون بِس ْلط‬
ٍ ِ‫ان ُمب‬
ُ َ ُ‫ُّون َع َّما َكا َن يـَْعبُ ُد آَ َب ُؤ َن فَأْت‬ َ ‫صد‬ ُ َ‫يدو َن أَ ْن ت‬ ُ ‫ِمثـْلُنَا تُِر‬
َّ ‫ت َلُْم ُر ُسلُ ُه ْم إِ ْن َْن ُن إَِّل بَ َشٌر ِمثـْلُ ُك ْم َولَ ِك َّن‬
‫اللَ َيُ ُّن َعلَى َم ْن‬ ْ َ‫* قَال‬
َِّ ‫ان إَِّل بِِ ْذ ِن‬
‫الل َو َعلَى‬ ٍ َ‫ي َشاء ِمن ِعب ِاد ِه وما َكا َن لَنَا أَ ْن َنْتِي ُكم بِس ْلط‬
ُ ْ َ ََ َ ْ ُ َ
َِّ
‫الل فـَْليـَتـََوَّك ِل الْ ُم ْؤِمنُو َن‬
“Berkata Rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-­raguan
­terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu ­untuk
memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan ­menangguhkan
(siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?” ­ mereka berkata:
“Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami juga. kamu
menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) Kami
­
dari apa yang selalu disembah nenek moyang Kami, karena itu
datangkanlah kepada Kami, bukti yang nyata”.Rasul-rasul m ­ ereka
berkata kepada mereka: “Kami tidak lain h­anyalah ­
­ manusia
­seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut
bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan
dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya
orang-orang mukmin bertawakkal. (QS.Ibrahim 10-11)
c. Mukjizat berfungsi sebagai hujah (bukti) yang nyata atas
­kebenaran risalah yang dibawa para rasul, jawaban dan
­pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala atas tantangan
kaum penentang, sekaligus merupakan dalil yang jelas ­untuk
mematahkan argumentasi-argumentasi mereka. Dengan
demikian, mukjizat tidak akan muncul sebelum para rasul
mengalami kondisi terdesak yang mengencam jiwa, raga
mereka atau berpotensi untuk mencegah ­kelangsung dan
perkembangan risalah kenabian yang mereka bawa.
Para rasul diberikan mukjizat yang bermacam-macam yang
secara umum dapat di bagi menjadi dua bentuk12:

12 Pembagian ini penulis kembangkan dari keterangan yang


­disampaikan Muhammad Rasyid Ridho (1983: 132-149 ).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 225


a. Mukjizat kauniyah yaitu mukjizat yang berkaitan d­ engan
kejadian-kejadian luar biasa yang ­ bertentangan ­ dengan
hukum alam (sunnatullah). Pada umumnya para ­
­ rasul
mendapatkan mukjizat jenis pertama ini seperti nabi
­Ibrahim as yang dapat bertahan hidup dengan ­selamat
dan aman dalam kobaran api (QS.Al-Anbiya’: 69), nabi
Musa as yang mampu merubah tongkatnya ­ menjadi
ular yang nyata dan membelah lautan menjadi dua ( QS.
­Al-A’raf: 107 dan Assyu’ara’: 63), nabi Isa as yang ­mampu
membuat burung hidup dari tanah liat dengan hanya
­meniupnya, ­menyembuhkan ­penyakit buta dan sopak ­tanpa
menggunakan obat-obatan maupun perawatan ­
­ medis,
­bahkan ia mampu ­menghidupkan orang mati atas izin Allah
Subhanahu Wata’ala (QS. Ali’imran: 49), dan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mampu membelah bulan
(QS.AL-Qomar; 1), ­melakukan perjalanan jauh dari kota
Makkah ke baitul Maqdis di P ­ alestina lalu naik ke sidratul
muntaha hanya dalam ­waktu ­kurang dari satu malam yang
kita kenal dengan pristiwa isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’: 1)
b. Mukjizat Aqliyah ilmiah yaitumukjizat yang
mengemukakan kebenaran risalah ilahiyah dengan cara
­
yang logis dan sesuai fitrah manusia namun tidak mungkin
dapat dilakukan oleh manusia biasa. Nabi Ibrahim as adalah
salah satu rasul yang Allah kuatkan dengan mukjizat dapat
memberikan argumentasi-argumentasi yang sangat kritis,
logis dan sesuai dengan fitrah manusia dalam menjelaskan
tentang hakikat dan eksistensi ketuhanan pada kaumnya,
hal ini dapat kita cermati dari berbagai perdebatan yang
melibatkan nabi Ibrahim as dengan para penentangnya
dalam beberapa ayat Al-Quran13.
Contoh yang lain sekaligus mukjizat logis ilmiah yang p
­ aling
besar dan secara nyata bisa kita saksikan adalah ­Al-Quran.
­Kitab suci yang di bawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘­Alaihi
Wa Sallam ini tetap kokoh dengan kebenaran mutlak ­tanpa
13 Al-Quran surat AL-An’am ayat 76-79, 83. Maryam ayat 41-47.
Al-Anbiya’ ayat 52-67.

226 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ada satupun karangan manusia yang mampu menyerupai
dan m ­ enyainginya. Bahkan Isi kandungan Al-Quran telah
­dibuktikan kebenarannya sejak zaman dahulu hingga saat ini
dalam b
­ erbagai kajian ilmiah dan penelitian modern dari segala
bidang ilmu pengetahuan.

D. Rasul-rasul yang Ulul Azmi


Istilah ulul ‘azmi berasal dari dua kata yaitu uluu (‫)أُولو‬
yang merupakan bentuk jamak muzdakkar (berjenis laki-­
laki) dari ­lafaz dzawu- dzu (‫ذُ ْو‬-‫)ذَ ُو ْو‬, maknanya “mereka yang
­mempunyai” dan Al-’Azmi (‫ )ا َ ْلعَ ْز ِم‬mashdar dari fi’il (kata
kerja) ‘Azama (‫عزَ َم‬ َ ), maknanya; maksud, niat, kemauan yang
teguh. (Ahmad Warson Munawir 1997: 49, 928). Jadi istilah
ulul azmi bisa dimaknai sebagai gelar untuk para nabi dan rasul
yang paling banyak mendapatkan rintangan dan cobaan yang
berat, namun tetap memiliki niat dan kemauan yang teguh
­dalam mengemban risalah ilahiah sehingga mampu ­bertahan
dan mengembangkan dakwahnya sesuai dengan perintah
­Allah Subhanahu Wata’ala. istilah ulul ‘azmi merupakan gelar
yang ­Allah Subhanahu Wata’ala berikan sendiri bagi para rasul
­tersebut dalam firman-Nya :

...‫الر ُس ِل َوَل تَ ْستـَْع ِج ْل َلُم‬ ِ


ُّ ‫صبـََر أُولُو الْ َع ْزم ِم َن‬ ِ ْ َ‫ف‬
َ ‫اص ْب َك َما‬
“ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang ­mempunyai
keteguhan hati (Ulul ‘Azmi) dari golongan para rasul dan ­janganlah
kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka (kaum yang
­menentang mu). . . “ (QS.Al-Ahqaf: 35)
Adapun para nabi dan rasul yang termasuk dalam ­golongan
ulul ‘azmi ialah nabi Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan
Muhammad saw, yang Allah Subhanahu Wata’ala sebutkan
­dalam dua ayat berbeda yaitu pada Al-Quran surat Al-Ahzab
ayat 7 dan As-syura ayat 13 :

‫وسى‬ ِ ِ ٍ ُ‫وإِ ْذ أَخ ْذ َن ِمن النَّبِيِني ِميثاقـهم وِمْنك وِمن ن‬


َ ‫وح َوإبـَْراه َيم َوُم‬ ْ َ َ َ ْ َُ َ َ ّ َ َ َ
KULIAH ISLAM I : Aqidah 227
...‫َخ ْذ َن ِمنـْ ُه ْم ِميثَاقًا َغلِيظًا‬
َ ‫يسى ابْ ِن َم ْرَيَ َوأ‬
ِ
َ ‫َوع‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari
­nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad) dari Nuh, Ibrahim, Musa
dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
Perjanjian yang teguh.” (Qs.Al-Ahzab: 7)
ِ ِِ َّ ‫َشرع لَ ُكم ِمن ال ِّدي ِن ما و‬
‫ك َوَما‬ َ ‫وحا َوالَّذي أ َْو َحيـْنَا إِلَْي‬ ً ُ‫صى به ن‬ َ َ َ ْ ََ
ِ‫صيـنَا بِِه إِبـر ِاهيم وموسى و ِعيسى أَ ْن أَقِيموا ال ِّدين وَل تـتـ َفَّرقُوا فِيه‬
ََ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َْ ْ َّ ‫َو‬
‫اللُ َْيتَِب إِلَْي ِه َم ْن يَ َشاءُ َويـَْه ِدي‬
َّ ‫وه ْم إِلَْي ِه‬ ِ
َ ‫َكبـَُر َعلَى الْ ُم ْش ِرك‬
ُ ُ‫ني َما تَ ْدع‬
‫يب‬ ِ ِِ
ُ ‫إلَْيه َم ْن يُن‬
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
­wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami
­wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah
­agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka ­kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang ­dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
­(kepada-Nya).” (QS. Assyura: 13)

E. Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Nabi


Yang Terakhir
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di utus
oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebagai nabi dan rasul ­terakhir.
­Tidak akan ada lagi nabi maupun rasul yang diutus oleh Allah
­Subhanahu Wata’ala karena Nabi Muhammad Shallallahu ­‘Alaihi
Wa Sallam datang dengan syariat yang ­menyempurnakan
­segala ajaran para nabi dan rasul sebelumnya. Bahkan nabi
Isa as yang dikabarkan akan turun kembali kemuka bumi
ini m­ enjelang hari kiamat, tidak akan membawa syariat baru
­melainkan ­hanya menghidupkan dan mengembalikan ­kembali
syariat Islam ­sebagaimana mestinya berdasarkan kehendak

228 KULIAH ISLAM I : Aqidah


­ llah Subhanahu Wata’ala. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
A
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
berlaku bagi seluruh umat manusia sepanjang masa sampai hari
kiamat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

َ ِّ‫الل َو َخ َاتَ النَّبِي‬


‫ني‬ َ ‫َح ٍد ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم َولَ ِك ْن َر ُس‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫َما َكا َن ُمَ َّم ٌد أ ََب أ‬
‫اللُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ًيما‬
َّ ‫َوَكا َن‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan
­
­penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala
­sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 40),

ِ ‫َّاس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َولَ ِك َّن أَ ْكثـََر الن‬


‫َّاس َل‬ ِ ‫اك إَِّل َكافَّةً لِلن‬
َ َ‫َوَما أ َْر َس ْلن‬
‫يـَْعلَ ُمو َن‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(QS. Saba’: 28)
Jika para rasul terdahulu wafat maka rasul-rasul yang datang
setelahnya akan meneruskan dan mengembangkan syariat yang
mereka bawa akan tetapi, setelah wafatnya Rasulullah ­Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam tidak ada lagi rasul dan pintu wahyupun ­sudah
tertutup, maka tugas dakwah dan pengembangan ­syariat islam
secara otomatis dipikul oleh umatnya. Oleh karena ­itulah ­banyak
ayat Al-Quran dan hadist yang memerintahkan untuk dakwah
amar ma’ruf nahi mungkar bagi umat islam, ­diantaranya ialah :

ِ ‫ال ِي ويْمرو َن ِبلْمعر‬


‫وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن‬ ِ ِ
ُْ َ ُ ُ َ َ َْْ ‫َولْتَ ُك ْن مْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إ َل‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫الْ ُمْن َك ِر َوأُولَئ‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 229


mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang ­beruntung.”
(QS.Ali’ Imran: 104)

1. Riwayat singkat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa


Sallam
Para ahli berselisih tentang tanggal pasti kelahiran Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam 14 namun pendapat
yang mahsyur dikalangan umat islam adalah hari Senin tanggal
12 Rabiul Awwal tahun Gajah dalam keluarga bani Hasyim di
mekah pada permulaan tahun peristiwa usaha ­penghancuran
ka’bah yang dipimpin oleh raja Abrahah atau yang kita kenal
dengan tahun gajah yang bertepatan dengan tahun 571 M.
Ayah Rasulullah bernama Abdullah bin Abdul Mutholib bin
Hasyim bin ‘Abdi Manaf dan ibundanya bernama Aminah
­binti Wahab bin Zuhrah bin ‘Abdi Manaf.
Nasab Rasulullah, dibagi menjadi tiga macam; pertama,
yang disepakati para ahli yaitu sampai Adnan. kedua, yang
­masih diperselisihkan yaitu adnan keatas hingga nabi Ibrahim
as. dan yang ketiga bagian yang dapat dipastikan memuat hal
yang tidak benar yaitu dari Ibrahim as sampai Nabi Adam as.
Berikut nasab Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
yang di sepakati para ahli:

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthollib bin


Hasyim bin Abdu manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (dikenal dengan
Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah) bin Malik
bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudri-
kah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Ad-
nan. Garis keturunan kedua orang tua Rasulullah Shallallahu
14 Ada yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan pada hari Senin
tanggal 09 Rabiul Awwal yang juga bertepatan dengan empat puluh tahun
setelah kekuasaan kisra Anusyirwan yang bertepatan dengan tanggal 20
atau 22 April tahun 571 M. Syaikh Syafiurrahman Al-Mubarakfury (2008:
71) berdasarkan pada penelitian ulama terkenal Muhammad Sulaiman
Al-Manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud pasha.

230 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‘Alaihi Wa Sallam bertemu pada tingkatan keenam yaitu
Kilab (­ Muhammad Ali as-Shabuni 2001: 270-271).
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah ­menjadi
yatim sejak masih dalam kandungan. Sesaat setelah di ­lahirkan
Abdul Muthollib (kakek Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
membawa cucunya kedepan ka’bah dan berdoa kepada ­Allah
lalu memberinya nama Muhammad, sebuah nama yang ­tidak
dikenal kalangan arab saat itu. Muhammad kecil tumbuh di
lingkungan arab pedesaan dalam asuhan Bani Sa’ad karena
­sudah menjadi tradisi Bangsa Arab saat itu ­untuk ­menitipkan
anaknya dalam asuhan dan susuan keluarga yang hidup
­dipedesaan dengan tujuan untuk menghindarkan si bayi dari
penyakit yang biasa mewabah di perkotaan, sehingga dapat
tumbuh ­ sehat dan bisa mempelajari bahasa arab asli dari
­keluarga yang ­mengasuhnya. Menurut Syaikh ­Shafiyurrahman
Al-Mubarakfury (2008: 72) setidaknya ada tiga wanita yang
pernah menyusui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam; ­ibundanya
sendiri, Tsuwaibah, dan Halimah binti Abu dzu’aib yang ­berasal
dari Bani Sa’ad sehingga di kenal dengan Halimatus Sa’diyah.
Nama yang terakhir disebutkan inilah yang kemudian menjadi
ibu susuan sekaligus pengasuh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ­Sallam
hingga berusia lima tahun (dua tahun masa m ­ enyusui dan tiga
tahun mengasuh). Ketika berumur 5 tahun terjadi pembelahan
dada oleh Malaikat Jibril as yang membuat Halimatu Sa’diyah
khawatir dan mengembalikan Muhammad kecil pada ibunya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hanya satu tahun ­hidup
dalam pangkuan kasih sayang dan belaian ibundanya. tepat
disaat beliau berusia enam tahun beliau dan ibundanya per-
gi menziarahi makam ayahnya (Abdullah) di Yastrib (Ma-
dinah) dan menetap selama sebulan di kota itu. di saat per-
jalanan kembali dari ziarah menuju kota Mekah ibunda Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sakit lalu meninggal dunia dan
­dimakamkan di Abwa’ yang terletak antara Mekah dan Ma-
dinah. ­Sepeninggalan ibundanya, beliau di asuh oleh kakenya
(Abdul Muthollib) hingga berusia delapan tahun lebih dua bu-
lan sepuluh hari lalu kakeknya meninggal dan mewasiatkan hak

KULIAH ISLAM I : Aqidah 231


pengasuhan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pada pamannya
Abu Thalib yang merupakan saudara kandung ayah Nabi Shal-
lallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Selama dalam asuhan pamannya, Nabi
Shallallahu ‘­Alaihi Wa Sallam tumbuh menjadi pemuda yang
­jujur, b
­erakhlak mulia dan mandiri. Beliau juga ­mengalami
banyak peristiwa yang menandakan ciri-ciri sebagai orang yang
ber­kedudukan mulia seperti pernyataan pendeta bahira ­tentang
tanda ­kenabian ­beliau. Tepat di usia 25 tahun beliau menikah
dengan Khadijah seorang pedagang kaya yang cantik lagi
­terhormat di kota M­ ekah yang saat itu berusia 40 tahun. Dari
pernikahan ini, beliau memiliki dua orang putra; Al-Qasim dan
Abdullah serta empat orang putri; Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum, Fatimah.
Setelah Khadijah ra meninggal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam menikah beberapa kali lagi sehingga jumlah istri Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi 11 orang yaitu; ­Khadijah
ra., Saudah binti Zum’ah r.a., Aisyah binti Abu Bakar r.a.,
­Hafsah binti Umar Al-Khattab r.a., Zainab bin Jahsyin r.a.,
Zainab binti Khuzaimah r.a., Ummu Salamah (Hindon binti
Abi Umaiyah) r.a., Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufian)
r.a., Juwairiyah binti Al-Harith r.a., Maimunah binti Al-Harith,
Safiah binti Hoiyi bin Ahtab r.a., Mariyah Al-Qibtiyah. Putra
beliau berjumlah 3 orang dua dari Khadijah dan seorang lagi
bernama Ibrahim yang lahir dari Mariah Al-Qitbiyah. Seluruh
putra Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam meninggal di waktu
­kecil sedangkan putri-putri beliau tetap hidup dan masuk islam
namun meninggal saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam masih
hidup kecuali Fatimah ra yang meninggal enam bulam setelah
kewafatan ayahnya.
Menjelang usia 40 tahun, beliau sering mengasingkan diri
(bertahanust) dalam gua Hira. Lalu pada tanggal 21 Ramadhan
atau 10 Agustus 610 M saat usia beliau mencapai 40 tahun l­ ebih
enam bulan dua belas hari, beliau menerima wahyu pertama
sekaligus resmi di angkat menjadi nabi akhir zaman. Setelah
diangkat menjadi nabi, Muhammad saw memulai dakwah sir
(tersembunyi) di antara kaum kerabat dan sahabat karib beliau,

232 KULIAH ISLAM I : Aqidah


tiga tahun kemudian beliau mulai mendakwahkan risalah Islam
secara jahr (terang-terangan) . Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa S­ ­allam
berdakwah dan mengembangkan Islam di Mekah s­elama 13
­tahun . Dalam kurun waktu itu, Nabi ­Shallallahu ‘Alaihi Wa
­Sallam juga mengembangkan dakwah ke negri Tah’if namun
tidak mendapat sambutan baik. Dalam priode dakwah ­Mekah
ini juga terjadi dua kali pristiwa hijrah ke ­negri Habasyah
(Ethiopia), tepatnya lima tahun setelah turunnya wahyu
­
­pertama. Baru pada tahun ketiga belas dari kenabian, beliau
dan kaum muslimin mendapatkan izin dari Allah ­Subhanahu
Wata’ala untuk Hijrah ke Yastrib yang kemudian berganti nama
menjadi Madinah Al-munawwarah.
Selama di Madinah, beliau membangun pondasi
­konstitusional yang berdasarkan wahyu sehingga kota ­Yastrib
menjadi Negara Islam pertama sekaligus pusat gerakan ­dakwah
Islamiyah. Dakwah dan pengembangan Islam di Madinah
­berlangsung selama kurang lebih 10 tahun dan terjadi b­ erbagai
perlawanan dari para penentang dakwah islamiyah sehingga
terjadi beberapa peperangan di antaranya; Perang Badar (17
Ramadan 2 H), Perang Uhud (Syakban 3 H), Perang K ­ handaq
(Syawal 5 H), Perang Khaibar (7 H), Perang Mu’tah (8 H),
Penaklukan Kota Mekah/Fathul Makkah (8 H), Perang H ­ unain
( 8 Safar 8 H), Perang Ta’if (8 H), Perang Tabuk (9 H), Perang
Widan (12 Rabiulawal 2 H).
Setelah menyempurnakan Risalah Islamiyah, Nabi
­ uhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di panggil ­keharibaan
M
Allah Subhanahu Wata’ala pada usia 63 tahun tepatnya hari Senin,
12 Rabiul Awal tahun ke-11 H. dan di makamkan di ­Madinah
Al-Munawwarah tepatnya di rumah beliau yang ­bersebelahan
dengan Masjid Nabawi dan sekarang Makam ­ beliau dapat
­dijumpai dalam areal masjid Nabawi.

2. Profil Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam


Rasulullah sebagai mana manusia biasa seperti kita,
­membutuhkan makan, minum, berkeluarga dan bermasyarakat,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 233


beliau juga memiliki tiga dimensi dasar yang dimiliki oleh
seluruh manusia yaitu dimensi fisik (jasmani), dimensi Akhlaq
(ruhani), dan dimensi akal (pengetahuan). Hanya saja tiap-tiap
manusia dianugrahi tingkat kemampuan yang berbeda dalam
mengembangakan tiap dimensinya terlebih Muhammad saw
sebagai nabi akhir zaman, berikut beberapa penjelasan s­ ingkat
tentang profil Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
ditinjau dari tiga dimensi tersebut :

a. Dimensi fisik (jasmani)


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mempunyai fisik
yang sempurna bahkan tidak ada manusia yang ­menyamai
­kesempurnaan fisiknya. Jika ditinjau dari segi fisik, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah laki laki yang tampan,
­
­memiliki tubuh yang proporsional, selalu menjaga ­kebersihan
dan beliau memiliki ketahanan fisik yang kuat sehingga ­tidak
pernah mengalami sakit parah semasa hidupnya kecuali
­beberapa hari menjelang kewafatan. dalam sebuah riwayat yang
bersumber dari Bara’ bin ‘Azib tergambar keadaan fisik beliau
sebagai berikut :

‫اللُ َعلَْي ِه‬


َّ ‫صلَّى‬ ُّ ِ‫ال َكا َن الن‬ َّ ‫ب َر ِض َي‬ ٍ ‫عن الْبـر ِاء بْ ِن َعا ِز‬.
َ ‫َّب‬ َ َ‫اللُ َعنـْ ُه َما ق‬ ََ ْ َ . .
‫ي لَهُ َش َعٌر يـَبـْلُ ُغ َش ْح َمةَ أُذُنِِه َرأَيـْتُهُ ِف‬ ِ َْ‫ي الْمْن ِكبـ‬ َ ِ‫وعا بَع‬ً ُ‫َو َسلَّ َم َم ْرب‬
َ َ َْ‫يد َما بـ‬
)‫ (رواه البخاري‬. . .ُ‫َح َس َن ِمْنه‬ ْ‫طأ‬ ُّ َ‫ُحلَّ ٍة َحْراءَ َلْ أ ََر َشيـْئًا ق‬
َ
“…dari bara’ bin ‘azab ra ia berkata Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam memiliki tinggi rata-rata (tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu pendek), pundaknya lebar (dadanya
bidang), rambutnya mencapai telinganya, aku melihatnya
mengenakan setelan (gamis/ jubah) merah dan aku tak
pernah melihat sesuatupun yang lebih baik dari beliau…”
(HR.Bukhari: 3287)

b. Dimensi Akhlak (Ruhani)


Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Muhammad Shallallahu

234 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‘Alaihi Wa Sallam secara otomatis memiliki akhlak, dan sifat
yang mulia (siddiq, amanah, tabligh, fathonah) bahkan ­sebelum
diutus sebagai nabi, beliau dikenal sebagai laki-­ laki paling
­jujur dan amanah sehingga di beri gelar Al-Amin, l­embut,
penuh kasih sayang, pemberani, selalu memberi makan orang
miskin, memuliakan tamu, membantu tetangga dan tidak
­
­pernah memutuskan silaturrahim dengan siapapun serta s­ elalu
siap membantu orang yang menegakkan kebenaran, hal ini
­diceritakan langsung oleh ummul mukminin ‘Aisyah ra dalam
pristiwa turunnya wahyu pertama sebagaimana riwayat berikut:

.‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


َّ ‫صلَّى‬َ ‫َّب‬ ِ ِ‫َن َعائِ َشةَ َزْو َج الن‬
ّ
َّ ‫الزبـَِْي أ‬
ُّ ‫ َح َّدثَِن عُْرَوةُ بْ ُن‬. . .
ِ َ‫ك لَت‬ َِّ ‫الل أَب ًدا و‬ َِّ ‫ قَالَت لَه خ ِدجيةُ َك َّل أَب ِشر فـو‬. .
‫ص ُل‬ َ َّ‫الل إِن‬ َ َ َُّ ‫يك‬ َ ‫الل َل ُيْ ِز‬ ََ ْ ْ َ َ ُ ْ
ِ ِ َ ‫ال ِد‬ ِ َّ
‫ف‬ َ ‫وم َوتـَْق ِري الضَّْي‬ َ ‫ب الْ َم ْع ُد‬ُ ‫يث َوَْتم ُل الْ َك َّل َوتَ ْكس‬ َْ ‫ص ُد ُق‬ ْ َ‫الرح َم َوت‬
)132 :‫الَ ِّق …(رواه مسلم‬ ْ ‫ب‬ ِ ِ‫ني َعلَى نـَوائ‬ ِ
ُ ‫َوتُع‬
َ
“…menceritakan padaku ‘Urwah bin Zubair
bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
­
­Sallam….(menceritakan pristiwa turunnya wahyu ­pertama,
hingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ­mendatangi
­Khadijah ra) …Khadijah berkata padanya “demi ­Allah,
­Allah tidak akan menyianyiakan mu selamanya, demi ­Allah
kau ­selalu ­menyambung silaturrahim, berkata ­jujur, ikut
membawakan beban orang lain, member makan orang
­
miskin, memuliakan tamu dan menolong orang yang
­
­menegakkan kebenaran”, . . . (HR. Muslim: 231)
Mencermati riwayat diatas, betapa jelas k­esempurnaan
­akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang tentunya
­memberikan argumentasi logis atas kelayakan beliau s­ebagai
teladan bagi seluruh umat manusia dalam segala aspek
­
­kehidupan baik sebagai guru, sahabat, orang tua, panglima
perang maupun pemimpin negara.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 235


c. Dimensi akal (Pengetahuan)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memiliki sifat ummi
yang berarti tidak bisa membaca dan menulis serta tidak
­pernah berguru dan mempelajari ajaran kitab-kitab samawi dari
­siapapun. Hal ini merupakan sanggahan yang jelas ­terhadap
tuduhan bahwa Muhammad saw mengarang Al-Quran karena
tidak mungkin seseorang yang tidak bisa membaca dan ­menulis
mampu menciptakan sebuah mahakarya yang hingga saat ini
sudah teruji kebenaran dan keabsahannya bahkan tak ada yang
mampu menirunya. Mengenai ke-ummian Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

‫وب ِعْن َد ُه ْم ِف‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫ول الن‬ َّ ‫ين يـَتَّبِعُو َن‬ ِ َّ


ً ُ‫َّب ْال ُّم َّي الَّذي َي ُدونَهُ َم ْكت‬ َ ‫الر ُس‬ َ ‫الذ‬
‫اه ْم َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوُِي ُّل َلُُم‬ ِ ِ ِْ ‫التـَّور ِاة و‬
ُ ‫ال ْن ِيل َيْ ُم ُرُه ْم ِبلْ َم ْعُروف َويـَنـَْه‬ َ َْ
ِ‫صَرُه ْم َو ْالَ ْغ َل َل الَّت‬ ِ ِ
َ ‫الَبَائ‬ ِ ِ
ْ ‫ات َوُيَّرُم َعلَْيه ُم‬ ِ ‫الطَّيِب‬
ْ ‫ض ُع َعنـْ ُه ْم إ‬َ َ‫ث َوي‬ َّ
ِ
‫ُّور الَّذي‬ ِ ِ ِ َّ ِ
َ ‫ص ُروهُ َواتـَّبـَعُوا الن‬
َ َ‫ين آَ َمنُوا به َو َعَّزُروهُ َون‬ َ ‫ت َعلَْيه ْم فَالذ‬ ْ َ‫َكان‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬ َ ِ‫أُنْ ِزَل َم َعهُ أُولَئ‬
“ (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan ­Injil
yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan ­mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
­beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, ­menolongnya
dan m
­ engikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-
A’raf: 157)
Ummi (tidak bisa membaca dan menulis) bukan berarti
bodoh karena sejak sebelum diutus sebagai Nabi dan rasul,
Muhammad saw sudah dikenal sebagai laki-laki yang ­cerdas
dan bijaksana sebagaimana kisah yang mahsyur ­dikalangan
umat ­islam tentang kebijaksanaan dan kecerdasan beliau

236 KULIAH ISLAM I : Aqidah


d­alam ­ mendamaikan perselisihan dan pertentangan antara
para ­ pembesar Mekah mengenai siapa yang paling berhak
meletakkan kembali hajar aswad ditempatnya saat pristiwa
­
renovasi Ka’bah. Dari ayat di atas pun tergambar jelas aspek
­logika dan ketinggian akal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dimana pada saat itu masyarakat arab pada ­umumnya
tidak mengenal tulisan dan sangat mengandalkan hafalan
­sehingga dengan ke-ummianya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dapat dipastikan memiliki tingkat kemampuan hafalan
dan kecerdasan yang tinggi.
Dalam ayat di atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘­ Alaihi
Wa Sallam juga digambarkan sebagai sosok yang mampu
­mencerna dan memahami makna-makna dari cahaya (ilmu/­
wahyu) yang diterimanya untuk diterapkan dalam tindakan
nyata ­
­ yaitu mencegah dan mengharamkan segala hal yang
­buruk dan ­merusak fitrah manusia sekaligus memberikan
­solusi untuk kembali kepada hal yang baik dan sejalan dengan
fitrah ­manusia serta memberikan cara yang paling mudah dan
paling ringan (dibandingkan dengan ajaran nabi-nabi sebelum-
nya) dalam melakasanakan syariat Allah Subhanahu Wata’ala.

3. Bukti-bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad Shallalla-


hu ‘Alaihi Wa Sallam
Ada beberapa bukti yang dapat dijadikan argumentasi akan
kebenaran risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa S­ allam
. Secara garis besar bukti-bukti tersebut terbagi dalam dua
kelompok; dalil naqli (Bukti yang berdasarkan nas wahyu dan
Hadist) dan dalil Aqli (bukti yang berdasarkan penalaran logis
berdasarkan fakta ilmiah).

a. Dalil Naqli
Dalil naqli yang menguatkan kebenaran risalah yang di
bawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah
sebagai berikut :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 237


1) Bayarat (Berita tentang kedatangan Nabi Muhammad
­Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ).
Setiap nabi dan rasul yang Allah Subhanahu Wata’ala utus
­sebelumnya, selalu mengabarkan kaumnya akan k­ edatangan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang akan
menyempurnakan dan membenarkan risalah yang mereka
bawa, hal ini tercantum dalam beberapa ayat Al-Quran di
antaranya :

َِّ ‫ول‬
‫الل إِلَْي ُك ْم‬ ُ ‫يل إِِّن َر ُس‬ِ ِ ِ َ َ‫وإِ ْذ ق‬
َ ‫يسى ابْ ُن َم ْرَيَ َي بَِن إ ْسَرائ‬ َ ‫ال ع‬ َ
ٍ ‫ي ِمن التـَّور ِاة ومب ِّشرا بِرس‬
‫ول َيِْت ِم ْن‬ ِ ِ ‫م‬
ُ َ ً َُ َ َ ْ َ َّ ‫ي يَ َد‬ َ َْ‫ص ّدقًا ل َما بـ‬
َُ
ِ ِ
ٌ ِ‫َحَ ُد فـَلَ َّما َجاءَ ُه ْم ِبلْبـَيِّنَات قَالُوا َه َذا س ْحٌر ُمب‬
.‫ني‬ ْ ‫اسُهُ أ‬ْ ‫بـَْع ِدي‬
“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai
Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah ­kepadamu,
­membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
­sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka ­tatkala
Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa ­bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” ­(QS.
Ash-Shaf: 6)

‫وب ِعْن َد ُه ْم ِف‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫ول الن‬ َّ ‫ين يـَتَّبِعُو َن‬ ِ َّ


ً ُ‫َّب ْال ُّم َّي الَّذي َي ُدونَهُ َم ْكت‬ َ ‫الر ُس‬ َ ‫الذ‬
ِْ ‫التـَّْور ِاة و‬
...‫ال ِْن ِيل‬ َ َ
“(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada di sisi mereka. . .” (QS.AL-A’raf: 157)
Setiap nabi yang diutus kemuka bumipun akan ­diambil
sumpah setia dan kesediaan mereka untuk beriman dan
membantu dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

238 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Wa Sallam jika mereka masih hidup dimasa Rasulullah
­Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (QS.Ali ‘Imran: 81) hal ini juga
diperkuat oleh sebuah riwayat yang menyebutkan dengan
jelas ciri khusus nabi akhir zaman (nabi yang Ummi) yang
disebutkan dalam Taurat dengan redaksi sebagai berikut :

َ‫َن َه ِذ ِه ْاليَة‬ َّ ‫اص َر ِض َي‬


َّ ‫اللُ َعنـْ ُه َما أ‬ ِ ‫الل بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن الْ َع‬ َِّ ‫ عن عب ِد‬. . .
َْ ْ َ
ِ ِ
َ َ‫اك َشاه ًدا َوُمبَ ِّشًرا َونَذ ًيرا ق‬ َ َ‫َّب إِ َّن أ َْر َس ْلن‬ ِ
‫ال ِف‬ ُّ ِ‫الَِّت ِف الْ ُق ْرآن َي أَيـَُّها الن‬
ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫التـَّور ِاة ي أَيـُّها النَِّب إِ َّن أَرس ْلن‬
. . . ‫ني‬ َ ِّ‫اك َشاه ًدا َوُمبَ ّشًرا َوح ْرًزا ل ْل ُّمي‬ َ َ ْ ُّ َ َ َ ْ
)1644 ‫(رواه البخاري‬
“ . . . Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra bahwasanya
ِ
ِّ َ‫إِ َّنأ َْر َس ْلنَا َك َشاه ًداوُمب‬
ayat ini yang ada di dalam Al-Quran “‫ش‬
َ
‫”ر َاونَ ِذ ًير‬
ً di katakan juga dalam Taurat “ wahai para nabi
sesungguhnya kami mengutus mu sebagai saksi, pemberi
berita gembira, dan penolong bagi rasul yang ummi ( buta
huruf yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ).
. . “ (HR. Bukhari: 4461)
2) Mukjizat
Banyak mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam baik yang akliyah ilmiyah
(Al-Quran) yang merupakan mukjizat abadi dan beberapa
mukjizat kauniyah seperti:
a) Mampu berbicara dengan benda mati dan hewan ­serta
tumbuhan, benda-benda itu juga memberikan salam
pada beliau yang bisa didengar oleh para sahabat (HR.
Buhari: 3314, Muslim: 4222)
b) Mampu membelah bulan (QS.Al-Qomar: 1 dan HR.
Bukhari: 3364)
c) Menyembuhkan penyakit tanpa obat ataupun ­proses
medis lainnya, seperti Ali ra yang seketika sembuh

KULIAH ISLAM I : Aqidah 239


dari sakit matanya setelah ditiup/di ludahi oleh Nabi
­Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.(HR.Bukhari: 2724)
d) Mampu memperbanyak makanan (HR. Bukhari: 567)
e) Isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’: 1), dll
3) Nubuwat (pemberitaan hal-hal yang sudah pasti akan
­terjadi)
Nubuwat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
meliputi seluruh kejadian-kejadian besar yang akan terjadi,
baik menyangkut kehidupan dunia maupun akhirat, yang
berkaitan dengan individu tertentu, sekelompok bangsa
maupun seluruh umat manusia, diantara nubuat besar yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam adalah sebagai berikut :
a) Nubuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam saat p
­ ersiapan
perang Khandaq yang berkaitan dengan kejayaan dan
perkembangan wilayah Islam dimasa akan datang
­hingga mampu mengalahkan kekaisaran Romawi dan
Persia dan fakta sejarah benar-benar membuktikan
bahwa hal ini terjadi pada masa khalifah Umar bin
Khatab.(Rasul Ja’farian, 2004: 120-139)
b) Nubuat tentang kemenangan bangsa Romawi ­beberapa
tahun setelah mereka kalah berperang melawan ­bangsa
Persi. Nubuat ini tercantum dalam Al-Quran surat
­Ar-Ruum ayat 1-4 :

* ‫ض َوُه ْم ِم ْن بـَْع ِد َغلَبِ ِه ْم َسيـَ ْغلِبُو َن‬ِ ‫وم * ِف أ َْد َن ْال َْر‬ ُ ‫الر‬
ُّ ‫ت‬ ِ ‫امل * غُلِب‬
َ
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ني َّل ْال َْمُر م ْن قـَْب ُل َوم ْن بـَْع ُد َويـَْوَمئذ يـَْفَر ُح الْ ُم ْؤمنُو َن‬
َ ‫ض ِع سن‬ ْ ِ‫ِف ب‬
“Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di
­negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan ­sebelum

240 KULIAH ISLAM I : Aqidah


dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman”
Bangsa romawi adalah bangsa yang beragama ­nasrani
dan mempunyai kitab suci sedangkan bangsa persi
­beragama majusi penyembah api. Kedua bangsa ini ­selalu
berperang dan sebagai sesama penganut agama ­samawi,
umat Islam lebih mendukung Bangsa Romawi sehingga
ketika tersiar kabar kekalahan mereka melawan bangsa
­
­Persi (antara t­ahun 614-615 M), kaum mislimin bersedih
sedangkan kaum musyrikin mekah bergembira karena
­berada ­dipihak bangsa Persi. Maka turunlah ayat ini sebagai
berita g­ embira untuk kaum muslimin yang mengabarkan
bahwa bangsa romawi akan menang setelah beberapa ­tahun
­kemudian. Dan hal itu benar-benar terjadi yaitu setelah 7
tahun k­ emudian tepatnya pada tahun 622 M. (Kementrian
­Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya 2012 : 570)
c) Nubuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepada para
sahabatnya bahwa mereka akan menjadi penguasa
­dunia sebagaimana yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala
janjikan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 55 :

‫ات لَيَ ْستَ ْخلِ َفنـَُّه ْم ِف‬ ِ َّ ‫الل الَّ ِذين آَمنوا ِمْن ُكم وع ِملُوا‬
ِ ‫ال‬
َ ‫الص‬ ََ ْ ُ َ َ َُّ ‫َو َع َد‬
...‫ين ِم ْن قـَْبلِ ِه ْم‬ ِ َّ َ‫ض َكما استخل‬
َ ‫ف الذ‬َ ْ َ ْ َ ِ ‫ْال َْر‬
“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa ­dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
­mereka berkuasa. . .”
Fakta sejarah telah membuktikan bahwa sepeninggalan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam para sahabat
yang menjalankan kekhalifahan Islam, terutama pada masa
Abu Bakar dan Umar Bin Khatab telah berhasil melakukan
­ekspansi wilayah besar-besaran mulai dari negeri Damaskus,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 241


Mesir hingga Iran dan Irak. Berikutnya kekhalifahan Islam
terus berkembang hingga bisa menaklukan Parsi dan Romawi
(Rasul Ja’farian, 2006: 39, 47,113,120 )
Masih banyak lagi nubuat besar yang di kabarkan oleh Nabi
kita Muhammad saw sebagai bukti nyata akan ­kebenaran ­risalah
yang dibawanya. Bagi kita kaum muslimin maka ­ cukuplah
­perintah Allah Subhanahu Wata’ala untuk mematuhi, beriman
dan menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi
bukti yang sangat nyata akan kebenaran Islam dan ­Rasul-Nya;
Muhammad saw.

b. Dalil Aqli
a) Kesaksian miliyaran umat islam dalam bentuk dua ­kalimat
syahadat dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebuah
­kesaksian yang sangat kuat dan tidak terbantahkan ­karena
mana mungkin sekelompok besar umat manusia (para
­sahabat, tabi’in, dan pengikutnya serta kaum muslimin yang
memiliki keutuhan iman) mau bersaksi dan ­berjuang bagi
Islam jika mereka meragukan kebenaran Nabi ­Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai pembawa agama
tersebut.
b) Fakta keilmiahan Al-Quran yang sudah terbukti dan ­teruji
tidak pernah bertentangan dengan logika, fitrah ­manusia
dan perkembangan sains modern. Tentu saja hanya
­manusia yang sangat jujur dan benar yang akan membawa
kitab dan agama yang maha benar, dan manusia itu adalah
Muhammad saw.
c) Kenyataan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang membawa ajaran yang begitu sempurna, meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia adalah seorang ummi
(buta huruf) dan tidak pernah mempelajari ajaran agama
maupun kitab manapun dari siapapun, serta tidak pernah
menyampaikan ajaran apapun sampai menerima wahyu
pertama saat usianya mencapai 40 tahun.

242 KULIAH ISLAM I : Aqidah


F. Iman Kepada Seluruh Nabi dan Rasul
Iman pada para rasul merupakan salah satu dari enam
rukun iman yang wajib di yakini setiap pribadi muslim. Maka
setiap muslim wajib menyakini adanya keseluruhan nabi
dan rasul baik yang diceritakan dalam Al-Quran dan Hadist
­maupun tidak. Untuk para nabi dan rasul yang tidak d­ isebutkan
dengan jelas dalam Al-Quran dan Al-Hadist, seorang muslim
hanya wajib mempercayai bahwa mereka semua benar-benar
ada dan pernah diutus oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan
membawa ajaran tauhid; menyembah Allah Subhanahu Wa-
­
ta’ala yang maha esa tanpa mempersekutukanNya dengan
suatu apapun. ­Sedangkan para nabi dan rasul yang disebutkan
­dengan jelas dalam Al-quran dan al-hadist wajib di-imani apa
­adanya sebagaimana yang diterangkan oleh syariat (Al-Quran
dan Al-Hadist yang maqbullah) baik yang berkaitan dengan
nama, sifat, ­mukjizat dan perihal kisah kehidupan mereka. tidak
sah keimanan ­seorang muslim jika menolak salah satu saja dari
sekian banyak nabi dan rasul yang Allah sebutkan dengan jelas
di dalam Al-Quran dan As-sunnah walaupun ia tetap beriman
kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena keimanan pada Allah
Subhanahu Wata’ala menuntut kepercayaan akan ketetapan-Nya
dalam mengutus sekian banyak nabi dan rasul untuk setiap
umat manusia. Maka beriman pada Allah saja tanpa ­mengimani
para rasul dengan cara yang sesuai dengan tuntunan syariat
(Al-Quran dan Al-Hadist al-maqbullah), merupakan salah satu
bentuk kekafiran, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

‫الل َوُر ُسلِ ِه‬َِّ ‫يدو َن أَ ْن يـ َف ِرقُوا بـي‬


َ َْ ّ ُ ُ ‫لل َوُر ُسلِ ِه َويُِر‬
َِّ ‫إِ َّن الَّ ِذين ي ْك ُفرو َن ِب‬
ُ َ َ
ِ ِ ِ ٍ ‫َويـَُقولُو َن نـُْؤِم ُن ببـَْع‬
ِ
‫ك‬ َ ‫ي َذل‬ َ َْ‫يدو َن أَ ْن يـَتَّخ ُذوا بـ‬ُ ‫ض َويُِر‬ ٍ ‫ض َونَ ْك ُفُر ببـَْع‬
ِ ِ ِ
‫ين َع َذ ًاب ُم ِهينًا‬َ ‫ك ُه ُم الْ َكافُرو َن َح ًّقا َوأ َْعتَ ْد َن ل ْل َكاف ِر‬ َ ِ‫َسبِ ًيل * أُولَئ‬
“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan
­rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara ­(keimanan
kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami
beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap
­sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan Perkataan itu)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 243


mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau
­kafir), Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang
menghinakan.” (QS. An-Nisa; 150-151)
Setiap muslim juga mempercayai bahwa setiap nabi
dan ­ rasul itu Allah berikan kelebihan yang berbeda-beda,
­sebagaimana firmanNya :

ِ ‫السماو‬ ِ ِ
َ ِّ‫ض النَّبِي‬
‫ني‬ َ ‫ض ْلنَا بـَْع‬ ِ ‫ات َو ْال َْر‬
َّ َ‫ض َولََق ْد ف‬ َ َ َّ ‫ك أ َْعلَ ُم بَ ْن ف‬ َ ُّ‫َوَرب‬
‫ود َزبُ ًورا‬ ٍ ‫َعلَى بـَْع‬
َ ‫ض َوآَتـَيـْنَا َد ُاو‬
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di l­angit
dan di bumi. dan Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian
­nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur
kepada Daud.” (QS.Al-Israa’: 55)
Kelebihan yang diberikan Allah pada para nabi dan
rasul itu adalah bentuk keistimewaan khusus seperti nabi
Musa as yang mampu berbicara langsung dengan Allah
(QS.An-­nisa: 164 ), atau nabi Isa as yang Allah angkat
­kesisiNya dalam keadaan hidup (QS.An-nisa: 158 ) Nabi
­Muhammad ­Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang ­diperkenankan
­melakukan perjalanan sampai ke langit ke tujuh ­(sidratul
muntaha) ­ dalam keadaan hidup (ruh dan jasad) ­ dalam
peristiwa isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’: 1 dan HR.Muslim
­
234). Namun ­keyakinan akan adanya ­keistimewaan dan
kelebihan bagi para rasul tersebut, tidak boleh diiringi
­
­dengan sikap meremehkan apalagi ­menafikkan keberadaan
dan ­keistimewaan nabi dan rasul yang lain karena pada
dasarnya mereka semua adalah panutan umat dan ­manusia
pilihan Allah ­Subhanahu Wata’ala. Setiap muslim juga ­harus
menyakini bahwa nabi dan rasul ulul ‘azmi adalah lebih
utama dari nabi dan rasul yang lain dan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah yang paling utama
­diantara seluruh nabi dan rasul yang pernah ada.

244 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ­menempati
posisi sebagai nabi yang terakhir tidak ada lagi nabi dan
rasul setelahnya, beliaulah panutan semesta alam sehingga
­
­setiap m
­ uslim harus menjadikannya teladan dalam tiap ­aspek
­kehidupan, mencintai dan menaatinya melebihi ­ketaatan dan
kecintaan pada mahluk manapun bahkan diri sendiri ­karena
kecintaan padanya merupakan bentuk manifestasi dan
­
­implentasi hakiki dari kecintaan hamba pada Rabbnya, Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :

َّ ‫اللُ َويـَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو‬


ُ‫الل‬ َّ ‫قُ ْل إِ ْن ُكنـْتُ ْم ُِتبُّو َن‬
َّ ‫اللَ فَاتَّبِعُ ِون ُْيبِْب ُك ُم‬
‫ور َرِح ٌيم‬ ٌ ‫َغ ُف‬
“ Katakanlah (hai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
­mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS.Ali’Imran: 31)
Sebagai nabi dan rasul terakhir, Nabi Muhammad ­Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam membawa syariat yang menyempurnakan
syariat-syariat sebelumnya sehingga setiap muslim yang ­hidup
sejak zamannya sampai kelak hari kiamat wajib tunduk dan
­menjalankan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ­Sallam
dan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk ­mengikuti atau
menjalankan syariat nabi-nabi sebelumnya15 karena syariat yang
mereka bawa hanya berlaku untuk umat tertentu.
Akhirnya, Iman kepada para rasul merupakan hal yang
bermuara pada keimanan dan ketakwaan pada Allah ­Subhanahu
Wata’ala. Dan sudah sepantasnya bagi seorang muslim,
­menerapkan keimanannya dalam tindakan nyata yaitu dengan
mengabdikan diri spenuhnya pada Allah Subhanahu Wata’ala
dengan cara yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul yang

15 Kecuali syariat nabi sebelumnya yang tidak dihapuskan dan


mendapatkan legalitimasi dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ­Sallam
untuk di amalkan seperti ajaran berkhitan yang dibawa nabi Ibrahim as
atau puasa sunnah nabi Daud as (sehari puasa dan sehari berbuka).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 245


disempurnakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
­Sallam sebagai nabi terakhir yang membawa rahmat untuk
semesta alam.

246 KULIAH ISLAM I : Aqidah


SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.!

1. Jelaskan perbedaan antara Nabi dan Rasul.!


2. Tuliskan nama-nama nabi dan Rasul beserta keterangan medan
dakwahnya.!
3. Sebut dan jelaskan Sifat-sifat mulia Nabi dan Rasul beserta lawan
dari setiap sifat tersebut.!
4. Menurut anda apakah mungkin Mukjizat terjadi pada
­manusia ­biasa di zaman ini.? Jelaskan pendapat anda dengan
­mengemukakan definisi serta pembagian mukjizat.!
5. Apakah yang dimaksud dengan Rasul-rasul yang Ulul ‘azmi.?
Jelaskan.!
6. Jelaskan pemahaman anda tentang kemuliaan Rasulullah
­Muhammad SAW sebagai nabi yang Rahmatan lil Álamin.!
7. Bagaimanakah cara yang benar dalam mengimplementasikan
­keimanan kepada seluruh Nabi dan Rasul.?

KULIAH ISLAM I : Aqidah 247


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Nabi seorang laki-laki biasa yang Allah
muliakan dengan diberikan wahyu
dan mengamalkannya tanpa ada
perintah maupun larangan untuk
­
­menyampaikannya.

Rasul nabi yang mendapatkan perintah,


­jaminan keamanan, dan kewenangan
dari Allah Subhanahu Wata’ala u­ ntuk
mendakwahkan risalah/­ wahyu yang
ia terima, pada ummatnya.
Risalah Ajaran yang bersumber dari wahyu
yang dibawa oleh para nabi dan rosul.
As-Shidqu Sifat jujur yang dimiliki seorang nabi
dalam mengemban tugas dakwah
­sehingga dapat membuat ummatnya
percaya (beriman) padanya.
Al-Amanah sifat jujur yang diterapkan pada
perbuatan dan tindakan ­
­ seseorang
dalam
­ menunaikan kewajiban
dan melaksanakan tugas maupun
tanggung jawab yang dibebankan
­
padanya.

248 KULIAH ISLAM I : Aqidah


At-Tabligh yaitu sifat para nabi dan rosul untuk
menyampaikan segala yang ia ­terima
berupa wahyu dan syariat kepada
umat manusia.
Kitman Menyembunyikan risalah/Lawan dari
sifat tabligh.
Al-fathonah kecerdasan tingkat tinggi yang ­dimiliki
oleh para nabi dan ­ rosul sehingga
­melahirkan kearifan dan ­kebijaksanaan
serta kejernihan ­berfikir yang
­membuat mereka t­idak hanya cerdas
secara pribadi namun lebih dari itu,
mereka mampu m ­ entransformasikan
segala informasi (wahyu dan ajaran
agama) yang mereka terima dari Allah
dengan sangat efektif dan efisien atas
kehendak Allah Subhanahu Wata’ala
Ma’shum Disebut juga ishmah menurut ­istilah
syara’ adalah perlindungan yang
diberikan Allah swt pada para nabi
dan rasul sehingga tidak terjerumus
melakukan maksiat dan perbuatan
dosa, munkar dan haram
Mukjizat kejadian luar biasa (khawariqul ‘adah)
yang hanya terjadi pada para nabi dan
­rasul atas izin ­Allah ­Subhanahu ­Wata’ala,
sebagai hujjah atas ­kebenaran mereka,
untuk m ­ enjawab tantangan sekaligus
­mematahkan ­argumentasi-argumentasi
para ­penentang
Mukjizat Mukjizat yang berkaitan dengan
kauniyah kejadian-kejadian luar biasa yang
­
bertentangan dengan hukum alam
­
(sunnatullah).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 249


Mukjizat Mukjizat yang mengemukakan
Aqliyah ilm- kebenaran risalah ilahiyah dengan
­
cara yang logis dan sesuai fitrah
iah ­manusia namun tidak mungkin dapat
­dilakukan oleh manusia biasa.
Nabi Ulul Para nabi dan rasul yang paling
Azmi ­banyak mendapatkan rintangan dan
cobaan yang berat, namun tetap
memiliki niat dan kemauan yang
teguh dalam mengemban risalah
­ilahiah sehingga mampu bertahan dan
­mengembangkan dakwahnya ­sesuai
dengan perintah Allah ­ Subhanahu
Wata’ala.
Nubuwat Pemberitaan hal-hal yang sudah
­pasti akan terjadi yang disampaikan
oleh para nabi kepada ummatnya
­berdasarkan wahyu dari Allah.

250 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB VI
IMAN KEPADA HARI
KIAMAT

KULIAH ISLAM I : Aqidah 251


252 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian hari akhir, proses
dan peristiwa hari akhir, dan hikmah Iman kepada Hari Akhir.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian hari Akhir
2) Proses dan peristiwa hari Akhir.
3) Hikmah Iman kepada Hari Akhir

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian hari Akhir
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Proses dan peristiwa
hari Akhir.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Hikmah Iman kepada
Hari Akhir

KULIAH ISLAM I : Aqidah 253


BAB VI

IMAN KEPADA HARI KIAMAT

A. Pengertian Hari Kiamat


Hari kiamat adalah waktu berakhirnya seluruh kegiatan di
dunia dan berakhirnya alam dunia. Iman kepada hari ­kiamat
adalah mempercayai bahwa seluruh alam semesta ini dan ­segala
isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan
mengakui bahwa “setelah kehidupan di dunia yang fana ini ada
kehidupan yang kekal abadi” (Arif Wibowo, dkk., al Islam 2,
1999 : 10).
Yunahar Ilyas, menambahkankan “termasuk semua proses
dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari ­kehancuran
alam semesta dan seluruh isinya, serta berakhirnya seluruh
­kehidupan (qiyaamah) dan kebangkitan seluruh umat ­manusia
dari alam kuburnya (Baats), dikumpulkannya seluruh umat
manusia di padang makhsyar (hasyr), perhitungan seluruh
­
amal perbuatan mansuai (hisab), penimbangan amal ­perbuatan
tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal
buruk (wazn), sampai kepada pembalasan dengan surge dan
neraka (jaza’) (2013 : 153). Kepercayaan pada hari kiamat
­termasuk masalah sam’iyyat. Masalah yang hanya kita ketahui
dan percayai berdasarkan pemberitaan Al-Qur’an dan Hadits
semata tidak bisa dibuktikan dengan panca indra.
Istilah hari akhir dalam al Qur’an juga mengguanakan
­nama-nama lain yang masing-masing menunjukkan ­peristiwa,
keadaan atau suasana yang akan di alami oleh umat ­manusia
dalam proses menuju kehidupan yang abadi tersebut.
­
­Nama-nama dimaksud adalah :
1. Yaumul qiyaamah (hari kiamat) QS. Al Zumar : 60

254 KULIAH ISLAM I : Aqidah


2. Yaumul ba’ast (hari kebangkitan) QS. Al Rum : 56
3. Yaumul hisab (hari perhitungan) Qs. Al Mukmin : 27
4. Yaumul dien (hari pembalasan) QS. Al Fatihah : 3
5. Yaumul fath (hari kemenangan) QS. Al Sajdah : 29
6. Yaumul talaq (hari pertemuan) QS. Al Mukmin : 15-16
7. Yaumul jam’I (hari perhimpunan) QS. Al Thaghabun : 9)
8. Yaumul Thagabun (ditampakkan kesalahan) QS. Al Thagh-
abun : 9).
9. Yaumul khulud (hari kekekalan) QS. Qaf : 34
10. Yaumul khuruj (hari keluar) QS. Qaf : 42
11. Yaumul hasrah (hari penyesalan) QS. Maryam : 39
12. Yaumul tanad (hari panggil memanggil) QS. Al mukmin 32
13. Yaumul fashl (hari keputusan) QS. An Naba’ 17
14. Assa’ah (waktu) QS. Al Qamar : 1
15. Al akhirah (hari akhir) QS. Al A’la : 16-17
16. Al Azifah (peristiwa yang dekat) QS. An Nazm : 57
17. Al Thammah (mala petaka besar) QS. An Nazi’at : 34
18. Ashakhkhakh (toupan sangkakala) QS. Abasa : 33
19. Al Ghasiyah (kejadian yang menyelubungi) Qs. al Ghasi-
yah:1
20. Al Waqi’ah (peristiwa besar) QS. Al Waqi’ah : 1
21. dan lain-lain
Beriman kepada hari kiamat berarti meyakini dengan
sepenuh hati adanya pembalasan amal perbuatan manusia

KULIAH ISLAM I : Aqidah 255


s­ elama hidup di dunia. Hidup sesudah mati itulah yang disebut
hari kiamat. Kita wajib percaya tentang hari akhir dan segala
yangh terjadi di dalamnya tenytang kerusakan ala mini, serta
­percaya akan hal-hal yang diberitakan oleh Rasulullah ­shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan riwayat mutawatir tentang ­kebangkitan
dari kubur, pengumpulan di Mahsyar, pemeriksaan, maka
­Allah ­subhanahu wa ta’ala member keputusan tentang perbuatan
orang, lalu ada yang masuk neraka selama-lamanya tidak keluar
dari padanya, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik,
dan ada yang masuk kemudian keluar dari neraka, yaitu orang-
orang mukmin yang berbuat dosa, dan ada yang masuk ­surga
dan kekal yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar. (PP
Muhammadiyah, tt : 18-19).
Hari kiamat pasti terjadi, walaupun waktunya tidak d­ iketahui
oleh siapapun, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. ­Firman Allah
subhanahu wa ta’ala. “Mereka menanyakan k­ epadamu tentang
kiamat: “Kapankah terjadinya?” K ­ atakanlah:­­“Sesungguhnya
pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; t­ idak
seorang pun yang dapat menjelaskan waktu ­kedatangannya
­selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-­haranya bagi ­makhluk)
yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka b
­ ­ertanya
kepadamu ­
­ seakan-akan kamu benar-benar ­ mengetahuinya.
Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari ­kiamat
itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
­mengetahui.

‫اها قُ ْل إَِّنَا ِع ْل ُم َها ِعْن َد َرِّب َل ُيَلِّ َيها‬ ِ ‫الس‬


َ َّ ‫ك َع ِن‬
َ ‫اعة أ ََّي َن ُم ْر َس‬ َ َ‫يَ ْسأَلُون‬
ً‫ض َل َتْتِي ُك ْم إَِّل بـَ ْغتَة‬ ِ ‫ات َو ْال َْر‬ ِ ‫السماو‬ ِ ْ َ‫لِوقْتِ َها إَِّل ُهو ثـَُقل‬
َ َ َّ ‫ت ف‬ َ َ
َِّ ‫يسأَلُونَك َكأَنَّك ح ِفي عنـها قُل إَِّنَا ِع ْلمها ِعْن َد‬
‫الل َولَ ِك َّن أَ ْكثـََر‬ َُ ْ َْ َ ٌّ َ َ َ َْ
ِ ‫الن‬
‫َّاس َل يـَْعلَ ُمو َن‬
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah
terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang
­kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat

256 KULIAH ISLAM I : Aqidah


menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat
berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi.
kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-ti-
ba”. mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
­mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang
bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia
tidak Mengetahui”. (QS. Al A’raf : 187).
Ayat semakna juga terdapat dalam QS.Lukman: 34, ­­Fushilat
: 47, az Dzukhruf : 85)
Berita dari Al-qur’an tentang kiamat disebutkan ­ secara
­ erulang sebanyak 153 kali, dan hari akhir atau akhirat ­disebut
b
12 kali. Hal ini menunjukkan bahwa berita dari kitab suci
yang diyakini kebenarannya. Berarti hal yang diberitakan itu
pasti terjadi, walaupun manusia tidak diberikan ilmu untuk
­mengetahuinya kecuali hanya sedikit saja. Manusia mengetahui
hari kiamat itu sebatas dari tanda-tanda yang diberitakan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala. dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
dalam hadits mutawatir.

B. Kiamat Menurut Pandangan Islam


Islam merupakan ajaran yang realistis, logis dan ­hampir
­semunya yang ditetapkan dalam al Quran dan Hadits R ­ asulullah
bisa dibuktikan secara ilmiah. Demikian pula informasi yang
berkaiatan dengan hari kiamat ini, sudah dijelaskan secara ­tutas.
Misalnya bahwa hari kiamat itu tidak ada yang tahu ­kapan
­datangnya, umat Islam tidak boleh ragu akan ­kedatangannya,
bahkan kiamat itu datang dengan tiba-tiba, sebagaimana ­firman
Allah :

‫َص َد ُق‬ ِ ِ ‫الل َل إِلَه إَِّل هو لَيجمعنَّ ُكم إِ َل يـوِم الْ ِقيام ِة َل ري‬
ْ ‫ب فيه َوَم ْن أ‬
َ َْ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ َُّ
‫الل َح ِديثًا‬
َِّ ‫ِمن‬
َ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 257


yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang yang lebih
benar perkataan(nya) dari pada Allah (QS. An Nisa : 87)

‫ث َم ْن ِف الْ ُقبُوِر‬
ُ ‫اللَ يـَبـَْع‬ َّ ‫ب فِ َيها َوأ‬
َّ ‫َن‬ ِ ‫الس‬
َ ْ‫اعةَ آَتيَةٌ َل َري‬ َّ ‫َوأ‬
َ َّ ‫َن‬
Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua
orang di dalam kubur. (QS. Al Hajj : 7)
َِّ ‫اب‬
َّ ‫الل أ َْو َتْتِيـَُه ُم‬ ِ ‫اشيةٌ ِمن َع َذ‬
ِ ِ ِ
‫اعةُ بـَ ْغتَةً َوُه ْم‬
َ ‫الس‬ ْ َ ‫أَفَأَمنُوا أَ ْن َتْتيـَُه ْم َغ‬
‫َل يَ ْشعُُرو َن‬
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah
yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada ­mereka
secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya? (QS.
­
­Yusuf : 107)
Ibnu Katsir menafrirkan ayat 107 surat Yusuf ini dengan
ayat yang lain, yaitu surat an-Nahl ayat 45-46 :

‫ض أ َْو َيْتِيـَُه ُم‬ ِِ َّ ‫ات أَ ْن َيْ ِسف‬ ِ ‫السيِئ‬ ِ َّ ِ


َ ‫اللُ ب ُم ْال َْر‬ َ َ ‫أَفَأَم َن الذ‬
َّ َّ ‫ين َم َكُروا‬
‫) أ َْو َيْ ُخ َذ ُه ْم ِف تـََقلُّبِ ِه ْم فَ َما‬54( ‫ث َل يَ ْشعُُرو َن‬ُ ‫اب ِم ْن َحْي‬ُ ‫الْ َع َذ‬
ِ ِ
)64( ‫ين‬ َ ‫ُه ْم بُْعج ِز‬
Maka Apakah orang-orang yang membuat makar yang ­jahat
itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh
­Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari
tempat yang tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka
diwaktu mereka dalam perjalanan, Maka sekali-kali mereka ­tidak
dapat menolak (azab itu). (QS. An – Nahl : 45 – 46)
Dalam banyak hadits Rasulullah menyebutkan tentang
­kiamat. Seperti hadits berikut :

ٍ ‫يك عن ِس‬
‫اك َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َسَُرَة َرفـََع ُه‬ ِ
َ ْ َ ٌ ‫َس َوُد بْ ُن َعام ٍر َح َّدثـَنَا َش ِر‬
ْ ‫َح َّدثـَنَا أ‬

258 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫ال‬
َ َ‫اعةُ ق‬ ِ ِ ِ ِ ‫ال َل يـز ُال ه َذا ال ِّد‬
َ ‫الس‬َّ ‫وم‬ َ ‫صابَةٌ َح َّت تـَُق‬
َ ‫ين قَائ ًما يـَُقات ُل َعلَْيه ع‬
ُ َ ََ َ َ‫ق‬
ٍ ‫ب قـ ْلت لِ َش ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ٌ ‫ش ِر‬
‫يك َع َّم ْن ذَ َكَرهُ ُه َو‬ ُ ُ ٍ ‫يك َس ْعتُهُ م ْن أَخيه إِبـَْراه َيم بْ ِن َح ْر‬ َ
ِ ِ
‫ال َع ْن َجابر بْ ِن َسَُرَة‬
َ َ‫لَ ُك ْم أَنـْتُ ْم ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir,
telah menceritakan kepada kami Syarik dari Simak dari
Jabir bin Samurah secara marfu’; “Agama ini akan selalu
kokoh dan kuat, dan sekelompok dari umatku akan tetap
memperjuangkannya hingga datangnya kiamat.” Syarik
berkata; Aku mendengarnya dari saudaranya yaitu Ibrahim
bin Harb, lalu aku tanyakan pada Syarik tentang apa yang
telah ia sebutkan kepada kalian, Syarik mengatakan, dari
Jabir bin Samurah.” (Musnad Ahmad 19943, 20103)

C. Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan


Semua ciptaan Allah di bumi dan di langit pasti akan
mengalami kehancuran total alias kiamat bermula dari
­
berkontraksinyaalam semesta. Kalimat Apabila matahari
­
­digulung menggambarkan saat alam semesta mulai mengerut.
Ketika itulah galaksi-galaksi mulai saling mendekat dan
­bintang-bintang, termasuk tata surya, saling bertumbukan atau
dengan kata jatuh satu sama lain.
Alam semesta makin mengecil, akhirnya semua materi
di alam semesta akan runtuh kembali menjadi satu ­kesatuan
seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big
­
Crunch ­(keruntuhan besar) sebagai kebalikan dari Big Bang,
­ledakan besar saat penciptaan alam semesta. Kejadian inilah
yang tampaknya digambarkan dalam Surat Al Anbiya ayat 104
dengan mengumpamakan pengerutan alam semesta s­eperti
makin mampatnya lembaran kertas yang digulung. “Pada
hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran buku.
­Sebagaimana Kami telah memulai awal penciptaannya akan
Kami ulangi seperti itu.” (Thomas Djamaluddin, 2006 : 81-82)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 259


Achmad Baiquini, mengemukakan beberapa teori tentang
hari kiamat, yaitu :
Pertama :  Menurut Prof. Achmad Baiquini Msc. Ph.D.
* Skenario pertama menggambarkan habisnya bahan bakar
temonuklir yaitu hidrogen dalam  matahari. Kalau ­reaksi
nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin
dan bumi akan  membeku. Tak ada tanaman yang akan
­tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang
­dibutuhkan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya
berkisar sekitar lima milyar tahun.
* Skenario kedua menggambarkan habisnya hidrogen dibumi.
jika hidrogentersebut habis, maka semua makhluk hidup
akan mati membeku seperti pada skenario pertama. Barang-
kali selama milyaran tahun juga.
* Skenario ketiga menggambarkan mengembangnya ­matahari.
Sebagaimana diketahui, matahari merupakan salah satu
­bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat ­dengan 
bumi. Evolusi matahari akan mengikuti bintang-bntang lain-
nya yaitu bila ia telah “Padam” ia akan menyusut ­menjadi
kecil sampai pada suatu saat ketika energy ­ gravitasinya
­berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang
raksasa merah. Pada kondisi demikian sistem tata surya
­sebagian (termasuk bumi kita) akan tertelan oleh matahari.
semua makhluk hidup akan mati terbakar.

Kedua : Menurut astronomi


Berdasarkan astronom Sir Jame Jeinz bumi yang kita
­diami ini, begitu pula planet-planet lain dari tata surya, ­beredar
­diangkasa mengelilingi matahari. Peredaran itu ­berjalan rapi
tanpa terjadi benturan. Tiada lain hanyalah karena diatur
­
­dengan sempurna oleh Maha pencipta. Sunnatullah itu ­berupa
daya tarik menarik antara bumi dengan matahari, maupun
­dengan planet-planet lain dengan perimbangan yang ­serasi.
Namun menurut teori ilmu alam, daya tarik menarik itu
­

260 KULIAH ISLAM I : Aqidah


t­ idakklah ­selamanya utuh. Kian lama kian surut, akhirnya ­habis
sama sekali.
Maka dapat dibayangkan apa yang terjadi, andaikata suatu
saat keseimbangan daya tarik menarik itu telah tiada lagi, maka
bumi kita ini akan bertubrukan dengan planet-planet lain, atau
meluncur dengan kecepatan yang maha dahsyat ­menubruk
matahari. Kejadian itu dapat menjadikan semua yang ada
­
­dibumi ini akan hancur lebur sebagaimana dijelaskan dalam
­kitab suci Al Qur’an.

Ketiga : Menurut Geologi


Bumi ini terjadi dari semacam gas panas atau nebula. ­Dalam
waktu jutaan tahun gas panas itu makin lama makin dingin,
­sehingga akhirnya membeku dan menjadi zat padat seperti
yang terdapat pada kulit bumi. Tetapi dalam perut bumi yang
besar itu masih tersimpan gas-gas panas yang, menurut ­sifatnya
berkembang dan mendesak arah ke luar, dan kulit bumi tidak
meletus karena hanya ada tekanan udara atau ­atmosfir dari
luar hingga tekanan dari dalam dan tekanan dari luar seimbang
adanya. Suatu saat terjadi tekanan gas panas dari dalam bumi
sehingga terjadilah letusan gunung dan gempa.
Setiap benda panas lama-lama akan menjadi dingin,
­demikian juga gas yang ada diperut bumi lambat laun akan
cair dan beku, serta tekanannya akan berkurang, bahkan
­lenyap sama sekali. Peristiwa tersebut mengakibatkan bumi ini
pecah oleh tekanan atmosfir dari luar. Tak ubahnya bagai telur
­diremas oleh tangan yang kuat, hingga isinyapun t­erpencar
berhamburan, sebagaimana telah digambarkan dalam Al
­
Qur’an.

Keempat :  Menurut Fisika


Siapa saja umat Islam yang mengaku dirinya beriman ­pasti
yakin kiamat akan tiba. Kiamat adalah keniscayaan meski-
pun hal itu artinya ras manusia harus punah. Mengacu pada

KULIAH ISLAM I : Aqidah 261


Alquran dan hadis, banyak sudah gambaran ciri-ciri manakala
hari ­kiamat akan tiba. Tetapi ahli fisika Febdian Rusydi ­punya
penjelasan ilmiah mengenai bagaimana terjadinya ­
­ kiamat.
“Yang pertama itu kiamat di bumi. Skenario kiamat yang bisa
diprediksi oleh sains terjadi di bumi,”. Bumi terdiri dari lapisan-
lapisan. Paling dalam adalah inti yang bentuknya ­solid dan
cair. Lapisan ­berikutnya adalah mantel yang terdiri dari ­silikat,
gabungan silikon dan air.
Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas ini
berputar di dalam mantel dan bisa menggerakkan ­bagian ­kerak
(crust) bumi sehingga muncul gempa. Febdian ­mengatakan
­kiamat terjadi di bumi ketika sistem gravitasi yang ada m ­ enjadi
kacau oleh aliran panas bumi di lapisan mantel. Saat itulah ­terjadi
pergerakan lempengan bumi yang ­ditandai dengan m ­ unculnya
gempa. Saat terjadi gempa orang akan sulit sekali berjalan.
“Saat normal, gravitasi seragam di setiap permukaan bumi.
Tapi saat gempa gravitasi tidak lagi ­seragam di daerah gempa,”
ujarnya. Pergerakan lempeng di bumi itu terus b ­ erlanjut alias
berevolusi. Bukti ilmiah menunjukkan dulu di bumi hanya ada
satu kontinen besar sebelum akhirnya terpecah-pecah menjadi
yang sekarang ini.
Pengaruh gaya gravitasi itu begitu besar. Sehingga bila
t­erjadi gempa dengan skala yang luar biasa maka efek yang
­dihasilkannya pun besar pula. “Gunung pun bisa ­tercungkil
atau dengan kata lain bisa terangkat dan terbalik. Itulah ­skenario
kiamat di bumi,” terangnya. Dan gunung-gunung seperti
­
bulu yang d­ ihambur-hamburkan. (Q.S. Al Qariah:5) Febdian
­mengatakan soal waktu tepatnya kiamat terjadi tetap hanya
­Allah yang tahu. Tetapi Allah juga telah memerintahkan untuk
belajar dan mencari tahu tentang misteri alam atau lingkungan.

Kelima : Teori Perang Dunia ke III atau perang Nuklir


Menurut Malaikat Jibril, setiap Nuklir yang diuji-cobakan
di bumi, seperti baru-baru ini oleh Korea Utara, membuat
bumi bergetar dan bergetarnya bumi telah membuat poros

262 KULIAH ISLAM I : Aqidah


edar bumi terhadap matahari berubah. Sekarang manusia
merasakan perubahan iklim menjadi panas yang luar biasa. Para
ilmuwan memperkirakan teori efek rumah kaca (Green House
Effect), yaitu pencemaran udara di bumi akan ­mengakibatkan
bertambah panasnya suhu udara dibumi dan menipisnya
­
lapisan ozon membuat sinar matahari dapat langsung tanpa
hambatan ke bumi. Mereka mengesampingkan kemungkinan
berubahnya poros edar bumi terhadap matahari dan semakin
mendekati matahari.
Kombinasi perang nuklir pada perang dunia III dan peru-
bahan iklim di bumi yang selain efek rumah kaca juga diper-
parah oleh berubahnya poros bumi semakin mendekati ma-
tahari, maka dapat dipastikan musnahnya kehidupan dibumi
ini. Siapapun tidak akan bisa bertahan hidup dengan radiasi
nuklir yang diledakkan, kalaupun bisa, mereka tidak akan ber-
tahan hidup karena nuklir mengubah poros edar bumi semakin
mendekati matahari dan efek rumah kaca. Bumi yang semakin
panas akan membuat spesies manusia musnah.

Keenam : Teori komet


Menurut para ilmuwan, musnahnya spesies Dinosaurus
disebabkan oleh tabrakan komet besar dengan bumi, dimana
ketika komet besar itu menabrak bumi, panas yang dihasilkan
dari pembakaran ketika masuknya komet tersebut ke dalam
­atmosfer, dan kemudian ketika komet itu menyentuh bumi akan
memusnahkan kehidupan yang ada dibumi ini. Jangan berpikir
komet yang skala kecil, kita berbicara komet skala s­ angat besar.
Kita sering melihat komet masuk ke bumi itu ­adalah komet
skala kecil yang tidak memberikan dampak apa-apa terhadap
bumi.
Salah satu jenis komet besar yang pernah jatuh ke bumi
adalah komet yang jatuh di Sumatera Utara ribuan tahun
­
yang lalu dan hasil benturan bumi dengan komet tersebut
­membentuk Danau Toba yang sekarang kita kenal. Ketika
Gunung Tambora di Nusa Tenggara meletus di abad ke 18,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 263


terjadi perubahan iklim seluruh bumi yang dikenal dengan
sebutan “Setahun bumi tanpa sinar matahari”, itu baru kelas
gunung meletus saja, dan efeknya adalah banyak manusia yang
meninggal karena tanpa sinar matahari, gagal panen, penyakit
berjangkit, dan lain sebagainya.

Ketujuh : Badai Matahari


Menurut ilmuwan Amerika, akan terjadi Badai Matahari
yang sudah lebih besar dari pada badai matahari sebelumnya
yang berkemungkinan menimbulkan efek bencana besar pada
bumi. Badai yang menurut penelitian dari National Academy
Od Sciences, Amerika, sangat besar kemungkinannya ­terjadi.
Studi tersebut mendapat sponsor dari NASA. Cara hidup
yang modern dan cenderung tergantung pada kecanggihan
­teknologi memungkinkan memicu ketidaksengajaan untuk diri
kita sendiri terperangkap dalam keadaan yang super berbahaya.
Lihatlah, beberapa akibat dari efek rumah kaca, ­global
­ arming, produksitas karbon dioksida, yang membuat p
w ­ enipisan
zat pelindung yang terkandung dalam atmosfir sebagai ­pelinding
bumi dari sengatan ultraviolet ­matahari. ­Namun, ada pendapat
ahli yang mengatakan berbeda. ­Mereka m ­ empertimbangkan
dampak badai matahari yang akan ­ terkonsentrasikan oleh
­aktifitas di dalam atmosfir. Dan ­disebabkan oleh efek rintangan
dari atmosfir dan medan magnet bumi akan mempengaruhi
perjalanan badai ke bumi. Secara teori, badai matahari sebelum
masuk ke permukaan bumi yang sesungguhnya, akan dihalangi
oleh lapisan atmosfir terlebih dahulu.
Di atmosfir badai tersebut akan terus menerus ­terbakar,
sejumlah ultraviolet dilepaskan, menyebabkan densitas lapisan
ionosfir meningkat tinggi dan mengganggu gelombang
pendek di angkasa. Pada umumnya badai matahari tidak akan
­menembus lapisan atmosfir yang akan memberikan ancaman
bagi spesies bumi.

264 KULIAH ISLAM I : Aqidah


D. Tanda-Tanda Kiamat
Tanda-tanda hari kiamat atau hari akhir begitu banyak di
­sebutkan dalam Al Qur’an seperti ; “Maka tidaklah yang ­mereka
tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang datang
­kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah
datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka
kesadaran mereka itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS
Muhammad: 18)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah m
­ enjelaskan
tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir.
Agar dapat memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini,
kita ­harus merenungkan ayat ini. Sebaliknya, seperti yang
­ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan berguna
sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa tidak diragukan
lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.

‫ث َم ْن ِف الْ ُقبُوِر‬
ُ ‫اللَ يـَبـَْع‬ َّ ‫ب فِ َيها َوأ‬
َّ ‫َن‬ ِ ‫الس‬
َ ْ‫اعةَ آَتيَةٌ َل َري‬ َّ ‫َوأ‬
َ َّ ‫َن‬
“Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua
orang di dalam kubur.” (QS Al Hajj: 7)

ٌ‫اعةَ َلَتِيَة‬ َّ ‫ض َوَما بـَيـْنـَُه َما إَِّل ِب ْلَ ِّق َوإِ َّن‬ ِ َّ ‫وما خلَ ْقنَا‬
َ ‫الس‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ ََ
‫يل‬ ِ
َ ‫الَم‬
ْ ‫الص ْف َح‬
َّ ‫اص َف ِح‬
ْ َ‫ف‬
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan ­Sesungguhnya
saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka)
dengan cara yang baik” (QS Al Hijr: 85)
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa
­pesan Al Qur’an tentang Hari Akhir difirmankan lebih dari
1400 tahun lalu, dan masa itu sudah lama, jika dibandingkan
dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di sini ­tersirat
persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-bintang,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 265


s­ ingkatnya, alam semesta. Ketika kita menganggap bahwa alam
semesta berusia miliaran tahun, maka empat belas abad adalah
suatu jangka waktu yang sangat pendek. (Harun Yahya : 1)
Diantara tanda-tanda kiamat yang dijelaskan oleh para
­ulama adalah :

1. Kemenangan kaum Muslimin terhadap Yahudi


Pada prinsipnya kaum Yahudi diberikan kelebihan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala, dalam segala hal, terlebih dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. ­Sehingga
dewasa ini hampir semua teknologi canggih dikuasai oleh
­Yahudi, baik dari sisi ekonomi dan monoter, politik, social,
­budaya maupun dari sisi persenjataan dan militer. ­Kelebihan
dan keunggulan Yahudi ini ternyata diberikan oleh Allah
­Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya :

‫ض ْلتُ ُك ْم َعلَى‬ ُ ‫ت الَِّت أَنـَْع ْم‬


ِّ‫ت َعلَْي ُك ْم َوأ‬
َّ َ‫َن ف‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َي بَِن إ ْسَرائ‬
َ ‫يل اذْ ُكُروا ن ْع َم‬ ِ
‫ني‬
َ ‫الْ َعالَم‬
Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah
Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu atas
segala umat. (QS. Al baqarah : 122).
Salahsatu contoh kemajuan Yahudi dari sisi ­teknologi a­ dalah
ditemukan dan dikembangkannya “chip”. Seorang p ­endeta
kristen; mengatakan bahwa bentuk dari penguasaan dunia
oleh Yahudi sebagai tanda anhir zaman adalah ­dipasangya chip
pada setiap manusia sebagai identittas. Karena chip ­tersebut
­merupakan pengganti KTP dan berisi segala identitas seperti
passport, akun bank,surat ijin mengemudi dan data-data lain-
nya, maka jika menolak menggunakan chip kita akan menjadi
seorang yang tak memiliki ID.Hidup kita akan seperti orang-
orang yang berdiam dipinggir jalan, atau di kolong jembatan,
dimana salah satu masalah mereka ialah mereka tidak m ­ emiliki
ID/KTP,sehingga mereka kesulitan untuk bergerak dan
­mencari kerja. (Pdt. Jopie Ratu, dkk, 60)

266 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Akan tetapi, dibalik kemajuan dan kecanggihannya itu,
kaum Yahudi menyalahgunakan pemberian Allah Subhanahu
wa ta’ala itu. Mereka mengetahui sesuatu itu tidak baik t­etapi
mereka melanggarnya atau sebaliknya, mereka senantiasa
­
melakukan kezaliman. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ص ِّد ِه ْم‬ ِ ٍ
ْ َّ‫ادوا َحَّرْمنَا َعلَْي ِه ْم طَيِّبَات أُحل‬
َ ِ‫ت َلُْم َوب‬ ُ ‫ين َه‬
ِ َّ ِ ٍ ِ
َ ‫فَبظُْلم م َن الذ‬
َِّ ‫عن سبِ ِيل‬
‫الل َكثِ ًريا‬ َ َْ
Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi, Kami ha-
ramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (QS. An Nisa : 160).
Karena keingkaran dan kezalimannya, suatu saat akan
dikalahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yakni melalui
tangan-tangan kaum muslimin, dan kaum muslimin akan
­
­diwariskan kekuasaan untuk memimpin dan mengendalikan
dunia. Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan hal ini dalam
Al-Quran SuratAn-Nuurayat 55 yang artinya :

“Allah Subhanahu wa ta’ala telah berjanji kepada orang-


orang yang beriman di antara kamu dan m ­ engerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
­menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang yang sebelum ­
­ mereka
­berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi ­mereka
agama yang telah diridhai-Nya untuk ­mereka, dan Dia benar-­
benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah ­mereka
­berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. ­Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tidak ­ mempersekutukan
apa pun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
­sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik”
Dalam sejumlah ayat juga dikatakan bahwa adalah­
­sunnatullah bagi hamba-hamba Allah yang beriman dan ­hidup

KULIAH ISLAM I : Aqidah 267


dalam agama yang benar dalam hati mereka akan menjadi
­pewaris dunia ini.

ِ ‫الص‬ ِ ِ َّ ‫الزبُوِر ِم ْن بـَْع ِد ال ِّذ ْك ِر أ‬


َّ ‫َولََق ْد َكتـَبـْنَا ِف‬
‫الُو َن‬ َ ‫ض يَِرثـَُها عبَاد‬
َّ ‫ي‬ َ ‫َن ْال َْر‬
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami
tulis dalam Lauhul Mahfuzh), bahwasanya bumi ini dipusakai
(oleh) hamba-hamba-Ku yang saleh (QS. Al Anbiya’: 105)
Kemenangan dan kekuasaan kaum Muslikmin itu
­tidak diraih dengan cara yanhg mudah. Akan tetapi melalui
­peperangan panjang yang akhirnya Allah SUBHANAHU WA
TA’ALA mengalahkan bangsa Yahudi:

ِ
‫َخبـََرَن َج ِر ٌير َع ْن عُ َم َارَة بْ ِن الْ َق ْع َق ِاع َع ْن‬ ْ ‫اق بْ ُن إِبـَْراه َيم أ‬
ُ ‫َح َّدثـَنَا إِ ْس َح‬
‫اللُ َعلَْي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫الل َعْنه َعن رس‬ ِ
َ ‫الل‬ ُ َ ْ ُ َُّ ‫أَِب ُزْر َعةَ َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َرض َي‬
ِ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫الَ َج ُر َوَراءَه‬
ْ ‫ول‬ َ ‫ود َح َّت يـَُق‬ َ ‫اعةُ َح َّت تـَُقاتلُوا الْيـَُه‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ ُ ‫ال َل تـَُق‬
ِ ٌّ ‫ود‬ ِ ‫ي ي مسلِم ه َذا يـه‬ ِ
ُ‫ي َوَرائي فَاقـْتـُْله‬ َُ َ ُ ْ ُ َ ُّ ‫الْيـَُهود‬
“Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim ­telah
mengabarkan kepada kami Jarir dari ‘Umarah bin Al Qa’qa’
dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:Tidak
akan datang hari qiyamat hingga kalian memerangi orang-
orang Yahudi hingga batu yang di baliknya bersembunyi
­seorangYahudi akan berkata: “Wahai Muslim, ini Yahudi di
belakangku bunuhlah dia”. (Shahih Bukhari 2709, Shahih
Muslim 5203, Musnad Ahmad 10437, 9029 ditambahkan;
kecuali pohon garqat karena pohon itu milik Yahudi)
Allah pasti akan menepati janji-janji-Nya. Kegigihan kaum
muslimin memperjuangkan Islam dan menaklukkan ajaran
sesat, paham-paham yang menyimpang, dan pemahaman
­
agama yang salah membutuhkan pengorbanan yang besar
­
(jihad), orang-orang kafir dan musyrik, bahkan Yahudi yang
tampil dengan segala kecanggihannya tidak dapat mencegah

268 KULIAH ISLAM I : Aqidah


terjadi penguasaan dunia oleh kaum muslimin sebagaiman
yang telah Allah janjikan.

2. Terbelahnya bulan
Surat ke-54 di dalam Al Qur’an disebut ‘Surat Al Qamar.’
Dalam bahasa Arab, qamar berarti bulan. Dalam beberapa
hal, surat ini menjelaskan kehancuran yang menimpa kaum
Nuh, ‘Aad, Tsamud, Luth dan Fir’aun, karena mereka menolak
­peringatan para nabi. Bersamaan dengan itu, ada sebuah p
­ esan
yang sangat khusus disampaikan di ayat pertama berkenaan
dengan Hari Akhir.

‫اعةُ َوانْ َش َّق الْ َق َمُر‬ ِ ‫اقـتـرب‬


َ ‫الس‬
َّ ‫ت‬ َََ ْ
“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah
­terbelah bulan” (QS Al Qamar: 1)
Kata ‘terbelah’ yang digunakan di ayat ini berasal dari
­bahasa Arab, syaqqa, yang mempunyai berbagai makna. Dalam
sejumlah tafsir atas ayat Al Qur’an ini, makna ‘terbelah’ lebih
tepat.
Apabila kita kembali ke tahun 1969, kita dapat m ­ elihat
salah satu keajaiban Al Qur’an. Berbagai ­eksperimen yang
­dilakukan di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 ­mengisyaratkan
­terbuktinya berita yang disampaikan 1.400 ­tahun lalu ­dalam S­ urat
Al ­Qamar. Pada saat itu, para ­astronot Amerika ­menjejakkan
­kakinya di b ­ ulan. Setelah menggali tanah di bulan, mereka
melakukan berbagai percobaan ­ ilmiah dan ­mengumpulkan
contoh ­batu-batuan dan tanah,mereka ­mengambil ­kesimpulan
bahwa bulan pernah terbelah menjadi dua lalu disatukan
­kembali. Tentu sangat menarik bahwa b ­ erbagai kejadian ini
­sesuai sepenuhnya dengan pernyataan dalam ayat ini.
Dalam berbagai hadits yang sampai kepada kita dari
­Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, disampaikan ­berita
­mengenai Hari Akhir dan Masa Keemasan Islam. Ketika kita
membandingkan tanda-tanda ini dengan berbagai ­peristiwa

KULIAH ISLAM I : Aqidah 269


yang terjadi di masa kini, kita dapat melihat berbagai p
­ etunjuk
­bahwa kita tengah hidup dalam Hari Akhir. Kita juga dapat
­melihat petunjuk yang mengabarkan datangnya Masa K ­ eemasan
Islam.
Di sini, mungkin akan muncul keraguan di benak kita dalam
hal kebenaran dan kesahihan hadits-hadits mengenai Hari ­Akhir
ini. Ada sebuah cara untuk membedakan hadits yang sahih
­dengan hadits yang palsu. Seperti kita ketahui, hadits ­mengenai
Hari Kiamat berkaitan dengan berbagai peristiwa yang akan
terjadi di masa depan. Karena alasan itu, ketika sebuah hadits
memang terbukti dengan berjalannya waktu, semua keraguan
tentang sumber pernyataan itu menjadi sirna.
Sejumlah ilmuwan Islam yang melakukan penelitian
t­entang masalah Hari Akhir dan tanda-tanda Hari Kiamat
­telah ­menggunakan syarat ini. Seorang ahli tentang masalah ini,
­Bediuzzaman Said Nursi, berkata bahwa hadits tentang Hari
Akhir yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang ­telah
bisa diamati pada masa kita menunjukkan kebenaran hadits
tersebut. (Bediuzzaman Said Nursi dalam Harun Yahya : 2)
Sebagian tanda-tanda yang diberitakan dengan hadits
ini dapat diamati di beberapa tempat di dunia dalam jangka
waktu 1400 tahun sejarah Islam. Akan tetapi hal ini belum
­membuktikan bahwa jangka waktu itu adalah Hari Akhir. Untuk
jangka waktu tertentu yang dapat disebut Hari Akhir, seluruh
tanda-tanda Hari Akhir harus telah dapat dilihat ­kejadiannya
pada jangka waktu yang sama.

‫ش َع ْن إِبـَْر ِاه َيم َع ْن أَِب َم ْع َم ٍر َع ْن‬ِ ‫َع َم‬


ْ ‫َح َّدثـَنَا َعْب َدا ُن َع ْن أَِب َحَْزةَ َع ْن ْال‬
‫اللُ َعلَْي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ َِّ ‫عب ِد‬
َّ ‫الل َر ِض َي‬
َ ‫َّب‬ِّ ‫ال انْ َش َّق ِ الْ َق َم ُر َوَْن ُن َم َع الن‬َ َ‫اللُ َعْنهُ ق‬ َْ
‫ُّحى َع ْن‬ َ َ‫الَبَ ِل َوق‬ ِِ
َ ‫َو َسلَّ َم ب ًن فـََق‬
َ ‫ال أَبُو الض‬ ْ ‫ت ف ْرقَةٌ َْن َو‬ ْ َ‫ال ا ْش َه ُدوا َو َذ َهب‬
‫يح‬ٍ ‫الل انْ َش َّق ِبَ َّكةَ َو َتبـََعهُ ُمَ َّم ُد بْ ُن ُم ْسلٍِم َع ْن ابْ ِن أَِب َِن‬
َِّ ‫وق عن عب ِد‬ ٍ
َْ ْ َ ‫َم ْسُر‬
َِّ ‫اه ٍد عن أَِب معم ٍر عن عب ِد‬
‫الل‬ ِ
َْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ‫َع ْن ُم‬

270 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan dari Abu
Hamzah dari Al A’masy dari Ibrahim dari Abu Ma’mar
dari Abdullah radliallahu ‘anhu berkata; Bulan terbelah
saat kami sedang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi ­wasallam
di Mina, lalu beliau bersabda: “Saksikanlah”. ­Kemudian
­sekelompok orang pergi ke atas gunung. Dan Abu adl
Dluha berkata dari Masruq dari Abdullah; Bulan pernah
terbelah di Makkah... Dan diperkuat pula hadits ini oleh
Muhammad bin Muslim dari Ibnu Abu Najih dari ­Mujahid
dari Abu Ma’mar dari Abdullah (Shahih Bukhari 3580,
4446, Shahih Muslim 5014, 4490 dan banyak hadits lain
menjelaskan terbelahnya bulan)

3. Peperangan, kekacauan dan Bencana


Peperangan dan kekacauan yang dimaksud adalah
­terjadinya permusuhan berkepanjangan antara umat beragama,
dan terjadinya penyiksaan dan pembunuhan tanpa alasan yang
benar. Rasulullah menyebutfenomenainidenganistilah al Harj,
sebagaimana hadits berikut :

‫َخبـََرِن ُحَْي ُد بْ ُن َعْب ِد‬ ِّ ‫الزْه ِر‬


َ َ‫ي ق‬
ْ ‫ال أ‬ ُّ ‫ب َع ْن‬ٌ ‫َخبـََرَن ُش َعْي‬
ِ
ْ ‫َح َّدثـَنَا أَبُو الْيَ َمان أ‬
ِ َّ ‫الل صلَّى‬ ِ ُ ‫ال رس‬
‫ب‬ُ ‫اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يـَتـََق َار‬ َ َّ ‫ول‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َن أ ََب ُهَريـَْرَة ق‬َّ ‫الر ْحَ ِن أ‬َّ
‫ال‬َ َ‫ُّح َويَ ْكثـُُر ا ْلَْر ُج قَالُوا َوَما ا ْلَْر ُج ق‬
ُّ ‫ص الْ َع َم ُل َويـُْل َقى الش‬ ُ ‫الزَما ُن َويـَنـُْق‬ َّ
‫الْ َقْت ُل الْ َقْت ُل‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman ­telah
mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri dia ­berkata;
telah mengabarkan kepadaku Humaid bin ­Abdurrahman
bahwa Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Zaman semakin dekat, amalan kian
berkurang, kekikiran semakin banyak dan al Harj ­semakin
merajalela.” Mereka bertanya; “Apakah al Harj itu? B­ eliau

KULIAH ISLAM I : Aqidah 271


menjawab: “Pembunuhan, ­ pembunuhan.” (Shahih
Bukhari 5577, 4827, Abu Dawud 3713, Ibnu Majah
4042, Musnad Ahmad 6889).
ِ َ َ‫ان ح َّدثـنَا ج ِرير بن حا ِزٍم ق‬ ِ
‫ول‬
ُ ‫الَ َس َن يـَُق‬ ْ ‫ت‬ ُ ‫ال َس ْع‬ َ ُ ْ ُ َ َ َ ‫َح َّدثـَنَا أَبُو النـُّْع َم‬
‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن ِم ْن‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ ‫َّب‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ َ‫ال ق‬ َ ‫َح َّدثـَنَا َع ْمُرو بْ ُن تـَ ْغل‬
َ َ‫ب ق‬
ِ ‫ال الشَّع ِر وإِ َّن ِمن أَ ْشر‬ ِ ِ ِ ِ ‫الس‬ ِ
‫اط‬ َ ْ َ َ َ ‫اعة أَ ْن تـَُقاتلُوا قـَْوًما يـَنـْتَعلُو َن ن َع‬ َ َّ ‫أَ ْشَراط‬
ُّ ‫وه ُه ْم الْ َم َج‬
ُ‫ان الْ ُمطَْرقَة‬ َّ ‫وه َكأ‬ِ ‫الساع ِة أَ ْن تـ َقاتِلُوا قـوما ِعراض الْوج‬
َ ‫َن ُو ُج‬ ُ ُ َ َ ً َْ ُ َ َّ
Telah bercerita kepada kami Abu An Nu’man ­telah
bercerita kepada kami Jarir bin Hazim berkata aku
­
mendengar Al Hasan berkata telah bercerita kepada
­
kami ‘Amru bin Taghlab berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi
­wasallam bersabda: “Sesungguhnya diantara tanda-tanda
(dekatnya) hari qiyamat adalah kalian memerangi suatu
kaum yang m ­ emakai sandal bulu. Dan ­ sesungguhnya
­diantara ­tanda-tanda (dekatnya) hari qiyamat adalah ­kalian
­memerangi suatu kaum yang berwajah lebar, seakan-akan
wajah mereka seperti perisai yang melindungi (kulit)
­(Shahih Bukhari 2710, Ibnu Majah 4088, Ibnu mas’ud
9994, Imam Ahmad 19754, 19755, 19756).
Dunia ini tidak akan menemui akhirnya, hingga suatu hari
akan datang pada manusia, pada hari itu akan ada ­pembunuhan
massal dan pertumpahan darah. Apabila kita m ­ elihat ­empat
belas abad lalu, kita melihat berbagai ­peperangan di wilayah
tertentu sebelum abad kedua puluh. Peperangan yang
mempengaruhi s­etiap dimensi kehidupan, seperti; sistem
­
politik, ­
­ perekonomian, dan struktur social. Pada Perang
­Dunia pertama lebih dari 20 juta jiwa meninggal, perang Dunia
kedualebih dari 50 juta jiwa meninggal. Di samping itu, Perang
Dunia kedua diakui sebagai perang yang paling berdarah, ­paling
besar, dan paling ­menghancurkan dalam sejarah.
Berbagai pertentangan yang terjadi setelah Perang D
­ unia
kedua (Perang Dingin, Perang Korea, Perang Vietnam,

272 KULIAH ISLAM I : Aqidah


k­ onflik Arab-Israel dan Perang Teluk) adalah contoh di ­antara
­berbagai peristiwa yang paling gawat di zaman modern ini.
Selain itu, berbagai peperangan, pertentangan, dan perang
saudara di ­tingkat wilayah telah menyebabkan kehancuran di
berbagai belahan dunia seperti; Bosnia, Palestina, Chechnya,
­Afghanistan, Kashmir, suriah dan lainnya, berbagai masalah
terus merongrong martabat kemanusiaan.
Contoh lain bentuk ‘kekacauan’ yang menghantui
umat ­manusia yang setara dengan peperangan adalah ­teror
terorganisir tingkat internasional. Berbagai tindakan teror
­
­telah berlipat ganda jumlahnya di paruh kedua abad kedua
­puluh. Bahkan dapat dikatakan bahwa teror adalah sebuah ciri
khas abad kedua puluh. Berbagai organisasi yang bercirikan
­rasisme, komunisme, dan berbagai paham serupa, atau ­dengan
­tujuan kebangsaan, telah melakukan berbagai tindakan kejam
­dengan bantuan teknologi canggih. Dalam sejarah dunia yang
lebih terkini, berbagai tindakan teror berulang-ulang telah
­menyebabkan kekacauan. Banyak darah telah tertumpah dan
orang-orang tak bersalah yang tak terhitung jumlahnya telah
dibantai atau terbunuh.
Di masa kini, ada bahaya besar yang mengancam pola
hidup masyarakat dunia. Dengan cara yang sama ­
­ seperti
­virus ­membunuh tubuh manusia, bahaya ini m ­ engakibatkan
keruntuhan sosial yang sangat parah. Bahaya ini adalah
­
­keruntuhan nilai-nilai akhlak yang membantu ­mempertahankan
masyarakat yang sehat. Homoseksualitas, pelacuran, h ­ ubungan
seks pra-nikah dan di luar nikah, penyimpangan ­ seksual,
­pornografi, pelecehan seksual, dan peningkatan angka
­penderita penyakit kelamin, adalah sejumlah petunjuk penting
dari keruntuhan nilai-nilai akhlak.
Permulaan Hari Akhir digambarkan sebagai waktu
k­ etika silang pendapat berkembang, serta perang dan ­konflik
semakin meningkat, ketika ada kekacauan dan kehancuran
­
moral ­
­ mencuat dan manusia menjauh dari akhlak agama.
Pada ­waktu tersebut, berbagai bencana alam akan terjadi di

KULIAH ISLAM I : Aqidah 273


seluruh d­ unia, kemiskinan akan mencapai tingkat yang ­belum
terlihat sebelumnya, ada peningkatan besar dalam angka
­kejahatan, pembunuhan dan kekejaman di berbagai tempat.
Tetapi, hal ini hanyalah tahap pertama. Selama tahap kedua,
Allah akan ­menyelamatkan ­manusia dari kekacauan ini dan
­menggantikannya dengan keadaan yang penuh berkah dan
ridha-Nya dengan berlimpahnya materi, perdamaian, dan
­keamanan.

4.  Hancurnya Kota-Kota Besar


Pengembangan dan penggunaan senjata nuklir, ­pesawat
tempur, bom, rudal, dan senjata modern yang canggih
­
­lainnya t­elah menyebabkan kehancuran yang belum ­pernah
­terbayangkan sebelumnya. Berbagai senjata mengerikan ini ­telah
menyebabkan tingkat kehancuran yang belum ­pernah ­terlihat
­sebelumnya. Jelas, kota-kota besar yang menjadi sasaran ­adalah
yang paling menderita karena kehancuran ini. K ­ ehancuran
karena Perang Dunia II yang belum ada ­bandingannya ­adalah
salah satu contohnya. Dengan penggunaan bom atom di
perang terbesar di dunia itu, Hiroshima dan Nagasaki hancur
total. Akibat pemboman hebat, berbagai ibu kota Eropa dan
kota-kota penting lainnya menderita berbagai kerusakan.
Selain disebabkan oleh penggunaan berbagai ­ senjata
modern dalam berbagai peperangan antar umat ­
­ manusia,
­kerusakan kota-kota besar di dunia ini juga disebabkan oleh
berbagai bencana alam seperti; angin topan, badai, ­angin ­puyuh,
dan banjir yang menyebabkan timbunan lumpur ­menutupi
berbagai pusat pemukiman penduduk. Kemudian, gempa
bumi, letusan gunung, dan gelombang pasang air laut juga
telah menyebabkan kehancuran yang besar. Oleh ­karena itu,
seluruh kehancuran yang terjadi pada kota-kota besar ­karena
bencana-bencana memuat suatu tanda penting dan ­teguran
­dalam akan kesombongan manusia yang berani menentang
ajaran Allah subhanahu wa ta’ala dan berbuat kerusakan dimuka
bumi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

274 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫ض‬ ِ ِ ِ ‫ظَهر الْ َفساد ِف الْبـ ِر والْبح ِر ِبا َكسبت أَي ِدي الن‬
َ ‫َّاس ليُذي َق ُه ْم بـَْع‬ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ ََ
‫الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم يـَْرجعُو َن‬
ِ
‘Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan ­karena
perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada ­mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
­
­(kejalan yang benar) (QS.Ar-rum: 41).

5. Sering terjadi Gempa Bumi


Selain dari tanda yang telah disebutkan di atas, ­peningkatan
intensitas gempa bumi juga merupakan salah satu dari
­tanda-tanda kiamat, sebagaiman yang tergambar dalam riwayat
berikut :

‫الزَن ِد َع ْن َعْب ِد‬


ِّ ‫َخبـَرَن أَبُو‬
َ ْ ‫ال أ‬ َ َ‫ب ق‬ ٌ ‫َخبـََرَن ُش َعْي‬
ْ ‫ال أ‬ َ َ‫ان ق‬ِ ‫ح َّدثـنَا أَبو الْيم‬
ََ ُ َ َ
‫وم‬ َّ ِ َّ ِ ِ ْ ‫الر ْحَ ِن ْال‬
ُ ‫اللُ َعلَْيه َو َسل َم َل تـَُق‬
َّ ‫صلى‬ َ ‫َّب‬ ُّ ‫ال الن‬
َ َ‫ال ق‬َ َ‫َعَرِج َع ْن أَب ُهَريـَْرةَ ق‬ َّ
ِ َّ ‫ض الْعِْل ُم َوتَ ْكثـَُر‬
‫ت‬َُ ‫الزَما ُن َوتَظْ َهَر الْف‬
َّ ‫ب‬ َ ‫الزَل ِزُل َويـَتـََق َار‬ َ َ‫اعةُ َح َّت يـُْقب‬ َ ‫الس‬َّ
‫يض‬ ِ ِ
َ ‫ال فـَيَف‬ُ ‫َويَ ْكثـَُر ا ْلَْر ُج َوُه َو الْ َقْت ُل الْ َقْت ُل َح َّت يَ ْكثـَُر في ُك ْم الْ َم‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman
berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu’aib ­berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zinad dari
‘Abdurrahman Al A’raj dari Abu Hurairah ia berkata,
­
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan
terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak
terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul
berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan
harta melimpah ruah kepada kalian.” (Shahih Bukhari 978)
hadits ini dari jalan Abdurrahman bin Shakhar, Abdur
Rahmad bin Hurmuz, Abdullah bin Dzakwan Abu Zanad,
Syuaib bin Abi Hamzah Dinar, al Hakam bin Nafi. Para
ulama hadits mengomentari bahwa hadits ini dari jalan
yang bisa dipercaya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 275


Kurun waktu beberapa tahun terakhir, gempa bumi
­esar telah terjadi berulang-ulang, dan termasuk bencana
b
yang ­menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia. Apabila
kita melihat data yang dikumpulkan oleh American N ­ ational
­Earthquake Information Center (Pusat Informasi Gempa Bumi
Nasional Amerka, ANEI) selama tahun 1999, kita ­menemukan
20.832 gempa bumi telah terjadi di berbagai tempat di dunia.
Akibatnya, 22.711 orang diperkirakan meninggal. (www.neic.
cr.usgs.gov/neis/eqlists/eqstats.html)

6. Munculnya nabi-nabi palsu


Dalam agama, istilah nabi palsu adalah label yang ­diberikan
pada seseorang yang dilihat secara tidak sah m ­ endakwa
­sebagai  nabi dalam suatu mazhab agama. Individu itu m ­ ungkin
dilihat sebagai seorang yang secara salah mendakwa mendapat
kelebihan  ramalan atau wahyu, atau yang ­ menggunakan
kelebihan tersebut untuk tujuan jahat. Label ‘nabi’ dapat
­
­menjadi terlampau subjektif: lazim, seorang yang dianggap
­sebagai nabi ‘benar’ oleh sesetengah orang pada masa yang
sama dianggap sebagai nabi ‘palsu’ oleh orang lain. Istilah
ini kadang-kadang digunakan di luar agama untuk menjelas-
kan seorang yang penuh bersemangat mengajar teori yang
­menanamkan pola pikir yang salah.
Pada akhir zaman nanti, akan terjadi kekacauan, munculn-
ya dajjal dan bahkan sampai pada munculnya nabi-nabi ­palsu
hampir mencapai 30 orang. Sebagaiman yang digambarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ْ ‫ال إِ ْس َح ُق أ‬ ٍ
‫ال‬
َ َ‫َخبـََرَن و ق‬ َ َ‫صوٍر ق‬ ُ ‫َح َّدثَِن ُزَهيـُْر بْ ُن َح ْرب َوإِ ْس َح ُق بْ ُن َمْن‬
‫الزَن ِد َع ْن‬
ِّ ‫ك َع ْن أَِب‬ ٍ ِ‫الر ْحَ ِن وهو ابن مه ِد ٍي َعن مال‬
َ ْ ّ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َّ ‫ُزَهيـٌْر َح َّدثـَنَا َعْب ُد‬
ُ‫اعة‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ ُ ‫ال َل تـَُق‬ َ َ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬
ِّ ِ‫َعَرِج َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َع ْن الن‬
ْ ‫ْال‬
َِّ ‫ول‬
‫الل‬ ُ ‫ني ُكلُّ ُه ْم يـَْزعُ ُم أَنَّهُ َر ُس‬ ِ ِ ‫ث د َّجالُو َن َك َّذابو َن قَ ِر‬
َ ‫يب م ْن ثََلث‬ ٌ ُ َ َ ‫َح َّت يـُبـَْع‬

276 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫َخبـََرَن َم ْع َمٌر َع ْن َهَّ ِام بْ ِن ُمنـَبِّ ٍه‬ ِ َّ ‫ح َّدثـنَا ُم َّم ُد بن رافِ ٍع ح َّدثـنَا عب ُد‬
ْ ‫الرزَّاق أ‬ َْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ
ِ ِ ِ ِِ ِ
َ َ‫اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم بثْله َغيـَْر أَنَّهُ ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ِ
‫ث‬ َ ‫ال يـَنـْبَع‬ َ ‫َّب‬
ِّ ‫َع ْن أَب ُهَريـَْرةَ َع ْن الن‬
“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan
Ishaq bin Manshur, berkata Ishaq: telah mengkhabarkan
kepada kami, sementara Zuhair berkata: Telah mencerita-
kan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Malik dari
Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah dari nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi
hingga para Dajjal pendusta dimunculkan, (jumlah mereka)
hampir tigapuluh, semua mengaku bawa ia adalah utusan
Allah.” Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Rafi’ telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah
mengkhabarkan kepada kami Ma’mar dari Hammam bin
Munabbih dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu ­‘alaihi
wa Salam sepertinya, hanya saja ia menyebut : Muncul”
(Shahih Muslim 5205, Abu Dawud 3772, Tirmidzi
2144, Musnad Ahmad 6930, 7790, 9518 ditambahkan
akan datatang al Harj; yaitu pembunuh !).
Berita tentang datangnya nabi palsu ini tidak ­ hanya
­diinformasikan dalam ajaran agama Islam, akan tetapi juga
dalam ajaran agama lain seperti; Di sepanjang Perjanjian
­
Baru (kitab Injil, kitab agama Nasrani), ada ramalan pada
nabi ­palsu dan ­Masihi palsu, dan mukmin diminta dengan
bersungguh-sungguh untuk sentiasa berjaga-jaga. ­
­ Ayat-ayat
berikut (Matthew 7:15–23) adalah dari Khutbah di atas Gunung:
“Hati-hati dengan nabi-nabi palsu. Mereka datang ­kepadamu
dalam pakaian biri-biri, tetapi secara mendalam ­ mereka
adalah serigala ganas. Buah mereka akan kamu ­
­ mengenali
­mereka. ­Pernahkah orang memetik anggur dari pokok rimbun
yang berduri, atau ara dari pokok thistle.? Begitu juga setiap
pokok memberikan buah baik, tetapi sebatang pokok buruk
memberikan buah buruk. Sebatang pokok baik tidak dapat
­memberikan buah buruk, dan sebatang pokok buruk tidak
dapat m­ emberikan buah baik. Setiap pokok tidak memberikan

KULIAH ISLAM I : Aqidah 277


buah baik ditebang dan dilempar ke dalam api. Oleh karena itu,
dengan buah mereka akan kamu mengenali mereka.”
Sedangkan menurut agama yahudi dikatakan bahwa “Jika
seorang nabi, atau yang menelaah melalui mimpi, ­bermuncul di
­kalangan kamu dan mengumumkan kepada kamu suatu ­tanda
mukjizat atau ketakjuban, dan jika tanda atau ketakjuban dari
mana dia telah berbicara mengambil tempat, dan dia ­berkata,
‘Marikah kita mengikut tuhan-tuhan lain’ (tuhan-tuhan yang
kamu tidak mengetahui) ‘dan mari kita menyembah mereka,’
kamu t­idak h ­ arus mendengari kata-kata nabi atau pemimpi itu.
Tuhanmu Allah menguji kamu untuk mencintaiNya dengan
­keseluruhan hatimu dan dengan keseluruhan jiwamu. Ia ada-
lah Tuhanmu Allah yang kamu harus mengikuti, dan Dialah
yang ­harus kamu puja. S­ impanlah perintah-Nya dan patuhlah
­pada-Nya; ­sembahlah Dia dan pegang teguh kepadaNya. Nabi
atau ­pemimpi itu harus dihukum mati, kerana dia berkhutbah
pemberontakan terhadap Tuhanmu Allah, yang membawa kamu
keluar dari mesir dan menebusi kamu dari tanah perhambaan; Dia
telah coba untuk memaling kamu dari jalan Tuhamu Allah yang
telah memerintah kamu mematuhi. Kamu haris menyingkirkan
kejahatan dari di kalangan kamu” (Deuteronomy 13:1–5 NIV).
Kitab Raja merakam suatu cerita di mana, di bawah paksaan
kelakuan dari Ahab, nabi Micaiah menggambarkan tuhan sebagai
peminta maklumat dari pembela surga pada apa yang harus dia
lakukan dengan mahkamah nabi-nabi palsu. Gambaran ini di-
rekam dalam 1 Raja 22:19–23: (dikutip dari Wikipedia Bebas,
Nabi Palsu dengan perubahan seperlunya)

7. Nabi Isa as dibangkitkan lagi


Banyak ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang
­diangkatnya dan dibangkitkannya Nabi Isa as. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:

َِّ ‫ول‬
‫الل َوَما قـَتـَلُوهُ َوَما‬ َ ‫يسى ابْ َن َم ْرَيَ َر ُس‬ ِ ‫وقـولِِم إِ َّن قـتـ ْلنَا الْم ِس‬
َ ‫يح ع‬ َ َ َ َ ْ َْ َ
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ
‫ك مْنهُ َما َلُْم‬ ّ ‫اختـَلَ ُفوا فيه لَفي َش‬
ْ ‫ين‬ َ ‫صلَبُوهُ َولَك ْن ُشبّهَ َلُْم َوإ َّن الذ‬
َ

278 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫اع الظَّ ِّن َوَما قـَتـَلُوهُ يَِقينًا‬ ِ ِ ِِ
َ َ‫بِه م ْن ع ْل ٍم إَِّل اتّب‬
“Dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah
membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (QS
An Nisaa’: 157).
Dalam ayat berikutnya difirmankan bahwa ‘Isa AS tidak
meninggal, melainkan diangkat dari lingkungan manusia ke
­kehadirat Allah.

‫اللُ َع ِز ًيزا َح ِك ًيما‬


َّ ‫اللُ إِلَْي ِه َوَكا َن‬
َّ ُ‫بَ ْل َرفـََعه‬
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Maha
­
­bijaksana (QS An Nisaa’: 158)
Pada ayat ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita telah mengetahui
­ ahwa Allah akan menempatkan orang-orang yang ­mengikuti
b
‘Isa AS di atas orang-orang yang kafir hingga Hari ­Kebangkitan.
Ini sebuah fakta sejarah bahwa 2000 tahun lalu, murid-murid
‘Isa tidak mempunyai kekuasaan politik. Orang-orang ­Kristen
yang hidup antara zaman tersebut dan masa s­ekarang t­elah
meyakini sejumlah ajaran palsu, terutama doktrin Trinitas
­(mengakui tiga Tuhan dalam satu Tuhan). Oleh karena itu,
­terbukti bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai pengikut
Nabi ‘Isa as, karena, seperti dikatakan di berbagai ayat di d­ alam
Al Qur’an, mereka yang meyakini Trinitas telah tergelincir
ke dalam kesesatan. Dalam hal ini, pada waktu sebelum Hari
­Akhir, para pengikut ‘Isa AS akan mengalahkan orang-orang
yang ingkar itu dan memenuhi janji ilahiyah yang termuat di

KULIAH ISLAM I : Aqidah 279


dalam Surat Ali ‘Imran. Yang pasti, kelompok yang diberkati
ini akan diketahui ketika ‘Isa AS ketika turun kembali ke bumi.
Kabenaran Allah berfirman di dalam tentang akan
­turunnya nabi Isa as menjelang hari kiamat dapat kita cer-
mati dalam ­Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 159 dimana Allah
subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa seluruh Ahli Kitab akan
meyakini ‘Isa as sebelum dia meninggal. Tidak ada seorang pun
dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (‘Isa) sebelum
­kematiannya.

‫اب إَِّل لَيـُْؤِمنَ َّن بِِه قـَْب َل َم ْوتِِه َويـَْوَم الْ ِقيَ َام ِة يَ ُكو ُن َعلَْي ِه ْم‬
ِ َ‫وإِ ْن ِمن أ َْه ِل الْ ِكت‬
ْ َ
ً ‫َش ِه‬
‫يدا‬
“Tidak ada seorang pun dari ahli Kitab, kecuali akan beriman
kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. dan di hari kiamat nanti Isa
itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS An Nisaa’: 159)
Kita mengetahui dengan jelas dari ayat ini bahwa ada tiga
janji yang belum terpenuhi berkenaan dengan ‘Isa as. Yang
pertama, seperti setiap manusia lainnya, Nabi ‘Isa AS akan
meninggal. Yang kedua, seluruh Ahli Kitab akan ­melihatnya
dalam bentuk sosok manusia dan akan menaatinya ketika dia
hidup. Tidak ada keraguan bahwa dua perkiraan ini akan ter-
penuhi ketika ‘Isa AS datang kembali sebelum Hari Akhir.
Perkiraan ketiga mengenai kesaksian ‘Isa AS atas Ahli Kitab
akan terpenuhi di Hari Akhir.

ِ
ُ ‫وت َويـَْوَم أُبـَْع‬
‫ث َحيًّا‬ ُ ‫ت َويـَْوَم أ َُم‬
ُ ‫الم َعلَ َّي يـَْوَم ُول ْد‬
ُ ‫الس‬
َّ ‫َو‬
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada
hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam: 33)”
Ketika kita membandingkan ayat ini dengan ayat ke-55
S­urat Ali ‘Imran, kita dapat memahami sebuah fakta yang
­sangat penting. Ayat dalam Surat Ali ‘Imran tersebut berbicara
mengenai ‘Isa AS diangkat ke kehadirat Allah. Di ayat ini tidak

280 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ada informasi yang diberikan berkenaan dengan apakah ‘Isa
AS meninggal atau tidak. Tetapi di ayat ke-33 Surat Maryam,
disebutkan mengenai kematian ‘Isa AS. Kematian kedua ini
mungkin terjadi hanya apabila ‘Isa AS turun ke bumi kembali
dan meninggal setelah hidup di sini selama beberapa waktu
(Allah-lah Yang Lebih Mengetahui). Ayat lain yang menjelas-
kan turunnya ‘Isa ke bumi adalah :

ِْ ‫الِ ْكمةَ و التـَّورا َة و‬ ِ ِ


‫يل‬
َ ‫اإلن‬ َ َ ْ َ َ ْ ‫اب َو‬ َ َ‫َويـَُعلّ ُمهُ الْكت‬
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab,
­Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS Ali ‘Imran: 48)
Untuk memahami rujukan atas ‘Al Kitab” yang ­disebutkan
di ayat ini, kita harus melihat ayat-ayat lain di dalam Al Qur’an
yang relevan dengan pokok permasalahan ini: apabila Al ­Kitab
dikatakan di satu ayat bersama dengan Taurat dan ­Injil, itu ­pasti
berarti Al Qur’an. Ayat ketiga dari Surat Ali ‘Imran ­menegaskan
maksud tersebut:

‫ص ِّدقًا‬َ ‫اب ِب ْلَ ِّق ُم‬


ِ َ ‫الي الْ َقيُّوم * نـَّزَل علَي‬
َ َ‫ك الْكت‬ ْ َ َ ُ ُّ َْ ‫اللُ َل إِلَهَ إَِّل ُه َو‬ َّ
ِ ‫ال ِْنيل * ِم ْن قـَْبل ُه ًدى لِلن‬
‫َّاس َوأَنـَْزَل‬ ِْ ‫ي يَ َديِْه وأَنـَْزَل التـَّْورا َة و‬
َ َ َ َ َْ‫ل َما بـ‬
ِ
ُ َ
‫اللُ َع ِز ٌيز ذُو‬َّ ‫اب َش ِدي ٌد َو‬ َِّ ‫ت‬
ٌ ‫الل َلُْم َع َذ‬
ِ ‫الْ ُفرقَا َن إِ َّن الَّ ِذين َك َفروا ِبَي‬
َ ُ َ ْ
* ‫انْتِ َقام‬
ٍ
Allah, tiada ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup kekal
lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al Kitab (Al
Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang
telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil
sebelum (Al Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia
menurunkan Al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan
Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (QS Ali
‘Imran: 2-4)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 281


Dalam hal ini, Al Kitab yang disebut dalam ayat 48, yang
akan dipelajari oleh ‘Isa AS, hanya mungkin berupa Al Qur’an.
Kita mengetahui bahwa ‘Isa AS telah mengetahui Taurat dan
Injil selama kehidupannya, yaitu, sekitar 2000 tahun lalu. Jelas,
kitab tersebut adalah Al Qur’an yang dia akan ajarkan ketika dia
turun ke bumi kembali.
Petunjuk yang paling menarik pada ayat ke-59 Surat Ali
‘Imran:

َِّ ‫إِ َّن مثل ِعيسى ِعْن َد‬


َ ‫الل َك َمثَ ِل‬
…‫آد َم‬ َ َ ََ
‘Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam...’’
Di ayat ini kita dapat melihat ada sejumlah kesamaan
­antara kedua nabi tersebut. Seperti kita ketahui, Adam AS
dan ‘Isa AS keduanya tidak berayah, tetapi kita dapat menarik
suatu ­kesamaan lebih lanjut dari ayat di atas, di antara turunnya
Adam as ke permukaan bumi dari surga dan turunnya ‘Isa AS
dari hadirat Allah pada Hari Akhir. Petunjuk lain juga dapat
kita temukan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut :

‫ون َه َذا ِصَرا ٌط ُم ْستَ ِق ٌيم‬


ِ ‫لساع ِة فَ َل تَْتـر َّن ِبا واتَّبِع‬
ُ َ َ َُ
ِ ِ
َ َّ ‫َوإِنَّهُ لَع ْل ٌم ل‬
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan
­pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-
ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
(QS Az Zukhruf: 61)
Kita mengetahui bahwa ‘Isa AS hidup enam abad
s­ebelum Al Qur’an diwahyukan. Oleh karena itu, ayat ini
­harus ­merujuk, bukan pada kehidupan pertamanya, ­melainkan
pada ­kedatangannya kembali selama Hari Akhir. Baik dunia
­Kristen maupun Islam sangat menunggu-nunggu ­kedatangan
‘Isa as yang kedua kalinya itu. Kehadiran terhormat tamu
yang ­diberkati ini di permukaan bumi akan merupakan tanda
­penting dari Hari Akhir.

282 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Bukti lebih lanjut kedatangan kedua ‘Isa AS dapat
d­ itemukan dalam penggunaan kata wakahlan dalam Surat Al
Maidah 110 dan Surat Ali ‘Imran 46.

ِ
َ ِ‫ك َو َعلَى َوال َدت‬
‫ك إِ ْذ‬ َ ‫يسى ابْ َن َم ْرَيَ اذْ ُك ْر نِ ْع َم ِت َعلَْي‬ ِ َّ ‫ال‬
َ ‫اللُ َي ع‬ َ َ‫إِ ْذ ق‬
… ‫َّاس ِف الْ َم ْه ِد َوَك ْه ًل‬ ِ ِ ‫ك بُِر‬
َ ‫وح الْ ُق ُد ِس تُ َكلّ ُم الن‬ َ ُ‫أَيَّ ْدت‬
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, “Hai ‘Isa putra Maryam,
ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkanmu dengan ruhul qudus. Kamu dapat ­berbicara ­dengan
manusia di waktu masih dalam buaian dan ­sesudah dewasa...”
(QS Al Ma’idah: 110).

‫ني‬ِِ َّ ‫وي َكلِّم النَّاس ِف الْمه ِد وَكهال و ِمن‬


َ ‫الصال‬ َ َ ْ َ َْ َ ُ َُ
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika
sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang
yang saleh.” (QS Ali ‘Imran: 46)
Kata-kata “kahlan”dalam Al-Quran hanya muncul di dua
ayat ini dan hanya merujuk pada ‘Isa AS. Kata ini digunakan
untuk menjelaskan usia ‘Isa AS yang cukup dewasa. Kata ini
merujuk pada usia antara 30 dan 50, yaitu akhir masa pemuda
dan awal usia tua. Para ilmuwan Islam setuju menerjemahkan
kata ini merujuk ke periode setelah usia 35 tahun.
Para ilmuwan Islam meyakini sebuah hadits yang diriwayat-
kan oleh Ibnu Abbas yang mendukung bahwa ‘Isa AS diangkat
ke sisi Allah ketika berusia muda, yaitu permulaan usia 30-an,
dan ketika dia turun kembali dan hidup di permukaan bumi ini
dia akan berusia 40 tahun. ‘Isa AS akan berusia tua setelah dia
kembali ke bumi, sehingga ayat ini dapat dikatakan merupakan
sebuah bukti kedatangan kedua ‘Isa AS ke bumi.
Kita juga mengimani adanya tanda-tanda kiamat ­berupa kel-
uarnya dajjal turunnya Nabi Isa as dari langit, kita juga mengimani
terbitnya matahari dari barat dan keluarnya ­binatang yang dapat
berbicara seperti manusia (ad-daabbah). (al Ghunaimi, 2000 : 44)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 283


E. Gambaran Terjadinya Kiamat
Tidak ada seorangpun yang dapat memastikan kapan
­terjadinya hari kiamat. Walaupun Rasulullah telah ­menjelaskan
bahwa kiamat itu akan terjadi pada hari jum’at sebagaiman
yang tergambar dalam riwayat berikut ini:

“Dan Telah menceritakan kepada kami Qutaibah


bin Sa’id Telah menceritakan kepada kami Al ­Mughirah
­yakni Al Hizami, dari Abu Zinad dari Al A’raj dari Abu
­Hurairah ­bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ­bersabda:
“Sebaik-baik hari adalah hari Jum’at, karena pada hari
­
­itulah Adam diciptakan. Pada hari itu pula ia ­dimasukkan
ke ­ dalam surga dan pada hari itu pula ia dikeluarkan
­daripadanya. Dan hari kiamat tidak terjadi kecuali pada
hari Jum’at”. (Shahih Muslim 1411, Tirmidzi 450, An
­nasa;I 1357 ­ditiupnya terompet pertanda kiamat, 1413,
Ibnu m ­ ajah 1075, Musnad Imam Ahmad 9041, Imam
­Malik 222, ­Sunan Abu Dawud 882 hadits panjang yang
­menjelaskan tentang keutamaan hari jumat).
Akan tetapi hadist tersebut tidak menjelaskan hari jum’at
tanggal, bulan dan tahun berapa kiamat akan terjadi. Hanya
saja kiamat pasti terjadi. Firman Allah :

ٌ‫اعةَ َلَتِيَة‬ َّ ‫ض َوَما بـَيـْنـَُه َما إَِّل ِب ْلَ ِّق َوإِ َّن‬ ِ َّ ‫وما خلَ ْقنَا‬
َ ‫الس‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ ََ
‫يل‬ ِ
َ ‫الَم‬
ْ ‫الص ْف َح‬
َّ ‫اص َف ِح‬
ْ َ‫ف‬
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan ­Sesungguhnya
saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka)
dengan cara yang baik”. (QS. Al Hijr: 85)
Hari kiamat akan terasa terjadi dengan tiba-tiba karena
ketidaktahuan makhluk akan kepastian hari kiamat dan pada
hari itu jelaslah perbedaan antara mereka yang beriman pada
hari kiamat dan mereka yang mendustakannya.

284 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫اعةُ بـَ ْغتَةً قَالُوا‬ َِّ ‫قَ ْد خ ِسر الَّ ِذين َك َّذبوا بِلِ َق ِاء‬
َّ ‫الل َح َّت إِ َذا َجاءَتـْ ُه ُم‬
َ ‫الس‬ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ
‫َي َح ْسَرتـَنَا َعلَى َما فـََّرطْنَا ف َيها َوُه ْم َْيملُو َن أ َْوَز َارُه ْم َعلَى ظُ ُهوِره ْم‬
‫أََل َساءَ َما يَِزُرو َن‬
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan
­Pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang
kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah
­besarnya penyesalan Kami, terhadap kelalaian Kami tentang ­kiamat
itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas ­punggungnya.
Ingatlah, Amat buruklah apa yang mereka pikul itu. (QS. Al
An’am : 31)
Hari kiamat dalam ayat-ayat Al-Quran digambarkan ­sebagai
kehancuran alam semesta yang terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut:

1. Manusia akan terpencar dan bertebaran, bahkan


gunung-gunung akan mengalami goncangan hebat
yang membuatnya terlempar dan berterbangan hal ini
disebabkan oleh goncangan maha dahsyat yang t­erjadi
dipermukaan bumi bahkan goncangan itu pada ­akhirnya
akan menghancurkan bumi dan seluruh ­penghuninya,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ­Apabila terja-
di hari kiamat, Tidak seorangpun dapat berdusta
­tentang ­kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu
­golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), Apa-
bila bumi digoncangkan sedahsyat-­dahsyatnya, Dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
Maka jadilah ia debu yang beterbangan, (QS. Al Waqi-
ah : 1-6)

)3( ُ‫) َوَما أ َْد َر َاك َما الْ َقا ِر َعة‬2( ُ‫) َما الْ َقا ِر َعة‬1( ُ‫الْ َقا ِر َعة‬
ُ َ‫الِب‬ ِ ُ‫اش الْمبـث‬
‫ال‬ ْ ‫) َوتَ ُكو ُن‬4( ‫وث‬ ْ َ ِ ‫َّاس َكالْ َفَر‬ ُ ‫يـَْوَم يَ ُكو ُن الن‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 285


ِ ‫َكالْعِ ْه ِن الْ َمنـُْف‬
)5( ‫وش‬
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu.? Tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Pada hari itu manusia
­adalah seperti anai-anai yang bertebaran, Dan gunung-gunung
adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (QS. Al-­
Qariah:1-5)
2. Cuaca yang ekstrim dengan angin topan dan kilat yang
membinasakan makhluk hidu,akan menjadi tanda awal
datangnya hari kehancuran, sebelum seluruh alam
­semesta dihancurakan menjadi debu. Hal ini pernah
­Allah timpakan pada umat terdahulu yang ­mendustakan
hari kiamat sebagai pelajaran sekaligus gambaran paling
sederhana akan dahsyatnya hari kiamat. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman :

‫اد‬
ٌ ‫ود َو َع‬ُ ُ‫ت َث‬ ْ َ‫) َك َّذب‬3( ُ‫الَاقَّة‬
ْ ‫) َوَما أ َْد َر َاك َما‬2( ُ‫الَاقَّة‬ ْ ‫) َما‬1( ُ‫الَاقَّة‬ ْ
ِ
ٍ ‫اد فَأ ُْهل ُكوا بِ ِر‬ ِ ِ ِ ِ
‫يح‬ ٌ ‫) َوأ ََّما َع‬5( ‫ود فَأ ُْهل ُكوا ِبلطَّاغيَة‬ ُ ُ‫) فَأ ََّما َث‬4( ‫ِبلْ َقا ِر َعة‬
ٍ ِ ٍ ٍِ
‫وما فـَتـََرى‬ً ‫) َس َّخَرَها َعلَْي ِه ْم َسْب َع لَيَال َوَثَانيَةَ أ ََّيم ُح ُس‬6( ‫ص ٍر َعاتيَة‬ َ ‫ص ْر‬ َ
ٍ‫) فـهل تـرى َلم ِمن بقِية‬7( ‫الْ َقوم فِيها صرعى َكأَنـَّهم أ َْعجاز َنْ ٍل خا ِوي ٍة‬
َ َ ْ ُْ ََ ْ ََ َ َ ُ َ ُْ َ َْ َ َ ْ
)8(
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Kaum Tsamud dan ‘Aad
­telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud,
Maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa. Adapun kaum ‘Aad Maka mereka telah dibinasakan
dengan angin yang sangat dingin lagi Amat kencang, Yang
­Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh
malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat
kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan
mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
­

286 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara
mereka. (QS. Al Haqqah : 1-8)
Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi.
hari kiamat dinamai Al Haaqqah karena Dia pasti terjadi.
Al Qaari’ah menurut bahasa berarti yang menggentar-
kan hati, hari kiamat dinamakan Al Qaari’ah karena Dia
menggentarkan hati. Yang dimaksud dengan kejadian
­
luar biasa itu ialah petir yang Amat keras yang menyebab-
kan suara yang mengguntur yang dapat menghancurkan.
­Maksudnya: mereka habis dihancurkan sama sekali dan
­tidak punya keturunan. Yang di maksud dengan umat-
umat dahulu yang mengingkari nabi-nabi seperti kaum
shaleh, kaum Syu’aib dan lain-lain dan negeri-negeri yang
dijungkir balikkan ialah negeri-negeri kaum Luth. sedang
kesalahan yang dilakukan mereka ialah mendustai para
­rasul dengan mengingkari dan tidak mau mempercayai
­kebenaran hari kiamat beserta seluruh kedahsyatannya.
3. Pada hari kiamat akan terjadi kepanikan yang luarbiasa se-
bagai respon manusia dari keanehan dan kehancuran alam
yang tiba-tiba melanda bumi. Manusia sebagai mahkluk
yang selalu menggantungkan diri terhadap kekuatan yang
lebih besar akan mencari tempat berlindung sementara
pada hari itu tidak ada satupun tempat persembunyian di
muka bumi.

‫ك يـَْوَمئِ ٍذ‬ ٍ
َ ِّ‫النْ َسا ُن يـَْوَمئِذ أَيْ َن الْ َم َفُّر * َك َّل َل َوَزَر * إِ َل َرب‬
ِْ ‫ول‬
ُ ‫يـَُق‬
* ‫الْ ُم ْستـََقُّر‬
Pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat
­berlari.?” Sekali-kali tidak.! tidak ada tempat berlindung!
Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat ­kembali.
(QS. Al Qiyamah 10-12)
Begitu dahsyatnya kepanikan yang melanda ­manusia
saat hari kiamat terjadi, para ibu yang sedang m
­ enyusui

KULIAH ISLAM I : Aqidah 287


akan lari meninggalkan anaknya untuk menyelamatkan
diri, bahkan wanita-wanita yang sedang mengandung
­seketika itu akan mengalami keguguran akibat dari ketaku-
tan yang maha dahsyat yang melanda mereka semua, wal
­’iyadzubillah.

‫ات‬ِ ‫وتَضع ُك ُّل َذ‬ ‫ت‬ ‫يـَْوَم تـََرْونـََها تَ ْذ َه ُل ُك ُّل ُم ْر ِض َع ٍة َع َّما‬


َُ َ ْ ‫ض َع‬
َ ‫أ َْر‬
‫بِ ُس َك َارى َولَ ِك َّن‬ ‫َوَما ُه ْم‬ ‫َّاس ُس َك َارى‬ َ ‫َحْ ٍل َحْلَ َها َوتـََرى الن‬
‫الل َش ِدي ٌد‬
َِّ ‫ع َذاب‬
َ َ
(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat ­kegoncangan
itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak
yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,
­padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab
Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al Hajj : 2)
4. Hari kiamat menjadi gerbang awal persidangan maha
dahsyat yang akan menentukan tempat hidup setiap orang
diakhirat berdasarkan amal perbuatannya. Pada hari itu
­tidak ada lagi amal manusia yang dapat disembunyikan
karena seluruh permukaan bumi akan menjadi saksi hidup
akan amal perbuatan manusia

‫) َوأ ََّما َم ْن‬7( ‫اضيَ ٍة‬


ِ ‫يش ٍة ر‬ ِ ِ ْ َ‫فَأ ََّما َم ْن ثـَُقل‬
َ َ ‫) فـَُه َو ِف ع‬6( ُ‫ت َم َوازينُه‬
)01( ‫) َوَما أ َْد َر َاك َما ِهيَ ْه‬9( ٌ‫) فَأ ُُّمهُ َها ِويَة‬8( ُ‫ت َم َوا ِزينُه‬
ْ ‫َخ َّف‬
)11( ٌ‫َنٌر َح ِاميَة‬
Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan
(­kebaikan)nya, Maka Dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan. Dan Adapun orang-orang yang ringan ­timbangan
(kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu.?
(yaitu) api yang sangat panas. (QS. Al Qariah : 6-11)

288 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ِ ٍ
‫ك‬ َّ ‫) ِب‬4( ‫َخبَ َارَها‬
َ َّ‫َن َرب‬ ْ‫ثأ‬ ُ ‫) يـَْوَمئِذ ُتَ ّد‬3( ‫النْ َسا ُن َما َلَا‬ ِْ ‫ال‬ َ َ‫َوق‬
)6( ‫ات لِيـَُرْوا أ َْع َما َلُْم‬ ً َ‫َّاس أَ ْشت‬
ُ ‫ص ُد ُر الن‬
ٍِ
ْ َ‫) يـَْوَمئذ ي‬5( ‫أ َْو َحى َلَا‬
َ ‫) َوَم ْن يـَْع َم ْل ِمثـَْق‬7( ُ‫ال َذ َّرٍة َخيـًْرا يـََره‬
‫ال َذ َّرٍة‬ َ ‫فَ َم ْن يـَْع َم ْل ِمثـَْق‬
)8( ُ‫َشًّرا يـََره‬
Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi ­ (menjadi
begini)?”, Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
­
­Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
­sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar
dari ­ kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan ­kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
­Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa
yang mengerjakan ­kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah : 3-8).
Maksud dari manusia dibangkitkan dalam keadaan berma-
cam-macam adalah ada di antara mereka yang putih mukanya
dan ada pula yang hitam dan sebagainya.
Berita tentang hari kiamat dan prosesnya tidak hanya d­ alam
kitan suci umat Islam, akan tetapi juga dalam dalan kitab suci
agama lain seperti dalam injil kitab Wahyu 8:7, Lalu malaikat
yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan
­es,dan api, bercampur darah; dans emuanya itu dilemparkan
ke bumi ; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga
dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan
hijau. Sangkakala ditiup sampai tiga kali (Wahyu; 8:10, 16:2
­dalam Yopie Rattu, dkk).
Demikianlah gambaran yang diceritakan Al-Quran dan
i­njil tentang kedahsyaran hari kiamat semoga kita semua
dapat m­ engambil pelajaran karena Allah subhanahu wa ta’ala
­mengingatkan kita pada surat hud ayat 11 :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 289


ِ َ ‫ك َلَيَةً لِ َم ْن َخ‬ ِ
َ ‫اب ْالَ ِخَرِة َذل‬
ُ‫ك يـَْوٌم َْم ُموعٌ لَه‬ َ ‫اف َع َذ‬ َ ‫إِ َّن ِف َذل‬
‫ود‬ ِ
ٌ ‫ك يـَْوٌم َم ْش ُه‬
َ ‫َّاس َو َذل‬
ُ ‫الن‬
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada
azab akhirat. hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua
­manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya, dan hari itu
adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala ­makhluk).”

F. Pasca Terjadinya Kiamat


Pada prinsipnya kiamat memutuskan segala yang ­terkait
dengan manusia, yang bisa membantu hanya amalnya
masing-masing yang menentukan apakah dia mendapatkan
­
kenikmatan surga atau siksaan neraka. Manusia akan diadili
semuanya mulai dari manusia pertama (nabi Adam as) sampai
umat manusia pada saat kiamat terjadi.

ٍ ‫إِ َل فِرعو َن وملَئِ ِه فَاتـَّبـعوا أَمر فِرعو َن وما أَمر فِرعو َن بِرِش‬
)79( ‫يد‬ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َُ ََ َْ ْ
ِ ِ
ِ َ ‫يـَْق ُد ُم قـَْوَمهُ يـَْوَم الْقيَ َامة فَأ َْوَرَد ُهم الن‬
ُ ‫س الْ ِوْرُد الْ َم ْوُر‬
)89( ‫ود‬ َ ‫َّار َوبْئ‬ ُ
} )99( ‫ود‬ ِ ِ ِ ‫وأُتْبِعوا ِف ه ِذ ِه لَعنَةً ويـوم الْ ِقيام‬
ُ ُ‫الرفْ ُد الْ َم ْرف‬
ّ ‫س‬ ‫ئ‬
ْ ‫ب‬ ‫ة‬
َ َ َ َ َْ َ ْ َ ُ َ
Kepada Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, ­ tetapi
mereka mengikut perintah Fir’aun, Padahal perintah Fir’aun
­sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. Ia berjalan di muka
kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam
­neraka. neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi. Dan
mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula)
di hari kiamat. la’nat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan.
(QS. Hud : 97-99)

‫ني * لِيَ ْح ِملُوا أ َْوَز َارُه ْم‬ِ ِ ‫وإِ َذا قِيل َلم ما َذا أَنـزَل ربُّ ُكم قَالُوا أ‬
َ ‫َساطريُ ْال ََّول‬
َ ْ َ َْ َ ُْ َ َ

290 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ِ ‫َك ِاملَةً يـوم الْ ِقيام ِة وِمن أَوَزا ِر الَّ ِذين ي‬
‫ضلُّونـَُه ْم بِغَ ِْي ِع ْل ٍم أََل َساءَ َما‬ َُ ْ ْ َ َ َ َ َْ
‫يَِزُرو َن‬
Dan apabila dikatakan kepada mereka “Apakah yang telah
diturunkan Tuhanmu..?” mereka menjawab: “Dongeng-­dongengan
orang-orang dahulu”. (ucapan mereka) menyebabkan mereka
­memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat,
dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak
mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, Amat
buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS. An nahl : 24 – 25)
Manusia disiksa menurut dosanya dan dibalas dengan
kenikmatan menurut amal shalehnya. Bagi manusia yang
­
malas dan pura-pura tidak tahu atau seperti orang buta dan
tuli ­perintah dan larangan Allah maka dia akan ­diperlakukan
dengan siksaaan seperti orang cacat mata atau tidak bisa
­
­melihat, kemudian pelaku dosa tersebut smpai memprotes.
Firman Allah :

‫اه ْم‬ ْ ‫ين َّاتَ ُذوا ِدينـَُه ْم َلًْوا َولَعِبًا َو َغَّرتـْ ُه ُم‬
ُّ ُ‫الَيَاة‬ ِ َّ
ُ ‫الدنـْيَا فَالْيـَْوَم نـَْن َس‬ َ ‫الذ‬
‫َك َما نَ ُسوا لَِقاءَ يـَْوِم ِه ْم َه َذا َوَما َكانُوا ِبَ َيتِنَا َْي َح ُدو َن‬
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai
main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu
mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka
sebagaimana mereka melupakan Pertemuan mereka dengan hari
ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.
(QS. Al A’raf : 51)

‫ضْن ًكا َوَْن ُشُرهُ يـَْوَم الْ ِقيَ َام ِة أ َْع َمى‬ ِ
َ ِ‫ض َع ْن ذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َمع‬
َ ً‫يشة‬ َ ‫َوَم ْن أ َْعَر‬
‫ك‬َ ‫ك أَتـَْت‬
ِ َ َ‫صريا * ق‬
َ ‫ال َك َذل‬ ِ ‫ب ِل ح َشرتَِن أ َْعمى وقَ ْد ُكْنت ب‬ ِ َ َ‫* ق‬
ً َ ُ َ َ ْ َ َ ّ ‫ال َر‬
ِ
َ ‫آَ َيتـُنَا فـَنَ ِسيتـََها َوَك َذل‬
‫ك الْيـَْوَم تـُْن َسى‬

KULIAH ISLAM I : Aqidah 291


Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
­Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.
­Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan
aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah ­seorang
yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang
­kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu
(pula) pada hari ini kamu pun dilupakan”. (QS. Thaha : 124-
126)
Memang diakhirat nanti kebanyakan manusia harus ­berada
dineraka terlebih dahulu bersama jin, firman Allah subhanahu
wa ta’ala. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi ­neraka
Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka ­mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk ­ memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
­dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan­
nya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
­binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai”. (QS. Al A;raf : 179)
Akan tetapi tempat untuk menampung manusia dan jin
yang berdosa, sangat besar dan bahkan tidak pernah penuh,
kecuali atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Telah menceritakan ke-
pada kami Abdullah bin Abu Al Aswad Telah menceritakan
kepada kami Harami bin ‘Umarah Telah menceritakan ­kepada
kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas radliallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: orang-orang
dilemparkan ke neraka hingga neraka itu berkata; ‘Apakah ada
tambahan lagi? Maka Allah meletakan kaki-Nya, dan neraka
itu berkata; ‘Cukup, cukup”. (Shahih Bukhari 4470, 6836 surga
masih senggang dan longgar, Shahih Muslim 5085, Musnad
Imam Ahmad 12974, 13457, Sunan Addarimi 2725)

292 KULIAH ISLAM I : Aqidah


G. Hikmah Beriman Kepada Hari Kiamat
1. Mendapatkan ganjaran berupa surga yang penuh
­kenikmatan.

ِ ‫الل الَِّت أَخرج لِعِب ِاد ِه والطَّيِب‬


ِّ ‫ات ِم َن‬
‫الرْزِق قُ ْل‬ َِّ َ‫قُل من حَّرم ِزينة‬
َ َ َ َْ ْ
َّ َ َ َ َ ْ
ِ ِ ِ
ِ َ ‫الدنـيا خالصةً يـوم الْقيام ِة َك َذل‬ ِ ْ ‫ين آَ َمنُوا ِف‬ ِِ ِ
‫ص ُل‬ّ ‫ك نـَُف‬ َ َ َ َْ َ َ َْ ُّ ‫الَيَاة‬ َ ‫ه َي للَّذ‬
‫ت لَِق ْوٍم يـَْعلَ ُمو َن‬
ِ ‫ْالَي‬
َ
Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya
dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik.?”
­Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman ­dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yang mengetahui. (QS. Al A’raf : 32).
Perhiasan-perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan
dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati
di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-
orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah
­semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.
2. Iman kepada hari akhir merupakan bukti keimanan dan
­ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

‫ك ِم ْن بَِن آَ َد َم ِم ْن ظُ ُهوِرِه ْم ذُِّريـَّتـَُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى‬ َ ‫َوإِ ْذ أ‬


َ ُّ‫َخ َذ َرب‬
‫ت بَِربِّ ُك ْم قَالُوا بـَلَى َش ِه ْد َن أَ ْن تـَُقولُوا يـَْوَم الْ ِقيَ َام ِة إِ َّن‬ ِ
ُ ‫أَنـُْفس ِه ْم أَلَ ْس‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫ُكنَّا َع ْن َه َذا َغافل‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
­kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah
aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban
kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 293


agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)”, (QS. Al A’raf : 172)

‫ت‬ ِ ْ‫ال الَّ ِذين َل يـرجو َن لَِقاء َن ائ‬ َ َ‫ات ق‬ ٍ َ‫وإِ َذا تـتـلَى علَي ِهم آَيتـنَا بـيِن‬
َ ُ َْ َ َّ ُ َ ْ ْ َ ْ ُ َ
ِ ِ
‫بِ ُق ْرآَ ٍن َغ ِْي َه َذا أ َْو بَ ِّدلْهُ قُ ْل َما يَ ُكو ُن ل أَ ْن أُبَ ّدلَهُ م ْن ت ْل َقاء نـَْفسي‬
ِ ِ ِ ِ
‫اب يـَْوٍم‬
َ ‫ت َرِّب َع َذ‬ ُ ‫صْي‬ َ ‫اف إِ ْن َع‬ ُ ‫َخ‬َ ‫ل إِِّن أ‬ ََّ ِ‫وحى إ‬ ِ
َ ُ‫إ ْن أَتَّبِ ُع إَّل َما ي‬
ِ
‫َع ِظي ٍم‬
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan Pertemuan dengan
Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau
gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya
dari pihak diriku sendiri. aku tidak mengikut kecuali apa yang di-
wahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai
Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (QS. Yunus
: 15)
3. Mengimani hari kiamat akan mendorong sikap insaf dan
segera bertaubat dari setiap dosa dan kesalahan.

ِ ِ ِ ِ
‫َج ٍل‬ ِ
َ ‫اعا َح َسنًا إ َل أ‬ً َ‫استـَ ْغفُروا َربَّ ُك ْم ُثَّ تُوبُوا إِلَْيه ُيَتّ ْع ُك ْم َمت‬ ْ ‫َوأَن‬
‫اف َعلَْي ُك ْم‬ َ ‫ضلَهُ َوإِ ْن تـََولَّْوا فَِإِّن أ‬
ُ ‫َخ‬ ْ َ‫ت ُك َّل ِذي ف‬
ْ َ‫ض ٍل ف‬ ِ ‫مس ًّمى ويـؤ‬
ُْ َ َ ُ
‫اب يـَْوٍم َكبِ ٍري‬
َ ‫َع َذ‬
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang ­demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus ­menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan
Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
(QS. Hud : 3)

294 KULIAH ISLAM I : Aqidah


‫اه ْم ِسًّرا‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫قُل لِعِب ِاد‬
ُ َ‫الص َل َة َويـُْنف ُقوا مَّا َرَزقـْن‬
َّ ‫يموا‬ ُ ‫ين آَ َمنُوا يُق‬
َ ‫ي الذ‬ َ َ ْ
ِ ِ
‫َو َع َلنِيَةً ِم ْن قـَْبل أَ ْن َيتَ يـَْوٌم َل بـَْي ٌع فيه َوَل خ َل ٌل‬
ِ ِْ ِ
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:
“Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun
terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu
tidak ada jual beli dan persahabatan (QS. Ibrahim : 31).
Maksudnya, pada hari kiamat itu tidak ada penebusan
dosa dan pertolongan sahabat, Lihat juga ayat 254 surat Al
Baqarah.
4. Iman pada hari kiamat akan memberikan dorongan untuk
selalu berbuat baik. Karena kelak setiap perbuatan manusia
akan dihisab dan diberikan ganjaran yang setimpal.

ٍ ُ‫ال َل أَ ُكن ِلَسج َد لِب َش ٍر خلَ ْقتَه ِمن ص ْلص ٍال ِمن َحٍإ مسن‬
* ‫ون‬ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ْ ْ َ َ‫ق‬
‫ك اللَّ ْعنَةَ إِ َل يـَْوِم ال ِّدي ِن‬ ِ َّ‫ال فَاخرج ِمنـها فَِإن‬
َ ‫ك َرج ٌيم * َوإِ َّن َعلَْي‬
َ َْ ْ ُ ْ َ َ‫ق‬
Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud ­kepada
manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat
­
­kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. ­Allah
­berfirman: “Keluarlah dari surga, karena Sesungguhnya kamu
­terkutuk, 35. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu
sampai hari kiamat”. (QS. Al Hijr : 33-35)

‫س َشيـْئًا َوإِ ْن َكا َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ونَضع الْموا ِز‬


ٌ ‫ين الْق ْس َط ليـَْوم الْقيَ َامة فَ َل تُظْلَ ُم نـَْف‬
َ ََ ُ َ َ
ِ ِ ِ ٍ َ ‫ِمثـ َق‬
َ ِ‫ال َحبَّة م ْن َخ ْرَد ٍل أَتـَيـْنَا بَا َوَك َفى بِنَا َحاسب‬
‫ني‬ ْ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika
(amalan itu) hanya seberat biji shallallahu ‘alaihi wa sallamipun
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan. (QS. Al Anbiya : 47)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 295


SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.!

1. Jelaskan definisi hari Akhir baik secara etimologi maupun


terminology.!
2. Hari kiamat memiliki nama-nama lain, sebutkan lima nama
lain hari kiamat serta jelaskan argumentasi penamaannya,!
3. Bagaimanakah pandangan anda tentang perbedaan definisi
antara agama dengan sains tentang konsep hari Kiamat.?-
Jelaskan.!
4. Kiamat di bagi menjadi dua macam, jelaskan dan berikan
contohnya.!
5. Jabarkan proses terjadinya hari kiamat dengan baik dan be-
nar.!
6. Diantara tanda-tanda besar terjadinya hari Kiamat adalah
munculnya Dajjal, Keluarnya Dabbah, berhembusnya Duk-
hon dan di Baiátnya Imam Mahdi. Jelaskan hal-hal tersebut
beserta dalilnya.!
7. Menurut anda apakah hikmah terbesar dari beriman kepada
Hari Akhir.?

296 KULIAH ISLAM I : Aqidah


GLOSARIUM
No Istilah Definisi
Hari kiamat waktu berakhirnya seluruh
­kegiatan di dunia dan ­berakhirnya
alam dunia
Yaumul (hari kebangkitan) QS. Al ­Rum
ba’ast : 56
Yaumul his- (hari perhitungan) Qs. Al Muk-
ab min : 27

Yaumul (hari pembalasan) QS. Al Fatihah


dien :3

Yaumul fath (hari kemenangan) QS. Al Saj-


dah : 29

Yaumul ta- (hari pertemuan) QS. Al Muk-


laq min : 15-16

Yaumul (hari perhimpunan) QS. Al


jam’I Thaghabun : 9)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 297


Yaumul (ditampakkan kesalahan) QS. Al
Thagabun Thaghabun : 9).

Yaumul (hari kekekalan) QS. Qaf : 34


khulud
Yaumul (hari keluar) QS. Qaf : 42
khuruj
Yaumul has- (hari penyesalan) QS. Maryam :
rah 39
Yaumul (hari panggil memanggil) QS. Al
tanad mukmin 32

Yaumul (hari keputusan) QS. An Naba’


fashl 17

Assa’ah (waktu) QS. Al Qamar : 1

Al akhirah (hari akhir) QS. Al A’la : 16-17

Al Azifah (peristiwa yang dekat) QS. An


Nazm : 57

Al Tham- (mala petaka besar) QS. An Na-


mah zi’at : 34

Ashakhkha- (toupan sangkakala) QS. Abasa :


kh 33

298 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Al Ghasiyah (kejadian yang menyelubungi)
Qs. al Ghasiyah:1

Al Waqi’ah (peristiwa besar) QS. Al Waqi’ah


:1
Dajjal Makhluk Allah/manusia yang
menjadi salah satu dari tanda-­
tanda kiamat kubro, dia akan hidup
selama 40 hari di atas ­permukaan
bumi dan akan ­mengaku sebagai
tuhan, ­kehadirannya merupakan
Fitnah terbesar diakhir zaman.
Dabbah Hewan melata yang dapat
­berbicara, akan muncul ­menjelang
kiamat dan m
­ engingatkan
manusia akan penyelewengan
­
mereka terkait konsep keimanan
kepada Allah.
Dukhon Kabut hitam pekat lagi panas
yang muncul menjelang Kiamat
Imam Pemimpin kaum muslimin,
Al-Mahdi keturunan Rosulullah SAW
memiliki nama yang sama ­dengan
nama Rosul dan Ayahnya juga
memiliki nama yang sama ­dengan
Ayah Rosul. Dia akan muncul
saat hari kiamat sudah sangat
dekat dengan ­meneggakan syariat
Islam dan menebarkan keadilan,
­keamanan, serta ­kesejahteraan
untuk seluruuh manusia yang
beriman kepadaAllah dan
­RosulNya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 299


300 KULIAH ISLAM I : Aqidah
BAB ViI
IMAN KEPADA TAQDIR

KULIAH ISLAM I : Aqidah 301


302 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian taqdir, beberapa
tingkatan taqdir, posisi manusia dalam taqdir, dan hikmah iman ke-
pada taqdir.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian Taqdir.
2) Beberapa tingkatan taqdir.
3) Posisi Manusia dalam Taqdir.
4) Hikmah Iman kepada Taqdir.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian taqdir.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang beberapa tingkatan
taqdir.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang posisi manusia dalam
taqdir.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hikmah iman kepada
taqdir.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 303


BAB VII

IMAN KEPADA TAQDIR

A. Pengertian Taqdir
Allah subhanahu wa ta’ala melalui lisan Rasul-Nya yang
mulia telah menetapkan enam hal yang menjadi pondasi dasar
­sekaligus tolak ukur keabsahan iman seorang muslim, salah satu
dari ­pondasi itu adalah iman kepada Qadha’ dan ­Qadar-Nya
yang baik maupun yang buruk atau yang ­akrab kita kenal
­dengan sebutan Takdir. Bibit awal perdebatan ­tentang takdir,
telah dimulai sejak zaman Rasul shalallahu ‘­alaihi ­wasallam dan
terus berkembang menjadi sebuah konsep ­pemikiran ­khusus
dalam setiap Firqah (kelompok) Umat Islam M ­ utaqaddimin
(Terdahulu) hingga Mutaakhirin ­
­ (Kontemporer) ­ sebelum
membahas lebih lanjut tentang Qadha’ dan Qadar Allah
­
­(Takdir) ada baiknya untuk memahami definisi dari kedua
­Istilah t­ersebut dan kedudukannya dalam perjalanan hidup
Makhluk ciptaan-Nya.

1. Qadar
Kata qadara (‫ )َردََق‬jika diruntut menggunakan wazan
‫ف‬ ّ
‫ع‬ َ‫ل‬
َ َ akan menghasilkan kata takdir (‫ت‬ َ ‫يِدْق‬
ْ ‫ )اًر‬yang bermakna
­dugaan, ukuran atau ketentuan. Lafaz qadar dalam bentuk ini
dapat kita jumpai dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:

ِ ِ ‫السماو‬ ِ
ُ‫ض َوَلْ يـَتَّخ ْذ َولَ ًدا َوَلْ يَ ُك ْن لَه‬ ِ ‫ات َو ْال َْر‬ َ َ َّ ‫ك‬ ُ ‫الَّذي لَهُ ُم ْل‬
‫َّرهُ تـَْق ِد ًيرا‬ ٍ ِ
َ ‫يك ِف الْ ُم ْلك َو َخلَ َق ُك َّل َش ْيء فـََقد‬
ٌ ‫َش ِر‬
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan
Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam

304 KULIAH ISLAM I : Aqidah


kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS.
Al-Furqan : 2 )
Contoh penggunaan lafaz qadar dalam bentuk ini juga
dapat kita jumpai dalam perkataan orang arab:

‫أُقَ ِّد ُر أَ ْن يَ ُك ْو َن َك َذا َوَك َذا‬


“aku kira/duga dia akan menjadi begini dan begitu“
Qadar juga bisa jadi merupakan masdar dari
­Qadara-­yaqdaru-Qadaran atau dengan huruf dal yang
disukunkan menjadi Qadran. Ibnu Faris mengatakan b ­ ahwa
lafaz Qadara adalah Ash-shabih yang menunjukan akhir/
­
­puncak segala sesuatu, walaupun dalam kedua lafaz tersebut
(Qadaran dan Qadran) terdapat sedikit perbedaan namun
keduanya memiliki bentuk jamak yang sama yaitu Aqdaar
(Muhammad bin Ibrahim ­Al-Hamd, 2005: 24-25).
Sedangkan secara istilah, kita dapat memahami makna
­Qadar dari berbagai ayat-ayat yang tersebar dalam Al-Quran
di antaranya ;
a. Surat Ar-Ra’du ayat 8

‫األر َح ُام َوَماتـَْزَد ُاد َوُك ُّل َش ْي ٍء‬


ْ ‫يض‬
ِ ِ َْ ‫اَ َّلل يـعلَم م‬
ُ ‫اتم ُل ُك ُّل أُنـْثَى َوَماتَغ‬ َ ُ َْ ُ
...‫ِعْن َدهُ بِِ ْق َدا ٍر‬
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan,
dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah.
dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
b. Surat Al-Hijr ayat 21

‫العْن َد َن َخَزائِنُهُ َوَمانـُنـَِّزلُهُ إِالبَِق َد ٍرَم ْعلُ ٍوم‬


ِ ِ‫وإِ ْن ِمن َشي ٍء إ‬
ْ ْ َ

KULIAH ISLAM I : Aqidah 305


“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu.”
c. Surat Al-qomar ayat 49

‫اِ َّن ُك َّل ّشْي ٍئ َخلَ ْقنَاهُ بِّق َد ٍر‬


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran”.
Dalam ayat ayat diatas, dapat kita cermati bahwa s­etiap
kata Qadar dalam berbagai bentuknya selalu bermakna
­ukuran ­tertentu dan diiringi oleh kata-kata yang mengandung
makna pengetahuan/perbendaharaan. Hal ini menunjukan
­
­seakan-akan Allah subhanahu wa ta’ala ingin memberitahukan
pada umat manusia bahwa kejadian di seluruh alam semesta
telah Dia ketahui dengan ukuran dan ketentuan yang jelas, oleh
karena itu Yunahar Ilyas (2013: 177) mendefinisikan bahwa
Qadar/Taqdir adalah Ilmu Allah tentang apa-apa yang akan
terjadi pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan datang.
Jika kita mencermati makna taqdir/qadar dalam definisi
tersebut maka tampak jelas bahwa Qadar/takdir semata-mata
hanyalah rahasia Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak ­diketahui
oleh makhluk manapun baik malaikat yang mulia bahkan para
nabi dan rasul sekalipun selain apa yang Dia kehendaki un-
tuk diketahui oleh mereka. Takdir mencakup beberapa sifat
dan perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala seperti ‘ilmu, qudrat,
­iradah, dan Al-Khaliq (pencipta) sehingga merupakan hal yang
tidak mungkin dapat dimiliki oleh makhluk, Oleh karena itu
para ulama ahli sunnah mendefinisikan makna taqdir dengan
sangat indah yaitu ;

ِ ِ ِ ِ ‫ِع ْلم‬
َ ‫ َوكِتَابـَتُهُ ل َذال‬،‫السابِ ُق ابِْلَ ْشيَاء قـَْب َل ُوقـُْو ِع َها‬
‫ك ِيف اللَّ ْو ِح امل ْح ُف ْو ِظ‬ َّ ‫هللا‬ ُ
- ‫ َعَّز ََو َج َّل‬- ُ‫ َو َخ ْل ُقه‬،ُ‫َّاملَة‬
ِ ‫ وم ِشيـئـتُه النَّافِ َذةُ الش‬،‫قـبل خ ْل ِقها وإِ ْي ِادها‬
ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َْ
ٍ
.‫ ل ُك ّل َش ْيء‬- ‫ َعَّز َو َج َّل‬- ُ‫ أو َخ ْل ُقه‬،‫لِ ُك ِّل َما قَ ِّد َر‬
ِ ِ

306 KULIAH ISLAM I : Aqidah


“Ilmu Allah yang terdahulu mengenai segala hal yang
belum terjadi dan penulisan (ketetapan)Nya tentang ­segala
hal tersebut dalam “lauhul Mahfuz” sebelum ­penciptaan
dan perwujudannya serta kehendakNya yang s­empurna
dan penciptaanNya terhadap segala sesuatu yang Dia
­kehendaki.”(Syaikh Sholeh Ali, Tt, Juz I: 67 )

2. Qadha’
Secara bahasa, Qadha’ merupakan masdar dari ‫ضَق‬ َ ‫ى‬
yang berarti melakukan atau melaksanakan, m ­ emutuskan,
­mentakdirkan, maut atau kematian (Ahmad Warson ­Munawwir,
1997: 1130-1131) sedangkan di dalam Al-Quran, ada ­beberapa
makna qadha’ yang tergambar dalam beberapa ayat yang
­terpisah, di antaranya :
1. Bermakna keputusan , seperti dalam firmanNya :

ُّ َ‫الَياَة‬
‫الدنـْيَا‬ ِ ‫ض‬
ْ ‫هذه‬ ِ ‫ت قَاض إَِّنا تـَْق‬ ِ ْ‫فَاق‬
َ ْ‫ض َما اَن‬
…Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada
­
­kehidupan di dunia ini saja. (QS. Thaha: 72)
2. Bermakna wahyu atau mengabarkan kepada seseorang­/­
sekelompok orang dengan menggunakan wahyu, makna
َ َ‫ ق‬terdapat kata ‫ إلى‬, Allah
ini terwujud jika setelah lafaz ‫ضى‬
berfirman :

ِ َْ‫ض َمَّرتـ‬ ِ ِ ِ ِ ‫وقَضيـنَا إِ َل ب ِن‬


‫ي‬ ْ ‫يل ِف الْكتَاب لَتـُْفس ُد َّن ِف‬
ِ ‫األر‬
َ ‫إسرائ‬
ْ َ َْ َ
ِ
‫َولَتـَْعلُ َّن عُلًُّوا َكب ًريا‬
“ Dan telah Kami wahyukan (kabarkan) pada Bani Israil
dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan
di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan
diri dengan kesombongan yang besar”. (QS. Al-Isra’: 4)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 307


3. Bermakna ketentuan (kadar) Allah subhanahu wa ta’ala
­seperti firmanNya :

‫ي َوأ َْو َحى ِف ُك ِّل َسَ ٍاء أ َْمَرَها‬ ٍ ‫فـ َقضاه َّن سبـعس ماو‬
ِ ْ ‫ات ِف يـَوَم‬
ْ َ َ َ َْ َ ُ َ َ
“ Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. . . .” (QS.Fus-
hilat: 12)
Ayat terakhir yang penulis kutip merupakan salah satu
dalil yang digunakan oleh para ulama yang menyamakan a­ ntara
Qadar dan Qadha’ sehingga mereka mendefinisikan Qadha’
menurut istilah syara’ sebagai tata aturan yang kokoh yang
ditetapkan Allah untuk makhluk, undang-undang umum, dan
hukum-hukum (sunnah) yang berhubungan antara sebab dan
musababnya (Sayid Sabiq Tt: 106).1 Sedangkan golongan yang
membedakan antara Qadha’ dan Qadar memberikan definisi
bahwa Qadha’ secara istilah adalah penciptaan dan terjadinya
segala sesuatu yang telah ada dalam Qadar Allah subhanahu wa
ta’ala.2 (Syaikh Sholeh Ali, Tt, Juz I: 239 ). Dengan demikian
dapat dipahami bahwa Qadha’ adalah bentuk Qadar Allah yang
telah terjadi dan diwujudkan atau diciptakan sedangkan jika
belum terjadi atau belum terlaksana, tidak dinamakan Qadha’
melainkan Qadar.
Jika kita amati definisi kedua istilah tersebut dari sudut
­ andang para ulama yang membedakannya, maka akan kita
p
jumpai beberapa perbedaan diantara Qadha’ dan Qadhar;
1. Qadar itu lebih umum sedangkan Qadha’ merupakan
1 Definisi ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh DR.­
Muhammad Yasin Na’im (1983: 146) “ Segala ketentuan, undang-undang,
peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah subhanahu
wa ta’ala untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat antara sebab dan
akibat segala sesuatu yang terjadi.
2 Yunahar Ilyas (2013: 177) juga mengungkapkan definisi yang
­semakna yaitu “penciptaan segala sesuatu oleh Allah subhanahu wa ta’ala
sesuai dengan ilmu dan iradah-Nya”

308 KULIAH ISLAM I : Aqidah


hal yang lebih khusus. Misalnya ketika Allah subhanahu wa
ta’ala berkehendak akan menjadikan seorang Khalifah/­
pemimpin dimuka bumi itu di sebut Qadar lalu ­ketika
Dia mewujudkannya dalam penciptaan Adam as dan
­mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi itu di sebut
Qadha’.
2. Qadar Allah lebih dahulu daripada Qadha’-Nya.
3. Dalam Qadar terdapat beberapa sifat Allah ­ subhanahu
wa ta’ala yang meliputi ‘ilmu, ketetapan, kehendak dan
­penciptaanNya sedangkan Qadha’ lebih khusus ­menunjukan
kekuasaanNya dalam menciptakan, ­ mewujudkan dan
melaksanakan segala sesuatu.
Menurut hemat penulis, pada prinsipnya Qadha’ dan ­Qadar
memiliki kesamaan sebagai kehendak dan kekuasaan ­ Allah
untuk menentukan, merancang, menetapkan, ­
­ menciptakan
dan menjadikan segala sesuatu sehingga jika kedua istilah
itu ­dikumpulkan dan dipandang sebagai satu hal yang saling
­berkaitan, maka kita akan lebih mudah memahami keduanya
dengan ungkapan Taqdir Allah subhanahu wa ta’ala.

B. Beberapa Tingkatan Taqdir.


Iman kepada taqdir merupakan salah satu rukun yang
­menjadi syarat kesempurnaan Iman seorang muslim. Iman
kepada taqdirpun memiliki beberapa tingkatan yang harus
­
diimani secara menyeluruh karena antara satu tingkatan dan
yang lain, saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, tingkatan taqdir itu meliputi; Al-‘ilm
(Ilmu), Al-Kitabah (Pencatatan), Al-Masyiah (Kehendak),
­Al-Khalq (Penciptaan).

Tingkatan pertama : Al-‘Ilmu (Ilmu)


Seorang muslim harus menyakini bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala mengetahui segala hal yang sudah terjadi, sedang ter-
jadi, bahkan yang akan terjadi di seluruh alam semesta. Ilmu

KULIAH ISLAM I : Aqidah 309


Allah meliputi segala hal yang zahir maupun yang bathin/
ghaib, yang sir/rahasia maupun yang zahir/jelas yang di bumi
maupun di langit dari makhluk yang terkecil hingga yang
­
­terbesar bahkan tidak ada sehelai daunpun yang jatuh kecuali
dalam ­pengetahuan-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫َحا َط بِ ُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬


َ ‫اللَ قَ ْد أ‬ َّ ‫…وأ‬
َّ ‫َن‬ َ
“ . . . Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
­segala sesuatu.” (At-Tholaq: 12)
ِ ‫و ِعْن َدهُ َم َفاتِح الْغَْي‬
‫ب ال يـَْعلَ ُم َه اإِال ُه َو َويـَْعلَ ُم َما ِف الْبـَِّر َوالْبَ ْح ِر َو‬ ُ َ
‫ب‬ٍ ْ‫ض والرط‬ ِ ‫األر‬ ِ ‫ط ِمن ورقٍَة إِال يـعلَمها والحبَّ ٍة ِف ظُلُم‬
‫ات‬ ‫ق‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ ْ َ َ َ َ ُ َْ ََ ْ ُ ُ ْ َ َ
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ َ‫س إِال ِف كِت‬ ٍ ِ‫اليب‬
َ ‫َو‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia ­sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
­
­dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, m­ elainkan tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfudz) “ (QS.Al-An’am: 59)
ِ ‫الس ٰم ٰو‬ ُ ‫ب َعْنهُ ِمثـَْق‬ ۙ ‫ورِب لَتأْتِيـنَّ ُك ۙم ٰعلِِم الْغي‬
‫ت َوَل‬ َّ ‫ال َذ َّرٍة ِف‬ ‫ز‬
ُ َُ‫ع‬
ْ ‫ـ‬‫ي‬ ‫ل‬َ ِ
‫ب‬ َْ ْ َ َ ّْ َ َ
ۙ‫ي‬
ٍ ْ ِ‫ٰب ُّمب‬ ِ ِ
ٍ ‫ك وَلٓ اَ ْكبـَر اَّل ِف كت‬ ِ ِ ِ ‫ِف ْالَْر‬
ْ ُ َ َ ‫صغَُر م ْن ٰذل‬ ْ َ‫ض َوَلٓ ا‬
“. . . Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, tidak ada
­tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan
yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan
yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)”, (QS. Saba’: 3)
Masih banyak lagi ayat-ayat yang berbicara tentang
­keluasan dan keagungan ilmu Allah subhanahu wa ta’ala. Pada

310 KULIAH ISLAM I : Aqidah


u­ mumnya ayat-ayat tersebut memberikan informasi pada kita
untuk ­menyadari dan mengimani bahwa segala yang terjadi di
alam semesta ini dari zaman ketiadaan makhluk, hingga segala
hal yang terjadi dalam kehidupan seluruh makhluk, k­ ematian
­mereka dan kehancuran alam semesta pada hari kiamat ­serta
segala hal yang terjadi setelahnya telah ada dalam ­pengetahuan
Allah subhanahu wa ta’ala. Demikianlah persoalan yang h ­ arus
diyakini setiap muslim mengenai taqdir dalam tingkatan
­
­al-‘ilmu.

Tingkatan kedua : Al-Kitabah (Pencatatan)


Yang dimaksud dengan Al-kitabah adalah kekuasaan
­Allah subhanahu wa ta’ala untuk menuliskan dan menetapkan
segala ‘ilmu-Nya yang berkaitan dengan hal ikhwal makhluk
diseluruh alam semesta sampai hari kiamat. Seorang mus-
lim tidak perlu memikirkan tentang cara ataupun wujud dan
­bentuk tempat Allah subhanahu wa ta’ala menulis dan menetap-
kan ‘­ilmu-Nya, karena sudah dipastikan bahwa seluruh perbua-
tan dan k­ ekuasaan-Nya jauh berbeda dengan perbuatan dan
­kekuasaan ­makhluk. Yang harus dilakukan oleh setiap muslim
adalah menyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menuliskan
dan ­menetapkan segala yang diketahui-Nya tentang hal-hal
yang akan dialami oleh semua makhluk di seluruh alam se-
mesta hingga hari kiamat nanti dalam lauhul mahfuzh, yang
menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Tt: 89) dinamakan juga
Ummul kitab, adz-dzikr, Al-Imaamul Mubin, dan Al-Kitaabul
mubiin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

ٍۗ ‫ك ِف كِت‬
‫ٰب‬ ۗ ‫ال تـعلم ا َّن ٰالل يـعلم ما ِف السم ۤا ِء والر‬
ِ‫ض اِ َّن ٰذل‬
ِ
ْ َ َْ ْ َ َ َّ َ ُ َ َْ َّ َ ْ َ َْ ََْ
ِٰ ‫اِ َّن ٰذلِك علَى‬
‫الل يَ ِسيـٌْر‬
ّ َ َ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi Allah.” (QS.
Al- Hajj: 70)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 311


‫ض ُّل َرِّْب َوَل يـَْن َس ۖى‬ ۚ ‫ال ِع ْلمها ِعند رِب ِف كِت‬
ِ ‫ٰب َل ي‬
ٍ
َ ْ ّْ َ َ ْ َ ُ َ َ‫ق‬
Musa) berkata: “Pengetahuan tentang (umat-umat terdahulu)(“
itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh ­Mahfuzh),
­Tuhan Kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa “ (QS.
)Thaahaa: 52

ٍ ْ ِ‫ف اَِم ٍام ُّمب‬


…‫ي‬ ْٓ ِ ُ‫صيـْنٰه‬ ٍ
َ ‫َوُك َّل َش ْيء اَ ْح‬
“. . . Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab ­Induk
yang nyata (Lauh Mahfuzh). “ (QS. Yaasiin: 12)
Begitu besar kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala ­sehingga
Dia mampu menetapkan dan menuliskan segala hal (yang
baik maupun yang buruk ) yang akan terjadi pada seluruh
­makhluk, 50.000 tahun sebelum langit dan bumi serta seluruh
isinya d­ iciptakan, hal ini diberitakan langsung oleh Rasulullah
­shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :

‫لى هللاُ َعلَْي ِه َو‬ ِ ِ َ َ‫اص ق‬ ِ ِ


َّ ‫ص‬
َ ‫ت َر ُس ْوَل هللا‬
ُ ‫ال َس ْع‬ ِّ ‫الع‬ َ ‫َع ْن َعْبدهللا بْ ِن َع ْمرو بْ ِن‬
ِ َّ ‫الالَ ئِ ِق قـبل أَ ْن َيْلُق‬ ِ َّ
‫ض‬َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َ َ َْ َْ ‫ب هللاُ َم َقاديـَْر‬ َ َ‫َسل َم يـَُق ْو ُل َكت‬
)15 :‫لى الْ َم ِاء (رواه مسلم‬ َ َ‫ف َسنَ ٍة ق‬
َ ‫ال َو َع ْر ُشهُ َع‬ َ ْ‫ي أَل‬
ِ ِ
َ ْ ‫بَ ْمس‬
“Dari ‘Abdullan bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata “ aku
mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah telah mencatat seluruh takdir para makhluk 50.000
tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. ‘ beliau
bersabda’ Dan adalah ‘Arsy-Nya berada di atas air. (HR.
Muslim VII/51)

Tingkatan ketiga : Al-Masyiah (Kehendak)


Yang dimaksud dengan Al-Masyiah adalah kehendak ­Allah
subhanahu wa ta’ala untuk berbuat ataupun tidak berbuat, ­sesuai
dengan qudarat dan iradat-Nya. Pada tingkatan ini, seorang
­muslim harus menyakini bahwa segala hal yang sudah, sedang

312 KULIAH ISLAM I : Aqidah


dan akan terjadi ataupun hal-hal yang tidak terjadi, ­semuanya
berlangsung atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu
pula hidayah, kesesatan, kehidupan, kematian, kaya-miskin,
berhasil ataupun gagal semuanya terjadi atas kehendak-Nya.
Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, apa yang tidak di
­kehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi dan tidak ada satupun
makhluk yang mampu mengintimidasi kehendak-Nya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫ضِّرِه أ َْو أ ََر َادِن بَِر ْحٍَة‬ُ ‫ات‬


ِ
ُ ِ‫اللُ ب‬
ُ ‫ضٍّر َه ْل ُه َّن َكاش َف‬ َّ َ‫إِ ْن أ ََر َادِن‬
‫اللُ ۖ َعلَْي ِه يـَتـََوَّك ُل الْ ُمتـََوّكِلُو َن‬
َّ ‫ب‬ِ ِِ
َ ‫ات َر ْحَته ۚ قُ ْل َح ْس‬
ِ
ُ ‫َه ْل ُه َّن مُْس َك‬
…Jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan ­kepadaku,
Apakah berhala-berhalamu itu dapat ­menghilangkan ­kemudharatan
itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat k ­ epadaku, Apakah
mereka dapat menahan rahmat-Nya?. ­Katakanlah: “Cukuplah
Allah bagiku”. kepada- Nyalah b­ertawakkal orang-orang yang
berserah diri. (QS: Az-Zumar: 38)

…‫ك َيْلُ ُق َما يَ َشاءُ َوَيْتَ ُار‬


َ ُّ‫َوَرب‬
“ Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. . . “(QS.Al-Qashash: 68 )

‫اط ُم ْستَ ِقي ٍم‬


ٍ ‫ضلِْله ومن ي َشأْ َيع ْله علَى ِصر‬
َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ‫اللُ ي‬ َّ ‫…م ْن يَ َشِأ‬
َ
…Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya),
n­ iscaya disesatkan-Nya. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah
(untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada
di atas jalan yang lurus. (QS. Al-An’am: 39)

Tingkatan Keempat : Al-Khalq (Penciptaan)


Al-Khalq adalah kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala ­dalam
menciptakan segala sesuatu tanpa membutuhkan bantuan dari
siapapun. Kemampuan menciptakan pada hakikanya hanyalah
dimiliki oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena hanya Dialah yang

KULIAH ISLAM I : Aqidah 313


kuasa mengadakan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada,
segala sesuatu selain Allah di sebut makhluk, dan makhluk
­hanya mempunyai kemampuan untuk merekayasa apa yang
­telah Dia ciptakan. Dengan demikian seorang muslim ­harus
menyakini bahwa pada dasarnya seluruh alam semesta ini
­tidak ada lalu Allah subhanahu wa ta’ala dengan kekuasaan-Nya
­menciptakan seluruh alam jagad raya ini beserta isinya dan Dia
maha kuasa untuk menciptakan apa saja yang ingin diciptakan-
Nya. Dalil-dali mengenai hal ini sangat banyak, di antaranya:

َّ‫ض َو َما بـَيـْنـَُه َما ِف ِست َِّة أ ََّيٍم ُث‬ ِ َّ ‫الل الَّ ِذي خلَق‬
َ ‫األر‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َ َ َُّ
…‫استـََوى َعلَى الْ َع ْر ِش‬
ْ
“ Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
­bersemayam di atas ‘Arsy. “(QS.AS-Sajadah: 4)
ِ ٍ ٍ ِ َّ
ٌ ‫اللُ َخال ُق ُك ِّل َش ْيء َوُه َو َعلَى ُك ِّل َش ْيء َوك‬
‫يل‬
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala
sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62)

‫ض ال إِلَهَ إِال ُه َو‬


ِ ‫األر‬ ِ َّ ‫الل يـرزقُ ُكم ِمن‬
ِ ٍِ ِ َ
ْ ‫الس َماء َو‬ َ ْ ُ َْ َّ ‫…ه ْل م ْن َخالق َغيـُْر‬
‫َن تـُْؤفَ ُكو َن‬
َّ ‫فَأ‬
…Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan
­rezki kepada kamu dari langit dan bumi.? tidak ada Tuhan selain
dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan).? (QS.
Faathir:3)
Demikianlah empat tingkatan taqdir yang wajib di ­imani
setiap muslim, Jika salah satu saja dari keempat tingkatan taqdir
ini tidak diimani, maka keimanannya pada qadar (taqdir) Allah
belum sempurna. artinya setiap muslim harus meyakini ­bahwa
segala perbuatan, perkataan, dan segala hal yang dilakukan
maupun tidak dilakukan oleh manusia serta seluruh ­makhluk

314 KULIAH ISLAM I : Aqidah


di alam smesta ini diketahui, dituliskan, dikehendaki, dan
­diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

C. Manusia dalam Taqdir.


Perdebatan mengenai posisi manusia dalam taqdir telah
dimulai sejak zaman awal perkembangan islam. perdebatan
tentang manusia dan taqdir berkisar pada hakikat ­perbuatan
manusia (makhluk atau bukan), ikhtiar dan kemampuan
berkehendak/memilih bagi manusia, peran manusia dalam
­
mendapatkan petunjuk (hidayah) maupun tidak (tetap dalam
kesesatan), dan peradilan Allah terhadap perbuatan hamba
dengan reward berupa surga bagi yang taat dan siksa (neraka)
bagi yang jahat (kufur/ingkar).

1. Hakekat perbuatan manusia


Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala yang
dikehendaki-Nya tanpa ada yang mampu mengintimidasi
­
­perbuatan dan kehendakNya. Manusia dan segala ­perbuatannya,
merupakan makhluk ciptaan Allah yang tidak dapat dipisahkan
dari keumuman perbuatan dan kehendankNya menciptakan
segala sesuatu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

…‫اللُ َخالِ ُق ُك ِّل َش ْي ٍء‬


َّ
“Allah menciptakan segala sesuatu…(QS.Az-Zumar: 62)
Sebagai makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala maka
segala hal yang dilakukakan maupun tidak d­ilakukan oleh
­
manusia berupa ketaatan maupun kemaksiatan, ­
­ termasuk
dalam k­atagori makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala
­
karena, Dia mengetahui apa yang Dia ciptakan pada
­
­hamba-Nya, ­menuliskannya dalam lauhul mahfuz, dan men-
ciptakannya ­sesuai dengan kehendak-Nya sehingga berlakulah
taqdirNya pada apa yang dilakukan manusia. Sebagai contoh
ketika seorang berangkat ibadah haji pada hakekatnya, orang
itu melaksanakan seluruh rangkaian ritual ibadah haji dalam

KULIAH ISLAM I : Aqidah 315


pengetahuan, ketetapan dan kehendak Allah subhanahu wa
ta’ala serta perbuatan dan ­kedaannya selama beribadah haji
­tersebut, ­merupakan m ­ akhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Begitu pula ­sebaliknya ketika orang mencuri ­sesungguhnya
perbuatanya itu telah ada dalam pengetahuan, ketetapan,
­
­kehendak dan merupakan ciptaan ­Allah subhanahu wa ta’ala. Hal
ini dipertegas Allah dalam FirmanNya :

‫وهللا َخلَ َق ُك ْم َوَما تـَْع َملُو َن‬


“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
­perbuat itu”. (QS.Ash-Shaffaat: 96)
Menurut para ahli tafsir, lafaz maa (apa) dalam ayat ini,
memiliki dua makna. Pertama, bermakna mashdar ­sehingga
­terjemahaannya: Allah yang menciptakan kalian dan ­perbuatan
kalian.Kedua, bermakna alladzi (yang) sehingga dapat ­bermakna
: Allah yang menciptakan kalian dan yang ­menciptakan apa
yang kalian kerjakan dengan tangan-tangan kalian berupa
­berhala-berhala ( ‘Umar Al-Asyqar, 1410 H: 37).
Makna kedua ini memosisikan perbuatan manusia s­ ebagai
makhluk yang muncul akibat penciptaan manusia itu ­sendiri,
seperti seorang ilmuwan yang menciptakan robot, maka ­segala
hal yang mampu dilakukan oleh robot tersebut secara langsung
termasuk dalam karya sang ilmuwan. ­Namun d­ emikian, ayat
ini tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk ­ membenarkan
­kemaksiatan yang dilakukan manusia dengan alasan ­takdir ­Allah
subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya manusia m ­ emiliki
peran dalam menentukan takdirnya yang di sebut dengan
­
al-kasbu (usaha), untuk lebih memahami hal ini perhatikanlah
penjelasan pada poin ke dua berikut ini;

2. Al-Kasbu (usaha) dan Kemampuan Memilih Bagi


Manusia
Sebagaimana yang telah penulis paparkan ­ sebelumnya,
kenyataan bahwa manusia dan segala perbuatannya ­merupakan

316 KULIAH ISLAM I : Aqidah


makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala tidak dapat d­ ijadikan
pembenaran kemaksiatan atas nama takdir. ­Manusia sebagai
makhluk sempurna telah diberikan potensi anggota badan,
akal pikiran dan nurani (dzauq) yang mampu ­ mencerna,
­mengolah informasi dan memilih antara hal-hal yang ­benar
dan harus dikerjakan dengan segala hal yang salah dan
harus ditinggalkan. Dengan kemampuan ini, manusia juga
­
dapat m­ engusahakan (berikhtiar) untuk melakukan ataupun
­tidak melakukan apapun, usaha manusia inilah yang disebut
dengan Al-kasbu, ­sebagaimana yang di ungkapkan oleh PP
­Muhammadiyah,Majelis Tarjih (Tt : 19) :

‫س لِْلعِبَ ِاد اَِّل‬


َ
ِ ‫الص ِادرةُ ع ِن الْعِب ِاد ُكلُّها بَِقض ِاء‬
‫هللا َو قَ َد ِرِه َو لَْي‬ َ َ َ َ َ َّ ‫ال‬ ُ ‫َو ْالَفـَْع‬
‫العْب ِد ِب ْعتِبَا ِر‬ ِ ِ ِ ‫هللا والْ َكس‬
َ ُ‫ب م َن الْعبَاد فَ َحَرَكة‬
ِ ِ ِ
ُ ْ َ ‫فَالتـَّْقديـُْر م َن‬. ِ‫ْال ْختيَ ُار‬
ِ ِ
ِِ ِ ِ
ُ‫ن ْسبَت َها ا َل قُ ْد َرته تُ َس ّم َى َك ْسبًا لَه‬
“ Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya atas
Qadha’ dan Qadar Nya sedang manusia sendiri hanya dapat
berikhtiyar. Dengan demikian, maka segala ketentuan adalah dari
Allah dan usaha adalah bagian manusia.”
Menurut Yunahar Ilyas (2013:183) manusia m ­ erupakan
makhluk musayyar yang artinya manusia tidak memiliki
kebebasan untuk menerima atau menolak, semuanya ­
­ telah
diberikan untuk ditentukan seperti kelahiran, kematian,
­
­warna kulit, ukuran tubuh dan lain sebagainya. Namun ­disisi
lain ­manusia juga sebagai makhluk mukhayyar yang m ­ emiliki
­kebebasan untuk menerima ataupun menolak seperti ­kebebasan
manusia untuk memilih antara beriman maupun kafir. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

...‫الَ ُّق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ فـَْليـُْؤِم ْن َوَم ْن َشاءَ فـَْليَ ْك ُف ْر‬


ْ ‫َوقُ ِل‬
“Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,

KULIAH ISLAM I : Aqidah 317


dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. . . (QS.
Al-Kahfi: 29)
Dengan demikian kemampuan manusia untuk
­ engusahakan takdirnya, berkisar pada hal-hal yang dapat
m
­diusahakan dan dipilih untuk diterima atau ditolak. M
­ uhammad
shaleh al-utsaimin (1410 H: 38-40) mengungkapkan beberapa
alasan yang menguatkan pernyataan bahwa manusia memiliki
hak ikhtiyar;
1. Didalam Al-Quran Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan
secara eksplisit tentang adanya masyiah dan iradah manusia
(QS.Al-baqarah: 223, QS.At-Taubah:46)
2. Adanya perintah dan larangan Allah subhanahu wa ta’ala ke
pada hamba-hambaNya tentu berdasarkan pertimbangan
dia dapat memimilih untuk taat atau tidak.
3. Allah subhanahu wa ta’alamemuji orang baik danmencela
orang jahat, serta memberikan ganjaran bagi keduanya.
4. Allah subhanahu wa ta’alamengutus para rasul sebagai hujjah
agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah-Nya
sesudah diutusnya para rasul itu.
5. Dalamkehidupansehari-hari manusia melakukan ­
sesuatu
atau tidak, berdasarkan kemauannya sendiri tanpa
­merasakan ada sesuatu yang memaksanya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan dua jalan
­(kebaikan dan keburukan) pada manusia dan ­mempersilahkan
manusia untuk memilih jalan mana yang ia kehendaki t­ entunya
dengan konsekuensi yang akan berlaku menurut takdir Allah
subhanahu wa ta’ala, ketika manusia memilih jalan kebaikan maka
seluruh tindakan manusia dalam kebaikan tersebut ­berlaku atas
takdir-Nya begitupula ketika manusia telah ­memilih ­kejahatan
maka seluruh perbuatannya dalam jalan kejahatan ­ tersebut
berlaku atas takdir-Nya. maka tidak benar jika manusia
­
­melakukan kejahatan lalu menisbatkan kejahatan tersebut pada
takdir Allah agar selamat dari siksa-Nya karena pada ­dasarnya

318 KULIAH ISLAM I : Aqidah


manusia memiliki kemampuan untuk memilih melakukan
­kejahatan atau kebaikan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َّج َديْ ِن‬


ْ ‫َوَه َديـْنَاهُ الن‬
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
­(kebaikan dan keburukan)” (QS. Al-Balad: 10)
‫فَأَ ْلََم َها فُ ُج َورَها َوتـَْق َو َاها‬
“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) ­kefasikan
dan ketakwaannya.” (QS. As-Sams: 8)
ِ
ِ ‫الء سي‬ ِ ِ َّ
‫صيبـُُه ْم‬ ُ َ ‫ين ظَلَ ُموا م ْن َه ُؤ‬
َ ‫ات َما َك َسبُوا َوالذ‬ُ َ‫َصابـَُه ْم َسيِّئ‬
َ ‫فَأ‬
ِ ِ
ُ َ‫َسيِّئ‬
َ ‫ات َما َك َسبُوا َوَما ُه ْم بُْعج ِز‬
‫ين‬
“ Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang
­mereka usahakan. dan orang-orang yang zalim di antara mereka
akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat
melepaskan diri.” (Az-Zumar: 51)

3. Manusia dan Hidayah Allah subhanahu wa ta’ala.


Pembicaraan tentang taqdir tentu tidak akan lepas ­dengan
hidayah, hal ini dikarenakan konsep iman kepada taqdir
mengandung pernyataan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
­
telah mengetahui, menulis/menetapkan, menghendaki dan
­
menciptakan manusia dan seluruh perbuatannya termasuk
­
­dalam hal kekufuran dan ketaatan yang berkaitan erat dengan
hidayah. Pertanyaan yang sering muncul dalam pembahasan ini
adalah Jika Allah subhanahu wa ta’ala telah mentaqdirkan orang-
orang yang taat dan orang-orang yang sesat lalu dimanakah
­posisi manusia dan keterkaitannya dengan hidayah Allah .?
Untuk menemukan penjelasan yang tepat mengenai m ­ asalah
ini, kita perlu memahami bahwa hidayah Allah ­terbagi menjadi
dua macam yaitu Hidayah al-irsyad wal bayan dan ­Hidayatul

KULIAH ISLAM I : Aqidah 319


Qulub, dalam istilah lain kedua jenis hidayah ini ­disebut dengan
Ad-dilalah wal irsyad dan idkhalul iman ilal qalb3 .
a. Hidayah Al-Irsyad wal bayan (pentunjuk dan ­penjelasan)
adalah hidayah yang melibatkan peran serta para nabi
untuk mendidik, membimbing, dan menjelaskan pada
­
­manusia tentang ketuhanan dan segala hal yang ­berkaitan
dengannya agar manusia menjadi makhluk yang taat
pada Allah ­subhanahu wa ta’ala. Hidayah jenis ini dapat
­dimiliki dan ­diusahan juga oleh para ulama’, guru, da’i,
­muballigh,dan siapa saja yang mau serta mampu melaku-
kannya. ­Contohnya dalam firman Allah surat Al-Mu’min
ayat 38 dan fushshilat ayat 17:

‫الر َش ِۚاد‬
َّ ‫ال الَّ ِذ ْٓي اٰ َم َن يـَٰق ْوِم اتَّبِعُ ْو ِن اَ ْه ِد ُك ْم َسبِْي َل‬
َ َ‫َوق‬
“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah
Aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.” (QS.
Al-Mu’min: 38)

‫استَ َحبُّوا الْ َع ٰمى َعلَى ا ْلُٰدى فَاَ َخ َذتـْ ُه ْم‬ ْ َ‫َواََّما َثُْوُد فـََه َديـْنـٰ ُه ْم ف‬
‫اب ا ْلُْو ِن ِبَا َكانـُْوا يَ ْك ِسبـُْو َن‬ ِ ‫ٰصعِ َقةُ الْع َذ‬
َ
“ Dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri
petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada
petunjuk, Maka mereka disambar petir azab yang menghinakan
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Fushshilat:
17)
b. Hidayatul Qulub (Hidayah hati ) ialah hidayah yang ­hanya
dimiliki oleh Allah semata dalam artian tidak ada yang
dapat mengusahakan hidayah ini masuk dalam hati ­manusia
­kecuali Allah saja. Inilah hidayah berupa iman yang benar

3 Keterangan ini penulis kembangkan dari I’aanatul mus-


tafiid bisyarhi kitaabut tauhid ,( Tt, jz 1: 470) dan penjelasan Yunahar Ilyas
(2013:186) tentang masalah hidayah Allah.

320 KULIAH ISLAM I : Aqidah


lagi kokoh yang kemudian akan termanifestasikan d­ alam
diri manusia berupa pribadi yang muttaqiin. Seorang
nabi, ulama’, da’i, guru maupun muballigh hanya mampu
­menyampaikan dan menjelaskan tentang kebenaran n ­ amun
tidak memiliki kekusaan sedikitpun untuk memasukkan
iman yang kokoh dalam hati manusia karena hidayah be-
rupa keyakinan/iman yang benar dan kokoh mutlak milik
Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firmanNya:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫الل نـَّزَل أَحسن‬


ُ‫الَديث كتَ ًاب ُمتَ َشابًا َمثَ ِانَ تـَْق َشعُّر مْنه‬ َ َ ْ َ َُّ
َِّ ‫جلُود الَّ ِذين َيْشو َن ربـَّهم ُثَّ تَلِني جلُودهم وقـلُوبـهم إِ َ ٰل ِذ ْك ِر‬
‫الل‬ ْ ُُ ُ َ ْ ُ ُ ُ ُ ُْ َ َْ َ ُ ُ
ِ
ِ َّ ‫ضل ِل‬
‫اللُ فَ َما لَهُ م ْن‬ ْ ُ‫الل يـَْه ِدي به َم ْن يَ َشاءُ ۚ َوَم ْن ي‬
ِ ِ َِّ ‫ۚ َٰذلِك ه َدى‬
ُ َ
‫َه ٍاد‬
“ Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik ­(yaitu)
Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
­gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu ­mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki
­siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barang siapa yang disesatkan
Allah, niscaya tak ada seorang pemberi hidayah pun baginya.”
(QS.Az-Zumar: 23)
Sebagai seorang muslim kita harus menyakini bahwa
­hidayah berupa iman didalam hati adalah mutlak milik ­Allah
dan Dia memiliki sifat maha adil yang teraplikasi dalam
­bentuk memberikan hidayah (iman) pada orang-orang yang
berhak mendapatkannya dan menjauhkan hidayah tersebut
­
dari m ­ ereka yang tidak berhak menerimanya. Adapun orang-
orang yang berhak menerima hidayahNya adalah mereka yang
mau mendengar, membuka hati, menaati dan mengikuti ke-
benaran (Al-Quran dan As-sunnah) sebaliknya mereka yang
tidak ­berhak menerima hidayah Allah adalah yang menutup
hatinya dari kebenaran sehingga mereka enggan mendengar,
menaati, dan mengikuti kebenaran tersebut walaupun mereka
­mengetahuinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 321


ۖ ُ‫الل‬
َّ ‫ين َه َد ُاه ُم‬ ِ َّ ِ‫الَّ ِذين يست ِمعو َن الْ َقوَل فـيـتَّبِعو َن أَحسنه ۚ أُوٰلَئ‬
َ ‫ك الذ‬ َ ُ َ َ ْ ُ ََ ْ ُ َْ َ َ
ِ ‫ك ُهم أُولُو ْالَلْب‬ ِٰ
‫اب‬ َ ْ َ ‫َوأُولَئ‬
“ Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang­
­paling baik di antaranya mereka Itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang ­mempunyai
akal.” (QS.Az-Zumar: 18)
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫قـُْلنَا ْاهبطُوا منـَْها َج ًيعا ۖ فَإ َّما َيْتيـَنَّ ُك ْم م ِّن ُه ًدى فَ َم ْن تَب َع ُه َد‬
‫اي‬
‫موَل ُه ْم َْيَزنُو َن‬ ِ ٌ ‫فَ َل َخو‬
َ ‫ف َعلَْيه‬ ْ
kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang sia� . . .“
pa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas
­mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang
yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
“ )­neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 38-39
Dengan demikian walaupun hidayah iman mutlak
­milik ­Allah subhanahu wa ta’ala, manusia sebagai mahluk
yang ­ dianugrahi akal dan perasaan memiliki peran untuk
­mengusahakan, menerima atau menolak hidayah dan keimanan
pada dirinya sendiri maupun orang lain.

4. Peradilan Allah Subhanahu wa ta’ala Terhadap Perbuatan


Hamba
Telah kita pahami bersama dalam penjelasan point ke-1
sampai ke-3 bahwa pada dasarnya segala perbuatan manusia
yang baik maupun yang buruk adalah ciptaan Allah subhanahu
wa ta’ala namun manusia memiliki potensi berusaha (­ Al-Kasbu)
untuk berbuat baik maupun buruk bahkan, dengan potensi
yang dimilikinya manusia dapat memilih beriman atau tetap
dalam kekufuran sehingga setiap perbuatan akan menjadi baik
atau buruk setelah dinisbatkan pada manusia.

322 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kejahatan-­keburukan,
perintah-larangan, kehidupan dan kematian semata-mata untuk
menguji bagaimana cara manusia memanfaatkan potensi yang
telah Dia berikan, apakah digunakan untuk mengikuti kebaikan
dan kebenaran atau sebaliknya. Sebagaimana Firman-Nya:
ۗ
‫الَٰيوَة لِيـَبـْلَُوُك ْم اَيُّ ُك ْم اَ ْح َس ُن َع َم ًل َوُه َ ۨو‬ َ ‫الَّذ ْي َخلَ َق ۙ الْ َم ْو‬
ْ ‫ت َو‬ ِ
‫الْ َع ِزيـُْز الْغَ ُف ْوُر‬
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia
­ erkasa lagi Maha Pengampun,” (QS.Al-Mulk: 2)
Maha P
Dengan pemahaman seperti ini, tentu kita akan sepakat
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sebagai zat yang telah member-
ikan dan menciptakan manusia dan seluruh potensinya berhak
meminta pertanggungjawaban atas penggunaan potensi terse-
but serta memberikan reward berupa surga bagi yang taat dan
siksa (neraka) bagi yang jahat (kufur/ingkar), Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:

‫اللَ َس ِريْ ُع‬ ِ ِ ٍۢ ‫يـوم ُْت ٰزى ُك ُّل نـ ْف‬


ّٰ ‫ت ۗ َل ظُْل َم الْيـَْوَم ۗا َّن‬
ْ َ‫س بَا َك َسب‬ َ َ َْ
ِ‫الِساب‬
َْ
“ Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi Balasan dengan apa
yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini.
­Sesungguhnya Allah Amat cepat hisabnya.” (QS.­Al-Mu’min:
17)
Dengan demikian setidaknya ada 6 alasan4 yang
­menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan azab bagi
manusia yang berbuat jahat dan menolak hidayah-Nya:
a. Manusia dibekali fitrah suci yang berpotensi untuk­
­menerima hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.

4 Penjelasan tentang hal ini penulis kembangkan dari tulisan Yuna-


har ilyas (2013: 188-190)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 323


‫اللُ َعلَْي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫ال ق‬ َّ ‫ َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َر ِض َي‬. . .
َ َ‫اللُ َعْنهُ ق‬
. . . ‫ود يُولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْرِة‬ ٍ ُ‫وسلَّم ُك ُّل مول‬
َْ َ َ َ
“Dari Abu Hurairahra.Iaberkata, Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. . .”(HR.Bukhari 1296)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ۗ ِٰ ‫فَاَقِم وجهك لِل ِّدي ِن حنِيـ ًف ۗا فِطْرت‬
َّ‫الل ال‬
‫َّاس َعلَيـَْها‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ر‬َ‫ط‬ َ‫ف‬ ‫ت‬ ِ
َ َ ْ ّ ۙ َ َ ْ َ ْ َ َْ َ ْ
ِ ‫ك ال ِّديْ ُن الْ َقيِّ ُم َوٰل ِك َّن اَ ْكثـََر الن‬
َۙ‫َّاس َل يـَْعلَم ْون‬
ُ
ِ ِٰ ‫َل تـب ِديل ِل ْل ِق‬
َ ‫الل ۗ ٰذل‬
ّ َ َ ْ َْ
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Ar-Ruum: 30)
b. Manusia telah diberikan alat indera / potensi untuk ­mencari
kebenaran. Allah akan meminta pertanggung jawaban atas
penggunaan alat tersebut.

‫صَر َوالْ ُف َؤ َاد ُك ُّل‬ َّ ‫ك بِِه ِع ْل ٌم ۚ إِ َّن‬


َ َ‫الس ْم َع َوالْب‬ َ َ‫س ل‬ َ ‫ف َما لَْي‬ ُ ‫َوَل تـَْق‬
‫ك َكا َن َعْنهُ َم ْسئُ ًول‬َ ِ‫أُوٰلَئ‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
­mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS.Al-Isra’: 36)
c. Manusia diberi akal untuk membedakan antara kebaikan
dan keburukan, kebenaran dan kebathilan, hidayah dan
kesesatan

324 KULIAH ISLAM I : Aqidah


ِ ِ َّ ‫واِ َذا َنديـتم اِ َل‬
َ ‫الص ٰلوة َّاتَ ُذ ْوَها ُهُزًوا َّولَعِبًا ۗ ٰذل‬
َ‫ك ِب‬ ْ ُْ َ َ
ِ
‫نـَُّه ْم قـَْوٌم َّل يـَْعقلُ ْو َن‬
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
Solat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang
demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak
mau mempergunakan akal.” (QS.Al-Maidah: 58)
d. Manusia diberi hak ikhtiar dan berusaha (Al-kasbu)
­untuk menerima atau menolak hidayah Allah subhanahu
wa ta’ala dan akan bertanggung jawab serta mendapatkan
­konsekuensi dari pilihan yang telah mereka tentukan.
ۚ ۤ ۤ ۗ
ٓ‫الَ ُّق ِم ْن َّربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ فـَْليـُْؤِم ْن َّوَم ْن َشاءَ فـَْليَ ْك ُف ْر اِ َّن‬ ْ ‫َوقُ ِل‬
ٍۤ ِ ۗ ۙ
‫ي َن ًرا اَ َحا َط بِِ ْم ُسَر ِادقـَُها َواِ ْن يَّ ْستَغِيـْثـُْوا يـُغَاثـُْوا بَاء‬ َ ْ ‫اَ ْعتَ ْد َن لِل ٰظّلِ ِم‬
ۤ ۗ ِ ۗ
ً ََ ْ ُ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ‫َكالْ ُم ْه ِل يَ ْش ِوى الْ ُو ُج ْو‬
‫قا‬ ‫ف‬ ‫ـ‬ ‫ت‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫اب‬ ‫َّر‬
‫الش‬ ‫س‬ ‫ئ‬‫ب‬ ‫ه‬
“Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,
dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. ­Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
­gejolaknya mengepung mereka... (QS.Al-Kahfi: 29)
e. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus para rasul untuk
tiap-tiap umat untuk mengajarkan mereka tentang ­syariat,
ketuhanan, dan hakikat kebenaran serta memberikan
­kabar gembira bagi mereka yang taat dan memperingatkan
­mereka yang tetap dalam kekufuran dengan pedihnya siksa
neraka.

ِ
‫ث َر ُسوال‬ َ ِ‫… َوَما ُكنَّا ُم َع ّذب‬
َ ‫ني َح َّت نـَبـَْع‬
“. . . Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus
seorang rasul. (QS.Al-Israa’: 15)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 325


f. Manusia hanya diberi beban sesuai dengan batas ­maksimal
kemampuannya, sehingga tidak ada alasan untuk
­mengatakan syariat Allah terlalu berat untuk dilaksanakan
atau membenarkan kemaksiatan dengan dalih beban hidup
yang terlalu berat.

…‫الو ْس َع َها‬ِ ِ
ُ ‫اللُ نـَْف ًسا إ‬
َّ ‫ف‬
ُ ّ‫اليُ َكل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. . . “(QS.Al-Baqarah: 286)

‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬


ُ ‫اللُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َواليُِر‬ ُ ‫يُِر‬
َّ ‫يد‬
“. . . Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. . . “(QS.Al-Baqarah: 185)
Demikianlah beberapa alasan yang menyebabkan ­ Allah
­subhanahu wa ta’ala berhak memberikan azab neraka bagi
­mereka yang menolak hidayah dan hidup dalam k­ emaksiatan
pada-Nya, begitu pula sebaliknya Allah subhanahu wa ta’ala
­
berhak ­
­ memberikan surga bagi hamba yang menerima
­kebenaran (Al-quran dan Sunnah) dan hidup dalam ketaatan
pada-Nya.

D. Hikmah Iman kepada Taqdir.


Iman kepada taqdir merupakan salah satu rukun iman
yang wajib dipercayai oleh setiap muslim, dan kepercayaan itu
­harus dibangun atas pondasi yang benar melalui keterangan
yang jelas dari Al-Quran dan As-sunnah. Iman kepada taqdir
­dengan cara yang salah seperti menganggap manusia tidak
memiliki ­peran (memilih dan berusaha) dalam kehidupannya
sendiri akan ­membawa dampak yang buruk bagi kehidupan
seperti ­tumbuhnya sifat putus asa dan bermalas-malasan, ­lebih
­berbahaya lagi jika seseorang menyakini bahwa manusialah yang
bebas menentukan dan membuat takdirnya sendiri tanpa ada
campur tangan Allah subhanahu wa ta’ala, dia akan jatuh ­dalam
jurang kesesatan karena telah mengingkari ­kekuasaan Allah

326 KULIAH ISLAM I : Aqidah


sebagai satu-satunya zat yang maha mengetahui, ­menetapkan,
menghendaki dan menciptakan seluruh mahluk beserta taqdir
hidup mereka.
Adapun iman kepada taqdir dengan cara yang benar ­sebagai
mana yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan As-sunnah
akan membawa banyak hikmah dalam kehidupan manusia, di
antaranya:
1. Seorang muslim yang mengimani taqdir dengan cara
yang benar berarti telah menyempurnakan keimanannya
dan menjalankan kewajibannya pada Allah subhanahu wa
ta’ala. Karena tidak sempurna iman seseorang sampai dia
­beriman pada seluruh taqdir Allah subhanahu wa ta’ala yang
baik maupun yang buruk. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasal-
lam bersabda :

‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َل يـُْؤِم ُن َعْب ٌد‬


َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ َع ْن َعلِ ٍّي ق‬. . .
َِّ ‫ول‬ َّ ‫َح َّت يـُْؤِم َن ِب َْربَ ٍع يَ ْش َه ُد أَ ْن َل إِلَهَ إَِّل‬
‫الل بـََعثَِن‬ ُ ‫َن ُمَ َّم ٌد َر ُس‬ ِّ‫اللُ َوأ‬
. ‫ت َويـُْؤِم ُن ِبلْ َق َد ِر‬ ِ ‫ث بـع َد الْمو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َْ ‫ب ْلَ ِّق َويـُْؤم ُن بلْ َم ْوت َوبلْبـَْع‬
“ . . . dari ‘Ali ia berkata Rasulullah shalallahu ‘­alaihi
­wasallam bersabda “tidaklah beriman seorang hamba ­sampai
dia mengimani empat perkara; bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah rasulullah yang diutus
dengan (membawa) kebenaran, beriman pada ­kematian,
dan beriman pada kebangkitan setelah kematian, serta
­beriman pada qadar (Taqdir).. . (HR.Tirmidzi: 2081).
2. Dengan menyakini Allah subhanahu wa ta’ala sebagai
satu-satunya zat yang berhak disembah lagi maha ­kuasa
dalam mengetahui, menetapkan, menghendaki dan
­menciptakan seluruh mahluk beserta taqdir hidup m ­ ereka
secara langsung kita telah selamat dari kezhaliman/dosa
besar dan kesesatan yang tidak akan pernah di ampuni oleh
Allah subhanahu wa ta’ala; syirik, sebagaimana firman-Nya :

KULIAH ISLAM I : Aqidah 327


‫ك لِ َم ْن يَ َشاءُ َوَم ْن‬ ِ ِ ِ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫اللَ اليـَ ْغفُر أَ ْن يُ ْشَرَك بِِه َو يـَ ْغفُر َما ُدو َن َذل‬
ً ِ‫ضالال بَع‬ ِ
‫يدا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫يُ ْش ِرْك ِب َّلل فـََق ْد‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa ­mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. B ­arangsiapa yang
­mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka S­ esungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS.An-Nisaa’: 116)
3. Setiap muslim yang mengimani taqdir dengan cara yang
benar akan menyadari bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
­telah menetapkan taqdir manusia dan memberikan p ­ eluang
bagi kita untuk memilih serta berusaha, Sikap ini akan
­memupuk sifat optimis, bekerja keras, tawakkal, qonaah,
tidak mudah putus asa, tabah, tegar dan ikhlas dalam men-
jalani ­kenyataan hidup.
4. Keyakinan bahwa taqdir telah ditentukan oleh Allah
­subhanahu wa ta’ala dan kenyataan bahwa manusia tidak
mengetahui apa yang telah Dia tentukan akan menjadi
­motivasi besar bagi kita untuk melakukan hal yang terbaik
dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia-akhirat.
5. Setiap muslim yang beriman dengan benar pada taqdir
­Allah subhanahu wa ta’ala akan memiliki sifat keberanian yang
­besar dengan didasari oleh pertimbangan logika yang ­sehat
sebagai bentuk ikhtiarnya dalam mengambil ­ keputusan
hidup karena, ia menyakini bahwa kegagalan, kesuksesan,
rizki, ajal, dan segala hal yang berkaitan ­dengan kehidupan
ini telah ditaqdirkan Allah dan akan berjalan sesuai dengan
ketetapan-Nya.
6. Setiap muslim yang beriman kepada taqdir Allah subhanahu
wa ta’ala akan mendapatkan ketenangan hidup karena ­setiap
nikmat maupun musibah yang ia dapatkan akan ­disandarkan
pada taqdir-Nya sehingga ia mampu m ­ ensyukuri nikmat
tersebut dan sabar dalam menerima musibah.

328 KULIAH ISLAM I : Aqidah


7. Dan sebagainya.
Demikianlah pembahasan ringkas tentang Iman ­kepada
taqdir, semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita ­pribadi
muslim yang mengimani taqdirNya dengan cara yang benar
sehingga mampu mencapai derajat mu’min yang bertaqwa
­
yang pada akhirnya akan menghasilkan kebahagiaan hakiki
dunia-akhirat.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 329


SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.!

1. Jelaskan pengertian taqdir secara etimologi dan terminologi.!


2. Apakah perbedaan antara Qodho’ dan Qadar.?Jelaskan.!
3. Berikan ilustrasi/gambaran mengenai Qodho’ dan Qadar Al-
lah..!
4. Sebut dan jelaskan pembagian Taqdir, !
5. Dalam penciptaannya, taqdir memiliki empat tingkatan, se-
but dan jelaskan dengan baik dan benar.!
6. Jelaskan peran manusia dalam taqdir, terkait dengan usaha
(al-kasbu) atau hak Ihtiyar yang dimiliki oleh manusia.!.
7. Menurut anda apakah hikmah terbesar dari beriman kepada
taqdir.? Jelaskan.!

330 KULIAH ISLAM I : Aqidah


GLOSARIUM

No Istilah Definisi
Qadar/Taqdir Ilmu Allah tentang apa-apa
yang akan terjadi pada seluruh
­makhluk-Nya pada masa yang akan
datang.
Qadha’ penciptaan dan terjadinya segala
sesuatu yang telah ada dalam Qadar
Allah subhanahu wa ta’ala.
Al-‘Ilmu Seorang muslim harus menyakini
(Ilmu) bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
mengetahui segala hal yang sudah
terjadi, sedang terjadi, bahkan yang
akan terjadi di seluruh alam s­ emesta
Al-Kitabah Yang dimaksud dengan Al-kitabah
(Pencatatan) adalah kekuasaan Allah ­subhanahu
wa ta’ala untuk menuliskan dan
menetapkan segala ‘ilmu-Nya
yang berkaitan dengan hal ikhwal
makhluk diseluruh alam semesta
­
sampai hari kiamat.
Al-Masyiah Yang dimaksud dengan ­Al-Masyiah
(Kehendak) adalah kehendak Allah subhana-
hu wa ta’ala untuk berbuat atau-
pun ­tidak berbuat, sesuai dengan
­qudarat dan iradat-Nya.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 331


Al-Khalq Al-Khalq adalah kekuasaan Al-
(Penciptaan) lah subhanahu wa ta’ala dalam
­menciptakan segala sesuatu ­tanpa
membutuhkan bantuan dari
­siapapun.
lauhul mah- Tempat tertulisnya seluruh taqdir
fuz, makhluk dari munculnya alam
­semesta hingga hari kiamat.
Al-Kasbu potensi akal pikiran, nura-
ni ­ (dzauq), dan anggota tubuh
manusia yang mampu mencerna,
­
mengolah ­informasi dan memilih
antara ­hal-hal yang benar dan harus
­dikerjakan dengan segala hal yang
salah dan harus ditinggalkan.
Taqdir Taqdir/ ketetapan Allah yang ber-
Mubrom laku mutlak dan tidak bisa dipilih
atau diusahakan oleh manusia/
makhlukNya. Seperti kelahiran,
­kematian, dll
Taqdir Mu’al- Taqdir/ ketetapan Allah yang ber-
laq laku mutlak namun bisa dipilih
atau diusahakan oleh manusia/­
makhluk-Nya. Seperti: Rizqi, Kec-
erdasan, Prestasi kerja, dll
Hidayah Al- (pentunjuk dan penjelasan) ­adalah
Irsyad wal hidayah yang melibatkan peran
serta para nabi untuk mendidik,
­
bayan membimbing, dan menjelaskan
pada manusia tentang ketuhanan
dan segala hal yang berkaitan
dengannya agar manusia menja-
di makhluk yang taat pada Allah
­subhanahu wa ta’ala.

332 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Hidayatul Qu- (Hidayah hati ) adalah hidayah yang
lub hanya dimiliki oleh Allah semata
dalam artian tidak ada yang dapat
mengusahakan hidayah ini masuk
dalam hati manusia kecuali Allah
saja

KULIAH ISLAM I : Aqidah 333


334 KULIAH ISLAM I : Aqidah
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Tahdzib Syarh


ath-­
­ Thahawiyah, Dasar-Dasar Aqidah menurut ulama
salaf, pen. At-Tibyan, Solo. 2000
Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdullathif.1422H. At-Tauhid
li An-Nasyi’ah wal Mubtadi’in, Al-Mamlakah Al-Arabiyah
As-Saudiyah: Wizarah Asy-Syu’un Al-Islamiyah wal Auqaf
wad Da’wah wal Irsyad.
Abdullah Azzam. Aqidah Landasan Pokok Membina Ummat,Ja-
karta: GemaInsani Press, 1994.
Achmad Baiquini, Prof., Ph.D., Al Qur’an dan Ilmu Pengeta-
huan Kealaman, Pen. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta
: 1996
Ahmad Azhar Basyir.Pendidikan Agama Islam I [aqidah],­
Yogyakarta:Fak Hukum UII, 1988
Al-‘Aqil, Muhammad. 2009. Manhaj Al-ImaamAsy-Syafii Fii Its-
baatil Aqiidah. Riyadh Saudi Arabiya: MaktabahAdhwa.
Al-‘Aql, Nashir Ibn Abdul Karim. 1992. Prinsip-Prinsip Aqidah
Ahlussunnah Wal Jama’ahcet. III. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-‘Aql, Nashir Ibn Abdul Karim. 1992. Prinsip-Prinsip Aqidah
Ahlussunnah Wal Jama’ahcet. III. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Asyqar, ‘Umar.DR, Al-Qadhaa’ wal Qadar, Daarun Nafa-­is,
Kuwait dan maktabatul falah, cet 1, th 1410 H
Al-Bukhari, Muhammad Bin Ismail. 2001.Shahih Al-Bukhari.
Solo: As-Salam Publishing

KULIAH ISLAM I : Aqidah 335


Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2001.Kitab Tauhid
Jilid I. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (UII)
Fakultas Agama Islam.
____________. 2000. Kitab Tauhid Jilid III cet. I. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia (UII) Fakultas Agama Islam.
Al-Hilali, Salim Bin ‘Ied, 2000. BahjatunNadziriinSyarhRiyadhis-
Shalihin. Jakarta: DaarIbnulJauzi.
Ali ash-Shabuni, Muhammad, Kenabian dan riwayat para nabi,
penerjemah Alwi As cet 1 jakarta PT. lentera Basritama
2001
Ali, Soleh, Syaikh; Syarhul Aqidah At-Thohaawiyah, CD Makta-
bah Syamilah, Tanpa Tahun
____________.I’aanatul Mustafiid Bisyarhi Kitaabit Tauhid, CD
Maktabah Syamilah, Tanpa Tahun
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, syifaaul ‘Aliil fii masaa-ilil Qadhaa’
wal Qadar wal Hikmah Wat Ta’liil, di teliti oleh Al-Hasani
Hasan ‘Abdullah, Maktabah Darut Turats, Kairo. Tanpa ta-
hun.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 1995. Minhajul Muslim. Al-Mam-
lakah Al-ArabiyahAs- Su’udiyyah,Biirut: DaarulFikri.
Al-Mubarakfury,Syafiurrahmah ; Sirah Nabawiyah Biography
of the prophet mutiara abadi sejarah nabi Muhammad saw,
Penerjemah Nayla Putri S.Ag. CV. Pustaka Islamika Band-
ung 2008
Al-Qardhawy, Yusuf. 1998.Jakarta. As Sunah sebagai sumber IP-
TEK dan Peradaban, Pen. Pustaka al Kautsar.
Al-Quran dan terjemahannya, Kementrian Agama RI, PT Sin-
ergiPustaka Indonesia, Jakarta Pusat 2012
AluAsy-Syaikh, Abdurrahman Bin Hasan. FathulMajidSyarhiKi-
tabitTauhid. Jakarta: DaarulHaq.

336 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. 1995. Prinsip-Prinsip
Dasar Keimanancet. II. Riyadh: Haiatul Ighatsah Al-Islami-
yah Al-Alamiyah.
Arif Wibowo, Drs,. Dkk., Serial al Islam dan Kemuhammadi-
yahan, Studi al Islam 2, Lembaga Studi Islam, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 1999
At-Tuwaijiri, Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah, 2007.En-
siklopedi Islam Al-Kaamil.Jakarta: DarusSunnah.
Faridl, Miftah. 1987. Pokok-Pokok Ajaran Islam. Bandung: Pus-
taka.
Hamka, Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1986. Tafsir Al-
Azhar. Surabaya: PT. Pustaka Islam
Ibnu Taimiyah.Aqidah Ahli Sunnah wal-Jama’ah,Bangil: Pustaka
Abd Muis, 1988.
Ibrahim Al-Hamd, Muhammad bin; Al-Iman Bil Qadha’ wal
Qadar penerjemah: Ahmad Syaikhu, S.Ag, Kupas Tuntas
Masalah Takdir: Pustaka Ibnu Katsir , Bogor 2005
Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lemba-
ga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
____________.Kuliah Aqidah, Yogyakarta, Lebaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadi-
yah.
IzzanAhmmad. 2005. Ululum Qur’an. Bandung :Tafakur.
Ja’farian, Rasul. Sejarah Islam; Sejak Wafatnya Nabi SAW hing-
ga Runtuhnya Bani Umayyah; penerjemah, Ilyas Hasan ;
cet.2 Jakarta; Lentera 2004.
Jopie Rattu, Pdt. Dr. Sridadi Atiyanto, Kitab Wahyu, Yunus
Ciptawiilangga, MBA, CHIP Benarkah sebagai penggenap
666 ? ww//wahyuakhirzaman.com

KULIAH ISLAM I : Aqidah 337


Keimanancet. II. Riyadh: Haiatul Ighatsah Al-Islamiyah
Al-Alamiyah.
Khalaf, Wahab, Abdul : ‘Ilmu Ushulul Fiqhi, Daarul Qalam,
Al-Qaahirah cet.12, th. 1398 H/ 1978 M.
Muhammad Abduh.Risalah Tauhid,Jakarta:BulanBintang, 1975.
MuhammadAbdulHadial-Mishri.Aqidah Ahlussunnah wal- Ja-
ma’ahMenurut Pemahaman Ulama Salaf, Jakarta: Gema Insani
Press,1995
Muhammad Said Al-Qathan Muhammad Bin Abdul Wahab.
Memurnikan`Laa Ilaa Ha Illallah,Jakarta: Gema Insani Press,
1996.
Muhamud Syaltut. Aqidah dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bina
Aksara, 1984.
Munawwir, Warson, Ahmad, Almunawwir Kamus Arab-Indo-
nesia. Pustaka Progressif Surabaya cet.14 th 1997
Nasrudin Razak.Dinul Islam,Bandung:Al-Ma’arif, 1993.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2009. Himpunan Putusan Tar-
jih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah, Majelis Tarjih, Himpunan Putusan Majelis
Tarjih. PP Muhammadiyah cet.3, Tanpa Tahun,
Qasim Al-Ghaza, Muhammad bin; Fathul Qoriib. Daaru Ihyaail
Kutubil ‘Arabiyah, Indonesia. Tanpa Tahun
Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islamcet. X. Bandung: Al-Ma’ar-
if
Ridla, Rasyid, Muhammad. Wahyu Ilahi Kepada Muhammad,
Penerjemah Josef C.D. PT Dunia Pustaka Jaya Jakarta Pu-
sat cet.1 th 1983

338 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Sabiq,Sayid;Aqidatul Islam, penerjemah; Sahid HM, Al-Ikhlas
Surabaya Tanpa Tahun
Sayid Sabiq. Aqidah Islam, Bandung: Deponegoro, 1993.
Shaleh Bin Fauzan Bin Abdullah al-Fauzan. Kitab Tauhid, Jakar-
ta: AkafaPress, 1998.
Sislilah Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah; Al-Mustawa Ar-Raabi’
At-Tauhid, Saudi Arabia: Universitas Islam Imam Muham-
mad Ibnu Saud. Tt.
SyaikhAbdulAzizbinAbdullahbin Baaz,Aqidah Shahihah Ver-
susBathilah: Hukum Sihir dan Pedukunan, Komplek Industri
Lama,Riyadh, 2002.
SyihkSulaimanBin AbdullahBinMuhammadBin Abdul Wah-
hab.alih Bahas. Ja’far Sujarwo, Kebenaran Tauhid Wahabiyah,
Surabaya:Al-Ikhlas, tt.
Thomas Djamaluddin, Dr., Menjelajah Keluasan Langit; Me-
nembus Kedalaman Al Quran, Khazanah Intelaktual, Ja-
karta. 2006
Tim Ahli Tauhid, Kitab TauhidJilid II. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia (UII) Fakultas Agama Islam.
Time, April 7, 1997, ‘The lure of the cult
Yasin, Muhammad Na’im, DR, Al-Iman, Arkanuhu, Haqiqa-
tuhu, Nawaqiduhu, Maktabah Al-Falah Kuwait, th 1983
Yasin, Muhammad Na’im. Yang Menguatkan Yang Membatalkan
Iman: Kajian Rinci Dua Kalimah Syahadah.Terj. Abu Fahmi.
Jakarta: Gema Insani Press, 1990.
E-book, Aplikasidan Internet:
Al-Qur’an Digital, versi 3.2
Al-Qur’an in word 2013

KULIAH ISLAM I : Aqidah 339


CD Hadist Kutubut Tis’ah versi 3.5
Maktabah syamilah
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasul
Manufacturing Dissent, ‘World Statistics - The Rich and the
Poor’, 1999; http://www.reagan.com/HotTopics.main/
HotMike/document-8.13.1999. html
UNICEF, ‘Children and Poverty: Key Facts’, 2000; http://
www.unicef.org /copenhagen5/ factsheets.htm
US Geological Survey National Earthquake Information Cen-
ter, “Earthquake Facts and Statistics”, 2000, http://www.
neic.cr.usgs.gov/neis/eqlists/ eqstats.html
Wikipedia Bebas, Nabi Palsu, Mordechai Cogan, 1 Kings: A
New Translation with Introduction and Commentary, An-
chor Bible Commentaries, Yale 2001
www.goodreads.com/book/show/5258606-al-qur-an -dan
-ilmu- pengetahuan- kealaman, Achmad Baiquni, Prof.,
Ph.D, di upload. Sep 29, 2011, dikutip 22 September 2013.

340 KULIAH ISLAM I : Aqidah


KULIAH ISLAM I : Aqidah 341
342 KULIAH ISLAM I : Aqidah
GLOSARIUM AQIDAH

BAB I

No Istilah Definisi
Aqidah sejumlah kebenaran yang dapat diter-
ima secara umum (aksioma) oleh ma-
nusia berdasarkan akal, wahyu dan
fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
(olehmanusia) di dalam hati (serta)
diyakini kesahihan dan keberadaan-
nya (secara pasti) dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Iman “Sesuatu yang diyakini di dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamal-
kan dengan anggota tubuh.”

Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhi-


du-tauhidan yang artinya “esa/tung-
gal”. Ini merujuk pada sifat Allah
yang tunggal.
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya
pokok-pokok agama.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 343


Ilmu kalam Kalam artinya berbicara, atau pem-
bicaraan. Aqidah Dinamai dengan
Ilmu Kalam karena banyak dan lu-
asnya dialog dan perdebatan yang
terjadi di antara pemikir masalah-ma-
salah aqidah
Fiqih akbar Artinya fiqih besar.
Ilahiyat. Adalahpembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan
Allah seperti wujud Allah, nama-na-
ma dan sifat-sifat Allah, af ’al Allah
dan lain sebagainya
Nubuwwat. Yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk pemba-
hasan tentang Kitab-Kitab Allah,
mu’jizat, keramat dan lain-lain.

Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala ses-


uatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis,
Syaithon, Roh dan lain sebagainya.
Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala se-
suatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an
dan Sunnah) seperti alam barzakh,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kia-
mat, surga-neraka dan sebagainya.

344 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Taufiqiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali
dengan dalil syari’i, tidak ada medan
ijtihad yang berpendapat di dalamn-
ya.
Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwari-
si dari bapak dan nenek moyangnya,
sekalipun hal itu batil, dan mencam-
pakkan apa yang menyalahinya, seka-
li pun hal itu benar.
Taqlid buta, Yaitu mengambil pendapat manusia
dalam masala aqidah tanpa mengeta-
hui dalilny
Ghuluw Sikap berlebihan dalam mencintai
para wali dan orang-orang shalih,
serta mengangkat mereka di atas de-
rajat yang tidak semestinya, sehingga
meyakini pada diri mereka sesuatu
yang tidak mampu dilakukan kecuali
oleh Allah, baik berupa mendatang-
kan kemanfaatan maupun menolak
kemudharatan
Ghaflah Sikap (lalai) terhadap perenungan
ayat-ayat Allah yang terhampar di
jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah)dan
ayat-ayat Allah yang tertuang dalam
Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah).

KULIAH ISLAM I : Aqidah 345


BAB II
No Istilah Definisi
Dalil Naqli Bukti atau dalil yang bersumber
dari Wahyu Allah baik Al-Quran
maupun Sunnah Rosulullah.
Dalil Aqli Bukti atau dalil yang bersumber
dari budi manusia.
Argumentasi Bukti fitrah tentang wujud Allah
Fithrah subhanahu wa ta’ala adalah bahwa
iman kepada sang Pencipta mer-
upakan fitrah setiap makhluk, tan-
pa terlebih dahulu berpikir atau
belajar
Tauhid mengesakan Allah subhanahu wa
ta’ala , beribadah serta patuh ha-
nya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala semata

346 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Tauhid Ru- kesadaran dan keyakinan bahwa
bubiyah Allah-lah satu-satunya Dzat yang
menciptakan serta mengatur alam
semesta dengan seluruh isinya
(Rabbul ‘alamin)
Tauhid Uluhi- mengimani bahwasanya Allah
yah subhanahu wa ta’ala satu-satun-
ya Al-Ma’bud yang berhak untuk
diibadahi.
Tauhid Asma’ beriman kepada nama-nama Al-
wa Sifat lah subhanahu wa ta’ala dan si-
fat-sifatNya, sebagaimana dit-
erangkan dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul-Nya menurut apa
yang pantas bagi Allah subha-
nahu wa ta’ala , tanpa ta’wil dan
ta’thil (menghilangkan nama/
sifat Allah subhanahu wa ta’ala ,
tanpa takyif (membagaimanakan
hakekat Asma dan Sifat Allah
subhanahu wa ta’ala.) dan tamtsil
(menyerupakan Allah subhanahu
wa ta’ala dengan makhlukNya)

KULIAH ISLAM I : Aqidah 347


Penyimpangan penyimpangan terhadap Asma’
Mu’aththilah, dan Sifat Allah subhanahu wa
ta’ala dengan cara mengingkari
nama-nama dan sifat-sifat Allah
atau mengingkari sebagiannya saja
untuk menghindari penyerupaam
Allah subhanahu wa ta’ala dengan
makhluk-Nya.
Penyimpangan penyimpangan terhadap Asma’
Musyabbihah, wa Sifat Allah subhanahu wa
ta’ala dengan cara menetapkan
nama-nama dan sifat-sifat, tetapi
menyerupakan Allah subhanahu
wa ta’ala dengan makhluknya.
Syirik Menyekutukan Allah dalam hal
penciptaan, peribadahan maupun
asma’ dan sifat Allah.
Ma’iyatullah sifat Ma’iyah yaitu tentang sifat
kebersamaan Allah dengan makh-
luk-Nya
Ma’iyah Am- kebersamaan Allah terhadap
mah seluruh makhluk dengan ilmu,
penglihatan, pndengaran dan
pengawasan-Nya
ma’iyyah khu- mereka selalu sadar akan penga-
sus wasan Allah dimanapun dan ka-
pan saja. Mereka selalu merasakan
ihsanullah yang tidak terhingga.

348 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Syirik besar menjadikan sesuatu sebagai seku-
tu (tan-dingan) bagi Allah.
Syirik kecil setiap perantara yang mungkin
menyebabkan kepada syirik besar,
ia belum mencapai tingkat ibadah,
tidak menjadikan pelakunya kelu-
ar Islam, akan tetapi ia termasuk
dosa besar

BAB III

No Istilah Definisi
Makhluk Makhluk ciptaan Allah yang tidak
Ghoib bias dilihat dengan panca indra
manusia.
Makhluk Sya- Makhluk ciptaan Allah yang dapat
hadah dilihat/disaksikan dengan pan-
caindra manusia.
Malaikat alam ghaib, makhluk, dan hamba
Allah subhanahu wa ta’ala Ma-
laikat sama sekali tidak memili-
ki keistimewaan rububiyah dan
uluhiyah. Allah menciptakannya
dari cahaya serta memberikan
kekuatan yang sempurna serta
kekuatan untuk melaksanakan
ketaatan itu.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 349


Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan
wahyu kepada para Nabi dan Ra-
sul.
Malaikat Mi- Malaikat yang diserahi tugas
kail menurunkan hujan dan tum-
buh-tumbuhan.
Malaikat Isra- Malaikat yang diserahi tugas me-
fil niup sangkakala di hari kiamat
dan kebangkitan makhluk.

Malaikat maut Malaikat yang diserahi tugas men-


cabut nyawa orang.
jin makhluk ghoib yang tercipta dari
api, berakal dan mereka melaku-
kan segala sesuatu dengan ke-
hendak. Bahkan mereka dibebani
perintah dan larangan, hanya saja
mereka tidak memiliki sifat dan
tabiat seperti yang ada pada ma-
nusia atau selainnya
Iblis Makhluk ghoib yang berasal dari
jenis jin.
Syaithan Dalam bahasa Arab syaithan ada-
lah setiap yang durhaka dari jin,
manusia atau hewan, atau dari se-
gala sesuatu.

350 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB IV
No Istilah Definisi
Kitab (Al-Kitab, Kitab Allah, Al-Kutub,
Kitab-Kitab Allah) adalah Kitab
Suci yang diturunkan oleh Allah
kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Kitab suci kitab suci yang bersumber dari wa-
samawi, hyu Allah. dan biasa disebut Ki-
tabullah (Kitab Allah.). Ada yang
berwujud Kitab dan ada yang ber-
wujud Shahifah atau Shuhuf.
Kitab suci kitab suci yang tidak bersumber
ardhi, dari wahyu Allah. melainkan ber-
sumber dari hasil perenungan dan
budi daya akal manusia sendiri.
Kitabullah Kalam atau firman Allah. yang
diwahyukan melalui malaikat Jibril
kepada Nabi dan Rasul-Nya yang
mengandung perintah dan laran-
gan sebagai pedoman hidup bagi
ummat manusia.
Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang
berarti lembaran
Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang be-
rarti buku.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 351


Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipa-
kaikan khusus untuk menunjukkan
Kitab Suci yang diturunkan Allah
kepada Nabi Daud
wahyu kalam Allah yang diturunkan kepa-
da para Nabi dan Rasul-Nya
Kitab Tau- Ada yang menyebutnya Thoret
rat atau Thora. Kitab yang Diturunk-
an kepada Nabi Musa AS (=Mo-
ses) abad ke 15 SM untuk Bani Is-
rail dan berbahasa Ibrani
Kitab Zabur Juga ada yang menyebut Mazmur
maupun Paska. Diturunkan ke-
pada Nabi Dawud AS (=David)
pada abad ke 10 SM untuk Bani
Israil dan berbahasa Qibthi.
Kitab Injil Ada yang menamakan Bibel mau-
pun Alkitab. Diturunkan kepada
Nabi Isa AS (=Yesus Kristus) pada
awal abad ke 1 M untuk Bani Israil
dan berbahasa Suryani.
Al-Quran kalamullah yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan kepa-
da penghulu para nabi dan rasul
dengan perantara malaikat Jibril as
yang sampai kepada kita dengan
cara mutawatir, membacanya mer-
upakan ibadah serta tertulis dalam
mushaf dimulai dari surat Al-Fati-
hah dan diakhiri dengan surat An-
Nas”

352 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Nasikh, Penghapus; Fungsi Al-Quran se-
bagai penghapus baik lafazh mau-
pun hukum, terhadap Kitab-Kitab
sebelumnya
Muhaimin Fungsi Al-Quran sebagai batu uji-
an terhadap kebenaran Kitab-Ki-
tab yang sebelumnya.
Mushaddiq Fungsi Al-Quran sebagai kitab
yang menguatkan kebenaran-kebe-
naran pada Kitab-Kitab Allah se-
belumnya, seperti Taurat dan Injil
yang membawakan petunjuk Allah
dan cahaya kebenaran (ayat yang
sama).

BAB V

No Istilah Definisi
Nabi seorang laki-laki biasa yang Allah
muliakan dengan diberikan wahyu dan
mengamalkannya tanpa ada perintah
maupun larangan untuk menyam-
paikannya.

Rasul nabi yang mendapatkan perintah, jam-


inan keamanan, dan kewenangan dari
Allah Subhanahu Wata’ala untuk men-
dakwahkan risalah/wahyuyangiateri-
ma, pada ummatnya.
Risalah Ajaran yang bersumber dari wahyu
yang dibawa oleh para nabi dan rosul.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 353


As-Shidqu Sifat jujur yang dimiliki seorang nabi
dalam mengemban tugas dakwah seh-
ingga dapat membuat ummatnya per-
caya (beriman) padanya.
Al-Amanah sifat jujur yang diterapkan pada per-
buatan dan tindakan seseorang dalam
menunaikan kewajiban dan melak-
sanakan tugas maupun tanggung jawab
yang dibebankan padanya.
At-Tabligh yaitu sifat para nabi dan rosul untuk
menyampaikan segala yang ia terima
berupa wahyu dan syariat kepada umat
manusia.
Kitman Menyembunyikan risalah/Lawan dari
sifat tabligh.
Al-fathonah kecerdasan tingkat tinggi yang dimili-
ki oleh para nabi dan rosul sehingga
melahirkan kearifan dan kebijaksanaan
serta kejernihan berfikir yang mem-
buat mereka tidak hanya cerdas secara
pribadi namun lebih dari itu, mereka
mampu mentransformasikan segala
informasi (wahyu dan ajaran agama)
yang mereka terima dari Allah dengan
sangat efektif dan efisien atas kehen-
dak Allah Subhanahu Wata’ala
Ma’shum Disebut juga ishmah menurut istilah
syara’ adalah perlindungan yang diberi-
kan Allah swt pada para nabi dan rasul
sehingga tidak terjerumus melakukan
maksiat dan perbuatan dosa, munkar
dan haram

354 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Mukjizat kejadian luar biasa (khawariqul ‘adah)
yang hanya terjadi pada para nabi dan
rasul atas izin Allah Subhanahu Wa-
ta’ala, sebagai hujjah atas kebenaran
mereka, untuk menjawab tantangan
sekaligus mematahkan argumentasi-ar-
gumentasi para penentang
Mukjizat Mukjizat yang berkaitan dengan kejad-
kauniyah ian-kejadian luar biasa yang bertentan-
gan dengan hukum alam (sunnatullah).
Mukjizat Mukjizat yang mengemukakan kebe-
Aqliyah naran risalah ilahiyah dengan cara yang
logis dan sesuai fitrah manusia namun
ilmiah tidak mungkin dapat dilakukan oleh
manusia biasa.
Nabi Ulul Para nabi dan rasul yang paling ­banyak
Azmi mendapatkan rintangan dan cobaan
yang berat, namun tetap memiliki
niat dan kemauan yang teguh dalam
mengemban risalah ilahiah sehingga
mampu bertahan dan mengembang-
kan dakwahnya sesuai dengan perintah
Allah Subhanahu Wata’ala.
Nubuwat Pemberitaan hal-hal yang sudah p ­ asti
akan terjadi yang disampaikan oleh para
nabi kepada ummatnya ­ berdasarkan
wahyu dari Allah.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 355


BAB VI

No Istilah Definisi
Hari kiamat waktu berakhirnya seluruh kegia-
tan di dunia dan berakhirnya alam
dunia
Yaumul ba’ast (hari kebangkitan) QS. Al Rum :
56
Yaumul hisab (hari perhitungan) Qs. Al Muk-
min : 27

Yaumul dien (hari pembalasan) QS. Al Fatihah


:3

Yaumul fath (hari kemenangan) QS. Al Sajdah


: 29

Yaumul talaq (hari pertemuan) QS. Al Mukmin


: 15-16

356 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Yaumul jam’I (hari perhimpunan) QS. Al
Thaghabun : 9)

Yaumul Thaga- (ditampakkan kesalahan) QS. Al


bun Thaghabun : 9).

Yaumul khu- (hari kekekalan) QS. Qaf : 34


lud
Yaumul khu- (hari keluar) QS. Qaf : 42
ruj
Yaumul has- (hari penyesalan) QS. Maryam :
rah 39
Yaumul tanad (hari panggil memanggil) QS. Al
mukmin 32

Yaumul fashl (hari keputusan) QS. An Naba’


17

Assa’ah (waktu) QS. Al Qamar : 1

Al akhirah (hari akhir) QS. Al A’la : 16-17

Al Azifah (peristiwa yang dekat) QS. An


Nazm : 57

Al Thammah (mala petaka besar) QS. An Na-


zi’at : 34

KULIAH ISLAM I : Aqidah 357


Ashakhkhakh (toupan sangkakala) QS. Abasa :
33
Al Ghasiyah (kejadian yang menyelubungi) Qs.
al Ghasiyah:1

Al Waqi’ah (peristiwa besar) QS. Al Waqi’ah


:1
Dajjal Makhluk Allah/manusia yang
menjadi salah satu dari tanda-tan-
da kiamat kubro, dia akan hidup
selama 40 hari di atas permukaan
bumi dan akan mengaku sebagai
tuhan, kehadirannya merupakan
Fitnah terbesar diakhir zaman.
Dabbah Hewan melata yang dapat ber-
bicara, akan muncul menjelang
kiamat dan mengingatkan manu-
sia akan penyelewengan mereka
terkait konsep keimanan kepada
Allah.
Dukhon Kabut hitam pekat lagi panas yang
muncul menjelang Kiamat
Imam Al-Mah- Pemimpin kaum ­
muslimin,
di keturunan Rosulullah SAW
­memiliki nama yang sama ­dengan
nama Rosul dan Ayahnya juga
memiliki nama yang sama ­dengan
Ayah Rosul. Dia akan muncul
saat hari kiamat sudah sangat
dekat dengan meneggakan syariat
­Islam dan menebarkan keadilan,
­ke­amanan, serta kesejahteraan
­untuk seluruuh manusia yang beri-
man kepadaAllah dan ­Rosul-Nya.

358 KULIAH ISLAM I : Aqidah


BAB VII

No Istilah Definisi
Qadar/Taqdir Ilmu Allah tentang apa-apa yang
akan terjadi pada seluruh makh-
lukNya pada masa yang akan
datang.
Qadha’ penciptaan dan terjadinya segala
sesuatu yang telah ada dalam Qa-
dar Allah subhanahu wa ta’ala.
Al-‘Ilmu (Ilmu) Seorang muslim harus menyakini
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala
mengetahui segala hal yang su-
dah terjadi, sedang terjadi, bahkan
yang akan terjadi di seluruh alam
semesta
Al-Kitabah Yang dimaksud dengan Al-kitabah
(Pencatatan) adalah kekuasaan Allah subha-
nahu wa ta’ala untuk menuliskan
dan menetapkan segala ‘ilmuNya
yang berkaitan dengan hal ikhwal
makhluk diseluruh alam semesta
sampai hari kiamat.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 359


Al-Masyiah Yang dimaksud dengan Al-Masy-
(Kehendak) iah adalah kehendak Allah subha-
nahu wa ta’ala untuk berbuat atau-
pun tidak berbuat, sesuai dengan
qudarat dan iradatNya.
Al-Khalq (Pen- Al-Khalq adalah kekuasaan Al-
ciptaan) lah subhanahu wa ta’ala dalam
menciptakan segala sesuatu tanpa
membutuhkan bantuan dari sia-
papun.
lauhul mah- Tempat tertulisnya seluruh taqdir
fuz, makhluk dari munculnya alam se-
mesta hingga hari kiamat.
Al-Kasbu potensi akal pikiran, nurani (dz-
auq), dan anggota tubuh manusia
yang mampu mencerna, mengolah
informasi dan memilih antara hal-
hal yang benar dan harus dikerja-
kan dengan segala hal yang salah
dan harus ditinggalkan.
Taqdir Taqdir/ ketetapan Allah yang ber-
Mubrom laku mutlak dan tidak bisa dipilih
atau diusahakan oleh manusia/
makhlukNya. Seperti kelahiran,
kematian, dll
Taqdir Mu’al- Taqdir/ ketetapan Allah yang ber-
laq laku mutlak namun bisa dipilih
atau diusahakan oleh manusia/
makhlukNya. Seperti: Rizqi, Kec-
erdasan, Prestasi kerja, dll

360 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Hidayah Al- (pentunjuk dan penjelasan) ada-
Irsyad wal lah hidayah yang melibatkan peran
serta para nabi untuk mendidik,
bayan membimbing, dan menjelaskan
pada manusia tentang ketuhanan
dan segala hal yang berkaitan
dengannya agar manusia menjadi
makhluk yang taat pada Allah sub-
hanahu wa ta’ala.
Hidayatul Qu- (Hidayah hati ) adalah hidayah
lub yang hanya dimiliki oleh Allah se-
mata dalam artian tidak ada yang
dapat mengusahakan hidayah ini
masuk dalam hati manusia kecuali
Allah saja

KULIAH ISLAM I : Aqidah 361


362 KULIAH ISLAM I : Aqidah
TENTANG PENULIS

Drs. Abdullah Wahab, MA. Lahir di Desa Mapin Kebak


­Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa, dari pasangan H.
Abdul Karim dan HJ.Rabaiyah pada tanggal 12 Agustus 1967,
menyelesaikan sekolahdi SDN 1 Mapin Kebak Sumbawa 1980,
setelah itu melanjutkan di PON.PES PERSIS Bangil selama 6
(enam) tahun. Lulus tahun 1986, kemudian melanjutkan ke
pondok Shobron Universitas Muhammadiyah Surakarta dan
menyelesaikan S1 di Universitas Muhammadiyah ­Surakarta Sho-
bron Fakultas Agama Islam, lulus tahun 1994. Pada ­tahunyang
sama mulai mengajar di Universitas Muhammadiyah Mataram.
Kemudian pada tahun 2008 melanjutkan studi pasca sarjana
program Magister Studi Islam di ­Universitas ­Muhammadiyah
Yogyakarta, lulus tahun 2010. Pernah ­menjabat sebagai k­ etua
Lembaga Studi Islam (LSI) UM. Mataram (2004-2010) lalu
pada tahun 2013 sampai saat ini menjabat sebagai Dekan
Fakultas Agama Islam.Adapun ­kegiatan organisasi pada ­tahun
1986-1990 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat
Pondok Shobron, tahun 1994-1996 Wakil Ketua DPD IMM
NTB, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammad-
iyah NTB (1996-2000), Sekertaris Majelis Tarjih PWM NTB
(2000-2005), Wakil Ketua Majelis Tarjih PWM NTB (2005-
2010), dan pada tahun 2010 sampai sekarang menjabat sebagai
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah NTB.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 363


SUWANDI, M.Pd.I, Lahir di Desa Kowo Kecamatan Sape
Kabupaten Bima, tanggal 14 Juni 1970, putera kedua dari
­Bapak Muhammad Siddik 71 thn dan Ibu Hamilah 67 thn, dari
enam bersaudara. Masuk sekolah Dasar Negeri Kowo tamat
1984, MTSn Sape Tamat 1987, melanjutkan di PGAN Bima
tamat tahun 1990, S1 di Sekolah Tinggi ilmu Syari’ah Mataram
yang kemudian menjadi Fakultas Syari’ah IAIN Mataram
­tamat tahun 1994.Menikah tahun 1998 dengan Ny. Rosdiana,
sampai sekarang telah memiliki empat orang anak; Zaki 16 th,
Ayu 15 th, Salsa 12 th, dan Rois 5 th. Sekarang beralamat di
Jalan Felindo no. 41A Bagek Kembar Kel. Tanjung Karang
Permai Kecamatan Sekarbela Kota Mataram NTB. ­Menjadi
dosen ­luarbiasa di UM Mataram sejak tahun 2002, ­diangkat
menjadi dosen Tetap Yayasan pada juli 2006,
­ mengajar
­
al Islam dan ­Kemuhammadiyahan di Fakultas Teknik UM
Mataram, ­menjadi sekretaris LPM th 2007-2009, ditinggal-
kan jabatan tersebut ­dalam rangka melanjutkan Studi Magister
(S2) ­Pendidikan ­Agama ­Islam di Universitas Muhammadiyah
­Surabaya, wisuda oktober 2011, akhir 2012 kembali memegang
jabatan sebagai sekretaris LPM sampai sekarang. Saat menjadi
mahasiswa ­sudah aktif di Ortom Muhammadiyah, mengikuti
Darul Arqam Dasar IMM tahun 1992, Darul Arqam Madya
(DAM) tahun 1994, dan menjadi ketua IMM komisariat
IAIN 1992, sekretaris IMM Komisariat Mataram 1993, wakil
­sekretaris DPD IMM NTB 1995, menjadi wakil Ketua Pemuda

364 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Muhammadiyah Kota Mataram 1999, wakil sekretaris Pemuda
Muhammadiyah Wilayah NTB 2000, ketua bidang lingkungan
hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Mataram 2006.
Mengikuti Latihan Dasar (Latsar) Resimen Mahasiswa 1991,
Kursus Kader Pelaksana (Suskalak) Resimen Mahasiswa 1993.
Kini masih aktif melaksanakan Tri Dharma Perguruan ­Tinggi
dan sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Mataram.
Apabila ada hal-hal yang diperlukan bisa dihubungi via HP:
081237386869 - 081917370900, Email: suwanw@ymail.com.

Muhammad Nasir, M.Pd.I, lahir di Lombok Barat 1 ­Maret


1984, melewatkan pendiddikan formalnya di ­Sekolah Dasar
Negeri 2 Mambalan Lombok Barat (1997), SMPN 5 ­Purwakarta
Jawa Barat (2002) dan MAN Purwakarta Jawa Barat (2005).
Gelar Sarjana Muda (SI) Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
diperoleh dari Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung (2009) dan Gelar Magister (S2) Jurusan P ­ endidikan
Bahasa Arab diperoleh dari pascasarjana UIN Maulana ­Malik
Ibrahim Malang (2013). Disamping menjadi dosen AIK
­Uneversitas muhammadiyah Mataram dari tahun 2010 sampai
sekarang, juga mengampu mata kuliah bahasa arab di Fakultas
Agama Islam UM Mataram.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 365


Sukarta, M.Pd.I. Lahir di Karang Anyar, Desa Kopang
­Rembiga, Kecamatan Kopang Lombok Tengah dari ­pasangan
Muhammad Suhud dan Isbandiah, pada tanggal 17 ­Agustus
1984. Pada tahun 2002 dikirim oleh KH.Abdul ­ Muhiet
­Al-­Lepaky sebagai utusan PWM untuk belajar agama di ­Pondok
Pesantren Muhammadiyah Asy-Syifa’ ­ Yogyakarta, selesai
­tahun 2009. Pada tahun 2004 mengikuti kuliah ­Diploma
­Bahasa Arab di Jam’iyyatud Da’wah Wat Ta’lim ­Jakarta, lulus
tahun 2005. Kemudian melanjutkan kuliah di Mediu ­(Medinah
International University), namun karena ­
­ menikah ­ dengan
­seorang Hafidzoh (penghafal Al-Qur’an) dari ­Yogyakarta
maka kuliah di ­Mediu berhenti dan melanjutkan sekolah di
UIN Sunan Kalijaga ­ Yogyakarta pada ­ Fakultas Tarbiyah,
­Jurusan Pendidikan A ­ gama Islam, lulus tahun 2009. ­Sekarang
sedang menempuh Program Pascasarjana pada ­Fakultas ­Agama
­Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam di ­Institut ­Agama
­Islam ­Negeri Mataram. ­Aktif mengikuti ­seminar, diskusi dan
­menjadi narasumber dalam Forum Kajian Keislaman. A ­ ktip
di O ­ rganisasi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah
NTB sebagai Ketua Bidang Dakwah dan Pengkajian Islam, di
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah NTB sebagai Sekretaris
Majelis Tabligh 2010-2015, di Pimpinan Daerah Muhammadi-
yah Kota Mataram sebagai Wakil ketua bidang dakwah, di Panti

366 KULIAH ISLAM I : Aqidah


Asuhan Muhammadiyah Mataram sebagai Koordinator bidang
pendidikan. Pekerjaan sehari-hari sebagai tenaga ­edukatif di
Universitas Muhammadiyah Mataram.

M. Anugrah Arifin, M.Pd.I lahir di


Mataram, 03 Maret 1990 dari pasangan
Arifin Yasin, S.Sos, dan Kasmir, S.Pd.I.
Melewatkan pendidikan formalnya di
TK Aisyiah mataram lalu melanjutkan
ke SDN 01 Mataram (2002), SMPN 01
Mataram (2005), MAN 1 Mataram
(2008). Saat di Madrasah Aliyah, mulai
menghafalkan Al-Quran di PON.PES
Nurul Ulum Al-Aziziyah, lalu
menyelesaikan hafalan Al-Quran dan
­
memperdalam kitab-kitab klasik di Ma’hadul Quran PON.
PES Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo-Jawa Timur, sekaligus
menamatkan studi S1 Jurusan PendidikanBahasa Arab di
­Institut Agama IslamIbrahimy (IAII)Sukorejo -Jawa Timur.
Gelar Magister Jurusan Pendidikan Agama Islam diperoleh di
Universitas Agama Islam Negeri (UIN) Mataram. Sehari-hari
penulis aktif sebagai Dosen Al-Islam dan ­Kemuhammadiyahan
sekaligus menjabat bidang pengkajian di Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah
Mataram, selain itu Penulis juga aktif sebagai Khadim Yayasan
Riyadhul Mubarok Selagalas-Mataram yang bergerak dibidang
pendidikan Islam khususnya Al-Quran, penulis juga aktif
mengisi kajian-kajian Keislaman di Nusa Tenggara Barat.

KULIAH ISLAM I : Aqidah 367

Anda mungkin juga menyukai