Anda di halaman 1dari 393

KULIAH

AQIDAH
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49
Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sukarta, M.Pd.I, dkk.

KULIAH
AQIDAH

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam


(LP2I)
Universitas Muhammadiyah Mataram
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sukarta, dkk.
Kuliah Aqidah/Sukarta, dkk./Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah Mataram, 2014

xviii + 347 hlm.; 14 x 21 cm


ISBN: 978-602-70088-1-6

I. Pendidikan Islam II. Judul

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip


atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun, juga tanpa izin tertulis dari penerbit

Kuliah Aqidah

Penulis : Sukarta, M.Pd.I, dkk.


Editor : Najamuddin, M.Pd.I.
Lay Out : Muhammad Ama la Hanif

Cetakan Pertama, Juni 2014

Penerbit:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I)
Universitas Muhammadiyah Mataram
Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Nusa Tenggara Barat
Telp. (0370) 6610732
KATA PENGANTAR
MAJELIS DIKTI PP MUHAMMADIYAH

Alhamdulillahirrabil’alamiin. Majelis Dikti Pimpinan


Pusat Muhammadiyah dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) telah
menerbitkan sebuah buku sebagai acuan dalam proses
pembelajaran Al-Islam dan Kemuhamamdiyah (AIK) yang
bertitel Pedoman Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk
Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Sebagai sebuah
Pedoman, buku tersebut berisi pokok-pokok pikiran dan
tema tema penting dalam pelaksanaan pembelajaran AIK.
Kehadiran Buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
yang terdiri atas 4 (empat) buku, yang diterbitkan oleh
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I)
Universitas Muhammadiyah Mataram akan menambah
khasanah bacaan bagi para mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan AIK. Ketersediaan pustaka AIK tersebut
sebagai bahan bacaan pendukung menjadikan proses
pembelajaran lebih mudah diikuti dan lebih produktif.
Kempat Buku yang terdiri dari Kuliah Aqidah, Kuliah Fiqh
Ibadah, Kuliah Akhlak dan Kuliah Kemuhammadiyahan

Kuliah Aqidah ~ vii


merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan
model-model pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
yang memberikan pencerahan paham Islam dan komitmen
gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan.
Agar buku tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip dan
pokok – pokok pikiran dalam persyarikatan
Muhammadiyah, maka dari sisi materi (isi) harus dilakukan
evaluasi dan revisi sesuai dengan perkembangan pemikiran
dalam persyarikatan Muhammadiyah.
Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah memberikan apresiasi dan penghargaan
yang tinggi kepada LP2I atas kehadiran empat buku
tersebut. Kepada para penyusun buku ini, semoga Allah
SWT memberikan pahala atas goresan setiap rangkaian
huruf, kata, dan kalimat dan tercatat sebagai sebuah Ibadah.
Semoga buku ini bermanfaat dan mencerahkan bagi siapa
saja yang membacanya. Amiin.

Yogyakarta, 7 Sya’ban 1436 H./24 Mei 2015

Majelis Dikti PP Muhamadiyah

Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Chairil Anwar Muhammad Samsudin,


S.Ag.,M.Pd.

viii ~ Kuliah Aqidah


KATA SAMBUTAN
KETUA BADAN PEMBINA HARIAN
(BPH)UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MATARAM

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Sebagai ketua Badan Pembina Harian (BPH)
Universitas Muhammadiyah sekaligus menjadi Pembina
kegiatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di
lingkungan kampus Muhammadiyah tentu kami sangat
bersyukur dan mengucap Alhamdulillah atas terbitnya Buku
Ajar Kuliah Aqidah yang membahas tentang tauhid ini.
Kami juga mengucapkan apresiasi yang tinggi kepada para
penulis yaitu; Drs. Abdul Wahab, MA, Suwandi, M.Pd.I.,
M. Nasir, M.Pd.I., Sukarta, S.Pd.I, dan M.Anugrah Arifin,
S.Pd.I yang dengan ulat, gigih dan tekun dapat
menyelesaikan penulisannya sesuai rencana. Semoga buku-
buku ajar AIK lainnya, seperti Kuliah Akhlak dan Kuliah
Kemuhammadiayahan segera dapat diterbitkan agar
kelangkaan refrensi buku AIK dapat teratasi.
Agama Islam mengajarkan tiga pokok ajaran yaitu;
Aqidah/Tauhid, Ibadah dan Akhlakul karimah dalam
mu’amalah dan mua’asyarah. Dari ketiga nilai penting
tersebut, Aqidah Islam adalah hal yang mendapatkan
perhatian dan pembinaan khusus dari Rasulullah saw selama

Kuliah Aqidah ~ ix
13 tahun dakwah beliau di Makkah Al-Mukarramah. Hal ini
disebabkan oleh pentingnya pemurnian Aqidah sebagai
pondasi dasar keislaman seseorang yang akan sangat
berpengaruh terhadap girah (semangat) dan targib
(motivasi) beramal seseorang, serta merupakan tembok
pembatas antara muslim dengan kafir. Kerisauan akan
pemurnian Aqidah ini pula yang mendorong KH. Ahmad
Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai
gerakan dakwah dan tajdid yang berusaha memurnikan
aqidah tauhid umat islam dari penyakit Tahayyul, Bida’ah,
Churafat (TBC)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sebagai salah
satu amal usaha persayarikatan merupakan media dakwah
yang sangat berpotensi untuk mewujudkan salah satumisi
utama Persyarikatan; menegakkan keyakinan tauhid yang
murni, sesuai dengan ajaran Allah swt, yang dibawa oleh
seluruh Rasul Allah sejak nabi Adam as hingga nabi
Muhammad saw dalam bentuk pemurnian aqidah/tauhid
umat islam dewasa ini sekaligus membentengi aqidah
generasai muda islam dari ajaran-ajaran yang menyimpang,
misi itulah yang terangkum dalam mata kuliah Aqidah ini.
Sebagai ketua BPH saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada para penulis yang telah berupaya keras
bagi terwujudnya buku ini. Semoga buku ajar Kuliah Aqidah
ini menjadi awal kebangkitan tradisi menulis di kalangan
para dosen di UM. Mataram.
Mataram, Mei 2014
Ketua BPH UM. Mataram

x ~ Kuliah Aqidah
Ttd

DRS. H. SYAMSUDDIN ANWAR

Kuliah Aqidah ~ xi
KATA SAMBUTAN
REKTOR UNIVERSITASMUHAMMADIYAH
MATARAM

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Alhamdulillah buku ajar Kuliah Aqidah tentang Tauhid
yang ditulis oleh Drs. Abdul Wahab, MA, Suwandi, M.Pd.I.,
M. Nasir, M.Pd.I., Sukarta, S.Pd.I, dan M.Anugrah Arifin,
S.Pd.I dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai rektor, tentu
saya mengenal dekat dengan para penulis sebagai pribadi
yang memiliki kompetensi dan concern dalam bidang
Aqidah.
Universitas Muhammadiyah Mataram merupakan salah
satu amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah dalam
bidang pendidikan yang ikut mengambil peran dalam usaha
mewujudkan cita-cita besar persyarikatan “ mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya”, salah satunya
dengan cara melakukan piurivikasi Aqidah Islam baik bagi
kalangan civitas akademika UM. Mataram, warga
persyarikatan maupun masyarakat Islam secara umum.
Usaha-usaha pemurnian Aqidah umat Islam yang
dilakukan UM. Mataram, termotivasi oleh kenyataan bahwa
ajaran-ajaran dan pemahaman yang menyimpang, dewasa ini
telah mampu masuk dan mempengaruhi dunia pendidikan
Islam. Oleh karena itu kami melakukan berbagai upaya-

xii ~ Kuliah Aqidah


upaya perbaikan dan pembentengan Aqidah Islam melalui
jalur non formal seperti seminar, pelatihan dan kajian diluar
kampus maupun upaya formal dalam bentuk perkuliahan
Kuliah Aqidah. Buku ini kami terbitkan sebagai bentuk
usaha meningkatkan kualitas perkuliahan Kuliah Aqidah
sekaligus menjadi media dakwah aqidah melalui tulisan
dengan harapan dapat menjadi refrensi tambahan bagi
seluruh civitas akademika khususnya, maupun warga
persyarikatan dan masyarakat Islam pada umumnya.
Sebagai Rektor, saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada para penulis yang telah berupaya keras bagi
terwujudnya buku ini. Semoga kerja kerasnya menjadi amal
jariyah di akhirat kelak. Terakhir, mudah-mudahan dengan
terbitnya buku Kuliah Aqidah ini upaya kita untuk
memajukan UM. Mataram melalui pencitraan sebagai
kampus islami dapat segera menjadi kenyataan.

Mataram, Mei 2014


Rektor UM. Mataram

Ttd

DRS. MUSTAMIN H. IDRIS, M.S

Kuliah Aqidah ~ xiii


PENGANTAR PENULIS

‫ َو َنعُوذُ بِاللَّ ِه ِم ْن‬، ُ‫ َونَ ْسَت ْغ ِف ُره‬، ُ‫ َونَ ْستَعِينُه‬، ُ‫ حَنْ َم ُده‬، ‫إِ َّن احْلَ ْم َد لِلَّ ِه‬
،ُ‫ض َّل لَه‬ِ ‫ من يه ِد ِه اللَّه فَال م‬،‫ات أ َْعمالِنَا‬ ِ ‫ و ِمن سيِّئ‬، ‫ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا‬
ََ ْ َ
ُ ُ َْ ْ َ َ ُ
ِ ِ ْ ‫ومن ي‬
َ ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن ال إِلَهَ إِال اللَّهُ َو ْح َدهُ ال َش ِر‬، ُ‫ي لَه‬
‫يك‬ َ ‫ضل ْل فَال َهاد‬ ُ ْ ََ
َّ ‫ َوأ‬،ُ‫لَه‬
.ُ‫َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬
Penulisan buku Kuliah Aqidah yang membahas tentang
Akidah adalah salah satu mata rantai dari penulisan buku-
buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu Kuliah
AqidahI tentang Ibadah dan Kuliah AqidahII tentang
Akhlaq. Diterbitkannya buku Kuliah Aqidah ini sebagai
salah satu wujud komitment Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah
Mataram untuk merealisasikan islamisasi kampus melalui
media tulisan dan strategy lainnya.
Uregensi Akidah dalam agama seorang muslim,
bagaikan uregensinya sebuah pondasi dalam sebuah
bangunan. Jika pondasinya kuat maka bangunannya pun
akan kuat. begitu juga, jika pondasi Akidah kuat dibangun
diatas Al-Quran dan As-Sunnah Ash-Shahihah al-Maqbullah
maka agama seorang muslimpun akan kuat.

xiv ~ Kuliah Aqidah


Buku Kuliah Aqidah ini tersusun dalam VII (tujuh) Bab
yang ditulis oleh tim, dengan perincian;Bab I dan Bab IV
ditulis oleh Muhammad Nasir, M.Pd.I dan Drs.Abdul
Wahab, MA yang berisi tentang pengantar ilmu aqidah yang
mencakup pembahasan tentang: istilah-istilah lain tentang
aqidah, ruang lingkup aqidah, sumber aqidah Islam, kaidah
aqidah, fungsi aqidah, dan penyimpangan aqidah serta cara
penanggulangannya. Bab IV membahas tentang Iman
kepada Kitab-Kitab Allah swt sebagai wahyu,
menjelaskanpengertian Kitab-Kitab Allah swt, Kitab-Kitab
Allah swt sebelum Al-Qur’an, menjelaskan Al-Qur’an
sebagai Kitab Allah swt yang terakhir serta menjelaskan
perbedaan iman kepada Al-Qur’an dengan iman kepada
kitab-kitab suci lainnya. Bab II dan III ditulis oleh Sukarta,
S.Pd.I yang membahas tentang Iman Kepada Allah yang
mencakup pembahasan tentang: keimanan kepada wujud
Allah swt, tauhid kepada Allah swt, makna Laa Ilaha
illallah, hakikat dan dampak dua kalimat syahadah, hal-hal
yang membatalkan dua kalimat syahadah, ilmu Allah swt,
Ma’iyyatullah, syirik kepada Allah swt. Serta Bab III
membahas tentang Iman kepada Malaikat yanag mencakup
pembahasan tentang: hakikat Malaikat dan makhluk gaib,
deskripsi iman kepada Malaikat, nama dan tugas para
Malaikat, hikmah beriman kepada Malaikat, Jin; Iblis dan
Syaitan. Adapun Bab V dan Bab VII ditulis oleh M.Anugrah
Arifin, S.Pd.I. Bab V membahas tentang iman kepada Nabi
dan Rasul yang menjelaskan tentang: Arti nabi dan rasul,
perbedaan antara nabi dan rasul, nama-nama nabi dan rasul,
menjelaskan sifat-sifat nabi dan rasul, menjelaskan tugas

Kuliah Aqidah ~ xv
dan mukjizat rasul, menjelaskan rasul-rasul Ulul ‘Azmi,
menjelaskan Muhammad Rasulullah saw sebagai Nabi yang
terakhir, dan menjelaskan Iman kepada seluruh Nabi dan
Rasul. Kemudian Bab VII tentang Iman kepada Taqdir yang
mencakup: pengertian takdir (qadha dan qadar), tingkatan
iman kepada takdir, macam-macam takdir, posisi manusia
dalam takdir, serta hikmah iman kepada takdir. Dan Bab VI
ditulis oleh Suwandi, M.Pd.I yang membahas tentang Iman
kepada hari kiamat yang menjelaskan tentang; definisi hari
kiamat, kiamat menurut pandangan islam dan ilmu
pengetahuan,tanda-tanda kiamat, gambaran terjadinya
kiamat, kejadian pasca hari kiamat, dan hikmah beriman
pada hari kiamat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan buku ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dan kami
memohon kepada Allah agar memberikan kepada kami
maghfiroh-Nya. Semoga dalam waktu yang akan datang
penulisan buku ini akan lebih baik. Wallau A’lam.

Mataram, 1 Syakban 1435


H
30 Mei 2014 M
Atas nama Penulis

Ttd.

xvi ~ Kuliah Aqidah


Sukarta, S.Pd.I

Kuliah Aqidah ~ xvii


DAFTAR ISI

Kata SambutanKetua Badan Pembina Harian (BPH)


Universitas Muhammadiyah Mataram...........................
v
Kata Sambutan Rektor Universitas Muhammadiyah
Mataram .....................................................................
vii
PengantarPenulis............................................................
ix
Daftar Isi .....................................................................
xii

BAB I
PENGANTAR AQIDAH ISLAM...............................
1
A. Pengertian Aqidah....................................................
4
B. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah.........................
9
C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah.......................
18
D. Sumber Aqidah Islam...............................................
45
E. Beberapa Kaidah Aqidah.........................................
48

xviii ~ Kuliah Aqidah


F. Fungsi Aqidah..........................................................
51
G. Penyimpangan Aqidah dan Solusinya......................
52
1. Penyimpangan Aqidah.........................................
52
2. Solusinya..............................................................
58

BAB II
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH SWT..............
59
A. Beriman Kepada Wujud Allah SWT........................
61
B. Mentauhidkan Allah SWT.......................................
74
1. Hakikat dan Kedudukan Tauhid ........................
74
2. Keistimewaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang
Diampuni Karenanya.........................................
78
3. Barang Siapa Komitmen dengan Tauhid
Dengan Semurni-Murninya, PastiMasukSurga
Tanpa Hisab.......................................................
81
4. Macam-Macam Tauhid .....................................
83
a. Tauhid Rububiyah........................................
83

Kuliah Aqidah ~ xix


b. Tauhid Uluhiyah..........................................
91
c. Tauhid Asma’ wa Sifat................................
98
C. Makna Laa Ilaaha Ilallah..........................................
102
D. Hakikat dan Dampak Dua Kalimah Syahadah.........
106
E. Yang Membatalkan Dua Kalimah Syahadah............
111
1. Syirik dalam ibadah kepada Allah ta’ala...........
111
2. Tidak mengkafirkan orang-orang kafir atau
ragu tentang kekafiran mereka...........................
113
3. Menganggap ada hukum yang lebih baik dari
hukum Allah swt dan ada petunjuk yang lebih
baik dari petunjuk Nabi saw...............................
114
4. Membenci ajaran Rasulullah saw walaupun
mengamalkannya...............................................
116
5. Merendahkan atau mengolok-olok dan
mempermainkan Syariat Islam, ayat-ayat Allah
dan Sunnah Rasulullah saw................................
117
6. Meninggikan dan Berloyalitas kepada kaum
kafir musyrikin dan menolong mereka untuk

xx ~ Kuliah Aqidah
menghancurkan kaum muslimin........................
118
7. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia ada
yang boleh keluar dan bebas dari syariat
Muhammad saw.................................................
118
F. Ilmu Allah................................................................
119
G. Ma’iyyatullah...........................................................
121
1. Pengertian sifat Ma’iyah....................................
122
2. Penggunaankalimatbersama (‫ )مع‬dalambahasa
Arab...................................................................
122
3. Pembagian sifat Ma’iyah....................................
123
a. Ma’iyah Ammah (ma’iyah dalam bentuk
umum)..........................................................
124
b. Ma’iyah Al-Khashah (ma’iyah dalam
bentuk khusus..............................................
125
H. Syirik .....................................................................
127
1. Syirik Besar .......................................................
127
a. Syirik dalam do'a ........................................
128

Kuliah Aqidah ~ xxi


b. Syirik dalam sifat Allah...............................
129
c. Syirik dalam Nama dan Sifat Allah swt.......
130
d. Syirik dalam Rububiyah Allah swt..............
131
e. Syirik khauf (takut)......................................
131
f. Syirik hakimiyah..........................................
132
2. Syirik Kecil........................................................
133
a. Riya' dan melakukan suatu perbuatan
karena makhluk:...........................................
134
b. Bersumpah dengan nama selain Allah.........
134

BAB III
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT........................
135
A. Malaikat Dan Makhluk Ghaib..................................
136
B. Deskripsi Iman Kepada Malaikat ............................
137
C. Nama Dan Tugas Malaikat ......................................
138
D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat..........................
139

xxii ~ Kuliah Aqidah


E. Jin, Iblis, Dan Syaitan..............................................
142
1. JIN.....................................................................
144
2. Iblis....................................................................
147
3. Syaitan...............................................................
149
4. Deskripsi Global Tentang Jin. Setan dan Iblis. . .
152
a. Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat
Mengetahui yang Ghaib...............................
156
b. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib...
159
c. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang
Ghaib...........................................................
160
d. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib.....
162
e. Manusia Tidak Dapat Mengetahui Yang
Ghaib...........................................................
162

BABIV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH................
165
A. Pengertian Kitab-Kitab Allah...................................
167

Kuliah Aqidah ~ xxiii


B. Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu...........................
170
C. Nama Kitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’an
Beserta Para Nabi Dan Rasul Yang Menerimanya...
175
D. Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir........
184
1. Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an.....................
185
2. Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah
Sebelumnya........................................................
189
3. Keistimewaan Al-Qur’an...................................
191
E. Perbedaan Iman Kepada Al-Qur’an dengan Iman
Kepada Kitb-Kitab Suci Lainnya.............................
196

BAB V
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL........................
202
A. Pengertian Nabi dan Rasul.......................................
203
1. Makna Nabi dan Rasul Secara Bahasa
(Etimologi).........................................................
203
2. Makna Nabi dan Rasul Secara Istilah
(terminologi)......................................................
205

xxiv ~ Kuliah Aqidah


3. Perbedaan antara Nabi dan Rasul ......................
207
B. Nama-Nama Nabi dan Rasul....................................
210
C. Sifat-sifat Nabi dan Rasul........................................
217
1. As-Shidqu .........................................................
219
2. Al-Amanah.........................................................
219
3. At-Tabligh..........................................................
221
4. Al-Fathonah.......................................................
222
D. Tugas dan Mukjizat Para Rasul................................
224
1. Tugas Para Rasul................................................
225
2. Mukjizat Para Rasul...........................................
227
a. Mukjizat Kauniyah ......................................
230
b. Mukjizat Aqliyah Ilmiyah............................
231
E. Rasul-rasul Yang Ulul Azmi....................................
232
F. Muhammad Rasulullah SAW Nabi Yang Terakhir..
234

Kuliah Aqidah ~ xxv


1. Riwayat singkat Nabi Muhammad saw..............
235
2. Profil Nabi Muhammad saw .............................
239
a. Dimensi fisik (jasmani)................................
240
b. Dimensi Akhlak (Ruhani)............................
241
c. Dimensi Akal (Pengetahuan).......................
242
3. Bukti-bukti kebenaran risalah Nabi
Muhammad saw.................................................
244
a. Dalil Naqli...................................................
244
b. Dalil Aqli.....................................................
249
G. Iman Kepada Seluruh Nabi dan Rasul......................
250

BAB VI
IMAN KEPADA HARI KIAMAT..............................
254
A. Pengertian Hari Kiamat............................................
255
B. Kiamat Menurut Pandangan Islam...........................
258
C. Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan.........................
261

xxvi ~ Kuliah Aqidah


Pertama: Menurut Prof. Achmad Baiquini Msc.
Ph.D...................................................................
261
Kedua: Menurut Astronomi......................................
262
Ketiga: Menurut Geologi.........................................
263
Keempat: Menurut Fisika........................................
263
Kelima: Teori Perang Dunia ke III atau perang
Nuklir.................................................................
265
Keenam: Teori komet...............................................
265
Ketujuh: Badai Matahari.........................................
266
D. Tanda-Tanda Kiamat................................................
267
1. Kemenangan kaum Muslimin terhadap Yahudi.
269
2. Terbelahnya bulan..............................................
272
3. Peperangan, kekacauan dan bencana..................
275
4. Hancurnya kota-kota besar.................................
278
5. Sering terjadi gempa bumi.................................
279

Kuliah Aqidah ~ xxvii


6. Munculnya nabi-nabi palsu................................
281
7. Nabi Isa as dibangkitkan lagi.............................
284
E. Gambaran Terjadinya Kiamat..................................
290
F. Pasca Terjadinya Kiamat..........................................
297
G. Hikmah Beriman Kepada Hari Kiamat....................
300

BAB VII
IMAN PADA TAQDIR................................................
304
A. Pengertian Taqdir.....................................................
306
1. Qadar.................................................................
306
2. Qadha’................................................................
309
B. Beberapa Tingkatan Taqdir......................................
312
Tingkatan Pertama : Al-‘Ilmu (Ilmu).......................
312
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah (Pencatatan)............
314
Tingkatan Ketiga : Al-Masyiah (Kehendak).............
316

xxviii ~ Kuliah Aqidah


Tingkatan Keempat : Al-Khalq (Penciptaan)...........
317
C. Manusia dalam Taqdir.............................................
318
1. Hakekat perbuatan manusia...............................
319
2. Al-Kasbu (usaha) dan Kemampuan Memilih
Bagi Manusia.....................................................
320
3. Manusia dan Hidayah Allah swt........................
323
4. Peradilan Allah Swt Terhadap Perbuatan
Hamba................................................................
327
D. Hikmah Iman kepada Taqdir....................................
332

Daftar Pustaka................................................................
336
TentangPenulis...............................................................
342

Kuliah Aqidah ~ xxix


xxx ~ Kuliah Aqidah
BAB I
PENGANTAR AQIDAH

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswadiharapkan mampu memahami aqidah, istilah-istilah lain
tentang aqidah, ruang lingkup aqidah, sumber aqidah Islam, kaidah
aqidah, fungsi aqidah, dan penyimpangan aqidah serta cara bagaimana
mengatasinya baik daam beragama, bermasyarakat,, berbangsa dan
bernegara.

SUBPOKOK BAHASAN
1) Pengertian aqidah: definisi dan penjelasannya.
2) Beberapa istilah lain tentang aqidah.
3) Ruang lingkup pembahasan aqidah.
4) Sumber aqidah Islam.
5) Beberapa kaidah aqidah.
6) Fungsi aqidah.
7) Penyimpangan aqidah dan cara-cara penanggulangannya.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskandefinisi aqidah.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa istilah lain tentang
aqidah.
3) Mahasiswa mampumenjelaskan ruang lingkup pembahasan aqidah.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan sumber aqidah Islam.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa kaidah aqidah.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi aqidah.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyimpangan aqidah dan
solusinya
BAB I
PENGANTAR AQIDAH

Pembahasan aqidah merupakan pembahasan yang paling


penting dibandingkan dengan berbagai perkara lainnya. Hal
ini disebabkan aqidah merupakan asas, kaidah berfikir, tolok
ukur suatu perbuatan, dan standar (acuan) bagi seorang
muslim serta masyarakatnya memecahkan berbagai
persoalan (problematika) yang terjadi dalam kehidupannya
di dunia. Dengan demikian, aqidah menjadi landasan
bangunan peradaban manusia, dasar berbagai tonggak
kehidupan ditegakkan, tempat keluarnya berbagai aturan dan
peraturan kehidupan, norma, dan tata nilai masyarakat.
Aqidah pula yang menentukan cara dan arah pandang, cita-
cita, dan tujuan yang dianut oleh para pemeluknya, diyakini
kebenarannya, diperjuangkan, dipertahankan, dan
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Berkaitan dengan hal tersebut, dari hidup Rasulullah.
fakta menunjukkan bahwa Rasulullah bukan hanya membina
para shahabatnya dengan aqidah yang kuat, namun juga
membangun masyarakat Islam di Madinah untuk selalu
bersandar pada aqidah Islam walaupun ayat-ayat tasyri’
(hukum) belum seluruhnya diturunkan. Rasulullah,
menjadikan syahadatLaa Ilaaha Illallah(‫ )الال>>ه االهلل‬sebagai
asas bagi segalanya, asas kehidupan muslim, asas yang
2 ~ Kuliah Aqidah
menghubungkan interaksi sesama muslim, asas yang
mendasari hubungan sesama manusia, asas untuk
menyelesaikan berbagai perkara kezaliman, menyelesaikan
perselisihan, asas bagi kekuasaan dan mengatur
pemerintahan. Permasalahan ini dapat kita simak dalam
Piagam Madinah antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan
Yahudi dimana antara lain disebutkan:
“...Sesungguhnya apabila terjadi kejadian atau
perselisihan di antara mereka yang terlibat dalam
perjanjian ini, serta dikhawatirkan akan menimbulkan
kerusakan maka hal itu harus dikembalikan kepada
Allah dan Rasul-Nya...” (Sirah Ibnu Hisyam)
Rasulullah. ketika mewajibkan jihad fii sabilillah kepada
kaum muslimin sebagai suatu cara untuk mempertahankan
aqidah Islam dan menyampaikan da’wah Islam, beliau
Rasulullah. selalu melandasi perintah itu dengan aqidah
tauhid seraya bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallahu, Muhammad
Rasulullah. Apabila mereka telah mengucapkannya,
maka darah (nyawa) dan harta benda mereka terlindung
dariku, kecuali karena haknya. Dan Allahlah yang
menghisab mereka” (HR. Bukhari, Muslim, dan
Ashhabus Sunan)
Aqidah Islam sebagai asas bagi peraturan dan hukum
karena Allah. telah memerintahkan kaum muslimin untuk
merujuk dalam perkara ini terhadap hukum yang diturunkan
Allah. dan Rasul-Nya saja. Allah berfirman:

Kuliah Aqidah ~3
ْ‫اش َجَر َبْيَن ُه ْم مُثَّ الَ جَيِ ُدوا‬ ِ َ ‫فَالَ وربِّك الَ يؤ ِمنو َن حىَّت حُي ِّكم‬
َ ‫يم‬ َ ‫وك ف‬ ُ َ َ َ ُ ُْ َ َ َ
ِ ِ
ً ‫ت َويُ َسلِّ ُمواْ تَ ْسل‬
‫يما‬ َ َ‫يِف أَن ُفس ِه ْم َحَر ًجا مِّمَّا ق‬
َ ‫ضْي‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka itu (pada hakikatnya)
tidak beriman sebelum mereka menjadikan kamu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di
hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang
kauberikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisaa: 65)
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa keimanan
(aqidah) seorang muslim dan masyarakatnya diukur dari
apakah ia bersedia merujuk kepada hukum Allah dan Rasul-
Nya ataukah tidak. Hal ini menegaskan bahwa aturan dan
peraturan kehidupan manusia harus merujuk dan hanya lahir
berasal dari aqidah Islam semata.

A. Pengertian Aqidah
Berbicara masalah aqidah, tentu hal mendasar yang harus
dibahas adalah pengertianaqidah itu sendiri. Pengertian
aqidah bisa ditinjau dari dua aspek. Pertama pengertian secara
etimmologis dan kedua secara terminologis.Secara etimologis
(lughatan/bahasa), aqidah berakar dari kata‘aqada-
ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan (ً‫ َع ْقدًا َو َعقِ ْي َدة‬-ُ‫يَ ْعقِد‬-َ‫) َعقَد‬. Kata aqidatan
tersebut mengikuti wazan fa’ilatan yang berarti al-habl, al-
bai’, al-‘ahd (tali, jual beli, dan perjanjian)
sedangkanAqdanberarti simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh.Atau bisa juga berasal dari kata i’tiqada-ya’taqidu-

4 ~ Kuliah Aqidah
i’tiqadan(‫ادًا‬qqَ‫ ِا ْع ِتق‬-ُ‫د‬qq‫ َيعْ تَ ِق‬-َ‫د‬qqَ‫ ) ِا ْعتَق‬yang berarti mengikatkan hati.
Setelah terbentuk menjadi ‘aqidahberarti keyakinan (Ahmad
Warson Munawir, 1984: 1023). Relevansi antara arti kata
‘aqdan, i’tiqadan dan ‘aqidahadalah sebuah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat serta
mengandung perjanjian yang utuh ((‫ني‬qq‫مب‬.(Yunahar Ilyas,
2013:1)
Secaraterminologis (ishthilahan/istilah), terdapat
beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy:
‫ضايَا احْلَ ِّق الْبَ ِد ِهيَّ ِة الْ ُم َسلَّ َم ِة بِالْ َع ْق ِل‬ ِ ِ ِ
َ َ‫اَلْ َعقْي َدةُ ه َي جَمْ ُم ْو َعةٌ م ْن ق‬
ِ ِ
َ ‫ َويُْثىَن َعلَْيه‬,ُ‫ َي ْعق ُد َعلَْي َها اإْلِ نْ َسا ُن َق ْلبَه‬,‫الس ْم ِع َوالْفطَْر ِة‬
ُ‫ص ْد ُره‬ َّ ‫َو‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ قَاط ًعا بُِو ُج ْود َهـ ـ ــا َوثُُب ْوتـ ـ َـهــا اَل َيَرى خاَل َف َها أَنَّــه‬,‫َجا ِز ًما بِص َّحت َها‬
ِ‫ي‬
.‫ص ُّح أ َْو يَ ُك ْو ُن أَبَـ ـ ًـدا‬ َ
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima
secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
(olehmanusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan
dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.” (Al-
Jazairy, 1978, hal. 21).

2. Menurut Hasan Al-Banna:


ِ ِ
َ ُ‫ِّق هِبَا َق ْلب‬
‫ك َوتَطْ َمئِ ُّن إِلَْي َها‬ َ ‫صد‬ َ ُ‫ب أَ ْن ي‬
ِ َّ
ُ ‫اَلْ َعقائ ُد ه َي اأْل ُُم ْو ُر اليِت جَي‬
ِ ِ
.‫ك‬ ٌّ ‫ب َواَل خُيَالطُهُ َش‬ ٌ ْ‫ك َو تَ ُك ْو ُن يَقْينًا عْن َد َك اَل مُيَا ِز ُجهُ َري‬
َ ‫َن ْف ُس‬

Kuliah Aqidah ~5
“’Aqa’id, merupakanbentuk jamak dari kata aqidah,
yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati(mu) secara mutlak, yang
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi sebuah
keyakinan yang tidak bercampuri sedikitpun oleh
keragu-raguan” (al-Banna, tt., hal. 465).

3. Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy:


Aqidah adalah iman. Iman merupakan pembenaran
(keyakinan) yang bersifat pasti (tashdiqu al-jaaziim)
yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil”.

4. Mahmud Syaltouth:
Aqidah merupakan cara pandang keyakinan yang harus
diyakini terlebih dahulu sebelum segala perkara yang
lainnya dengan suatu keyakinan yang tidak diliputi
keraguan dan tidak dipengaruhi oleh kesamaran yang
menyerupainya”

5. Muhammad Husein Abdullah:


Aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang
alam, manusia, kehidupan, serta hubungan semuanya
dengan sebelum kehidupan (Sang Pencipta) dan setelah
kehidupan (Hari Kiamat), serta tentang hubungan
semuanya dengan sebelum dan setelah kehidupan
(syari’at dan hisab)
Melihat pengertian diatas baik secara bahasa dan istilah,
aqidah berarti sebuah keyakinan yang kokoh, utuh, tersimpul
dengan sebuah kebenaran di dalam hati yang bisa
mendatangkan ketenangan serta ketentraman jiwa.

6 ~ Kuliah Aqidah
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas, maka ada
beberapa ilustrasi atau catatan tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu ditinjau dari sifatnya terbagi menjadi dua bagian:
pertama dinamakan ilmu dharuri, dan kedua dinamakan
ilmu nazhari. Ilmu dharuri adalah apa-apa yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil.
Misalnya apabila Anda melihat tali di hadapan mata,
Anda tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa
benda itu ada dikarenakan benda tersebut ada, jelas dan
nampak. Sedangkan ilmu nazhariadalah ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian terlebih dahulu.
contohnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai
panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-orang
yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari
itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan
terkenal tidak memerlukan lagi dalil, misalnya sebagian
lebih sedikit dari seluruh. Kalau sebuah roti kita potong
sepertiganya, maka yang dua pertiga tentu lebih banyak
dari yang sepertiga, tetapi hal itu pasti diketahui oleh
siapa saja termasuk oleh anak kecil sekalipun. Hal inilah
yang disebut badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi
karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka
kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran
(bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal untuk
menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk
menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan
mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap

Kuliah Aqidah ~7
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan
akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya
wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan
yang sebenarnya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan
keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin
(ilmu) dia akan mengalami terlebih dahulu, pertama:
Syak, yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau
menolaknya. Kedua: Zhan: salah satu lebih kuat dari
yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.
Ketiga: Ghalabatuz zhan, cenderung lebihmenguatkan
salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya.
Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah
yang disebuh dengan aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya
lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu,
akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan
atau ketentraman jiwa, karena dia harus melaksanakan
sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia
harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan mungkin
bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan pada
waktu yang bersamaan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada
tingkat pemahaman terhadap dalil baik nakli maupun
akli. Misalnya:
a) Seseorang akan meyakini adanya sebuah negara
apabila dia mendapat informasi tentang negara

8 ~ Kuliah Aqidah
tersebut dari seseorang yang dikenal tentunya dan
tidak pernah berbohong (jujur).
b) Keyakinan itu akan bertambahapabila dia
mendapatkan informasi yang sama dari beberapa
orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia
akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada
syubuhat(dalil-dalil yang menolak informasi
tersebut).
c) Bila dia menyaksikan foto sebuah negara tersebut,
bertambahlah keyakinanannya, sehingga
kemungkinan untuk ragu semakin kecil.
d) Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri
tersebut, keyakinannya semakin bertambah, kerena
segala hal yang berkaitan dengan negeri tersebut
langsung diketahuinya dan segala keraguan akan
hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu lagi, serta
tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua
orang menolaknya.
e) Apabila dia jalan-jalan di negeri tersebut dan
memperhati-kan situasi kondisinya bertambahlah
pengalaman dan pengetahuannya tentang negeri yang
diyakininya itu.

B. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah


Tidak bisa dipungkiri bahwa pembahasan mengenai
definisi tentang aqidah mengarah pada pembahasan
tentangbeberapa istilah lain yang semakna dengan istilah
aqidah, yaitu: Iman dan Tauhid, dan yang semakna dengan
ilmu aqidah yaitu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fiqih
Kuliah Aqidah ~9
Akbar(Yunahar Ilyas, 2013: 4). Di bawah ini akan
dikemukakan beberapa catatan sekitar istilah-istilah di atas
tersebut.

1. Iman
Al-Qur'an memberikan sebutan aqidah dengan
menggunakan istilah iman. Syaikh Mahmud Syaltouth
menyatakan bahwa pengertian aqidah sama dengan iman.
Kalau Aqidah mempunyai arti mempercayai sejumlah
perkara yang diyakini kebenarannya, yaitu perkara yang
bertalian dengan aspek Ilahiyah (Ketuhanan), Al Nubuwwah
(kenabian), Al Ruhaaniyat (keruhanian), dan Al sam’iyyat
(berita tentang akhirat), sedangkan iman mempunyai rukun-
rukunnya yang enam (Arkanul Iman) yang juga harus yakin
tentang kebenarannya. Dengan demikian inti pengertian
keduanya adalah sama. Adapun perbedaan keduanya hanya
terletak pada istilah dan sebutan. Aqidah merupakan istilah
yang digunakan para ulama ushuluddin sedangkan Al-
Qur'an menyebutnya dengan menggunakan kata iman.
Ada yang membedakan dan menyamakan istilah iman
dengan aqidah. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah
bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman
menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya
berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan
dan pembuktian dengan amal. Sebenarnya inti masalah
tersebut tergantung dari definisi iman. Kalau mengikuti
definisi iman menurut Jahmiah dan Asy’ariyahyang
menyatakan bahwa iman secara bahasa (lughatan) hanyalah
at-tashdiq(‫()التصديق‬membenarkan di dalam hati), maka iman

10 ~ Kuliah Aqidah
dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim. Senada
denganini sebagaimana pendapat daripada Imam Abu
Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah i’tiqad,
sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak dinamai
iman. Sebaliknya jika mengikuti definisi iman menurut
Ulama Salaf (termasuk Imam Ahmad, Malik dan Syafi’i)
yang mengatakan bahwa iman adalah:
ِ ‫ان وعمل بِاأْل َر َك‬
ِ ِ ِ ِ ٌ ‫إِ ْعتِ َق‬
.‫ان‬ ْ ٌ َ َ َ ‫اد باجْلَنَان َونُطْ ٌق باللِّ َس‬
“Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan
lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.”
(Lihat al-Aqidah fillah oleh Sulaiman Al-Asykar, hal.
14). Maka dari kaidah diatas jelas iman dan aqidah tentu
tidak persis sama.
Menurut jumhur ulama disebutkan bahwa iman adalah:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫ت‬
ِ ‫ان وعمل بِاأْل َر َك‬
‫ان‬ ْ ٌ َ َ َ ‫صديْ ٌق بالْ َق ْلب َوإ ْقَر ٌار باللِّ َس‬
ْ
“Membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan
dan mengamalkan dengan anggota badan”
“Membenarkan dalam hati” maksudnya menerima
segala apa yang dibawa oleh Rasulullah secara mutlak
tampa ada tawaran sedikitpun.
“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan
dua kalimah syahadat, “Laa ilaha illallhu wa anna
muhammadan rasulullah” (Tidak ada sesembahan,
pengagungan, pengesaan atau pengakuan yang hak
disucikan kecuali Allah dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah).
“Mengamalkan dengan anggota badan ((‫”عم ل باالرك ان‬

Kuliah Aqidah ~ 11
maksudnya, hatimengamalkan dalam bentuk keyakinan,
sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk
ibadah-ibadah badaniyah atau jasadiyah tentu sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian
iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah ( ‫ )يزيد‬dan
berkurang ( ‫ )ينقص‬seiring dengan bertambah dan
berkurangnya amal shalih yang diakukan.
Diantara dalil-dalil tentang iman adalah aqidah Islam
ditetapkan oleh Allah dan kita sebagai manusia wajib
mempercayainya sehingga kita layak disebut sebagai orang
yang beriman atau mukmin. Namun bukan berarti keimanan
itu ditanamkan ke dalam diri seseorang secara dogmatis,
sebab proses keimanan haruslah disertai dalil-dalil. Dalil ini
adakalanya bersifat aqli atau naqli, tergantung perkara apa
yang diimani. Jika sesuatu itu masih dalam jangkauan panca
indera maka dalilnya adalah aqli, tetapi jika sesuatu itu di
luar jangkauan panca indera, wajib disandarkan pada dalil
naqli. Dengan demikian dalil aqidah ada dua:
a. Dalil Aqli
Dalil yang digunakan untuk membuktikan perkara-
perkara yang bisa diindera sebagai jalan (perantara)
untuk mencapai kebenaran yang pasti dari keimanan.
Yang meliputi di dalamnya adalah beriman kepada
keberadaan Allah, pembuktian kebenaran Al-Qur'an, dan
pembuktian Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
b. Dalil Naqli
Berita (khabar) pasti (qath’i) yang diberitakan kepada
manusia berkaitan dengan perkara-perkara yang tidak

12 ~ Kuliah Aqidah
dapat secara langsung dijangkau oleh akal manusia,
yaitu mengenai beriman kepada Malaikat, Hari Akhir,
Nabi-nabi dan Rasul-Rasul, Kitab-kitab terdahulu, sifat-
sifat Allah, dan tentang Taqdir. Khabar yang qath’i ini
haruslah bersumber pada sesuatu yang pasti yaitu Al-
Qur'an dan hadits mutawatir (hadits qath’i).
Pengambilan dalil untuk perkara aqidah berbeda dengan
pengambilan dalil bagi perkara tasyri’ (hukum). Hal ini
disebabkan aqidah mensyaratkan dalil yang bersifat pasti,
tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Oleh sebab itu,
sumber pengambilan dalil bagi masalah aqidah ini harus
qath’i (pasti) sumbernya (qat’i tsubut) dan pasti
penunjukkan dalilnya (qath’i dalalah). Sumber yang
tergolong pasti adalah Al Qur-an dan Hadits Rasulullah.
yang mutawatir saja.
Muhammad Husain Abdullah menyatakan bahwa hadits
mutawatir adalah hadits yang didasarkan panca indera,
diberitakan oleh sejumlah orang yang jumlahnya menurut
kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat (terlebih
dahulu) untuk berdusta (dalam pemberitaannya). Hadits
mutawatir seperti ini menunjukkan Al-‘Ilmu (kepastian),
yakin, wajib diamalkan, dan barangsiapa mengingkarinya
dikategorikan kafir.
Adapun yang dimaksud qath’i dalalah karena kepastian
penunjukkan dalil akan memustahilkan ijtihad dalam
perkara aqidah. Syariat Islam tidak menerima ijtihad
seseorang dalam perkara aqidah. Ijtihad hanya terbatas
dalam perkara tasyri’ (hukum) saja. Sebab jika aqidah

Kuliah Aqidah ~ 13
dijadikan lahan untuk berijtihad maka bagaimana dengan
orang-orang yang hasil ijtihadnya dalam perkara aqidah
tersebut keliru atau salah. Sedangkan kekeliruan atau
kesalahan dalam perkara aqidah akan menjerumuskan pada
kekafiran. hal ini karena aqidah Islam merupakan batas
antara iman dan kafir.
Dari hal inilah maka penunjukkan dalil dalam masalah
aqidah harus qath’i (pasti) bukan dzanni (persangkaan) yang
masih mengandung kemungkinan penafsiran berbeda dan
beraneka ragam pemahaman. Adapun ayat-ayat Al-Qur'an
yang mewajibkan hal ini adalah:
(‫ين اَل يُ ْؤ ِمنُو َن بِاآْل ِخَر ِة لَيُ َس ُّمونَالْ َماَل ئِ َكةَ تَ ْس ِميَةَ اأْل ُنثَى‬ ِ َّ ِ
َ ‫إ َّن الذ‬
‫)و َما هَلُم بِِه ِم ْن ِع ْل ٍم إِن َيتَّبِعُو َن إِاَّل الظَّن ََّوإِ َّن الظَّ َّن اَل يُ ْغيِن ِم َن‬
َ 27
)28(‫احْلَ ِّق َشْيئًا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan
malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak
mempunyai sesuatu pengetahuan tentang itu. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan (dzann),
sedangkan persangkaan itu tidak berfaidah sedikitpun
terhadap kebenaran” (QS. Al Najm: 27-28)
Ayat di atas dengan jelas dan gamblang mencela orang-
orang yang mengikuti persangkaan dan dugaan, mencela
orang-orang yang mengikuti suatu perkara aqidah tanpa
‘ilmu (kepastian). Teguran ayat-ayat tersebut di atas
sekaligus sebagai dalil yang melarang secara tegas untuk
tidak mengikuti persangkaan dan dugaan dalam urusan

14 ~ Kuliah Aqidah
aqidah. Dalil syara’ menunjukkan kepada kita bahwa
beristidlal (menggunakan dalil) dzanni (terdapat adanya
dugaan/keraguan) dalam masalah aqidah dilarang. Di
samping itu, tematik yang disinggung oleh ayat-ayat tersebut
di atas seluruhnya menyangkut aqidah, diantaranya ada yang
berhubungan dengan keberadaan Allah, qiamat, malaikat,
para Rasul, janji Allah, penciptaan langit dan bumi, sampai
masalah penyaliban Isa Al-Masih.
Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan dalil naqli
juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan dalil
tersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan
mana yang dapat dan mana yang tidak untuk dijadikan dalil
naqli. Sebuah dalil naqli harus bisa dibuktikan terlebih
dahulu kebenarannya secara aqli. Oleh karena itu, semua
dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode
aqli (aqliyyah).
Sehubungan dengan ini, Imam Syafi’i berkata:
“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang
mukallaf adalah berpikir dan mencari dalil untuk ma’rifat
kepada Allah ta’ala. Arti berpikir adalah melakukan
penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang
berpikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah.
Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai ma’rifat terhadap
hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indera, dan
ini merupakan suatu keharusan. Hal seperti itu merupakan
suatu kewajiban dalam masalah ushuluddin.” (Fiqh Al-
Akbar).

a. Firman Allah

Kuliah Aqidah ~ 15
ً‫اب النَّا ِر إِاَّل َماَل ئِ َك ةً َو َم ا َج َع ْلنَ ا ِع َّدَت ُه ْم إِاَّل فِْتنَ ة‬
َ ‫َص َح‬
ْ ‫َو َم ا َج َع ْلنَ ا أ‬
ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ ِِ
‫ين آَ َمنُ وا‬َ ‫اب َو َي ْز َد َاد الذ‬ َ َ‫ين أُوتُ وا الْكت‬ َ ‫ين َك َف ُروا ليَ ْس َتْيق َن الذ‬ َ ‫للَّذ‬
‫ول الَّ ِذين يِف‬ ِ ِ ِ ِ َّ َ‫إِميانًا واَل يرت‬
َ َ ‫اب َوالْ ُم ْؤمنُو َن َولَي ُق‬ َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬ َ ‫اب الذ‬
َ َْ َ َ
… ‫ض َوالْ َكافُِرو َن َما َذا أ ََر َاد اللَّهُ هِبَ َذا َمثَاًل‬ ِ‫هِب‬
ٌ ‫ُقلُو ْم َمَر‬
“Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan
dari malaikat; dan titdaklah Kami menjadikan bilangan
mereka itu melainkan untuk jadi cobaan orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi
yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah
imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab
dan orang-orang mukmin tidak ragu-ragu dan supaya
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatakan), ‘Apakah yang
dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu
perumpamaan.?”…(QS. Al-Muddatstsir {74}: 31).

b. Firman Allah
ِ ِ ِ ِ َّ ِ
‫ت‬ْ َ‫ت ُقلُ وبُ ُه ْم َوإِ َذا تُلي‬
ْ َ‫ين إِ َذا ذُك َر اللَّهُ َوجل‬َ ‫إمَّنَ ا الْ ُم ْؤمنُ و َن الذ‬
ِ
‫يم و َن‬ ِ ‫علَي ِهم آَياتُ ه زاد ْتهم إِميانً ا وعلَى رهِّبِم يتو َّكلُ و َن * الَّ ِذ‬
ُ ‫ين يُق‬ َ َ ََ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ
… ‫ك ُه ُم الْ ُم ْؤ ِمنُو َن َحقًّا‬ ِ ‫مِم‬
َ ِ‫اه ْم يُْنف ُقو َن * أُولَئ‬
ُ َ‫الصَّاَل ةَ َو َّا َر َز ْقن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemeterlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang

16 ~ Kuliah Aqidah
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-
Anfal {8}: 2-4).

c. SabdaRasululullah:
ِ ْ ِ‫ أَو ب‬,‫ضع وسبعو َن‬ ِ
َ ْ‫ فَأَف‬,ُ‫ض ٌع َوست ُّْو َن ُش ْعبَة‬
‫ضلُ َها َق ْو ُل أَل‬ ْ ْ ُ ْ َ َ ٌ ْ ‫اإْلِ مْيَا ُن ب‬
‫ َواحْلَيَاءُ ُش ْعبَةٌ ِم َن‬,‫اها إِ َماطَةُ اأْل َ َذى َع ِن الطَِّريْ ِق‬
َ َ‫ َوأ َْدن‬,ُ‫إِلهَ إِاَّل اهلل‬
.)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ
َ ‫اإْلِ مْيَان‬
“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah mengucapkan
laa ilaaha illa Allah dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan rintangan (kotoran) dari jalan, sedang
rasa malu itu (juga) salah satu daripada cabang iman.”
(HR. Muslim).

d. Sabda Rasulullah:
ِِ ِ ِ ِِ ِ
ْ‫َم ْن َرأَى مْن ُك ْم ُمْن َكًرا َف ْلُيغَِّي ْرهُ بِيَده فَِإ ْن مَلْ يَ ْستَط ْع فَبِل َسانه فَِإ ْن مَل‬
.)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ
َ ‫ف اإْلِ مْيَان‬ ُ ‫َض َع‬ ْ ‫كأ‬ ِ
َ ‫ َو َذل‬,‫يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِه‬
“Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka
hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan
tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya,
dan jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang
demikianlah adalah selemah-lemahnya iman,” (HR.
Muslim).

2. Tauhid

Kuliah Aqidah ~ 17
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan
yang artinya “esa/tunggal”. Ini merujuk pada sifat Allah
yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah?
Karena inti utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah,
makanya orang sering menyebut disiplin ajaran ini dengan
ilmu tauhid.

3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-
pokok agama. Ajaran ini merupakan ajaran pokok agama.
Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama harus
memahami tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar
yang harus dipahami oleh setiap orang yang memeluk Islam.
Tanpa memahami dan meyakini ajaran ini, kebersilaman
kita tak ada gunanya. Artinya bahwa semua pokok-pokok
ajaran agama yang menyangkut Aqidah, iman dan tauhid
disebut juga Ushuluddin. Inidikarenakan ajaran aqidah
merupakan pokok-pokok dari padaajaran Islam itu sendiri.

4. Ilmu Kalam
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamai
dengan Ilmu Kalam karena banyak dan luasnya dialog dan
perdebatan yang terjadi di antara pemikir masalah-masalah
aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Qur’an
apakah makhluqatau bukan, hadits atau qadim. Tentang
taqdir, apakah manusia punya hakikhtiar atau tidak. Tentang
orang yang berdosa besar, kafir atau tidak. Dan lain
sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan luas seperti itu
terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati

18 ~ Kuliah Aqidah
mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.

5. Fiqih Akbar
Fiqih akbar Artinya fiqih besar. Istilah ini muncul
berdasarkan pemahaman bahwatafaqquh fiddin ( ‫)تفقهوافىالدين‬
yang diperintahkan Allah dalam surat at-Taubah ayat 122,
bukan hanya berputar masalah fiqih semata, akan tetapi
lebih utama menyangkut masalah aqidah. Untuk
membedakan dengan istilah fiqih dalam masalah hukum
ditambahkankata akbar, sehingga menjadi fiqih akbar.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Diantarasistematika yang dilakukan Hassan al-Banna,
maka ruang lingkup pembahasan aqidah antara lain adalah:
1. Ilahiyat. Adalahpembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Allah seperti wujud Allah, nama-
nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain
sebagainya.
2. Nubuwwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat,
keramat dan lain-lain.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan alam metafisik seperti
Malaikat, Jin, Iblis, Syaithon, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu
yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa
Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat,

Kuliah Aqidah ~ 19
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka dan
sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa
juga mengikuti sistematika arkanul iman seperti:
1. Iman kepada Allah
Allah, nama yang mulia ini adalah sebutan bagi Dzat
Suci yang kita imani dan kita beramal karena-Nya, dan kita
mengetahui bahwa dari-Nya lah kehidupan kita dan kepada-
Nya tempat kita kembali. Hanya Allah yang patut menerima
pujian dan memiliki kebesaran, layak ditakuti dan ditaati
karena tidak ada satu pun makhluk yang dapat menandingi-
Nya. Walaupun seluruh umat manusia sejak mereka
diciptakan sampai dunia sepi dan berhenti bergerak karena
seluruh manusia sudah punah, melupakan dan ingkar
kepada-Nya, sedikit pun tidaklah akan menodai kemuliaan-
Nya dan sebesar dzarah pun tidak akan mengurangi
kekuasaan-Nya, serta tidak seberkas cahaya-Nya yang akan
terhalang dan tidak akan secuil keagungan-Nya pun akan
berkurang. Oleh sebab itu, seandainya kita berada pada
suatu masa ketika semua orang bersikap keras kepala
memperturutkan hawa nafsunya dan melupakan hari akhir
serta tidak mau tahu terhadap Tuhannya, Hal demikian itu
tidak sedikit pun akan merugikan Allah Ta'ala. Adanya
Allah adalah suatu hal yang jelas dapat diketahui manusia
dengan fitrahnya, dan bukan termasuk masalah yang pelik
dan bukan pula hasil pemikiran yang berbelit-belit.
Pernahkah kita memikirkan tentang planet-planet yang
beredar, yang membelah angkasa raya dan mengikuti garis

20 ~ Kuliah Aqidah
edar atau falak tertentu tanpa berkisar ke kanan atau ke kiri
dan menetapi kecepatan yang teratur tidak terlalu kencang
dan tidak pula terlalu lambat, kemudian kita lihat ia muncul
pada waktu yang telah diperkirakan dan tidak
melanggarnya?
Apabila bola basket dimainkan para pemain, tetapi tidak
lama setelah beredar dan berputar-putar ia selalu jatuh
kembali ke bawah, sekarang pikirkan bagaimana bola-bola
yang teramat besar ukurannya yang ada di angkasa, ia tetap
beredar dan tidak jatuh-jatuh, terus berputar tak henti-henti.
Itu semua tidak mungkin terjadi tanpa ada kekuasaan yang
mengaturnya.
‫ك َت ْق ِد ُيرالْ َع ِزي ِز الْ َعلِي ِم * َوالْ َق َمَر‬ ِ ِ
َ ‫س جَتْ ِري ل ُم ْسَت َقٍّر هَّلَا َذل‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫َوالش‬
‫س يَنبَغِي هَلَا‬ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ ‫اَل‬ * ِ ‫قَد َّْرنَاهُ َمنَا ِز َل َحىَّت َع َاد َكالْعُْر ُجونِالْ َق ِد‬
‫مي‬
ُ
*‫ك يَ ْسبَ ُحو َن‬ ٍ َ‫أَن تُ ْد ِر َك الْ َقمر واَل اللَّيل سابِق النَّها ِر و ُكلٌّ يِف َفل‬
َ َ ُ َ ُ ْ َ ََ
"Dan matahari itu berputar pada kedudukan yang tetap.
Demikian ketentuan Tuhan Yang Maha Tangguh dan
Maha Mengetahui! Dan bulan Kami tetapkan tempat-
tempatnya hingga ia kembali lancip seperti mayang tua.
Tiadalah mungkin matahari itu mengejar bulan dan tidak
pula malam mendahului siang, dan masing-masing
beredar sesuai dengan garis edar tertentu." (QS. Yasin:
38-40)
Seandainya kita perhatikan semua makhluk yang
terdapat di alam raya ini, apakah itu batu, tanah, tumbuh-
tumbuhan, kayu, binatang, daratan, lautan, api, udara, dan
lain sebagainya, kita akan menemukan sejumlah bukti yang

Kuliah Aqidah ~ 21
tidak terhitung untuk meyakinkan keberadaan Allah. Semua
makhluk yang ada di jagat ini adalah saksi keberadaan-Nya,
termasuk diri kita sendiri, tubuh kita, sifat-sifat kita,
perubahan yang ada pada diri kita, gerak dan diam kita. Hal
ini pun menunjukkan bahwa Dzat Allah berbeda dengan
makhluk-Nya, tidak ada yang pantas untuk disekutukan
dengan-Nya. Keimanan kepada-Nya adalah hal yang paling
esensi dalam kehidupan manusia karena sebagai manusia
kita amat sangat membutuhkan-Nya.
ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواأل َْر‬
ُ َ‫ض َو َما ُت ْغيِن اآلي‬
‫ات َوالنُّ ُذ ُر‬ َ َ َّ ‫قُ ِل انظُُرواْ َماذَا يِف‬
‫َعن َق ْوٍم الَّ يُ ْؤ ِمنُو َن‬
"Katakanlah: 'Amatilah apa yang ada di langit dan di
bumi. Betapa banyak ayat-ayat (bukti-bukti) dan
peringatan yang tidak berguna bagi kaum yang tidak
beriman" (QS. Yunus 101)

ُ ‫َّاس أَنتُ ُم الْ ُف َقَراء إِىَل اللَّ ِه َواللَّهُ ُه َو الْغَيِن ُّ احْلَ ِم‬
ْ‫يد * إِن يَ َشأ‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
*‫ك َعلَى اللَّ ِه بِ َع ِزي ٍز‬ ِ ٍِ ِ
َ ‫يُ ْذهْب ُك ْم َويَأْ ِت خِب َْل ٍق َجديد * َو َما َذل‬
"Hai manusia! Kamulah yang berkehendak kepada
Allah; dan Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia
menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan
mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan
kamu), yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi
Allah. (QS Fathir: 15-17)
Melukiskan kebesaran-Nya tidak akan pernah ada habis-
habisnya dan tidak ada makhluk-Nya yang sanggup untuk

22 ~ Kuliah Aqidah
mengurai secara tuntas. Air di seluruh samudera akan kering
jika dipakai untuk menjadi tinta dalam melukiskan
kebesaran-Nya begitu pula seluruh daun-daunan di alam
semesta akan habis jika dipakai untuk menjadi kertasnya.
Namun, usaha untuk mempertebal keimanan kepada-Nya
tidak pernah layak untuk dihentikan karena kita harus
senantiasa menyempurnakan kualitas dan kuantitas ibadah
kita kepada-Nya.

2. Iman kepada Malaikatnya


Iman kepada Malaikat berdasarkan dalil naqli sebab akal
tidak pernah mampu menjangkau keberadaan Malaikat.
Dalil syara tentang adanya Malaikat berasal dari ayat-ayat
Al-Qur'an dan sunnah Rasul, diantaranya adalah firman
Allah:
‫َش ِه َد اللّهُ أَنَّهُ الَ إِلَـهَ إِالَّ ُه َو َوالْ َمالَئِ َكةُ َوأ ُْولُواْ الْعِْل ِم قَآئِ َماً بِالْ ِق ْس ِط‬
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫الَ إلَـهَ إالَّ ُه َو الْ َعز ُيزاحْلَك‬
‫يم‬
“Allah telah terangkan bahwasanya tidak ada Illah selain
Dia, dan disaksikan oleh para malaikat dan ahli ilmu
yang menegakkan keadilan. Tidak ada Illah selain Dia,
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali
Imran: 18 )
Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat kepada-
Nya. Malaikat tidak pernah menentang kehendak-Nya,
senantiasa tunduk, patuh, dan taat kepada-Nya serta
menjauhi larangan-Nya. Keimanan kepada malaikat ini
membuahkan sejumlah hikmah, di antaranya adalah :

Kuliah Aqidah ~ 23
a. Mempertebal keyakinan kita pada kekuasaan Allah
karena tugas malaikat sangat banyak yang jauh dari
jangkauan manusia, seperti sebagai perantara wahyu dari
Allah kepada para utusan-Nya, pencabut nyawa manusia
dan penyebar rizki. Suatu kesalahan besar jika ada
anggapan bahwa malaikat dengan seperangkat tugasnya
menjadikan suatu tanda bahwa dalam mengatur alam ini
Allah perlu pembantu. Adanya malaikat bukan
mempersempit kekuasaan Allah, tetapi sebagai bukti
kekuasaan-Nya, sebagai bukti bahwa Allah sesuatu
kekuasaan apa pun yang sanggup menandingi kerajaan-
Nya.
ِ ‫فَالْم َد ِّبر‬
‫ات أ َْمًرا‬ َ ُ
“Demi para malaikat yang mengatur urusan alam “(Q.S.
An-Nazi’at: 5 )
ِ ِ ِِ ِ ِ
َ‫َو ُه َو الْ َق اه ُر َف ْو َق عبَ اده َويُْرس ُل َعلَْي ُك ْم َح َفظَ ةً َحىَّت إ َذا َج اء‬
‫ت َت َو َّفْتهُ ُر ُسلُنَا َو ُه ْم اَل يُ َفِّرطُو َن‬
ُ ‫َح َد ُك ُم الْ َم ْو‬
َ‫أ‬
“Sehingga bila datang kematian pada salah seorang
diantaramu, lalu utusan-utusan Kami mewafatkannya,
sedangkan para utusan (malaikat kami) itu tidak pernah
lengah” (Q.S. Al-An’am: 61)

‫ض إِاَّل َم ْن‬ ِ ‫الس ماو‬


ِ ‫ات َو َم ْن يِف اأْل َْر‬ َ َ َّ ‫ص ع َق َم ْن يِف‬ َ ُّ ‫َونُِف َخ يِف‬
ِ َ‫الص و ِر ف‬
‫ُخَرى فَِإذَا ُه ْم قِيَ ٌام َيْنظُُرو َن‬ ِِ ِ
ْ ‫َشاءَ اللَّهُ مُثَّ نُف َخ فيه أ‬
“(Dan) Ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa saja
yang berada di langit dan di bumi kecuali yang

24 ~ Kuliah Aqidah
dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu
(putusannya masing-masing)”(QS. Az-Zumar: 68)

‫ك الْ َم ْو ِت الَّ ِذي ُو ِّك َل بِ ُك ْم مُثَّ إِىَل َربِّ ُك ْم ُت ْر َجعُو َن‬


ُ َ‫قُ ْل َيَت َوفَّا ُك ْم َمل‬
“Katakanlah: Malaikat Maut yang diserahi untuk
(mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian
hanya kepada Rabbmu kamu pasti dikembalikan” (QS.
As-Sajadah: 11)
ِ ِ َّ
‫َّاس‬
ُ ‫ود َها الن‬ ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْمنَ ًارا َوق‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫صو َن اللَّهَ َما أ ََمَر ُه ْم‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َواحْل َج َارةُ َعلَْي َها َماَل ئ َكةٌ غاَل ٌظ ش َد ٌاداَل َي ْع‬
‫َو َي ْف َعلُو َن َما يُ ْؤ َم ُرو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan
keluargamu dari api Jahannam yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu (berhala); penjaganya
Malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At-Tahrim: 6).

ً‫اب النَّا ِر إِاَّل َماَل ئِ َك ةً َو َم ا َج َع ْلنَ ا ِع َّدَت ُه ْم إِاَّل فِْتنَ ة‬


َ ‫َص َح‬
ْ ‫َو َم ا َج َع ْلنَ ا أ‬
ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ ِِ
‫ين آَ َمنُ وا‬ َ ‫اب َو َي ْز َد َاد الذ‬ َ َ‫ين أُوتُ وا الْكت‬ َ ‫ين َك َف ُروا ليَ ْس َتْيق َن الذ‬ َ ‫للَّذ‬
‫ول الَّ ِذين يِف‬ ِ ِ ِ ِ َّ َ‫إِميانًا واَل يرت‬
َ َ ‫اب َوالْ ُم ْؤمنُو َن َولَي ُق‬ َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬ َ ‫اب الذ‬
َ َْ َ َ
ِ َ ِ‫ُقلُوهِبِم مرض والْ َكافِرو َن ما َذا أَراد اللَّه هِب َذا مثَاًل َك َذل‬
ُ‫ك يُض ُّل اللَّه‬ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ٌ ََ ْ

Kuliah Aqidah ~ 25
‫ك إِاَّل ُه َو َو َم ا ِه َي‬
َ ِّ‫ود َرب‬
ِ
َ ُ‫َم ْن يَ َشاءُ َو َي ْهدي َم ْن يَ َشاءُ َو َم ا َي ْعلَ ُم ُجن‬
‫إِاَّل ِذ ْكَرى لِْلبَ َش ِر‬
“Dan Tidak kami jadikan penjaga Jahannam itu
melainkan dari Malaikat. Dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan menjadi cobaan bagi
orang-orang Kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-
Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman
bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi
Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu
dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan orang-orang Kafir mengatakan: “Apakah
yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai
suatu perumpamaan? Demikianlah, Allah membiarkan
sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak
ada yang tahu tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
Dan Jahannam Saqar itu tiada lain melainkan peringatan
bagi manusia” (Q.S. Al-Muddatstsir: 31)
ِ ِ َّ ِ
َ ‫اد ال رَّمْح َ ِن إِنَاثً ا أ‬
‫َش ِه ُدوا َخ ْل َق ُه ْم‬ ُ َ‫ين ُه ْم عب‬َ ‫َو َج َعلُ وا الْ َماَل ئ َك ةَ الذ‬
‫ب َش َه َاد ُت ُه ْم َويُ ْسأَلُو َن‬
ُ َ‫َستُكْت‬
“Dan mereka menjadikan Malaikat-Malaikat yang
hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu dianggap
perempuan. Apa mereka menyaksikan penciptaan
Malaikat-Malaikat itu? Kelak pasti dituliskan
(bohongnya) kesaksian mereka dan mereka pasti
dimintai pertanggungjawaban” (QS. Az-Zukhruf: 19)

26 ~ Kuliah Aqidah
b. Menambah ketawadluan kita sebagai manusia yang
banyak melakukan perbuatan dosa karena malaikat yang
mempunyai kedudukan mulia di sisi Allah saja tidak
pernah melanggar perintah-Nya (apalagi kita yang belum
jelas kedudukannya di hadapan Allah).
c. Menambah keyakinan kita terhadap kitab-kitab yang
telah diturunkan-Nya kepada para utusan-Nya melalui
perantaraan malaikat. Dengan demikian, tidak ada
keraguan dalam diri kita untuk mengamalkannya.
‫اع‬ ٍ ‫ول َك ِر ٍمي * ِذي ُق َّو ٍة ِعْن َد ِذي الْ َع ر ِش َم ِك‬
ٍ َ‫ني * ُمط‬ ٍ ‫إِنَّه لََقو ُل رس‬
َُ ْ ُ
ْ
ٍ ‫مَثَّ أ َِم‬
‫ني‬
“Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah
yang dibawa oleh utusan yang mulia (jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan
tinggi di sisi Allah pemilik ‘Arasy, yang ditaati di sana
(alam Malaikat) lagi dipercaya” (QS. At-Takwir 19-21)
d. Memperketat amalan-amalan kita karena keyakinan kita
akan adanya 'pengawas' yang ditugaskan Allah untuk
kita (malaikat Raqib dan Atid) sehingga amalan-amalan
kita semakin terlindungi dari hal-hal yang dimurkai-Nya.
ُ ‫ِّم ِال قَعِي ٌد * َم ا َي ْل ِف‬
‫ظ ِم ْن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫إ ْذ َيَتلَقَّى الْ ُمَتلَقِّيَان َع ِن الْيَمني َو َع ِن الش‬
‫يب َعتِي ٌد‬ ِ ِ ِ ٍ
ٌ ‫َق ْول إاَّل لَ َديْه َرق‬
“Yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya
(Raqib-Atid), seorang duduk di kanan dan yang lain
duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat

Kuliah Aqidah ~ 27
pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 17-18)
Dengan keimanan yang utuh terhadap malaikat, seorang
muslim akan berhati-hati dalam berbuat, karena ia yakin
sang Malaikat akan senantiasa mencatat amal baik dan
buruknya. Selain itu pun akan lebih berani dan optimis
dalam mengarungi kehidupan, khususnya dalam
mengemban da’wah, karena ia yakin selalu ‘dikawal’ oleh
tentara Allah (malaikat) yang perkasa.

3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah


Seorang Muslim beriman dan yakin kepada segala hal
yang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah, berupa kitab
dan apa yang difirmankan-Nya kepada beberapa Rasul
berupa shuhuf (lembaran).
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah seluruhnya
ada empat macam, yaitu Al-Qur'an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
as. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Dan Injil
yang diturunkan kepada hamba Allah dan Rasul-Nya, Nabi
Isa as. Sementara itu firman Allah dalam bentuk shuhuf,
misalnya adalah apa yang diberikan Allah kepada Nabi
Ibrahim as. (Ahmad Izzan, 2005: 31)
Hal ini menunjukkan adanya kesatuan misi yang
diemban oleh para Rasul-Nya dari masa ke masa, tidak
berubah, yaitu tauhidullah. Hal ini pun menunjukkan bahwa
Tuhan dari semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad,
manusia pertama yang diciptakan hingga manusia akhir
yang kelak akan diciptakan adalah sama, yaitu Allah. Kitab-
kitab itu masing-masing diturunkan-Nya untuk
28 ~ Kuliah Aqidah
menyempurnakan yang sebelumnya. Tidak ada
kesimpangsiuran atau target yang tidak jelas karena yang
menurunkannya adalah Allah, Sang Maha Pengatur yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Di antara kitab tersebut, hanya Al-Qur'an lah yang
dipelihara/dijaga keasliannya oleh Allah dan sekaligus
berfungsi sebagai penyempurna dan penghapus Syari’at
Nabi dan Rasul sebelumnya. Allah berfirman:
‫الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ حَلَافِظُو َن‬
ِّ ‫إِنَّا حَنْن نََّزلْنَا‬
ُ
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an.
Dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
(QS. Al-Hijr: 9)
ِ َ‫ك الْ ِكتَ اب بِ احْل ِّق مص ِّدقًا لِم ا بنْي َ ي َديْ ِه ِمن الْ ِكت‬
‫اب‬ َ ‫َوأَْنَزلْنَ ا إِلَْي‬
َ َ َ َ َُ َ َ
‫اح ُك ْم َبْيَن ُه ْم مِب َا أَْن َز َل اللَّهُ َواَل َتتَّبِ ْع أ َْه َواءَ ُه ْم َع َّما‬ ِ ِ
ْ َ‫َو ُم َهْيمنً ا َعلَْي ه ف‬
... ‫َجاءَ َك ِم َن احْلَ ِّق‬
“(Dan) Kami telah menurunkan Al-Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelum-nya) dan sebagai standar terhadap Kitab-Kitab
tersebut. Maka putuskanlah perkara mereka menurut
(Al-Qur'an) yang diturunkan Allah dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran (Al-Qur'an) yang telah datang kepadamu…"
(QS. Al-Maidah: 48)
Beriman terhadap kitab Allah mempunyai sandaran yang
berasal dari pemahaman dalil aqli dan naqli. Adapun

Kuliah Aqidah ~ 29
mengenai penjelasan dalil-dalil tersebut, maka Al-Qur'an
adalah kitab yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya.
Secara faktual, Al-Qur'an merupakan suatu kenyataan yang
bisa dijangkau panca indera dan akal, dapat dipikirkan atau
dibuktikan kebenarannya.
Tidak demikian halnya dengan kitab samawi lainnya.
Kitab tersebut faktanya sudah tidak ada, sehingga akal sudah
tidak mampu membahas dan membuktikan kebenarannya
(bahwa kitab itu berasal dari Allah). Sebab kitab-kitab
tersebut tidak mengandung mukjizat yang bisa dijangkau
akal manusia (terutama manusia pada zaman kini). Juga
Nabi yang membawanya tidak menjadikannya (Taurat,
Zabur, dan Injil) sebagai bukti tentang kenabiannya.
Walaupun demikian, kita wajib meyakini kitab-kitab
tersebut pernah diwahyukan kepada nabi-nabi dan Rasul-
Rasul terdahulu, baik yang diberitakan dalam Al-Qur'an
maupun yang tidak diberitakan.
Karena itu, dalil keimanan terhadap kitab-kitab suci
selain Al-Qur'an, adalah dalil naqli, yakni berdasarkan
(ditunjukkan) oleh Al-Qur'an dan hadits Rasul yang pasti,
seperti firman Allah :
‫اب الَّ ِذي َن َّز َل َعلَى‬ ِ َ‫ي ا أَيُّه ا الَّ ِذين آَمنُ وا آَِمنُ وا بِاللَّ ِه ورس ولِِه والْ ِكت‬
َ ُ ََ َ َ َ َ
‫اب الَّ ِذي أَْن َز َل ِم ْن َقْب ُل َو َم ْن يَ ْك ُف ْر بِاللَّ ِه َو َماَل ئِ َكتِ ِه‬ِ َ‫رس ولِِه والْ ِكت‬
َ َُ
ً ِ‫ضاَل اًل بَع‬ ِ ِ ِِ ِ
‫يدا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو ُكتُبِه َو ُر ُسله َوالَْي ْوم اآْل َخ ِر َف َق ْد‬
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab-kitab
yang Allah telah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab

30 ~ Kuliah Aqidah
yang Allah telah turunkan sebelumnya. Siapa saja yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari kiamat, maka
sesungguhnya orang-orang tersebut telah sesat sejauh-
jauhnya." (QS. An-Nisaa: 136)
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an telah
diwahyukan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya,
Muhammad, melalui Malaikat Jibril as, adalah berdasarkan
pada dalil aqli, yaitu dengan pembuktian dari segi ketinggian
bahasa (Al-Qur'an) dan isi yang dikandungnya. Kedua hal
ini telah menunjukkan suatu mukjizat yang amat
menakjubkan dan besar, sekaligus membuktikan bahwa Al-
Qur'an bukan hasil karya seorang manusia.
Bahkan untuk itu, Rasulullah telah menantang kaum
Quraisy dan orang-orang Arab untuk menandingi Al-Qur'an.
Sebab, beliau yakin bahwa kitab tersebut adalah sebagai
satu-satunya mukjizat terbesar sekaligus bukti kenabiannya
sebagai utusan Allah. Beliau tidak perlu lagi memperhatikan
mukjizat lainnya, walaupun orang-orang Quraisy meminta
bukti (mukjizat) selain Al-Qur'an itu. Peristiwa itu
diabadikan di dalam Al-Qur'an:
‫ات ِعْن َد اللَّ ِه َوإِمَّنَا‬ ِ ِ ‫وقَالُوا لَواَل أُنْ ِز َل علَي ِه آَي‬
ُ َ‫ات م ْن َربِّه قُ ْل إِمَّنَا اآْل َي‬
ٌ َ َْ ْ َ
ِ
ٌ ِ‫أَنَا نَذ ٌير ُمب‬
‫ني‬
"(Dan) orang-orang Makkah berkata: Mengapa tidak
diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat (benda
lainnya) dari Rabb-Nya?". Katakanlah (Hai
Muhammad): "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu
terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku ini hanya

Kuliah Aqidah ~ 31
seorang pemberi peringatan yang nyata" (QS. Al-
Ankaabut: 50)
Ayat ini secara jelas menerangkan bahwa Al-Qur'an
adalah mukjizat bagi Rasulullah. Karena itu, cukuplah sudah
Al-Qur'an itu sebagai bukti tentang kenabian dan kebenaran
Rasulullah, baik untuk masa lalu, kini maupun masa yang
akan datang.
Setiap orang yang memiliki pengetahuan walaupun
sedikit tentang bahasa dan sastra Arab serta seluk beluknya
akan menemukan bahwa Al-Qur'an merupakan bentuk
ungkapan bahasa yang istimewa dan belum pernah ada
orang-orang Arab yang mengungkapkan perkataan seperti
itu, baik sebelum turunnya Al-Qur'an maupun sesudahnya.
Kehebatan Al-Qur'an dengan segala aspeknya telah
menyebabkan mereka tersungkur mengakuinya dan
bantahan apapun menjadi patah dihadapan tantangan
tegasnya. Tantangan tersebut telah menyebabkan mereka
terdorong untuk mencoba berbicara atau membuat seperti
Al-Qur'an. Tetapi yang terjadi, ternyata sungguh
mengherankan, untuk meniru apalagi mengubah dalam gaya
bahasa Al-Qur'an pun mereka tidak mampu, padahal mereka
adalah orang-orang Arab yang terkenal fasih di bidang sastra
dan berbicara (syair, puisi dan lainnya). Tetapi memang
sudah sepatutnya mereka kalah dan mengakui kebenaran
Muhammad, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:
‫ك َولَ ِك َّن‬ ِ
َ َ‫ك الَّذي َي ُقولُ و َن فَ ِإن َُّه ْم اَل يُ َك ِّذبُون‬ َ ُ‫قَ ْد َن ْعلَ ُم إِنَّهُ لَيَ ْح ُزن‬
ِ ‫الظَّالِ ِمني بِآَي‬
‫ات اللَّ ِه جَيْ َح ُدو َن‬ َ َ
32 ~ Kuliah Aqidah
"Sesungguhnya Kami tahu bahwa apa yang mereka
katakan itu menyedihkanmu, (tetapi janganlah bersedih)
karena mereka itu sebenarnya bukan mendustakanmu,
akan tetapi orang-orang yang dzalim itu telah
mengingkari ayat-ayat Allah" (QS. Al-An'aam: 33)
Juga itu tercatat dalam sejarah da’wah Islam tentang
bagaimana kekalahan mereka dihadapan Al-Qur'an.
Kekalahan itu telah disepakati oleh ahli sejarah secara
meyakinkan, bahwa orang-orang Arab telah gagal meniru,
yaitu mereka tidak mampu menelorkan satu perkataanpun
yang senilai dengan Al-Qur'an, meskipun Al-Qur'an telah
menantang mereka. Kenyataan itu diabadikan dan
dinyatakan Al- Qur'an sendiri:
‫س َواجْلِ ُّن َعلَى أَ ْن يَ أْتُوا مِبِثْ ِل َه َذا الْ ُق ْرآَ ِن اَل‬ ِ ِ ْ ‫قُ ل لَئِ ِن‬
ُ ْ‫اجتَ َم َعت اإْل ن‬ ْ
‫ض ظَ ِه ًريا‬ ِ
ٍ ‫ض ُه ْم لَب ْع‬ ِ ِ ِ‫مِب‬
ُ ‫يَأْتُو َن ثْله َولَ ْو َكا َن َب ْع‬
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini,
pasti mereka tidak dapat membuat yang serupa,
sekalipun seluruh dari mereka membantunya“(QS. Al
-Israa': 88)
Berdasarkan kepastian yang menyakinkan di atas bahwa
kaum Quraisy dan bangsa Arab Secara keseluruhan tidak
mampu membuat satu ayat pun yang serupa dengan Al-
Qur'an, yakinlah kita bahwa Al-Qur'an terbukti berasal dari
Allah dan merupakan Kalamullah.
Keyakinan dan bukti seperti itu menyebabkan orang-
orang tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa Al-Qur'an

Kuliah Aqidah ~ 33
adalah perkataan Muhammad, walaupun Muhammad adalah
orang Arab. Sebab bila orang Arab sendiri tidak mampu
menandingi Al-Qur'an, maka Rasulullah pun sama, tidak
mampu seperti halnya orang Arab yang lain. Lebih daripada
itu, bagaimana mungkin Al-Qur'an diciptakan oleh
Muhammad, padahal ia Nabi yang buta huruf (ummi),
sedangkan Al-Qur'an mengandung kabar masa depan dan
sains teknologi yang baru diungkapkan pada abad ini? Juga,
bagaimana mungkin ia dikarang oleh Muhammad,
sedangkan dia sering menunggu datangnya Al-Wahyu jika
menghadapi persoalan?
Al-Qur'an merupakan mukjizat yang paling besar di
antara mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad lainnya dan yang
paling ampuh untuk menaklukkan orang-orang yang ingkar
terhadap kenabian beliau. Pernyataan seperti ini kita
temukan dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an memiliki sajak yang
berbeda dengan syair-syair yang ada, berbeda dengan isi
pidato-pidato, ucapan dan karangan yang tertulis manapun.
Di antara hikmah yang dapat diambil dari keimanan
kepada kitab-kitab-Nya adalah:
a. Kita semakin yakin bahwa Allah tiada bandingnya,
terbukti dengan tidak adanya manusia yang sanggup
membuat kitab yang sebanding dengan kitab-kitab-
Nya, baik dari segi struktur kata, gaya bahasa,
maupun keindahan perpaduan katanya (kejelasan
makna dan tujuan kalimat).
b. Kita semakin yakin akan Kemahatahuan Allah, karena
di dalam kitab-kitab-Nya terdapat informasi-informasi

34 ~ Kuliah Aqidah
masa lalu dan yang akan datang di samping
informasi-informasi yang aktual hingga akhir zaman.
c. Kita dapat mengetahui kebenaran Rasul-Rasul yang
diutus-Nya, melalui informasi/petunjuk yang
diberikan-Nya.
d. Menambah keimanan kita terhadap Keesaan Allah.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul


Iman kepada para utusan-Nya, menunjukkanbahwa
semua Rasul yang diutus-Nya adalah pengemban misi yang
sama yaitu tauhidullah yang akan membawa keselamatan
bagi umat manusia di dunia dan akhirat. Di samping itu,
menunjukkan terdapat aturan dalam beribadah kepada-Nya
karena itu manusia memerlukan penunjuk jalan yaitu
seseorang yang telah diutus-Nya. Para utusan Allah adalah
orang-orang yang terpilih, tidak bisa setiap orang
mengklaim dirinya sebagai Rasul dan tidak bisa pula setiap
orang mengangkat orang lain menjadi Rasul. Pengangkatan
Rasul adalah hak Allah, bukan hak manusia. Allah
berfirman:
ٍ ‫ك ِمن َّرس‬ ِ
… ٍّ ‫ول َواَل نَيِب‬ ُ َ ‫َو َما أ َْر َس ْلنَا ِمن َقْبل‬
“(Dan) Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang
Rasul pun dan tidak pula seorang nabi...”(QS. Al-Hajj:
52)
Seorang Muslim wajib menyakini semua nabi dan Rasul
sebagaimana firman Allah:

Kuliah Aqidah ~ 35
‫يل‬ ِ ‫قُولُ وا آَمنَّا بِاللَّ ِه وم ا أُنْ ِز َل إِلَينَ ا وم ا أُنْ ِز َل إِىَل إِب ر ِاهيم وإِمْس‬
‫اع‬
َ َ َ َ َْ ََ ْ ََ َ
ِ ِ ‫اق ويع ُق وب واأْل‬
‫يِت‬
َ ‫يس ى َو َم ا أُو‬ َ ‫وس ى َوع‬ َ ‫َس بَاط َو َم ا أُويِت َ ُم‬ ْ َ َ ْ َ َ َ ‫َوإِ ْس َح‬
‫َح ٍد ِمْن ُه ْم َوحَنْ ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬ ِ ِ
َ ‫النَّبِيُّو َن م ْن َرهِّب ْم اَل نُ َفِّر ُق َبنْي َ أ‬
“Katakanlah (kepada orang-orang Mukmin): ‘Kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang
diturunkan kepada Musa dan Isa, serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya, Kami tidak
membeda-bedaan seorang pun di antara mereka dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”(QS. Al-
Baqarah: 136).
ِ َ ‫ورسالً قَ ْد قَصصنَاهم علَي‬
‫ك‬
َ ‫ص ُه ْم َعلَْي‬
ْ‫ص‬ُ ‫ك من َقْب ُل َو ُر ُسالً مَّلْ َن ْق‬ َْ ُْ ْ َ ُ َُ

“(Dan) sesungguhnya telah Kami utus beberapa Rasul
sebelum kamu. Di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak kami ceritakan kepadamu…” (QS. An Nisaa:
164)
Semua nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad diutus
Allah untuk suatu bangsa tertentu (baik satu atau beberapa
generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu periode tertentu.
Daerah atau wilayah da’wah dari seorang nabi serta masa
berlaku syariatnya pun terbatas sampai datangnya Rasul
penggantinya. Semua nabi dan Rasul, risalah da’wah mereka
terbatas dan bersifat lokal, kecuali risalah da’wah Nabi

36 ~ Kuliah Aqidah
Muhammad yang bersifat universal. Tentang keuniversalan
risalah Nabi Muhammad, Allah telah menegaskan sendiri
dalam Al-Qur'an pada beberapa ayat dan surat, antara lain:
ِ ‫َّاس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َولَ ِك َّن أَ ْكَث َر الن‬
‫َّاس اَل‬ ِ ‫اك إِاَّل َكافَّةً لِلن‬
َ َ‫َو َم ا أ َْر َس ْلن‬
‫َي ْعلَ ُمو َن‬
“(Dan) Kami tidak mengutus melainkan bagi ummat
manusia seluruhnya,sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia
tidak (mau) mengetahui.” (QS. Saba: 28)
Awal dari para nabi adalah Adam dan akhir para nabi
adalah Muhammad. Kenabian Adam diperjelas oleh Allah
dalam firman-Nya:
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
‫يم‬ ُ ‫اب َعلَْي ه إِنَّهُ ُه َو الت ََّّو‬
ُ ‫اب ال َّرح‬ َ َ‫َفَتلَقَّى آَ َد ُم م ْن َربِّه َكل َم ات َفت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫* ُق ْلنَ ا ْاهبطُوا مْن َه ا مَج ًيع ا فَإ َّما يَأْتَينَّ ُك ْم ميِّن ُه ًدى فَ َم ْن تَب َع ُه َد‬
‫اي‬
‫ف َعلَْي ِه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُو َن‬
ٌ ‫فَاَل َخ ْو‬
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Rabb-Nya. Maka, Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu dari
jannah itu, Kemudian jika datang petunjuk-Ku, maka
siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, pastilah tidak
ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hat.i” (QS. Al-Baqarah: 37-38).
Adapun kenabian Muhammad, dapat dibuktikan secara
aqlidengan Al-Qur'an. Ia adalah Kalamullah, yang telah
membungkam orang-orang kafir, terdiam tak mampu
Kuliah Aqidah ~ 37
mendatangkan satu surat saja semisal Al-Qur'an. Hal ini
menjadi dalil yang meyakinkan bahwa Muhammad adalah
seorang nabi dan Rasul. Sebab, suatu mukjizat hanya
diberikan Allah kepada para nabi dan Rasul. Allah
berfirman:
‫ور ٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه‬ ِ ِ ‫ٍ مِم‬ ِ
َ ‫َوإ ْن ُكْنتُ ْم يِف َريْب َّا َنَّزلْنَ ا َعلَى َعْب دنَا فَ أْتُوا ب ُس‬
‫ني‬ِ ِ ‫ون اللَّ ِه إِ ْن ُكْنتم‬
ِ ‫و ْادعوا ُشه َداء ُكم ِمن د‬
َ ‫صادق‬ َ ُْ ُ ْ ْ َ َ ُ َ
“(Dan) jika kalian (tetap) meragukan Al-Qur'an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an
dan ajaklah para penolong selain Allah, jika kalian
orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari keimanan
kepada para utusan-Nya ini adalah :
a. Menambah keyakinan kita pada kemahabijaksanaan-
Nya yang tidak membiarkan para hamba-Nya dalam
kesesatan, sehingga diutuslah para Rasul untuk
menjabarkan tata cara beribadah yang benar.
b. Menambah keyakinan kita bahwa jalan yang benar itu
hanya satu, yaitu jalan Allah, sehingga sejak Nabi
Adam hingga Nabi Muhammad misi yang diemban
hanya satu yaitu tauhidullah.
c. Para Rasul-Nya bukanlah manusia biasa, melainkan
manusia pilihan. Oleh karenanya kita tidak bisa
menyamakan kedudukan kita setara dengan mereka,
sehingga tidak layak bagi kita untukmelecehkan atau
mengingkari mereka.

38 ~ Kuliah Aqidah
5. Iman kepada Hari Akhir
Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia
akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan
kehidupan kedua di alam akhirat. Keyakinan terhadap alam
akhirat/hari Kiamat ini merupakan bagian dari rukun iman
(dasar-dasar keimanan). Adapun bukti-bukti adanya hari
Kiamat, sekaligus dalil keimanannya, berasal dari wahyu
(ayat-ayat) Allah dan hadits Rasul. Dasar pemahamannya
berdasarkan dalil naqli, bukan dalil aqli. Sebab, hari Kiamat
adalah sesuatu yang tidak terjangkau panca indra manusia,
sehingga akal tidak mampu menemukannya dengan pasti
berdasarkan usaha pengindaraan terhadap sesuatu. Tanpa
adanya berita tentang hari Kiamat dari wahyu Allah, maka
manusia tidak mengetahui apakah ada atau tidak hari
kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari kebangkitan
itu, juga apakah masih ada atau tidak kehidupan sesudah
mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati itu?
Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari Kiamat
tersebut di antaranya adalah:
‫ين َك َف ُروا أَ ْن لَ ْن يُْب َعثُوا قُ ْل َبلَى َو َريِّب لَتُْب َعثُ َّن مُثَّ لَُتنََّب ُؤ َّن مِب َا‬ ِ َّ
َ ‫َز َع َم الذ‬
ِ ِ ِ
ٌ‫ك َعلَى اللَّه يَسري‬ َ ‫َع ِم ْلتُ ْم َو َذل‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka
sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak
demikian. Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti
dibangkitkan, kemudian akan diberikan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah
bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun: 7)

Kuliah Aqidah ~ 39
Iman kepada hari Kiamat adalah iman kepada hari
berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan
makhluk di alam semesta yang fana ini, kemudian Allah
pasti menghidupkan kembali semua makhluk yang telah
mati, membangkit-hidupkan tulang-belulang yang sudah
hancur, mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah
sebagaimana asalnya, dan mengembalikan ruh pada jasad
seperti sedia kala.
Manusia selalu bertanya kapankah terjadinya hari
Kiamat. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti
dan tepat, kapan terjadinya. Allah berfirman:
‫اها قُ ْل إِمَّنَ ا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد َريِّب اَل‬ ِ ‫الس‬
َ ‫اعة أَيَّا َن ُم ْر َس‬َ َّ ‫ك َع ِن‬ َ َ‫يَ ْس أَلُون‬
‫ض اَل تَ أْتِي ُك ْم إِاَّل‬ ِ ‫الس ماو‬ ِ ِ
ِ ‫ات َواأْل َْر‬ َ َ َّ ‫ت يِف‬ ْ َ‫جُيَلِّ َيه ا ل َوقْت َه ا إِاَّل ُه َو َث ُقل‬
‫َّك َح ِف ٌّي َعْن َه ا قُ ْل إِمَّنَ ا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد اللَّ ِه َولَ ِك َّن‬َ ‫ك َكأَن‬ َ َ‫َب ْغتَ ةً يَ ْس أَلُون‬
ِ ‫أَ ْكَثَر الن‬
‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬
“Mereka menanyakan kepadamu tentang hari Kiamat:
“Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari Kiamat itu ada sisi Rabbku.
Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi.
Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melaikan
dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-
akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu
ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak

40 ~ Kuliah Aqidah
mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 187)
Al-Qur'an menerangkan bahwa hari Kiamat terjadi
setelah ditiupnya sangkakala pertama oleh Malaikat Israfil.
Pada saat itu, semua makhluk binasa kecuali mereka yang
dikehendaki oleh Allah. Firman Allah :
‫ض إِاَّل َم ْن‬ ِ ‫الس ماو‬
ِ ‫ات َو َم ْن يِف اأْل َْر‬ َ َ َّ ‫ص ع َق َم ْن يِف‬ َ ُّ ‫َونُِف َخ يِف‬
ِ َ‫الص و ِر ف‬
‫ُخَرى فَِإ َذا ُه ْم قِيَ ٌام َيْنظُُرو َن‬ ِِ ِ
ْ ‫َشاءَ اللَّهُ مُثَّ نُف َخ فيه أ‬
“(Dan) ditiuplah sangkakala, maka matilah apa yang ada
di langit dan bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-
tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-
masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Iman kepada hari akhir memberi kita semangat untuk
terus dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas amal
perbuatan kita, sehingga semuanya bernilai ibadah dan dapat
dijadikan bekal untukperjalanan menuju kehidupan yang
kekal abadi di akhirat nanti. Di samping itu, iman pada hari
akhir akan menambah keyakinan kita kepada keimanan
kepada Allah yang mempunyai sifat Mahaadil dan
Mahabijaksana karena di akhirat nanti manusia akan diberi
balasan sesuai dengan amalan-amalannya.
َ ‫ال َذ َّر ٍة َخْي ًرا َي َرهُ * َو َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق‬
‫ال ذَ َّر ٍة َش ًّرا‬ َ ‫فَ َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق‬
ُ‫َيَره‬
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar
dzarah, niscaya ia akan mendapatbalasannya, dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarah

Kuliah Aqidah ~ 41
pun, niscaya ia akan mendapat balasannya." (QS. Al-
Zalzalah: 7-8)
Karena itu iman kepada hari akhir mempunyai dampak
positif bagi kehidupan seseorang, yakni:
a. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada
Allah dan senantiasa mengharapkan pahala pada
hari Kiamat. Ia akan berusaha menjauhi segala
larangan-Nya karena takut siksaan kelak di
kemudian hari.
b. Menghibur dan mendorong agar bersabar bagi
Mukmin bahwa kebahagiaan (kesenangan,
kesejahteraan) yang belum diperolehnya di dunia
akan diterimanya di kemudian hari.
Bagi kaum Muslimin, iman kepada hari Kiamat
sesungguhnya akan berdampak kuat bagi setiap amal
perbuatannya. Bagi mereka yang beriman, maka mereka
pasti akan berlomba-lomba menjalankan semua perintah
Allah berupa Syariat yang telah diturunkan kepada Rasul-
Nya, Muhammad yaitu Syariat Islam.
Hari Kiamat merupakan hari yang pasti datang. Seluruh
manusia akan menemuinya, baik secara suka rela maupun
terpaksa. Sesungguhnya siksaan maupun kenikmatan yang
diterima setiap manusia merupakan akibat logis dari seluruh
amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.

6. Iman kepada Taqdir Allah


Iman kepada takdir merupakan sesuatu yang wajib bagi
setiap Muslim, sebab hal ini memiliki sandaran nash-nash
Al-Qur'an yang pasti (qath’i) serta dijelaskan oleh

42 ~ Kuliah Aqidah
Rasulullah dalam sunnahnya yang mutawatir. Berbeda
dengan iman kepada ‘Qadha dan Qadar’, ia bukan lahir dari
nash-nash syara’ secara langsung. Istilah ‘Qadha dan
Qadar’, sebagai istilah tertentu yang bermakna tertentu pula,
tidak didapatkan dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
Kalau kita kaji dari buku-buku hadits, kita tidak akan
menemukan masalah ini (qadha dan qadar). Kita hanya akan
menemukan pembahasan taqdir (atau al-qadar yang
bermakna takdir). Di dalam Al-Qur'an sendiri tidak ada
istilah ‘qadha dan qadar’ yang digabungkan itu dan
keduanya hanya ditemukan terpisah.
Tiadanya istilah qadha dan qadar (yang digabungkan,
dan memiliki makna tertentu pula) tersebut, karena memang
masalah ini baru muncul pada masa tabi’in (setelah masa
shahabat), pada akhir abad pertama Hijriyah (awal abad
kedua Hijriyah).
Qadar secara bahasa memiliki banyak makna misalnya;
qadarul amri artinya mengurusi, qadarusy-syai bi syai
artinya mengukur, memperbandingkan, membagi, qadarur-
rizqihi artinya menyempitkan rizqinya
Qadar secara istilah adalah ketentuan Allah terhadap
sesuatu semenjak azali, sesungguhnya Allah telah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi baik berupa
benda-benda maupun perbuatan-perbuatan sebelum semua
itu diciptakan. Firman Allah :
ِ ِ َ‫فَأَجْن ينَاه وأَهلَه إِاَّل امرأَتَه قَدَّرن‬
َ ‫اها م َن الْغَاب ِر‬
‫ين‬ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ َْ
"Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali
istrinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-

Kuliah Aqidah ~ 43
orang yang tertinggal (dibinasakan)." (QS. An-Naml:
57)
Maksud ayat tersebut, Allah telah mencatatkan hal yang
demikian itu dan menakdirkannya semenjak azali. Firman
Allah :
… ‫ب اللَّهُ لَنَا‬ ِ ِ
َ َ‫قُ ْل لَ ْن يُص َيبنَا إاَّل َما َكت‬
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami...” (QS. At-Taubah: 51)
Maksudnya, Allah telah menetapkan bagi manusia
segala sesuatu semenjak azali sebelum manusia diciptakan.
‫اب ِم ْن‬
ٍ َ‫ض واَل يِف أَْن ُف ِس ُكم إِاَّل يِف كِت‬
ْ
ٍ ِ ِ ‫ما أَص‬
َ ِ ‫اب م ْن ُمصيبَة يِف اأْل َْر‬ َ َ َ
ِ ِ ِ
َ ‫َقْب ِل أَ ْن َنْبَرأ ََها إِ َّن َذل‬
ٌ‫ك َعلَى اللَّه يَسري‬
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadiid: 22)
Maksudnya, tidak ada yang menimpa di bumi dan
menimpa diri manusia melainkan telah tercatat di Lauh
Mahfuzh dengan pengertian bahwa Allah telah mengetahui
semuanya sebelum Dia menciptakannya dan dituliskan di
Lauhul Mahfuzh (kitab induk dan gambaran umum luasnya
ilmu Allah ).
Inilah pengertian sederhana dari takdir yang telah
dijelaskan oleh Al-Qur'an dan hadits Rasulullah . Dengan

44 ~ Kuliah Aqidah
kata lain takdir adalah catatan (ilmu Allah) yang menyeluruh
tentang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan ‘segala
sesuatu‘, termasuk benda-benda, manusia amal
perbuatannya, makhluk hidup lain, dan lain-lain; semuanya
telah tercatat/diketahui oleh Allah . dan dituliskan di Lauhul
Mahfuzh.
‫إِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَاهُ بَِق َد ٍر‬
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu
menurut taqdirnya/ukurannya” (QS. Al-Qamar: 49).
“Bagi setiap ummat akan muncul segolongan manusia
yang berperilaku seperti Majusi.Orang-orang Majusi
mengatakan bahwa tidak ada takdir. Jika di antara
mereka ada yang meninggal, maka janganlah kalian
menghadiri jenazahnya. Jika mereka sakit, janganlah
dijenguk, (sebab) mereka adalah (sama dengan)
golongan Dajjal. Memang pantas dengan ketentuan
tersebut,yaitu menghubungkan perilaku mereka yang
mirip dengan Dajjal, adalah ketentuan yang hak (benar)
dari Allah .”(HR. Abu Dawud dari Hudzaifah)
“Rasululah suatu hari duduk-duduk (bersama para
shahabat). Di tangan beliau ada sepotong kayu, lalu
dengan kayu tersebut beliau menggores-gores (tanah).
lalu nabi mengangkat kepala dan berkata: “Setiap kalian
yang bernyawa sudah ditetapkan tempatnya di Jannah
(surga) dan Jahannam: para shahabat (terkejut) lalu
bertanya: “Kalau demikian ya Rasullah apa gunanya
kita beramal? apakah tidak lebih baik kita bertawakal
saja (kepada takdir)? Beliau menjawab: “jangan!
tetaplah beramal, setiap orang akan dimudahkan oleh

Kuliah Aqidah ~ 45
Allah jalan yang sudah ditentukan baginya”. Lalu
Rasullah membaca surat Al-Lail ayat 5-10”. (Syarah
Shahih Muslim, Imam Nawawi)
Bagian keimanan ini memerlukan pembahasan yang
khusus karena banyak masalah yang harus diperhatikan agar
tidak menyimpang dari ketauhidan kita kepada Allah . Oleh
karena itu, pada uraian ini hanya akan dibahas mengenai
beberapa hikmah yang dapat direnungi dari buah iman
kepada takdir-Nya, yaitu :
a. Sifat Kemahatahuan dan Kemahabijaksanaan Allah
tidak ada yang mampu menandingi-Nya, sehingga
kebaikan dan keburukan menurut pandangan Allah ada
kalanya berbeda dengan apa yang ada pada pandangan
manusia.
ِ ِ‫ك َك ْث رةُ اخْلَب‬ ُ ِ‫قُ ْل اَل يَ ْس تَ ِوي اخْلَب‬
‫يث فَ َّات ُقوا‬ ُ ِّ‫يث َوالطَّي‬
َ َ َ‫ب َولَ ْو أ َْع َجب‬
‫اب لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬
ِ ‫اللَّهَ يا أُويِل اأْل َلْب‬
َ َ
"Katakanlah: 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,
bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal,
agar kamu beruntung." (QS. Al-Maidah: 100)
b. Sifat Kemahaadilan Allah memberikan kebebasan
bertindak bagi manusia, sehingga manusia bebas berjalan
tanpa paksaan untuk menentukan jalannya (dengan
sebelumnya telah diberi petunjuk oleh Tuhannya)
‫َوقُ ِل احْلَ ُّق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ َف ْلُي ْؤ ِم ْن َو َم ْن َشاءَ َف ْليَ ْك ُف ْر‬
"Katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;

46 ~ Kuliah Aqidah
barangsiapa ingin beriman hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa ingin kafir maka biarlah ia kafir..." (QS. Al-
Kahfi: 29)
Hal ini juga disebutkan dalam sabda Rasulullah sebagai
berikut:
‫اهلل َو َماَل ئِ َكتِ ِه ِو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َوالَْي ْوِم اآْل ِخ ِر‬
ِ ِ‫اَإْلِ مْيَا ُن أَ ْن ُت ْؤ ِمن ب‬
َ
.)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َو ُت ْؤم َن بالْ َق ْدر خَرْي ه َو َشِّره‬
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kemudian,
dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk” (HR.
Muslim).

D. Sumber Aqidah Islam


Aqidah adalah taufiqiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan
kecuali dengan dalil syari’i, tidak ada medan ijtihad yang
berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya
terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui
tentang Allah , tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya dan
apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri.
Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui
tentang Allah selain Rasululullah . Oleh karena itu manhaj
Salafu Shalihdan para pengikutnya dalam mengambil kaidah
terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-
Qur’an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib diimani

Kuliah Aqidah ~ 47
(diyakini dan diamalkan).
Maka segala apa pun yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an
dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya,
meyakininya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang
tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka
menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada
pertentangan di antara mereka di dalam i’tiqad. Bahkan
aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu.
Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya dengan kesatuan
kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah
berfirman:
. . .‫ص ُموا حِب َْب ِل اللَّ ِه مَجِ ًيعا َواَل َت َفَّرقُوا‬
ِ َ‫و ْاعت‬
َ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS. Ali
‘Imran {3}: 103).
ِ ‫فَِإ َّما يأْتِينَّ ُكم ِميِّن ه ًدى فَم ِن اتَّبع ه َداي فَاَل ي‬...
‫ض ُّل َواَل يَ ْش َقى‬ َ َ ُ ََ َ ُ ْ ََ
“...Maka jika datang kepadamu petunjuk dari pada-Ku,
laluu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha {20}:
123).
Karena itulah mereka dinamakan firqah
najiyah(golongan yang selamat). Sebab Rasulullah telah
bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika
memberitahukan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73
golongan yang kesemuanya itu di Neraka, kecuali satu
golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu beliau

48 ~ Kuliah Aqidah
menjawab:
ِ ِ
َ ‫َص َحايِب‬
.)‫(ر َواهُ أَمْح َ ُد‬ ْ ‫ُه ْم َم ْن َكا َن َعلَى مثْ ِل َما أَنَا َعلَْيه الَْي ْو َم َوأ‬
“Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang
sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para
sahabatku.” (HR. Ahmad).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi
hanya berfungsi memahami nash-nash yang teradapat dalam
kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan
oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Itu pun harus didasari oleh
suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas,
sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk
Allah. Akal tidak akan mampu menjangkaumasail
ghaibiyah(masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu
menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan
waktu. Misalnya akal tidak akan mampu
menjawabpertanyaan kekal itu sampai kapan? Atau akal
tidak akan mampu menunjukkan tempat yang tidak ada di
darat, di udara, di lautan dan tidak ada dimana-man. Karena
kedua hal tersebut tidak terikat dengan waktu dan ruang.
Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksakan untukmemahami
hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala
sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu
membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa
berita tentang hal-hal ghaib tersebut dibuktikan secara
ilmiah oleh akal pikiran? Hanya itu.
Untuk lebih mendalami sejauh mana fithrah dan akal
berperan dalam masalah aqidah ada baiknya diikuti uraian

Kuliah Aqidah ~ 49
dari Syekh Ali Thantawi tentang hal itu dalam
bukunyaTa’rifAm bi Dinil Islam, fasalQawa’idul ‘Aqaid.

E. Beberapa KaidahAqidah
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya
yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan
“tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya pertama kali melihat sepotong kayu
di dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok atau
melihat tiang-tiang listrik bergerak dilihat dari jendela
kereta api yang sedang berjalan, atau melihat
fatamorgana, tentu saya akan membenarkannya. Tapi
bila terbukti kemudian hasil penglihatan indera saya itu
salah, maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal
yang sama, akal saya langsung mengatakan tidak
demikian hal yang sebenarnnya.

2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan


menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang
diyakinikarena kejujuran si pembawa berita.
Banyakhal yang memang tidak atau belum kita saksikan
sendiri tapi kita meyakini adanya. Misalnya Anda belum
pernah ke India, Brazil, atau ke Mesr, tapi Anda
meyakini negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta
sejarah, tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah, tentang
kerajaanMajapahit, tentang Iskandar Zulkarnain dan
lain-lain, Anda meyakini kenyataan sejarah itu
berdasarkan berita yang Anda terima dari sumber yang

50 ~ Kuliah Aqidah
dipercaya. Bahkan, kalau seseorang memperhatikan apa-
apa yang diyakini adanya, ternyata yang belum
disaksikannya lebih banyak dari yang sudah
disaksikannya.

3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu,


hanya karena Ada tidak bisa menjangkaunya dengan
indera mata.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas.
Telinga tidak bisa mendengar suara semut dari jarak
dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari
jarah jauh. Di sebuah ruang yang sepi dan sunyi Anda
tidak bisa mendengarapa-apa, padahal di udara – dalam
ruangan itu – ada bermacam-macam suara dari berbagai
macam pemacar radio. Oleh sebab itu, seseorang tidak
bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena
inderanyatidak bisa menyaksikannya.

4. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang


sudah pernah dijangkau oleh inderanya.
Khayal manusia pun terbatas. Anda tidak akan bisa
mengkhayalkan sesuatu yang baru sama sekali. Waktu
Anda mengkhayalkan kecantikan seseorang secara fiktif,
Anda akan menggabung-gabungkan unsur-unsur
kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah Anda
saksikan. Begitu juga seorang arsitek, tatkala merancang
sebuah gedung yang paling indah, hanya menggabung-
gabungkan unsur keindahan yang pernah dia lihat dari

Kuliah Aqidah ~ 51
beberapa gedung lainnya. Khayal memang sangat
terbatas. Terikat dengan hukum-hukum tertentu.

5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat


dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik
berjalan waktu kita menyaksikannya lewat jendela kereta
api, akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal
bisa memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak.
Karena kemapuan akal pun terbatas. Akal tidak bisa
menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan
waktu. Bisakah Anda menunjukkan tempat sebuah
negeri kalau negeri itu tidak ada di daratan, lautan, udara
dan tidak ada di mana-mana. Bisakah akal Anda
menjelaskan kapan terjadi sesuatu peristiwa, kalau
peristiwa itu tidak terjadi dulu, sekarang dan tidak juga
pada masa yang akan datang?

6. Iman adalah fithrah setiap manusia.


Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya
Tuhan. Pada saat seseorang – termasukyang mengaku
tidak bertuhan – kehilangan harapan hidup, padahal dia
masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk
meminta kepada Tuhan. Bila Anda masuk hutan dan
terperosok ke dalam lubang, pada saat Anda kehilangan
harapan untuk bisa keluar dari lubang tersebut, Anda
akan berbisik: Oh Tuhan! Sekalipun sebelumnya Anda
tidak pernah menyebut nama Tuhan. Tapi fithrah itu
hanya potensi dasar, yang perlu dikembangkan dan

52 ~ Kuliah Aqidah
dipelihara, karena fithrah bisatertutup oleh berbagai
macam hal.

7. Kepuasan material di dunia sangat terbatas.


Manusia tidak akan puas dengan material. Seorang yang
belum punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya
sepeda, ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil,
peat dan lain-lain. Bila keinginannya tercapai dan
berubah menjadi sesuatu yang “biasa”, maka dia tidak
lagi merasakan kepuasan. Dia akan selalu ingin lebih
dari apa yang didapatnya secara material. Oleh sebab itu,
manusia memerlukan alam lain sesudah dunia ini untuk
mendapatkan kepuasan yang hakiki.

8. Keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi


logis dari keyakinan tentang adanya Allah.
Jika Anda beriman kepada Allah, tentu Anda beriman
dengan sifat-sifat Allah, termasuk sifat “adil”. Kalau
tidak ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilah
Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat
menanggung akibat semua kejahatannya tersebut?
Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik
merasakan hasil kebaikannya itu? Bila Anda menonton
film, bila ceritanya belum selesai sudah dituliskan di
layar “Tamat”, bagaimana komentar Anda? Oleh sebab
itu, iman Anda dengan Allah menyebabkan Anda
beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini
yaitu Hari Akhir.

Kuliah Aqidah ~ 53
F. FungsiAqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untukmendirikan
bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan,
haruslah semakin kokoh fondasi yang mesti dibuat. Kalau
fondasinya lemah, maka bangunannya pun akan cepat roboh.
Tidak ada bangunan tanpa fondasi.
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistematika Aqidah,
Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalah, atau Aqidah, Syari’ah dan
Akhak atau Iman, Islam, Ihsan, maka ketiga aspek atau
keempat aspek di atas tidak dapat dipisahkan sama sekali.
Satu sama lain salingterikat.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermu’amalah dengan baik. Ibadah
seseorangtidak akan diterima oleh Allah kalau tidak
dilandasi dengan aqidah. Seseorang tidaklah dinamai
berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.
Begitu seterusnya bolak-balik dan bersilang.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari
kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa
menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura
melaksanakan ajaran formal Islam, tapi Allah tidak akan
memberi nilai kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar
(iman).
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah selama 13 tahun
periode Mekkah memusatkan dakwahnya untuk membangun
aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam
dengan mudah bisa berdiri di periode Madinah dan
bangunan itu akan bertahan terus sampai hari kiamat kelak.
54 ~ Kuliah Aqidah
G. Penyimpangan Aqidah dan Solusinya
1. Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah
kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah yang benar
merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat.
Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi
mangsa bagi persangkaat dan keragu-raguan yang lama-
kelamaan mungkin menumpuk danmenghalangi dari
pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan,
sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari
kesempitan tersebut dan menyudahi hidup, sekali pun
dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak
orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.
Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar
merupakan masyarakatbahimi(hewani), tidak memiliki
prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun mereka berelimang
materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada
kehancuran, sebagaimana yang telah terjadi pada masyarakat
Jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi
memerlukantaujih(pengarahan) dalam penggunaannya, dan
tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah
shahihah.
Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari
kekuatanmadiyah(materi). Jika hal itu dilakukan dengan
menyeleweng kepada aqidah bathil, maka kekuatan materi
akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak,
seperti yang terjadi di negara-negara kafir yang memiliki
banyak materi, tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.
Adapun sebab-sebab penyimpangan dari aqidah
Kuliah Aqidah ~ 55
shahihahyang harus kita ketahui antara lain:
a. Kebodohanterhadap aqidah shahihah, karena tidak
mau (enggan) mempelajari dan mengajarkannya,
atau karena kurangnya perhatian terhadapnya.
Sehingga tumbuh suatu generasi yang tidak
mengenal aqidah shahihahdan juga tidak mengetahui
lawan atau kebalikannya. Akibatya, mereka
meyakini yang hak sebagai sesuatu yang batil dan
yang batil dianggap sebagai yang hak. Sebagaimana
yang pernah dikatakan oleh Umar RA:
‫ض َعَرى اإْلِ ْساَل ِم عُ ْر َوةً إِذَا نَ َشأَ ىِف اإْلِ ْساَل ِم َم ْن‬ ُ ‫إِمَّنَا ُتْن َق‬
َ‫اهلِيَّة‬
ِ ‫ف اجْل‬
َ ُ ‫َي ْع ِر‬
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu
demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang
yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.
b. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi
dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu
batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya,
sekali pun hal itu benar. Sebagaimana yang
difirmankan Allah :
‫يل هَلُ ُم اتَّبِعُ وا َم ا أَْن َز َل اللَّهُ قَ الُوا بَ ْل َنتَّبِ ُع َم ا أَلْ َفْينَ ا َعلَْي ِه‬ِ ِ
َ ‫َوإ َذا ق‬
‫آَبَاءَنَا أ ََولَ ْو َكا َن آَبَ ُاؤ ُه ْم اَل َي ْع ِقلُو َن َشْيئًا َواَل َي ْهتَ ُدو َن‬
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab:
“(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang

56 ~ Kuliah Aqidah
kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?” (QS. Al-Baqarah {2}: 170).
c. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia
dalam masala aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan
tanpa menyelidiki seberapajauh kebenarannya.
Sebagaimana yangterjadi pada golongan-golongan
seperti Mu’tazilah, Jahmiyah, dan lainnya. Mereka
ber-taqlidkepada orang-orang sebelum mereka dari
para imam sesat,sehingga mereka juga sesat, jauh
dari aqidahshahihah.
d. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan
orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas
derajat yang tidak semestinya, sehingga meyakini
pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu
dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa
mendatangkan kemanfaatan maupun menolak
kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu
sebagai perantara antara Allah dan makhluk-Nya,
sehingga sampai pada tingkat penyembahan para
wali tersebut dan bukan menyembahAllah. Mereka
ber-taqarrubkepada kuburan para wali itu dengan
hewan qurban, nadzar, do’a, istighatsah dan
meminta pertolongan. Sebagaimana yang terjadi
pada kaum Nabi Nuh AS terhadap orang-orang
shalih ketika mereka berkata:

Kuliah Aqidah ~ 57
‫هِل‬
‫وث‬ ً ‫َوقَ الُوا اَل تَ َذ ُر َّن آَ تَ ُك ْم َواَل تَ َذ ُر َّن َو ًّدا َواَل ُس َو‬
َ ُ‫اعا َواَل َيغ‬
‫وق َونَ ْسًرا‬َ ُ‫َو َيع‬
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’,
Yaghuts, Ya’uq dan Nasr” (QS. Nuh {71}: 23).
Dan demikianlah yang terjadi pada para pengagung
kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
e. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah
yang terhampar di jagat raya ini (ayat-
ayatkauniyah)dan ayat-ayat Allah yang tertuang
dalam Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah). Di
samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil
teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira
bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata,
sehingga mereka mengagung-agungkan manusia
serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih
payah dan penemuan manusia semata. Sebagaimana
kesombongan Qarun yang mengatakan:
...‫قَ َال إِمَّنَا أُوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِعْن ِدي‬
“Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya aku diberi
harta hanyalah karena ilmu yang ada padaku.” (QS.
Al-Qashash {28}: 78).
Dan sebagaimana perkataan orang lain yang juga
sombong.

58 ~ Kuliah Aqidah
… ‫…ه َذا يِل‬
َ
“...Ini adalah hakku...”(QS. Fushshilat {41}: 50).
Mereka tidak berpikir dan tidak pula melihat
keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini
dan yang telah menimbun berbagai macam
keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah
menciptakan manusia lengkap dengan bekal keahlian
dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-
keistimewaan alam serta memfungsikannya dengan
kepentingan manusia.
‫َواللَّهُ َخلَ َق ُك ْم َو َما َت ْع َملُو َن‬
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa
yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash-Shaffat {37}: 96).
f. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong
dari pengarahan yang benar (menurut Islam).
Padahal Baginda Rasul telah bersabda:
ِّ َ‫ُك ُّل َم ْولُْو ٍد يُ ْولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْر ِة فَأ ََب َواهُ يُ َه ِّو َدانِِه أ َْو يُن‬
‫صَرانِِه أ َْو‬
.)‫(ر َواهُ الْبُ َخا ِري‬ ِِ
َ ‫مُيَ ِّج َسانه‬
“Setiap bayi itu dilahirkan atas dasar fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang (kemudian) membuatnya
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR.
Bukhari).
Jadi, orangtua mempunyai peranan besar dalam
meluruskan jalan hidup anak-anaknya.

Kuliah Aqidah ~ 59
g. Enggannya media pendidikan dan media informasi
melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan
kebanyakan tidakmemberikan perhatian yang cukup
terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang
tidak peduli sama sekali. Sedangkan media
informasi, baik media cetak maupun elektronik
berubah menjadi sarana penghancur dan perusak,
atau paling titdak hanya memfokuskan pada hal-hal
yang bersifat materi dan hiburan semata. Tidak
memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral
dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-
aliran sesat. Dari sini, muncullah generasi-generasi
yang berperang tanpa senjata yang tak berdaya di
hadapan pasukan kekufuran yang lengkap
persenjataannya sekaligus berbagai jenis amunisinya.

2. Solusinya
Cara menanggulangi penyimpangan ini teringkas dalam
poin berikut ini:
a. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana
para Salafus Shalihmengambil aqidah mereka dari
keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat
ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat
pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah
golongan sesat dan mengenal syubhat-syubhatmereka
untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa
yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.

60 ~ Kuliah Aqidah
b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah,
aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan.
Memberi jam pelajaran yang cukup serta
mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan
materi ini.
c. Harus ditetapkan kitab-kitabsalafyang bersih sebagai
materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitabkelompok
penyeleweng harus dijauhkan.
d. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat
Islam dengan mengajarkan aqidahsalafserta
menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.

Kuliah Aqidah ~ 61
BAB II
HAKIKAT IMAN
KEPADA ALLAH
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang keimanan kepada wujud
ALLAH , tauhid kepada Allah, makna Laa Ilaha illallah, hakikat dan
dampak dua kalimah syahadah, hal-hal yang membatalkan dua kalimah
syahadah, ilmu Allah, Ma’iyyatullah, syirik kepada Allah.

SUB POKOK BAHASAN


1) Keimanan terhadap wujud Allah.
2) Mentauhidkan Allah.
3) Makna Laa Ilaha illallah.
4) Hakikat dan dampak dua kalimah syahadah.
5) Hal-hal yang membatalkan dua kalimah syahadah.
6) Ilmu Allah,
7) Ma’iyyatullah.
8) Syirik kepada Allah

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskantentang hakikat keimanan terhadap
wujud Allah.
2) Mahasiswa mampu menjelaskantentang tauhid kepada Allah.
3) Mahasiswa mampu menjelaskanmakna Laa Ilaha illallah.
4) Mahasiswa mampu menjelaskanhakikat dan dampak dua kalimah
syahadah.
5) Mahasiswa mampu menjelaskanHal-hal yang membatalkan dua
kalimah syahadah.
6) Mahasiswa mampu menjelaskantentang Ilmu Allah,
7) Mahasiswa mampu menjelaskantentang Ma’iyyatullah.
8) Mahasiswa mampu menjelaskantentang bahaya syirik kepada Allah
BAB II
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH

Hakekat iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


sebagaimana disebutkan dalam Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah: “Wajib kita mengimani. DialahIlah atau
Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu
dan Dialah yang pasti adanya, Dialah yang pertama tanpa
permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan. Tiada
sesuatupun yang menyamainya. Yang esa dalam ‘uluhiyah-
Nya, sifat dan perbuatan-Nya. Yang hidup dan pasti ada dan
mengadakan segala yang ada. Yang Maha Mendengar dan
Maha Melihat. Dan dialah yang berkuasa atas segala
sesuatu. Perihalnya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia
berfirman: “jadilah!” maka terjadilah sesuatu itu. Dan Dia
maha mengetahui segala yang mereka kerjakan. Yang
berfirman dan memiliki segala sifat kesempurnaan. Yang
suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan. Dialah yang
menjadikan sesuatu menurut kemauan dan kehendak-Nya.
Segala sesuatu ada di tanganNya dan kepadaNya akan
kembali.” (PP. Muhammadiyah Majelis Tarjih, 2009:14).
Iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. merupakan
rukun iman yang pertama dan iman kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. mencakup iman kepada wujudnya Allah subhanahu
wa ta’ala, mengimani dan mentauhidkan Allah subhanahu wa

Kuliah Aqidah ~ 59
ta’ala dalam rububiyah, ‘uluhiyah dan asma’ wa sifat Allah
subhanahu wa ta’ala. Hidup manusia harus berdasarkan
“TAUHID”, yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala ,
beribadah serta patuh hanya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala semata. Begitulah pokok pikiran pertama dalam
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. (Musthafa
Kamal Pasha, dkk. 2009 :161).

A. Beriman Kepada Wujud Allah SUBHANAHU WA


TA’ALA.
Wujud (ada)-Nya Allah subhanahu wa ta’ala adalah
sesuatu yang badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu
yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena
sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran
itu tidak lagi perlu pembuktian. (Yunahar Ilyas, 2013:2).
Wujud atau keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala telah
dibuktikan oleh dalil-dalil yang sangat banyak. Secara
global dalil-dalil tersebut terbagi menjadi dua yaitu dalil-
dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

1. Dalil-dalil Wahyu
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِِ ِ َّ ‫إِ َّن ربَّ ُكم اللَّه الَّ ِذي خلَق‬
ْ َّ‫ض يِف ستَّة أَيَّ ٍام مُث‬
‫اسَت َوى‬ َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ َ ُ ُ َ
‫وم‬ ِ‫علَى الْعر ِش ي ْغ ِشي اللَّيل النَّهار يطْلُبه حث‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫س َوالْ َق َمَر َوالن‬َ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬‫و‬َ ‫ا‬ً‫يث‬ َ ُُ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ
‫ني‬ ِ ُّ ‫ات بِأَم ِر ِه أَاَل لَه اخْلَْلق واأْل َمر َتبار َك اللَّه ر‬ٍ ‫مس َّخر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ُ َ َ ُْ َ ُ ُ ْ َ َُ
Artinya: “Sesungguhnya Rob kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
60 ~ Kuliah Aqidah
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha suci Allah, Rob semesta alam.” (QS. Al-
A’raaf:54).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. ketika memanggil
Nabi Musa as :
‫اط ِئ الْ َو ِاد اأْل َمْيَ ِن يِف الُْب ْق َع ِة الْ ُمبَ َار َك ِة ِم َن‬ ِ
ِ ‫ودي ِمن َش‬
َ َ‫َفلَ َّما أَت‬
ْ َ ُ‫اها ن‬
‫ني‬ ِ ُّ ‫الشَّجر ِة أَ ْن يا موسى إِيِّن أَنَا اللَّه ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َُ َ ُ َ ََ
Artinya: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu,
diserulah Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah
kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang
pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya Aku
adalah Allah, Rob semesta alam”(QS. Al-Qashas: 30).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala.:
‫اعبُ ْديِن َوأَقِ ِم الصَّاَل َة لِ ِذ ْك ِري‬
ْ َ‫إِنَّيِن أَنَا اللَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل أَنَا ف‬
Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada
Ilah/Sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Aku,
Maka Ibadahilah aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku”. (QS. Taaha: 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang pengagungan
dirinya, penyebutan nama-namaNya dan sifat-sifatNya,

Kuliah Aqidah ~ 61
* ‫يم‬ ‫ح‬ِ ‫الر‬
َّ ‫ن‬ َ ‫الر‬
‫َّمْح‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ
ِ ‫ب والشَّهاد‬
‫ة‬ َ َ ِ ‫ُهو اللَّهُ الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل ُهو َعامِلُ الْغَْي‬
ُ ُ َ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ
‫الساَل ُم الْ ُم ْؤم ُن الْ ُم َهْيم ُن‬
َّ ‫ُّوس‬
ُ ‫ك الْ ُقد‬ ُ ‫ُه َو اللَّهُ الَّذي اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو الْ َمل‬
‫الْ َع ِز ُيز اجْلَبَّ ُار الْ ُمتَ َكِّب ُر ُسْب َحا َن اللَّ ِه َع َّما يُ ْش ِر ُكو َن * ُه َو اللَّهُ اخْلَالِ ُق‬
ِ ‫السماو‬ ُ ‫الْبَا ِر‬
ِ ‫ات َواأْل َْر‬
‫ض‬ َ َ َّ ‫ص ِّو ُر لَهُ اأْل َمْسَاءُ احْلُ ْسىَن يُ َسبِّ ُح لَهُ َما يِف‬ َ ‫ئ الْ ُم‬
* ‫يم‬ ِ ِ
ُ ‫َو ُه َو الْ َعز ُيز احْلَك‬
Artinya: “Dialah Allah yang tiada ilah/sesembahan
(yang berhak diibadahi) selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada
ilah/sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Dia,
Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara,
yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki
segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan,
yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa
yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 22-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. tentang
sanjungan untuk Diri-Nya,
‫ك َي ْوِم الدِّي ِن‬
ِ ِ‫الر ِحي ِم * مال‬
َ َّ ‫ني * الرَّمْح َ ِن‬ ِ ِّ ‫احْل م ُد لِلَّ ِه ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َْ
“Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.. Yang menguasai hari
Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4)

62 ~ Kuliah Aqidah
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. kepada kaum
muslimin:
ِ ‫اعب ُد‬ ِ ِِ
‫ون‬ ُ ْ َ‫إِ َّن َهذه أ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َواح َد ًة َوأَنَ َاربُّ ُك ْم ف‬
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu
semua; agama yang satu dan aku adalah Robmu, Maka
ibadahilah Aku. (QS. Al-Anbiya’ : 92).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِ
ِ ‫اح َد ًةوأَنَاربُّ ُكم فَ َّات ُق‬ ِ ِ
‫ون‬ ْ َ َ ‫َوإ َّن َهذهِ أ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َو‬
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu
semua, agama yang satu, dan aku adalah Robmu, Maka
bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mukminun: 52).

2. Dalil-dalil Akal
Keberadaan alam semesta, dan beragam makhluk yang
kesemuanya bersaksi atas keberadaan Penciptanya, yaitu
Allah subhanahu wa ta’ala , sebab di dunia ini tidak ada
satu pihak pun yang mengaku menciptakan alam ini selain
Allah subhanahu wa ta’ala Akal memandang mustahil
keberadaan sesuatu tanpa pencipta, bahkan akal memandang
mustahil terjadinya sesuatu yang paling luas tanpa pencipta.
Itu sama saja seperti keberadaan makanan tanpa ada pihak
yang memasaknya, atau keberadaan permadani diatas tanah
tanpa ada pihak yang menggelarnya.
Kalau begitu, bagaimana dengan alam yang besar ini
langit dengan orbit-orbit di sekitarnya, matahari, bulan,
bintang-bintang, semuanya berbeda bentuk, ukuran dimensi
dan perjalanannnya? Bagaimana dengan bumi dan apa saja

Kuliah Aqidah ~ 63
yang diciptakan di dalamnya,manusia, jin, hewan,
disamping berbagai ras manusia dan individu-individu yang
berbeda warna, berbeda bahasa, berbeda pengetahuan,
berbeda pemahaman, berbeda ciri khas, tambang-tambang
yang banyak sekali yang di dalamnya terdapat banyak sekali
manfaat, sungai-sungai yang dialirkan di dalamnya, tanah
keringnya di kelilingi laut-laut, tumbuh-tumbuhan dan
pohon yang tumbuh di dalamnya yang berbeda buahnya,
berbeda jenisnya, berbeda rasanya, berbeda aromanya,
berbeda cirri-cirinya, dan berbeda manfaatnya?(Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, 2009:4).
Begitu juga dengan adanya Al-Qur’an sebagai firman
Allah subhanahu wa ta’ala di tangan kita yang bisa kita
baca, renungkan, dan pahami makna-maknanya. Itu semua
dalil tentang keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala karena
mustahil ada firman tanpa ada pihak yang
memfirmankannya, dan mustahil ada ucapan tanpa ada
pihak yang mengucapkannya.
Tidak ada seorangpun sejarawan atau ahli sejarah pun
yang berani menghapus salah satu kisah dari sekian banyak
kisah yang telah dikisahkan di dalam kitab suci-Nya karena
teori-teori ilmiyah dan fakta-fakta sejarah menunjukan akan
kebenaran itu semua.
Selain itu, adanya sistem yang sangat cermat dalam bentuk
ketentuan-ketentuan alam pada makhluq, penciptaan, dan
pengembangan semua makhluk hidup di alam raya ini. Semua
makhluk hidup tunduk dengan ketentuan-ketentuan tersebut,
terkait dengannya dan tidak keluar daripadanya dalam kondisi
apapun. Manusia misalnya, spermanya menempel pada rahim,

64 ~ Kuliah Aqidah
kemudian tahapan-tahapan ajaib berlangsung padanya dan
tidak ada yang mampu melakukan intervensi di dalamnya
selain Allah subhanahu wa ta’ala , tiba-tiba sperma tersebut
keluar menjadi manusia sempurna.
Ketentuan umum pada manusia dan hewan juga berlaku
pada pohon-pohon, dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang sama
adalah orbit bintang, dan benda angkasa, semuanya tunduk
pada-Nya. Seandainya ada yang keluar dari ketentuan-
ketentuan atau hukum-hukum alam tersebut seperti bintang
keluar dari orbitnya, maka duniapun akan hancur dan
kehidupan ini berakhir.
Demikianlah deskripsi global dalil-dalil wahyu dan dalil-
dalil akal tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala.
Adapun secara spesifik dalil-dalil global tersebut dirincikan
lagi menjadi beberapa argumentasi atau dalil seperti,
argumentasi fitrah, argumentasi logika, argumentasi syara’,
dan argumentasi inderawi.

a. Argumentasi Fithrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala
adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah
setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar.
Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang
yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang
memalingkannya.

Kuliah Aqidah ~ 65
ٍ ُ‫كل مول‬: ِ ِ
‫ود‬ ْ َ ُّ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫َع ْن أَيِب ْ ُهَر ْيَرةَ قاَ َل ق‬
‫صَرانِهَ)رواه‬ ِ ‫يولَ ُد على‬
ِّ َ‫الفطَْر ِة َحىَّت يَ ُك ْو َن أَبُ ْواهُ يُ َه ِّو َدانِِه أَو يُن‬ َ َ ُ
(‫البخاري‬
Artinya: dari Abu Hurairah ra. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua bayi dilahirkan
dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-
Bukhari: 1351).
Fitrah dalam hadits diatas bisa dipahami sebagai Islam
(Fitrah manusia untuk mentauhidkan Allah subhanahu wa
ta’ala ), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hanya menyebutkan kedua orang tua bisa berperan
menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi, tanpa
menyebut “mengislamkan”. Jadi hadits di atas bisa dipahami
“setiap anak dilahirkan sebagai seorang muslim…” Namun
demikian fitrah manusia tersebut merupakan potensi dasar
yang harus dipelihara dan dikembangkan. Apabila fitrah
tersebut tertutup oleh beberapa faktor luar, manusia akan lari
dan menentang fitrahnya sendiri. (Yunahar Ilyas, 2013:12).

b. Argumentasi Logika
Bukti logika tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala
adalah proses terjadinya semua makhluk yang terdahulu
maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan.
Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan
tidak mungkin pula terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin
wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak

66 ~ Kuliah Aqidah
akan dapat menciptakan dirinya sendiri.
Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan
karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta.
Adanya makhluk dengan aturan yang indah, tersusun rapi,
dan saling terkait antara sebab-musababnya dan antara alam
semesta satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak
keberadaan seluruh makhluk secara kebetulan. Kalau
makhluk tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, dan tidak
tercipta secara kebetulan, maka makhluk-makhluk itu ada
yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.Allah
berfirman:
)35:‫( سورة الطور‬‫أ َْم ُخلِ ُقوا ِم ْن َغرْيِ َش ْي ٍء أ َْم ُه ُم اخْلَالُِقو َن‬
Artinya: “Apakah merekadiciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?” (QS. Ath-thur : 35).
Dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka menafsirkan ayat
tersebut: “apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, yaitu
terjadi saja sendiri dengan tidak ada yang menciptakan?
Atau manusia ada di dunia ini karena manusia itu sendiri
yang menciptakan diri dengan tidak ada penciptanya?
“ataukah mereka yang telah menciptakan semua langit dan
bumi?” Artinya, kalau tidak percaya bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala pencipta alam ini seluruhnya,
beranikah kamu menyatakan bahwa langit dan bumi itu
kamu sendiri penciptanya? (Hamka, 1986:89).
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak ada tanpa
pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri.
Jadi jelaslah bahwa yang menciptakan segala makhluk di

Kuliah Aqidah ~ 67
alam semesta ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Berkaitan dengan ayat tersebut di atas terdapat sebuah
riwayat:
ِ ‫ول‬ ِ ِ ِ ِ
‫اهلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ مَس ْع‬: ‫ قَ َال‬، ‫ َع ْن أَبِيه‬، ‫َع ْن حُمَ َّمد بْ ِن ُجَبرْيِ بْ ِن ُمطْع ٍم‬
: َ‫ َفلَ َّما َبلَ َغ َه ِذ ِه اآليَة‬، ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ْقَرأُ يِف الْ َم ْغ ِر ِب َوالطُّو ِر‬
َ
‫ض‬ ِ َّ ‫أَم خلِ ُقوا ِمن َغ ِ َشي ٍء أَم هم اخْل الُِقو َن أَم خلَ ُقوا‬
َ ‫الس َم َاوات َواأل َْر‬ َ ْ َ ُ ُ ْ ْ ‫ْ رْي‬ ُ ْ
‫ َك َاد َق ْليِب أَ ْن يَ ِط َري‬، ‫بَ ْل ال يُوقِنُو َن‬
Artinya: Dari Muhammad bin Jubair bin Mut’im dari
bapaknya dia berkata aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membaca surat Ath-
thur pada waktu magrib, dan ketika sampai kepada ayat-
ayat ini:“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun,
ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri)?
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan
Rabmu atau merekalah yang berkuasa?” ( QS. At-Thur :
35-37). Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata :
“hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan
menetapnya keimanan dalam hatiku.” (HR. Al-
Bukhari: 4854).
Dalam perspektif logika manusia, seandainya ada
seseorang berkata kepada anda tentang istana yang
dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-
sungai, dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan
berbagai perhiasan pokok dan penyempurna, lalu orang itu
mengatakan kepada anda bahwa istana dengan segala

68 ~ Kuliah Aqidah
kesempurnaanya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta
secara kebetulan tanpa pencipta, pasti anda tidak akan
mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah
perkataan dusta. Kini tanyakanlah kepada akal anda, masih
mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa
yang ada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau
tercipta secara kebetulan? Tentu jawabannya tidak. Karena
pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta ini adalah
Allah subhanahu wa ta’ala.
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan
dirinya sendiri, merenungkan alam semesta dan lain-lainya
seorang manusia bisa membuktikan adanya Allah
subhanahu wa ta’ala. (Yunahar Ilyas, 2013:13).

c. Argumentasi Syara’
Bukti syara’ tentang wujud atau keberadaan Allah
subhanahu wa ta’ala bahwa seluruh kitab samawi (yang
diturunkan dari langit) berbicara tentang itu. Seluruh hukum
yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa
kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu
datang dari Rab yang maha Bijaksana dan Mengetahui
segala kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita alam
semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan
kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga
merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari
Rab Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang
diberitakan itu.

d. Argumentasi Faktual

Kuliah Aqidah ~ 69
Bukti inderawi tentang wujud Allah subhanahu wa
ta’ala dapat dibagi menjadi dua:
a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya
do’a orang-orang yang berdo’a serta penolong-Nya yang
diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan
musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang
wujud Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala. berfirman :
‫استَ َجْبنَا لَهُ َفنَ َّجْينَاهُ َوأ َْهلَهُ ِم َن الْ َك ْر ِب‬ ِ
ْ َ‫وحا إِ ْذ نَ َادى م ْن َقْب ُل ف‬
ً ُ‫َون‬
‫الْ َع ِظي ِم‬
Artinya:“Dan (ingatlah kisah) Nuh sebelum itu ketika
dia berdo’a, dan Kami memperkenankan do’anya, lalu
Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana
yang besar.” ( QS. Al-Anbiya : 76).
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
‫ف ِم َن الْ َماَل ئِ َك ِة‬
ٍ ْ‫استَجاب لَ ُكم أَيِّن مُمِ ُّد ُكم بِأَل‬
ْ
ِ ِ
ْ َ َ ْ َ‫إ ْذ تَ ْستَغيثُو َن َربَّ ُك ْم ف‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫ُم ْردف‬
Artinya: “Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepadaRabmu, lalu diperkenankannya bagimu …” ( QS.
Al-Anfal : 9).
Anas bin Malik ra. berkata : “ Pernah ada seorang Badui
datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. tengah berkhutbah. Lelaki
itu berkata : “Hai Rasul Allah, harta benda Kami telah
habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu

70 ~ Kuliah Aqidah
mohonkanlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. untuk
mengatasi kesulitan Kami. “Rasululah lalu mengangkat
kedua tangannya dan berdo’a. Tiba-tiba awan mendung
bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum
turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya.
Pada hari jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain
berdiri dan berkata : ‘Hai Rasulullah, bangunan Kami
hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah Kami
ini kepada Allah (agar selamat).’ Rasulullah lalu
mengangkat kedua tangannya, seraya berdo’a :
“YaRabku, turunkanlah hujan di sekeliling Kami, dan
jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi Kami.”
Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat
kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al-
Bukhari).
b. Nabi membawa mukjizat yang dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas
tentang wujud yang mengutus para Nabi tesebut, yaitu
Allah subhanahu wa ta’ala , karena hal-hal itu berada di
luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai
penguat dan penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk
memukul laut dengan tongkatnya, lalu terbelahlah laut
itu, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti
gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, yang
artinya :
‫اك الْبَ ْحَر فَا ْن َفلَ َق فَ َكا َن ُك ُّل‬
َ‫ص‬ َ ‫ب بِ َع‬ ْ ‫وسى أ َِن‬
ْ ‫اض ِر‬ ِ
َ ‫فَأ َْو َحْينَا إىَل ُم‬
‫فِْر ٍق َكالطَّْو ِد الْ َع ِظي ِم‬

Kuliah Aqidah ~ 71
Artinya: “Lalu Kami mewahyukan kepada Musa:
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar.” (QS. Asy-Syuara’ : 63).
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika
menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu
mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
ٍِ ِ ِ‫ورسواًل إِىَل بيِن إِسرائ‬
ْ ‫يل أَيِّن قَ ْد جْئتُ ُك ْم بِآَيَة م ْن َربِّ ُك ْم أَيِّن أ‬
‫َخلُ ُق لَ ُك ْم‬ َ َْ َ ُ ََ
ُ ‫ني َك َهْيئَ ِة الطَّرْيِ فَأَْن ُف ُخ فِ ِيه َفيَ ُكو ُن طَْيًرا بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َوأُبْ ِر‬
‫ئ‬ ِ ِّ‫ِمن الط‬
َ
‫ُحيِي الْ َم ْوتَى بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َوأَُنبِّئُ ُك ْم مِب َا تَأْ ُكلُو َن َو َما‬
ْ ‫ص َوأ‬ َ ‫اأْل َ ْك َمهَ َواأْل َْبَر‬
ِِ ِ
َ ‫ك آَل َيَةً لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن‬
‫ني‬ َ ‫َّخ ُرو َن يِف بُيُوتِ ُك ْم إِ َّن يِف َذل‬
ِ ‫تَد‬
Artinya: “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang
berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang
kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia
menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan
orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan
orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan
kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu,
jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (QS. Ali-Imraan :
49).
Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

72 ~ Kuliah Aqidah
ِ
‫ك‬َ ِ‫ك َو َعلَى َوال َدت‬ َ ‫يسى ابْ َن َم ْرمَيَ اذْ ُك ْر نِ ْع َميِت َعلَْي‬ ِ َّ َ َ‫إِ ْذ ق‬
َ ‫ال اللهُ يَا ع‬
‫َّاس يِف الْ َم ْه ِد َو َك ْهاًل َوإِ ْذ‬
َ ‫وح الْ ُق ُد ِس تُ َكلِّ ُم الن‬ ِ ‫ك بُِر‬ َ ُ‫إِ ْذ أَيَّ ْدت‬
ِ ِّ‫اب واحْلِكْمةَ والتَّورا َة واإْلِ جْنِ يل وإِ ْذ خَت ْلُ ُق ِمن الط‬
‫ني‬ ِ َ ُ‫علَّمت‬
َ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ‫ك الْكت‬ َْ
َ‫ئ اأْل َ ْك َمه‬ ُ ِ‫َك َهْيئَ ِة الطَّرْيِ بِِإ ْذيِن َفَتْن ُف ُخ فِ َيها َفتَ ُكو ُن طَْيًرا بِِإ ْذيِن َو ُترْب‬
‫يل‬ ِ‫واأْل َبرص بِِإ ْذيِن وإِ ْذ خُتْرِج الْموتَى بِِإ ْذيِن وإِ ْذ َك َف ْفت بيِن إِسرائ‬
َ َْ َ ُ َ َْ ُ َ َ َْ َ
‫ين َك َفروا ِمْن ُه ْم إِ ْن َه َذا إِاَّل‬ ِ َّ َ ‫ات َف َق‬ ِ َ‫ك إِ ْذ ِجْئَتهم بِالْبِّين‬
ُ َ ‫ال الذ‬ َ ُْ َ ‫َعْن‬
ِ
ٌ ِ‫س ْحٌر ُمب‬
‫ني‬
Artinya: “ (ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa
putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan
Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu
kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup
kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu
kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam
kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku
menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka
membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-

Kuliah Aqidah ~ 73
orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata". ( QS. Al-Maidah : 110).
Contoh ketiga adalah mukjizat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.ketika kaum Quraisy meminta
tanda atau mukjizat. Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu
terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat
menyaksikannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫ضوا َو َي ُقولُوا ِس ْحٌر‬
ُ ‫ َوإِن َيَر ْوا آيَةً يُ ْع ِر‬.‫انش َّق الْ َق َم ُر‬
َ ‫اعةُ َو‬
َ ‫الس‬
ِ ‫ا ْقَترب‬
َّ ‫ت‬ ََ
‫ُّم ْستَ ِمٌّر‬
Artinya: “Telah dekat (datangnya) saat (kiamat) dan
telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang
musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka
berpaling dan berkata : “(ini adalah) sihir yang terus-
menerus.” (QS. Al-Qomar: 1-2).

B. Mentauhidkan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA


1. Hakikat dan Kedudukan Tauhid
Dalil-dalil yang menunjukan akan tinggi dan agungnya
kedudukan Tauhid adalah sebagai berikut, Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واإْلِ نْس إِاَّل لِيعب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ
"Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah
untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat:56).
Ibadah merupakan penghambaan diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala.. dengan mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah

74 ~ Kuliah Aqidah
disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan inilah hakikat agama Islam, karena Islam maknanya
ialah penyerahan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
semata-mata yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-
Nya dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik
lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai Allah
subhanahu wa ta’ala dan suatu amal diterima oleh Allah
sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlash, semata-mata
karena Allah subhanahu wa ta’ala dan mengikuti tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
ِ ‫ولََق ْد بع ْثنَا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رسواًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و‬
َ ُ‫اجتَنبُوا الطَّاغ‬
‫وت‬ ْ ََ ُ َُ ََ َ
‫الضاَل لَةُ فَ ِسريوا يِف‬
َّ ‫َّت َعلَْي ِه‬ ِ
ْ ‫فَ ِمْن ُه ْم َم ْن َه َدى اللَّهُ َومْن ُه ْم َم ْن َحق‬
ُ
ِ
َ ِ‫ف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ِّذب‬
‫ني‬ ِ ‫اأْل َْر‬
َ ‫ض فَانْظُُروا َكْي‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-
tiap umat (untuk menyerukan): "Beribadahlah kepada
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl:
36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

Kuliah Aqidah ~ 75
‫ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َسانًا إِ َّما َيْبلُغَ َّن‬
َ ُّ‫ضى َرب‬ َ َ‫َوق‬
‫ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا‬ ٍّ ‫َح ُدمُهَا أ َْو كِاَل مُهَا فَاَل َت ُق ْل هَلَُما أ‬ ِ
َ ‫عْن َد َك الْكَبَر أ‬
ِ
‫الذ ِّل ِم َن الرَّمْح َِة‬ ُّ ‫اح‬ ِ ‫وقُل هَل ما َقواًل َك ِرميا * و‬
َ َ‫ض هَلَُما َجن‬ ْ ‫اخف‬ ْ َ ً ْ َُ ْ َ
‫صغِ ًريا‬َ ‫ب ْارمَح ْ ُه َما َك َما َربَّيَايِن‬ ِّ ‫َوقُ ْل َر‬
"Dan Robmu (yaitu Allah) telah memerintahkan supaya
kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja,
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam
pemeIiharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih-
sayang, dan ucapkanlah: "Wahai Robku, kasihilah
mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah
mendidikku waktu kecil." (QS. Al-Isra': 23-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
‫َو ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِِه َشْيئًا‬
"Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan
janganlah berbuat syirik sedikitpun kepadanya"(QS. An-
Nisa’ : 36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
‫ُق ْلَت َعالَ ْوا أَتْ ُل َما َحَّر َم َربُّ ُك ْم َعلَْي ُك ْم أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِِه َشْيئًا َوبِالْ َوالِ َديْ ِن‬
ٍ ِ
‫اه ْم َواَل‬ُ َّ‫إِ ْح َسانًا َواَل َت ْقُتلُوا أ َْواَل َد ُك ْم م ْن إِ ْماَل ق حَنْ ُن نَ ْر ُزقُ ُك ْم َوإِي‬
76 ~ Kuliah Aqidah
‫الن ْفس الَّيِت‬ ِ ِ
َ َّ ‫ش َما ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَ َن َواَل َت ْقُتلُوا‬ َ ‫َت ْقَربُوا الْ َف َواح‬
‫صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُو َن* َواَل َت ْقَربُوا‬ َّ ‫َحَّر َم اللَّهُ إِاَّل بِاحْلَ ِّق َذلِ ُك ْم َو‬
ِ ِ َ‫م‬
‫َشدَّهُ َوأ َْوفُوا الْ َكْي َل‬ ُ ‫َح َس ُن َحىَّت َيْبلُ َغ أ‬ ْ ‫ال الْيَتي ِم إِاَّل بِالَّيِت ه َي أ‬ َ
‫اع ِدلُوا‬ ْ َ‫ف َن ْف ًسا إِاَّل ُو ْس َع َها َوإِ َذا ُق ْلتُ ْم ف‬ ِ ِ
ُ ِّ‫َوالْم َيزا َن بِالْق ْسط اَل نُ َكل‬
ِ
‫صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم‬َّ ‫َولَ ْو َكا َن َذا ُق ْرىَب َوبِ َع ْه ِد اللَّ ِه أ َْوفُوا ذَلِ ُك ْم َو‬
ُّ ‫يما فَاتَّبِعُوهُ َواَل َتتَّبِعُوا‬
‫السبُ َل‬ ِ ِ ِ َّ ‫تَ َذ َّكُرو َن * َوأ‬
ً ‫َن َه َذا صَراطي ُم ْستَق‬
َّ ‫َفَت َفَّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َو‬
‫صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن‬
"Katakanlah (Muhammad): "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan oleh Robmu, yaitu janganlah kamu
berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, berbuat baiklah
kepada kedua orang tua dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan
janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi dan
janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan sesuatu (sebab)
yang benar Demikianlah yang diwasiatkan Allah
kepadamu, supaya kamu memahami(nya)· Dan
janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga ia mencapai
kedewasaannya; dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah berlaku adil,
kendatipun dia adalah kerabat(mu); dan penuhilah janji

Kuliah Aqidah ~ 77
Allah. Yang demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu
agar kamu ingat." Dan (kubacakan): "sungguh inilah
jalan-Ku, berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diwasiatkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-An'am:
151-153)
Agungnya dan tingginya kedudukan tauhid juga
tergambar dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari Muadz bin Jabal:
‫ "يَا‬:‫ال يل‬ َ ‫النبيعلَى مِح َا ٍر َف َق‬
َ ‫ديف‬ َ ‫ت ِر‬ ُ ‫ ُكْن‬:‫ال‬ َ ‫وع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَلٍ َق‬َ
"‫العباد َعلَى اهلل؟‬ ِ ‫معاذُ! أَتَ ْد ِري ما حق اللّ ِه علَى الْعِب ِاد وما حق‬
ّ َ َ َّ َ َُ
‫"ح ّق اللّ ِه َعلَى الْعِبَ ِاد أَ ْن َي ْعبُ ُدوه‬
َ :‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ اهلل َو َر ُسولُهُ أ َْعلَ ُم‬:‫ت‬ ُ ‫ُق ْل‬
ِ ِ ِ ِِ
َ‫ب َم ْن ال‬ َ ‫ َو َح ّق الْعبَاد َعلَى اللّه أَ ْن الَ يُ َع ّذ‬.‫َوالَ يُ ْش ِر ُكوا به َشْيئا‬
ِ َ ‫ يا رس‬:‫ي ْش ِر ُك بِِه َشيئا" ُق ْلت‬
َ‫ "ال‬:‫ال‬ َ َ‫اس؟ ق‬ َ ّ‫ول اللّه! أَفَالَ أُبَ ّش ُر الن‬ َُ َ ُ ْ ُ
."‫ َفيَتّ ِكلُوا‬.‫ُتبَ ّش ْر ُه ْم‬
Artinya: "Dari Muadz bin Jabal ra. berkata: Aku pernah
diboncengkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.di atas
seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: "Hai
Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib
dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba
yang pasti dipenuhi Allah?" Aku menjawab: "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau pun bersabda:
"Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya
ialah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan

78 ~ Kuliah Aqidah
tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya; sedangkan
hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah: bahwa
Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik sedikit pun kepada-Nya. " Aku bertanya: "Ya
Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar
gembira ini kepada ouang-orang? " Beliau menjawab:
"Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap
menyandarkan diri." (Shahih Al-Bukhari : 2856.
Shahih Muslim: 30).

2. Keistimewaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang


Diampuni Karenanya
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِ َّ
َ ِ‫ين َآمنُواْ َومَلْ َي ْلبِ ُسواْ إِميَا َن ُهم بِظُْل ٍم أ ُْولَئ‬
‫ك هَلُ ُم األ َْم ُن َو ُهم‬ َ ‫الذ‬
.]82 :‫ُّم ْهتَ ُدو َن [األنعام‬
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan tidak menodai
iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka
itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah."
(QS. Al-An' am: 82).

‫ قال رسول اهلل‬:‫؛ قال‬- ‫ رضي اهلل عنه‬- ‫عن عبادة بن الصامت‬
َ‫"م ْن ش ِه ُد أَ ّن الَ إِلَهَ إِالّ اهلل َو ْح َدهُ ال‬
َ :- ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬-
‫يس َى َعْب ُد اللّ ِه‬ ِ َ ‫َش ِر‬
َ ‫ َوأَ ّن ع‬,ُ‫ َوأَ ّن حُمَ ّمدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬,ُ‫يك لَه‬

Kuliah Aqidah ~ 79
‫ َوالنّ َار‬,‫ َواجْلَنّةَ َح ّق‬،ُ‫وح ِمْنه‬ ِ
ٌ ‫اها إِىَل َم ْرمَيَ َو ُر‬
َ ‫َورسوله َو َكل َمتُهُ أَلْ َق‬
"‫َح ّق؛ أ َْد َخلَهُ اهلل اجْلَنّةَ على ما كان من العمل‬
Artinya: “Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra, menuturkan :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
"Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan
(yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah saja,
tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba
dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah
hamba Allah, rasul-Nya dan kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-
Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) Surga adalah benar
adanya dan nerakapun benar adanya; maka Allah pasti
memasukkannya kedalam Surga betapapun amal yang
telah diperbuatnya." (HR. Bukhari: 3435. Muslim: 28).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari
`Itban:
َ َ‫ "فَِإ ّن اهلل قَ ْد َحّر َم َعلَى النّا ِر َم ْن ق‬:‫وهلما يف حديث ِعتبان‬
َ‫ ال‬:‫ال‬
ِ
."‫ك َو ْجهَ اهلل‬ َ ‫ َيْبتَغِي بِ َذل‬,‫إِلَهَ إِالّ اهلل‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada
Neraka orang yang berkata: "La Ilaha Illallah " Tiada
Ilah/sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allah,
dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala
meIihat) Wajah Allah. " (HR. Bukhari: 245.
Muslim:33).

80 ~ Kuliah Aqidah
ِ ِ ِ ِّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬ ٍ ِ‫عن أَيِب سع‬
ُ‫صلَّى اللَّه‬ َ ‫ عن َر ُسول اهلل‬، ُ‫ي َرض َي اللَّهُ َعْنه‬ َ َْ
‫ب َعلِّ ْميِن َشْيئًا‬ ِّ ‫ يَا َر‬: ‫الم‬
ُ ‫الس‬ َّ ‫وسى َعلَْي ِه‬ َ ‫ال ُم‬ َ َ‫ ق‬: ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال‬
، ُ‫ ال إِلَهَ إِالَّ اللَّه‬: ‫وسى قُ ْل‬ ِِ َ ‫أَذْ ُكر َك بِِه وأ َْدع‬
َ ‫ يَا ُم‬: ‫ قَ َال‬، ‫وك به‬ ُ َ ُ
َّ‫ ال إِلَهَ إِال‬: ‫ قُ ْل‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ‫ول َه َذا‬ ُ ‫ب ُك ُّل ِعبَ ِاد َك َي ُق‬ ِّ ‫ يَا َر‬: ‫قَ َال‬
، ‫صيِن بِِه‬ ُ ‫ إِمَّنَا أُِر‬، ‫ب‬
ُّ ُ ‫يد َشْيئًا خَت‬ ِّ ‫ت يَا َر‬ َ ْ‫ ال إِلَهَ إِالَّ أَن‬: ‫ قَ َال‬، ُ‫اللَّه‬
، ‫السْب َع َو َع ِامَر ُه َّن َغرْيِ ي‬َّ ‫ات‬ ِ ‫السماو‬
َ َ َّ ‫َن‬ َّ ‫ لَ ْو أ‬، ‫وسى‬ َ ‫ يَا ُم‬: ‫قَ َال‬
‫ت هِبِ ْم‬ ٍِ ٍِ
ْ َ‫ َمال‬، ‫ َوال إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ يِف كفَّة‬، ‫السْب َع يِف كفَّة‬ َّ ‫ني‬ ِ
َ ‫َواأل ََرض‬
[‫ال إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ]رواه ابن حبان واحلاكم وصححه‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra,
bahwa Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Musa berkata: "Ya Robku, ajarkanlah
kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-
Mu·" Allah berfirman: "Katakan hai Musa "La Ilaha
llallah" Musa berkata lagi: "Ya Robku, semua hamba-
Mu mengucapkan ini." AIlah pun berfirman: "Hai Musa,
andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku,
serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun
timbangan, sedang "La llaha Illallah" diletakkan pada
daun timbangan yang lain, maka " La Ilaha Ilallah"
niscaya lebih berat timbangannya." (HR. Ibnu Hibban:
2324. Al-Hakim: 1/528).

Kuliah Aqidah ~ 81
‫ "قال‬:‫ول اهلل (؛ يقول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ِ ٍ ‫وللرتمذي وحسنه عن‬
ُ ‫ مَس ْع‬:‫أنس‬
َ‫ض َخطَايَا مُثّ لَِقيتَيِن ال‬
ِ ‫األر‬ ِ ِ
ْ ‫آد َم لَ ْو أََتْيتَيِن ب ُقَراب‬ َ ‫ابن‬ َ ‫ يا‬:‫اهلل تعاىل‬
."‫ك بِ ُقَراهِبَا َم ْغ ِفَر ًة‬
َ ُ‫تُ ْش ِر ُك يب َشْيئاً ألََتْيت‬
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dia nyatakan
hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta 'ala
berfirman: "Hai anak Adam, seandainya kamu datang
kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu
ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik
sedikit pun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan
kepadamu ampunan sepenuh jagad pula. (HR.
Atirmidzi: 3534. Ahmad: 5/172).

3. Barangsiapa Komitmen dengan Tauhid Dengan


Semurni-Murninya, Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِ ِ ُ ‫إِ َّن إِبر ِاهيم َكا َن أ َُّمةً قَانِتًا لِلّ ِه حنِي ًفا ومَل ي‬
َ ‫ك م َن الْ ُم ْش ِرك‬
‫ني‬ َْ َ َ َ َْ
.]120 :‫[النحل‬
Artinya: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam
yang menjadi teladan, senantiasa patuh kepada Allah dan
menghadapkan diri (hanya kepada-Nya); dan sama
sekali ia tidak pernah termasuk orang-orang yang
berbuat syirik (kepada Allah)" (QS.An-Nahl: 120).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
.]59 :‫ين ُهم بَِرهِّبِ ْم اَل يُ ْش ِر ُكو َن [املؤمنون‬ ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
Artinya: "Dan orang-orang yang mereka itu tidak
82 ~ Kuliah Aqidah
berbuat syirik (sedikit pun) kepada Tuhan mereka."
Dalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan
sebuah riwayat dari Hushain bin 'Abdurrahman menuturkan:
"Suatu ketika aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia
bertanya: "Siapakah di antara kalian melihat bintang
yang jatuh semalam." Aku pun menjawab: "Aku."
Kemudian kataku:"Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika
itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan
kalajengking." Ia bertanya: "Lalu apa yang kamu
perbuat?" Jawabku: "Aku meminta ruqyah." Ia bertanya
lagi: "Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan
hal itu?" Jawabku: "Yaitu: sebuah hadits yang dituturkan
oleh Asy-Sya'bi kepada kami." Ia bertanya lagi: "Dan
apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu?" Kataku:
"Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin
Al-Hushaib:"Tidak dibenarkan melakukan ruqyah
kecuali karena 'ain' atau terkena sengatan".Sa'id pun
berkata: "Sungguh telah berbuat baik orang yang
mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi
Ibnu'Abbas menuturkan kepada kami hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.bahwa beliau bersabda:
"Telah diperlukan kepadaku umat-umat. Aku melihat
seorang nabi, bersamanya beberapa orang; dan
seorang nabi, bersamanya satu dan dua orang; serta
seorang nabi, dan tak seorang pun bersamanya. Tiba-
tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak;
aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku,
tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama
kaumnya. Lalu, tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah
besar pula, maka dikatakan kepadaku: ini adalah
umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu

Kuliah Aqidah ~ 83
orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisab dan
tanpa adzab." Kemudian bangkitlah beliau dan segera
memasuki rumahnya. Maka orang-orang pun
memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada di
antara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu
yang menjadi sahabat RasuIlullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka
itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan
Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik
sedikit pun kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi
beberapa perkara yang lain. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamkeluar, mereka
memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka
beliau bersabda: "Mereka itu adalah orang-orang yang
tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya
ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan
tathayyur" dan mereka pun bertawakkal kepada Tuhan
mereka. " Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan
berkata:
Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan
mereka. Beliau menjawab: "Kamu termasuk golongan
mereka. "Kemudian berdirilah seorang yang lain dan
berkata: MohonkanIah kepada Allah agar aku juga
termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu
sudah kedahuluan 'Ukasyah."(HR. Bukhari: 3410.
Muslim: 220).

4.  Macam-MacamTauhid
Secara Global Tauhid terbagi menjadi tiga yaitu Tauhid
Rububiyah, Tauhid uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat.

84 ~ Kuliah Aqidah
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah ialah kesadaran dan keyakinan bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat yang menciptakan serta
mengatur alam semesta dengan seluruh isinya (Rabbul
‘alamin). Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya
Dzat yang mencipta, mengasuh, memelihara dan mendidik
umat manusia ( Rabun Naas). Allah satu-satunya Dzat yang
mencipta semua makhluk yang ada dijagad raya ini dengan
kemauan dan kekuasaan-Nya semata. (Musthafa Kamal
Pasha, dkk, 2005:171).
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini
bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.
(Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, 1998:19).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫يل‬ِ‫اللَّه خالِق ُك ِّل َشي ٍء وهو علَى ُك ِّل َشي ٍء وك‬
ٌ َ ْ َ َُ َ ْ ُ َ ُ
Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62).
Bahwasanya Dia adalah pemberi rizki bagi setiap
manusia, bintang dan makhluk lainnya. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
‫ض إِاَّل َعلَى اللَّ ِه ِر ْز ُق َه ا َو َي ْعلَ ُم ُم ْس َت َقَّر َها‬
ِ ‫َو َم ا ِم ْن َدابٍَّة يِف اأْل َْر‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ َ‫ومسَتو َد َعها ُكلٌّ يِف كِت‬
َ ْ ْ َُ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan
Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat

Kuliah Aqidah ~ 85
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.Huud: 6).
Dan bahwasanya Dialah penguasa dan pengatur semesta
alam. Sebagaimana firman-Nya :
‫ك مِم َّْن‬
َ ‫ك َم ْن تَ َش اءُ َوَتْن زِعُ الْ ُم ْل‬ َ ‫ك ُت ْؤيِت الْ ُم ْل‬ِ ‫ك الْم ْل‬ ِ
ُ َ ‫قُ ِل اللَّ ُه َّم َمال‬
ِ ِ
‫َّك َعلَى ُك ِّل‬ َ ‫تَ َش اءُ َوتُعِ ُّز َم ْن تَ َش اءُ َوتُ ذ ُّل َم ْن تَ َش اءُ بِيَ د َك اخْلَْي ُر إِن‬
ِ ِ ِ ٍ
ُ ‫َّه َار يِف اللَّْي ِل َوخُتْ ر‬
‫ِج‬ َ ‫َّه ا ِر َوتُول ُج الن‬
َ ‫َش ْيء قَد ٌير * تُول ُج اللَّْي َل يِف الن‬
ِ‫ت ِمن احْلَ ِّي وَت ْر ُز ُق َم ْن تَ َش اء بِغَرْي‬ ِ ِ
ُ َ َ َ ِّ‫ِج الْ َمي‬ ُ ‫احْلَ َّي م َن الْ َميِّت َوخُتْ ر‬
ٍ ‫ِحس‬
‫اب‬ َ
Artinya: “Katakanlah: "Wahai Rob/Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki
tanpa hisab (batas)". (QS. Ali-Imroon: 26-27).
‫َه َذا َخ ْل ُق اللَّ ِه فَ أ َُرويِن َم ا َذا َخلَ َق الَّ ِذين ِم ْن ُدونِ ِه بَ ِل الظَّالِ ُمو َن يِف‬
َ
ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُمب‬
‫ني‬ َ
Artinya: “Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah
86 ~ Kuliah Aqidah
olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh
sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya
orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan
yang nyata.” (QS.Lukman: 11).
ِ
َ ‫أ َْم َم ْن َه َذا الَّذي َي ْر ُزقُ ُك ْم إِ ْن أ َْم َس‬
‫ك ِر ْزقَهُ بَ ْل جَلُّوا يِف عُُت ٍّو َونُ ُفو ٍر‬
Artinya: “Atau siapakah yang memberi kamu rezki jika
Allah menahan rezki-Nya? sebenarnya mereka terus
menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”
(QS. Al-Mulk: 21).
Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan pula tentang
keesaan-Nya dalam rububiyah-Nya atas segala alam
semesta. Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
‫ني‬ ِ ِّ ‫احْل م ُد لِلَّ ِه ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َْ
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
(QS.Al-Fatihah: 1).

َّ‫ض يِف ِس ت َِّة أَيَّ ٍام مُث‬ ِ


َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َّ ‫إِ َّن َربَّ ُك ُم اللَّهُ الَّ ِذي َخلَ َق‬
‫س‬ ‫م‬ ‫الش‬
َّ ‫و‬ ‫ا‬ ‫يث‬
ً ِ‫اس َتوى علَى الْع ر ِش ي ْغ ِش ي اللَّي ل النَّه ار يطْلُب ه حث‬
َ ْ َ َ ُُ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ َ ْ
ٍ
ُ‫وم ُم َس َّخَرات بِ أ َْم ِر ِه أَاَل لَ هُ اخْلَْل ُق َواأْل َْم ُر َتبَ َار َك اللَّه‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫َوالْ َق َم َر َوالن‬
‫ني‬ ِ ُّ ‫ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ
Artinya: “Sesungguhnya Rob/Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
Kuliah Aqidah ~ 87
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rob/Tuhan
semesta alam. (QS. Al-A’rof: 54).

‫ب الْ َع ْر ِش الْ َع ِظي ِم * َس َي ُقولُو َن‬ ُّ ‫الس ْب ِع َو َر‬


َّ ‫ات‬ ِ ‫الس ماو‬
َ َ َّ ‫ب‬ ُّ ‫قُ ْل َم ْن َر‬
ِ ٍ ِِ ِِ
ُ‫وت ُك ِّل َش ْيء َو ُه َو جُي ري‬ ُ ‫للَّه قُ ْل أَفَاَل َتَّت ُق و َن * قُ ْل َم ْن بِيَ ده َملَ ُك‬
‫َواَل جُيَ ُار َعلَْي ِه إِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن * َسَي ُقولُو َن لِلَّ ِه قُ ْل فَأَىَّن تُ ْس َح ُرو َن‬
Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit
yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak bertakwa?"
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya,
jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian),
Maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS. Al-
Mukminuun: 86-89).
Rab adalah yang berhak menciptakan, memiliki serta
memerintah. Jadi, tidak ada pencipta selain Allah
subhanahu wa ta’ala , tidak ada pemilik selain Allah, dan
tidak ada perintah selain perintah dari-Nya. Allah
subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
َّ‫ض يِف ِس ت َِّة أَيَّ ٍام مُث‬ ِ
َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َّ ‫إِ َّن َربَّ ُك ُم اللَّهُ الَّ ِذي َخلَ َق‬
‫س‬َ ‫الش ْم‬ َّ ‫َّه َار يَطْلُبُ هُ َحثِيثً ا َو‬ ِ
َ ‫اس َت َوى َعلَى الْ َع ْر ِش يُ ْغش ي اللَّْي َل الن‬ ْ

88 ~ Kuliah Aqidah
ٍ
ُ‫وم ُم َس َّخَرات بِ أ َْم ِر ِه أَاَل لَ هُ اخْلَْل ُق َواأْل َْم ُر َتبَ َار َك اللَّه‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫َوالْ َق َم َر َوالن‬
‫ني‬ ِ ُّ ‫ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ
Artinya: “Sesungguhnya Rob/Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf: 54).
ِ ِ
‫س‬ َّ ‫َّه َار يِف اللَّْي ِل َو َس َّخَر‬
َ ‫الش ْم‬ َ ‫َّه ا ِر َويُ ول ُج الن‬ َ ‫يُ ول ُج اللَّْي َل يِف الن‬
ِ ‫أِل‬
ُ ‫َج ٍل ُم َس ًّمى ذَل ُك ُم اللَّهُ َربُّ ُك ْم لَ هُ الْ ُم ْل‬
‫ك‬ َ ‫َوالْ َق َم َر ُك لٌّ جَيْ ِري‬
‫ين تَ ْدعُو َن ِم ْن ُدونِِه َما مَيْلِ ُكو َن ِم ْن قِطْ ِم ٍري‬ ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
Artinya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah
Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-
orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada
mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”. (QS.
Fhatir: 13).
Tidak ada makhluk yang mengingkari kerububiyahan
Allah subhanahu wa ta’ala , kecuali orang yang congkak
sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya, seperti yang
dilakukan fir’aun ketika berkata kepada kaumnya : “Akulah

Kuliah Aqidah ~ 89
tuhanmu yang paling tinggi.”( QS. An-Naziat : 24), dan
juga ketika berkata : “Hai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui tuhan bagimu selain aku.”( QS. Al-Qashash :
38).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫هِب‬
َ ‫اس َتْي َقنَْت َها أَْن ُف ُس ُه ْم ظُْل ًم ا َوعُلُ ًّوا فَانْظُْر َكْي‬
‫ف َك ا َن‬ ْ ‫َو َج َح ُدوا َا َو‬
‫ين‬ ِِ ِ
َ ‫َعاقبَةُ الْ ُم ْفسد‬
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena
kezaliman dan kesombongan (mereka) Padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah
betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
(QS. An-Naml: 14).
Begitu juga ketika Al-Quran menceritakan tentang
perkataan Nabi Musa kepada Fir’aun:
‫صآئَِر‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواأل َْر‬ ُّ ‫َنز َل َه ُؤالء إِالَّ َر‬ ِ
َ َ‫ض ب‬ َ َ َّ ‫ب‬ َ ‫ت َما أ‬ َ ‫قَ َال لََق ْد َعل ْم‬
ِ
‫ورا‬ َ ‫َوإِيِّن ألَظُن‬
ً ُ‫ُّك يَا ف ْر َعو ُن َمثْب‬
Artinya: “Nabi Musa berkata kepada Fir’aun :
“Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada
yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecualiRab
yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti
yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai
fir’aun, seorang yang akan binasa.” (QS. Al-Isra’ : 102).
Oleh karena itu, sebenarnya orang-orang musyrik
mengakui rububiyah Allah subhanahu wa ta’ala, meskipun
mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah
(penghambaan/peribadatan).

90 ~ Kuliah Aqidah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫ض َو َم ْن فِ َيه ا إِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم و َن * َس َي ُقولُو َن لِلَّ ِه قُ ْل‬ ِ
ُ ‫قُ ْل ل َم ِن اأْل َْر‬
‫ب الْ َع ْر ِش‬ ُّ ‫الس ْب ِع َو َر‬
َّ ‫ات‬ ِ ‫الس ماو‬ ُّ ‫أَفَاَل تَ َذ َّك ُرو َن * قُ ْل َم ْن َر‬
َ َ َّ ‫ب‬
ِِ ِِ ِ
‫وت‬ُ ‫الْ َعظي ِم * َس َي ُقولُو َن للَّه قُ ْل أَفَاَل َتَّت ُق و َن * قُ ْل َم ْن بِيَ ده َملَ ُك‬
‫ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُه َو جُيِ ريُ َواَل جُيَ ُار َعلَْي ِه إِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم و َن * َس َي ُقولُو َن‬
‫لِلَّ ِه قُ ْل فَأَىَّن تُ ْس َحُرو َن‬
Artinya: “Katakanlah : Kepunyaan siapakah bumi ini,
dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?
“Mereka akan menjawab: “kepunyan Allah”.
Katakanlah: “siapakah yang empunya langit yang tujuh
dan yang empunya Arsy yang besar?” mereka
menjawab: “kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka
apakah kamu tidak bertakwa? “Katakanlah: “Siapakah
yang di tanganNya berada kekusaan atas segala sesuatu,
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengetahui?”
mereka akan menjawab: “kepunyaan Allah.” Katakanlah
: “(kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” (QS. Al-Mu’minun: 84-89).

‫ض لََي ُق ولُ َّن َخلَ َق ُه َّن الْ َع ِز ُيز‬ ِ َّ ‫ولَئِن سأَلَْتهم من خلَق‬
َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ َ َْ ُْ َ ْ َ
‫يم‬ِ
ُ ‫الْ َعل‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?”, niscaya mereka menjawab, “Semuanya
diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha

Kuliah Aqidah ~ 91
Mengetahui.” ( QS. Az-Zukhruf : 9).

‫َولَئِ ْن َسأَلَْت ُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لََي ُقولُ َّن اللَّهُ فَأَىَّن يُ ْؤفَ ُكو َن‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka: “siapakah yang menciptakan mereka?”, niscaya
mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az-
Zukhruf: 87).
Dia adalah pengatur alam, sekaligus sebagai pemutus
seluruh perkara, sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Dia
juga pemutus peraturan-peraturan ibadah serta hukum-
hukum muamalat sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya.
Tauhid rububiyah saja belum memasukan seseorang
kedalam agama Islam karena orang kafir qurays juga
memiliki tauhid rububiyah sebagaimana dalil diatas bahkan
yahudi dan nashrani juga memiliki tauhid rububiyah artinya
mereka mengakui Allah subhanahu wa ta’ala pencipta alam
semesta ini. Namun, yang memasukan seseorang ke dalam
agama islam adalah Tauhid Uluhiyah yaitu: “ Iyyaka
na’budu wa iyya ka nasta’in” beribadah hanya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala saja.

b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengimani bahwasanya Allah
subhanahu wa ta’ala satu-satunya Al-Ma’bud yang berhak
untuk diibadahi. (Yunahar Ilyas, 2013:28).
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat
taqarrub yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, kurban,

92 ~ Kuliah Aqidah
raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang),
rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid
ini adalah inti dakwah para Rasul, mulai rasul yang pertama
hingga yang terakhir. (Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al
Fauzan, 2001:53).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫وحي إِلَْي ِه أَنَّهُ اَل إِلَ هَ إِاَّل أَنَا‬
ِ ُ‫ول إِاَّل ن‬
ٍ ‫ك ِمن رس‬ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫َو َم ا أ َْر َس ْلنَا م ْن َقْبل‬
ِ ‫اعب ُد‬
‫ون‬ ُ ْ َ‫ف‬
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi)
melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku". (QS.Al-Anbiyaa’ : 25).
ِ ‫ولََق ْد بع ْثنَ ا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رس واًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و‬
َ ُ‫اجتَنبُ وا الطَّاغ‬
‫وت‬ ْ ََ ُ َُ ََ َ
‫الض اَل لَةُ فَ ِس ريوا يِف‬
َّ ‫َّت َعلَْي ِه‬ ِ
ْ ‫فَ ِمْن ُه ْم َم ْن َه َدى اللَّهُ َومْن ُه ْم َم ْن َحق‬
ُ
ِ
َ ِ‫ف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ِّذب‬
‫ني‬ َ ‫ض فَانْظُُروا َكْي‬ِ ‫اأْل َْر‬
Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Ibadahilah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl:
36).
Tauhid Uluhiyah berkonsekuensi untuk benar-benar

Kuliah Aqidah ~ 93
mengimani bahwa Dialah Allah subhanahu wa ta’ala , Ilah
yang benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu baginya.
Al Ilah artinya “al ma’luh”, yakni sesuatu yang
disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
‫يم‬ ِ َّ ‫اح ٌد اَل إِلَه إِاَّل هو الرَّمْح ن‬
ِ ‫وإِهَل ُكم إِلَه و‬
ُ ‫الرح‬ ُ َ َُ َ ٌَ ْ ُ َ
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah tuhan yang Maha Esa;
tidak ada tuhan (yang berhak diibadahi) melainkan Dia,
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al
Baqarah : 163).
ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫َش ِه َداللَّه أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو َوالْ َماَل ئ َكةُ َوأُولُوالْع ْل ِم قَائ ًمابِالْق ْسط اَل إِلَه‬
‫يم‬ ِ ِ ‫ِاَّل‬
ُ ‫إ ُه َوالْ َعز ُيزاحْلَك‬
Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
(yang berhak diibadahi) selain Dia yang menegakkan
keadilan, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang
berhak diibadahi) selain Dia yang Maha Perkasa lagi
Maha bijaksana.” ( QS. Al-Imran :18).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang lata, uzza,
dan manat yang disebut sebagai tuhan, namun tidak diberi
hak Uluhiyah:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫وها أَْنتُ ْم َوآَبَ ا ُؤ ُك ْم َم ا أَْن َز َل اللَّهُ هِبَ ا ِم ْن‬ ِ
َ ‫إِ ْن ه َي إِاَّل أَمْسَاءٌ مَسَّْيتُ ُم‬
‫س َولََق ْد َج اءَ ُه ْم ِم ْن‬ َّ ‫ٍ ِ ِ ِاَّل‬
ُ ‫ُس ْلطَان إ ْن َيتَّبعُ و َن إ الظ َّن َو َم ا َت ْه َوى اأْل َْن ُف‬
‫َرهِّبِ ُم اهْلَُدى‬
94 ~ Kuliah Aqidah
Artinya: “ Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang
kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah
tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. An Najm :
23).
Setiap sesuatu yang diibadahi selain Allah subhanahu
wa ta’ala., Uluhiyahnya adalah batil. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
ِ ‫َن م ا ي ْدعو َن ِمن دونِ ِه ه و الْب‬ َّ ‫ك بِ أ‬ ِ
َّ ‫اط ُل َوأ‬
‫َن‬ َ َُ ُ ْ ُ َ َ َّ ‫َن اللَّهَ ُه َو احْلَ ُّق َوأ‬ َ ‫َذل‬
ِ ِ
ُ‫اللَّهَ ُه َو الْ َعل ُّي الْ َكبري‬
Artinya: “(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq
dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari
Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah
yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Hajj : 62).
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman tentang Nabi
Yusuf yang berkata kepada dua temannya di penjara:
ِ ‫الس ج ِن أَأَرب اب مَت َفِّرقُو َن خي ر أَِم اللَّه الْو‬
* ‫اح ُد الْ َق َّه ُار‬ ِ ‫يا‬
َ ُ ٌ َْ ُ ٌ َ ْ ْ ِّ ِ‫ص احيَب‬ َ َ
ِِ ِ
َ ‫َم ا َت ْعبُ ُدو َن م ْن ُدون ه إِاَّل أَمْسَاءً مَسَّْيتُ ُم‬
‫وها أَْنتُ ْم َوآَبَ ا ُؤ ُك ْم َم ا أَْن َز َل‬
ِ ِ ِ ‫َّ هِب‬
‫ك‬َ ‫ْم إِاَّل للَّ ِه أ ََم َر أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َذل‬ ِِ ٍ
ُ ‫اللهُ َا م ْن ُس ْلطَان إن احْلُك‬
‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬ِ ‫ِّين الْ َقيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكَثَر الن‬
ُ ‫الد‬
Artinya: “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang

Kuliah Aqidah ~ 95
baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kamu tidak
menyembah yang selain Allah kecuali hanya
(menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan
agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."( QS. Yusuf : 39-40).
Oleh karena itupara Rasul ‘Alaihimussalam berkata
kepada kaum-kaumnya :
ٍ ِ ِ ِ ِ
ُ‫فَأ َْر َس ْلنَا في ِه ْم َر ُس واًل مْن ُه ْم أَن ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َم ا لَ ُك ْم م ْن إِلَ ه َغْي ُره‬
‫أَفَاَل َتَّت ُقو َن‬
Artinya:” Lalu Kami utus kepada mereka, seorang Rasul
dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Ibadahi-
lah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada
Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa (kepada-Nya).( QS. Al-Mu’minun : 32).
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya.
Mereka masih saja mengambil Tuhan selain Allah
subhanahu wa ta’ala Mereka menyembah, meminta bantuan
dan pertolongan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala.
Pengambilan sesembahan yang dilakukan orang-orang
musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
dengan dua bukti:

96 ~ Kuliah Aqidah
a) Sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai
keistimewaan uluhiyah sedikitpun, karena mereka adalah
makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik
manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak memiliki
hidup dan mati, tidak memiliki sedkitpun dari langit dan
tidak pula ikut memiliki keseluruhannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫َواخَّتَ ُذوا ِم ْن ُدونِ ِه آَهِلَةً اَل خَي ْلُ ُق و َن َش ْيئًا َو ُه ْم خُيْلَ ُق و َن َواَل مَيْلِ ُك و َن‬
ِ ِ ‫أِل‬
‫ورا‬
ً ‫ضًّرا َواَل َن ْف ًعا َواَل مَيْل ُكو َن َم ْوتًا َواَل َحيَا ًة َواَل نُ ُش‬ َ ‫َْن ُفس ِه ْم‬
Artinya:“Mereka mengambil sesembahan-sesembahan
selain daripadaNya (untuk disembah), yang sesembahan-
sesembahan itu tidak menciptakan apapun, bahkan
mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk
(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak
(pulauntuk mrngambil) sesuatu manfaatpun dan (juga)
tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan.” ( QS. Al-Furqan : 3).

َ ‫ون اللَّ ِه اَل مَيْلِ ُك و َن ِم ْث َق‬


‫ال َذ َّر ٍة يِف‬ ِ ‫قُ ِل ْادع وا الَّ ِذين َزعمتُم ِمن د‬
ُ ْ ْ َْ َ ُ
‫ض َو َم ا هَلُ ْم فِي ِه َم ا ِم ْن ِش ْر ٍك َو َم ا لَ هُ ِمْن ُه ْم‬ ِ ‫الس ماو‬
ِ ‫ات َواَل يِف اأْل َْر‬ َ َ َّ
. . . ُ‫اعةُ ِعْن َدهُ إِاَّل لِ َم ْن أ َِذ َن لَه‬ َّ ‫ِم ْن ظَ ِه ٍري * َواَل َتْن َف ُع‬
َ ‫الش َف‬
Artinya: “Katakanlah : “Serulah mereka yang kamu
anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di
bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun
dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak
ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagiNya,

Kuliah Aqidah ~ 97
dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan
bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh
syafaat…” ( QS. Saba’ : 22-23).

‫أَيُ ْش ِر ُكو َن َم ا اَل خَي ْلُ ُق َش ْيئًا َو ُه ْم خُيْلَ ُق و َن * َواَل يَ ْس تَ ِطيعُو َن هَلُ ْم‬
ُ ‫صًرا َواَل أَْن ُف َس ُه ْم َيْن‬
‫ص ُرو َن‬ ْ َ‫ن‬
Artinya: “Apakah mereka mempersekutukan (Allah
dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan
sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri
buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu
memberi pertolongan kepada penyembah-
penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-
berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” ( QS. Al-
A’raf :191-192).
Kalau demikian keadaan sesembahan-sesembahan itu,
maka sungguh sangat batil bila menjadikan mereka
sebagai Ilah dan tempat meminta pertolongan.
b) Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunyaRab, Pencipta,
yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka
juga mengakui bahwa hanya Dialah yang dapat
melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi-Nya.
Ini mengharuskan pengesaan uluhiyah (penghambaan),
seperti mereka mengEsakan Rububiyah (ketuhanan)
Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

98 ~ Kuliah Aqidah
‫ين ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ َّ ِ َّ
َ ‫َّاس ْاعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم َوالذ‬ ُ ‫أَيُّ َه ا الن‬
‫الس َماءَ بِنَ اءً َوأَْن َز َل ِم َن‬َّ ‫اش ا َو‬ ِ ‫َتَّت ُق و َن * الَّ ِذي جع ل لَ ُكم اأْل َر‬
ً ‫ض فَر‬ َ ْ ُ َ ََ
ِ ‫الس م ِاء م اء فَ أَخرج بِ ِه ِمن الثَّم ر‬
‫ات ِر ْزقً ا لَ ُك ْم فَاَل جَتْ َعلُ وا لِلَّ ِه‬ ََ َ َ َ ْ ً َ َ َّ
‫أَنْ َد ًادا َوأَْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬
Artinya: “Hai manusia, Ibadahi-lahRabmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orag yang sebelummu, agar
kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah
kamumengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahiu.”(QS. Al-Baqarah : 21-22).

‫َولَئِ ْن َسأَلَْت ُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لََي ُقولُ َّن اللَّهُ فَأَىَّن يُ ْؤفَ ُكو َن‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka : “Siapakah yang menciptakan mereka? “
niscaya mereka menjawab : “Allah”. Maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)?” ( QS. Az-Zukhruf : 87).

‫الس ْم َع‬ َّ ‫ك‬ ِ


ُ ‫ض أ َْم َم ْن مَيْل‬ ِ ‫الس َم ِاء َواأْل َْر‬ َّ ‫قُ ْل َم ْن َي ْر ُزقُ ُك ْم ِم َن‬
‫ت ِم َن احْلَ ِّي‬َ ِّ‫ِج الْ َمي‬
ِ ِ
ُ ‫ِج احْلَ َّي م َن الْ َميِّت َوخُيْ ر‬ ُ ‫ص َار َو َم ْن خُيْ ر‬ َ ْ‫َواأْل َب‬
ِ
ُ‫َو َم ْن يُ َدبُِّر اأْل َْم َر فَ َس َي ُقولُو َن اللَّهُ َف ُق ْل أَفَاَل َتَّت ُق و َن * فَ َذل ُك ُم اللَّه‬
َّ ‫َربُّ ُك ُم احْلَ ُّق فَ َما َذا َب ْع َد احْلَ ِّق إِاَّل‬
ْ ُ‫الضاَل ُل فَأَىَّن ت‬
‫صَرفُو َن‬

Kuliah Aqidah ~ 99
Artinya: “Katakanlah : “siapakah yang memberi rezki
kepadamu dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan
siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab : “Allah”. Maka katakanlah : “Mengapa
kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)?” maka (Dzat yang
demikian) itulah AllahRab kamu yang sebenarnya.
Tidak ada sesudah kebenaran itu, malainkan kesesatan.
Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari
kebenaran)?” (QS. Yunus: 31-32).

c. Tauhid Asma’ wa Sifat


Al-Asma’ artinya nama-nama dan as-Shifat artinya sifat-
sifat. Allah subhanahu wa ta’ala memiliki nama-nama dan
sifat-sifat yang menunjukan kemaha sempurnaanNya,
sebagaimana disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.(Yunahar
Ilyas, 2013:51).
Makna Tauhid Asma’ wa Sifat adalah beriman kepada
nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala dan sifat-sifatNya,
sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah subhanahu
wa ta’ala , tanpa ta’wil dan ta’thil (menghilangkan
nama/sifat Allah subhanahu wa ta’ala , tanpa takyif
(membagaimanakan hakekat Asma dan Sifat Allah
subhanahu wa ta’ala.) dan tamtsil (menyerupakan Allah
subhanahu wa ta’ala dengan makhlukNya). (Shalih bin
Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, 2001:97).

100 ~ Kuliah Aqidah


Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah
subhanahu wa ta’ala , yakni : menetapkan nama-nama dan
sifat-sifat yang sudah ditetapkan Allah untuk diri-Nya dalam
kitab suci-Nya atau sunnah Rasul-Nya dengan nama dan
sifat yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya
tanpa melakukan tahrif (penyelewengan makna), ta’thil
(peniadaan nama dan sifat tersebut), takyif (menanyakan
bagaimana hakekat nama dan sifat tersebut), dan tamstil
(menyerupakan dengan makhluk).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫ين يُْل ِح ُدو َن يِف أَمْسَائِِه‬ ِ َّ ‫هِب‬ ِِ
َ ‫َوللَّه اأْل َمْسَاءُ احْلُ ْس ىَن فَ ْادعُوهُ َ ا َوذَ ُروا الذ‬
‫َسيُ ْجَز ْو َن َما َكانُوا َي ْع َملُو َن‬
Artinya: “Allah mempunyai Asmaaul husna, maka
memohonlah kepadanya dengan menyebut asmaul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.” ( QS. Al-A’raf : 180).

‫الس ْو ِء َولِلَّ ِه الْ َمثَ ُل اأْل َْعلَى َو ُه َو‬


َّ ‫ين اَل يُ ْؤ ِمنُ و َن بِ اآْل َ ِخَر ِة َمثَ ُل‬ ِِ
َ ‫للَّذ‬
‫يم‬ ِ ِ
ُ ‫الْ َعز ُيز احْلَك‬
Artinya: “ Orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan
Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” ( QS. An-
Nahl : 60).

Kuliah Aqidah ~ 101


ِ ِ َّ ‫لَيس َك ِمثْلِ ِه َشيء وهو‬...
ُ‫يع الْبَصري‬
ُ ‫السم‬ َُ َ ٌ ْ َ ْ
Artinya: “… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha
Melihat.” ( QS. Asy-syura : 11).
Dalam perkara ini ada dua bentuk penyimpangan dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah, yaitu :
1. Penyimpangan Mu’aththilah, yaitu penyimpangan
terhadap Asma’ dan Sifat Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara mengingkari nama-nama dan sifat-sifat
Allah atau mengingkari sebagiannya saja untuk
menghindari penyerupaam Allah subhanahu wa ta’ala
dengan makhluk-Nya. Hal tersebut termasuk
penyimpangan karena argumentasi-argumentasi sebagai
berikut,
a. Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan untuk
diri-Nya nama-nama dan sifat-sifat, serta telah
menafikan sesuatu yang serupa denganNya.
b. Kecocokan antara dua hal dalam nama atau sifatnya
tidak mengharuskan adanya persamaan. Anda melihat
ada dua orang yang keduanya manusia, mendengar,
melihat dan berbicara, tetapi tidak harus sama dalam
makna-makna kemanusiaannya, pendengarannya,
penglihatannya, dan pembicaraannya. Anda juga
melihat beberapa binatang yang punya tangan, kaki
dan mata, tetapi kecocokannya itu tidak
mengharuskan tangan, kaki dan mata mereka sama.
Apabila antara makhluk-makhluk yang serupa dalam
nama atau sifatnya saja jelas memiliki perbedaan,

102 ~ Kuliah Aqidah


maka tentu perbedaan antara khaliq (pencipta) dan
makhluk (yang diciptakan) akan lebh jelas lagi.
2. Penyimpangan Musyabbihah, yaitu penyimpangan
terhadap Asma’ wa Sifat Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara menetapkan nama-nama dan sifat-sifat,
tetapi menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan
makhluknya. Mereka mengira hal ini sesuai dengan
nash-nash Al Qur’an, karena Allah subhanahu wa ta’ala
berbicara dengan hamba-hamba-Nya dengan sesuatu
yang dapat difahaminya. Hal tersebut termasuk
penyimpangan karena argumentasi-argumentasi sebagai
berikut:
a. Menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan
makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil,
menurut akal maupun syara’. Padahal tidak mungkin
nash-nash kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasul
menunjukkan pegertian yang bathil.
b. Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan hamba-
hambaNya dengan sesuatu yang dapat dipahami dari
segi asal maknanya. Hakikat makna sesuatu yang
berhubungan dengan Dzat dan sifat Allah subhanahu
wa ta’ala adalah hal yang hanya diketahui oleh Allah
subhanahu wa ta’ala saja.
Apabila Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan untuk
diri-Nya bahwa Dia Maha Mendengar, maka pendengaran
itu sudah maklum dari segi maknanya, yaitu menemukan
suara-suara. Tetapi hakikat hal itu dinisbatkan kepada
pendengaran Allah subhanahu wa ta’ala tidak maklum,
karena hakekat pendengaran jelas berbeda, walaupun pada

Kuliah Aqidah ~ 103


makluk-makhluk sekalipun. Jadi perbedaan hakikat itu
antara pencipta dan yang diciptakan jelas lebih jauh berbeda.
Apabila Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan
tentang diri-Nya bahwa Dia bersemayam di atas Arasy-Nya,
maka bersemayam dari segi asal maknanya sudah maklum,
tetapi hakekat bersemayamnya Allah itu tidak dapat
diketahui.
Kita harus mengimani bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy, tanpa mempertanyakan
bagaimana caranya Allah subhanahu wa ta’ala bersemayam.
Selain tidak akan bisa dijawab karena itu masalah ghaib,
juga tidak ada gunanya, bahkan hanya akan menghabiskan
waktu saja. (Yunahar Ilyas, 203:53).

C. Makna Laa Ilaaha Ilallah


La yang terdapat pada awal iqrar La Ilaha Illallah
adalah La Nafiyata Liljinsi, yaitu huruf Nafi yang menafikan
segala macam jenis ilah. Illa adalah huruf istisna
(pengecualian) yang mengecualikan Allah subhanahu wa
ta’ala dari segala macam jenis ilah yang dinafikan. Bentuk
kalimat seperti ini dinamai kalimat manfi (negatif) lawan
dari kalimat mutsbat (positip). Kalimat Illa berfungsi
mengitsbatkan kalimat yang manfi. Dalam kaidah bahasa
arab itsbat sesudah manfi itu mempunyai maksud alhashru
(membatasi) dan taukid (menguatkan). Dengan demikian
kaliamat (La Ilaha Illallah) mengandung pengertian tidak
ada Tuhan yang benar-benar berhak disebut Tuhan selain
Allah subhanahu wa ta’ala semata. (Yunahar Ilyas,
2013:31). Atau dengan istilah La Ma’buuda Bihaqqin
104 ~ Kuliah Aqidah
Illallah Tidak ada Ilah atau sesembahan yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah.
 Kalimat laa ilaaha illallah ini mengandung makna
penafian (peniadaan) sesembahan selain Allah subhanahu
wa ta’ala dan menetapkannya hanya untuk Allah subhanahu
wa ta’ala semata. Sehingga makna“La Ilaha Illallah”
adalah“La Ma’buuda Bihaqqin Illallah” yang artinya tidak
ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah
subhanahu wa ta’ala
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ِ َ‫ك ولِْلم ْؤ ِمنِني والْم ْؤ ِمن‬
‫ات‬ ِ ِ ِ ْ ‫اعلَم أَنَّهُ اَل إِلَ هَ إِاَّل اللَّهُ و‬
ُ َ َ ُ َ َ ‫اس َت ْغف ْر ل َذنْب‬ َ ْ ْ َ‫ف‬
‫َواللَّهُ َي ْعلَ ُم ُمَت َقلَّبَ ُك ْم َو َم ْث َوا ُك ْم‬
Artinya: "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada
Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah dan
mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-
orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.” (QS.Muhammad: 19).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda:
‫"م ْن‬
َ :‫النيب صلى اهلل عليه وسلم ؛ أنه قال‬
ِّ ‫ عن‬، ‫وروى زيْ ُد بن ْأرقَم‬
)‫(صحيح رواه أمحد‬.َ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ خُمْلِصاً َد َخ َل اجلَنَّة‬: ‫قَ َال‬
Artinya: Dari Zaid bin Arqom Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
mengucaphanlaa ilaaha illallah dengan Keikh-lasan hati,
pasti ia masuk Surga." (Hadits Shahih Riwayat
Ahmad).

Kuliah Aqidah ~ 105


Orang yang ikhlas ialah yang memahami laa ilaaha
illallah, mengamalkannya, dan menyeru kepadanya sebelum
menyeru kepada yang lainnya. Sebab kalimat ini
mengandung tauhid (pengesaan Allah), yang karenanya
Allah menciptakan alam semesta ini.
Hadits dari Ibnu Syihab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyeru pamannya Abu Thalib ketika menjelang
ajal,
ِ ِ ‫ " اَل إِلَه إِاَّل اللَّه َكلِمةً أَ ْشه ُد لَ َ هِب‬:‫يا ع ِّم؛ قُل‬
ُ‫ك َا عْن َد اللَّه [ أخرجه‬ َ َ ُ َ ْ َ َ
[24 ‫ ومسلم‬،)4675( ‫البخاري‬
"Wahai pamanku, katakanlah, 'Laa ilaaha illallah' (Tidak
ada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah), seuntai kalimat yang aku akan
berhujjah dengannya untukmu di sisi Allah, maka ia
(Abu Thalib) enggan mengucapkan laa ilaaha illallah."
(HR. Bukhari: 4675. Muslim: 24).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di
Makkah selama13 tahun, beliau mengajak (menyeru) bangsa
Arab: "Katakanlah, 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang
berhak diibadahi melainkan Allah subhanahu wa ta’ala.),
maka mereka menjawab: 'Hanya satu tuhan, kami belum
pernah mendengar seruan seperti ini?' Demikian itu, karena
bangsa Arab memahami makna kalimat ini. Sesungguhnya
barangsiapa mengucapkannya, niscaya ia tidak akan
beribadah kepadaselain Allah. Maka mereka
meninggalkannya dan tidak mengucapkannya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman kepada mereka:

106 ~ Kuliah Aqidah


‫إِن َُّه ْم َك انُوا إِذَا قِي َل هَلُ ْم اَل إِلَ هَ إِاَّل اللَّهُ يَ ْس تَ ْكرِب ُو َن * َو َي ُقولُ و َن أَئِنَّا‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ‫هِل‬
‫ني‬
َ ‫َّق الْ ُم ْر َسل‬
َ ‫صد‬َ ‫لَتَا ِر ُكوا آَ َتنَا ل َشاع ٍر جَمْنُون * بَ ْل َجاءَ بِاحْلَ ِّق َو‬
Artinya: "Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mere-ka, 'Laa ilaaha illallah (Tiada
Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah)', mereka
menyombongkan diri, dan mereka berkata, Apakah
sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
sembahan kami karena seorang penyair gila?
'Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa
kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya)'."
(QS. Ash-Shaffat: 35-37).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫"م ْن قَ َال اَل إِلَهَ إِالَ اهللُ َو َك َفَر مبِاَ يُ ْعبَ ُد‬ ِ
َ : ‫صلَى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َ ‫قاَ َل‬
‫ َحُر َم ماَلُهُ َو َد ُمهُ " ( َر َواهُ ُم ْسلِ ُم) ( صحيح ) اُنْظُْر‬، ‫اهلل‬ ِ ‫ِمن دو َن‬
ُْ ْ
‫ يف صحيح اجلامع‬6438 :‫ث َرقْ ٌم‬ ِ
َ ْ‫َحدي‬
Artinya: "Barangsiapa mengucapkan, 'Laa ilaaha illallah'
(Tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah)
dan mengingkari sesuatu yang disembah selain Allah,
maka haram hartanya dan darah-nya (haram
dirampas/diambil)." (Hadits Shahih Riwayat Muslim;
Lihat Hadits No. 6438 dalam Shahihul Jami’).
Makna hadits tersebut, bahwasanya mengucapkan
syahadat mewajibkan ia mengkufuri dan mengingkari setiap
peribadatan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala seperti
berdo'a (memohon) kepada mayit, dan lain-lain-nya.

Kuliah Aqidah ~ 107


Ironisnya, sebagian orang-orang Islam sering
mengucapkan syahadat dengan lisan-lisan mereka, tetapi
mereka menyelisihimaknanya dengan perbuatan-perbuatan
dan permohonan mereka kepada selain Allah subhanahu wa
ta’ala
Laa ilaaha illallah adalah asas (pondasi) tauhid dan
Islam, pedoman yang sempurna bagi kehidupan. Ia akan
terealisasi dengan mempersembahkan setiap jenis ibadah
untuk Allah subhanahu wa ta’ala Demikian itu, apabila
seorang muslim telah tunduk kepada Allah subhanahu wa
ta’ala memohon kepa-daNya, dan menjadikan syari'at-Nya
sebagai hukum, bukan yang lain-nya.
Ibnu Rajab berkata: "Al-Ilaah (Tuhan) ialah Dzat yang
dita'ati dan tidak dimaksiati, dengan rasa cemas,
pengagungan, cinta, takut, pengharapan, tawakkal, meminta,
dan berdo'a (memohon) ke-padaNya. Ini semua tidak
selayaknya (diberikan) kecuali untuk Allah subhanahu wa
ta’ala Maka barangsiapa menyekutukan makhluk di dalam
sesuatu per-kara ini, yang ia merupakan kekhususan-
kekhususan Allah subhanahu wa ta’ala maka hal itu akan
merusak kemurnian ucapan laa ilaaha illallah dan
mengandung penghambaan diri terhadap makhluk tersebut
sebatas perbuatannya itu.
Sesungguhnya kalimat "Laa ilaaha illallah" itu dapat
bermanfaat bagi yang mengucapkannya, bila ia tidak
membatalkannya dengan suatu kesyirikan, sebagaimana
hadats dapat membatalkan wudhu seseorang.
Sebagaimana tergambarkan dalam sebuah hadits,

108 ~ Kuliah Aqidah


ُ‫صلَّى اللَّه‬
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ُ‫َع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَ ٍل َر ِض َي اللَّهُ َعْنه‬
‫الم ِه ال إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ َد َخ َل اجْلَنَّةَ]رواه أبو‬
ِ ‫آخر َك‬ ِ َّ ِ
ُ ‫ َم ْن َكا َن‬: ‫َعلَْيه َو َسل َم‬
‫ وصححه ووافقه‬1/351 ‫) واحلاكم يف املستدرك‬3116( ‫داود‬
[‫الذهيب‬
Artinya: Dari Muadz bin Jabal ra.Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda:"Barangsiapa yang akhir
ucapannya laa ilaaha illallah, pasti ia masuk Surga."
(Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud: 3112 dan Al-
Hakim dalam Al-Mustadrok: 1/351).

D. Hakikat dan Dampak Dua Kalimat Syahadat


Iqrar La Ilaha Illallah tidak akan dapat diujudkan secara
benar tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu
Iqrar La Ilaha Illallah harus diikuti oleh Iqrar Muhammad
Rasulullah. Dan Iqrar itulah yang dikenal dengan dua
kalimat syahadat (syahadatain) yang menjadi pintu gerbang
seseorang memasuki dien Allah subhanahu wa ta’ala.
(Yunahar Ilyas, 2013:31).
Dalam buku Tanya jawab agama jilid 1 Tim
PP.Muhammadiyah Majelis Tarjih, (1990:31) menjelaskan,
“Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar, orang yang masuk Islam wajib mengucapkan
syahadatain, karena orang Islam yang sempurna haruslah
melakukan lima perbuatan, yakni mengucapkan syahadat,
melakukan shalat, membayar zakat, menunaikan haji bagi

Kuliah Aqidah ~ 109


yang mampu serta melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.
‫اإلسالم َعلَى‬ ‫يِن‬
ُ َ ُ‫ « ب‬:‫عن ابن عمر عن النيب صلى اهلل عليه وسلم قال‬
ِ ‫ول‬
‫ وإقَ ِام‬، ‫اهلل‬ َّ ، ُ‫ َش َه َادة أ ْن الَ إله إالَّ اهلل‬: ‫س‬
ُ ‫وأن حُمَ َّمداً َر ُس‬ ٍ ْ‫مَخ‬
‫اع‬ ِ ِ ِ ‫ وح َّج‬، ‫ وصوِم رمضا َن‬، ‫الز َك ِاة‬ َّ ‫ وإيتَ ِاء‬، ‫الة‬
ِ ‫الص‬
َ َ‫استَط‬ ْ ‫البْيت ل َمن‬َ َ َْ َ َّ
‫ وصحيح مسلم‬، )8( ‫ حديث برقم‬، ‫صحيح البخاري‬. » ً‫إِلَْي ِه سبيال‬
)16( ‫حديث برقم‬
Artinya: “ Dari Ibnu Umar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: Agama Islam dibangun
diatas lima perkara, bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
dan mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan
berpuasa pada bulan ramadhan dan berhaji ke baitullah
bagi yang mampu” (Shahih Bukhari: 8. Shahih
Muslim:16).
Melihat hadits ini pertama-tama yang harus dilakukan
oleh orang yang masuk Islam adalah mengucapkan
syahadat. Dengan mengucapkan syahadat orang mulai
memasuki agama Islam, karena arti syahadat selain lahirnya
mengucapkan ucapan itu, juga sebagai awal pengakuannya
bahwa hanya Allah-lah yang berhak diibadahi dan juga
pengakuannya bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah Rasul (Utusan Allah subhanahu wa
ta’ala.). (Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis
Tarjih, 1990:31).
Kalau inti dari syahadah yang pertamaadalah beribadah

110 ~ Kuliah Aqidah


hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, maka inti
dari syahadah kedua adalah menjadikan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagai titik pusat keteladanan
(uswah hasanah) baik dalam hubungan dengan Allah
subhanahu wa ta’ala (hablun minallah) secara vertical,
maupun hubungan dengan manusia (hablun minannas)
secara horizontal). (Yunahar Ilyas, 2013:32).
Beriman bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam.sebagai utusan Allah subhanahu wa ta’ala , adalah
membenarkan apa yang dikabarkannya, menta'ati apa yang
diperintahkannya, dan meninggalkan apa yang dilarang dan
diperingatkan darinya, serta kita beribadah kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan apa yang disyari'atkannya.
Para Nabi dan Rasul dakwah pertama dan tujuan terbesar
mereka di setiap masa adalah meluruskan aqidah
(keyakinan) terhadap Allah subhanahu wa ta’ala ,
Meluruskan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mengajak memurnikan agama ini untuk Allah subhanahu
wa ta’ala dan hanya beribadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala semata. Sesungguhnya Dia (Allah) Dzat yang
memberikan manfa'at. Yang mendatangkan mudharat. Yang
berhak menerima ibadah, do'a, penyandaran diridan
sembelihan. Dahulu, dakwah para nabi diarahkan kepada
orang-orang yang menyembah berhala, yang secara terang-
terangan menyembah berhala-berhala, patung-patung dan
orang-orang shalih yang dikultuskan, baik yang masih hidup
maupun yang sudah mati.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.:

Kuliah Aqidah ~ 111


ِ ِ ُ ِ‫قُل اَل أَمل‬
ُ ‫ضًّرا إِاَّل َما َشاءَ اللَّهُ َولَ ْو ُكْن‬
‫ت أ َْعلَ ُم‬ َ ‫ك لَن ْفسي َن ْف ًعا َواَل‬ ْ ْ
‫الس وءُ إِ ْن أَنَ ا إِاَّل نَ ِذ ٌير‬
ُّ َ ‫ت ِم َن اخْلَرْيِ َو َم ا َم َّس يِن‬ ُ ‫ب اَل ْس تَكَْث ْر‬ َ ‫الْغَْي‬
‫َوبَ ِشريٌ لَِق ْوٍم يُ ْؤ ِمنُو َن‬
Artinya:"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik
kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak
akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah
pemberi peringatan, dan membawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman'." (QS.Al-A'raaf: 188).
Dan disebutkan dalam sebuah hadits,
‫اب َر ِض َي اهللُ َعْنهُ َع ِن‬ ِ ِ ِ ِ
ِ َّ‫ث عُمر بْ ِن اخْلَط‬ ِ ‫فَِفي‬
َ َ ْ‫صحْي ِح الْبُ َخاري م ْن َحدي‬ َ ْ
‫َّص َارى‬
َ ‫ت الن‬ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬
ْ ‫ اَل تُطُْرويِن َك َما أَطَْر‬: ‫ال‬ َ ِّ ‫النَّيِب‬
‫ابْ َن َم ْرمَيَ فَِإمَّنَا أَنَا َعْب ُدهُ َف ُقولُوا َعْب ُد اللَّ ِه َو َر ُسولُهُ] صحيح البخاري‬
[23 / 1 : ‫ وبنحوه اإلمام أمحد يف املسند‬، )3445( ‫برقم‬
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.bersabda:"Janganlah kalian berlebih-
lebihan memuji (menyanjung) diriku, sebagaimana
orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Ibnu
Maryam (Isa). Sesungguhnya aku adalah hamba –Allah–
maka Katakanlah: 'Hamba Allah dan RasulNya'."
(Shahih Al-Bukhari: 3445. Imam Ahmad dalam
Musnad: 1/23).
Makna "Al-Itharuu-an"ialah berlebih-lebihan dalam
112 ~ Kuliah Aqidah
memuji (menyanjung). Kita tidak menyembah kepada
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam., sebagaimana
orang-orang Nasrani menyembah Isa Ibnu Maryam,
sehingga mereka terjerumus dalam kesyirikan. Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
kepada kita untuk mengatakan: "Muhammad hamba Allah
dan RasulNya."
Sesungguhnya kecintaan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamadalah berupa keta'atan kepadaNya, yang
diekspresikan dalam bentuk beribadah kepada ALLAH
Subhanahu Wa Ta’ala.. semata dan tidak beribadahkepada
selainNya, meskipun ia seorang rasul atau wali yang dekat
(di sisi Allah sw.).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ْو ًما‬
َ ِّ ‫ف النَّىِب‬
َ َ‫ت َخل‬ َ َ‫َع ْن ابْ ِن َعبَّاس ق‬
ُ ‫ ُكْن‬: ‫ال‬
‫ َو إِ َذا‬،‫ك‬ َ ‫اه‬ ِ ِ ِ ِ َ ُ‫ " يا غُاَل م اِح ِف ِظ اهلل حَي ِفظ‬: ‫ال‬
َ َ‫ ا ْحفظ اهللَ جَت ُدهُ جَت‬، ‫ك‬ ْ َ ْ َ َ ‫َف َق‬
‫ (رواه الرتمذي و‬." ‫اهلل‬ ِ ِ‫سأَلْت فَاسأ َِل اهلل و إِذَا اسَتعْنت فَاستَعِن ب‬
ْ ْ َ َ ْ ََ ْ َ َ
)‫قال حسن صحيح‬
: ‫ قال الرتمذى‬: 355 / 1 " ‫قال اإلمام النووى ىف " األذكار‬
. ‫حديث حسن صحيح‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra berkata: pada suatu hari
saya dibelakang (dibonceng) oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.dan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda: wahai pemuda jagalah Allah maka
Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka engkau akan

Kuliah Aqidah ~ 113


mendapatkan Allah dihadapanmu, Apabila engkau
meminta, maka mintalah kepada Allah dan apabila
engkau memohon pertolongan, maka mohonlah perto-
longan dari Allah." (HR.At-Tirmidzi, ia berkata hadits
hasan shahih. Imam Nawawi menyebutkannya
dalam Al-Adzkar 1/355).

E. Yang Membatalkan Dua Kalimat Syahadat


Banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau sudah
mengucapkan dua kalimat syahadat atau sudah memiliki
nama yang islami, maka tidak ada satupun sikap atau
perbutan yang bisa membatalkan keislaman atau
membatalkan dua kalimat syahadatnya. Sebetulnya banyak
sikap atau perbuatan seorang muslim yang bisa
membatalkan dua kalimah syahadnya. (Yunahar Ilyas,
2013:37).
Sebagaimana layaknya wudhu dan shalat yang memiliki
perkara-perkara pembatal. Maka keislaman seseorang pun
dapat menjadi batal pula sebagaimana shalat dan wudhu.
Para ulama menyebutnya pembatal-pembatal keislaman,
sebab-sebab Kemurtadan atau pembatal dua kalimat
syahadat. Dan perkara-perkara pembatal keislaman ini
sangatlah banyak. Namun secara global pembatal syahadat
adalah syirik akbar, kufur akbar dan nifak akbar. Secara
spesifik diantara pembatal-pembatal syahadat atau
keislaman seseorang adalah sebagai berikut:
1. Syirkul Akbar (Syirik Besar) dalam beribadah
kepada Allah ta’ala.
Berfirman Allah ta’ala :

114 ~ Kuliah Aqidah


ِ ِ‫إِ َّن اهلل ال ي ْغ ِفر أَ ْن ي ْشر َك بِِه وي ْغ ِفر ما دو َن َذل‬
ُ‫ك ل َم ْن يَ َشاء‬
َ ُ َ ُ ََ َ ُ ُ َ َ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain
dari (dosa syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
“(QS. An-Nisa’ : 48).
Dosa syirik yang tidak terampuni adalah dosa syirik
yang dibawa mati, adapun jika pelaku dosa syirik
bertaubat sebelum mati maka dosanya terampuni. Selain
dalil yang disebutkan diatas juga terdapat beberapa
dalil tentang bahayanya kesyirikan diantaranya adalah,
Firman Alla ta’ala :
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َو َربَّ ُك ْم إنَّهُ َم ْن يُ ْش ِر ْك باهلل َف َق ْد َحَّر َم اهللُ َعلَْيه اجْلَنَّةَ َو َمأْ َواهُ الن‬
‫َّار َو َما‬
‫َنصا ٍر‬ ِ ‫لِلظَّالِ ِم‬
َ ‫ني م ْن أ‬ َ
Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah
neraka, Dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.”(QS. Al-Maidah : 72)
Dan termasuk dari perbuatan syirik adalah menyembelih
hewan (berkurban) yang ditujukan kepada selain Allah.
Dalil bahwa berkurban hanya berhak ditujukan untuk Allah
semata, salah satunya adalah firman Allah ta’ala :

َ ‫ني ال َش ِر‬ ِ ِّ ‫قُل إِ َّن صاليِت ونُس ِكي وحَمْياي ومَمَايِت لِلَّ ِه ر‬
ُ‫يك لَه‬ َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ
ِِ ِ َ ِ‫وبِ َذل‬
َ ‫ت َوأَنَا أ ََّو ُل املُ ْسلم‬
‫ني‬ ُ ‫ك أُم ْر‬ َ
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku,

Kuliah Aqidah ~ 115


sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabbsemesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)”.(QS. Al-An’am : 162-163)
Dan sembelihan disini bersifat umum, tidak ada
perbedaan hukum, apakah yang disembelih berupa Sapi,
Kambing, Ayam bahkan Lalat sekalipun. Selama
sembelihan tersebut ditujukan kepada selain Allah seperti
ditujukan kepada kuburan, Jin penunggu laut, pohon-pohon
besar atau sebagai persembahan bagi Jimat atau keris yang
mereka miliki, maka pelakunya telah terjatuh dalam
perbuatan Syirik Akbar yang membatalkan keislaman
seseorang.

2. Tidak mengkafirkan orang-orang kafir atau ragu


tentang kekafiran mereka seperti pluralisme
Salah satu bentuk pembatal syahadat, pembatal
keislaman adalah Pluralisme yaitu menganggap semua
agama benar dan berhak masuk surga. Para ulama telah
menukil Ijma’ tentang batalnya keislaman, keimanan dan
batalnya kalimat syahadat seseorang yang tidak
mengkafirkan kaum Musyrikin seperti Yahudi dan Nashara.
Sebagaimana dinukil Al Qodhi bin Iyadh dalam “Asy Syifa”
(2/281) dan Ibnu Taimiyah dalam “Majmu’ Fatawa’”
(2/281). Syahadah dan keislaman mereka batal dikarenakan
telah mendustakan Allah dan RasulNya, karena dengan jelas
Allah telah mengkafirkan Yahudi, Nashara dan Musyrikin
sebagaimana Allah berfirman :

116 ~ Kuliah Aqidah


‫ين‬ ِ ِ ‫اب وامل ْش ِركِني يِف نَا ِر جهن‬
ِ َ‫إِ َّن الَّ ِذين َك َفروا ِمن أ َْه ِل الْ ِكت‬
َ ‫َّم َخالد‬
َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ
‫ك ُه ْم َشُّر الْرَبِ يَِّة‬ ِ
َ ِ‫ف َيها أ ُْولَئ‬
Artinya : ” Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni
ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk)
ke neraka jahanam; mereka kekal di dalamnya. mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk.”(QS. Al-Bayyinah :
6)
Dan juga firmanNya dalam ayat yang lain :
ِ ‫ث ثَالثٍَة وما ِمن إِلٍَه إِال إِلَه و‬
‫اح ٌد َوإِ ْن‬ ِ ِ َّ
ٌَ ْ ََ ُ ‫ين قَالُوا إِ َّن اهللَ ثَال‬
َ ‫لََق ْد َك َفَر الذ‬
‫يم‬ِ ‫مَل ينتهوا ع َّما ي ُقولُو َن لَيم َّس َّن الَّ ِذين َك َفروا ِمْنهم ع َذ‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ ُ َ ََ َ َ ََُ ْ
Artinya : “Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang
yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih
putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata:
“Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah : 72)
Selain dalil-dalil diatas juga terdapat beberapa ayat-ayat
yang lainnya yang banyak terdapat dalam Al Qur’an.

3. Berkeyakinan ada hukum dan petunjuk yang lebih


baik dan sempurna dari Al-Quran dan As-Sunnah
(hukum Allah)

Kuliah Aqidah ~ 117


Yunahar Ilyas (2013:40) menyimpulkan, “Tidak menegakan
hukum Allah adalah termasuk salah satu dari pembatal
syahadah, berdasarkan firman Allah:
‫ك ُه ُم الْ َكافُِرو َن‬
َ ِ‫َو َم ْن مَلْ حَيْ ُك ْم مِب َا أَْنَز َل اللَّهُ فَأُولَئ‬
Artinya: “. . . Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah 5: 44).

‫يما َش َجَر َبْيَن ُه ْم مُثَّ اَل جَيِ ُدوا‬ ِ َ ‫فَاَل وربِّك اَل يؤ ِمنو َن حىَّت حُي ِّكم‬
َ ‫وك ف‬ ُ َ َ ُ ُْ َ َ َ
ِ ‫مِم‬ ِ
ً ‫ت َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسل‬
‫يما‬ َ َ‫يِف أَْن ُفس ِه ْم َحَر ًجا َّا ق‬
َ ‫ضْي‬
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa’ 4: 65).
Dalam permasalahan ini, para ulama’ seperti Ibnu Katsir
dan yang semisalnya membuat perincian hukum berdasarkan
keadaan dan dalil-dalil yang ada :
Pertama: Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum
yang lebih sempurna atau lebih baik dari hukum yang
diturunkan oleh Allah, maka dia keislaman dan syahadatnya
batal.
Kedua: Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum
yang sama baiknya atau sama sempurnanya dengan hukum
yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam,
maka keislaman dan syahadatnya juga batal.

118 ~ Kuliah Aqidah


Ketiga: Apabila dia menganggap bahwa hukum yang
dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah
hukum yang sempurna dan tidak ada yang semisalnya akan
tetapi dia menyakini bahwa berhukum dengan hukum yang
dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bukanlah
perkara yang wajib dan dia meyakini bahwa berhukum
dengan hukum selain yang dibawa Rasulullah shalallahu
alaihi wassalam adalah perkara yang diperbolehkan dan
bukan merupakan suatu keharaman, maka ini juga
membatalkan keislaman dan syahadatnya.
Keempat : Apabila dia menganggap bahwa hukum yang
dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah
hukum yang sempurna dan wajib berhukum dengannya serta
tidak diperbolehkan berhukum dengan selainnya dalam
keadaan dia sendiri berhukum dengan hukum selain dari
hukum yang dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
dan dia berkeyakinan bahwa dengan perbuatannya
berhukum dengan hukum selain yang diturunkan oleh Allah
tersebut dia telah terjatuh dalam keharaman dan akan
mendapat adzab atas apa yang telah dia lakukan, maka
dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam Kafir
Ashgor yang tidak menyebabkan dia keluar dari agama atau
syahadatnya tidak batal, namun dia berdosa dan harus
bertaubat.
Rincian tersebut dapat dilihat pada kitab: (Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir At Thabari pada tafsir surat Al Maidah
ayat 44 serta “Syarah Aqidah Thahawiyah” Ibnu Abiel Iez:
323-334.)

Kuliah Aqidah ~ 119


4. Membenci sesuatu diantara ajaran Rasulullah
walaupun dia mengamalkannya.
Salah satu dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :
ِ
‫َحبَ َط أ َْع َماهَلُ ْم‬ َ ‫ك بِأَن َُّه ْم َك ِر ُهوا َما أ‬
ْ ‫َنز َل اهللُ فَأ‬ َ ‫َذل‬
Artinya : “Yang demikian itu adalah Karena
sesungguhnya mereka telah membenci kepada apa yang
telah diturunkan oleh Allah , lalu Allah menghapuskan
(pahala-pahala) amal-amal mereka.”(QS.
Muhammad : 9)
Adapun dalil tentang batalnya keislaman dan syahadat
orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam walaupun dia mengamalkannya
adalah firman Allah ta’ala :
‫اهلل َوبَِر ُسولِِه َوال‬
ِ ِ‫وما مَنعهم أَ ْن ُت ْقبل ِمْنهم َن َف َقا ُتهم إِاَّل أَنَّهم َك َفروا ب‬
ُ ُْ ُْ ُْ ََ ْ َُ َ َ َ
‫الصالةَ إِاَّل َو ُه ْم ُك َساىَل َوال يُ ِنف ُقو َن إِاَّل َو ُه ْم َكا ِر ُهو َن‬
َّ ‫يَأْتُو َن‬
Artinya : “Dan tidak ada yang menghalangi nafkah-
nafkah mereka untuk diterima melainkan Karena
mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan tidaklah
merekamengerjakan sembahyang, melainkan dengan
rasa malas dan tidak (pula) mereka menafkahkan
(harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS.
At Taubah : 54)

5. Merendahkan atau mengolok-olok dan


mempermainkan Syariat Islam, ayat-ayat Allah dan
Sunnah Rasulullah

Dalilnya adalah :

120 ~ Kuliah Aqidah


‫ب قُ ْل أَبِاللَّ ِه َوآَيَاتِ ِه‬ ِ
ُ ُ ‫َولَئ ْن َس أَلَْت ُه ْم لََي ُق ولُ َّن إِمَّنَ ا ُكنَّا خَن‬
ُ ‫وض َو َن ْل َع‬
‫َو َر ُسولِِه ُكْنتُ ْم تَ ْسَت ْه ِزئُو َن * اَل َت ْعتَ ِذ ُروا قَ ْد َك َف ْرمُتْ َب ْع َد إِميَانِ ُك ْم إِ ْن‬
ِ ِ ٍِِ
َ ‫ب طَائ َفةً بِأَن َُّه ْم َكانُوا جُمْ ِرم‬
‫ني‬ ْ ‫ف َع ْن طَائ َفة مْن ُك ْم نُ َع ِّذ‬ ُ ‫َن ْع‬
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa
yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan
manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda
gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?"Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. ... (QS. At-Taubah : 65-
66).
Maka barangsiapa yang merendahkan suatu perkara dari
perkara-perkara yang dibawa Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam , baik berupa perkara yang Fardhu, Wajib atau
Sunnah maka sesungguhnya hal itu menjadikan dia murtad
dari agama.” (Muhammad bin Abdul Wahab, Syarah
Nawaqidul Islam: 24).

6. Berloyalitas kepada kaum kafir musyrikin dan


menolong mereka untuk menghancurkan kaum
muslimin
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
ِِ ِ ِ ِ
َ ‫َو َم ْن َيَت َوهَّلُ ْم مْن ُك ْم فَِإنَّهُ مْن ُه ْم إِ َّن اهللَ ال َي ْهدي الْ َق ْو َم الظَّالم‬
‫ني‬
Artinya : “Dan barangsiapa diantara kalian
berloyalitas kepada mereka (orang-orang Musyrik)
Maka Sesungguhnya diaitu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada

Kuliah Aqidah ~ 121


orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah : 51)

7. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia ada yang


boleh keluar dan bebas dari syariat Muhammad
shalallahualaihiwassallam

Perkara seperti ini sebagaimana yang banyak ditemui di


kalangan kaum sufi, mereka berkeyakinan bahwa guru, kyai
atau ulama meraka telah mencapai tingkatan “Hakikat”,
sehingga tidak lagi dibebani oleh syariat yang dibawa
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam, perkara yang wajib
boleh mereka tinggalkansedangkan perkara yang haram
bebas untuk mereka kerjakan. Tidak asing lagi kita melihat
sebagian mereka tidak pernah pergi ke Mesjid untuk Shalat 5
waktu bahkan Shalat Jum’at sekalipun, tidak jarang pula kita
melihat mereka menikahi lebih dari 4 wanita di waktu yang
bersamaan dalam keadaan hal tersebut adalah perkara yang
diharamkan.

F. Ilmu Allah
Allah mempunyai ilmu yang tidak terbatas, Dia maha
mengetahui apa saja yang yang ada di langit dan di bumi,
baik yang ghaib maupun yang nyata. (Yunahar Ilyas,
2013:56). Dalil-dalinya adalah Firman Allah:
ٍ َ‫ك يِف كِت‬
‫اب‬ ِ ِ ‫الس َم ِاء َواأْل َْر‬
َ ‫ض إِ َّن َذل‬ َّ ‫َن اللَّهَ َي ْعلَ ُم َم ا يِف‬
َّ ‫أَمَلْ َت ْعلَ ْم أ‬
ِ ِ ِ
ٌ‫ك َعلَى اللَّه يَسري‬ َ ‫إِ َّن ذَل‬
Artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu

122 ~ Kuliah Aqidah


terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi
Allah.” (QS. AL-Hajj 22: 70).
Firman Allah:
‫الش َه َاد ِة ُه َو ال رَّمْح َ ُن‬ ِ ‫ُه و اللَّهُ الَّ ِذي اَل إِلَ هَ إِاَّل ُه و َع امِلُ الْغَْي‬
َّ ‫ب َو‬ َ َ
‫يم‬ ِ َّ
ُ ‫الرح‬
Artinya: “ Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS.Al-
Hasyr 59: 22).
Juga Firman Allah:
ِ ‫و ِعْن َدهُ َم َف اتِح الْغَْي‬
‫ب اَل َي ْعلَ ُم َه ا إِاَّل ُه َو َو َي ْعلَ ُم َم ا يِف الَْب ِّر َوالْبَ ْح ِر‬ ُ َ
‫ض َواَل‬ِ ‫ات اأْل َْر‬ ِ ‫ط ِمن ورقَ ٍة إِاَّل يعلَمه ا واَل حبَّ ٍة يِف ظُلُم‬
َ َ َ َ ُ َْ َ َ ْ ُ ‫َو َم ا تَ ْس ُق‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ َ‫س إِاَّل يِف كِت‬ ٍ ِ‫ب َواَل يَاب‬ ٍ ْ‫رط‬
َ
Artinya: “ Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-
pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. AL-An’am 6: 59).
Juga Firman Allah:

Kuliah Aqidah ~ 123


‫ات َريِّب لَنَ ِف َد الْبَ ْح ُر َقْب َل أَ ْن َتْن َف َد‬
ِ ‫قُ ل لَ و َك ا َن الْبح ر ِم َدادا لِ َكلِم‬
َ ً ُْ َ ْ ْ
‫ات َريِّب َولَ ْو ِجْئنَا مِبِثْلِ ِه َم َد ًدا‬ ِ
ُ ‫َكل َم‬
Artinya: “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)". (QS. Al-Kahfy 18: 109).
Selain itu ilmu Allah juga dapat disaksikan di alam
semesta berupa ayat-ayat kauniyah Allah:
ٍ ‫ف اللَّي ِل والنَّه ا ِر آَل َي‬ ِ ‫ض واختِاَل‬ ِ َّ ‫إِ َّن يِف َخ ْل ِق‬
‫ات‬ َ َ َ ْ ْ َ ِ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬
‫ودا َو َعلَى ُجنُ وهِبِ ْم‬ ِ ِ َّ ِ ‫أِل‬
ً ُ‫ين يَ ْذ ُك ُرو َن اللَّهَ قيَ ًام ا َو ُقع‬
َ ‫ُويِل اأْل َلْبَ اب * الذ‬
ِ ‫الس ماو‬ ِ َّ
‫ت َه َذا‬ َ ‫ض َربَّنَ ا َم ا َخلَ ْق‬ِ ‫ات َواأْل َْر‬ َ َ َّ ‫َو َيَت َفك ُرو َن يِف َخ ْل ق‬
ِ َ‫اطاًل سبحان‬
‫اب النَّا ِر‬
َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬ َ َ ْ ُ ِ َ‫ب‬
Artinya: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-
Imraan 3: 190-191).

G. Ma’iyyatullah

124 ~ Kuliah Aqidah


Ma’iyyah berasal dari kata ma’a, artinya bersama.
Maiyyatullah artinya kebersamaan Allah. Di dalam kitab
suci Al-Qur’an kita menemukan kata ma’a yang
menghubungkan antara Allah dengan manusia secara umum
(Al-Hadid 57: 4, Al-Mujadilah 58: 7) dan juga kata ma’a
yang menghubungkan antara Allah dengan hambanya yang
mempunyai sifat-sifat khusus seperti shabirin ( Al-Baqarah
2: 153) dn muttaqin (Al-Baqarah 2:194) atau dengan Nabi
seperti Musa dan Harun (Thaha 20 :36), Nabi Muhammad
dan Abu Bakar Ash Shiddik (At-Taubah 9: 40). (Yunahar
Ilyas, 2013:62-63).
Sifat Ma’iyatullah bagi Allah adalah pembahasan yang
sangat erat hubungannya dengan pembahasan tentang sifat
‘Uluw bagi Allah. Karena diantara argumentasi para Ahli
kalam dalam mengingkari sifat ‘Uluw adalah berhujjah
dengan dalil-dalil sifat Ma’iyah.

1. Pengertian sifat Ma’iyah


Yang dimaksud dengan sifat Ma’iyah yaitu tentang sifat
kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya. Seperti ungkapan
seseorang: Allah bersama kita. Diantara manusia ada yang
memahami bahwa maksud dari kalimat kebesamaan dalam
ungkapan tersebut adalah bahwa Zat Allah ada di mana-
mana dan bercampur-baur dengan zat makhluk-Nya. Maka
bagaimanakah duduk persoalan tersebut menurut Al Qur’an
dan Sunnah.

2. Penggunaan kalimat bersama (‫ )مع‬dalam bahasa


Arab

Kuliah Aqidah ~ 125


Dijelaskan para oleh pakar bahasa Arab bahwa kalimat
bersama (‫ )مع‬dalam bahasa Arab hanya semata-mata
menunjukkan tentang kebesamaan secara mutlak, tanpa
mengharuskan untuk saling berdampingan dan bersentuhan
atau bercampur. Karena kebersamaan itu bermacam-macam
bentuknya:
a. Ada kebersamaan dalam segi tempat, seperti
ungkapan seseorang: saya sama-sama satu kampung
dengannya.
b. Ada kebersamaan dalam segi masa, seperti ungkapan
seseorang: saya sama-sama lahir dengannya.
c. Ada kebersamaan dalam segi kedudukan dan jabatan,
seperti ungkapan seseorang: saya sama-sama-sama
satu golongan dengannya.
d. Ada kebersamaan dalam segi pembelaan,
sebagaimana dalam firman Allah:
]40/‫{اَل حَتَْز ْن إِ َّن اللَّهَ َم َعنَا} [التوبة‬
Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah bersama kita.” Maksudnya Allah bersama kita
dalam segi pertolongan dan pembelaan.” (QS.At-
Taubah: 40). Bukan berarti Allah bersama mereka
dengan zat-Nya, karena luas gua tersebut bila
dibanding kebesaran Allah tidak ada atinya sama
sekali.
e. Ada kebesamaan dalam sisi pengawasan,
sebagaimana dalam firman Allah:

126 ~ Kuliah Aqidah


‫َّاس َواَل يَ ْستَ ْخ ُفو َن ِم َن اللَّ ِه َو ُه َو َم َع ُه ْم إِ ْذ‬
ِ ‫{يَ ْستَ ْخ ُفو َن ِم َن الن‬
]108/‫ضى ِم َن الْ َق ْو ِل} [النساء‬ َ ‫يَُبيِّتُو َن َما اَل َي ْر‬
Artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi
mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah
bersama mereka, ketika pada suatu malam mereka
menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak
redhai.”(QS. An-Nisaa’: 108).
Maksudnya Allah bersama mereka yaitu melihat dan
menyasikan apa yang sedang mereka putuskan dalam
rapat rahasia mereka tersebut. Bukan berarti Allah
menghadiri perundingan mereka tersebut dengan Zat-
Nya.
f. Ada kebersamaan yang berarti menyatu, seperti
ungkapan seseorang aku minum teh bersama gula dan
susu.
Jadi makna dari kata bersama (‫ )مع‬dalam bahasa Arab
memiliki makna yang berbeda-beda maksudnya. Untuk
menetukan makna dari kalimat bersama (‫ )مع‬dalam sebuah
ungkapan adalah dengan melihat gramatika dan susunan
kalimat atau rangkaian kata dalam sebuah ungkapan.

3. Pembagian sifat Ma’iyah


Yunahar Ilyas (2013: 63-65) menyimpulkan, “Para
ulama Ahlussunnah menjelaskan bahwa Ma’iyatullah
terhadap makluk-Nya terbagi dalam dua bentuk
sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an:
a. Ma’iyah Ammah (ma’iyah dalam betuk umum)
Pengertian dari Ma’iyah Ammah yaitu kebersamaan
Kuliah Aqidah ~ 127
Allah terhadap seluruh makhluk dengan ilmu, penglihatan,
pndengaran dan pengawasan-Nya. Disebut Ma’iyah Ammah
karena ia umum terhadap seluruh makhluk, baik yang
beriman maupun yamg kafir sekalipun. Diantara ayat yang
menunjukkan tentang Ma’iyah Ammah adalah beberapa
firman Allah berikut ini:
‫َّاس َواَل يَ ْستَ ْخ ُفو َن ِم َن اللَّ ِه َو ُه َو َم َع ُه ْم إِ ْذ يَُبيِّتُو َن َما‬
ِ ‫{يَ ْستَ ْخ ُفو َن ِم َن الن‬
]108/‫ضى ِم َن الْ َق ْو ِل َو َكا َن اللَّهُ مِب َا َي ْع َملُو َن حُمِ يطًا} [النساء‬ َ ‫اَل َي ْر‬
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
tersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka,
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan
rahasia yang Allah tidak redhai. Dan Allah itu Maha
Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka
kerjakan”. (QS. An-Nisaa’: 108).
Imam Thobari menjelaskan tentang maksud dari kalimat
“Allah bersama mereka” dalam ayat ini, yakni: Allah
melihat dan menyasikan perbuatan mereka tersebut
sekalipun mereka berusaha menyembunyikannya dari
manusia namun tidak tersembunyi atas Allah Dan hal
tersebut umum untuk semua makhluk tidak khusus terhadap
kelompok tertentu dari manusia.
ِِ ِ َّ ‫{هو الَّ ِذي خلَق‬
ْ َّ‫ض يِف ستَّة أَيَّ ٍام مُث‬
‫اسَت َوى َعلَى‬ َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ َ َُ
‫الس َم ِاء‬ ِ ‫الْ َع ْر ِش َي ْعلَ ُم َما يَلِ ُج يِف اأْل َْر‬
َّ ‫ض َو َما خَي ُْر ُج ِمْن َها َو َما َيْن ِز ُل ِم َن‬
}ٌ‫صري‬ ِ ‫وما يعرج فِيها وهو مع ُكم أَين ما ُكْنتُم واللَّه مِب َا َتعملُو َن ب‬
َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ َ ُ ُْ َ َ َ
]4/‫[احلديد‬
128 ~ Kuliah Aqidah
Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas
´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama
kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-Hadiid: 4).

b. Ma’iyah Al-Khashah (ma’iyah dalam betuk khusus)


Yunahar Ilyas, (2013:66)menggambarkan tentang
ma’iyyah khusus ini, “mereka selalu sadar akan pengawasan
Allah dimanapun dan kapan saja. Mereka selalu merasakan
ihsanullah yang tidak terhingga. Mereka mengamalkan
firman Allah:
‫ني إِذَا ُدعُ وا إِىَل اللَّ ِه َو َر ُس ولِِه لِيَ ْح ُك َم َبْيَن ُه ْم‬ ِِ
َ ‫إِمَّنَا َك ا َن َق ْو َل الْ ُم ْؤمن‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬ َ ِ‫أَ ْن َي ُقولُوا مَسِ ْعنَا َوأَطَ ْعنَا َوأُولَئ‬
Artinya:“ Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin,
bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar
Rasul menghukum (mengadili) di antara merekaialah
ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.(QS. An-
Nuur 24:51).
Mereka selalu meningkatkan amal shalehnya:
ً‫صاحِلًا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُْنثَى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َفلَنُ ْحيَِينَّهُ َحيَ اةً طَيِّبَ ة‬ ِ
َ ‫َم ْن َعم َل‬
‫َح َس ِن َما َكانُوا َي ْع َملُو َن‬ ْ ‫َجَر ُه ْم بِأ‬ ُ ‫َولَنَ ْج ِز َين‬
ْ ‫َّه ْم أ‬
Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan

Kuliah Aqidah ~ 129


beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
AN-Nahl 16: 97).
Mereka selalu bertaqwa kepada Allah:
ِ ‫الش ه ِر احْل ر ِام واحْل رم‬
‫اص فَ َم ِن ْاعتَ َدى‬ ٌ ‫ص‬ َ ‫ات ق‬ ُ َ ُُ َ َ َ ْ َّ ِ‫الش ْه ُر احْلَ َر ُام ب‬ َّ
‫اعتَ ُدوا َعلَْي ِه مِبِثْ ِل َم ا ْاعتَ َدى َعلَْي ُك ْم َو َّات ُق وا اللَّهَ َو ْاعلَ ُم وا‬ ْ َ‫َعلَْي ُك ْم ف‬
ِ
َ ‫َن اللَّهَ َم َع الْ ُمتَّق‬
‫ني‬ َّ ‫أ‬
Artinya:“Bulan Haram dengan bulan haram, dan pada
sesuatu yang patut dihormati, Berlaku hukum qishaash.
oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka
seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah
beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah
2: 194).
Ma’iyyah Khusus ini juga tergambar dalam firman
Allah:
‫قَ َال اَل خَتَافَا إِنَّيِن َم َع ُك َما أَمْسَ ُع َوأ ََرى‬
Artinya: Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua
khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku
mendengar dan melihat".(QS. Tha-Haa 20:46).
Juga dalam Firman-Nya:
‫ين َك َف ُروا ثَايِن َ ا ْثَننْي ِ إِ ْذ‬ ِ َّ
َ ‫َخَر َج هُ الذ‬ ْ ‫ص َرهُ اللَّهُ إِ ْذ أ‬ ُ ‫إِاَّل َتْن‬
َ َ‫ص ُروهُ َف َق ْد ن‬
ِ ِ ِ‫ول ل‬
ُ‫ص احبِه اَل حَتْ َز ْن إِ َّن اللَّهَ َم َعنَ ا فَ أَْنَز َل اللَّه‬ َ ُ ‫مُهَ ا يِف الْغَ ا ِر إِ ْذ َي ُق‬
130 ~ Kuliah Aqidah
ِ َّ ِ ٍ ‫جِب‬ ِ ِ
َ ‫َس كينَتَهُ َعلَْي ه َوأَيَّ َدهُ ُنُ ود مَلْ َتَر ْو َه ا َو َج َع َل َكل َم ةَ الذ‬
‫ين َك َف ُروا‬
ِ ِِ ِ
ٌ ‫الس ْفلَى َو َكل َمةُ اللَّه ه َي الْعُ ْليَا َواللَّهُ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ ُّ
Artinya; “Jikalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah
menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir
Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-
Taubah 9: 40).

H. Syirik
Yunahar Ilyas, (2013:70) menyimpulkan,“Syirik adalah
mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam
dimensi rububiyah maupun ilahiyah. Juga syirik dalam
asma’ wa sifat Allah. Secara global Syirik terbagi menjadi
syirik besar dan syirik kecil.

1. Syirik Besar
Syirik besar adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu
(tan-dingan) bagi Allah. Ia memohon kepada sesuatu itu
sebagaimana ia memohon kepada Allah. Atau melakukan

Kuliah Aqidah ~ 131


padanya suatu bentuk ibadah, seperti istighatsah (mohon
pertolongan), menyembelih hewan, bernadzar dan
sebagainya.
Dalam Shahihain disebutkan, Ibnu Mas'ud
meriwayatkan, aku bertanya kepada Nabi, "Dosa apakah
yang paling besar?" Beliau menjawab: "Yaitu engkau
menjadikan tandingan (sekutu) bagi Allah sedang-kan
Dialah yang menciptakanmu." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Macam-Macam Syirik Besar secara global adalah
syirkud du’a, syirkut to’ah, syirkul mahabbah dan syirkul
khauf.
Diantara contoh kesyirikan adalah sebagai berikut:
a. Syirik dalam do'a
Yaitu berdo'a kepada selain Allah, baik kepada para nabi
atau wali, untuk meminta rizki atau memohon kesembuhan
dari penyakit atau berdoa kepada kuburan. Allah berfirman,

َ ‫ت فَِإن‬
‫َّك‬ َ ‫ض ُّر َك فَِإ ْن َف َع ْل‬ َ ُ‫ون اللَّ ِه َم ا اَل َيْن َفع‬
ُ َ‫ك َواَل ي‬ ِ ‫واَل تَ ْدع ِمن د‬
ُ ْ ُ َ
ِِ ِ
َ ‫إِ ًذا م َن الظَّالم‬
‫ني‬
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zha-lim." (Yunus: 106).
Zhalim yang dimaksud oleh ayat ini adalah syirik. Dan
Rasulullah menegaskan dalam sabdanya:
"Barangsiapa meninggal dunia sedang dia memohon

132 ~ Kuliah Aqidah


kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya
dia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa berdo'a kepada
selain Allah, baik kepada orang-orang mati atau orang-orang
yang tidak hadir merupakan perbuatan syirik adalah firman
Allah:
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َّ
ُ ُ‫ين تَ ْدعُو َن م ْن ُدونه َما مَيْل ُكو َن م ْن قطْم ٍري * إِ ْن تَ ْدع‬
‫وه ْم اَل‬ َ ‫ َوالذ‬...
‫اس تَ َجابُوا لَ ُك ْم َو َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬ ِ
ْ ‫يَ ْس َمعُوا ُد َع اءَ ُك ْم َولَ ْو مَس عُوا َم ا‬
‫ك ِمثْ ُل َخبِ ٍري‬
َ ُ‫يَ ْك ُف ُرو َن بِ ِش ْركِ ُك ْم َواَل يُنَبِّئ‬
"...Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain
Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit
ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada
mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar,
mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.
Dan di hari Kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu dan tidak ada yang memberikan
keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang
Maha Mengetahui," (Faathir: 13-14).

b. Syirik (menyekutukanAllah) dalam sifat Allah:


Seperti kepercayaan bahwa para nabi dan wali
mengetahui hal-hal yang ghaib. Allah berfirman:
ِ ‫و ِعْن َدهُ َم َف اتِح الْغَْي‬
‫ب اَل َي ْعلَ ُم َه ا إِاَّل ُه َو َو َي ْعلَ ُم َم ا يِف الَْب ِّر َوالْبَ ْح ِر‬ ُ َ
‫ض َواَل‬ِ ‫ات اأْل َْر‬ ِ ‫ط ِمن ورقَ ٍة إِاَّل يعلَمه ا واَل حبَّ ٍة يِف ظُلُم‬
َ َ َ َ ُ َْ َ َ ْ ُ ‫َو َم ا تَ ْس ُق‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ َ‫س إِاَّل يِف كِت‬ ٍ ِ‫ب َواَل يَاب‬ ٍ ْ‫رط‬
َ

Kuliah Aqidah ~ 133


“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudz)"(Al-An'aam: 59).

c. Syirik(menyekutukan) Allah dalam Nama dan Sifat-Nya


Diantara contohnya adalah paham wahdatul wujud
(manunggaling kaulo gusti) atau berkeyakinan bersatunya
Tuhan dengan makhluk,mempercayai bahwa Allah menitis
kepada para makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi,
seorang shufi yang meninggal dunia di Damaskus. Sampai-
sampai Ibnu Arabi mengatakan:
"Tuhan adalah hamba, dan hamba adalah Tuhan.
Duhai sekiranya, siapakah yang mukallaf"
Seorang penyair shufi lainnya, yang mempercayai
aqidah hulul bersenandung:
"Tiada anjing dan babi itu, melainkan tuhan kita
(juga).Dan tiadalah Allah itu, melainkan seorang rahib
yang ada di gereja."
Keyakinan bersatunya Tuhan dengan makhluk sudah ada
sejak zamannya KH. Ahmad Dahlan dengan istilah
manunggaling kaulo gusti atau wahdatul wujud dengan
tokohnya syaikh Siti Jenar. Dan KH. Ahmad Dahlan sudah
memulai usaha untuk memberantas kesyirikan tersebut yang
diwujudkan dalam bentuk lahirnya Persyarikatan

134 ~ Kuliah Aqidah


Muhammadiyah dengan salah satu misi besarnya
menegakkan keyakinan tauhid yang murni, sesuai dengan
ajaran Allah subhanahu wa ta’ala , yang dibawa oleh
seluruh Rasul Allah sejak nabi Adam as hingga nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam .

d. Syirik(menyekutukan) Allah dalam Rububiyah-Nya


Diantara contohnya adalah berkeyakinan bahwa
sebagian para wali memiliki keleluasaan untuk bertindak
dalam urusan makhluk. Percaya bahwa mereka bisa
mengatur persoalan-persoalan makhluk. Mereka namakan
para wali itu dengan "wali Quthub". Padahal Allah Ta'ala
telah menanyakan orang-orang musyrik terdahulu dengan
firmanNya:
‫الس ْم َع‬ َّ ‫ك‬ ِ
ُ ‫ض أ َْم َم ْن مَيْل‬ ِ ‫الس َم ِاء َواأْل َْر‬ َّ ‫قُ ْل َم ْن َي ْر ُزقُ ُك ْم ِم َن‬
‫ت ِم َن احْلَ ِّي‬
َ ِّ‫ِج الْ َمي‬
ِ ِ
ُ ‫ِج احْلَ َّي م َن الْ َميِّت َوخُيْ ر‬ ُ ‫ص َار َو َم ْن خُيْ ر‬ َ ْ‫َواأْل َب‬
‫َو َم ْن يُ َدبُِّر اأْل َْمَر فَ َسَي ُقولُو َن اللَّهُ َف ُق ْل أَفَاَل َتَّت ُقو َن‬
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu
dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka
akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(QS. Yunus: 31).

e. Syirik khauf (takut):


Yaitu keyakinan bahwa sebagian dari para wali yang

Kuliah Aqidah ~ 135


telah meninggal dunia atau orang-orang yang ghaib bisa
melakukan dan mengatur suatu urusan serta mendatangkan
mudharat (bahaya). Karena keyakinan ini, mereka menjadi
takut kepada para wali atau orang-orang tersebut.
Karena itu, dijumpai sebagian manusia berani
bersumpah bohong atas nama Allah, tetapi tidak berani
bersumpah bohong atas nama wali, karena takut kepada wali
tersebut. Hal ini adalah kepercayaan orang-orang musyrik.
Adapun takut kepada hewan liar atau kepada orang
hidup yang zhalim maka hal itu tidak termasuk dalam syirik
ini. Itu adalah ketakutan yang merupakan fitrah dan tabiat
manusia, dan tidak termasuk syirik. Namun yang termasuk
syirik adalah takut kepada hantu, takut kepada jin, takut
kepada hari yang dianggap sial juga takut kepada kuburan
dan lain-lain. Ketakutan tersebut adalah syirik karena takut
adalah salah satu bentuk ibadah hati manusia yang harus
diberikan hanya kepada Allah sebagaimana firman-Nya:
ِ ُ‫ف أَولِي اءه فَاَل خَتَ افُوهم وخ اف‬
‫ون إِ ْن ُكْنتُ ْم‬ َّ ‫إِمَّنَا َذلِ ُك ُم‬
َ َ ُْ ُ َ َ ْ ُ ‫الش ْيطَا ُن خُيَ ِّو‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫ُم ْؤمن‬
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu,
jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS.Ali
Imraan: 175).

f. Syirik hakimiyah:
Termasuk dalam syirik hakimiyah (kekuasaan) yaitu

136 ~ Kuliah Aqidah


berkeyakinan bahwa undang-undang atau hukum buatan
manusia lebih baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah atau
undang-undang dan hukum buatan Allah atau membuat dan
mengeluarkan undang-undang yang bertentangan dengan
syari'at Islam serta membolehkan diberlakukannya undang-
undang tersebut. Atau memandang bahwa hukum Islam
tidak lagi sesuai dengan zaman.
Adapun dampak yang sangat berbahaya dari perbuatan-
perbuatan syirik terutama syirik besar adalah sebagai
berikut:
a. Syirik besar bisa menghapuskan amal:
Allah berfirman:
ْ ‫ك لَئِ ْن أ‬ ِ ِ َّ ِ
‫ت لَيَ ْحبَطَ َّن‬
َ ‫َش َر ْك‬ َ ‫ين ِم ْن َقْبل‬
َ ‫ك َوإىَل الذ‬
ِ ‫ولََق ْد أ‬
َ ‫ُوح َي إِلَْي‬ َ
ِ ِ
َ ‫ك َولَتَ ُكونَ َّن م َن اخْلَاس ِر‬
‫ين‬ َ ُ‫َع َمل‬
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Jika kamu
melakukan syirik (mempersekutukan Allah), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi." (QS.Az-Zumar: 65).
b. Syirik besar tidak terampuni kecuali dengan taubat dan
meninggalkan perbuatan syirik secara keseluruhan:
Allah berfirman:
‫ك لِ َم ْن يَ َش اءُ َو َم ْن‬ ِ ِ ِ
َ ‫إِ َّن اللَّهَ اَل َي ْغف ُر أَ ْن يُ ْشَر َك بِ ِه َو َي ْغف ُر َم ا ُدو َن ذَل‬
ً ِ‫ضاَل اًل بَع‬
‫يدا‬ َ ‫ض َّل‬
ِ
َ ‫يُ ْش ِر ْك بِاللَّه َف َق ْد‬
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa SYIRIK
(mempersekutukan Allah), dan Dia mengampuni dosa

Kuliah Aqidah ~ 137


yang selain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesung-guhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya." (QS.An-Nisaa': 116).

2. Syirik Kecil
Syirik kecil yaitu setiap perantara yang mungkin
menyebabkan kepada syirik besar, ia belum mencapai
tingkat ibadah, tidak menjadikan pelakunya keluar Islam,
akan tetapi ia termasuk dosa besar.
Diantara macam-macam Syirik kecil adalah sebagai
berikut:
a. Riya' dan melakukan suatu perbuatan karena
makhluk:
Seperti seorang muslim yang beramal dan shalat karena
Allah, tetapi ia melakukan shalat dan amalnya dengan baik
agar dipuji manusia. Allahberfirman:
‫ص احِلًا َواَل يُ ْش ِر ْك‬ ِ ِ
َ ‫ فَ َم ْن َك ا َن َي ْر ُج و ل َق اءَ َربِّه َف ْلَي ْع َم ْل َع َماًل‬...
‫َح ًدا‬ ِ ِ ِِ
َ ‫بعبَ َادة َربِّه أ‬
". . .Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhan-nya." (Al-Kahfi: 110).
Rasulullah bersabda yang artinya: "Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan atas kamu sekalian adalah syirik
kecil, riya'. Pada hari Kiamat, ketika memberi balasan
manusia atas perbuatannya, Allah berfirman, "Pergilah
kalian kepada orang-orang yang kalian tujukan

138 ~ Kuliah Aqidah


amalanmu kepada mereka di dunia. Lihatlah, apakah
engkau dapati balasan di sisi mereka?" (Hadits Shahih
Riwayat Ahmad).
b. Bersumpah dengan nama selain Allah:
Rasulullah bersabda yang artinya: "Barangsiapa
bersumpah dengan nama selain Allah, maka dia telah
berbuat syirik." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad).
Bisa jadi bersumpah dengan nama selain Allah termasuk
syirik besar. Yaitu jika orang yang bersumpah tersebut
meyakini bahwa sang wali memiliki kemampuan untuk
menimpakan bahaya atas dirinya, jika ia bersumpah dusta
dengan namanya.

Kuliah Aqidah ~ 139


BAB III
IMAN KEPADA PARA
MALAIKAT

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu memahami tentang hakikat Malaikat dan makhluk
gaib, deskripsi iman kepada Malaikat, nama dan tugas para Malaikat,
hikmah beriman kepada Malaikat, Jin; Iblis dan Syaitan.

SUB POKOK BAHASAN


1) Hakikat Malaikat dan makhluk gaib lain.
2) Deskripsi iman kepada Malaikat.
3) Nama dan Tugas para Malaikat.
4) Hikmah beriman kepada Malaikat.
5) Jin; Ibli dan Syaitan.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskantentang hakikat Malaikat dan makhluk
gaib lainnya.
2) Mahasiswa mampu mendeskripsikan iman kepada Malaikat.
3) Mahasiswa mampumenjelaskan tentang nama dan tugas-tugas para
Malaikat.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hikmah beriman kepada
Malaikat.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Jin, Iblis dan Syaitan.
BAB III
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT

B. Malaikat dan Makhluk Ghaib


Semua makhluk yang diciptakan Allah dapat dibagi
menjadi dua macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan
kedua, yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan
keduanya bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh panca indra
manusia. (Yunahar Ilyas, 2013:77).Malaikat adalah alam
ghaib, makhluk, dan hamba Allah subhanahu wa ta’ala
Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan
rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya
serta memberikan kekuatan yang sempurna serta kekuatan
untuk melaksanakan ketaatan itu.
Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman, yang artinya :
‫…و َم ْن ِعْن َدهُ اليَ ْستَ ْكرِب ُو َن َع ْن ِعبَ َادهِتَِواليَ ْستَ ْح ِس ُرو َن * يُ َسبِّ ُحو َن‬
َ
‫الي ْفُت ُرو َن‬
َ ‫َّه َار‬َ ‫اللَّْي َل َوالن‬
“… dan Malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak
angkuh untuk ber-ibadah kepada-Nyadan tidak (pula)
merasa letih, mereka selalu bertasbih malam dan siang
tiada henti-hentinya.” ( QS. Al Anbiya’ : 19-20).
Malaikat berjumlah banyak, dan tidak ada yang dapat
menghitungnya, kecuali Allah. Dalam hadits Bukhari dan

136 ~ Kuliah Aqidah


Muslim terdapat hadits dari Anas  tentang kisah mi’raj
bahwa Allah telah memperlihatkan Al-Baitul Ma’mur yang
ada di langit kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di
dalamnya terdapat 70.000 Malaikat yang setiap hari
melakukan shalat. Siapapun yang keluar dari tempat itu,
tidak kembali lagi.

C. Deskripsi Iman Kepada Malaikat


Iman kepada Malaikat mengandung empat unsur :
1. Mengimani wujud mereka.
2. Mengimani mereka yang dikenal nama-namanya, seperti
jibril, dan juga terhadap nama-nama Malaikat yang tidak
kita kenal.
3. Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti
sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam yang mempuyai 600 sayap
yang menutup ufuk.
Malaikat bisa saja menjelma berwujud seorang lelaki,
seperti yang pernah terjadi pada Malaikat jibril tatkala
Allah subhanahu wa ta’ala.mengutusnya kepada
Maryam. Jibril menjelma jadi seorang yang sempurna.
Demikian pula ketika jibril datang kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, sewaktu beliau sedang
duduk di tengah-tengah para sahabatnya. Jibril datang
dengan bentuk seorang lelaki yang berpakaian sangat
putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat tanda-tanda
perjalanannya, dan tidak seorangpun yang mengenalinya.
Jibril duduk dekatNabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan
Kuliah Aqidah ~ 137
meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua
pahaya. Ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan
tanda-tandanya, setelah tidak di situ lagi, barulah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada para
sahabatnya, “itu adalah Jibril yang datang untuk
mengajarkan agama kalian.” Demikian halnya dengan
para Malaikat yang diutus kepada Nabi Ibrahim dan
Luth. Mereka mejelma bentuk mejadi lelaki.
4. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada
mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih,
dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.siang
dan malam tanpa merasa lelah.

D. Nama Dan Tugas Malaikat


Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan.
Sesame mereka juga ada tingkatan-tingkatan baik dalam
tugas dan kedudukannya. (Yunahar Ilyas, 2013:81).
Diantara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu,
misalnya :
1. Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu
kepada para Nabi dan Rasul.
2. Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan
dan tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup sangkakala
di hari kiamat dan kebangkitan makhluk.
4. Malaikat maut yang diserahi tugas mencabut nyawa
orang.
5. Malaikat yang diserahi tugas menjaga neraka.
138 ~ Kuliah Aqidah
6. Para Malaikat yang diserahi tugas yang berkaitan dengan
janin dalam rahim, ketika sudah mencapai empat bulan
di dalam kandungan, Allah subhanahu wa ta’ala.
mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh dan menyuruh
untuk menulis rezkinya, ajal, amal, derita dan
bahagianya.
7. Para Malaikat yang diserahi tugas menjaga dan menulis
semua perbuatan manusia. Setiap orang dijaga oleh dua
Malaikat, yang satu pada sisi dari kanan dan yang
satunya lagi pada sisi dari kiri.
8. Para Malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit. Bila
mayit sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan
datanglah dua makaikat yang bertanya kepadanya
tentang Robbnya, agama dan Nabinya.

E. Hikmah Beriman Kepada Malaikat


Yunahar Ilyas (2013: 91) menjelaskan, “Iman kepada
malaikat adalah salah satu dari arkanul iman yang tidak
boleh sedikitpun bercampur dengan keraguan. Iman kepada
malaikat termasuk dalam pengertian “al-birru” (kebajikan)
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah:
…      
…   
“…Akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi…” (QS.Al-Baqarah:177).
Adapun beberapa hikmah atau buah beriman kepada

Kuliah Aqidah ~ 139


malaikat adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui keagungan Allah, kekuatan dan
kekuasanNya. Kebesaran makhluk pada hakikatnya
adalah dari keagungan sang pencipta.
2. Syukur kepada Allah subhanahu wa ta’alaatas
perhatianNya terhadap manusia sehingga menugasi
Malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan
berbagai kemaslahatannya yang lain.
3. Cinta kepada para Malaikat karena ibadah yang mereka
lakukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
4. Beriman kepada malaikat akan mendapatkan pahala
karena sebagai bentuk membenarkan berita-berita ghaib
dari Al-Quran dan As-Sunnah. Adapun beberapa berita
dari kitabullah dan sunnah RasulNya, tentang malaikat:
Allah berfirman:
     
     
          
   
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang
menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai
sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang
dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Fathir : 1).
       
    
 

140 ~ Kuliah Aqidah


“Kalau kamu melihat ketika para Malaikat mencabut
jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan
belakang mereka (dan berkata) : “Rasakan olehmu siksa
neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa
ngeri).” (QS. Al-Anfal : 50)
…      
    …

“…alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-
tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata) : “Keluarlah
nyawamu…” (QS. Al-An’am : 93).
         
      
“…sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari
hati mereka, mereka berkata : “apakah telah difirmankan
oleh Robbmu?” mereka menjawab : “(perkataan) yang
benar”, dan Dialah yang Maha tinggi lagi Maha besar.”
(QS. Saba’: 23).
       
        
“…Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka
dari semua pintu (sambil mengucapkan) : “salamun
alikum bima shabartum (salam sejahtera kepadamu
dengan kesabaranmu). “Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

Kuliah Aqidah ~ 141


ِ
ُ‫ َفيُحبُّه‬،ُ‫َحبَّه‬
َ ‫ب فُاَل نًا فَأ‬ ُّ ِ‫َن اهللَ حُي‬ َّ ‫ب اهللُ الْ َعْب َد نَ َادى ِجرْبِ يْ ُل أ‬
َّ ‫َح‬ ِ
َ ‫" إذَا أ‬
ِ
ُ‫ َفيُحبُّه‬،ُ‫َحُّب ْوه‬
َ ‫ب فُاَل نًا فَأ‬ ُّ ِ‫الس َم ِاء إِ َّن اهللَ حُي‬
َّ ‫ َفُينَ ِادي ِجرْبِ يْ ُل أ َْه َل‬،‫ِجرْبِ يْ ُل‬
." ‫ض‬ ِ ‫ض ُع لَهُ الْ ُقُب ْو ُل يِف اأْل َْر‬ ِ َّ ‫أَهل‬
َ ‫ مُثَّ يُ ْو‬،‫الس َماء‬ ُْ
“Apabila Allah mencintai seorang hambaNya, ia
memberitahu Jibril bahwa Allah subhanahu wa ta’ala.
mencintai fulan, dan menyuruh Jibril untuk
mencintainya, maka Jibrilpun mencintainya. Jibril lalu
memberitahu para penghuni langit bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala. mencintai fulan dan menyuruh
mereka untuk mencintainya maka penghuni langitpun
mencintainya, kemudian ia diterima di atas bumi.”
(HR.Bukhari).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
‫اب الْ َم ْس ِج ِد‬
ِ ‫اب ِمن أ َْبو‬
َ ْ
ٍ ‫" إِذاَ َكا َن يوم اجْل مع ِة َكا َن َعلَى ُك ِّل ب‬
َ َ ُ ُ ُ َْ
‫ف‬ ُّ ‫س اإْلِ َم ُام طَُّووا‬ ِ ِ
َ ‫الص ُح‬ َ َ‫الْ َماَل ئ َكةُ يَكْتُُب ْو َن األ ََّو َل فَاأْل ََّو ُل فَإذَا َجل‬
." ‫الذ ْكَر‬ ِّ َ‫و َج ُاؤ ْوا يَستَ ِمعُ ْون‬
ْ َ
“ Di setiap hari jum’at pada setiap pintu masjid para
Malaikat mancatat satu demi satu orang yang datang.
Bila imam sudah duduk (di atas mimbar) mereka
menutup buku-bukunya dan datang untuk mendengarkan
zdikir (khutbah).”
Dari nash-nash ini tampak jelas bahwa para Malaikat itu
benar-banar ada, bukan kekuatan maknawi yang terdapat
dalam diri manusia seperti yang disangka orang-orang sesat.

142 ~ Kuliah Aqidah


Nash-nash tersebut telah disepakati umat Islam.

F. Jin, Iblis, dan Syaitan


Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala.telah
mengutus nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan risalah yang umum dan menyeluruh.
Tidak hanya untuk kalangan Arab saja namun juga untuk
selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun bagi
umat seluruhnya. Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala.
mengutusnya kepada segenap jin dan manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala.berfirman:
…‫ول اللَّ ِه إِلَْي ُك ْم مَجِ ًيعا‬
ُ ‫َّاس إِيِّن َر ُس‬
ُ ‫قُ ْل يَاأَيُّ َهاالن‬
“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)
Sebuah Hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu
‘anhuma Rasulullah bersabda:“Adalah para nabi itu diutus
kepada kaumnya sedang aku diutus kepada seluruh
manusia.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Allah juga berfirman:
      
       
      
        
       
      
        
         
        

“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin

Kuliah Aqidah ~ 143


kepadamu yang mendengarkan Al-Qur`an. Maka ketika
mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata:
`Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika
pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada
kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata:
`Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan
setelah Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan jalan
yang lurus. Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang
yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-
Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu
dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang
yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru
kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah
di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain
Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata’.” (Al-
Ahqaf: 29-32).

1. Jin
Tidak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang
mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum
kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan
Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya
sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada
sebagian kecil dari mereka yang mengingkarinya.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tidak dapat
disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah
sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti,
kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka
melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka
144 ~ Kuliah Aqidah
dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak
memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau
selainnya.
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia
sebagaimana dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala.dalam
firman-Nya:
        
       
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan
jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(QS.Al-Hijr: 26-27).
Karena jin lebih dulu ada, maka Allah subhanahu wa
ta’ala. mendahulukan penyebutannya daripada manusia
ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk
beribadah seperti halnya manusia. Allah subhanahu wa
ta’ala.berfirman:
      
“Dan Aku tak menciptakan jin & manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat:
56)
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali
disebutkan dalam Al-Qur`an, Sehingga eksistensinya
sebagai makhluk Allah subhanahu wa ta’ala. tidak lagi
diragukan, berdasarkan Al-Qur`an & As-Sunnah serta ijma’
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya,
apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda
dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu
Kuliah Aqidah ~ 145
bermula dari satu asal atau bagaimana?
Allah subhanahu wa ta’ala. telah menerangkan asal-
muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:

       


“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari
api yang sangat panas.” (QS.Al-Hijr: 27)
Juga firman-Nya:
      
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS.Ar-
Rahman: 15)
Sebuah Hadits dari ’Aisyah radhiallahu ‘anha
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan
dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang
disifatkan kepada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).
Adapun Iblis, maka Allah subhanahu wa
ta’ala.berfirman tentangnya:
      
        
      
     
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah
mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…”
(QS.Al-Kahfi: 50).
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Iblis mengkhianati
asal penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari

146 ~ Kuliah Aqidah


nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari
cahaya. Maka Allah subhanahu wa ta’ala.mengingatkan di
sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia
diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tidak
termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin,
sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir
Al-Qur`anul ’Azhim Ibnu Katsir, 3/94)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
rahimahullahu mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak
para jin).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 & 793)
Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang
durhaka.

2. Iblis
Terdapat beberapa pendapat dalam hal asal-usul iblis,
apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari
jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri
rahimahullahu. Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah
menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali.
Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam
adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dlm
tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, & dishahihkan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsir-nya)
Pendapat ini pula yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-
Jashshash dlm kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), & Asy-
Syinqithi dlm kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan
tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dlm kitab tersebut.
Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:

Kuliah Aqidah ~ 147


a. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang
dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah subhanahu
wa ta’ala.:
…        
“…yang tak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.At-Tahrim:
6)
      
“Mereka itu tak mendahului-Nya dengan perkataan, &
mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS.Al-
Anbiya`: 27)
b. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50
      
        
      
     
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu
ia mendurhakai perintah Rabbnya.” (QS.Al-Kahfy: 50).
Allah subhanahu wa ta’ala.menegaskan dalam ayat ini
bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang
memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-
Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.”
Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat
dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat
bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis

148 ~ Kuliah Aqidah


dari malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur
ulama termasuk Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma.
Alasannya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala.:
       
      
 
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah
ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS.Al-
Baqarah: 34).
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat
Israiliyat. Pendapat yang kuat adalah pendapat yang
pertama, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang
jelas. Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-
Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat tersebut tidak
menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan
kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu
yang dikecualikan tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita
Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini
(asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf.
Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari
Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –
wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas
cerita itu. Dan diantaranya ada yang dipastikan dusta, karena
menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa
yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang
selainnya dari berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94).

Kuliah Aqidah ~ 149


3. Setan
Setan atau Syaithan alam bahasa Arab diambil dari kata
yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari
kata yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama
lebih kuat menurut Ibnu Jarir & Ibnu Katsir, sehingga kata
Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat
Allah subhanahu wa ta’ala. (Al-Misbahul Munir, hal.
313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab
adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan,
atau dari segala sesuatu. Demikianlah Allah subhanahu wa
ta’ala. berfirman:
        
        
       
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-
indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am: 112)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala.menjadikan
setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin.
Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena
akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan
makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan.
(Tafsir Ibnu Jarir, 1/49).
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua
yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir
Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal.

150 ~ Kuliah Aqidah


1071).
Pendapat ini juga sejalan dengan Al-Quran surat Al-
An’am ayat 112 yang tertulis diatas.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar
radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Aku datang kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam & beliau berada di masjid.
Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar
apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau
mengatakan: “Bangkit & shalatlah.” Akupun bangkit &
shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar,
berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia &
jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di
kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa
sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua
jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu &
keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat
Muslim:“Anjing hitam adalah setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam–
yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid & yang dikuatkan
oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani & Asy-Syinqithi.
Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam
menyesatkan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
        
      
      
Kuliah Aqidah ~ 151
     
      
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu
mereka dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya
kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis
menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku
tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi)
mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku
akan mendatangi mereka dari muka & dari belakang
mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(QS.Al-A’raf: 14-17).
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
      
      
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS.Al-Kahfi:
50).
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dlm ayat ini
adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.
453)

4. Deskripsi Global Tentang JinSetan dan Iblis


Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang
bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu
yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut
dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.

152 ~ Kuliah Aqidah


Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikh
Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki
roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah
bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa
masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu
sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tak dapat
membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita
menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Demikian pula bila seseorang
masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka
setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika
seseorang makan dan mengucapkan bismillah, maka setan
berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap
malam’.” (Kitab Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat
berupa ular dan kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi,
kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa
berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum
musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka
hendak pergi menuju Badar. Mereka dapat berubah-ubah
dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga
kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi
kekuatan setan & mempunyai kekuatan panas. (Kitab
Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda.
Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-
tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak,
mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang

Kuliah Aqidah ~ 153


kotor. (Kitab Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin).
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di
dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
“Carikan beberapa buah batu untukakugunakan bersuci
dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran
hewan” Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku
pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan
kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga
beliau menyelesaikan hajatnya.”
Aku bertanya: “Ada apa dengantulang & kotoran
hewan?”
Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin.
Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari
Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka
meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada
Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati
tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan
makanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu, dalam riwayat Muslim
disebutkan: “Semua tulang yang disebutkan nama
Allah padanya”)
Adapun Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal
kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari
rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka adalah musuh nomer satu bagi manusia, musuh
bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan
analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani
menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat mereka

154 ~ Kuliah Aqidah


enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
      
      
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah
mereka kecuali Iblis. Ia enggan & takabur, & adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS.Al-
Baqarah: 34).
Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis
menjawab:
ٍ ‫أَنَا َخْير ِّمْنهُ َخلَ ْقتَيِن ِمن نَّا ٍر و َخلَ ْقتَهُ ِمن ِط‬
‫ني‬ َ ٌ
“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS.Al-A’raf:
12).
Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling
rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan
dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menyuruhnya untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan
dengan nash, maka ia menjadi batil karena maksud dari
qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tak ada padanya
nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada
nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi
nash.
Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap
digunakan atau diakui, maka konsekuensinya akan
menggugurkan nash.
Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus

Kuliah Aqidah ~ 155


berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil
menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis
sesat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firman-
Nya:
      
      
        
       
 
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan
kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian
keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia & pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang
yang tak beriman.” (QS.Al-A’raf: 27).
Karena setan sebagai musuh kita, maka kita
diperintahkan untuk menjadi musuh setan. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
       
      
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-
setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
(QS.Fathir: 6).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
      

156 ~ Kuliah Aqidah


      
“Patutkah kamu mengambil dia & turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS.Al-Kahfi:
50).

a. Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui


yang Ghaib
Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu
syarat dari benarnya keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
           
     
  
“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, & menafkahkan sebagian rizki yang
Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS.Al-Baqarah:
1-3).
Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyidan tidak
terlihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan apa yang ada
di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit danyang
lainnya yang tak bisa diketahui manusia kecuali bila ada
pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Tafsir
Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/53)
Alam jin dan wujud jin dalam bentuk asli seperti yang
telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan adalah ghaib bagi
kita. Namun golongan jin dapat berubah-ubah bentuk

Kuliah Aqidah ~ 157


dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan amat
mungkin bagi mereka melakukan penampakan, sehingga
kita dapat melihatnya dalam wujud yang bukan aslinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
         
      
“Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tak bisa
melihat mereka.” (QS.Al-A’raf: 27)
Dari Abu As-Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah, beliau
bercerita bahwa dirinya pernah berkunjung ke rumah Abu
Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, katanya: “Aku
mendapatinya tengah mengerjakan shalat, akupun duduk
menunggunya hingga beliau selesai. Tiba-tiba aku
mendengar adanya gerakan pada bejana tempat minum yang
ada di pojok rumah. Aku menoleh ke arahnya dan ternyata
ada seekor ular. Aku segera meloncat untuk membunuhnya,
namun Abu Sa’id memberi isyarat kepadaku agar aku
duduk. Ketika ia selesai dari shalatnya, ia menunjuk ke
sebuah rumah yang ada di kampung itu sambil berkata:
‘Apakah engkau lihat rumah itu?’ ‘Ya,’ jawabku. Ia
kemudian menuturkan, ‘Dahulu yang tinggal di rumah itu
adalah seorang pemuda yang baru saja menjadi pengantin.
Kala itu kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ke Khandaq dan pemuda itupun ikut
bersama kami. Saat tengah hari, pemuda itu meminta izin
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
pulang menemui istrinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengizinkannya sambil berpesan: ‘Bawalah

158 ~ Kuliah Aqidah


senjatamu karena aku khawatir engkau bertemu dengan
orang-orang dari Bani Quraidhah.’ Pemuda itu mengambil
senjatanya, kemudian pulang menemui istrinya. Setibanya di
rumah, ternyata istrinya sedang berdiri diantara dua daun
pintu. Ia mengarahkan tombaknya kepada istrinya untuk
melukainya karena merasa cemburu karena istrinya berada
di luar rumah. Istrinya berkata kepadanya: “Tahan dulu
tombakmu, dan masuklah ke dalam rumah sehingga engkau
akan tahu apa yang menyebabkan aku sampai keluar
rumah!” Pemuda itu masuk, dan ternyata terdapat seekor
ular besar yang melingkar di atas tempat tidur. Pemuda itu
lantas menghunuskan tombaknya dan menusukkannya pada
ular tersebut. Setelah itu, ia keluar dan menancapkan
tombaknya di dinding rumah. Ular itu (yang belum
mati)menyerangnya dan terjadilah pergumulan dengan ular
tersebut. Tidak diketahui secara pasti mana diantara
keduanya yang lebih dahulu mati, ular atau pemuda itu.’
Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu melanjutkan ceritanya:
‘Kami menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan melaporkan kejadian itu kepadanya dan kami sampaikan
kepada beliau: ‘Mohonlah kepada Allah agar
menghidupkannya demi kebahagiaan kami.’ Beliau
menjawab: ‘Mohonlah ampun untuk shahabat kalian itu!’
Selanjutnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya di Madinah
terdapat golongan jin yang telah masuk Islam, maka jika
kalian melihat sebagian mereka –dalam wujud ular– berilah
peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu
setelah itu, bunuhlah ia, karena sebenarnya dia adalah
setan.” (HR. Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib,

Kuliah Aqidah ~ 159


maula Hisyam bin Zuhrah).

b. Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib


Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin
datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Ketika itu Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran
mereka kecuali setelah sebuah pohon memberitahunya dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk menjadikan
pohon dapat berbicara seperti yang disebutkan Al-Imam Al-
Bukhari dalam Shahih-nya dari shahabat Ibnu Mas’ud
radhiallahu ‘anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak
mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah
Subhanahu wa Ta’ala kabarkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
         
          
        
 
“Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku
mengetahui yang ghaib dan tak pula aku mengatakan
kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tak
mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’
Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan
orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tak
memikirkannya?” (QS.Al-An’am: 50).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

160 ~ Kuliah Aqidah


            
       
         
“Katakanlah: ‘Aku tak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku & tak pula menolak kemudharatan kecuali
yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui
yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-
banyaknya & aku tak akan ditimpa kemudharatan. Aku
tak lain hanyalah pemberi peringatan, & pembawa berita
gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (QS.Al-
A’raf: 188).

c. Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib


Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di
sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun untuk urusan ghaib
ternyata mereka pun tak mengetahuinya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan
manusia:
        
        
         
        
      
         
      
“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para
malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata:
‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
& menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau & mensucikan
Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku

Kuliah Aqidah ~ 161


mengetahui apa yang kamu tak ketahui.’ Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.”(QS.Al-
Baqarah: 30-32).

d. Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib


Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian
mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama
bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan.
Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka
terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka
kepada kekufuran.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas telah
mementahkan anggapan ini dlm firman-Nya:
        
        
        
 
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian
Sulaiman, tak ada yang menunjukkan kepada mereka
kematiannya itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu
bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib
tentulah mereka tak tetap dlm siksa yang menghinakan.”
(QS.Saba`: 14).

162 ~ Kuliah Aqidah


e. Manusia Tidak Dapat Mengetahui Yang Ghaib
Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada
manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka
sudah tentu manusia secara umum tak ada yang dapat
mengetahui alam ghaib atau menjangkau batasan-
batasannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya
memerintahkan agar mengimani perkara yang ghaib dengan
keimanan yang benar.
Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias.
Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan
dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib,
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
masa depan seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau
yang lainnya.
Kata ‘dukun’ sekarang ini jarang didengar dan bahkan
serta merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun.
Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tak meminta
syarat-syarat apapun kepada anda”, “Kami tak menyuruh
memotong ayam putih”, dan sebagainya. Padahal praktek
seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya, dukun
sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang
digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah, sehingga mereka
jelas enggan disebut dukun.
Tidak ada seorang pun yang dapat melihat dan
mengetahui perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap
sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika
bisa, itu semata-mata bantuan dan tipuan dari setan,
sehingga dusta bila itu dihasilkan dari latihan dan olah jiwa.

Kuliah Aqidah ~ 163


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
       
         
         
     
“Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan
kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka
mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang
beriman. Dan tak adalah kekuasaan Iblis terhadap
mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat
membedakan siapa yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal
itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu.”
(QS.Saba`: 20-21).
Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak,
di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang
keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya
identik dengan orang-orang yang dianggap telah suci
jiwanya. Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau
rijalul ghaib.
Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak
ada pula istilah rijalul ghaib di tengah-tengah manusia.
Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
       
   
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-
laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi
mereka dosa dan kesalahan.” (QS.Al-Jin:6).

164 ~ Kuliah Aqidah


BAB IV
IMAN KEPADA KITAB-
KITABALLAH

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu memahami pengertian Kitab-Kitab Allah, menjelaskan
Kitab-Kitab Allah sebagai wahyu, menjelaskan Kitab-Kitab Allah sebelum
Al-Qur’an, menjelaskan Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang terakhir serta
menjelaskan perbedaan iman kepada Al-Qur’an dengan iman kepada kitab-
kitab sui lainnya.

SUB POKOK BAHASAN


8) Pengertian Kitab-Kitab Allah .
9) Kitab-Kitab Allah sebagai Wahyu.
10) NamaKitab-Kitab Allah sebelum Al-Qur’anbesertaparaNabidanRasul
yang menerimanya.
11) Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang Terakhir.
12) Perbedaan Iman kepada Al-Qur’an dengan Iman kepada Kitab-Kitab
Suci Lainnya.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Kitab-Kitab Allah.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan Kitab-Kitab ALLAH sebagai wahyu.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan Kitab-Kitab ALLAH sebelum Al-Qur’an.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang
terakhir.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan iman kepada Al-Qur’an dengan
iman kepada kitab-kitab suci lainnya.

166
BAB IV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Iman kepada kitab yang Allah yang di turunkan


merupakan salah satu ushul (landasan) iman dan merupakan
rukun iman yangketiga. Iman yang dimaksud adalah
pembenaran yang disertai keyakinan bahwa kitab-kitab
Allah benar. Kitab-kitab tersebut merupakan kalam Allah
‘Azza wa jalla yang di dalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya kepada umat yang turun kepadanya kitab tersebut.
Diturunkanya kitab merupakan di antara bentuk kasih
sayang Allah  kepada hambanya karena besarnya kebutuhan
hamba terhadap kitab Allah. Akal manusia terbatas, tidak
bisa meliputi rincian hal-hal yang dapat memberikan
manfaat dan menimbulkan madharat bagi dirinya. Dan
beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu
rukun iman yang wajib diimani oleh setiap orang-orang
muslim.
Iman kepada kitab Allah harus mencakup empat
perkara :
1) Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-
benar dari sisi Allah
2) Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui namanya
seperti Al Quran yang diturunkan kepada Nabi

Kuliah Aqidah ~ 167


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang
diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, dan Zabur
yang diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam.
(HimpunanPutusanTarjihMuhammadiyah,2009:16)
Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, kita
mengimaninya secara global.
3) Membenarkan berita-beritanya yang benar, seperti berita
mengenai Al Quran, dan berita-berita  lain yang tidak
diganti atau diubah dari kitab-kitab terdahulu sebelum
Al Quran.
4) Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus,
serta ridho dan tunduk menerimanya, baik kita
mengetahui hikmahnya maupun tidak.  (Syarh Ushuulil
Iman)

A. Pengertian Kitab-Kitab Allah


Secara etimologis (lughatan), kata kitab adalah bentuk
mashdar dari kata ka-ta-ba (‫َب‬ َ ‫ ) َكت‬yang berarti menulis.
Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub ( ٌ‫) ُكتُب‬. Dalam bahasa
Indonesia kitab diartikan buku. Adapun yang dimaksud kitab
di sini adalah kitab suci. (Yunahar Ilyas, 2013: 107)
Secara terminologis yang dimaksud dengan Kitab (Al-
Kitab, Kitab Allah, Al-Kutub, Kitab-Kitab Allah) adalah
Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi
dan Rasul-Nya.
Kata Al-Kitab di dalam Al-Qur’an dipakai untuk
beberapa pengertian:

168 ~ Kuliah Aqidah


1. Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan
kepada para Nabi dan Rasul:
      
      
    … 
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Akhir,
Malaikat-Malaikat, Al-Kitab (Kitab-Kitab Suci), dan
Nabi-Nabi...” (QS. Al-Baqarah {2}: 177).
2. Menunjukkan semua Kitab Suci yang diturunkan
sebelum Al-Qur’an:
        
       
“Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang
yang dijadikan Rasul.” Katakanlah: “Cukuplah Allah
menjadi saksi antara aku dan kamu dan antara orang-
orang yang mempunyai ilmu tentang Al-Kitab (Kitab-
Kitab sebelum Al-Qur’an).” (QS. Ar-Ra’d {13}: 43).
3. Menunjukkan Kitab Suci tertentu sebelum Al-Qur’an:
…‫اب‬ ِ
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آَتْينَا ُم‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab
(Taurat) kepada Musa...” (QS. Al-Baqarah {2}: 87).
4. Menunjukkan Kitab Suci Al-Qur’an secara khusus:
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب ال ري‬ ِ
َ ‫ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َذل‬
“Al-Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-
Baqarah {2}: 2).

Kuliah Aqidah ~ 169


Ada dua jenis kitab suci:
a. Kitab suci samawi, yakni kitab suci yang
bersumber dari wahyu Allah. dan biasa disebut
Kitabullah (Kitab Allah.). Ada yang berwujud Kitab
dan ada yang berwujud Shahifah atau Shuhuf.
b. Kitab suci ardhi, yakni kitab suci yang tidak
bersumber dari wahyu Allah. melainkan bersumber
dari hasil perenungan dan budi daya akal manusia
sendiri.
Adapun pengertian Kitabullah adalah kalam atau firman
Allah. yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada
Nabi dan Rasul-Nya yang mengandung perintah dan
larangan sebagai pedoman hidup bagi ummat manusia.
(Yunahar Ilyas, 2013: 113)
Di samping Al-Kitab, untuk menunjukkan Kitab Suci
yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-
Nya – Al-Qur’an mempergunakan juga istilah lain yaitu:
1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti
lembaran. Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci
sebelum Al-Qur’an, khususnya yang diturunkan kepada
Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, sebagaimana dinyatakan
dalam Al-Qur’an:
‫وسى‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫إِنَّه َذالَِفي‬
َ ‫يم َو ُم‬
َ ‫ص ُحف إ ْبَراه‬
ُ * ‫الص ُحف األوىَل‬ َ
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Shuhuf
yang dahulu. Yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa” (QS. Al-
A’la {87}: 18-19).

170 ~ Kuliah Aqidah


2. Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku.
Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci yang
dinyatakan dalam Al-Qur’an:
       
    
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya
Rasul-Rasul sebelum kamu pun telah didustakan pula,
mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur
dan Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.”
(QS. Ali ‘Imran {3}: 184).
3. Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipakaikan khusus
untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah
kepada Nabi Daud, sebagaimana yang tercantum dalam
Al-Qur’an:
‫ورا‬
ً ُ‫َوآَتْينَا َد ُاو َد َزب‬
“...Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. An-
Nisa {4}: 163)

B. Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu


Karena Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah kepada
para Nabi dan Rasul-Nya itu adalah kumpulan dari wahyu-
wahyu-Nya, maka ada baiknya kita juga membahas terlebih
dahulu apa pengertian wahyu dan bagaimana Allah
menurunkannya.
Kata wahyu secara etimologis adalah bentuk mashdar
dari kata auha (‫)أَوْ َحى‬. Dalam bentuk mashdar tersebut dia
mempunyai dua arti, pertama Al-Khafa’ (‫اء‬qq‫ )الخف‬artinya
tersembunyi, rahasia dan kedua As-Sur’ah (‫ )السرعة‬artinya
cepat. Dinamai demikian karena wahyu itu adalah semacam
Kuliah Aqidah ~ 171
informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-
pihak yang dituju saja.
Sementara itu secara terminologis, wahyu adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya
(Mabahits fi ‘ulum Al-Qur’an Manna’ Al-Qaththan, 1976:
32-33).
Di samping itu, Al-Qur’an menggunakan kata wahyu
untuk berapa pengertian lain, di antaranya:
1. Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti
ilham yang diberikan Allahkepada Ibu Musa untuk
menyusukan bayinya:
        
        
      
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia,
dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka
jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari
para rasul.” (QS. Al-Qashash {28}: 7).
2. Instink yang diberikan kepada hewan-hewan, seperti
instink yang diberikan Allah kepada lebah:
       
     
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan
di tempat-tempat yang dibikin manusia” (QS. An-Nahl
{16}: 68).

172 ~ Kuliah Aqidah


3. Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan
kode-kode tertentu, seperi isyarat yang diberikan oleh
Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih:
      
    
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia
memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang”. (QS. Maryam
{19}: 11).
4. Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan
menipunya:
      
      
         
 
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu
musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan
(dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-
indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-
adakan.” (QS. Al-An’am {6}: 112).
5. Perintah Allah kepada para Malaikat-Nya:
      
       
     
   
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka
teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman".
kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati

Kuliah Aqidah ~ 173


orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan
pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS. Al-Anfal
{8}: 12).
Wahyu dalam pengertian Kalam Allah itu diturunkan
oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui tiga ara:
1. Melalui mimpi yang benar (Ar-Ru’ya Ash-Shadiqah fil
manam). Misalnya wahyu yang diterima oleh Nabi
Ibrahimdalam mimpi untuk mengurbankan puteranya
Isma’il, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah:
       
       
       
         
    
“(Ibrahim berdo’a) “Ya Tuhanku, anugrahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang
yang saleh. Maka Kami beri Dia kabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar (Isma’il). Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar.” (QS.
Ash-Shaffat {37}: 100-102).
2. Kalam Ilahi dari balik tabir (Min wara’ al-hijab), seperti
perintah shalat fardhu yang diterima oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam waktu
perisitwa Isra Mi’raj atau wahyu yang diterima oleh

174 ~ Kuliah Aqidah


Nabi Musa di bukit Thursina, sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah:
        
      
        
       
       
    
“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? ketika ia
melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:
“Tinggallah kamu (di sini), Sesungguhnya aku melihat
api, Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk
di tempat api itu”. Maka ketika ia datang ke tempat api
itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya aku Inilah
Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua terompahmu;
Sesungguhnya kamu berada dilembah yang Suci,
Thuwa. dan aku telah memilih kamu, Maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).”
(QS. Thaha {20}: 9-13).
3. Melalui Malaikat Jibril, seperti wahyu yang diterima
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
       
       
   
“Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar
diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun
oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara {26}: 192-195).

Kuliah Aqidah ~ 175


Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini
berlangsung dalam dua ara, pertama: Jibril datang
membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng
(Shalshalah al-Jaras) yang amat keras, atau kedua: Jibril
datang membawa wahyu dengan memperlihatkan dirinya
sebagai seorang lelaki (lihat pembahasan tentang Malaikat).

C. NamaKitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’anBeserta


Para NabidanRasul Yang Menerimanya.
1. Kitab Taurat
Ada yang menyebutnya Thoret atau Thora. Diturunkan
kepada Nabi Musa AS (=Moses) abad ke 15 SM untuk Bani
Israil dan berbahasa Ibrani.
Kandungan kitab Taurat:
a. Perintah mengesakan Allah
b. Larangan membuat dan menyembah patung
berhala.
c. Larangan menyebut Nama Allah subhanahu
wa ta’ala. Dengan sia-sia.
d. Perintah mensucikan hari Sabtu.
e. Perintah menghormati ayah dan ibu.
f. Larangan membunuh sesama manusia.
g. Larangan berbuat zina.
h. Larangan mencuri.
i. Larangan menjadi saksi palsu.
j. Larangan mengambil istri orang lain.

2. Kitab Zabur
Juga ada yang menyebut Mazmur maupun Paska.

176 ~ Kuliah Aqidah


Diturunkan kepada Nabi Dawud AS (=David) pada abad ke
10 SM untuk Bani Israil dan berbahasa Qibthi.
Kandungan kitab Zabur:
a. Do’a
b. Dzikir
c. Nasihat
d. Hikmah
e. Menyeru kepada ketauhidan
f. Tidak berisi syari’at.

3. Kitab Injil
Ada yang menamakan Bibel maupun Alkitab.
Diturunkan kepada Nabi Isa AS (=Yesus Kristus) pada awal
abad ke 1 M untuk Bani Israil dan berbahasa Suryani.
Kandungan kitab Injil:
a. Seruan tauhid kepada Allah Ajaran hidup
zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
b. Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah
tidak sesuai.
c. Berita tentang akan datangnya Nabi akhir
zaman bernama Ahmad atau Muhammad.

4. Al-Qur’an
Sebagian ulama menegaskan bahwa kata qur’an itu
bentuk masdar (kata kerja yang dibedakan) yang diartikan
dengan isim maf’ul yakni maqru, artinya sesuatu yang
dibaca. Jadi al-qur’an adalah bacaan yang di baca.
Penamaan kitab Allah yang di turunkan kepada Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan nama al-qur’an ini

Kuliah Aqidah ~ 177


sungguh sangat tepat. Alasannya, fakta sejarah dan bukti
-bukti empirik menujukan bahwa dikolong kangit ini tak
satupun bacaan yang jumlah pembacanya sebanyak
pembaca al-qur’an. Betapa tidak! Al-qur’an bukan hanya
dibaca dan dipelajari oleh kalangan muslim, melainkan juga
oleh orang-orang nonmuslim (terutama orientalis) yang
berusaha keras menelaahnya. Jadi, pembaca al-quran benar-
benar heterogen karena berasal dari beragam usia, jenis
kelamin, status sosial, dan demografis-geografis yang juga
berbeda. Pun, sama sekali tidak terdikhotomikan oleh disipin
ilmu yang berbeda. Banyak orang dari berbagai disiplin ilmu
dan ragam seni tidak pernah kehabisan semangat untuk
memmbaca al-qur’an. Dari anak-anak yang belum pasih
membaca al-qur’’an hingga pakar ilmu yang teramat sangat
ahlli dibidangnya meraskan kenikmatan dalam mempelajari
al-qur’an. (Drs. Ahmad Izzan, M.Ag, 2005:29).
Diantara nama lain dari al-qur’an adalah Adz-Dzikru,
Al-Furqon, Al-Bayan, Al-Huda, dan lain sebagainya.
Diturunkan kepada Nabi Muhammad (=Ahmad) pada abad
7 M mulai 6 Agustus 610 M untuk pedoman seluruh
manusia dan berbahasa Arab.

َ ‫ص مِب َا أ َْو َحْينَا إِلَْي‬


‫ك َهـ َذا الْ ُق ْرآ َن َوإِن‬ ِ ‫ص‬
َ ‫َح َس َن الْ َق‬
ْ‫كأ‬ َ ‫ص َعلَْي‬ُّ ‫حَنْ ُن َن ُق‬
‫ني‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ُك‬
َ ‫نت من َقْبله لَم َن الْغَافل‬ َ
Artinya:“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami
mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)
178 ~ Kuliah Aqidah
Dan Rasulullah pula bersabda seperti apa yang di
firmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Artinya: “Atas engkau membaca al-Quran adalah
cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR.
Ibn Majah)
Artinya: “Kutinggalkan untukmu dua perkara (pusaka),
kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada
keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-
Hakim)
Sebelum Kitab Suci Al-Qur’an, Allah telah menurunkan
beberapa Kitab Suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an ada 5 (lima); tiga dalam
bentuk Kitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil, dan dua dalam
bentuk Shuhuf yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa. Kelima
Kitab Suci tersebut antara lain disebutkan dalam ayat-ayat
berikut ini:
ِ ِ
ٌ ُ‫إنَّا أَْنَزلْنَا الت َّْو َرا َة ف َيها ُه ًدى َون‬
…‫ور‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi)...” (QS. Al-Ma’idah {5}: 44)

‫َخاهُ َه ُارو َن َو ِز ًيرا‬ ِ


َ ‫اب َو َج َع ْلنَا َم َعهُ أ‬
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آَتْينَا ُم‬
“Dan Sesungguhnya Kami telah memberikan Al-Kitab
(Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun
saudaranya, menyertai Dia sebagai wazir (pembantu).”
(QS. Al-Furqan {25}: 35).
       
       
 

Kuliah Aqidah ~ 179


“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di
langit dan di bumi. dan Sesungguhnya telah Kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-
Isra’ {17}: 55).
      
      
    
     
       
      
 
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan
Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa
putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan
Kami jadikan dalam hati orang- orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah
yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan
Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan
pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan
kepada orang-orang yang beriman di antara mereka
pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang
fasik. (QS. Al-Hadid {57}: 27).

‫وسى‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫إِنَّه َذالَِفي‬


َ ‫يم َو ُم‬
َ ‫ص ُحف إ ْبَراه‬
ُ * ‫الص ُحف األوىَل‬ َ
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-
Kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan
Musa.” (QS. Al-A’la {87}: 18-19).
Itulah lima Kitab Suci yang disebutkan oleh Allah nama
dan kepada siapa diturunkan. Sedangkan Kitab-Kitab Suci

180 ~ Kuliah Aqidah


lainnya yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul lainnya
tidak disebutkan oleh Allah nama-namaya secara terperinci,
tapi secara global dijelaskan bahwa Allah mengutus para
Nabi dan Rasul dan menurunkan bersama mereka Kitab
Suci. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
      
     
       
        
       
        
     
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang
telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-
Baqarah {2}: 213).
Untuk Kitab-Kitab Suci yang tidak disebutkan namanya
tersebut kita cukup mengimaninya secara global (ijmal)
bahwa Allah telah menurunkan Kitab-Kitab Suci kepada
para Nabi dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain kita
mengimani semua Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah
kepada para Nabi dan Rasul-Nya, baik yang disebutkan

Kuliah Aqidah ~ 181


namanya atau yang tidak disebutkan.
Kitab-Kitab Allah yang diturunkan sebelum Kitab Suci
Al-Qur’an tidaklah bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi
hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan juga tidak
berlaku untuk sepanjang masa. Oleh karena itu Allah
subhanahu wa ta’ala tidak memberi jaminan terpelihara
keaslian atau keberadaan Kitab-Kitab tersebut sepanjang
zaman sebagaimana halnya Allah memberi jaminan terhadap
Al-Qur’an.
Dari segi isi, untuk hal-hal yang prinsip (masalah
aqidah), sejarah dan fakta tentang alam semesta, semua
Kitab Suci tersebut memuat hal yang sama dengan Al-
Qur’an. Tidak akan ada perbedaan apalagi pertentangan satu
sama lain (kecuali perbedaan redaksional), baik antara
semua Kitab-Kitab Suci tersebut maupun dengan Kitab Suci
Al-Qur’an. Misalnya tentang Tauhid, semua mengajarkan
tentang ke-Esaan Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa Dia lah
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Allah berfirman:
‫وحي إِلَْي ِه أَنَّهُ الإِلَ هَ إِال أَنَ ا‬
ِ ُ‫ول إِالن‬
ٍ ‫ك ِمن رس‬ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫َو َماأ َْر َس ْلنَام ْن َقْبل‬
ِ ‫اعب ُد‬
‫ون‬ ُ ْ َ‫ف‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
“Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. (QS.
Al-Anbiya’ {21}: 25).
Ajaran tentang Uzair anak Allah dalam Taurat, dan ‘Isa
putra Allah serta ajaran tentang Trinitas dalam Injil

182 ~ Kuliah Aqidah


bukanlah berasal dari wahyu Allah. Semua itu adalah hasil
pemalsuan dan penambahan orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Tentang hal ini Allah menjelaskan:
      
       
       
    
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah”
dan orang-orang Nasrani berkata: “Al masih itu putera
Allah”. Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana
mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah {9}: 30).
         
         
      

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”,
Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan
yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir
diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS.
Al-Ma’idah {5}: 73).
Adapun mengenai Syari’at dan Hukum serta hal-hal
yang praktis lainnya, akan ada perbedaan antara satu kitab
dengan kitab yang lain sesuai dengan perkembangan zaman
dan keadaan umat tertentu. Tentang hal ini Allah
menjelaskan:
  ‫و‬
 
   

Kuliah Aqidah ~ 183


  
   
     
  
    
   
   
  
  
  
   
 
  
  
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang
lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah {5}: 48)
Dari semua Kitab-Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah
sebelum Al-Qur’an sebagaimana yang sudah diterangkan di

184 ~ Kuliah Aqidah


atas tidak satu pun lagi yang sampai kepada kita secara utuh
sebagaimana diturunkan dahulu. Bahkan menurut Doktor
Muhammad Na’im Yasin, tidak ada satu Kitab Suci pun yang
berhak disebut Kitab Allah sekarang ini selain dari Kitab Suci
Al-Qur’an. Yasin mengemukakan beberapa alasan untuk
mendukung pernyataan tersebut (Na’im Yasin, 1983, hal. 85-
87).

D. Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir


Kitab Suci Terakhir yang diturunkan oleh Allah adalah
Al-Qur’an Al-Karim yang diwayukan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rentang
waktu kurang lebih 23 tahun meliputi periode Mekkah dan
Madinah.
Secara etimologi Qur’an artinya bacaan atau yang
dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a (َ‫رأ‬qqqَ َ‫ )ق‬yang berarti
membaca. Secara terminologis Al-Qur’an adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Di
samping Al-Qur’an, Kitab Suci terakhir ini juga dinamai
dengan nama-nama lain seperti:

1. Al-Kitab
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب الري‬ ِ
َ ‫ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َذل‬
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah
{2}: 2).

2. Al-Furqan

Kuliah Aqidah ~ 185


      
  
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan
(Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-
Furqan {25}: 1).

3. Adz-Dzikru
‫الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ حَلَافِظُو َن‬
ِّ ‫إِنَّاحَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS. Al-Hijr {15}: 9).

4. Al-Mau’izhahdanAsy-Syifa’
      
      

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus
{10}: 57).

5. Al-Huda
        
      
“Dan Sesungguhnya Kami tatkala mendengar petunjuk
(Al Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa
beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan
penambahan dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jinn {72}:
13).

186 ~ Kuliah Aqidah


1. Keutuhan dan Keaslian
Al-Qur’an
Berbeda dengan Kitab Suci sebelumnya, Al-Qur’an
terjamin keutuhan dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi
pertama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah:
‫الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ حَلَافِظُو َن‬
ِّ ‫إِنَّاحَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
(QS. Al-Hijr {15}: 9).
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang
manusiawi dilakukan sejak zaman Rasulullah oleh para
sahabat di bawah bimbingan Rasulullah dan oleh genarasi
berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha
itu dapat dilihat antara lain dalam nuktah-nuktah berikut ini:
a. Rasulullah sebagai seorang yang ummi berusaha
menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan Allah
lewat Malaikat Jibril. Bahkan belum lagi wahyu selesai
disampaikan Jibril, beliau segera menggerakkan kedua
bibirnya untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah
seraya memberikan jaminan bahwa tanpa usaha, Allah
akan membuat Nabi Muhammad bisa membaca, hafal
dan mengerti maksudnya. Allah berfirman:
        
     
      
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya.
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu

Kuliah Aqidah ~ 187


pandai) membacanya. apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
penjelasannya.” (QS. Al-Qiyamah {75}: 16-19).
Rasulullah selalu menggunakan sebagian besar
malamnya untuk taqarrub, mendekatkan diri ke hadirat
Allah, melakukan shalat dan membaca Al-Qur’an
dengan tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh
Siti ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Jibril selalu
mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk
menyaksikan Rasul dalam ber-tadarrus dan menghafal
Al-Qur’an. Berkat perhatian dan upaya yang sungguh-
sungguh, dan atas bimbingan Jibril terutama jaminan
Allah, sehingga Rasulullah benar-benar menguasai Al-
Qur’an dengan sempurna. Tiada seorang pun yang
mengungguli Rasul dalam penguasaan Al-Qur’an, yang
menjadi titik tumpuan umat Islam dalam masalah yang
mereka perlukan (Miftah Faridh, 1989, hal. 137-139).
b. Setiap Rasulullah selesai menerima ayat-ayat yang
diwahyukan, beliau membacakannya kepada para
sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk
menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu
diperintahkan oleh Rasulullah untuk menuliskannya di
sarana-sarana yang memungkinkan waktu itu seperti
pelepah-pelepah korma, di tulang-tulang binatang, di
batu-batu dan di kulit-kulit binatang serta sarana lainnya.
Begitlah dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan
para sahabat berusaha untuk menghafal dan menatat Al-
Qur’an. Tidak terhitung jumlahnya para sahabat yang
hafal dan benar-benar menguasai Al-Qur’an, misalnya:
188 ~ Kuliah Aqidah
Khalifah yang empat (Usman bin Affan), Ibnu Masu’ud,
Abu Musa Al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit, Ibnu Umar, Ibnu
‘Abbas, Amru bin ‘Ash, Mu’awiyah dan lain-lain.
c. Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, atas anjuran Umar
bin Khattab, Al-Qur’an dikumpulan dalam satu mushhaf
oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan
berpedoman kepada hafalan dan tulisan para sahabat.
Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunjuk
Rasulullahsebelumnya, tapi surat demi surat belum lagi
diurutkan sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
d. Pada masa Utsman bin Affan pembukuan Al-Qur’an
disempurnakan dengan menyusun surat demi surat
sesuai dengan ketentuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dan menuliskannya dalam satu sistem
penulisan yang bisa menampung semua qira’at yang
benar. Sistem penulisan itu dikenal dengan Ar-Rasmu
Al-Utsmani. Mushaf yang dikenal dengan Mushaf
Utsman itu disalin beberapa naskah dan dikirimkan ke
pusat-pusat pemerintahan umat Islam waktu itu untuk
dijadikan pedoman dan standar penulisan. Tugas
pembukuan yang disempurnakan ini dilaksanakan oleh
satu tim yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dengan
anggota Abdullah bin Zubari, Sa’id bin ‘Ash dan Abdur
Rahman bin Haris bin Hisyam.
e. Pada masa-masa berikutnya para Ulaam selalu berusaha
untuk menyempurnakan penulisan dan pemeliharaan Al-
Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu pengetahuan
yang mendukung pemeliharaan keasilan dan keutuhan
Al-Qur’an, seperti ilmu Tajwid untuk qaidah-qaidah

Kuliah Aqidah ~ 189


qira’ah, ilmu Nahwu-Sharaf dari segi tata bahasa, ilmu
Khath dari segi penulisan, ‘Ulumul Qur’an dan Ilmu
Tafsir dari segi metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu
lainnya.
Al-Qur’an dijamin oleh Allah keutuhan dan keasliannya
sampai akhir zaman karena memang Al-Qur’an bersifat
universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan wa zaman
– berlaku untuk seluruh manusia di mana dan kapan saja
berada) – berbeda dengan Kitab-Kitab Allah sebelumnya
yang bersifat lokal – temporal untuk umat tertentu
sebagaimana dalam firman Allah:
      
  
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan
(Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. Al-
Furqan {25}: 1).

‫ني‬ ِ ِ ِ َ َ‫وماأ َْرس ْلن‬


َ ‫الرمْح َةًل ْل َعالَم‬
َ ‫اك إ‬ َ ََ
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya’
{21}: 107).
      
     
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’
{34}: 28).

190 ~ Kuliah Aqidah


2. Fungsi Al-Qur’an
terhadap Kitab-Kitab Allah Sebelumnya
Dalam hubungannya dengan Kitab-Kitab Suci yang
diturunkan Allah sebelumnya, maka Al-Qur’an berfungsi
sebagai berikut:
a. Nasikh, baik lafazh maupun hukum, terhadap Kitab-
Kitab sebelumnya. Artinya semua Kitab Suci terdahulu
dinyatakan tidak lagi berlaku. Satu-satunya yang wajib
diikuti dan dilaksanakan petunjuknya hanyalah Kitab
Suci Al-Qur’an. Hal itu disebabkan dua hal: pertama,
karena Kitab-Kitab Suci terdahulu tidak ada lagi yang
utuh dan asli seperti waktu diturunkan; kedua, karena
Kitab-Kitab Suci tersebut berlaku khusus untuk umat
dan masa tertentu saja. Dalil yang paling kuat
menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah nasikh terhadap
Kitab-Kitab Suci sebelumnya adalah perintah Allah
terhadap Nabi Muhammad untuk memberlakukan Al-
Qur’an terhadap seluruh umat manusia termasuk para
ahlul Kitab. Allah berfirman:
     
      
       
       
       
       
      
     
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujianterhadap Kitab-Kitab yang
lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
Kuliah Aqidah ~ 191
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu”. (QS. Al-Ma’idah {5}: 48).
b. Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-
Kitab yang sebelumnya. Artinya Al-Qur’an lah yang jadi
korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada Kitab-Kitab sebelumnya. Dengan demikian Al-
Qur’an lah satu-satunya yang dijadikan pegangan. Apa
yang dibenarkan dan ditetapkan oleh Al-Qur’an itulah
yang benar dan harus diikuti. Dan jika terdapat
perbedaan/pertentangan antara Al-Qur’an dengan isi
Kitab-Kitab sebelumnya maka Al-Qur’an lah yang benar
dan diikuti, karena seperti dijelaskan oleh Allah sendiri
Kitab-Kitab Suci sebelumnya tidak bebas dari
pemalsuan dan penambahan atau pengurangan dalam
perjalanan sejarahnya (Lihat ayat 48 QS. Al-Ma’idah di
atas).
c. Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada
Kitab-Kitab Allah sebelumnya, seperti Taurat dan Injil
yang membawakan petunjuk Allah dan cahaya
kebenaran (ayat yang sama). Seperti misalnya berita

192 ~ Kuliah Aqidah


tentang kedatangan Nabi dan Rasul yang terakhir yang
terdapat dalam Kitab Taurat dan Injil dibenarkan oleh
Al-Qur’an dengan kedatangan Nabi Muhammad.

3. Keistimewaan Al-
Qur’an
Sebagai Kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an
mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan
kapan pun mereka berada sampai akhir zaman nanti. Hal
itu sesuai dengan Risalah Nabi Muhammad yang
ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir
zaman nanti. Allah berfirman:
     
   
“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami
wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di
dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat
yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” (QS. An-
Nuur {24}: 1).
      
     
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’
{34}: 28).
2. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan
(Asy-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum,

Kuliah Aqidah ~ 193


budaya, seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Seperti
seluruh ruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan
pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan dunia
internasional. Dalam hal ini Allah berfirman:
        
          
    
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am {6}:
38).
3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allahdari segala
bentuk penambahan, pengurangan dan pemalsuan,
sebagaimana firman-Nya:
       
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS. Al-Hijr {15}: 9).
4. Allahmenjadikan Al-Qur’an mudah untuk dipahami,
dihafal, dan diamalkan. Firman-Nya:
ِّ ِ‫ولََق ْد يَ َّس ْرنَا الْ ُق ْرآ َن ل‬
‫لذ ْك ِر َف َه ْل ِم ْن ُم َّدكِ ٍر‬ َ
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran
untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil
pelajaran?” (QS. Al-Qamar {54}: 17).
5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan
Mushaddiq terhadap Kitab-Kitab Suci sebelumnya

194 ~ Kuliah Aqidah


(Lihat bagian Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab
Allah sebelumnya)
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai Mukjizat bagi Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mukjizat
berarti melemahkan. Maksudnya membuktikan
kebenaran Nubuwwah dan Risalah Nabi Muhammad
dengan menjadikan orang-orang yang menantangnya
tidak berkutik menghadapi tantangan Al-Qur’an. dalam
Manna’ Al-Qaththan Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an (1796,
hal. 259)dijelaskan bahwa tantangan Al-Qur’an terhadap
para penentangnya itu terdiri dari tiga tahap:
a. Tahap pertama, tantangan yang bersifat umum
mencakup manusia dan jin untuk membuat Al-
Qur’an. Allah berfirman:
       
      
    
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin
ber-kumpul untuk membuat yang serupa Al Quran
ini, nis-caya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka
menjadi pem-bantu bagi sebagian yang lain.” (QS.
Al-Isra’ {17}: 88).
b. Tahap kedua, tantangan untuk membuat sepuluh
surat saja seperti surat-surat Al-Qur’an. Allah
berfirman:
       
     
     
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah
membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau
Kuliah Aqidah ~ 195
demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat
yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah
orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya)
selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar”. (QS. Hud {11}: 13).
c. Tahap ketiga, tantangan untuk membuat satu surat
saja seperti surat-surat yang ada pada Al-Qur’an.
Allah befirman:
       
     
      
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-
Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
(QS. Al-Baqarah {2}: 23).
Mukjizat Al-Qur’an itu dapat dilihat dari beberapa hal
berikut ini:
a. Gaya bahasa Al-Qur’an yang mengagumkan, yang
tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
b. Kandungan Al-Qur’an mengenai sejarah dan ramalan
hidup manusia yang menakjubkan.
c. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.
d. Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh kehidupan
manusia.
e. Al-Qur’an, Kitab Suci yang bebas dari kesalahan-
kesalahan.

196 ~ Kuliah Aqidah


f. Penerima wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam seorang Nabi yang
ummi
g. Isi Al-Qur’an yang terpelihara dari usaha pemalsuan.
(Miftah Faridh dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’an:
Sumber Hukum Islam yang Pertama, hal: 30-99).

E. Perbedaan Iman Kepada Al-Qur’an dengan Iman


Kepada Kitb-Kitab Suci Lainnya
seseorang yang mengaku dirinya muslim atau mukmin
wajib mengimani semua Kitab-Kitab Suci yang telah
diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya,
baik yang disebutkan nama dan kepada siapa diturunkan
maupun yang tidak disebutkan. Seperti apa yang
difirmankan Allah:
     
      
       
      
 
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa {4}:
136).
Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan
antara iman kepada Al-Qur’an dan iman kepada Kitab Suci

Kuliah Aqidah ~ 197


sebelumnya. Kalau terhadap Kitab Suci sebelumnya seorang
muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani
keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari,
mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya karena
Kitab-Kitab Suci tersebut berlaku untuk umat dan masa
tertentu yang telah berkahir dengan kedatangan Kitab Suci
yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Jika ada hal-hal yang sama
yang masih berlaku dan diamalkan, itu hanyalah semata-
mata karena diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan karena ada
pada Kitab Suci sebelumnya. Sedangkan iman kepada Al-
Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti
mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta
membelanya dari serangan musuh-musuh Islam. (Yunahar
Ilyas, 2013:125-127)
Untuk lebih jelasnya masalah kewajiban seorang muslim
terhadap Al-Qur’an apa yang menjadi tugas mereka sebagai
berikut:
1. Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Allah yang
terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan
Mushaddiq bagi Kitab-Kitab Suci sebelumnya; Mu’jizat
bagi kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad ; Hudan
bagi kehidupan umat manusia sampai akhir zaman; dan
fungsi-fungsi lainnya (QS. Al-Maidah {5}: 48, Al-
Baqarah {2}: 23 dan 185).
2. Mempelajari Al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu
tajwid dan qira’ah), makna dan tafsirnya (tarjamah dan
tafsir Al-Qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang
berhubungan dengan Al-Qur’an seperti ‘ulumul Qur’an,

198 ~ Kuliah Aqidah


hadits, ushuluul fiqh, fiqh, dan lain-lain (Muhammad
{47}: 24, At-Taubah {9}: 122).
      

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran
ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad {47}:
24).
       
      
     
  
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah {9}: 122).
3. Membaca Al-Qur’an sebanyak dan sebaik mungkin
      
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil {73}: 4).

“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-


orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka
bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah
apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja
yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu

Kuliah Aqidah ~ 199


memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan
mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Muzammil {73}: 4, 20).
4. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh
kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, bernegara maupun kehidupan
internasional. Baik aspek ekonomi, politik, hukum,
budaya, pendidikan maupun aspek hidup lainnya.
‫اتَّبِعُوا َما أُنْ ِز َل إِلَْي ُك ْم ِم ْن َربِّ ُك ْم َواَل َتتَّبِعُوا ِم ْن ُدونِِه أ َْولِيَاءَ قَلِياًل َم ا‬
‫تَ َذ َّكُرو َن‬
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya).” (Al-A’raf {7}: 3).
ِ ‫ات اللَّ ِه ُتْتلَى علَي ِه مُثَّ ي‬
‫ص ُّر‬ ِ ‫) يس مع آَي‬7( ‫اك أَثِي ٍم‬ ٍ َّ‫وي ل لِ ُك ِّل أَف‬
ُ َْ َ َُ َْ ٌ َْ
)8( ‫اب أَلِي ٍم‬ ٍ ‫مستَ ْكرِب ا َكأَ ْن مَل يسم ْعها َفبشِّره بِع َذ‬
َ ُْ َ َ ََْ ْ ً ُْ
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak
berdusta lagi banyak berdosa, Dia mendengar ayat-ayat
Allah dibacakan kepadanya kemudian Dia tetap
menyombongkan diri seakan-akan Dia tidak
mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah Dia
dengan azab yang pedih.” (QS. Al-Jatsiyah {45}: 7-8).

200 ~ Kuliah Aqidah


‫ني إِذَا ُدعُوا إِىَل اللَّ ِه َو َر ُسولِِه لِيَ ْح ُك َم َبْيَن ُه ْم‬ ِِ
َ ‫إِمَّنَا َكا َن َق ْو َل الْ ُم ْؤمن‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬َ ِ‫أَ ْن َي ُقولُوا مَسِ ْعنَا َوأَطَ ْعنَا َوأُولَئ‬
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar
Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-
Nur {24}: 51).
5. Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga
mereka dapat membaca, memahami dan
mengamalkannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabdayang artinya ;“Sebaik-baik orang di
antara kamu ialah yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya( HR. Bukhari )
ِ ‫ول لِلن‬
‫َّاس‬ َ ‫ْم َوالنُُّب َّو َة مُثَّ َي ُق‬ ِ ِ ِ
َ َ‫َما َكا َن لبَ َش ٍر أَ ْن يُ ْؤتيَهُ اللَّهُ الْكت‬
َ ‫اب َواحْلُك‬
‫ني مِب َا ُكْنتُ ْم ُت َعلِّ ُمو َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ِّ‫ُكونُوا عبَ ًادا يِل م ْن ُدون اللَّه َولَك ْن ُكونُوا َربَّاني‬
‫اب َومِبَا ُكْنتُ ْم تَ ْد ُر ُسو َن‬ ِ
َ َ‫الْكت‬
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu
Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah."
akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan
Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
(QS. Ali ‘Imran {3}: 79).

Kuliah Aqidah ~ 201


202 ~ Kuliah Aqidah
BAB V
IMAN KEPADA NABI
DAN RASUL

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian nabi dan rasul, nama-nama
nabi dan rasul, Sifat-sifat nabi dan rasul, tugas dan mukjizat para rasul, rasul-
rasul yang ulul ‘azmi, Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
nabi yang terakhir, iman kepada seluruh nabi dan rasul.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian nabi dan rasul
2) Nama-nama nabi dan rasul
3) Sifat-sifat nabi dan rasul
4) Tugas dan mukjizat para rasul
5) Rasul-rasul yang ulul azmi
6) Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam nabi yang terakhir
7) Iman kepada seluruh nabi dan rasul

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu Menjelaskan pengertian Nabi dan Rasul
2) Mahasiswa mampu Menjelaskan Nama-nama nabi dan Rasul
3) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Sifat-sifat Nabi dan Rasul
4) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang tugas dan Mukjizat para Rasul.
5) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Rasul-rasul yang Ulul ‘azmi.
6) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Muhammad Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Nabi yang Terakhir
7) Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang Iman kepada seluruh nabi dan
rasul
BAB V
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

A. Pengertian Nabi dan Rasul


1. Makna nabi dan rasul secara bahasa (Etimologi)
Secara etimologis (lughatan), nabi berasal dari kata
nabba-a wa anba-a (َ ‫ ) نَبَّأ َ َوأَ ْنبَأ‬yang berarti mengabarkan (
‫ َر‬q َ‫)أَ ْخب‬, atauً ‫أ‬qq‫ نَ ْب‬-َ ‫أ‬qqَ‫ نَب‬yang berarti naik,tinggi. Jika diurutkan
perubahan kata َ ‫نَبَأ‬, akan menghasilkan bentuk pelaku (isim
Fa’il)an-Nabi-u (ُ‫ ) اّلنَّبِئُواّلنَّابِئ‬yang berarti tempat yang tinggi
atau jalan yang terang, atau ( ‫ )اَلنَّبِ ُّي‬dengan membuang
hamzah yang berarti seseorang yang membawa berita
tentang Allah ( Ahmad Warson Munawwir, 1984: 1375).
Dua lafaz turunan dari kata ) ‫ئ‬ ُ ِ‫أ َ ; (اّلنَّبِئُواّلنَّاب‬qqَ‫ نَب‬dan (‫)اَلنَّبِ ُّي‬
menghimpun kedudukan dan aspek fungsional seorang nabi
sebagai pembawa berita keilahian yang memiliki derajat
tinggi. sehingga tampaknya kedua lafaz tersebut dapat
digunakan untuk mendefinisikan nabi secara bahasa. namun
demikian, kita perlu menelusuri lebih lanjut lafaz mana yang
lebih sering digunakan untuk menggambarkan sosok nabi,
karena bahasa berkaitan erat dengan penggunaannya dalam
masyarakat penutur asli bahasa tersebut1.

1
Muhammad bin Qasim ( Tt: 2 ) menyamakan makna lafaz ‫اّلنَّبِ ُئ‬
dan ‫ اَلنَّبِ ُّي‬yaitu orang yang diberi wahyu tentang syariat dan

204 ~ Kuliah Aqidah


Dalam hal ini, Muhammad Rasyid Ridha
mengungkapkan bahwa “An-nabiyyu ( huruf ya’ tasydid)
inilah yang paling banyak digunakan. Huruf hamzah dalam
kata itu diganti huruf ya’. Atau kata-kata itu berasal dari
kata Nubuwwah, yaitu Ar-Rifa’ah dan Asy-syaraf, Yang
berarti keagungan dan kemuliaan.” (Muhammad Rasyid
Ridha, 1983 :93-94). Keterangan ini di dukung oleh
kenyataan bahwa teks-teks hadits dan Al-Quran yang
menyebutkan lafaz nabi, selalu ditulistanpa menggunakan
hamzah ‫ اَلنَّبِ ُّي‬bukan ‫اّلنَّبِئ‬, hal ini menunjukan bahwa
penyebutan nabi tanpa hamzah lebih popular dikalangan
masyarakat arab pada masa itu.
AdapunRasul secara bahasa berasal dari kata ar-sala(
َ
‫ )أرْ َس َل‬yang berarti mengirimkan atau mengutus. Setelah
mengalami perubahan (ke bentuk mashdar), kata ar-sala
menjadi ‫وْ ٌل‬qqq‫ َر ُس‬yang bermakna utusan (Ahmad Warson
Munawwir , 1984: 495-496).
Pengunaan kata ar-sala (‫)أَرْ َس َل‬menunjukkan perbuatan
dan kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mengutus
manusia sebagai orang yang menyampaikan keinginanNya,
sedangkan penggunaan kata turunannya ( ( ‫ َرسُوْ ٌل‬merupakan
nama atau gelar yang melekat pada diri manusia yang Allah
utus. Contoh penggunaan dua lafaz ini baik dalam bentuk
kata kerja (Fi’il) maupun kata turunannya dapat dilihat
dalam firman Allah Subhanahu Wata’ala :
ِ
َ ‫اك إِالَّ َرمْح َةً لِّْل َعالَم‬
‫ني‬ َ َ‫َو َمآ أ َْر َس ْلن‬
mengamalkannya. oleh karena itu penulis merasa perlu untuk
mempertegas lafaz mana yang lebih popular dan lebih tepat di gunakan.

Kuliah Aqidah ~ 205


“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS.Al-Anbiya’:
107)

ٌ ‫َو َما حُمَ َّم ٌد إِالَّ َر ُس‬


‫ول‬
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul
(utusan)” (QS.Ali Imran: 144)

2. Makna nabi dan rasul secara istilah (terminologi)


PP. Muhammadiyah dalam Himpunan Putusan Majelis
Tarjih (Tt: 16) mendefinisikan :
‫َس َو ِاق‬ ِ
ْ ‫الر ُس ُل ُه ْم بَ َشٌر م ْثلُنَا يَأْ ُكلُ ْو َن َو يَ ْشَربُ ْو َن َو مَيْ ُش ْو َن يِف اأْل‬
ُّ ‫َو‬
.‫ص ُه ْم باِلْ َو ْح ِي‬ ِِ ِ
ْ ‫صطََفا ُه ُم اهللُ ل ِر َسالَته َو‬
َّ َ‫اخت‬ ْ ِ‫إ‬
“Para rasul itu adalah manusia seperti kita:
makan,minum dan pergi kepasar, yang telah dipilih oleh
Allah menjadi utusanNya dan mengistimewakan mereka
dengan diberi wahyu.”
Definisi tersebut menekankanpada aspek kesamaan nabi
dan rasul sebagai manusia biasa yang Allah muliakan
dengan diberi wahyu,tanpadisertaidengan pemisahan yang
jelas antara nabi dan rasul. Para ahli menyampaikan definisi
yang hampir sama,2 namun mereka membedakan
kedudukan nabidanrasulberdasarkan aspek fungsional
2
a. Muhammad ali ash-shabuni2001: 22-23 ) mendefinisikan bahwa
nabi adalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh Allah dengan
suatu syariat (ajaran/hukum agama), namu tidak di bebani kewajiban
menyampaikannya kepada umat. Adapun rasul ialah seoarang manusia
yang di beri wahyu tentang syariat dan di bebani kewajiban untuk
menyampaikannya pada umat.

206 ~ Kuliah Aqidah


keberadaannya; jika manusia tersebut hanya menerima
wahyu tanpa ada kewajiban menyampaikannya pada ummat
tertentu maka ia disebut nabi. Sedangkan jika
wahyu/syari’at yang ia terima diiringi dengan perintah,
jaminan keamanan, dan kewenangan dari Allah Subhanahu
Wata’ala untuk menyampaikan risalah tersebut pada
ummatnya, serta mendapatkan kecaman apa bila tidak
menjalankan perintah tersebut sesuai dengan tuntunanNya
maka ia di sebut nabi sekaligus rasul. Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman :

b. Al-jazairy yang di kutip oleh Yunahar ilyas (2013: 129)


menyampaikan bahwa nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki,
yang dipilih oleh Allah swt untuk menerima wahyu. Apabila tidak di
iringi oleh kewajiban menyampaikan risalah yang ia terima pada orang
lain atau tidak memiliki misi tertentu maka dia di sebut nabi saja,
sebaliknya apa bila diiringi dengan perintah untuk menyampaikan
wahyu yang ia terima pada masyarakat tertentu atau seluruh manusia
serta membawa misi tertentu (syariat/risalah) maka ia disebut nabi dan
rasul.
Definisi yang di sampaikan oleh Al-jazairy membatasi nabi dan
rasul pada manusia yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini berarti tidak
ada satupun perempuan yang menjadi nabi dan rasul, Allah swt
berfirman :
‫اس أَلُوا أ َْه َل ال ِّذ ْك ِر إِ ْن ُكْنتُ ْم اَل‬ ِ
ْ َ‫ك إِاَّل ِر َج ااًل نُ وحي إِلَْي ِه ْم ف‬
َ َ‫َو َم ا أ َْر َس ْلنَا َقْبل‬
‫َت ْعلَ ُمو َن‬
“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada mengetahui.” (QS:Al-Anbiya’ : 7)

Kuliah Aqidah ~ 207


‫ت‬ َ ِّ‫ك ِم ْن َرب‬
َ ‫ك َوإِ ْن مَلْ َت ْف َع ْل فَ َم َابلَّ ْغ‬ َ ‫ول َبلِّ ْغ َماأُنْ ِز َل إِلَْي‬ َّ ‫يَاأَيُّ َه‬
ُ ‫االر ُس‬
ِ ِ ِ ِ ‫ك ِمن الن‬ ِ ِ
َ ‫َّاس إ َّن اللَّهَ اَل َي ْهدي الْ َق ْو َم الْ َكاف ِر‬
‫ين‬ َ َ ‫ر َسالَتَهُ َواللَّهُ َي ْعص ُم‬
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maaidah:67)
Meskipun para nabi tidak mendapatkan perintah untuk
untuk menyampaikan
wahyu, mereka juga tidak dilarang untuk
menyampaikan wahyu tersebut pada orang lainkarena,
pembatasan nabi secara mutlak untuk tidak menyampaikan
wahyu kepada orang lain tentu sangat bertentangan dengan
tujuan diturunkannya wahyu sebagai petunjuk hidup umat
manusia. Jadi para nabipun boleh menyampaikan wahyu
yang ia terima hanya saja sifatnya bukan gerakan dakwah,
berbeda dengan rasul yang menyampaikan risalahnya dalam
bentuk gerakan dakwah. hal ini dapat dicermati dalam sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“…Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat
seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan nabi
bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang
pun. . .” (HR. Bukhari: 3410. Muslim: 220).
Dengan demikian, nabi adalah seorang laki-laki biasa
yang Allah muliakan dengan diberikan wahyu dan
mengamalkannya tanpa ada perintah maupun larangan untuk

208 ~ Kuliah Aqidah


menyampaikannya.
Rasul adalah nabi yang mendapatkan perintah, jaminan
keamanan, dan kewenangan dari Allah Subhanahu Wata’ala
untuk mendakwahkan risalah/wahyuyangiaterima, pada
ummatnya.

3. Perbedaan antara nabi dan rasul


Untuk lebih memahami perbedaan antara nabi dan rasul,
marilah kita cermati beberapa hal berikut :
1. Para rasul mendapat perintah, jaminan keamanan, dan
kewenangan dari Allah Subhanahu Wata’ala untuk
menyampaikan risalah pada ummatnya, serta
mendapatkan kecaman apa bila tidak menjalankan
perintah tersebut sesuai dengan tuntunanNya. Sedangkan
nabi tidak mendapatkan perintah mendakwahkan wahyu
yang ia terima (QS:Al Maaidah : 7)
2. Biasanya para rasul diutus untuk membenarkan
sekaligus memperbaharui syariat yang telah lama
dilupakan oleh ummat tertentu (mendakwahkan syariat
Allah), sedangkan para nabi diberikan wahyu dan
beramal sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan
Allah melalui rasul yang telah diutus sebelum mereka
serta membantu dan membenarkan ajaran yang dibawa
oleh rasul jika mereka hidup sezaman dengannya (nabi
menjadi pembela dan pendukung para rasul), Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :

Kuliah Aqidah ~ 209


‫ْم ٍةمُثَّ َجاءَ ُك ْم‬ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫ني لَ َماآَتْيتُ ُك ْم م ْن كتَاب َوحك‬ َ َ‫َخ َذاللَّهُ ِميث‬
َ ِّ‫اق النَّبِي‬ َ ‫َوإِ ْذأ‬
ِ ِ ِ ٌ ‫ول مصد‬
ْ‫َخ ْذمُت‬ ُ ‫ِّق ل َم َام َع ُك ْم لَُت ْؤمنُ َّن بِه َولََتْن‬
َ ‫ص ُرنَّهُ قَ َال أَأَْقَر ْرمُتْ َوأ‬ َ ُ ٌ ‫َر ُس‬
ِِ ِ ِ
َ ‫ال فَا ْش َه ُدوا َوأَنَا َم َع ُك ْم م َن الشَّاهد‬
‫ين‬ َ َ‫ص ِري قَالُواأَْقَر ْرنَاق‬ ْ ِ‫َعلَى َذل ُك ْم إ‬
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari
Para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang aku berikan
kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang
kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang
ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh
beriman kepadanya dan menolongnya’. Allah berfirman:
‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku
terhadap yang demikian itu?’ mereka menjawab: ‘Kami
mengakui’. Allah berfirman: ‘Kalau begitu saksikanlah
(hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama
kamu’.” (QS: Ali Imran: 81)3

Ali bin abi tholib dan ibnu abbas berkata bahwa tidaklah Allah swt
3

mengutus seorang nabi dari sekian banyak nabi kecuali Dia


mengadakan perjanjian dengan mereka seandainya mereka mendapati
kerasulan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , mereka akan
beriman padanya dan menolong dakwahnya. . .(tafsir ibnu katsir jz II:
67). Para Nabi diperintahkan untuk beriman dan menolong dakwah
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena ajaran yang ia
bawa menyempurnakan dan membenarkan ajaran samawi sebelumnya.
Secara zahir, ayat ini juga memberitakan bahwa hal yang sama juga
berlaku bagi rasul-rasul yang lain ketika mereka diutus, para nabi yang
hidup sezaman atau mengetahui tentang kebenaran para rasul tersebut,
akan beriman, menolong, dan meneruskan ajaran mereka. Seperti Nabi
Syits yang meneruskan ajaran Nabi Adam atau Nabi Syu’aib yang
membantu Nabi Musa selama masa pelarian dari fir’aun serta Nabi
Harun dan Khidir yang membantu dan memberi pelajaran tambahan
baginya.

210 ~ Kuliah Aqidah


3. Dengan di wajibkannya dakwah pada para rasul tentu
mereka mempunyai medan dakwah dan ummat
tertentu4yang harus mereka pertanggungjawabkan
didunia dan akhirat, tidak demikian halnya dengan para
nabi mereka hanya akan bertanggungjawab pada diri
mereka tentang wahyu yang diberikan, apakah diamalkan
atau tidak. Allah berfirman :
...‫اس بِِإ َم ِام ِه ْم‬
ٍ َ‫َي ْو َم نَ ْدعُو ُك َّل أُن‬
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap
umat dengan pemimpin (nabi dan rasulnya) nya . . .
(QS.Al-Isra’: 71)
ِ ‫واش َه َداءَ َعلَى الن‬
...‫َّاس‬ ُ ُ‫اعلَْي ُك ْم َوتَ ُكون‬ ً ‫ول َش ِه‬
َ ‫يد‬ َّ ‫لِيَ ُكو َن‬...
ُ ‫الر ُس‬
“. . . Supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.
. . “(QS: Al-hajj: 78)

B. Nama-nama Nabi dan Rasul


Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penguasa seluruh
alam adalahsatu-satunyazat yang mampu menciptakan,
memelihara, dan mengatur manusia. Dialah raja maha agung
yang memiliki kekuasaan penuh untuk menciptakan
peraturan hidup manusia, menghukum mereka yang
melanggarnya dan memberikan penghargaan bagi mereka
yang taat terhadap aturan dan kehendakNya. Namun
kekuasaan yang Allah miliki tidak akan membuatNya

Selain Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , objek


4

dan medan dakwahnya meliputi semua mahluk di seluruh alam.

Kuliah Aqidah ~ 211


berlaku semena-mena pada manusia karena Dia memiliki
sifat kasih sayang dan maha bijaksana. Dengan demikian
telahmenjadiketetapandanketentuan Allahswtuntuk
mengirim utusan (nabi dan rasul) pada segenap hambaNya
yang akan memperkenalkan pada mereka tentang hakekat
keberadaanNya, menyampaikan kehendakNya dan segala
macam urusan yang Dia inginkan untuk dipahami oleh
seluruh mahlukNya agar kelak di hari peradilan dan
penghitungan amal, tidak ada satupun dari hambaNya yang
membela diri dari kesalahan dan pelanggaran yang mereka
lakukan dengan alasan ketidak tahuan akan syariat Allah
Subhanahu Wata’ala.
Oleh karena itu setiap kaum memiliki nabinya sendiri
yang Allah utus dengan membawa kebenaran tentang
keberadaanNya sebagai satu-satunya zat yang berhak
disembah, yang memberikan janji surga dan kenikmatan
dunia akhirat bagi mereka yang mau menyembah dan
menaati syariatNya serta memberikan peringatan akan
pedihnya siksa bagi mereka yang kufur padaNya, Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :
‫اك بِاحْلَ ِّق بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َوإِ ْن ِم ْن أ َُّم ٍة إِاَّل َخاَل فِ َيها نَ ِذ ٌير‬
َ َ‫إِنَّا أ َْر َس ْلن‬
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umat pun
melainkan telah ada padanya seorang pemberi
peringatan.”(QS. Fathir : 24)

212 ~ Kuliah Aqidah


‫ض َي َبْيَن ُه ْم بِالْ ِق ْس ِط َو ُه ْم اَل‬ ٌ ‫َولِ ُك ِّل أ َُّم ٍة َر ُس‬
ِ ُ‫ول فَِإذَا جاء رسوهُل م ق‬
ُْ ُ َ َ َ
‫يُظْلَ ُمو َن‬
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah
datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara
mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak
dianiaya.” (QS.Yunus: 47)
Kenyataan ini (tiap umat memiliki nabi) menyebabkan
jumlah nabi yang pernah hidup jauh lebih banyak dari
jumlah nabi sekaligus rasul. Sepanjang pengetahuan penulis,
tidak ada riwayat kuat yang dapat dijadikan dasar untuk
menelusuri jumlah pasti keseluruhan nabi dan rasul. Namun,
ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa jumlah
nabi yang pernah hidup di dunia ini adalah 124.000 orang
dan nabi sekaligus rasul berjumlah 315 orang 5, akan tetapi

Berikut ini adalah sebuah riwayat marfu’ dalam musnad imam


5

Ahmad Bin Hambal (no 20566 dan 20572) dengan sanad berbeda yang
bertemu pada perawi tingkat tabi’in ‘Ubaid bin khasykhasy. Dalam
hadist tersebut Nabi saw menegur abu dzar yang langsung duduk
dalam masjid dan memerintahkan ia untuk mengerjakan sholat, lalu
terjadi percakapan antara abu dzar dan Nabi saw dan dalam percakapan
tersebut abu dzar menanyakan tentang nabi dan rasul pertama serta
jumlah para nabi dan rasul yang pernah di utus Allah :
ِ
َ ‫ت أ ََونَيِب ٌّ َكا َن يَا َر ُس‬
‫ول‬ َ ‫َي اأْل َنْبِيَاء َكا َن أ ََّو َل قَ َال‬
ُ ‫آد ُم ُق ْل‬ ُ ‫ ُق ْل‬.… ‫َع ْن أَيِب ذَ ٍّر‬
ُّ ‫ت فَأ‬
‫ث ِمائٍَة َومَخْ َسةَ َع َشَر‬
ُ ‫ول اللَّ ِه قَ َال ثَاَل‬
َ ‫ت فَ َك ْم الْ ُم ْر َسلُو َن يَا َر ُس‬ ِ
ُ ‫اللَّه قَ َال نَيِب ٌّ ُم َكلَّ ٌم ُق ْل‬
… ‫مَجًّا َغ ِف ًريا‬
“. . .dari abu dzar. . .aku bertanya maka siapakan nabi pertama,?
nabi bersabda adam, lalu aku bertanya :’ wahai rasulullah apakah
adam juga rasul.?” Nabi bersabda :” ya..dia nabi yang berbicara

Kuliah Aqidah ~ 213


perawi pada tingkatan tabi’in dalam tiap-tiap hadist tersebut
dinilai lemah (dhoif) bahkan ada yang tidak bertemu dengan
sahabat sehingga tidak bisa dijadikan dasar.
Hanya ada dua puluh lima nabi dan rasul yang
diceritakan dalam Al-quran; 18 orang di sebutkan dalam
surat Al-An’am ayat 83-86 dan 7 orang lagi dalam beberapa
ayat terpisah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
ٍ ‫ك ح َّجُتنَا آَتينَاها إِبر ِاهيم علَى َقو ِم ِه َنرفَع درج‬
‫ات َم ْن نَ َشاءُ إِ َّن‬ ِ
َ َ َ ُ ْ ْ َ َ َْ َ ْ ُ َ ‫ت ْل‬
َ ‫يم * َو َو َهْبنَا لَهُ إِ ْس َح‬ِ ‫ربَّك ح ِك‬
ً ُ‫وب ُكاًّل َه َد ْينَا َون‬
‫وحا‬ َ ‫اق َو َي ْع ُق‬ ٌ ‫يم َعل‬
ٌ َ َ َ
(dengan Allah), aku bertanya :” wahai rasulullah berapakah jumlah
para rasul..? nabi saw bersabda 315 orang…(Musnad Ahmad bin
Hambal 20572)
Dalam redaksi lain yang lebih panjang (Musnad Ahmad Bin
Hambal hadist no 21257) yang bersumber dari Abu Amamah
menceritakan kejadian yang sama (percakapan antara nabi saw dan abu
dzar dalam masjid) namun dalam redaksi yang lebih panjang,
menyebutkan jumlah nabi dan nabi sekaligus rasul :
َّ ‫آد ُم َعلَْي ِه‬ ِ ُّ ‫ت يَا نَيِب َّ اللَّ ِه فَأ‬
‫الساَل م قَ َال‬ َ ‫َي اأْل َنْبِيَاء َكا َن أ ََّو َل قَ َال‬ ُ ‫ ُق ْل‬. . . َ‫َع ْن أَيِب أ َُم َامة‬
ِِ ِِ ِ ِ
َ ‫آد ُم قَ َال َن َع ْم نَيِب ٌّ ُم َكلَّ ٌم َخلَ َقهُ اللَّهُ بيَده مُثَّ َن َف َخ فيه ُر‬
ُ‫وحه‬ َ ‫ت يَا نَيِب َّ اللَّه أ ََونَيِب ٌّ َكا َن‬
ُ ‫ُق ْل‬
ٍ ْ‫ول اللَّ ِه َكم وىَّف ِع َّدةُ اأْل َنْبِي ِاء قَ َال ِمائَةُ أَل‬
‫ف‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ‫آد ُم ُقْباًل قَ َال ُق ْل‬
َ ‫مُثَّ قَ َال لَهُ يَا‬
َ َْ
.‫ث ِمائٍَة َومَخْ َسةَ َع َشَر مَجًّا َغ ِف ًري‬ ُ ‫ك ثَاَل‬
ِ
َ ‫الر ُس ُل ِم ْن َذل‬ ُّ ‫َوأ َْر َب َعةٌ َو ِع ْش ُرو َن أَلْ ًفا‬
“dari abu amamah . . . aku berkata “wahai nabi Allah maka
siapakah nabi pertama..?nabi bersabda :” adam as” aku bertanya :”
apakan adam itu nabi..? nabi bersabda “ benar, ia nabi yang
berbicara (dengan Allah), Allah menciptakan ia dengan tanganNya
lalu meniupkan ruh padanya lalu berfirman padanya “ wahai adam
… ia (abu amamah) berkata; “aku bertanya wahai rasulullah
“berapakah jumlah para nabi..? nabi saw bersabda : “ 124.000 nabi,
adapun rasul diantara mereka berjumlah 315 orang.

214 ~ Kuliah Aqidah


ِِ ِ ِ
‫وسى‬
َ ‫ف َو ُم‬ َ ‫وس‬ َ ُّ‫ود َو ُسلَْي َما َن َوأَي‬
ُ ُ‫وب َوي‬ َ ‫َه َد ْينَا م ْن َقْب ُل َوم ْن ذُِّريَّته َد ُاو‬
ِ ِ ِ ِِ ِ
‫اس‬
َ َ‫يسى َوإلْي‬ َ ‫ني * َو َز َكريَّا َوحَيْىَي َوع‬ َ ‫ك جَنْ ِزي الْ ُم ْحسن‬ َ ‫َو َه ُارو َن َو َك َذل‬
َّ َ‫س َولُوطًا َو ُكاًّل ف‬
‫ض ْلنَا‬ ِ ِ ِ‫ُكلٌّ ِمن َّ حِل‬
َ ُ‫يل َوالْيَ َس َع َويُون‬
َ ‫ني * َوإمْسَاع‬ َ ‫الصا‬ َ
‫ني‬ ِ
َ ‫َعلَى الْ َعالَم‬
“Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan
siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub
kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami
beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah
Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari
keturunannya (Nuh) Yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub,
Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi
Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya
Termasuk orang-orang yang shaleh.
Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. masing-masing
Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di
masanya),”(QS.Al An’am: 83-86)
ٍ
...‫ودا‬
ً ‫اه ْم ُه‬ َ ‫َوإِىَل َعاد أ‬
ُ ‫َخ‬
“ Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara
mereka, Hud. ia berkata. . . (QS.Al-A’raf : 65)"

Kuliah Aqidah ~ 215


...‫صاحِلًا‬
َ ‫اه ْم‬
ُ ‫َخ‬ َ ُ‫َوإِىَل مَث‬
َ ‫ود أ‬
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud
saudara mereka shaleh…" (QS.Al- A’raf: 73)"

...‫اه ْم ُش َعْيبًا‬ َ ‫َوإِىَل َم ْديَ َن أ‬


ُ ‫َخ‬
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu'aib…" (QS.Al-A’raf : 85)"
ِ ِ َ ‫آل إِبر ِاهيم و‬
‫ني‬
َ ‫آل ع ْمَرا َن َعلَى الْ َعالَم‬ َ َ َ ْ َ ‫وحا َو‬
ً ُ‫آد َم َون‬ ْ َ‫إِ َّن اللَّه‬
َ ‫اصطََفى‬
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala
umat (di masa mereka masing-masing),” (QS.Ali Imran:
33)
ِ َّ ‫اعيل وإِ ْد ِريس وذَا الْ ِك ْف ِل ُكلٌّ ِمن‬
ِ ِ
َ ‫الصاب ِر‬
‫ين‬ َ ََ َ َ َ‫َوإمْس‬
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua
mereka Termasuk orang-orang yang sabar.” (QS.Al-
Anbiya: 85)

ُّ ‫َو َماحُمَ َّم ٌدإِاَّل َر ُسولٌَق ْد َخلَْت ِمْن َقْبلِ ِه‬


...‫الر ُس ُل‬
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul...” (QS.Ali ‘Imran: 144)
Di antara 25 orang para nabi dan rasul tersebut, ada yang
hidup sezaman dan saling bahu membahu dalam
menegakkan tauhid serta menyebarkan syariat Allah seperti;
nabi Ibrahim as dan Ismail as, Ya’qub as dan Yusuf as,
Syu’aib as, Musa as dan Harun as. Untuk memperjelas

216 ~ Kuliah Aqidah


urutan kronologis diutusnya 25 nabi dan rasul tersebut
beserta wilayah dakwah mereka, perhatikan tabel berikut :

Tabel Nama-Nama 25 Nabi dan Rasul 6


N Nama Keterangan
O Nabi
1. Adam as Diturunkan pertama kali di Sri Lanka
di puncak bukit Sri Pada
2. Idris as Diutus untuk Bani Qabil di Babul, Iraq
dan Memphis.
3. Nuh as Diutus untuk Bani Rasib di wilayah
Selatan Iraq.
4. Hud as Diutus untuk Kaum ʿĀd yang tinggal
di Al-Ahqaf, Yaman.
5. Saleh as Diutus untuk kaum Tsamūd di
Semenanjung Arab.
6. Ibrahim as Diutus untuk Bangsa Kaldeā Di
Kaldaniyyun Ur, Iraq. Hijrah Ke Negri
Kan’an Lalu Berpindah-Pindah Antara
Hijaz, Syam dan Ma’ad.
7. Isma’il as Diutus untuk Penduduk Al-Amaliq,
bani Jurhum dan Qabilah Yaman,
Mekkah. Lahir di Syam.
8. Ishaq as Diutus untuk Kanʻān di wilayah Al-
Khalil, Palestina.
9. Ya’qub as Diutus untuk Kanʻān , di negri Syam.

6
Tabel ini penulis buat berdasarkan perpaduan antara keterangan
Al-Jazairy yang dikutib oleh Yunahar Ilyas, (2013:134) dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasul.

Kuliah Aqidah ~ 217


Lalu pindah ke Mesir.
10. Yusuf as Diutus untuk Hyksos dan Kanʻān di
Mesir
11. Luth as Diutus untuk Sadūm dan Amūrah di
Syam, Palestina.
12. Ayyub as Diutus untuk Bani Israel dan Bangsa
Amoria (Aramin) di Horan, Syria.
13. Syua’aib as Diutus untuk Kaum Rass, negeri
Madyan dan Aykah.
14. Musa as Diutus untuk Bangsa Mesir Kuno dan
Bani Israel di Mesir, lalu pindah ke
Sinai.
15. Harun as Diutus untuk Bangsa Mesir Kuno dan
Bani Israel di Mesir, lalu pindah ke
Sinai.
16. Zulkifli as Diutus untuk Bangsa Amoria di
Damaskus.
17. Daud as Diutus untuk Bani Israel di Palestina.
18. Sulaiman Diutus untuk Bani Israel di Palestina.
as
19. Ilyas as Diutus untuk Funisia dan Bani Israel,
di Ba'labak Syam.
20. Ilyasa’ as Diutus untuk Bani Israel dan kaum
Amoria di Panyas, Syam.
21. Yunus as Diutus untuk Penduduk di sebuah
tempat bernama "ninawa"
22. Zakaria as Diutus untuk Bani Israel di Palestina.
23. Yahya as Diutus untuk Bani Israel di Palestina.
24. Isa as Diutus untuk Bani Israel di Palestina.
25. Muhammad Diutus di Jazirah Arab untuk seluruh
218 ~ Kuliah Aqidah
saw umat manusia dan jin

C. Sifat-sifat Nabi dan Rasul


Nabi dan rasul adalah orang-orang pilihan7 yang telah
Allah persiapkan untuk menjadi pembawa risalahNya yang
mulia. Mereka adalah orang-orang yang terpelihara lahir
maupun batin semenjak kecil; seperti Nabi Yusuf as yang
Allah selamatkan dari rencana jahat saudara-saudaranya
(QS. Yusuf: 15-22), Nabi Musa as yang Allah selamatkan
setidaknya dua kali sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul
yaitu ketika pembunuhan masal terhadap seluruh bayi laki-
laki yang diperintahkan oleh Fir’aun di Mesir (QS.Al-
Qashash: 7-9), dan ketika dikejar-kejar oleh tentara Fir’aun
untuk dihukum mati karena ia telah membunuh salah satu
kaum Fir’aun (QS.Al-Qashash: 15-28), serta Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang Allah jaga
lahir batinnya sejak kecil, bahkan malaikat Jibril as pernah
mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika
dalam masa susuan Halimatus Sa’diyah dan membelah
dadanya untuk membersihkan hati manusia mulia calon
7
Abu bakar Alijazairy yang di kutip oleh Yunahar Ilyas (2013:
135) menjelaskan bahwa ada tiga prasyarat kepribadian bakal calon
nabi dan rasul; (1) Al-mitsaliyah (keteladanan) artinya seorang yang
akan diangkat menjadi nabi dan rasul, haruslah memiliki kemanusiaan
yang sempurna; baik fisik, akal pikiran maupun rohani. (2) Syaraf An-
nasab (keturunan yang mulia). Artinya seorang akan diangkat menjadi
nabi haruslah berasal dari keturunan yang mulia. (3) ‘Amil Az-zaman
(dibutuhkan zaman). Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala
kerusakan masyarakat dan mengembalikan ummat manusia pada
kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya.

Kuliah Aqidah ~ 219


penghulu para nabi itu (HR.Muslim: 236).
Demikianlah gambaran pemeliharaan yang Allah
lakukan untuk para nabi dan rasul sehingga secara umum
mereka memiliki seluruh sifat mulia yang dimiliki manusia
biasa, sedangkan sebagai penerima wahyu dan penyebar
risalah ilahiah, ada empat sifat mulia yang wajib dimiliki
oleh setiap nabi dan rasul; siddiq, amanah, tabligh, fathonah.
Hal ini dapat dicermati dalam ungkapan berikut :
َّ ‫ص ِاد ُق ْو َن أٌَمنَاءُ ُمَبلِّغُ ْو َن‬
‫الر َسالَةَ فُطَنَاءُ َي ْف َه ُم ْو َن َو يُ ْف ِه ُم ْو َن َو‬ َ ‫َو ُه ْم‬
‫س َكر َامَت ُه ْم يِف‬ ‫ِ مِم‬ ِ ِ ِِ
َ ُّ َ‫اَن َُّه ْم بَ َشٌر َي ْعرَت يْه ْم َما َي ْعرَت ي َسائ ُر اأْل َ ْفَراد َّا اَل مَي‬
.‫هم الْ َعالِيَ ِة‬ِِ
ُ ‫َمَراتب‬
“Mereka adalah orang-orang yang jujur, terpercaya
menyampaikan tugas mereka dan cerdas, dapat
memahami dan memahamkan. Mereka adalah manusia
yang mengalami yang biasa dialami oleh orang lain
selagi tak mengurangi kehormatan mereka dalam
martabat mereka yang luhur” (PP
Muhammadiyah,Majelis tarjih Tt: 16 -17)
Untuk lebih memahami keempat sifat tersebut,
perhatikan penjelasan berikut:
1. As-Shidqu
ِّ ‫ )اَل‬adalah bentuk mashdar
Secara bahasa as-shidqu (ُ‫ص ْدق‬
dari sho-da-qo (َ‫ص َدق‬
َ ) yang berarti keadaan benar (Ahmad
Warson Munawir 1997: 770). Artinya seorang nabi pasti
orang yang sangat jujur, selalu berkata benar tidak pernah
berdusta dalam keadaan bagaimanapun walau dalam hal-hal
kecil sekalipun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

220 ~ Kuliah Aqidah


ِ
ُ‫اب قَ الُوا َه َذا َم ا َو َع َدنَا اللَّهُ َو َر ُس ولُه‬ َ ‫َح َز‬ ْ ‫َولَ َّما َرأَى الْ ُم ْؤمنُ و َن اأْل‬
ِ ِ ِ
ً ‫ص َد َق اللَّهُ َو َر ُسولُهُ َو َما َز َاد ُه ْم إاَّل إميَانًا َوتَ ْسل‬
‫يما‬ َ ‫َو‬
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-
golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah
yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.
Sifat jujur bagi seorang nabi adalah sifat yang paling
menentukan kesuksesannya dalam mengemban tugas
dakwah karena dalam dakwah itu terdapat proses untuk
membuat ummatnya percaya (beriman) padanya. Bagaimana
mungkin seorang rasul akan dapat dipercaya apabila ia telah
masyhur sebagai orang yang suka berdusta dan jika
demikian, mustahil orang akan beriman terhadap wahyu
(kabar yang gaib) yang ia bawa. Seorang nabi tidak mungkin
memiliki sifaf pendusta ( ُ‫)اَ ْل َكذِب‬.

2. Al-Amanah
Al-Amanah (َ‫ )اَأْل ََمانَ ة‬secara bahasa berasal dari kata ‫ أ ُُم َن‬yang
berarti dapat dipercaya, lawan dari sifat ini adalah khaana (
‫)خ ا َن‬
َ yang berarti khianat (Ahmad Warson Munawir 1997:
40). Sifat amanah ini berkaitan erat dengan kejujuran karena
orang yang jujur bisa dipastikan amanah dan orang yang
amanah pasti jujur. Perbedaan antara dua sifat ini terletak
pada titik terapannya; sifat jujur diterapkan pada perkataan
sedangkan amanah lebih condong pada perbuatan dan

Kuliah Aqidah ~ 221


tindakan seseorang dalam menunaikan kewajiban dan
melaksanakan tugasmaupun tanggung jawab yang
dibebankan padanya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
...‫ات إِىَل أ َْهلِ َها‬
ِ َ‫إِ َّن اللَّه يأْمر ُكم أَ ْن ُتؤ ُّدوا اأْل َمان‬
َ َ ْ ُُ َ َ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya. . . “(QS.An-
Nisa: 58)
Setiap nabi dan rasul diutus kemuka bumi ini dengan
tanggung jawab menegakkan syariat Allah dan
menyampaikan segala kehendakNya pada umat manusia,
maka sifat amanah adalah hal yang mutlak dimiliki oleh
setiap nabi dan rasul karena dengan sifat ini, mereka dapat
dijamin melaksanakan segala tugas kenabian dan kerasulan
yang Allah berikan. Mustahil bagi para nabi dan rasul
memiliki sifat khianat (tidak amanah) dalam hal sekecil
apapun apalagi hal-hal yang menyangkut kehidupan umat
manusia Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
...‫َو َما َكا َن لِنَيِب ٍّ أَ ْن َيغُ َّل‬
“Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. . . “(QS.Ali Imran: 161)
Jika dalam hal duniawiah saja para nabi dan rasul tidak
mungkin berkhianat, tentu mereka akan jauh lebih terjaga
dari sifat khianat dalam hal yang lebih besar (membawa
risalah Allah). Maka seorang yang memiliki sifat khianat,
tidak pantas menjadi nabi apalagi rasul.

3. At-Tabligh

222 ~ Kuliah Aqidah


At-Tabligh merupakan bentuk mashdar dari kata kerja
ballaga (َ‫ )بَلَّغ‬yang berarti menyampaikan dan mengabarkan
padanya (‫( )أَ ْيلَ َغ َوأَ ْخيَ َرإِلَ ْي ِه‬Ahmad Warson Munawir 1997: 107).
setiap nabi dan rasul memiliki sifat tabligh yaitu
menyampaikan segala yang ia terima berupa wahyu dan
syariat kepada umat manusia. Hal ini merupakan tujuan
utama keberadaan mereka dimuka bumi dan amanah besar
yang Allah Subhanahu Wata’ala berikan untuk dilaksanakan
sesuai petunjuk dan kehendakNya, jika tidak melaksanakan
hal tersebut, mereka mendapat kecaman dari Allah
Subhanahu Wata’ala ;

َ ِّ‫ك ِم ْن َرب‬
‫ك َوإِ ْن مَلْ َت ْف َع ْل فَ َم ا‬ َ ‫ول َبلِّ ْغ َم ا أُنْ ِز َل إِلَْي‬
ُ ‫الر ُس‬ َّ ‫يَ ا أَيُّ َه ا‬
... ُ‫ت ِر َسالَتَه‬
َ ‫َبلَّ ْغ‬
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. . .“ (QS.Al-Maa-idah: 67)
Lawan dari sifat tabligh adalah menyembunyikan atau
merahasiakan yang dalam bahasa arab disebut kitman (
ٌ ‫) ِك ْت َم‬. Tidak mungkin bagi seorang nabi dan rasul
‫ان‬qqq
menyembunyikan seluruh maupun sebagian wahyu yang ia
terima karena sikap itu sangat bertentangan dengan tujuan
diutusnya mereka. Selain itu sebagai manusia pilihan Allah,
mereka merupakan orang yang diridhoiNya dan ridho
kepadaNya sehingga tidak mungkin akan melakukan
perbuatan yang sangat dibenci Allah dan akan mendapat
laknatNya serta laknat seluruh mahluk yang bisa melaknat,

Kuliah Aqidah ~ 223


Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
ُ‫ين يَكْتُ ُم و َن َم ا أَْنَزلْنَ ا م َن الَْبِّينَ ات َواهْلُ َدى م ْن َب ْع د َم ا َبَّينَّاه‬ َ ‫إ َّن الذ‬
‫ك َي ْل َعُن ُه ُم اللَّهُ َو َي ْل َعُن ُه ُم الاَّل ِعنُو َن‬
َ ِ‫اب أُولَئ‬ ِ ‫لِلن‬
ِ َ‫َّاس يِف الْ ِكت‬
“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua
(mahluk) yang dapat mela'nati” (QS.Al-Baqarah: 159)

4. Al-Fathonah
Al-fathonah berasal dari kata fa-thi-na ( َ‫ )فَ ِطن‬yang berarti
mengerti, cerdas, mudah memahami dan mampu
mencerdaskan serta memahamkan(Ahmad Warson Munawir
1997: 1063). Seorang nabi dan rasul memiliki kecerdasan
tingkat tinggi yang melahirkan kearifan dan kebijaksanaan
serta kejernihan berfikir yang membuat mereka tidak hanya
cerdas secara pribadi namun lebih dari itu, mereka mampu
mentransformasikan segala informasi (wahyu dan ajaran
agama) yang mereka terima dari Allah dengan sangat efektif
dan efisien atas kehendak Allah Subhanahu Wata’ala. Sifat
ini menggambarkan pribadi seorang nabi dan rasul sebagai
pendidik, murabbi (pembina) dan pemimpin yang luar biasa
sehingga mampu menyelesaikan persoalan umat serumit
apapun tanpa menzhalimi siapapun dengan tetap
berlandaskan pada nilai-nilai amanah, kejujuran serta sifat-
sifat mulia sebagai utusan Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagai tambahan, dalam menggambarkan sifat para

224 ~ Kuliah Aqidah


nabi dan rasul, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
ِ ِ ِ ِ ٌ ‫لََق ْد ج اء ُكم رس‬
ٌ ‫ُّم َح ِر‬
‫يص‬ ْ ‫ول م ْن أَْن ُفس ُك ْم َع ِزي ٌز َعلَْي ه َم ا َعنت‬ َُْ َ َ
‫يم‬ ِ ٌ ‫علَي ُكم بِالْم ْؤ ِمنِني رء‬
ٌ ‫وف َرح‬ َُ َ ُ ْ َْ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap
orang-orang mukmin. (QS.At-Taubah: 128)
Sifat – sifat nabi dan rasul yang terkandung dalam ayat
diatas adalah :
1. Setiap nabi dan rasul itu berasal dari dalam kelompok
masyarakat atau kaum tempat mereka di utus (orang
pribumi) atau sangat dikenal oleh umatnya sebagaimana
mereka mengenal diri mereka sendiri.
2. Para nabi dan rasul juga memiliki sifat sosial yang tinggi
sehingga sangat peka terhadap penderitaan yang dialami
umatnya.
3. Memiliki semangat dakwah yang sangat tinggi untuk
menanamkan keimanan pada seluruh umatnya yang
belum beriman, sifat ini didasari atas kerisauan mereka
akan keimanan dan keselamatan umatnya dunia-akhirat.
4. Sangat mengasihi dan menyayangi umatnya yang telah
beriman. Sikap kasih sayang ini, salah satunya
diaplikasikan dalam bentuk bimbingan yang terus
menerus dilakukan oleh para nabi dan rasul terhadap
mereka untuk memahami syariat Allah secara sempurna

Kuliah Aqidah ~ 225


dan menjaga mereka agar tidak kembali dalam
kekufuran.
Sifat mutlak lainnya dan yang paling membedakan
antara manusia biasa dengan para nabi dan rasul adalah sifat
al-ishmah atau ma’shum8. Mereka tidak akan pernah
bema’siat pada Allah Subhanahu Wata’ala, adapun
kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan murni
kekeliruan dan kealpaan mereka sebagai manusia biasa,
bukan karena ingin melanggar perintah maupun larangan
(bermaksiat pada) Allah Subhanahu Wata’ala. Akan tetapi
mengingat kedudukan mereka sebagai manusia pilihan,
kesalahan sekecil apapun akan tampak sebagai kesalahan
yang tidak pantas dan segera mendapat teguran dari Allah
Subhanahu Wata’ala.9 Dengan demikian selain kesalahan
dan kealpaan yang pernah mereka perbuat, para nabi dan
rasul merupakan panutan bagi seluruh umat manusia dalam
setiap aspek kehidupan di sepanjang zaman.

8
Ma’shum atau ishmah menurut istilah syara’ adalah perlindungan
yang diberikan Allah swt pada para nabi dan rasul sehingga tidak
terjerumus melakukan maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram
(Muhammad Ali Ash-Shabuni 2001: 67)
9
Seperti nabi Adam as yang mendekati pohon larangan dalam QS.
Thoha ayat 115, Sayid Sabiq yang dikutip Yunahar Ilyas (2013; 137)
mengomentari ayat tersebut bahwa Adam lupa dengan perintah Allah
untuk tidak mendekati pohon larangan. atau kealpaan nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang bermuka masam pada tamunya
yang buta; Abdullah bin maktum, karena sedang berbicara dengan para
pembesar Quraisy yang dalam harapannya dapat beriman dan tentu
akan berpengaruh positif pada perkembangan Islam, kemudian Nabi
saw mendapat teguran dari Allah swt. kisah ini di abadikan dalam Al-
Quran surat ‘Abasa.

226 ~ Kuliah Aqidah


D. Tugas dan Mukjizat Para Rasul
1. Tugas Para Rasul
Sebagai seorang utusan dan manusia pilihan Allah
Subhanahu Wata’ala, secara umum semua rasul yang diutus
memiliki tujuan dan tugas pokok yang sama; menyerukan
ajaran tauhid; menyembah Allah Subhanahu Wata’ala
dengan cara yang dikehendakiNya tanpa menyekutukanNya
dengan apapun. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang
menegaskan hal tersebut, diantaranya;
‫وحي إِلَْي ِه أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل أَنَا‬
ِ ُ‫ول إِاَّل ن‬
ٍ ‫ك ِمن رس‬ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫َو َما أ َْر َس ْلنَا م ْن َقْبل‬
ِ ‫اعب ُد‬
‫ون‬ ُ ْ َ‫ف‬
“ Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
(QS.Al-Anbiya’: 25)

‫وا‬ ِ ‫ولََق ْد بع ْثنَ ا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رس واًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و‬
ُ‫اجتَنب‬
ْ ََ ُ َُ ََ َ
...‫وت‬ َ ُ‫الطَّاغ‬
“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut. . .”(QS.An-Nahl: 36)
ِ ‫قُل إِمَّنَا أَنَا ب َشر ِم ْثلُ ُكم يوحى إِيَلَّ أَمَّنَا إِهَل ُكم إِلَه و‬
. . .‫اح ٌد‬ ٌَ ْ ُ َ ُْ ٌ َ ْ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang

Kuliah Aqidah ~ 227


Esa". . . (QS.Al-kahfi: 110)
Disamping tugas pokok tersebut para rasul memiliki
tugas-tugas lain yangterangkum dalam firman Allah
Subhanahu Wata’ala :
‫َك َم ا أ َْر َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُس واًل ِمْن ُك ْم َيْتلُ و َعلَْي ُك ْم آَيَاتِنَ ا َويُ َز ِّكي ُك ْم‬
‫ْمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َما مَلْ تَ ُكونُوا َت ْعلَ ُمو َن‬ ِ ِ
َ َ‫َويُ َعلِّ ُم ُك ُم الْكت‬
َ ‫اب َواحْل ك‬
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat
Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepada kalian
Rasul diantara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kalian dan mensucikan kalian dan mengajarkan
kepada kalian Al kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian
ketahui.” (QS.Al-Baqarah: 151)
Dalam ayat di atas, setidaknya ada empat tugas
tambahan untuk para rasul, yaitu :
1. Membacakan dan mengajarkan umatnya tentang wahyu-
wahyu Allah.
2. Membersihkan umat manusia dari keburukan akhlak,
penyimpangan akidah dan perilaku sosial.
3. Mengajarkan agama (Aqidah, syariah, ibadah) dan
hikmah (ilmu, kebijaksanaan) serta segala hal yang
berkaitan dengan keduanya berdasarkan wahyu yang ia
terima dari Allah Subhanahu Wata’ala.
4. Mengajarkan ilmu dan peradaban yang belum diketahui
oleh umatnya, seperti nabi Nuh as mengajarkan cara
membuat perahu (QS.Al-mu‘minun: 67), dan nabi Daud

228 ~ Kuliah Aqidah


as mengajarkan cara membuat baju perang dari besi
(QS.Saba’: 11).
Para rasul juga mengemban tugas dakwah yang lebih
khusus sesuai dengan keadaan umatnya sebagaimana nabi
Hud as yang di utus untuk menyadarkan kaumnya yang
sombong akan kekuatan fisik mereka (QS. Huud: 56), nabi
Luth as diutus untuk memperingatkan dan membimbing
kaumnya yang memiliki penyimpangan seksual (hubungan
seks dengan sesama jenis) untuk kembali pada fitrah
mereka; menikah dan menjalin cinta dengan lawan jenis
dengan cara yang halal (QS.Al-A’raf: 80-83), atau nabi
Syu’aib as yang di utus untuk meluruskan cara berdagang
kaumnya yang gemar mengurangi takaran timbangan (QS.
Huud: 84-85) dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam yang diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia serta menjadi teladan dalam segenap lini kehidupan
(QS.Al-Ahzab: 21).

2. Mukjizat Para Rasul


Wahyu (kitab,ajaran agama yang meliputi aqidah,
syariah dan ibadah) yang dibawa oleh para rasul, cenderung
dianggap hal yang tabu, baru, dan bertentangan dengan
kebiasaan/ adat yang telah berjalan selama ratusan tahun
dalam kehidupan umatnya, sehingga pada umumnya para
rasul akan banyak mengalami pertentangan, perdebatan,
pengusiran bahkan percobaan pembunuhan oleh kaumnya.
Untuk mempertegas kebenaran (wahyu) yang mereka bawa
serta menjawab tantangan dari umat mereka, dalam
mengemban tugas dan membawa risalah ilahiah, para rasul
Kuliah Aqidah ~ 229
diberikan bekal dan keistimewaan berupa mukjizat.
Dalam bahasa arab, mukjizat berasal dari kata ( ‫)أَإْل ِ ْع َجا ُز‬
maknanya meletakkan kelemahan pada orang lain dan
menetapkan padanya (Abdul Wahhab Khallaf 1978: 25).
Makna tersebut memberikan pengertian bahwa mukjizat
yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada para rasul
akan melemahkan posisi dan kedudukan para musuh Allah
yang disebabkan oleh ketidak berdayaan mereka dalam
menghadapi atau melakukan hal yang sama persis dengan
mukjizat-mukjizat tersebut. Seperti kemukjizatan Al-Quran
melemahkan kaum kafir quraisy dan semua manusia yang
tidak mempercayainya dengan tantangan untuk
mendatangkan satu surat atau satu ayat saja yang serupa
dengan Al-Quran, dan mereka tidak akan mampu
melakukannya sampai kapan pun (QS.Al-Baqarah: 23-24).
Secara istilah, Mukjizat adalah kejadian luar biasa
(khawariqul ‘adah) yang hanya terjadi pada para nabi dan
rasul atas izin Allah Subhanahu Wata’ala, sebagai hujjah
atas kebenaran mereka, untuk menjawab tantangan sekaligus
mematahkan argumentasi-argumentasi para penentang
(Yunahar Ilyas, 2013: 139).
Dalam definisi di atas, ada beberapa point yang dapat
dipahami;
a. Mukjizat hanya terjadi pada para nabi dan rasul, dalam
artian segala hal luar biasa yang bisa dilakukan atau
terjadi pada manusia biasa tidak disebut mukjizat. Jika
hal luar biasa tersebut dilakukan atau di alami oleh

230 ~ Kuliah Aqidah


orang-orang shaleh10 maka itu disebut karamah yaitu
keistimewaan yang Allah berikan atas dasar
keridhoanNya untuk memuliakan mereka yang memiliki
tingkat ketakwaan yang tinggi. sedangkan hal-hal luar
biasa yang dapat dilakukan oleh manusia yang jauh dari
ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala seperti para
dukun, tukang sihir, dan Dajjal tidak bisa disebut
karamah apalagi mukjizat11.
b. Mukjizat yang dimiliki dan dialami oleh para rasul
terjadi atas izin dan keridhoan Allah Subhanahu
Wata’ala bukan hal yang dilatih dan dipelajari (seperti
sihir dan sulap). Sehingga mukjizat tidak dapat
dikeluarkan kapanpun, dimana pun dan dalam keadaan
apapun sesuai keinginan para rasul. Mukjizat hanya akan
terjadi jika para rasul benar-benar membutuhkannya dan
mendapat izin serta keridhoan Allah Subhanahu
Wata’ala, mereka tidak memiliki kuasa dan kekuatan
pribadi sedikit pun untuk mendatangkan mukjizat karena

10
Seperti kisah Ashhabul kahfi yang Allah swt tidurkan selama 309
tahun lalu dapat bangun kembali dengan keadaan fisik yang sempurna
kisah ini dapat di kaji dalam Al-Quran surat Al-kahfi ayat 18-21, atau
kejadian yang sama (ditidurkan lalu bangun dalam keadaan fisik yang
sempurna setelah 100 tahun) yang dialami oleh ‘Uzair seorang umat
nabi musa yang saleh dan tetap istiqomah menjalankan ajaran taurat
(QS.Al-Baqarah: 259)
11
Kemampuan Dajjal untuk melakukan hal-hal luar biasa
merupakan Istidraj yaitu pemberian Allah swt kepada mahluk yang Dia
kehendaki tanpa diiringi dengan keridhaanNya (dikabulkan tapi tidak
diridhoi). sama halnya dengan sihir diiznkan untuk terjadi namun sama
sekali tidak diridhoiNya.

Kuliah Aqidah ~ 231


hal itu benar-benar murni pemberianNya. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :
ِ ‫الس ماو‬ ِ ٌّ ‫ق الَت رس لُهم أَيِف اللَّ ِه َش‬
‫ض يَ ْدعُو ُك ْم‬ ِ ‫ات َواأْل َْر‬ َ َ َّ ‫ك فَ اط ِر‬ ُْ ُ ُ ْ
‫َج ٍل ُم َس ًّمى قَالُوا إِ ْن أَْنتُ ْم‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫لَي ْغف َر لَ ُك ْم م ْن ذُنُوبِ ُك ْم َويُ َؤ ِّخَر ُك ْم إىَل أ‬
ِ
‫ص دُّونَا َع َّما َك ا َن َي ْعبُ ُد آَبَ ُاؤنَ ا فَأْتُونَ ا‬ ُ َ‫إِاَّل بَ َش ٌر م ْثلُنَ ا تُِري ُدو َن أَ ْن ت‬
‫ت هَلُ ْم ُر ُس لُ ُه ْم إِ ْن حَنْ ُن إِاَّل بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم َولَ ِك َّن‬ ْ َ‫ني * قَال‬ ٍ ِ‫ان ُمب‬ ٍ َ‫بِس ْلط‬
ُ
ٍ َ‫اللَّه مَيُ ُّن علَى من ي َشاء ِمن ِعب ِاد ِه وم ا َك ا َن لَنَ ا أَ ْن نَأْتِي ُكم بِس ْلط‬
‫ان‬ ُ ْ َ ََ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ
‫إِاَّل بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َو َعلَى اللَّ ِه َف ْليََت َو َّك ِل الْ ُم ْؤ ِمنُو َن‬
“Berkata Rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-
raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia
menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari
dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai
masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak
lain hanyalah manusia seperti Kami juga. kamu
menghendaki untuk menghalang-halangi
(membelokkan) Kami dari apa yang selalu disembah
nenek moyang Kami, karena itu datangkanlah kepada
Kami, bukti yang nyata".Rasul-rasul mereka berkata
kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada
siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.
dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti
kepada kamu melainkan dengan izin Allah. dan hanya
kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin
bertawakkal. (QS.Ibrahim 10-11)

232 ~ Kuliah Aqidah


c. Mukjizat berfungsi sebagai hujah (bukti) yang nyata atas
kebenaran risalah yang dibawa para rasul, jawaban dan
pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala atas
tantangan kaum penentang, sekaligus merupakan dalil
yang jelas untuk mematahkan argumentasi-argumentasi
mereka. Dengan demikian, mukjizat tidak akan muncul
sebelum para rasul mengalami kondisi terdesak yang
mengencam jiwa, raga mereka atau berpotensi untuk
mencegah kelangsung dan perkembangan risalah
kenabian yang mereka bawa.
Para rasul diberikan mukjizat yang bermacam-macam
yang secara umum dapat di bagi menjadi dua bentuk12:
a. Mukjizat kauniyahyaitu mukjizat yang berkaitan
dengan kejadian-kejadian luar biasa yang bertentangan
dengan hukum alam (sunnatullah). Pada umumnya para
rasul mendapatkan mukjizat jenis pertama ini seperti
nabi Ibrahim as yang dapat bertahan hidup dengan
selamat dan aman dalam kobaran api (QS.Al-Anbiya’:
69), nabi Musa as yang mampu merubah tongkatnya
menjadi ular yang nyata dan membelah lautan menjadi
dua ( QS. Al-A’raf: 107 dan Assyu’ara’: 63), nabi Isa as
yang mampu membuat burung hidup dari tanah liat
dengan hanya meniupnya, menyembuhkan penyakit buta
dan sopak tanpa menggunakan obat-obatan maupun
perawatan medis, bahkan ia mampu menghidupkan
orang mati atas izin Allah Subhanahu Wata’ala (QS.
Ali’imran: 49), dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Pembagian ini penulis kembangkan dari keterangan yang
12

disampaikan Muhammad Rasyid Ridho (1983: 132-149 ).

Kuliah Aqidah ~ 233


Wa Sallam yang mampu membelah bulan (QS.AL-
Qomar; 1), melakukan perjalanan jauh dari kota Makkah
ke baitul Maqdis di Palestina lalu naik ke sidratul
muntaha hanya dalam waktu kurang dari satu malam
yang kita kenal dengan pristiwa isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’:
1)
b. Mukjizat Aqliyah ilmiah yaitumukjizat yang
mengemukakan kebenaran risalah ilahiyah dengan cara
yang logis dan sesuai fitrah manusia namun tidak
mungkin dapat dilakukan oleh manusia biasa. Nabi
Ibrahim as adalah salah satu rasul yang Allah kuatkan
dengan mukjizat dapat memberikan argumentasi-
argumentasi yang sangat kritis, logis dan sesuai dengan
fitrah manusia dalam menjelaskan tentang hakikat dan
eksistensi ketuhanan pada kaumnya, hal ini dapat kita
cermati dari berbagai perdebatan yang melibatkan nabi
Ibrahim as dengan para penentangnya dalam beberapa
ayat Al-Quran13.
Contoh yang lain sekaligus mukjizat logis ilmiah yang
paling besar dan secara nyata bisa kita saksikan adalah Al-
Quran. Kitab suci yang di bawa oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ini tetap kokoh dengan
kebenaran mutlak tanpa ada satupun karangan manusia yang
mampu menyerupai dan menyainginya. Bahkan Isi
kandungan Al-Quran telah dibuktikan kebenarannya sejak
zaman dahulu hingga saat ini dalam berbagai kajian ilmiah
dan penelitian modern dari segala bidang ilmu pengetahuan.
Al-Quran surat AL-An’am ayat 76-79, 83. Maryam ayat 41-47.
13

Al-Anbiya’ ayat 52-67.

234 ~ Kuliah Aqidah


E. Rasul-rasul yang Ulul Azmi
Istilah ulul ‘azmi berasal dari dua kata yaitu uluu (‫)أُولو‬
yang merupakan bentuk jamak muzdakkar (berjenis laki-
laki) dari lafaz dzawu- dzu ( ْ‫ ُذو‬- ْ‫) َذوُو‬, maknanya “mereka yang
mempunyai” dan Al-’Azmi (‫ )اَ ْل َع ْز ِم‬mashdar dari fi’il (kata
kerja) ‘Azama (‫زَ َم‬qq‫) َع‬, maknanya; maksud, niat, kemauan
yang teguh. (Ahmad Warson Munawir 1997: 49, 928). Jadi
istilah ulul azmi bisa dimaknai sebagai gelar untuk para nabi
dan rasul yang paling banyak mendapatkan rintangan dan
cobaan yang berat, namun tetap memiliki niat dan kemauan
yang teguh dalam mengemban risalah ilahiah sehingga
mampu bertahan dan mengembangkan dakwahnya sesuai
dengan perintah Allah Subhanahu Wata’ala. istilah ulul
‘azmi merupakan gelar yang Allah Subhanahu Wata’ala
berikan sendiri bagi para rasul tersebut dalam firmanNya :
...‫الر ُس ِل َواَل تَ ْسَت ْع ِج ْل هَلُم‬ ِ
ُّ ‫صَبَر أُولُو الْ َع ْزم ِم َن‬
َ ‫اصرِب ْ َك َما‬
ْ َ‫ف‬
“ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati (Ulul ‘Azmi) dari golongan
para rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka (kaum yang menentang mu). . .
“(QS.Al-Ahqaf: 35)
Adapun para nabi dan rasul yang termasuk dalam
golongan ulul ‘azmi ialah nabi Nuh as, Ibrahim as, Musa as,
Isa as dan Muhammad saw, yang Allah Subhanahu
Wata’ala sebutkan dalam dua ayat berbeda yaitu pada Al-
Quran surat Al-Ahzab ayat 7 dan As-syura ayat 13 :

Kuliah Aqidah ~ 235


‫وس ى‬ ِ ‫وح وإِب ر‬ ِ َ ‫وإِ ْذ أَخ ْذنَا ِمن النَّبِيِّني ِميثَا َقهم و ِمْن‬
َ ‫يم َو ُم‬
َ َ ْ َ ٍ ُ‫ك َوم ْن ن‬
‫اه‬ َ ُْ َ َ َ َ
...‫َخ ْذنَا ِمْن ُه ْم ِميثَاقًا َغلِيظًا‬
َ ‫يسى ابْ ِن َم ْرمَيَ َوأ‬
ِ
َ ‫َوع‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari
nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad) dari Nuh,
Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah
mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh.” (Qs.Al-
Ahzab: 7)
ِ ِ ِ َّ ‫َش رع لَ ُكم ِمن الدِّي ِن م ا و‬
‫ك َو َم ا‬ َ ‫وح ا َوالَّذي أ َْو َحْينَ ا إِلَْي‬ ً ُ‫ص ى ب ه ن‬ َ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫و‬
‫ِّين َواَل َتَت َفَّرقُ وا‬
َ ‫يم وا الد‬ ُ ‫يس ى أَ ْن أَق‬
َ ‫وس ى َوع‬َ ‫يم َو ُم‬
َ ‫ص ْينَا ب ه إ ْب َراه‬ َ
ِ ِ ِ ِ ُ ُ‫ني م ا تَ ْدع‬ِ ِ ِ
ُ‫وه ْم إلَْي ه اللَّهُ جَيْتَيِب إلَْي ه َم ْن يَ َش اء‬ َ َ ‫فيه َكُب َر َعلَى الْ ُم ْش ِرك‬
‫يب‬ ِ ِِ ِ
ُ ‫َو َي ْهدي إلَْيه َم ْن يُن‬
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS.
Assyura: 13)

F. Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa


Sallam Nabi Yang Terakhir

236 ~ Kuliah Aqidah


Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di
utus oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebagai nabi dan rasul
terakhir. Tidak akan ada lagi nabi maupun rasul yang diutus
oleh Allah Subhanahu Wata’ala karena Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam datang dengan syariat yang
menyempurnakan segala ajaran para nabi dan rasul
sebelumnya. Bahkan nabi Isa as yang dikabarkan akan turun
kembali kemuka bumi ini menjelang hari kiamat, tidak akan
membawa syariat baru melainkan hanya menghidupkan dan
mengembalikan kembali syariat Islam sebagaimana
mestinya berdasarkan kehendak Allah Subhanahu Wata’ala.
Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa ajaran yang dibawa
oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berlaku bagi
seluruh umat manusia sepanjang masa sampai hari kiamat.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
ِ َ ‫م ا َك ا َن حُم َّم ٌد أَب ا أَح ٍد ِمن ِرج الِ ُكم ولَ ِكن رس‬
َ ِّ‫ول اللَّه َو َخ امَتَ النَّبِي‬
‫ني‬ َُْ َْ َ ْ َ َ َ َ
ِ ٍ ِ
ً ‫َو َكا َن اللَّهُ ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
‫يما‬
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah
dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-Ahzab: 40),
ِ ‫َّاس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َولَ ِك َّن أَ ْكَث َر الن‬
‫َّاس اَل‬ ِ ‫اك إِاَّل َكافَّةً لِلن‬
َ َ‫َو َم ا أ َْر َس ْلن‬
‫َي ْعلَ ُمو َن‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi

Kuliah Aqidah ~ 237


kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba’: 28)
Jika para rasul terdahulu wafat maka rasul-rasul yang
datang setelahnya akan meneruskan dan mengembangkan
syariat yang mereka bawa akan tetapi, setelah wafatnya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak ada lagi
rasul dan pintu wahyupun sudah tertutup, maka tugas
dakwah dan pengembangan syariat islam secara otomatis
dipikul oleh umatnya. Oleh karena itulah banyak ayat Al-
Quran dan hadist yang memerintahkan untuk dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar bagi umat islam, diantaranya ialah :
ِ ‫ولْت ُكن ِمْن ُكم أ َُّمةٌ ي ْدعو َن إِىَل اخْل ِ وي أْمرو َن بِ الْمعر‬
‫وف َو َيْن َه ْو َن‬ ُْ َ ُ ُ َ َ ‫َرْي‬ ُ َ ْ ْ ََ
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوأُولَئ‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali’Imran: 104)

1. Riwayat singkat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi


Wa Sallam
Para ahli berselisih tentang tanggal pasti kelahiran Nabi
14
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam namun
pendapat yang mahsyur dikalangan umat islam adalah hari
Ada yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan pada hari Senin
14

tanggal 09 Rabiul Awwal yang juga bertepatan dengan empat puluh


tahun setelah kekuasaan kisra Anusyirwan yang bertepatan dengan
tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M. Syaikh Syafiurrahman Al-
Mubarakfury (2008: 71) berdasarkan pada penelitian ulama terkenal
Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury dan peneliti astronomi,
Mahmud pasha.

238 ~ Kuliah Aqidah


Senin tanggal 12 Rabiul Awwal tahun dalam keluarga bani
Hasyim di mekah pada permulaan tahun peristiwa usaha
penghancuran ka’bah yang dipimpin oleh raja Abrahah atau
yang kita kenal dengan tahun gajah yang bertepatan dengan
tahun 571 M. Ayah Rasulullah bernama Abdullah bin
Abdul Mutholib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf dan
ibundanya bernama Aminah binti Wahab bin Zuhrah bin
‘Abdi Manaf.
Nasab Rasulullah, dibagi menjadi tiga macam; pertama,
yang disepakati para ahli yaitu sampai Adnan. kedua, yang
masih diperselisihkan yaitu adnan keatas hingga nabi
Ibrahim as. dan yang ketiga bagian yang dapat dipastikan
memuat hal yang tidak benar yaitu dari Ibrahim as sampai
Nabi Adam as. Berikut nasab Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam yang di sepakati para ahli:
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthollib bin
Hasyim bin Abdu manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (dikenal
dengan Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah)
bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin
Adnan. Garis keturunan kedua orang tua Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bertemu pada tingkatan
keenam yaitu Kilab (Muhammad Ali as-Shabuni 2001:
270-271).
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah
menjadi yatim sejak masih dalam kandungan. Sesaat setelah
di lahirkan Abdul Muthollib (kakek Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam) membawa cucunya kedepan ka’bah dan

Kuliah Aqidah ~ 239


berdoa kepada Allah lalu memberinya nama Muhammad,
sebuah nama yang tidak dikenal kalangan arab saat itu.
Muhammad kecil tumbuh di lingkungan arab pedesaan
dalam asuhan Bani Sa’ad karena sudah menjadi tradisi
Bangsa Arab saat itu untuk menitipkan anaknya dalam
asuhan dan susuan keluarga yang hidup dipedesaan dengan
tujuan untuk menghindarkan si bayi dari penyakit yang biasa
mewabah di perkotaan, sehingga dapat tumbuh sehat dan
bisa mempelajari bahasa arab asli dari keluarga yang
mengasuhnya. Menurut Syaikh Shafiyurrahman Al-
Mubarakfury (2008: 72) setidaknya ada tiga wanita yang
pernah menyusui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam;
ibundanya sendiri, Tsuwaibah, dan Halimah binti Abu
dzu’aib yang berasal dari Bani Sa’ad sehingga di kenal
dengan Halimatus Sa’diyah. Nama yang terakhir disebutkan
inilah yang kemudian menjadi ibu susuan sekaligus
pengasuh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hingga
berusia lima tahun (dua tahun masa menyusui dan tiga tahun
mengasuh). Ketika berumur 5 tahun terjadi pembelahan
dada oleh Malaikat Jibril as yang membuat Halimatu
Sa’diyah khawatir dan mengembalikan Muhammad kecil
pada ibunya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hanya satu tahun
hidup dalam pangkuan kasih sayang dan belaian ibundanya.
tepat disaat beliau berusia enam tahun beliau dan ibundanya
pergi menziarahi makam ayahnya (Abdullah) di Yastrib
(Madinah) dan menetap selama sebulan di kota itu. di saat
perjalanan kembali dari ziarah menuju kota Mekah ibunda
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sakit lalu meninggal

240 ~ Kuliah Aqidah


dunia dan dimakamkan di Abwa’ yang terletak antara
Mekah dan Madinah. Sepeninggalan ibundanya, beliau di
asuh oleh kakenya (Abdul Muthollib) hingga berusia
delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari lalu kakeknya
meninggal dan mewasiatkan hak pengasuhan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pada pamannya Abu Thalib
yang merupakan saudara kandung ayah Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam. Selama dalam asuhan pamannya, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tumbuh menjadi pemuda
yang jujur, berakhlak mulia dan mandiri. Beliau juga
mengalami banyak peristiwa yang menandakan ciri-ciri
sebagai orang yang berkedudukan mulia seperti pernyataan
pendeta bahira tentang tanda kenabian beliau. Tepat di usia
25 tahun beliau menikah dengan Khadijah seorang pedagang
kaya yang cantik lagi terhormat di kota Mekah yang saat itu
berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini, beliau memiliki dua
orang putra; Al-Qasim dan Abdullah serta empat orang
putri; Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah.
Setelah Khadijah ra meninggal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam menikah beberapa kali lagi sehingga jumlah istri
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi 11 orang yaitu;
Khadijah ra., Saudah binti Zum'ah r.a., Aisyah binti Abu
Bakar r.a., Hafsah binti Umar Al-Khattab r.a., Zainab bin
Jahsyin r.a., Zainab binti Khuzaimah r.a., Ummu Salamah
(Hindon binti Abi Umaiyah) r.a., Ummu Habibah (Ramlah
binti Abi Sufian) r.a., Juwairiyah binti Al-Harith r.a.,
Maimunah binti Al-Harith, Safiah binti Hoiyi bin Ahtab
r.a., Mariyah Al-Qibtiyah. Putra beliau berjumlah 3 orang
dua dari Khadijah dan seorang lagi bernama Ibrahim yang

Kuliah Aqidah ~ 241


lahir dari Mariah Al-Qitbiyah. Seluruh putra Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam meninggal di waktu kecil
sedangkan putri-putri beliau tetap hidup dan masuk islam
namun meninggal saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
masih hidup kecuali Fatimah ra yang meninggal enam
bulam setelah kewafatan ayahnya.
Menjelang usia 40 tahun, beliau sering mengasingkan
diri (bertahanust) dalam gua Hira. Lalu pada tanggal 21
Ramadhan atau 10 Agustus 610 M saat usia beliau mencapai
40 tahun lebih enam bulan dua belas hari, beliau menerima
wahyu pertama sekaligus resmi di angkat menjadi nabi akhir
zaman. Setelah diangkat menjadi nabi, Muhammad saw
memulai dakwah sir (tersembunyi) di antara kaum kerabat
dan sahabat karib beliau, tiga tahun kemudian beliau mulai
mendakwahkan risalah Islam secara jahr (terang-terangan) .
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdakwah dan
mengembangkan Islam di Mekah selama 13 tahun . Dalam
kurun waktu itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga
mengembangkan dakwah ke negri Tah’if namun tidak
mendapat sambutan baik. Dalam priode dakwah Mekah ini
juga terjadi dua kali pristiwa hijrah ke negri Habasyah
(Ethiopia), tepatnya lima tahun setelah turunnya wahyu
pertama. Baru pada tahun ketiga belas dari kenabian, beliau
dan kaum muslimin mendapatkan izin dari Allah Subhanahu
Wata’ala untuk Hijrah ke Yastrib yang kemudian berganti
nama menjadi Madinah Al-munawwarah.
Selama di Madinah, beliau membangun pondasi
konstitusional yang berdasarkan wahyu sehingga kota
Yastrib menjadi Negara Islam pertama sekaligus pusat

242 ~ Kuliah Aqidah


gerakan dakwah Islamiyah. Dakwah dan pengembangan
Islam di Madinah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun
dan terjadi berbagai perlawanan dari para penentang dakwah
islamiyah sehingga terjadi beberapa peperangan di
antaranya; Perang Badar (17 Ramadan 2 H), Perang Uhud
(Syakban 3 H), Perang Khandaq (Syawal 5 H), Perang
Khaibar (7 H), Perang Mu'tah (8 H), Penaklukan Kota
Mekah/Fathul Makkah (8 H), Perang Hunain ( 8 Safar 8 H),
Perang Ta'if (8 H), Perang Tabuk (9 H), Perang Widan (12
Rabiulawal 2 H).
Setelah menyempurnakan Risalah Islamiyah, Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di panggil
keharibaan Allah Subhanahu Wata’ala pada usia 63 tahun
tepatnya hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun ke-11 H. dan di
makamkan di Madinah Al-Munawwarah tepatnya di rumah
beliau yang bersebelahan dengan Masjid Nabawi dan
sekarang Makam beliau dapat dijumpai dalam areal masjid
Nabawi.

2. Profil Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa


Sallam
Rasulullah sebagai mana manusia biasa seperti kita,
membutuhkan makan, minum, berkeluarga dan
bermasyarakat, beliau juga memiliki tiga dimensi dasar
yang dimiliki oleh seluruh manusia yaitu dimensi fisik
(jasmani), dimensi Akhlaq (ruhani), dan dimensi akal
(pengetahuan). Hanya saja tiap-tiap manusia dianugrahi
tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengembangakan
tiap dimensinya terlebih Muhammad saw sebagai nabi akhir

Kuliah Aqidah ~ 243


zaman, berikut beberapa penjelasan singkat tentang profil
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ditinjau
dari tiga dimensi tersebut :

a. Dimensi fisik (jasmani)


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mempunyai
fisik yang sempurna bahkan tidak ada manusia yang
menyamai kesempurnaan fisiknya. Jika ditinjau dari segi
fisik, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah laki laki
yang tampan, memiliki tubuh yang proporsional, selalu
menjaga kebersihan dan beliau memiliki ketahanan fisik
yang kuat sehingga tidak pernah mengalami sakit parah
semasa hidupnya kecuali beberapa hari menjelang
kewafatan. dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Bara’
bin ‘Azib tergambar keadaan fisik beliau sebagai berikut :

ُ‫صلَّى اللَّه‬ َ ُّ ‫ال َكا َن النَّيِب‬َ َ‫ع ْن الَْبَر ِاء بْ ِن َعا ِز ٍب َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َما ق‬. َ ..
‫يد َما َبنْي َ الْ َمْن ِكَبنْي ِ لَهُ َش َعٌر َيْبلُ ُغ َش ْح َمةَ أُذُنِِه‬
َ ِ‫وعا بَع‬ ِ
ً ُ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم َم ْرب‬
)‫ (رواه البخاري‬. . .ُ‫َح َس َن ِمْنه‬ ْ‫طأ‬ ُّ َ‫َرأ َْيتُهُ يِف ُحلَّ ٍة مَح ْراءَ مَلْ أ ََر َشْيئًا ق‬
َ
“…dari bara’ bin ‘azab ra ia berkata Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam memiliki tinggi rata-rata (tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu pendek), pundaknya lebar
(dadanya bidang), rambutnya mencapai telinganya, aku
melihatnya mengenakan setelan (gamis/ jubah) merah
dan aku tak pernah melihat sesuatupun yang lebih baik
dari beliau…” (HR.Bukhari: 3287)

b. Dimensi Akhlak (Ruhani)


Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Muhammad
244 ~ Kuliah Aqidah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam secara otomatis memiliki
akhlak, dan sifat yang mulia (siddiq, amanah, tabligh,
fathonah) bahkan sebelum diutus sebagai nabi, beliau
dikenal sebagai laki-laki paling jujur dan amanah sehingga
di beri gelar Al-Amin, lembut, penuh kasih sayang,
pemberani, selalu memberi makan orang miskin,
memuliakan tamu, membantu tetangga dan tidak pernah
memutuskan silaturrahim dengan siapapun serta selalu siap
membantu orang yang menegakkan kebenaran, hal ini
diceritakan langsung oleh ummul mukminin ‘Aisyah ra
dalam pristiwa turunnya wahyu pertama sebagaimana
riwayat berikut:
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ َّ ‫الزب ِ أ‬
َ ِّ ‫َن َعائ َشةَ َز ْو َج النَّيِب‬ ‫ َح َّدثَيِن عُ ْر َوةُ بْ ُن ُّ َرْي‬. . .
‫يك اللَّهُ أَبَ ًدا َواللَّ ِه‬ ِ
َ ‫ت لَهُ َخدجيَةُ َكاَّل أَبْ ِش ْر َف َواللَّ ِه اَل خُيْ ِز‬ ْ َ‫ قَال‬. . .‫َو َسلَّ َم‬
‫وم‬ ِ ِ َ ‫الر ِحم وتَص ُد ُق احْل ِد‬ ِ َ ‫إِن‬
َ ‫ب الْ َم ْع ُد‬ ُ ‫يث َوحَتْم ُل الْ َك َّل َوتَكْس‬ َ ْ َ َ َّ ‫َّك لَتَص ُل‬
)231 :‫ب احْلَ ِّق …(رواه مسلم‬ ِ ِ‫ني َعلَى َنوائ‬ ِ
ُ ‫ف َوتُع‬ َ ‫َوَت ْق ِري الضَّْي‬
َ
“…menceritakan padaku ‘Urwah bin Zubair bahwasanya
‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam….
(menceritakan pristiwa turunnya wahyu pertama, hingga
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendatangi
Khadijah ra) …Khadijah berkata padanya “demi Allah,
Allah tidak akan menyianyiakan mu selamanya, demi
Allah kau selalu menyambung silaturrahim, berkata
jujur, ikut membawakan beban orang lain, member
makan orang miskin, memuliakan tamu dan menolong
orang yang menegakkan kebenaran”, . . . (HR. Muslim:
231)

Kuliah Aqidah ~ 245


Mencermati riwayat diatas, betapa jelas kesempurnaan
akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang tentunya
memberikan argumentasi logis atas kelayakan beliau sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia dalam segala aspek
kehidupan baik sebagai guru, sahabat, orang tua, panglima
perang maupun pemimpin negara.

c. Dimensi akal (Pengetahuan)


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memiliki sifat
ummi yang berarti tidak bisa membaca dan menulis serta
tidak pernah berguru dan mempelajari ajaran kitab-kitab
samawi dari siapapun. Hal ini merupakan sanggahan yang
jelas terhadap tuduhan bahwa Muhammad saw mengarang
Al-Quran karena tidak mungkin seseorang yang tidak bisa
membaca dan menulis mampu menciptakan sebuah
mahakarya yang hingga saat ini sudah teruji kebenaran dan
keabsahannya bahkan tak ada yang mampu menirunya.
Mengenai ke-ummian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
‫ول النَّيِب َّ اأْل ُِّم َّي الَّ ِذي جَيِ ُدونَهُ َمكْتُوبًا ِعْن َد ُه ْم يِف‬
َ ‫الر ُس‬َّ ‫ين َيتَّبِعُو َن‬ ِ َّ
َ ‫الذ‬
‫اه ْم َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوحُيِ ُّل‬ ِ ِ ِ
ُ ‫الت َّْو َراة َواإْلِ جْن ي ِل يَ أْ ُم ُر ُه ْم بِ الْ َم ْع ُروف َو َيْن َه‬
ْ ِ‫ض ُع َعْن ُه ْم إ‬
‫صَر ُه ْم َواأْل َغْاَل َل‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ِ‫ات َوحُيَِّر ُم َعلَْي ِه ُم اخْلَبَائ‬ ِ ‫هَل م الطَّيِّب‬
َ ُُ
ِ ِ َّ ِ
‫ُّور‬
َ ‫ص ُروهُ َواتََّبعُ وا الن‬ َ َ‫ين آَ َمنُوا بِه َو َع َّز ُروهُ َون‬ َ ‫ت َعلَْيه ْم فَالذ‬ ْ َ‫الَّيِت َكان‬
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬ ِ
َ ِ‫الَّذي أُنْ ِز َل َم َعهُ أُولَئ‬
“ (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang
Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
246 ~ Kuliah Aqidah
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.AL-
A’raf: 157)
Ummi (tidak bisa membaca dan menulis) bukan berarti
bodoh karena sejak sebelum diutus sebagai Nabi dan rasul,
Muhammad saw sudah dikenal sebagai laki-laki yang cerdas
dan bijaksana sebagaimana kisah yang mahsyur dikalangan
umat islam tentang kebijaksanaan dan kecerdasan beliau
dalam mendamaikan perselisihan dan pertentangan antara
para pembesar Mekah mengenai siapa yang paling berhak
meletakkan kembali hajar aswad ditempatnya saat pristiwa
renovasi Ka’bah. Dari ayat di atas pun tergambar jelas aspek
logika dan ketinggian akal Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dimana pada saat itu masyarakat arab
pada umumnya tidak mengenal tulisan dan sangat
mengandalkan hafalan sehingga dengan ke-ummianya,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dapat dipastikan
memiliki tingkat kemampuan hafalan dan kecerdasan yang
tinggi.
Dalam ayat di atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam juga digambarkan sebagai sosok yang mampu

Kuliah Aqidah ~ 247


mencerna dan memahami makna-makna dari cahaya
(ilmu/wahyu) yang diterimanya untuk diterapkan dalam
tindakan nyata yaitu mencegah dan mengharamkan segala
hal yang buruk dan merusak fitrah manusia sekaligus
memberikan solusi untuk kembali kepada hal yang baik dan
sejalan dengan fitrah manusia serta memberikan cara yang
paling mudah dan paling ringan (dibandingkan dengan
ajaran nabi-nabi sebelumnya) dalam melakasanakan syariat
Allah Subhanahu Wata’ala.

3. Bukti-bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad


Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Ada beberapa bukti yang dapat dijadikan argumentasi
akan kebenaran risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam . Secara garis besar bukti-bukti tersebut terbagi
dalam dua kelompok; dalil naqli (Bukti yang berdasarkan
nas wahyu dan Hadist) dan dalil Aqli (bukti yang
berdasarkan penalaran logis berdasarkan fakta ilmiah).

a. Dalil Naqli
Dalil naqli yang menguatkan kebenaran risalah yang di
bawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
adalah sebagai berikut :
1) Bayarat (Berita tentang kedatangan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ).
Setiap nabi dan rasul yang Allah Subhanahu Wata’ala
utus sebelumnya, selalu mengabarkan kaumnya akan
kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam yang akan menyempurnakan dan membenarkan

248 ~ Kuliah Aqidah


risalah yang mereka bawa, hal ini tercantum dalam
beberapa ayat Al-Quran di antaranya :
ِ ُ ‫وإِ ْذ قَ َال ِعيسى ابن مرمَي يا بيِن إِسرائِيل إِيِّن رس‬
َ ‫ول اللَّه إِلَْي ُك ْم ُم‬
‫ص ِّدقًا‬ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َْ ُ ْ َ َ
ِ ِ ِ
ٍ ‫ي من التَّوراة ومبشِّرا بِرس‬
‫ول يَأْيِت م ْن َب ْعدي امْسُهُ أَمْح َ ُد‬ ِ ِ
ُ َ ً َُ َ َ ْ َ َّ ‫ل َما َبنْي َ يَ َد‬
ِ ِ
.‫ني‬ٌ ِ‫َفلَ َّما َجاءَ ُه ْم بِالَْبِّينَات قَالُوا َه َذا س ْحٌر ُمب‬
“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai
Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu
Taurat, dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku,
yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala
Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir
yang nyata." (QS.Ash-Shaf: 6)
‫ول النَّيِب َّ اأْل ُِّم َّي الَّ ِذي جَيِ ُدونَهُ َمكْتُوبًا ِعْن َد ُه ْم يِف‬ َّ ‫ين َيتَّبِعُو َن‬
َ ‫الر ُس‬ ِ َّ
َ ‫الذ‬
...‫الت َّْو َر ِاة َواإْلِ جْنِ ِيل‬
“(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang
Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. . .” (QS.AL-
A’raf: 157)
Setiap nabi yang diutus kemuka bumipun akan diambil
sumpah setia dan kesediaan mereka untuk beriman dan
membantu dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam jika mereka masih hidup dimasa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (QS.Ali ‘Imran: 81) hal
ini juga diperkuat oleh sebuah riwayat yang

Kuliah Aqidah ~ 249


menyebutkan dengan jelas ciri khusus nabi akhir zaman
(nabi yang Ummi) yang disebutkan dalam Taurat dengan
redaksi sebagai berikut :

‫َن َه ِذ ِه‬
َّ ‫اص َر ِضي اللَّهُ َعْن ُه َما أ‬
َ
ِ ‫ َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن الْ َع‬. . .
ِ ِ
‫اك َشاه ًدا َو ُمبَشًِّرا َونَذ ًيرا‬ ِ ‫اآْل يةَ الَّيِت يِف الْ ُقر‬
َ َ‫آن يَا أَيُّ َها النَّيِب ُّ إِنَّا أ َْر َس ْلن‬ ْ َ
‫ني‬ ِ ِ ِ َ ‫قَ َال يِف التَّور ِاة يا أَيُّها النَّيِب إِنَّا أَرس ْلن‬
َ ِّ‫اك َشاه ًدا َو ُمبَشًِّرا َوح ْر ًزا لأْل ُِّمي‬ َ َ ْ ُّ َ َ َ ْ
)4461 ‫ (رواه البخاري‬. . .
“ . . . Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra bahwasanya
ayat ini yang ada di dalam Al-Quran “
َ ‫ ”إِنَّاأَرْ َس ْلنَا َك َشا ِهد‬di katakan juga dalam Taurat “
‫ًاو ُمبَ ِّشرًا َونَ ِذي ًر‬
wahai para nabi sesungguhnya kami mengutus mu
sebagai saksi, pemberi berita gembira, dan penolong
bagi rasul yang ummi ( buta huruf yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ). . . “ (HR.
Bukhari: 4461)
2) Mukjizat
Banyak mukjizat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam baik yang
akliyah ilmiyah (Al-Quran) yang merupakan mukjizat
abadi dan beberapa mukjizat kauniyah seperti:
a) Mampu berbicara dengan benda mati dan hewan
serta tumbuhan, benda-benda itu juga memberikan
salam pada beliau yang bisa didengar oleh para
sahabat (HR. Buhari: 3314, Muslim: 4222)
b) Mampu membelah bulan (QS.Al-Qomar: 1 dan
HR.Bukhari: 3364)

250 ~ Kuliah Aqidah


c) Menyembuhkan penyakit tanpa obat ataupun proses
medis lainnya, seperti Ali ra yang seketika sembuh
dari sakit matanya setelah ditiup/di ludahi oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.(HR.Bukhari: 2724)
d) Mampu memperbanyak makanan (HR. Bukhari:
567)
e) Isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’: 1), dll
3) Nubuwat (pemberitaan hal-hal yang sudah pasti akan
terjadi)
Nubuwat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam meliputi seluruh kejadian-kejadian besar yang
akan terjadi, baik menyangkut kehidupan dunia maupun
akhirat, yang berkaitan dengan individu tertentu,
sekelompok bangsa maupun seluruh umat manusia,
diantara nubuat besar yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah
sebagai berikut :
a) Nubuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam saat
persiapan perang Khandaq yang berkaitan dengan
kejayaan dan perkembangan wilayah Islam dimasa
akan datang hingga mampu mengalahkan kekaisaran
Romawi dan Persia dan fakta sejarah benar-benar
membuktikan bahwa hal ini terjadi pada masa
khalifah Umar bin Khatab.(Rasul Ja’farian, 2004:
120-139)
b) Nubuat tentang kemenangan bangsa Romawi
beberapa tahun setelah mereka kalah berperang
melawan bangsa Persi. Nubuat ini tercantum dalam
Al-Quran surat Ar-Ruum ayat 1-4 :

Kuliah Aqidah ~ 251


‫ض َو ُه ْم ِم ْن َب ْع ِد َغلَبِ ِه ْم‬ ِ ‫وم * يِف أ َْدىَن اأْل َْر‬ ِ ِ
ُ ‫امل * غُلبَت ال ُّر‬
‫ني لِلَّ ِه اأْل َْم ُر ِم ْن َقْب ُل َو ِم ْن َب ْع ُد َو َي ْو َمئِ ٍذ‬ِ ِ ْ ِ‫س ي ْغلِبو َن * يِف ب‬
َ ‫ض ِع س ن‬ ُ ََ
‫َي ْفَر ُح الْ ُم ْؤ ِمنُو َن‬
"Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu
akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di
hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman”
Bangsa romawi adalah bangsa yang beragama nasrani
dan mempunyai kitab suci sedangkan bangsa persi
beragama majusi penyembah api. Kedua bangsa ini
selalu berperang dan sebagai sesama penganut agama
samawi, umat Islam lebih mendukung Bangsa Romawi
sehingga ketika tersiar kabar kekalahan mereka melawan
bangsa Persi (antara tahun 614-615 M), kaum mislimin
bersedih sedangkan kaum musyrikin mekah bergembira
karena berada dipihak bangsa Persi. Maka turunlah ayat
ini sebagai berita gembira untuk kaum muslimin yang
mengabarkan bahwa bangsa romawi akan menang
setelah beberapa tahun kemudian. Dan hal itu benar-
benar terjadi yaitu setelah 7 tahun kemudian tepatnya
pada tahun 622 M. (Kementrian Agama RI, Al-Quran
dan Terjemahannya 2012 : 570)
c) Nubuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepada
para sahabatnya bahwa mereka akan menjadi
penguasa dunia sebagaimana yang Allah Subhanahu

252 ~ Kuliah Aqidah


Wa Ta’ala janjikan dalam Al-Quran surat An-Nur
ayat 55 :
‫َّه ْم يِف‬ ِ ِ ‫وع َد اللَّه الَّ ِذين آَمنُ وا ِمْن ُكم وع ِملُ وا َّ حِل‬
ُ ‫الص ا َات لَيَ ْس تَ ْخل َفن‬ ََ ْ َ َ ُ ََ
...‫ين ِم ْن َقْبلِ ِه ْم‬ ِ َّ َ‫ض َكما استخل‬
َ ‫ف الذ‬َ ْ َ ْ َ ِ ‫اأْل َْر‬
“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa. . .”
Fakta sejarah telah membuktikan bahwa sepeninggalan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam para
sahabat yang menjalankan kekhalifahan Islam, terutama
pada masa Abu Bakar dan Umar Bin Khatab telah berhasil
melakukan ekspansi wilayah besar-besaran mulai dari negeri
Damaskus, Mesir hingga Iran dan Irak. Berikutnya
kekhalifahan Islam terus berkembang hingga bisa
menaklukan Parsi dan Romawi (Rasul Ja’farian, 2006: 39,
47,113,120 )
Masih banyak lagi nubuat besar yang di kabarkan oleh
Nabi kita Muhammad saw sebagai bukti nyata akan
kebenaran risalah yang dibawanya. Bagi kita kaum
muslimin maka cukuplah perintah Allah Subhanahu
Wata’ala untuk mematuhi, beriman dan menaati Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi bukti yang sangat
nyata akan kebenaran Islam dan Rasulnya; Muhammad saw.

Kuliah Aqidah ~ 253


b. Dalil Aqli
a) Kesaksian miliyaran umat islam dalam bentuk dua
kalimat syahadat dari zaman dahulu hingga sekarang.
Sebuah kesaksian yang sangat kuat dan tidak
terbantahkan karena mana mungkin sekelompok besar
umat manusia (para sahabat, tabi’in, dan pengikutnya
serta kaum muslimin yang memiliki keutuhan iman)
mau bersaksi dan berjuang bagi Islam jika mereka
meragukan kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam sebagai pembawa agama tersebut.
b) Fakta keilmiahan Al-Quran yang sudah terbukti dan
teruji tidak pernah bertentangan dengan logika, fitrah
manusia dan perkembangan sains modern. Tentu saja
hanya manusia yang sangat jujur dan benar yang akan
membawa kitab dan agama yang maha benar, dan
manusia itu adalah Muhammad saw.
c) Kenyataan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang membawa ajaran yang begitu sempurna,
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia adalah
seorang ummi (buta huruf) dan tidak pernah
mempelajari ajaran agama maupun kitab manapun dari
siapapun, serta tidak pernah menyampaikan ajaran
apapun sampai menerima wahyu pertama saat usianya
mencapai 40 tahun.

G. Iman Kepada Seluruh Nabi dan Rasul


Iman pada para rasul merupakan salah satu dari enam
rukun iman yang wajib di yakini setiap pribadi muslim.
Maka setiap muslim wajib menyakini adanya keseluruhan
254 ~ Kuliah Aqidah
nabi dan rasul baik yang diceritakan dalam Al-Quran dan
Hadist maupun tidak. Untuk para nabi dan rasul yang tidak
disebutkan dengan jelas dalam Al-Quran dan Al-Hadist,
seorang muslim hanya wajib mempercayai bahwa mereka
semua benar-benar ada dan pernah diutus oleh Allah
Subhanahu Wata’ala dengan membawa ajaran tauhid;
menyembah Allah Subhanahu Wata’ala yang maha esa
tanpa mempersekutukanNya dengan suatu apapun.
Sedangkan para nabi dan rasul yang disebutkan dengan jelas
dalam Al-quran dan al-hadist wajib di-imani apa adanya
sebagaimana yang diterangkan oleh syariat (Al-Quran dan
Al-Hadist yang maqbullah) baik yang berkaitan dengan
nama, sifat, mukjizat dan perihal kisah kehidupan mereka.
tidak sah keimanan seorang muslim jika menolak salah satu
saja dari sekian banyak nabi dan rasul yang Allah sebutkan
dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-sunnah walaupun ia
tetap beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena
keimanan pada Allah Subhanahu Wata’ala menuntut
kepercayaan akan ketetapanNya dalam mengutus sekian
banyak nabi dan rasul untuk setiap umat manusia. Maka
beriman pada Allah saja tanpa mengimani para rasul dengan
cara yang sesuai dengan tuntunan syariat (Al-Quran dan Al-
Hadist al-maqbullah), merupakan salah satu bentuk
kekafiran, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
‫ين يَ ْك ُف ُرو َن بِاللَّ ِه َو ُر ُس لِ ِه َويُِري ُدو َن أَ ْن يُ َفِّرقُ وا َبنْي َ اللَّ ِه‬ ِ َّ ِ
َ ‫إ َّن الذ‬
‫َّخ ُذوا‬ ِ ‫يدو َن أَ ْن يت‬
َ ُ ‫ض َويُِر‬ ٍ ‫َو ُر ُسلِ ِه َو َي ُقولُو َن نُ ْؤ ِم ُن بَِب ْع‬
ٍ ‫ض َونَ ْك ُف ُر بَِب ْع‬

Kuliah Aqidah ~ 255


ِ ِ ِ ِ
‫ين‬ َ ِ‫ك َس بِياًل * أُولَئ‬
َ ‫ك ُه ُم الْ َك اف ُرو َن َحقًّا َوأ َْعتَ ْدنَا ل ْل َك اف ِر‬ َ ‫َبنْي َ ذَل‬
‫َع َذابًا ُم ِهينًا‬
“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara
(keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan
mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian
dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa; 150-
151)
Setiap muslim juga mempercayai bahwa setiap nabi dan
rasul itu Allah berikan kelebihan yang berbeda-beda,
sebagaimana firmanNya :
ِ ‫الس ماو‬ ‫مِب‬
َ ِّ‫ض النَّبِي‬
‫ني‬ َ ‫ض ْلنَا َب ْع‬ ِ ‫ات َواأْل َْر‬
َّ َ‫ض َولََق ْد ف‬ َ َ َّ ‫ك أ َْعلَ ُم َ ْن يِف‬ َ ُّ‫َو َرب‬
‫ورا‬
ً ُ‫ود َزب‬
َ ‫ض َوآََتْينَا َد ُاو‬ٍ ‫َعلَى َب ْع‬
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di
langit dan di bumi. dan Sesungguhnya telah Kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS.Al-
Israa’: 55)[
Kelebihan yang diberikan Allah pada para nabi dan rasul
itu adalah bentuk keistimewaan khusus seperti nabi Musa as
yang mampu berbicara langsung dengan Allah (QS.An-nisa:
164 ), atau nabi Isa as yang Allah angkat kesisiNya dalam
256 ~ Kuliah Aqidah
keadaan hidup (QS.An-nisa: 158 ) Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang diperkenankan
melakukan perjalanan sampai ke langit ke tujuh (sidratul
muntaha) dalam keadaan hidup (ruh dan jasad) dalam
peristiwa isra’ mi’raj (QS.Al-Isra’: 1 dan HR.Muslim 234).
Namun keyakinan akan adanya keistimewaan dan kelebihan
bagi para rasul tersebut, tidak boleh diiringi dengan sikap
meremehkan apalagi menafikkan keberadaan dan
keistimewaan nabi dan rasul yang lain karena pada dasarnya
mereka semua adalah panutan umat dan manusia pilihan
Allah Subhanahu Wata’ala. Setiap muslim juga harus
menyakini bahwa nabi dan rasul ulul ‘azmi adalah lebih
utama dari nabi dan rasul yang lain dan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah yang paling utama
diantara seluruh nabi dan rasul yang pernah ada.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
menempati posisi sebagai nabi yang terakhir tidak ada lagi
nabi dan rasul setelahnya, beliaulah panutan semesta alam
sehingga setiap muslim harus menjadikannya teladan dalam
tiap aspek kehidupan, mencintai dan menaatinya melebihi
ketaatan dan kecintaan pada mahluk manapun bahkan diri
sendiri karena kecintaan padanya merupakan bentuk
manifestasi dan implentasi hakiki dari kecintaan hamba
pada Rabbnya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
‫قُ ْل إِ ْن ُكْنتُ ْم حُتِ بُّو َن اللَّهَ فَ اتَّبِعُويِن حُيْبِْب ُك ُم اللَّهُ َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُ وبَ ُك ْم‬
‫يم‬ ِ ‫واللَّه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َرح‬ ٌ ُ َ
“ Katakanlah (hai Muhammad): "Jika kamu (benar-

Kuliah Aqidah ~ 257


benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Ali’Imran: 31)
Sebagai nabi dan rasul terakhir, Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membawa syariat yang
menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya sehingga
setiap muslim yang hidup sejak zamannya sampai kelak hari
kiamat wajib tunduk dan menjalankan syariat Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan tidak
mempunyai kewajiban apapun untuk mengikuti atau
menjalankan syariat nabi-nabi sebelumnya15 karena syariat
yang mereka bawa hanya berlaku untuk umat tertentu.
Akhirnya, Iman kepada para rasul merupakan hal yang
bermuara pada keimanan dan ketakwaan pada Allah
Subhanahu Wata’ala. Dan sudah sepantasnya bagi seorang
muslim, menerapkan keimanannya dalam tindakan nyata
yaitu dengan mengabdikan diri spenuhnya pada Allah
Subhanahu Wata’ala dengan cara yang telah diajarkan oleh
para nabi dan rasul yang disempurnakan oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai nabi
terakhir yang membawa rahmat untuk semesta alam.

15
Kecuali syariat nabi sebelumnya yang tidak dihapuskan dan
mendapatkan legalitimasi dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam untuk di amalkan seperti ajaran berkhitan yang dibawa nabi
Ibrahim as atau puasa sunnah nabi Daud as (sehari puasa dan sehari
berbuka).

258 ~ Kuliah Aqidah


BAB VI
IMAN KEPADA HARI
KIAMAT

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian hari akhir, proses dan
peristiwa hari akhir, dan hikmah Iman kepada Hari Akhir.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian hari Akhir
2) Proses dan peristiwa hari Akhir.
3) Hikmah Iman kepada Hari Akhir

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian hari Akhir
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Proses dan peristiwa hari Akhir.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Hikmah Iman kepada Hari Akhir
BAB VI
IMAN KEPADA HARI KIAMAT

A. Pengertian Hari Kiamat


Hari kiamat adalah waktu berakhirnya seluruh kegiatan
di dunia dan berakhirnya alam dunia. Iman kepada hari
kiamat adalah mempercayai bahwa seluruh alam semesta ini
dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami
kehancuran dan mengakui bahwa “setelah kehidupan di
dunia yang fana ini ada kehidupan yang kekal abadi” (Arif
Wibowo, dkk., al Islam 2, 1999 : 10).
Yunahar Ilyas, menambahkankan “termasuk semua
proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari
kehancuran alam semesta dan seluruh isinya, serta
berakhirnya seluruh kehidupan (qiyaamah) dan kebangkitan
seluruh umat manusia dari alam kuburnya (Baats),
dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang makhsyar
(hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan mansuai
(hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk
mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn),
sampai kepada pembalasan dengan surge dan neraka (jaza’)
(2013 : 153). Kepercayaan pada hari kiamat termasuk
masalah sam’iyyat. Masalah yang hanya kita ketahui dan
percayai berdasarkan pemberitaan Al-Qur’an dan Hadits
semata tidak bisa dibuktikan dengan panca indra.
Istilah hari akhir dalam al Qur’an juga mengguanakan

Kuliah Aqidah ~ 257


nama-nama lain yang masing-masing menunjukkan
peristiwa, keadaan atau suasana yang akan di alami oleh
umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang abadi
tersebut. Nama-nama dimaksud adalah :
1. Yaumul qiyaamah (hari kiamat) QS. Al Zumar : 60
2. Yaumul ba’ast (hari kebangkitan) QS. Al Rum : 56
3. Yaumul hisab (hari perhitungan) Qs. Al Mukmin : 27
4. Yaumul dien (hari pembalasan) QS. Al Fatihah : 3
5. Yaumul fath (hari kemenangan) QS. Al Sajdah : 29
6. Yaumul talaq (hari pertemuan) QS. Al Mukmin : 15-16
7. Yaumul jam’I (hari perhimpunan) QS. Al Thaghabun :
9)
8. Yaumul Thagabun (ditampakkan kesalahan) QS. Al
Thaghabun : 9).
9. Yaumul khulud (hari kekekalan) QS. Qaf : 34
10. Yaumul khuruj (hari keluar) QS. Qaf : 42
11. Yaumul hasrah (hari penyesalan) QS. Maryam : 39
12. Yaumul tanad (hari panggil memanggil) QS. Al mukmin
32
13. Yaumul fashl (hari keputusan) QS. An Naba’ 17
14. Assa’ah (waktu) QS. Al Qamar : 1
15. Al akhirah (hari akhir) QS. Al A’la : 16-17
16. Al Azifah (peristiwa yang dekat) QS. An Nazm : 57
17. Al Thammah (mala petaka besar) QS. An Nazi’at : 34
18. Ashakhkhakh (toupan sangkakala) QS. Abasa : 33
19. Al Ghasiyah (kejadian yang menyelubungi) Qs. al
Ghasiyah:1
20. Al Waqi’ah (peristiwa besar) QS. Al Waqi’ah : 1
21. dan lain-lain

258 ~ Kuliah Aqidah


Beriman kepada hari kiamat berarti meyakini dengan
sepenuh hati adanya pembalasan amal perbuatan manusia
selama hidup di dunia. Hidup sesudah mati itulah yang
disebut hari kiamat. Kita wajib percaya tentang hari akhir
dan segala yangh terjadi di dalamnya tenytang kerusakan ala
mini, serta percaya akan hal-hal yang diberitakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan riwayat
mutawatir tentang kebangkitan dari kubur, pengumpulan di
Mahsyar, pemeriksaan, maka Allah subhanahu wa ta’ala
member keputusan tentang perbuatan orang, lalu ada yang
masuk neraka selama-lamanya tidak keluar dari padanya,
yaitu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, dan ada
yang masuk kemudian keluar dari neraka, yaitu orang-orang
mukmin yang berbuat dosa, dan ada yang masuk surge dan
kekal yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar. (PP
Muhammadiyah, tt : 18-19).
Hari kiamat pasti terjadi, walaupun waktunya tidak
diketahui oleh siapapun, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. “Mereka menanyakan
kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu
amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan
di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah
di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Kuliah Aqidah ~ 259


‫اها قُ ْل إِمَّنَ ا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد َريِّب اَل‬ ِ ‫الس‬
َ ‫اعة أَيَّا َن ُم ْر َس‬ َ َّ ‫ك َع ِن‬ َ َ‫يَ ْس أَلُون‬
‫ض اَل تَ أْتِي ُك ْم إِاَّل‬ ِ ‫الس ماو‬ ِ ِ
ِ ‫ات َواأْل َْر‬ َ َ َّ ‫ت يِف‬ ْ َ‫جُيَلِّ َيه ا ل َوقْت َه ا إِاَّل ُه َو َث ُقل‬
‫َّك َح ِف ٌّي َعْن َه ا قُ ْل إِمَّنَا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد اللَّ ِه َولَ ِك َّن‬ َ ‫ك َكأَن‬ َ َ‫َب ْغتَ ةً يَ ْس أَلُون‬
ِ ‫أَ ْكَثَر الن‬
‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat:
"Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi
Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat
(huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi.
kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-
akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu
adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
Mengetahui". (QS. Al A’raf : 187).
Ayatsemaknajugaterdapatdalam QS.Lukman: 34,
Fushilat : 47, az Dzukhruf : 85)
Berita dari Alqur’an tentang kiamat disebutkan secara
berulang sebanyak 153 kali, dan hari akhir atau akhirat
disebut 12 kali. Hal ini menunjukkan bahwa berita dari kitab
suci yang diyakini kebenarannya. Berarti hal yang
diberitakan itu pasti terjadi, walaupun manusia tidak
diberikan ilmu untuk mengetahuinya kecuali hanya sedikit
saja. Manusia mengetahui hari kiamat itu sebatas dari tanda-
tanda yang diberitakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. dan
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. dalam hadits mutawatir.

260 ~ Kuliah Aqidah


B. Kiamat Menurut Pandangan Islam
Islam merupakan ajaran yang realistis, logis dan hampir
semunya yang ditetapkan dalam al Quran dan Hadits
Rasulullah bisa dibuktikan secara ilmiah. Demikian pula
informasi yang berkaiatan dengan hari kiamat ini, sudah
dijelaskan secara tutas. Misalnya bahwa hari kiamat itu
tidak ada yang tahu kapan datangnya, umat Islam tidak
boleh ragu akan kedatangannya, bahkan kiamat itu datang
dengan tiba-tiba, sebagaimana firman Allah :
‫ب فِي ِه َو َم ْن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ‫اللَّهُ اَل إلَ هَ إاَّل ُه َو لَيَ ْج َم َعنَّ ُك ْم إىَل َي ْوم الْقيَ َام ة اَل َري‬
‫َص َد ُق ِم َن اللَّ ِه َح ِديثًا‬
ْ‫أ‬
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di
hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. dan
siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari
pada Allah (QS. An Nisa : 87)

‫ث َم ْن يِف الْ ُقبُو ِر‬ َّ ‫ب فِ َيها َوأ‬


ُ ‫َن اللَّهَ َيْب َع‬ ِ ‫الس‬
َ ْ‫اعةَ آَتيَةٌ اَل َري‬ َّ ‫َوأ‬
َ َّ ‫َن‬
Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak
ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al
Hajj : 7)

ً‫اعةُ َب ْغتَ ة‬ َّ ‫اب اللَّ ِه أ َْو تَ أْتَِي ُه ُم‬


َ ‫الس‬ ِ ‫اش يةٌ ِمن َع َذ‬
ِ ِ ِ
ْ َ ‫أَفَ أَمنُوا أَ ْن تَ أْتَي ُه ْم َغ‬
‫َو ُه ْم اَل يَ ْشعُُرو َن‬
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa
Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat

Kuliah Aqidah ~ 261


kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak
menyadarinya? (QS. Yusuf : 107)
Ibnu Katsir menafrirkan ayat 107 surat Yusuf ini dengan
ayat yang lain, yaitu surat an-Nahl ayat 45-46 :
‫ض أ َْو يَأْتَِي ُه ُم‬ ِ‫هِب‬ ِ ِ َّ ‫أَفَأ َِمن الَّ ِذين م َكروا‬
َ ‫ف اللَّهُ ُم اأْل َْر‬ َ ‫السيِّئَات أَ ْن خَي ْس‬ ُ ََ َ
‫) أ َْو يَأْ ُخ َذ ُه ْم يِف َت َقلُّبِ ِه ْم فَ َم ا‬45( ‫ث اَل يَ ْش عُُرو َن‬ ُ ‫اب ِم ْن َحْي‬
ُ ‫الْ َع َذ‬
ِ ‫مِب‬
)46( ‫ين‬ َ ‫ُه ْم ُْعج ِز‬
Maka Apakah orang-orang yang membuat makar yang
jahat itu, merasa aman (dari bencana)
ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka,
atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang
tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka
diwaktu mereka dalam perjalanan, Maka sekali-kali
mereka tidak dapat menolak (azab itu). (QS. An – Nahl :
45 – 46)
Dalam banyak hadits Rasulullah menyebutkan tentang
kiamat. Seperti hadits berikut :
‫اك َع ْن َجابِ ِر بْ ِن مَسَُر َة‬ ٍ ‫يك عن مِس‬ ِ
َ ْ َ ٌ ‫َس َو ُد بْ ُن َعام ٍر َح َّد َثنَا َش ِر‬ ْ ‫َح َّد َثنَا أ‬
‫وم‬ ِ ِ ِ ِ ‫ال اَل يز ُال ه َذا الد‬
َ ‫صابَةٌ َحىَّت َت ُق‬ َ ‫ِّين قَائ ًما يُ َقات ُل َعلَْيه ع‬ ُ َ ََ َ َ‫َر َف َعهُ ق‬
ٍ ‫َخ ِيه إِبر ِاهيم ب ِن حر ٍب ُق ْلت لِ َش ِر‬
‫يك‬ ِ ِ ِ ٌ ‫الساعةُ قَ َال َش ِر‬
ُ ْ َ ْ َ َ ْ ‫يك مَس ْعتُهُ م ْن أ‬ َ َّ
َ‫َع َّم ْن ذَ َكَرهُ ُه َو لَ ُك ْم أَْنتُ ْم قَ َال َع ْن َجابِ ِر بْ ِن مَسَُرة‬
“Telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir,
telah menceritakan kepada kami Syarik dari Simak dari
Jabir bin Samurah secara marfu'; "Agama ini akan selalu

262 ~ Kuliah Aqidah


kokoh dan kuat, dan sekelompok dari umatku akan tetap
memperjuangkannya hingga datangnya kiamat." Syarik
berkata; Aku mendengarnya dari saudaranya yaitu
Ibrahim bin Harb, lalu aku tanyakan pada Syarik tentang
apa yang telah ia sebutkan kepada kalian, Syarik
mengatakan, dari Jabir bin Samurah." (Musnad Ahmad
19943, 20103)

C. Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan


Semua ciptaan Allah di bumi dan di langit pasti akan
mengalami kehancuran total alias kiamat bermula dari
berkontraksinyaalam semesta. Kalimat Apabila matahari
digulung menggambarkan saat alam semesta mulai
mengerut. Ketika itulah galaksi-galaksi mulai saling
mendekat dan bintang-bintang, termasuk tata surya, saling
bertumbukan atau dengan kata jatuh satu sama lain.
Alam semesta makin mengecil, akhirnya semua materi
di alam semesta akan runtuh kembali menjadi satu kesatuan
seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big
Crunch (keruntuhan besar) sebagai kebalikan dari Big Bang,
ledakan besar saat penciptaan alam semesta. Kejadian inilah
yang tampaknya digambarkan dalam Surat Al Anbiya ayat
104 dengan mengumpamakan pengerutan alam semesta
seperti makin mampatnya lembaran kertas yang digulung.
“Pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran
buku. Sebagaimana Kami telah memulai awal penciptaannya
akan Kami ulangi seperti itu.” (Thomas Djamaluddin, 2006 :
81-82)
Achmad Baiquini, mengemukakan beberapa teori

Kuliah Aqidah ~ 263


tentang hari kiamat, yaitu :
Pertama :  Menurut Prof. Achmad Baiquini Msc. Ph.D.
* Skenario pertama menggambarkan habisnya bahan bakar
temonuklir yaitu hidrogen dalam  matahari. Kalau reaksi
nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin
dan bumi akan  membeku. Tak ada tanaman yang akan
tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu
yang dibutuhkan matahari untuk menghabiskan bahan
bakarnya berkisar sekitar lima milyar tahun.
* Skenario kedua menggambarkan habisnya hidrogen
dibumi. jika hidrogentersebut habis, maka semua
makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario
pertama. Barangkali selama milyaran tahun juga.
* Skenario ketiga menggambarkan mengembangnya
matahari. Sebagaimana diketahui, matahari merupakan
salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling
dekat dengan  bumi. Evolusi matahari akan mengikuti
bintang-bntang lainnya yaitu bila ia telah “Padam” ia
akan menyusut menjadi kecil sampai pada suatu saat
ketika energy gravitasinya berubah menjadi panas dan
mengubahnya menjadi bintang raksasa merah. Pada
kondisi demikian sistem tata surya sebagian (termasuk
bumi kita) akan tertelan oleh matahari. semua makhluk
hidup akan mati terbakar.

Kedua : Menurut astronomi


Berdasarkan astronom Sir Jame Jeinz bumi yang kita
diami ini, begitu pula planet-planet lain dari tata surya,
beredar diangkasa mengelilingi matahari. Peredaran itu

264 ~ Kuliah Aqidah


berjalan rapi tanpa terjadi benturan. Tiada lain hanyalah
karena diatur dengan sempurna oleh Maha pencipta.
Sunnatullah itu berupa daya tarik menarik antara bumi
dengan matahari, maupun dengan planet-planet lain dengan
perimbangan yang serasi. Namun menurut teori ilmu alam,
daya tarik menarik itu tidakklah selamanya utuh. Kian lama
kian surut, akhirnya habis sama sekali.
Maka dapat dibayangkan apa yang terjadi, andaikata
suatu saat keseimbangan daya tarik menarik itu telah tiada
lagi, maka bumi kita ini akan bertubrukan dengan planet-
planet lain, atau meluncur dengan kecepatan yang maha
dahsyat menubruk matahari. Kejadian itu dapat menjadikan
semua yang ada dibumi ini akan hancur lebur sebagaimana
dijelaskan dalam kitab suci Al Qur’an.

Ketiga : Menurut Geologi


Bumi ini terjadi dari semacam gas panas atau nebula.
Dalam waktu jutaan tahun gas panas itu makin lama makin
dingin, sehingga akhirnya membeku dan menjadi zat padat
seperti yang terdapat pada kulit bumi. Tetapi dalam perut
bumi yang besar itu masih tersimpan gas-gas panas yang,
menurut sifatnya berkembang dan mendesak arah ke luar,
dan kulit bumi tidak meletus karena hanya ada tekanan
udara atau atmosfir dari luar hingga tekanan dari dalam dan
tekanan dari luar seimbang adanya. Suatu saat terjadi
tekanan gas panas dari dalam bumi sehingga terjadilah
letusan gunung dan gempa.
Setiap benda panas lama-lama akan menjadi dingin,
demikian juga gas yang ada diperut bumi lambat laun akan

Kuliah Aqidah ~ 265


cair dan beku, serta tekanannya akan berkurang, bahkan
lenyap sama sekali. Peristiwa tersebut mengakibatkan bumi
ini pecah oleh tekanan atmosfir dari luar. Tak ubahnya bagai
telur diremas oleh tangan yang kuat, hingga isinyapun
terpencar berhamburan, sebagaimana telah digambarkan
dalam Al Qur’an.

Keempat :  Menurut Fisika


Siapa saja umat Islam yang mengaku dirinya beriman
pasti yakin kiamat akan tiba. Kiamat adalah keniscayaan
meskipun hal itu artinya ras manusia harus punah. Mengacu
pada Alquran dan hadis, banyak sudah gambaran ciri-ciri
manakala hari kiamat akan tiba. Tetapi ahli fisika Febdian
Rusydi punya penjelasan ilmiah mengenai bagaimana
terjadinya kiamat. "Yang pertama itu kiamat di bumi.
Skenario kiamat yang bisa diprediksi oleh sains terjadi di
bumi,". Bumi terdiri dari lapisan-lapisan. Paling dalam
adalah inti yang bentuknya solid dan cair. Lapisan
berikutnya adalah mantel yang terdiri dari silikat, gabungan
silikon dan air.
Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas
ini berputar di dalam mantel dan bisa menggerakkan bagian
kerak (crust) bumi sehingga muncul gempa. Febdian
mengatakan kiamat terjadi di bumi ketika sistem gravitasi
yang ada menjadi kacau oleh aliran panas bumi di lapisan
mantel. Saat itulah terjadi pergerakan lempengan bumi yang
ditandai dengan munculnya gempa. Saat terjadi gempa
orang akan sulit sekali berjalan. "Saat normal, gravitasi
seragam di setiap permukaan bumi. Tapi saat gempa

266 ~ Kuliah Aqidah


gravitasi tidak lagi seragam di daerah gempa," ujarnya.
Pergerakan lempeng di bumi itu terus berlanjut alias
berevolusi. Bukti ilmiah menunjukkan dulu di bumi hanya
ada satu kontinen besar sebelum akhirnya terpecah-pecah
menjadi yang sekarang ini.
Pengaruh gaya gravitasi itu begitu besar. Sehingga bila
terjadi gempa dengan skala yang luar biasa maka efek yang
dihasilkannya pun besar pula. "Gunung pun bisa tercungkil
atau dengan kata lain bisa terangkat dan terbalik. Itulah
skenario kiamat di bumi," terangnya. Dan gunung-gunung
seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S. Al Qariah:5)
Febdian mengatakan soal waktu tepatnya kiamat terjadi tetap
hanya Allah yang tahu. Tetapi Allah juga telah
memerintahkan untuk belajar dan mencari tahu tentang
misteri alam atau lingkungan.

Kelima : Teori Perang Dunia ke III atau perang Nuklir


Menurut Malaikat Jibril, setiap Nuklir yang diuji-
cobakan di bumi, seperti baru-baru ini oleh Korea Utara,
membuat bumi bergetar dan bergetarnya bumi telah
membuat poros edar bumi terhadap matahari berubah.
Sekarang manusia merasakan perubahan iklim menjadi
panas yang luar biasa. Para ilmuwan memperkirakan teori
efek rumah kaca (Green House Effect), yaitu pencemaran
udara di bumi akan mengakibatkan bertambah panasnya
suhu udara dibumi dan menipisnya lapisan ozon membuat
sinar matahari dapat langsung tanpa hambatan ke bumi.
Mereka mengesampingkan kemungkinan berubahnya poros
edar bumi terhadap matahari dan semakin mendekati

Kuliah Aqidah ~ 267


matahari.
Kombinasi perang nuklir pada perang dunia III dan
perubahan iklim di bumi yang selain efek rumah kaca juga
diperparah oleh berubahnya poros bumi semakin mendekati
matahari, maka dapat dipastikan musnahnya kehidupan
dibumi ini. Siapapun tidak akan bisa bertahan hidup dengan
radiasi nuklir yang diledakkan, kalaupun bisa, mereka tidak
akan bertahan hidup karena nuklir mengubah poros edar
bumi semakin mendekati matahari dan efek rumah kaca.
Bumi yang semakin panas akan membuat spesies manusia
musnah.

Keenam : Teori komet


Menurut para ilmuwan, musnahnya spesies Dinosaurus
disebabkan oleh tabrakan komet besar dengan bumi, dimana
ketika komet besar itu menabrak bumi, panas yang
dihasilkan dari pembakaran ketika masuknya komet tersebut
ke dalam atmosfer, dan kemudian ketika komet itu
menyentuh bumi akan memusnahkan kehidupan yang ada
dibumi ini. Jangan berpikir komet yang skala kecil, kita
berbicara komet skala sangat besar. Kita sering melihat
komet masuk ke bumi itu adalah komet skala kecil yang
tidak memberikan dampak apa-apa terhadap bumi.
Salah satu jenis komet besar yang pernah jatuh ke bumi
adalah komet yang jatuh di Sumatera Utara ribuan tahun
yang lalu dan hasil benturan bumi dengan komet tersebut
membentuk Danau Toba yang sekarang kita kenal. Ketika
Gunung Tambora di Nusa Tenggara meletus di abad ke 18,
terjadi perubahan iklim seluruh bumi yang dikenal dengan

268 ~ Kuliah Aqidah


sebutan “Setahun bumi tanpa sinar matahari”, itu baru kelas
gunung meletus saja, dan efeknya adalah banyak manusia
yang meninggal karena tanpa sinar matahari, gagal panen,
penyakit berjangkit, dan lain sebagainya.

Ketujuh : Badai Matahari


Menurut ilmuwan Amerika, akan terjadi Badai Matahari
yang sudah lebih besar dari pada badai matahari sebelumnya
yang berkemungkinan menimbulkan efek bencana besar
pada bumi. Badai yang menurut penelitian dari National
Academy Od Sciences, Amerika, sangat besar
kemungkinannya terjadi. Studi tersebut mendapat sponsor
dari NASA. Cara hidup yang modern dan cenderung
tergantung pada kecanggihan teknologi memungkinkan
memicu ketidaksengajaan untuk diri kita sendiri
terperangkap dalam keadaan yang super berbahaya.
Lihatlah, beberapa akibat dari efek rumah kaca, global
warming, produksitas karbon dioksida, yang membuat
penipisan zat pelindung yang terkandung dalam atmosfir
sebagai pelinding bumi dari sengatan ultraviolet matahari.
Namun, ada pendapat ahli yang mengatakan berbeda.
Mereka mempertimbangkan dampak badai matahari yang
akan terkonsentrasikan oleh aktifitas di dalam atmosfir. Dan
disebabkan oleh efek rintangan dari atmosfir dan medan
magnet bumi akan mempengaruhi perjalanan badai ke bumi.
Secara teori, badai matahari sebelum masuk ke permukaan
bumi yang sesungguhnya, akan dihalangi oleh lapisan
atmosfir terlebih dahulu.
Di atmosfir badai tersebut akan terus menerus terbakar,

Kuliah Aqidah ~ 269


sejumlah ultraviolet dilepaskan, menyebabkan densitas
lapisan ionosfir meningkat tinggi dan mengganggu
gelombang pendek di angkasa. Pada umumnya badai
matahari tidak akan menembus lapisan atmosfir yang akan
memberikan ancaman bagi spesies bumi.

D. Tanda-Tanda Kiamat
Tanda-tanda hari kiamat atau hari akhir begitu banyak di
sebutkan dalam Al Qur'an seperti ; “Maka tidaklah yang
mereka tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang
datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena
sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah
faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari
Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur'an telah
menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya
Hari Akhir. Agar dapat memahami tanda-tanda
'pengumuman besar' ini, kita harus merenungkan ayat ini.
Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini,
pemikiran kita tidak akan berguna sama sekali ketika Hari
Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
Allah berfirman dalam Al Qur'an bahwa tidak diragukan
lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
‫ث َم ْن يِف الْ ُقبُو ِر‬ َّ ‫ب فِ َيها َوأ‬
ُ ‫َن اللَّهَ َيْب َع‬ ِ ‫الس‬
َ ْ‫اعةَ آَتيَةٌ اَل َري‬ َّ ‫َوأ‬
َ َّ ‫َن‬
“Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak
ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (QS Al
Hajj: 7)

270 ~ Kuliah Aqidah


ٌ‫اعةَ آَل َتِيَة‬ َّ ‫ض َو َما َبْيَن ُه َما إِاَّل بِاحْلَ ِّق َوإِ َّن‬
َ ‫الس‬
ِ َّ ‫وما خلَ ْقنَا‬
َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ ََ
‫يل‬ ِ
َ ‫الص ْف َح اجْلَم‬
َّ ‫اص َف ِح‬
ْ َ‫ف‬
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar.
dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang,
Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik” (QS
Al Hijr: 85)
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa
pesan Al Qur'an tentang Hari Akhir difirmankan lebih dari
1400 tahun lalu, dan masa itu sudah lama, jika dibandingkan
dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di sini
tersirat persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-
bintang, singkatnya, alam semesta. Ketika kita menganggap
bahwa alam semesta berusia miliaran tahun, maka empat
belas abad adalah suatu jangka waktu yang sangat pendek.
(Harun Yahya : 1)
Diantara tanda-tanda kiamat yang dijelaskan oleh para
ulama adalah :
1. Kemenangan kaum Muslimin terhadap Yahudi
Pada prinsipnya kaum Yahudi diberikan kelebihan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala, dalam segala hal, terlebih
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga dewasa ini hampir semua teknologi canggih
dikuasai oleh Yahudi, baik dari sisi ekonomi dan monoter,
politik, social, budaya maupun dari sisi persenjataan dan
militer. Kelebihan dan keunggulan Yahudi ini ternyata
diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana

Kuliah Aqidah ~ 271


firman-Nya :
ِ ِ ِ
ُ ‫يل اذْ ُك ُروا ن ْع َميِت َ الَّيِت أَْن َع ْم‬
َّ َ‫ت َعلَْي ُك ْم َوأَيِّن ف‬
‫ض ْلتُ ُك ْم‬ َ ‫يَ ا بَيِن إ ْس َرائ‬
‫ني‬ ِ
َ ‫َعلَى الْ َعالَم‬
Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-
anugerahkan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu
atas segala umat. (QS. Al baqarah : 122).
Salahsatu contoh kemajuan Yahudi dari sisi teknologi
adalah ditemukan dan dikembangkannya “chip”. Seorang
pendeta kristen; mengatakan bahwa bentuk dari penguasaan
dunia oleh Yahudi sebagai tanda anhir zaman adalah
dipasangya chip pada setiap manusia sebagai identittas.
Karena chip tersebut merupakan pengganti KTP dan berisi
segala identitas seperti passport, akun bank,surat ijin
mengemudi dan data-data lainnya, maka jika menolak
menggunakan chip kita akan menjadi seorang yang tak
memiliki ID.Hidup kita akan seperti orang-orang yang
berdiam dipinggir jalan, atau di kolong jembatan, dimana
salah satu masalah mereka ialah mereka tidak memiliki
ID/KTP,sehingga mereka kesulitan untuk bergerak dan
mencari kerja. (Pdt. Jopie Ratu, dkk, 60)
Akan tetapi, dibalik kemajuan dan kecanggihannya itu,
kaum Yahudi menyalahgunakan pemberian Allah
Subhanahu wa ta’ala itu. Mereka mengetahui sesuatu itu
tidak baik tetapi mereka melanggarnya atau sebaliknya,
mereka senantiasa melakukan kezaliman. Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman:

272 ~ Kuliah Aqidah


ِ ‫ات أ ُِحلَّت هَل م وبِص د‬
‫ِّه ْم‬ ٍ ‫فَبِظُْل ٍم ِمن الَّ ِذين هادوا حَّرمنَ ا علَي ِهم طَيِّب‬
َ َ ُْ ْ َ ْ َْ ْ َ ُ َ َ َ
‫َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه َكثِ ًريا‬
Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi,
Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. (QS. An Nisa : 160).
Karena keingkaran dan kezalimannya, suatu saat akan
dikalahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yakni melalui
tangan-tangan kaum muslimin, dan kaum muslimin akan
diwariskan kekuasaan untuk memimpindanmengendalikan
dunia.Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan hal ini dalam
Al-Quran SuratAn-Nuurayat 55 yang artinya :
“Allah Subhanahu wa ta’ala telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan apa pun
dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”
Dalam sejumlah ayat juga dikatakan bahwa adalah
sunnatullahbagihamba-hamba Allah yang beriman dan hidup

Kuliah Aqidah ~ 273


dalam agama yang benar dalam hati mereka akan menjadi
pewaris dunia ini.
ِ ِ ِّ ‫الزبُو ِر ِم ْن َب ْع ِد‬
َّ ‫َولََق ْد َكتَْبنَا يِف‬
َ ‫ض يَِرثُ َها عبَاد‬
‫ي‬ َّ ‫الذ ْك ِر أ‬
َ ‫َن اأْل َْر‬
‫الصاحِلُو َن‬
َّ
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah
(Kami tulis dalam Lauhul Mahfuzh), bahwasanya bumi
ini dipusakai (oleh) hamba-hamba-Ku yang saleh (QS.
Al Anbiya': 105)
Kemenangan dan kekuasaan kaum Muslikmin itu tidak
diraih dengan cara yanhg mudah. Akan tetapi melalui
peperangan panjang yang akhirnya Allah SUBHANAHU WA
TA’ALA mengalahkan bangsa Yahudi:
‫اع َع ْن‬ ِ ‫َخَبَرنَا َج ِر ٌير َع ْن عُ َم َار َة بْ ِن الْ َق ْع َق‬ ِ ِ ُ ‫ح َّدثَنا إِسح‬
ْ ‫يم أ‬
َ ‫اق بْ ُن إ ْبَراه‬ َْ َ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ ِ
َ ‫أَيِب ُز ْر َعةَ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنهُ َع ْن َر ُسول اللَّه‬
‫ول احْلَ َج ُر‬ َ ‫ود َحىَّت َي ُق‬ ِ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫اعةُ َحىَّت ُت َقاتلُوا الَْي ُه‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ ُ ‫ال اَل َت ُق‬
ِ ٌّ ‫ود‬ ِ ‫ي يا مسلِم ه َذا يه‬ ِ
ُ‫ي َو َرائي فَا ْقُت ْله‬ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ُّ ‫َو َراءَهُ الَْي ُهود‬
“Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al
Qa'qa' dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:Tidak akan datang hari qiyamat hingga kalian
memerangi orang-orang Yahudi hingga batu yang di
baliknya bersembunyi seorangYahudi akan berkata:
"Wahai Muslim, ini Yahudi di belakangku bunuhlah
dia". (Shahih Bukhari 2709, Shahih Muslim 5203,

274 ~ Kuliah Aqidah


Musnad Ahmad 10437, 9029 ditambahkan; kecuali
pohon garqat karena pohon itu milik Yahudi)
Allah pasti akan menepati janji-janji-Nya. Kegigihan
kaum muslimin memperjuangkan Islam dan menaklukkan
ajaran sesat, paham-paham yang menyimpang, dan
pemahaman agama yang salah membutuhkan pengorbanan
yang besar (jihad), orang-orang kafir dan musyrik, bahkan
Yahudi yang tampil dengan segala kecanggihannya tidak
dapat mencegah terjadi penguasaan dunia oleh kaum
muslimin sebagaiman yang telah Allah janjikan.

2. Terbelahnya bulan
Surat ke-54 di dalam Al Qur'an disebut 'Surat Al Qamar.'
Dalam bahasa Arab, qamar berarti bulan. Dalam beberapa
hal, surat ini menjelaskan kehancuran yang menimpa kaum
Nuh, 'Aad, Tsamud, Luth dan Fir'aun, karena mereka
menolak peringatan para nabi. Bersamaan dengan itu, ada
sebuah pesan yang sangat khusus disampaikan di ayat
pertama berkenaan dengan Hari Akhir.
‫اعةُ َوانْ َش َّق الْ َق َم ُر‬ ِ ‫ا ْقَترب‬
َ ‫الس‬
َّ ‫ت‬ ََ
“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah
terbelah bulan” (QS Al Qamar: 1)
Kata 'terbelah' yang digunakan di ayat ini berasal dari
bahasa Arab, syaqqa, yang mempunyai berbagai makna.
Dalam sejumlah tafsir atas ayat Al Qur'an ini, makna
'terbelah' lebih tepat.
Apabila kita kembali ke tahun 1969, kita dapat melihat
salah satu keajaiban Al Qur'an. Berbagai eksperimen yang

Kuliah Aqidah ~ 275


dilakukan di permukaan bulan pada 20 Juli 1969
mengisyaratkan terbuktinya berita yang disampaikan 1.400
tahun lalu dalam Surat Al Qamar. Pada saat itu, para
astronot Amerika menjejakkan kakinya di bulan. Setelah
menggali tanah di bulan, mereka melakukan berbagai
percobaan ilmiah dan mengumpulkan contoh batu-batuan
dan tanah,mereka mengambil kesimpulan bahwa bulan
pernah terbelah menjadi dua lalu disatukan kembali. Tentu
sangat menarik bahwa berbagai kejadian ini sesuai
sepenuhnya dengan pernyataan dalam ayat ini.
Dalamberbagai hadits yang sampai kepada kita dari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, disampaikan
berita mengenai Hari Akhir dan Masa Keemasan Islam.
Ketika kita membandingkan tanda-tanda ini dengan berbagai
peristiwa yang terjadi di masa kini, kita dapat melihat
berbagai petunjuk bahwa kita tengah hidup dalam Hari
Akhir. Kita juga dapat melihat petunjuk yang mengabarkan
datangnya Masa Keemasan Islam.
Di sini, mungkin akan muncul keraguan di benak kita
dalam hal kebenaran dan kesahihan hadits-hadits mengenai
Hari Akhir ini. Ada sebuah cara untuk membedakan hadits
yang sahih dengan hadits yang palsu. Seperti kita ketahui,
hadits mengenai Hari Kiamat berkaitan dengan berbagai
peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Karena alasan itu,
ketika sebuah hadits memang terbukti dengan berjalannya
waktu, semua keraguan tentang sumber pernyataan itu
menjadi sirna.
Sejumlah ilmuwan Islam yang melakukan penelitian
tentang masalah Hari Akhir dan tanda-tanda Hari Kiamat

276 ~ Kuliah Aqidah


telah menggunakan syarat ini. Seorang ahli tentang masalah
ini, Bediuzzaman Said Nursi, berkata bahwa hadits tentang
Hari Akhir yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang
telah bisa diamati pada masa kita menunjukkan kebenaran
hadits tersebut. (Bediuzzaman Said Nursi dalam Harun
Yahya : 2)
Sebagian tanda-tanda yang diberitakan dengan hadits ini
dapat diamati di beberapa tempat di dunia dalam jangka
waktu 1400 tahun sejarah Islam. Akan tetapi hal ini belum
membuktikan bahwa jangka waktu itu adalah Hari Akhir.
Untuk jangka waktu tertentu yang dapat disebut Hari Akhir,
seluruh tanda-tanda Hari Akhir harus telah dapat dilihat
kejadiannya pada jangka waktu yang sama.
‫يم َع ْن أَيِب َم ْع َم ٍر‬ ِ ِ ِ ‫ح َّدثَنا عب َدا ُن عن أَيِب مَح ز َة عن اأْل َعم‬
َ ‫ش َع ْن إ ْبَراه‬ َ ْ ْ َ َْ ْ َ َْ َ َ
ُ‫صلَّى اللَّه‬ َ ِّ ‫ال انْ َش َّق الْ َق َم ُر َوحَنْ ُن َم َع النَّيِب‬ َ َ‫َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ ق‬
َ َ‫ت فِْرقَةٌ حَنْ َو اجْلَبَ ِل َوق‬
‫ال أَبُو‬ ْ َ‫ال ا ْش َه ُدوا َوذَ َهب‬ َ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِبِىًن َف َق‬
‫وق َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه انْ َش َّق مِب َ َّكةَ َوتَ َاب َعهُ حُمَ َّم ُد بْ ُن ُم ْسلِ ٍم‬ ٍ ‫الضُّحى عن مسر‬
ُْ َ ْ َ َ
‫اه ٍد َع ْن أَيِب َم ْع َم ٍر َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه‬ ِ ‫يح عن جُم‬ ِ
َ ْ َ ٍ ‫َع ْن ابْ ِن أَيِب جَن‬
Telah menceritakan kepada kami 'Abdan dari Abu
Hamzah dari Al A'masy dari Ibrahim dari Abu Ma'mar
dari Abdullah radliallahu 'anhu berkata; Bulan terbelah
saat kami sedang bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam di Mina, lalu beliau bersabda: "Saksikanlah".
Kemudian sekelompok orang pergi ke atas gunung. Dan
Abu adl Dluha berkata dari Masruq dari Abdullah; Bulan
pernah terbelah di Makkah... Dan diperkuat pula hadits

Kuliah Aqidah ~ 277


ini oleh Muhammad bin Muslim dari Ibnu Abu Najih
dari Mujahid dari Abu Ma'mar dari Abdullah (Shahih
Bukhari 3580, 4446, Shahih Muslim 5014, 4490 dan
banyak hadits lain menjelaskan terbelahnya bulan)

3. Peperangan, kekacauan dan Bencana


Peperangan dan kekacauan yang dimaksud adalah
terjadinya permusuhan berkepanjangan antara umat
beragama, dan terjadinya penyiksaan dan pembunuhan tanpa
alasan yang benar. Rasulullah
menyebutfenomenainidenganistilah al Harj, sebagaimana
hadits berikut :
‫َخَبَريِن مُحَْي ُد بْ ُن‬ ِّ ‫الز ْه ِر‬ ِ
ْ ‫ال أ‬
َ َ‫ي ق‬ ُّ ‫ب َع ْن‬
ٌ ‫َخَبَرنَا ُش َعْي‬ْ ‫َح َّدثَنَا أَبُو الْيَ َمان أ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫َن أَبَا ُهَر ْيَرةَ قَ َال ق‬ َّ ‫َعْب ِد الرَّمْح َ ِن أ‬
‫ُّح َويَك ُْث ُر اهْلَْر ُج قَالُوا َو َما‬
ُّ ‫ص الْ َع َم ُل َويُْل َقى الش‬
ُ ‫الز َما ُن َو َيْن ُق‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫َيَت َق َار‬
‫ال الْ َقْت ُل الْ َقْت ُل‬
َ َ‫اهْلَْر ُج ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku Humaid bin
Abdurrahman bahwa Abu Hurairah berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Zaman semakin
dekat, amalan kian berkurang, kekikiran semakin banyak
dan al Harj semakin merajalela." Mereka bertanya;
"Apakah al Harj itu? Beliau menjawab: "Pembunuhan,
pembunuhan." (Shahih Bukhari 5577, 4827, Abu
Dawud 3713, Ibnu Majah 4042, Musnad Ahmad 6889).

278 ~ Kuliah Aqidah


ِ ٍ ِ
‫ول‬
ُ ‫ت احْلَ َس َن َي ُق‬ ُ ‫َح َّدثَنَا أَبُو الن ُّْع َمان َح َّدثَنَا َج ِر ُير بْ ُن َحا ِزم قَ َال مَس ْع‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن ِم ْن‬ ِ
َ ُّ ‫ال قَ َال النَّيِب‬ َ ‫َح َّد َثنَا َع ْم ُرو بْ ُن َت ْغل‬
َ َ‫ب ق‬
ِ ‫ال الشَّع ِر وإِ َّن ِمن أَ ْشر‬ ِ ِ ِ ِ ‫الس‬ ِ
‫اط‬ َ ْ َ َ َ ‫اعة أَ ْن ُت َقاتلُوا َق ْو ًما َيْنتَعلُو َن ن َع‬ َ َّ ‫أَ ْشَراط‬
ُّ ‫وه ُه ْم الْ َم َج‬
‫ان‬ ِ ‫الساع ِة أَ ْن ُت َقاتِلُوا َقوما ِعراض الْوج‬
َّ ‫وه َكأ‬
َ ‫َن ُو ُج‬ ُ ُ َ َ ًْ َ َّ
ُ‫الْ ُمطَْرقَة‬
Telah bercerita kepada kami Abu An Nu'man telah
bercerita kepada kami Jarir bin Hazim berkata aku
mendengar Al Hasan berkata telah bercerita kepada
kami 'Amru bin Taghlab berkata; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara tanda-tanda
(dekatnya) hari qiyamat adalah kalian memerangi suatu
kaum yang memakai sandal bulu. Dan sesungguhnya
diantara tanda-tanda (dekatnya) hari qiyamat adalah
kalian memerangi suatu kaum yang berwajah lebar,
seakan-akan wajah mereka seperti perisai yang
melindungi (kulit) (Shahih Bukhari 2710, Ibnu Majah
4088, Ibnu mas’ud 9994, Imam Ahmad 19754, 19755,
19756).
Dunia ini tidak akan menemui akhirnya, hingga suatu
hari akan datang pada manusia, pada hari itu akan ada
pembunuhan massal dan pertumpahan darah. Apabila kita
melihat empat belas abad lalu, kita melihat berbagai
peperangan di wilayah tertentu sebelum abad kedua puluh.
Peperangan yang mempengaruhi setiap dimensi kehidupan,
seperti; sistem politik, perekonomian, dan struktur social.
Pada Perang Dunia pertama lebih dari 20 juta jiwa

Kuliah Aqidah ~ 279


meninggal, perang Dunia kedualebih dari 50 juta jiwa
meninggal. Di samping itu, Perang Dunia kedua diakui
sebagai perang yang paling berdarah, paling besar, dan
paling menghancurkan dalam sejarah.
Berbagai pertentangan yang terjadi setelah Perang Dunia
kedua (Perang Dingin, Perang Korea, Perang Vietnam,
konflik Arab-Israel dan Perang Teluk) adalah contoh di
antara berbagai peristiwa yang paling gawat di zaman
modern ini. Selain itu, berbagai peperangan, pertentangan,
dan perang saudara di tingkat wilayah telah menyebabkan
kehancuran di berbagai belahan dunia seperti; Bosnia,
Palestina, Chechnya, Afghanistan, Kashmir, suriah dan
lainnya, berbagai masalah terus merongrong martabat
kemanusiaan.
Contoh lain bentuk 'kekacauan' yang menghantui umat
manusia yang setara dengan peperangan adalah teror
terorganisir tingkat internasional. Berbagai tindakan teror
telah berlipat ganda jumlahnya di paruh kedua abad kedua
puluh. Bahkan dapat dikatakan bahwa teror adalah sebuah
ciri khas abad kedua puluh. Berbagai organisasi yang
bercirikan rasisme, komunisme, dan berbagai paham serupa,
atau dengan tujuan kebangsaan, telah melakukan berbagai
tindakan kejam dengan bantuan teknologi canggih. Dalam
sejarah dunia yang lebih terkini, berbagai tindakan teror
berulang-ulang telah menyebabkan kekacauan. Banyak
darah telah tertumpah dan orang-orang tak bersalah yang tak
terhitung jumlahnya telah dibantai atau terbunuh.
Di masa kini, ada bahaya besar yang mengancam pola
hidup masyarakat dunia. Dengan cara yang sama seperti

280 ~ Kuliah Aqidah


virus membunuh tubuh manusia, bahaya ini mengakibatkan
keruntuhan sosial yang sangat parah. Bahaya ini adalah
keruntuhan nilai-nilai akhlak yang membantu
mempertahankan masyarakat yang sehat. Homoseksualitas,
pelacuran, hubungan seks pra-nikah dan di luar nikah,
penyimpangan seksual, pornografi, pelecehan seksual, dan
peningkatan angka penderita penyakit kelamin, adalah
sejumlah petunjuk penting dari keruntuhan nilai-nilai
akhlak.
Permulaan Hari Akhir digambarkan sebagai waktu
ketika silang pendapat berkembang, serta perang dan konflik
semakin meningkat, ketika ada kekacauan dan kehancuran
moral mencuat dan manusia menjauh dari akhlak agama.
Pada waktu tersebut, berbagai bencana alam akan terjadi di
seluruh dunia, kemiskinan akan mencapai tingkat yang
belum terlihat sebelumnya, ada peningkatan besar dalam
angka kejahatan, pembunuhan dan kekejaman di berbagai
tempat. Tetapi, hal ini hanyalah tahap pertama. Selama tahap
kedua, Allah akan menyelamatkan manusia dari kekacauan
ini dan menggantikannya dengan keadaan yang penuh
berkah dan ridha-Nya dengan berlimpahnya materi,
perdamaian, dan keamanan.

4.  Hancurnya Kota-Kota Besar


Pengembangan dan penggunaan senjata nuklir, pesawat
tempur, bom, rudal, dan senjata modern yang canggih
lainnya telah menyebabkan kehancuran yang belum pernah
terbayangkan sebelumnya. Berbagai senjata mengerikan ini
telah menyebabkan tingkat kehancuran yang belum pernah

Kuliah Aqidah ~ 281


terlihat sebelumnya. Jelas, kota-kota besar yang menjadi
sasaran adalah yang paling menderita karena kehancuran ini.
Kehancuran karena Perang Dunia II yang belum ada
bandingannya adalah salah satu contohnya. Dengan
penggunaan bom atom di perang terbesar di dunia itu,
Hiroshima dan Nagasaki hancur total. Akibat pemboman
hebat, berbagai ibu kota Eropa dan kota-kota penting lainnya
menderita berbagai kerusakan.
Selain disebabkan oleh penggunaan berbagai senjata
modern dalam berbagai peperangan antar umat manusia,
kerusakan kota-kota besar di dunia ini juga disebabkan oleh
berbagai bencana alam seperti; angin topan, badai, angin
puyuh, dan banjir yang menyebabkan timbunan lumpur
menutupi berbagai pusat pemukiman penduduk. Kemudian,
gempa bumi, letusan gunung, dan gelombang pasang air laut
juga telah menyebabkan kehancuran yang besar. Oleh
karena itu, seluruh kehancuran yang terjadi pada kota-kota
besar karena bencana-bencana memuat suatu tanda penting
dan teguran dalam akan kesombongan manusia yang berani
menentang ajaran Allah subhanahu wa ta’ala dan berbuat
kerusakan dimuka bumi, Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
‫ض‬ ِ ِ ِ ‫ظَهر الْ َفساد يِف الْبِّر والْبح ِر مِب ا َكسبت أَي ِدي الن‬
َ ‫َّاس ليُذي َق ُه ْم َب ْع‬ ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ
‫الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُو َن‬
‘Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang
282 ~ Kuliah Aqidah
benar)(QS.Ar-rum: 41).

5. Sering terjadi Gempa Bumi


Selain dari tanda yang telah disebutkan di atas,
peningkatan intensitas gempa bumi juga merupakan salah
satu dari tanda-tanda kiamat, sebagaiman yang tergambar
dalam riwayat berikut :
‫الزنَ ِاد َع ْن َعْب ِد‬ ِّ ‫َخَبَرنَا أَبُو‬ ْ ‫ال أ‬ َ َ‫ب ق‬ٌ ‫َخَبَرنَا ُش َعْي‬
ِ
ْ ‫َح َّدثَنَا أَبُو الْيَ َمان قَ َال أ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَل‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬َ َ‫ال ق‬َ َ‫الرَّمْح َ ِن اأْل َْعَر ِج َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرةَ ق‬
ِ
‫الز َما ُن‬
َّ ‫ب‬ َ ‫ض الْع ْل ُم َوتَك ُْثَر الزَّاَل ِز ُل َو َيَت َق َار‬َ َ‫اعةُ َحىَّت يُ ْقب‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ ُ ‫َت ُق‬
ُ ‫َوتَظْ َهَر الْ ِفنَتُ َويَك ُْثَر اهْلَْر ُج َو ُه َو الْ َقْت ُل الْ َقْت ُل َحىَّت يَك ُْثَر فِي ُك ْم الْ َم‬
‫ال‬
‫يض‬ ِ
َ ‫َفيَف‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman
berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zinad
dari 'Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah ia
berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya
ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan
dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj
-yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada
kalian." (Shahih Bukhari 978) hadits ini dari jalan
Abdurrahman bin Shakhar, Abdur Rahmad bin Hurmuz,
Abdullah bin Dzakwan Abu Zanad, Syuaib bin Abi
Hamzah Dinar, al Hakam bin Nafi. Para ulama hadits
mengomentari bahwa hadits ini dari jalan yang bisa
dipercaya.

Kuliah Aqidah ~ 283


Kurun waktu beberapa tahun terakhir, gempa bumi besar
telah terjadi berulang-ulang, dan termasuk bencana yang
menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia. Apabila kita
melihat data yang dikumpulkan oleh American National
Earthquake Information Center (Pusat Informasi Gempa
Bumi Nasional Amerka, ANEI) selama tahun 1999, kita
menemukan 20.832 gempa bumi telah terjadi di berbagai
tempat di dunia. Akibatnya, 22.711 orang diperkirakan
meninggal. (www.neic.cr.usgs.gov/neis/eqlists/eqstats.html)

6. Munculnya nabi-nabi palsu


Dalam agama, istilah nabi palsu adalah label yang
diberikan pada seseorang yang dilihat secara tidak sah
mendakwa sebagai nabi dalam suatu mazhab agama.
Individu itu mungkin dilihat sebagai seorang yang secara
salah mendakwa mendapat kelebihan ramalan atau wahyu,
atau yang menggunakan kelebihan tersebut untuk
tujuan jahat. Label 'nabi' dapat menjadi terlampau subjektif:
lazim, seorang yang dianggap sebagai nabi 'benar' oleh
sesetengah orang pada masa yang sama dianggap sebagai
nabi 'palsu' oleh orang lain. Istilah ini kadang-kadang
digunakan di luar agama untuk menjelaskan seorang yang
penuh bersemangat mengajar teori yang menanamkan pola
pikir yang salah.
Pada akhir zaman nanti, akan terjadi kekacauan,
munculnya dajjal dan bahkan sampai pada munculnya nabi-
nabi palsu hampir mencapai 30 orang. Sebagaiman yang
digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

284 ~ Kuliah Aqidah


ْ ‫ال إِ ْس َح ُق أ‬ ٍ
‫ال‬
َ َ‫َخَبَرنَا و ق‬ َ َ‫صو ٍر ق‬ ُ ‫َح َّدثَيِن ُز َهْي ُر بْ ُن َح ْرب َوإِ ْس َح ُق بْ ُن َمْن‬
‫الزنَ ِاد َع ْن‬ ٍ ِ‫ي َعن مال‬ ِ
ِّ ‫ك َع ْن أَيِب‬ َ ْ ٍّ ‫ُز َهْيٌر َح َّد َثنَا َعْب ُد الرَّمْح َ ِن َو ُه َو ابْ ُن َم ْهد‬
‫وم‬
ُ ‫ال اَل َت ُق‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِّ ‫اأْل َْعَر ِج َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َع ْن النَّيِب‬
ِ ِ ‫ث د َّجالُو َن َك َّذابو َن قَ ِر‬
ُ‫ني ُكلُّ ُه ْم َي ْزعُ ُم أَنَّه‬ َ ‫يب م ْن ثَاَل ث‬ ٌ ُ َ َ ‫اعةُ َحىَّت يُْب َع‬ َ ‫الس‬
َّ
‫َخَبَرنَا َم ْع َمٌر َع ْن‬ ِ َّ ‫ول اللَّ ِه ح َّدثَنَا حُم َّم ُد بن رافِ ٍع ح َّدثَنَا عب ُد‬
ْ ‫الرزَّاق أ‬ َْ َ َ ُ ْ َ َ ُ ‫َر ُس‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِبِثْلِ ِه َغْيَر‬ ٍ ِ
َ ِّ ‫مَهَّام بْ ِن ُمنَبِّه َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َع ْن النَّيِب‬
‫ث‬َ ِ‫ال َيْنبَع‬
َ َ‫أَنَّهُ ق‬
“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan
Ishaq bin Manshur, berkata Ishaq: telah mengkhabarkan
kepada kami, sementara Zuhair berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari
Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam
bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga para Dajjal
pendusta dimunculkan, (jumlah mereka) hampir
tigapuluh, semua mengaku bawa ia adalah utusan
Allah." Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq
telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar dari
Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari nabi
Shallallahu 'alaihi wa Salam sepertinya, hanya saja ia
menyebut : Muncul” (Shahih Muslim 5205, Abu Dawud
3772, Tirmidzi 2144, Musnad Ahmad 6930, 7790, 9518
ditambahkan akan datatang al Harj; yaitu pembunuh !).
Berita tentang datangnya nabi palsu ini tidak hanya

Kuliah Aqidah ~ 285


diinformasikan dalam ajaran agama Islam, akan tetapi juga
dalam ajaran agama lain seperti; Di sepanjang Perjanjian
Baru (kitab Injil, kitab agama Nasrani), ada ramalan pada
nabi palsu dan Masihi palsu, dan mukmin diminta dengan
bersungguh-sungguh untuk sentiasa berjaga-jaga. Ayat-ayat
berikut (Matthew 7:15–23) adalah dari Khutbah di atas
Gunung: "Hati-hati dengan nabi-nabi palsu. Mereka datang
kepadamu dalam pakaian biri-biri, tetapi secara mendalam
mereka adalah serigala ganas. Buah mereka akan kamu
mengenali mereka. Pernahkah orang memetik anggur dari
pokok rimbun yang berduri, atau ara dari pokok thistle.?
Begitu juga setiap pokok memberikan buah baik, tetapi
sebatang pokok buruk memberikan buah buruk. Sebatang
pokok baik tidak dapat memberikan buah buruk, dan
sebatang pokok buruk tidak dapat memberikan buah baik.
Setiap pokok tidak memberikan buah baik ditebang dan
dilempar ke dalam api. Oleh karena itu, dengan buah mereka
akan kamu mengenali mereka."
Sedangkan menurut agama yahudi dikatakan bahwa "Jika
seorang nabi, atau yang menelaah melalui mimpi, bermuncul
di kalangan kamu dan mengumumkan kepada kamu suatu
tanda mukjizat atau ketakjuban, dan jika tanda atau ketakjuban
dari mana dia telah berbicara mengambil tempat, dan dia
berkata, 'Marikah kita mengikut tuhan-tuhan lain' (tuhan-tuhan
yang kamu tidak mengetahui) 'dan mari kita menyembah
mereka,' kamu tidak harus mendengari kata-kata nabi atau
pemimpi itu. Tuhanmu Allah menguji kamu untuk
mencintaiNya dengan keseluruhan hatimu dan dengan
keseluruhan jiwamu. Ia adalah Tuhanmu Allah yang kamu

286 ~ Kuliah Aqidah


harus mengikuti, dan Dialah yang harus kamu puja. Simpanlah
perintah-Nya dan patuhlah pada-Nya; sembahlah Dia dan
pegang teguh kepadaNya. Nabi atau pemimpi itu harus
dihukum mati, kerana dia berkhutbah pemberontakan terhadap
Tuhanmu Allah, yang membawa kamu keluar dari mesir dan
menebusi kamu dari tanah perhambaan; Dia telah coba untuk
memaling kamu dari jalan Tuhamu Allah yang telah
memerintah kamu mematuhi. Kamu haris menyingkirkan
kejahatan dari di kalangan kamu" (Deuteronomy 13:1–5 NIV).
Kitab Raja merakam suatu cerita di mana, di bawah paksaan
kelakuan dari Ahab, nabi Micaiah menggambarkan tuhan
sebagai peminta maklumat dari pembela surga pada apa yang
harus dia lakukan dengan mahkamah nabi-nabi palsu.
Gambaran ini direkam dalam 1 Raja 22:19–23: (dikutip dari
Wikipedia Bebas, Nabi Palsu dengan perubahan seperlunya)

7. Nabi Isa as dibangkitkan lagi


Banyak ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang
diangkatnya dan dibangkitkannya Nabi Isa as. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
ِ َ ‫و َق وهِلِم إِنَّا َقَت ْلنَ ا الْم ِس يح ِعيس ى ابن م رمَي رس‬
ُ‫ول اللَّه َو َم ا َقَتلُ وه‬ ُ َ َ َْ َْ َ َ َ ْ ْ َ
ِ ٍّ ‫يه لَِفي َش‬ ِ ِ‫وم ا ص لَبوه ولَ ِكن ُش بِّه هَل م وإِ َّن الَّ ِذين اخَتلَ ُف وا ف‬
ُ‫ك مْن ه‬ ْ َ َ ُْ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ
‫اع الظَّ ِّن َو َما َقَتلُوهُ يَِقينًا‬ ِ ِِ
َ َ‫َما هَلُ ْم بِه م ْن ع ْل ٍم إِاَّل اتِّب‬
“Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah
membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah",
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang

Kuliah Aqidah ~ 287


yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-
raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
(pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa.
(QS An Nisaa': 157).
Dalam ayat berikutnya difirmankan bahwa 'Isa AS tidak
meninggal, melainkan diangkat dari lingkungan manusia ke
kehadirat Allah.
ِ ِِ
ً ‫بَ ْل َر َف َعهُ اللَّهُ إلَْيه َو َكا َن اللَّهُ َع ِز ًيزا َحك‬
‫يما‬
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana (QS An Nisaa': 158)
Pada ayat ke-55 Surat Ali 'Imran, kita telah mengetahui
bahwa Allah akan menempatkan orang-orang yang
mengikuti 'Isa AS di atas orang-orang yang kafir hingga
Hari Kebangkitan. Ini sebuah fakta sejarah bahwa 2000
tahun lalu, murid-murid 'Isa tidak mempunyai kekuasaan
politik. Orang-orang Kristen yang hidup antara zaman
tersebut dan masa sekarang telah meyakini sejumlah ajaran
palsu, terutama doktrin Trinitas (mengakui tiga Tuhan dalam
satu Tuhan). Oleh karena itu, terbukti bahwa mereka tidak
bisa disebut sebagai pengikut Nabi 'Isa as, karena, seperti
dikatakan di berbagai ayat di dalam Al Qur'an, mereka yang
meyakini Trinitas telah tergelincir ke dalam kesesatan.
Dalam hal ini, pada waktu sebelum Hari Akhir, para

288 ~ Kuliah Aqidah


pengikut 'Isa AS akan mengalahkan orang-orang yang
ingkar itu dan memenuhi janji ilahiyah yang termuat di
dalam Surat Ali 'Imran. Yang pasti, kelompok yang
diberkati ini akan diketahui ketika 'Isa AS ketika turun
kembali ke bumi.
Kabenaran Allah berfirman di dalam tentang akan
turunnya nabi Isa as menjelang hari kiamat dapat kita
cermati dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 159 dimana
Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa seluruh Ahli
Kitab akan meyakini 'Isa as sebelum dia meninggal. Tidak
ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman
kepadanya ('Isa) sebelum kematiannya.
‫اب إِاَّل لَُي ْؤ ِمنَ َّن بِِه َقْب َل َم ْوتِِه َو َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة يَ ُكو ُن‬
ِ َ‫وإِ ْن ِمن أ َْه ِل الْ ِكت‬
ْ َ
ً ‫َعلَْي ِه ْم َش ِه‬
‫يدا‬
“Tidak ada seorang pun dari ahli Kitab, kecuali akan
beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. dan di
hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap
mereka. (QS An Nisaa': 159)
Kita mengetahui dengan jelas dari ayat ini bahwa ada
tiga janji yang belum terpenuhi berkenaan dengan 'Isa as.
Yang pertama, seperti setiap manusia lainnya, Nabi 'Isa AS
akan meninggal. Yang kedua, seluruh Ahli Kitab akan
melihatnya dalam bentuk sosok manusia dan akan
menaatinya ketika dia hidup. Tidak ada keraguan bahwa dua
perkiraan ini akan terpenuhi ketika 'Isa AS datang kembali
sebelum Hari Akhir. Perkiraan ketiga mengenai kesaksian
'Isa AS atas Ahli Kitab akan terpenuhi di Hari Akhir.

Kuliah Aqidah ~ 289


‫ث َحيًّا‬ ِ
ُ ‫وت َو َي ْو َم أ ُْب َع‬
ُ ‫ت َو َي ْو َم أ َُم‬
ُ ‫الم َعلَ َّي َي ْو َم ُول ْد‬
ُ ‫الس‬
َّ ‫َو‬
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada
hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam:
33)”
Ketika kita membandingkan ayat ini dengan ayat ke-55
Surat Ali 'Imran, kita dapat memahami sebuah fakta yang
sangat penting. Ayat dalam Surat Ali 'Imran tersebut
berbicara mengenai 'Isa AS diangkat ke kehadirat Allah. Di
ayat ini tidak ada informasi yang diberikan berkenaan
dengan apakah 'Isa AS meninggal atau tidak. Tetapi di ayat
ke-33 Surat Maryam, disebutkan mengenai kematian 'Isa
AS. Kematian kedua ini mungkin terjadi hanya apabila 'Isa
AS turun ke bumi kembali dan meninggal setelah hidup di
sini selama beberapa waktu (Allah-lah Yang Lebih
Mengetahui). Ayat lain yang menjelaskan turunnya 'Isa ke
bumi adalah :
ِ ِ ِ
‫يل‬
َ ‫ْمةَ َو الت َّْو َرا َة َو اإلجْن‬ َ َ‫َويُ َعلِّ ُمهُ الْكت‬
َ ‫اب َواحْل ك‬
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab,
Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS Ali 'Imran: 48)
Untuk memahami rujukan atas 'Al Kitab" yang
disebutkan di ayat ini, kita harus melihat ayat-ayat lain di
dalam Al Qur'an yang relevan dengan pokok permasalahan
ini: apabila Al Kitab dikatakan di satu ayat bersama dengan
Taurat dan Injil, itu pasti berarti Al Qur'an. Ayat ketiga dari
Surat Ali 'Imran menegaskan maksud tersebut:

290 ~ Kuliah Aqidah


ِ َ ‫اللَّه اَل إِلَه إِاَّل هو احْل ي الْ َقيُّوم * َنَّز َل علَي‬
‫ص ِّدقًا‬َ ‫اب بِاحْلَ ِّق ُم‬
َ َ‫ك الْكت‬ َْ ُ ُّ َ َ ُ َ ُ
ِ ‫لِ َم ا َبنْي َ يَ َديْ ِه َوأَْن َز َل الت َّْو َرا َة َواإْلِ جْنِ ي ل * ِم ْن َقْب ل ُه ًدى لِلن‬
‫َّاس‬ ُ َ
ِ ِ ِ ِ َّ ِ
ُ‫اب َش دي ٌد َواللَّه‬ ٌ ‫ين َك َف ُروا بِآَيَات اللَّه هَلُ ْم َع َذ‬
َ ‫َوأَْنَز َل الْ ُف ْرقَا َن إ َّن الذ‬
* ‫َع ِز ٌيز ذُو انْتِ َق ٍام‬
Allah, tiada ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup
kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al
Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya
dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum (Al Qur'an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang
berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan
(siksa). (QS Ali 'Imran: 2-4)
Dalam hal ini, Al Kitab yang disebut dalam ayat 48,
yang akan dipelajari oleh 'Isa AS, hanya mungkin berupa Al
Qur'an. Kita mengetahui bahwa 'Isa AS telah mengetahui
Taurat dan Injil selama kehidupannya, yaitu, sekitar 2000
tahun lalu. Jelas, kitab tersebut adalah Al Qur'an yang dia
akan ajarkan ketika dia turun ke bumi kembali.
Petunjuk yang paling menarik pada ayat ke-59 Surat Ali
'Imran:
ِ ِ ِ ِ
َ ‫يسى عْن َد اللَّه َك َمثَ ِل‬
…‫آد َم‬ َ ‫إ َّن َمثَ َل ع‬
'Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam...'’
Di ayat ini kita dapat melihat ada sejumlah kesamaan
Kuliah Aqidah ~ 291
antara kedua nabi tersebut. Seperti kita ketahui, Adam AS
dan 'Isa AS keduanya tidak berayah, tetapi kita dapat
menarik suatu kesamaan lebih lanjut dari ayat di atas, di
antara turunnya Adam as ke permukaan bumi dari surga dan
turunnya 'Isa AS dari hadirat Allah pada Hari Akhir.
Petunjuk lain juga dapat kita temukan dalam firman Allah
subhanahu wa ta’ala berikut :
ِ ِ ِ ِ ‫هِب‬ ِ ‫لس‬ ِ ِ
َ َّ ‫َوإِنَّهُ لَع ْل ٌم ل‬
ٌ ‫اعة فَاَل مَتَْتُر َّن َا َواتَّبعُون َه َذا صَرا ٌط ُم ْستَق‬
‫يم‬
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan
pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah
kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku.
Inilah jalan yang lurus. (QS Az Zukhruf: 61)
Kita mengetahui bahwa 'Isa AS hidup enam abad
sebelum Al Qur'an diwahyukan. Oleh karena itu, ayat ini
harus merujuk, bukan pada kehidupan pertamanya,
melainkan pada kedatangannya kembali selama Hari Akhir.
Baik dunia Kristen maupun Islam sangat menunggu-nunggu
kedatangan 'Isa as yang kedua kalinya itu. Kehadiran
terhormat tamu yang diberkati ini di permukaan bumi akan
merupakan tanda penting dari Hari Akhir.
Bukti lebih lanjut kedatangan kedua 'Isa AS dapat
ditemukan dalam penggunaan kata wakahlan dalam Surat Al
Maidah 110 dan Surat Ali 'Imran 46.
ِ
َ ِ‫ك َو َعلَى َوال َدت‬
‫ك‬ َ ‫يس ى ابْ َن َم ْرمَيَ ا ْذ ُك ْر نِ ْع َميِت َعلَْي‬ ِ َّ َ َ‫إِ ْذ ق‬
َ ‫ال اللهُ يَا ع‬
… ‫َّاس يِف الْ َم ْه ِد َو َك ْهاًل‬ ِ ‫ك بُِر‬
َ ‫وح الْ ُق ُد ِس تُ َكلِّ ُم الن‬ َ ُ‫إِ ْذ أَيَّ ْدت‬
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai 'Isa putra

292 ~ Kuliah Aqidah


Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan ruhul
qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu
masih dalam buaian dan sesudah dewasa..." (QS Al
Ma'idah: 110).

‫ني‬ِ‫وي َكلِّم النَّاس يِف الْمه ِد و َكهال و ِمن َّ حِل‬


َ ‫الصا‬ َ َ ْ َ َْ َ ُ َُ
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di
antara orang-orang yang saleh." (QS Ali 'Imran: 46)
Kata-kata “kahlan”dalam Al-Quran hanya muncul di dua
ayat ini dan hanya merujuk pada 'Isa AS. Kata ini digunakan
untuk menjelaskan usia 'Isa AS yang cukup dewasa. Kata ini
merujuk pada usia antara 30 dan 50, yaitu akhir masa
pemuda dan awal usia tua. Para ilmuwan Islam setuju
menerjemahkan kata ini merujuk ke periode setelah usia 35
tahun.
Para ilmuwan Islam meyakini sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang mendukung bahwa 'Isa
AS diangkat ke sisi Allah ketika berusia muda, yaitu
permulaan usia 30-an, dan ketika dia turun kembali dan
hidup di permukaan bumi ini dia akan berusia 40 tahun. 'Isa
AS akan berusia tua setelah dia kembali ke bumi, sehingga
ayat ini dapat dikatakan merupakan sebuah bukti kedatangan
kedua 'Isa AS ke bumi.
Kita juga mengimani adanya tanda-tanda kiamat berupa
keluarnya dajjal turunnya Nabi Isa as dari langit, kita juga
mengimani terbitnya matahari dari barat dan keluarnya
binatang yang dapat berbicara seperti manusia (ad-daabbah).

Kuliah Aqidah ~ 293


(al Ghunaimi, 2000 : 44)

E. Gambaran Terjadinya Kiamat


Tidak ada seorangpun yang dapat memastikan kapan
terjadinya hari kiamat. Walaupun Rasulullah telah
menjelaskan bahwa kiamat itu akan terjadi pada hari jum’at
sebagaiman yang tergambar dalam riwayat berikut ini:
“Dan Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin
Sa'id Telah menceritakan kepada kami Al Mughirah
yakni Al Hizami, dari Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sebaik-baik hari adalah hari Jum'at, karena
pada hari itulah Adam diciptakan. Pada hari itu pula ia
dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu pula ia
dikeluarkan daripadanya. Dan hari kiamat tidak terjadi
kecuali pada hari Jum'at". (Shahih Muslim 1411,
Tirmidzi 450, An nasa;I 1357 ditiupnya terompet
pertanda kiamat, 1413, Ibnu majah 1075, Musnad Imam
Ahmad 9041, Imam Malik 222, Sunan Abu Dawud
882 hadits panjang yang menjelaskan tentang keutamaan
hari jumat).
Akan tetapi hadist tersebut tidak menjelaskan hari jum’at
tanggal, bulan dan tahun berapa kiamat akan terjadi. Hanya
saja kiamat pasti terjadi. Firman Allah :
ٌ‫اعةَ آَل َتِيَة‬ َّ ‫ض َو َما َبْيَن ُه َما إِاَّل بِاحْلَ ِّق َوإِ َّن‬
َ ‫الس‬
ِ َّ ‫وما خلَ ْقنَا‬
َ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ ََ
‫يل‬ ِ
َ ‫الص ْف َح اجْلَم‬
َّ ‫اص َف ِح‬
ْ َ‫ف‬
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar.

294 ~ Kuliah Aqidah


dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang,
Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik”.
(QS. Al Hijr: 85)
Hari kiamat akan terasa terjadi dengan tiba-tiba karena
ketidaktahuan makhluk akan kepastian hari kiamat dan pada
hari itu jelaslah perbedaan antara mereka yang beriman pada
hari kiamat dan mereka yang mendustakannya.
ً‫اعةُ َب ْغتَ ة‬ َّ ‫ين َك َّذبُوا بِلِ َق ِاء اللَّ ِه َحىَّت إِذَا َج اءَْت ُه ُم‬
َ ‫الس‬
ِ َّ ِ
َ ‫قَ ْد َخس َر الذ‬
‫قَ الُوا يَ ا َح ْس َرَتنَا َعلَى َم ا َفَّرطْنَ ا فِ َيه ا َو ُه ْم حَيْ ِملُ و َن أ َْو َز َار ُه ْم َعلَى‬
‫ظُ ُهو ِر ِه ْم أَاَل َساءَ َما يَِز ُرو َن‬
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan
Pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila
kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka
berkata: "Alangkah besarnya penyesalan Kami, terhadap
kelalaian Kami tentang kiamat itu!", sambil mereka
memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, Amat
buruklah apa yang mereka pikul itu. (QS. Al An’am :
31)
Hari kiamat dalam ayat-ayat Al-Quran digambarkan
sebagai kehancuran alam semesta yang terdiri dari beberapa
hal sebagai berikut:
1. Manusia akan terpencar dan bertebaran, bahkan gunung-
gunung akan mengalami goncangan hebat yang
membuatnya terlempar dan berterbangan hal ini
disebabkan oleh goncangan maha dahsyat yang terjadi
dipermukaan bumi bahkan goncangan itu pada akhirnya
akan menghancurkan bumi dan seluruh penghuninya,

Kuliah Aqidah ~ 295


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman Apabila terjadi
hari kiamat, Tidak seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu
golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, Dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
Maka jadilah ia debu yang beterbangan, (QS. Al Waqiah
: 1-6)

‫) َي ْو َم‬3( ُ‫) َو َم ا أ َْد َر َاك َم ا الْ َقا ِر َع ة‬2( ُ‫) َما الْ َقا ِر َع ة‬1( ُ‫الْ َقا ِر َعة‬
‫ال َك الْعِ ْه ِن‬
ُ َ‫) َوتَ ُك و ُن اجْلِب‬4( ‫وث‬ ِ ُ‫اش الْمبث‬
ْ َ ِ ‫َّاس َك الْ َفَر‬ ُ ‫يَ ُك و ُن الن‬
ِ ‫الْ َمْن ُف‬
)5( ‫وش‬
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu.? Tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan. (Al-Qariah:1-5)
2. Cuaca yang ekstrim dengan angin topan dan kilat yang
membinasakan makhluk hidu,akan menjadi tanda awal
datangnya hari kehancuran, sebelum seluruh alam
semesta dihancurakan menjadi debu. Hal ini pernah
Allah timpakan pada umat terdahulu yang mendustakan
hari kiamat sebagai pelajaran sekaligus gambaran paling
sederhana akan dahsyatnya hari kiamat. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :

‫ت‬ْ َ‫) َك َّذب‬3( ُ‫) َو َم ا أ َْد َر َاك َم ا احْلَاقَّة‬2( ُ‫) َم ا احْلَاقَّة‬1( ُ‫احْلَاقَّة‬
)5( ‫اغيَ ِة‬ ِ َّ‫) فَأ ََّما مَثُ ود فَ أُهلِ ُكوا بِالط‬4( ‫مَثُ ود وع اد بِالْ َقا ِرع ِة‬
ْ ُ َ ٌ ََُ
296 ~ Kuliah Aqidah
‫) َس َّخَر َها َعلَْي ِه ْم‬6( ‫ص ٍر َعاتِيَ ٍة‬ َ ‫ص ْر‬ ٍ ‫اد فَ أ ُْهلِ ُكوا بِ ِر‬
َ ‫يح‬ ٌ ‫َوأ ََّما َع‬
ِ ٍ ِ ٍ
‫ص ْر َعى‬ َ ‫وما َفَت َرى الْ َق ْو َم ف َيه ا‬ً ‫َس ْب َع لَيَ ال َومَثَانيَ ةَ أَيَّام ُح ُس‬
)8( ‫) َف َه ْل َتَرى هَلُ ْم ِم ْن بَاقِيَ ٍة‬7( ‫َكأَن َُّه ْم أ َْع َج ُاز خَن ْ ٍل َخا ِويٍَة‬
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Kaum Tsamud dan
'Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum
Tsamud, Maka mereka telah dibinasakan dengan
kejadian yang luar biasa. Adapun kaum 'Aad Maka
mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi Amat kencang, Yang Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan
delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat kaum
'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-
akan mereka tunggul pohon kurma yang telah
kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat
seorangpun yang tinggal di antara mereka. (QS. Al
Haqqah : 1-8)
Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti
terjadi. hari kiamat dinamai Al Haaqqah karena Dia pasti
terjadi. Al Qaari'ah menurut bahasa berarti yang
menggentarkan hati, hari kiamat dinamakan Al Qaari'ah
karena Dia menggentarkan hati. Yang dimaksud dengan
kejadian luar biasa itu ialah petir yang Amat keras yang
menyebabkan suara yang mengguntur yang dapat
menghancurkan. Maksudnya: mereka habis dihancurkan
sama sekali dan tidak punya keturunan. Yang di maksud
dengan umat-umat dahulu yang mengingkari nabi-nabi
seperti kaum shaleh, kaum Syu'aib dan lain-lain dan
Kuliah Aqidah ~ 297
negeri-negeri yang dijungkir balikkan ialah negeri-
negeri kaum Luth. sedang kesalahan yang dilakukan
mereka ialah mendustai para rasul dengan mengingkari
dan tidak mau mempercayai kebenaran hari kiamat
beserta seluruh kedahsyatannya.
3. Pada hari kiamat akan terjadi kepanikan yang luarbiasa
sebagai respon manusia dari keanehan dan kehancuran
alam yang tiba-tiba melanda bumi. Manusia sebagai
mahkluk yang selalu menggantungkan diri terhadap
kekuatan yang lebih besar akan mencari tempat
berlindung sementara pada hari itu tidak ada satupun
tempat persembunyian di muka bumi.
ٍ
َ ِّ‫ول اإْلِ نْ َس ا ُن َي ْو َمئِ ذ أَيْ َن الْ َم َف ُّر * َكاَّل اَل َو َز َر * إِىَل َرب‬
‫ك‬ ُ ‫َي ُق‬
* ‫َي ْو َمئِ ٍذ الْ ُم ْسَت َقُّر‬
Pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat
berlari.?" Sekali-kali tidak.! tidak ada tempat
berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada
hari itu tempat kembali. (QS. Al Qiyamah 10-12)
Begitu dahsyatnya kepanikan yang melanda manusia
saat hari kiamat terjadi, para ibu yang sedang menyusui
akan lari meninggalkan anaknya untuk menyelamatkan
diri, bahkan wanita-wanita yang sedang mengandung
seketika itu akan mengalami keguguran akibat dari
ketakutan yang maha dahsyat yang melanda mereka
semua, wal ’iyadzubillah.

298 ~ Kuliah Aqidah


ٍ
‫ض ُع ُك ُّل‬
َ َ‫ت َوت‬ ْ ‫ض َع‬َ ‫َي ْو َم َتَر ْو َن َه ا تَ ْذ َه ُل ُك ُّل ُم ْر ِض َعة َع َّما أ َْر‬
‫َّاس ُس َك َارى َو َم ا ُه ْم بِ ُس َك َارى‬ ِ
َ ‫َذات مَح ْ ٍل مَح ْلَ َه ا َوَت َرى الن‬
‫اب اللَّ ِه َش ِدي ٌد‬ ِ
َ ‫َولَك َّن َع َذ‬
(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat
kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan
gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab
Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al Hajj : 2)
4. Hari kiamat menjadi gerbang awal persidangan maha
dahsyat yang akan menentukan tempat hidup setiap
orang diakhirat berdasarkan amal perbuatannya. Pada
hari itu tidak ada lagi amal manusia yang dapat
disembunyikan karena seluruh permukaan bumi akan
menjadi saksi hidup akan amal perbuatan manusia
‫) َوأ ََّما‬7( ‫اض يَ ٍة‬
ِ ‫يش ٍة ر‬ ِ
َ َ ‫) َف ُه َو يِف ع‬6( ُ‫ت َم َوازينُ ه‬
ِ ْ َ‫فَأ ََّما َم ْن ثَ ُقل‬
( ‫) َو َم ا أ َْد َر َاك َم ا ِهيَ ْه‬9( ٌ‫) فَأ ُُّمهُ َها ِويَة‬8( ُ‫َّت َم َوا ِزينُ ه‬
ْ ‫َم ْن َخف‬
)11( ٌ‫) نَ ٌار َح ِاميَة‬10
Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, Maka Dia berada dalam kehidupan
yang memuaskan. Dan Adapun orang-orang yang
ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu
Apakah neraka Hawiyah itu.? (yaitu) api yang

Kuliah Aqidah ~ 299


sangat panas. (QS. Al Qariah : 6-11)
ٍ
َّ ‫) بِ أ‬4( ‫َخبَ َار َه ا‬
‫َن‬ ْ ‫ِّث أ‬ُ ‫) َي ْو َمئِ ذ حُتَ د‬3( ‫ال اإْلِ نْ َس ا ُن َم ا هَلَ ا‬ َ َ‫َوق‬
‫َّاس أَ ْشتَاتًا لُِي َر ْوا أ َْع َم اهَلُ ْم‬
ُ ‫ص ُد ُر الن‬
ٍِ
ْ َ‫) َي ْو َمئذ ي‬5( ‫ك أ َْو َحى هَلَا‬ َ َّ‫َرب‬
‫ال‬َ ‫) َو َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق‬7( ُ‫ال َذ َّر ٍة َخْيًرا َي َره‬ َ ‫) فَ َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق‬6(
)8( ُ‫َذ َّر ٍة َشًّرا َيَره‬
Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi
begini)?", Pada hari itu bumi menceritakan
beritanya, Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam
Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan
kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah : 3-8).
Maksud dari manusia dibangkitkan dalam keadaan
bermacam-macam adalah ada di antara mereka yang putih
mukanya dan ada pula yang hitam dan sebagainya.
Berita tentang hari kiamat dan prosesnya tidak hanya
dalam kitan suci umat Islam, akan tetapi juga dalam dalan
kitab suci agama lain seperti dalam injil kitab Wahyu 8:7,
Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan
terjadilah hujan es,dan api, bercampur darah; dans emuanya
itu dilemparkan ke bumi ; maka terbakarlah sepertiga dari

300 ~ Kuliah Aqidah


bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah
seluruh rumput-rumputan hijau. Sangkakala ditiup sampai
tiga kali (Wahyu; 8:10, 16:2 dalam Yopie Rattu, dkk).
Demikianlah gambaran yang diceritakan Al-Quran dan
injil tentang kedahsyaran hari kiamat semoga kita semua
dapat mengambil pelajaran karena Allah subhanahu wa
ta’ala mengingatkan kita pada surat hud ayat 11 :
ِ َ ‫ك آَل َيَةً لِ َم ْن َخ‬ ِ
َ ‫اب اآْل َ ِخ َر ِة َذل‬
ُ‫ك َي ْو ٌم جَمْ ُم وعٌ لَ ه‬ َ ‫اف َع َذ‬ َ ‫إِ َّن يِف َذل‬
‫ود‬ ِ
ٌ ‫ك َي ْو ٌم َم ْش ُه‬ َ ‫َّاس َو َذل‬
ُ ‫الن‬
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada
azab akhirat. hari kiamat itu adalah suatu hari yang
semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya,
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh
segala makhluk).”

F. Pasca Terjadinya Kiamat


Pada prinsipnya kiamat memutuskan segala yang terkait
dengan manusia, yang bisa membantu hanya amalnya
masing-masing yang menentukan apakah dia mendapatkan
kenikmatan surga atau siksaan neraka. Manusia akan diadili
semuanya mulai dari manusia pertama (nabi Adam as)
sampai umat manusia pada saat kiamat terjadi.
‫إِىَل فِْر َع ْو َن َو َملَئِ ِه فَ اتََّبعُوا أ َْم َر فِْر َع ْو َن َو َم ا أ َْم ُر فِْر َع ْو َن‬
‫س الْ ِو ْر ُد‬ ‫ئ‬
ِْ‫َّار َوب‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ف‬
َ ِ ‫يد*ي ْق ُدم َقوم ه ي وم الْ ِقيام‬
‫ة‬ ٍ ‫بِر ِش‬
َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ
ِِ ِ ِ ِ ‫ِ يِف‬
‫ود‬
ُ ُ‫الرفْ ُد الْ َم ْرف‬
ِّ ‫س‬ َ ‫ود * َوأُتْبعُوا َهذه لَ ْعنَةً َو َي ْو َم الْقيَ َامة بْئ‬
ُ ‫الْ َم ْو ُر‬
Kuliah Aqidah ~ 301
Kepada Fir'aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya,
tetapi mereka mengikut perintah Fir'aun, Padahal
perintah Fir'aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang
benar. Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu
memasukkan mereka ke dalam neraka. neraka itu
seburuk-buruk tempat yang didatangi. Dan mereka
selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu
pula) di hari kiamat. la'nat itu seburuk-buruk pemberian
yang diberikan. (QS. Hud : 97-99)

‫ني * لِيَ ْح ِملُ وا‬ ِ ِ ‫وإِ َذا قِي ل هَل م م ا َذا أَْن ز َل ربُّ ُكم قَ الُوا أ‬
َ ‫َس اطريُ اأْل ََّول‬َ ْ َ َ َ ُْ َ َ
ِ ِ
‫ين يُض لُّونَ ُه ْم بِغَرْيِ ع ْل ٍم‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫أ َْو َز َار ُه ْم َكاملَ ةً َي ْو َم الْقيَ َام ة َوم ْن أ َْو َزار الذ‬
‫أَاَل َساءَ َما يَِز ُرو َن‬
Dan apabila dikatakan kepada mereka "Apakah yang
telah diturunkan Tuhanmu..?" mereka menjawab:
"Dongeng-dongengan orang-orang dahulu". (ucapan
mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya
dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan
sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang
tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).
Ingatlah, Amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.
(QS. An nahl : 24 – 25)
Manusia disiksa menurut dosanya dan dibalas dengan
kenikmatan menurut amal shalehnya. Bagi manusia yang
malas dan pura-pura tidak tahu atau seperti orang buta dan
tuli perintah dan larangan Allah maka dia akan diperlakukan
dengan siksaaan seperti orang cacat mata atau tidak bisa
melihat, kemudian pelaku dosa tersebut smpai memprotes.
Firman Allah :
302 ~ Kuliah Aqidah
‫ين اخَّتَ ُذوا ِد َين ُه ْم هَلْ ًوا َولَعِبً ا َو َغ َّر ْت ُه ُم احْلَيَ اةُ ال ُّد ْنيَا فَ الَْي ْو َم‬ ِ َّ
َ ‫الذ‬
‫اه ْم َك َما نَ ُسوا لَِقاءَ َي ْو ِم ِه ْم َه َذا َو َما َكانُوا بَِآيَاتِنَا جَيْ َح ُدو َن‬ ُ ‫َنْن َس‬
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan
dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat)
ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka
melupakan Pertemuan mereka dengan hari ini, dan
(sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
kami. (QS. Al A’raf : 51)

‫ضْن ًكا َوحَنْ ُش ُرهُ َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬


َ ً‫يشة‬
ِ
َ ِ‫ض َع ْن ذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َمع‬ َ ‫َو َم ْن أ َْعَر‬
‫ك‬ ِ َ َ‫صريا * ق‬
َ ‫ال َك َذل‬ ِ ‫ب مِل ح َشرتَيِن أ َْعمى وقَ ْد ُكْن‬
ً َ‫ت ب‬ ُ َ َ ْ َ َ ِّ ‫ال َر‬ َ َ‫أ َْع َمى * ق‬
ِ
َ ‫ك آَيَا ُتنَا َفنَ ِس َيت َها َو َك َذل‬
‫ك الَْي ْو َم ُتْن َسى‬ َ ‫أََتْت‬
Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
Keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta,
Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu
(pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". (QS. Thaha :
124-126)
Memang diakhirat nanti kebanyakan manusia harus
berada dineraka terlebih dahulu bersama jin, firman Allah
subhanahu wa ta’ala. “Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,

Kuliah Aqidah ~ 303


mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al
A;raf : 179)
Akan tetapi tempat untuk menampung manusia dan jin
yang berdosa, sangat besar dan bahkan tidak pernah penuh,
kecuali atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Al Aswad
Telah menceritakan kepada kami Harami bin 'Umarah Telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Anas
radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: orang-orang dilemparkan ke neraka hingga
neraka itu berkata; 'Apakah ada tambahan lagi? Maka Allah
meletakan kaki-Nya, dan neraka itu berkata; 'Cukup,
cukup”. (Shahih Bukhari 4470, 6836 surga masih senggang
dan longgar, Shahih Muslim 5085, Musnad Imam Ahmad
12974, 13457, Sunan Addarimi 2725)

G. Hikmah Beriman Kepada Hari Kiamat


1. Mendapatkan ganjaran berupa surga yang penuh
kenikmatan.

304 ~ Kuliah Aqidah


ِّ ‫ات ِم َن‬
‫الر ْز ِق قُ ْل‬ ِ ‫قُل من ح َّرم ِزينَ ةَ اللَّ ِه الَّيِت أَخ رج لِعِب ِاد ِه والطَّيِّب‬
َ َ َ َ َْ َ َ َْ ْ
ِ ِ ِ ُّ ‫ين آَ َمنُوا يِف احْلَيَ ِاة‬ ِِ ِ
‫ص ُل‬ َ ‫صةً َي ْو َم الْقيَ َام ِة َك َذل‬
ِّ ‫ك نُ َف‬ َ ‫الد ْنيَا َخال‬ َ ‫ه َي للَّذ‬
‫ات لَِق ْوٍم َي ْعلَ ُمو َن‬
ِ ‫اآْل َي‬
َ
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-
hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezki yang baik.?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari
kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al A’raf : 32).
Perhiasan-perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan
dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di
dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-
orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah
semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.
2. Iman kepada hari akhir merupakan bukti keimanan dan
ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
‫َش َه َد ُه ْم َعلَى‬ ْ ‫ك ِم ْن بَيِن آَ َد َم ِم ْن ظُ ُه و ِر ِه ْم ذُِّريََّت ُه ْم َوأ‬ َ ‫َوإِ ْذ أ‬
َ ُّ‫َخ َذ َرب‬
‫ت بَِربِّ ُك ْم قَالُوا َبلَى َش ِه ْدنَا أَ ْن َت ُقولُوا َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة إِنَّا‬ ِ
ُ ‫أَْن ُفس ِه ْم أَلَ ْس‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫ُكنَّا َع ْن َه َذا َغافل‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka

Kuliah Aqidah ~ 305


menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi
saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al A’raf : 172)
ِ ْ‫ال الَّ ِذين اَل يرج و َن لَِقاءنَ ا ائ‬ ٍ ِ
‫ت‬ َ ُ ْ َ َ َ َ‫َوإ َذا ُتْتلَى َعلَْي ِه ْم آَيَا ُتنَ ا َبِّينَ ات ق‬
‫بِ ُق ْرآَ ٍن َغرْيِ َه َذا أ َْو بَ ِّدلْهُ قُ ْل َم ا يَ ُك و ُن يِل أَ ْن أُبَ ِّدلَهُ ِم ْن تِْل َق ِاء َن ْف ِس ي‬
‫اب َي ْوٍم‬
َ ‫ت َريِّب َع َذ‬ ُ ‫ص ْي‬ َ ‫اف إِ ْن َع‬ُ ‫َخ‬ َ ‫وحى إِيَلَّ إِيِّن أ‬ ِ
َ ُ‫إ ْن أَتَّبِ ُع إاَّل َم ا ي‬
ِ
‫َع ِظي ٍم‬
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami
yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan
Pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al
Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah:
"Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku
sendiri. aku tidak mengikut kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika
mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar
(kiamat)". (QS. Yunus : 15)
3. Mengimani hari kiamat akan mendorong sikap insaf dan
segera bertaubat dari setiap dosa dan kesalahan.
ِ ِ ِ ِ
‫َج ٍل‬َ ‫اع ا َح َس نًا إىَل أ‬ ً َ‫ِّع ُك ْم َمت‬ْ ‫اس َت ْغف ُروا َربَّ ُك ْم مُثَّ تُوبُ وا إِلَْي ه مُيَت‬ْ ‫َوأَن‬
‫اف َعلَْي ُك ْم‬
ُ ‫َخ‬َ ‫ضلَهُ َوإِ ْن َت َولَّْوا فَِإيِّن أ‬ْ َ‫ض ٍل ف‬ ْ َ‫ُم َس ًّمى َويُ ْؤ ِت ُك َّل ِذي ف‬
‫اب َي ْوٍم َكبِ ٍري‬
َ ‫َع َذ‬
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu
dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan
306 ~ Kuliah Aqidah
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat. (QS. Hud : 3)

‫اه ْم ِس ًّرا‬ ‫ِ مِم‬ ِ ِ َّ ‫قُ ل لِعِب ِاد‬


ُ َ‫الص اَل َة َويُْنف ُق وا َّا َر َز ْقن‬
َّ ‫يم وا‬ ُ ‫ين آَ َمنُ وا يُق‬ َ ‫ي الذ‬ َ َ ْ
‫َو َعاَل نِيَةً ِم ْن َقْب ِل أَ ْن يَأْيِت َ َي ْو ٌم اَل َبْي ٌع فِ ِيه َواَل ِخاَل ٌل‬
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah
beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat,
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan
kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan
sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak
ada jual beli dan persahabatan (QS. Ibrahim : 31).
Maksudnya, pada hari kiamat itu tidak ada penebusan
dosa dan pertolongan sahabat, Lihat juga ayat 254 surat
Al Baqarah.
4. Iman pada hari kiamat akan memberikan dorongan
untuk selalu berbuat baik. Karena kelak setiap perbuatan
manusia akan dihisab dan diberikan ganjaran yang
setimpal.
* ‫ون‬ٍ ُ‫ال مَل أَ ُكن أِل َس ج َد لِب َش ٍر خلَ ْقتَ ه ِمن ص ْلص ٍال ِمن مَح ٍإ مس ن‬
ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ْ ْ َ َ‫ق‬
‫ك اللَّ ْعنَةَ إِىَل َي ْوِم الدِّي ِن‬
َ ‫يم * َوإِ َّن َعلَْي‬
ِ ‫قَ َال فَاخرج ِمْنها فَِإن‬
ٌ ‫َّك َرج‬
َ َ ْ ُْ
Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi

Kuliah Aqidah ~ 307


bentuk. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena
Sesungguhnya kamu terkutuk, 35. Dan Sesungguhnya
kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". (QS.
Al Hijr : 33-35)

‫س َش ْيئًا َوإِ ْن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ونَض ع الْم وا ِز‬


ٌ ‫ين الْق ْس َط لَي ْوم الْقيَ َام ة فَاَل تُظْلَ ُم َن ْف‬
َ ََ ُ َ َ
ِ ‫هِب‬ ِ ٍ َ ‫َكا َن ِم ْث َق‬
َ ِ‫ال َحبَّة م ْن َخ ْر َد ٍل أََتْينَا َا َو َك َفى بِنَا َحاسب‬
‫ني‬
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang
sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
shallallahu ‘alaihi wa sallamipun pasti Kami
mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan. (QS. Al Anbiya : 47)

BAB VII
IMAN KEPADA TAQDIR

308 ~ Kuliah Aqidah


TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian taqdir, beberapa tingkatan
taqdir, posisi manusia dalam taqdir, dan hikmah iman kepada taqdir.

SUB POKOK BAHASAN


1) Pengertian Taqdir.
2) Beberapa tingkatan taqdir.
3) Posisi Manusia dalam Taqdir.
4) Hikmah Iman kepada Taqdir.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian taqdir.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang beberapa tingkatan taqdir.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang posisi manusia dalam taqdir.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hikmah iman kepada taqdir.
BAB VII
IMAN KEPADA TAQDIR

A. Pengertian Taqdir
Allah subhanahu wa ta’ala melalui lisan RasulNya yang
mulia telah menetapkan enam hal yang menjadi pondasi
dasar sekaligus tolak ukur keabsahan iman seorang muslim,
salah satu dari pondasi itu adalah iman kepada Qadha’ dan
QadarNya yang baik maupun yang buruk atau yang lebih
kita kenal dengan sebutan Takdir. Bibit awal perdebatan
Kuliah Aqidah ~ 309
tentang takdir, telah dimulai sejak zaman Rasul shalallahu
‘alaihi wasallam dan terus berkembang menjadi sebuah
konsep pemikiran khusus dalam setiap Firqah (kelompok)
Umat Islam Mutaqaddimin (Terdahulu) hingga Mutaakhirin
(Kontenporer) sebelum membahas lebih lanjut tentang
Qadha’ dan Qadar Allah (Takdir) ada baiknya untuk
memahami definisi dari kedua Istilah tersebut dan
kedudukannya dalam perjalanan hidup Makhluk ciptaanNya.

1. Qadar
Kata qadara (‫ )قَد ََر‬jika diruntut menggunakan wazan ‫فَع ََّل‬
akan menghasilkan kata takdir (‫ ِد ْيرًا‬qqq‫ )تَ ْق‬yang bermakna
dugaan, ukuran atau ketentuan. Lafaz qadar dalam bentuk
ini dapat kita jumpai dalam firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
       
        
  
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi,
dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-
Furqan : 2 )
Contoh penggunaan lafaz qadar dalam bentuk ini juga
dapat kita jumpai dalam perkataan orang arab:
‫ِّر أَ ْن يَ ُك ْو َن َك َذا َو َك َذا‬
ُ ‫أُقَد‬
“aku kira/duga dia akan menjadi begini dan begitu“
Qadar juga bisa jadi merupakan masdar dari Qadara-

310 ~ Kuliah Aqidah


yaqdaru-Qadaran atau dengan huruf dal yang disukunkan
menjadi Qadran. Ibnu Faris mengatakan bahwa lafaz
Qadara adalah Ash-shabih yang menunjukan akhir/ puncak
segala sesuatu, walaupun dalam kedua lafaz tersebut
(Qadaran dan Qadran) terdapat sedikit perbedaan namun
keduanya memiliki bentuk jamak yang sama yaitu Aqdaar
(Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, 2005: 24-25).
Sedangkan secara istilah, kita dapat memahami makna
Qadar dari berbagai ayat-ayat yang tersebar dalam Al-Quran
di antaranya ;
a. Surat Ar-Ra’du ayat 8
ِ ِ
‫األر َح ُام َو َم اَت ْز َد ُاد َو ُك ُّل‬
ْ ‫يض‬ ُ ‫اَللَّهُ َي ْعلَ ُم َماحَتْم ُل ُك ُّل أُْنثَى َو َم اتَغ‬
...‫َش ْي ٍء ِعْن َدهُ مِبِ ْق َدا ٍر‬
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap
perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada
sisi-Nya ada ukurannya.
b. Surat Al-Hijr ayat 21
ٍ ُ‫العْندنَا خزائِنه ومانُنِّزلُه إِالبَِقد ٍرمعل‬
ِ ٍ ِ
‫وم‬ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ِ‫َوإِ ْن م ْن َش ْيء إ‬
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran yang tertentu.”
c. Surat Al-qomar ayat 49
‫اِنَّا ُك َّل ّشْي ٍئ َخلَ ْقنَاهُ بِّق َد ٍر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu

Kuliah Aqidah ~ 311


menurut ukuran”.
Dalam ayat ayat diatas, dapat kita cermati bahwa setiap
kata Qadar dalam berbagai bentuknya selalu bermakna
ukuran tertentu dan diiringi oleh kata-kata yang
mengandung makna pengetahuan/perbendaharaan. Hal ini
menunjukan seakan-akan Allah subhanahu wa ta’ala ingin
memberitahukan pada umat manusia bahwa kejadian di
seluruh alam semesta telah Dia ketahui dengan ukuran dan
ketentuan yang jelas, oleh karena itu Yunahar Ilyas (2013:
177) mendefinisikan bahwa Qadar/Taqdir adalah Ilmu Allah
tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhlukNya
pada masa yang akan datang.
Jika kita mencermati makna taqdir/qadar dalam definisi
tersebut maka tampak jelas bahwa Qadar/takdir semata-mata
hanyalah rahasia Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak
diketahui oleh makhluk manapun baik malaikat yang mulia
bahkan para nabi dan rasul sekalipun selain apa yang Dia
kehendaki untuk diketahui oleh mereka. Takdir mencakup
beberapa sifat dan perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala
seperti ‘ilmu, qudrat, iradah, dan Al-Khaliq (pencipta)
sehingga merupakan hal yang tidak mungkin dapat dimiliki
oleh makhluk, Oleh karena itu para ulama ahli sunnah
mendefinisikan makna taqdir dengan sangat indah yaitu ;
ِ ِ ِ ِ َّ ‫اهلل‬
‫ك ِيف اللَّ ْو ِح‬ َ ‫ َوكِتَ َابتُهُ ل َذال‬،‫السابِ ُق باأْل َ ْشيَاء َقْب َل ُو ُق ْو ِع َها‬ ِ ‫ِع ْلم‬
ُ
ِ ‫ وم ِشيئتُه النَّافِ َذةُ الش‬،‫املح ُفو ِظ َقبل خ ْل ِقها وإِجْي ِادها‬
‫ َعَّز‬- ُ‫ َو َخ ْل ُقه‬،ُ‫َّاملَة‬ ُ َْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ
.‫ لِ ُك ِّل َش ْي ٍء‬- ‫ َعَّز َو َج َّل‬- ُ‫ أو َخ ْل ُقه‬،‫ِّر‬ ِ
َ ‫ ل ُك ِّل َما قَد‬- ‫َو َج َّل‬

312 ~ Kuliah Aqidah


“Ilmu Allah yang terdahulu mengenai segala hal yang
belum terjadi dan penulisan (ketetapan)Nya tentang
segala hal tersebut dalam “lauhul Mahfuz” sebelum
penciptaan dan perwujudannya serta kehendakNya yang
sempurna dan penciptaanNya terhadap segala sesuatu
yang Dia kehendaki.”(Syaikh Sholeh Ali, Tt, Juz I: 67 )

2. Qadha’
Secara bahasa, Qadha’ merupakan masdar dari ‫ى‬q ‫ض‬ َ َ‫ق‬
yang berarti melakukan atau melaksanakan, memutuskan,
mentakdirkan, maut atau kematian (Ahmad Warson
Munawwir, 1997: 1130-1131) sedangkan di dalam Al-
Quran, ada beberapa makna qadha’ yang tergambar dalam
beberapa ayat yang terpisah, di antaranya :
1. Bermakna keputusan , seperti dalam firmanNya :
ِ ‫ض‬
ُّ ‫هذه احْلَياََة‬
‫الد ْنيَا‬ ِ ‫ت قَاض إِمَّن ا َت ْق‬ ِ ْ‫فَاق‬
َ ْ‫ض َما اَن‬
…Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan
pada kehidupan di dunia ini saja. (QS. Thaha: 72)
2. Bermakna wahyu atau mengabarkan kepada
seseorang/sekelompok orang dengan menggunakan
َ َ‫ق‬
wahyu, makna ini terwujud jika setelah lafaz ‫ضى‬
terdapat kata ‫ إلى‬, Allah berfirman :
ِ ِ ِ ِ
ِ ‫ض َم َّرَتنْي‬ ْ ‫يل يِف الْكتَ اب لَُت ْفس ُد َّن يِف‬
ِ ‫األر‬ ْ ‫ض ْينَا إِىَل بَيِن‬
َ ‫إس رائ‬ َ َ‫َوق‬
‫َولََت ْعلُ َّن عُلًُّوا َكبِ ًريا‬
“ Dan telah Kami wahyukan (kabarkan) pada Bani Israil
dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat

Kuliah Aqidah ~ 313


kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu
akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang
besar". (QS. Al-Isra’: 4)
3. Bermakna ketentuan (kadar) Allah subhanahu wa ta’ala
seperti firmanNya :
‫ات يِف َي ْو َمنْي ِ َوأ َْو َحى يِف ُك ِّل مَسَ ٍاء أ َْمَر َها‬
ٍ ‫َف َقضاه َّن سبعس ماو‬
َ َ َ َ َْ ُ َ
“ Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. . . .”
(QS.Fushilat: 12)
Ayat terakhir yang penulis kutip merupakan salah satu
dalil yang digunakan oleh para ulama yang menyamakan
antara Qadar dan Qadha’ sehingga mereka mendefinisikan
Qadha’ menurut istilah syara’ sebagai tata aturan yang
kokoh yang ditetapkan Allah untuk makhluk, undang-
undang umum, dan hukum-hukum (sunnah) yang
berhubungan antara sebab dan musababnya (Sayid Sabiq Tt:
106).16 Sedangkan golongan yang membedakan antara
Qadha’ dan Qadar memberikan definisi bahwa Qadha’
secara istilah adalah penciptaan dan terjadinya segala
sesuatu yang telah ada dalam Qadar Allah subhanahu wa
ta’ala.17 (Syaikh Sholeh Ali, Tt, Juz I: 239 ). Dengan
16
Definisi ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh
DR.Muhammad Yasin Na’im (1983: 146) “ Segala ketentuan, undang-
undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah
subhanahu wa ta’ala untuk segala yang ada (maujud), yang
mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi.
17
Yunahar Ilyas (2013: 177) juga mengungkapkan definisi yang
semakna yaitu “penciptaan segala sesuatu oleh Allah subhanahu wa
ta’ala sesuai dengan ilmu dan iradahNya”
314 ~ Kuliah Aqidah
demikian dapat dipahami bahwa Qadha’ adalah bentuk
Qadar Allah yang telah terjadi dan diwujudkan atau
diciptakan sedangkan jika belum terjadi atau belum
terlaksana, tidak dinamakan Qadha’ melainkan Qadar.
Jika kita amati definisi kedua istilah tersebut dari sudut
pandang para ulama yang membedakannya, maka akan kita
jumpai beberapa perbedaan diantara Qadha’ dan Qadhar;
1. Qadar itu lebih umum sedangkan Qadha’ merupakan hal
yang lebih khusus. Misalnya ketika Allah subhanahu wa
ta’ala berkehendak akan menjadikan seorang
Khalifah/pemimpin dimuka bumi itu di sebut Qadar lalu
ketika Dia mewujudkannya dalam penciptaan Adam as
dan mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi itu
di sebut Qadha’.
2. Qadar Allah lebih dahulu daripada Qadha’Nya.
3. Dalam Qadar terdapat beberapa sifat Allah subhanahu
wa ta’ala yang meliputi ‘ilmu, ketetapan, kehendak dan
penciptaanNya sedangkan Qadha’ lebih khusus
menunjukan kekuasaanNya dalam menciptakan,
mewujudkan dan melaksanakan segala sesuatu.
Menurut hemat penulis, pada prinsipnya Qadha’ dan
Qadar memiliki kesamaan sebagai kehendak dan kekuasaan
Allah untuk menentukan, merancang, menetapkan,
menciptakan dan menjadikan segala sesuatu sehingga jika
kedua istilah itu dikumpulkan dan dipandang sebagai satu
hal yang saling berkaitan, maka kita akan lebih mudah
memahami keduanya dengan ungkapan Taqdir Allah
subhanahu wa ta’ala.

Kuliah Aqidah ~ 315


B. Beberapa Tingkatan Taqdir.
Iman kepada taqdir merupakan salah satu rukun yang
menjadi syarat kesempurnaan Iman seorang muslim. Iman
kepada taqdirpun memiliki beberapa tingkatan yang harus
diimani secara menyeluruh karena antara satu tingkatan dan
yang lain, saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, tingkatan taqdir itu meliputi;
Al-‘ilm (Ilmu), Al-Kitabah (Pencatatan), Al-Masyiah
(Kehendak), Al-Khalq (Penciptaan).

Tingkatan pertama : Al-‘Ilmu (Ilmu)


Seorang muslim harus menyakini bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala mengetahui segala hal yang sudah
terjadi, sedang terjadi, bahkan yang akan terjadi di seluruh
alam semesta. Ilmu Allah meliputi segala hal yang zahir
maupun yang bathin/ghaib, yang sir/rahasia maupun yang
zahir/jelas yang di bumi maupun di langit dari makhluk yang
terkecil hingga yang terbesar bahkan tidak ada sehelai
daunpun yang jatuh kecuali dalam pengetahuanNya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
‫َحا َط بِ ُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬
َ ‫َن اللَّهَ قَ ْد أ‬
َّ ‫…وأ‬
َ
“ . . . Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.” (At-Tholaq: 12)

‫ب ال َي ْعلَ ُم َه اإِال ُه َو َو َي ْعلَ ُم َم ا يِف الَْب ِّر َوالْبَ ْح ِر‬ِ ‫و ِعْن َدهُ َم َف اتِح الْغَْي‬
ُ َ
ِ ٍ ‫ط ِمن ورقَ ٍة إِال يعلَمه ا و‬
‫ض‬ ْ ‫الحبَّة يِف ظُلُ َم ات‬
ِ ‫األر‬ َ َ َ ُ َْ َ َ ْ ُ ‫َو َم ا تَ ْس ُق‬
ٍ َ‫س إِال يِف كِت‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬ ٍ ِ‫ب َواليَاب‬ ٍ ْ‫والرط‬
َ َ
316 ~ Kuliah Aqidah
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudz) " (QS.Al-An’am: 59)
        
        
     

“. . . Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, tidak ada


tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada
di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang
lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)", (QS.
Saba’: 3)
Masih banyak lagi ayat-ayat yang berbicara tentang
keluasan dan keagungan ilmu Allah subhanahu wa ta’ala.
Pada umumnya ayat-ayat tersebut memberikan informasi
pada kita untuk menyadari dan mengimani bahwa segala
yang terjadi di alam semesta ini dari zaman ketiadaan
makhluk, hingga segala hal yang terjadi dalam kehidupan
seluruh makhluk, kematian mereka dan kehancuran alam
semesta pada hari kiamat serta segala hal yang terjadi
setelahnya telah ada dalam pengetahuan Allah subhanahu
wa ta’ala. Demikianlah persoalan yang harus diyakini setiap
muslim mengenai taqdir dalam tingkatan al-‘ilmu.

Kuliah Aqidah ~ 317


Tingkatan kedua : Al-Kitabah (Pencatatan)
Yang dimaksud dengan Al-kitabah adalah kekuasaan
Allah subhanahu wa ta’ala untuk menuliskan dan
menetapkan segala ‘ilmuNya yang berkaitan dengan hal
ikhwal makhluk diseluruh alam semesta sampai hari kiamat.
Seorang muslim tidak perlu memikirkan tentang cara
ataupun wujud dan bentuk tempat Allah subhanahu wa
ta’ala menulis dan menetapkan ‘ilmuNya, karena sudah
dipastikan bahwa seluruh perbuatan dan kekuasaanNya jauh
berbeda dengan perbuatan dan kekuasaan makhluk. Yang
harus dilakukan oleh setiap muslim adalah menyakini bahwa
Allah subhanahu wa ta’ala menuliskan dan menetapkan
segala yang diketahuiNya tentang hal-hal yang akan dialami
oleh semua makhluk di seluruh alam semesta hingga hari
kiamat nanti dalam lauhul mahfuzh, yang menurut Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah (Tt: 89) dinamakan juga Ummul
kitab, adz-dzikr, Al-Imaamul Mubin, dan Al-Kitaabul
mubiin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
         
          
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam
sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu Amat mudah bagi Allah.” (QS.Al- Hajj: 70)
           

“(Musa) berkata: "Pengetahuan tentang (umat-umat
terdahulu) itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah
kitab (Lauh Mahfuzh), Tuhan Kami tidak akan salah dan

318 ~ Kuliah Aqidah


tidak (pula) lupa “ (QS.Thaahaa: 52)
        …

“. . . Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab


Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). “ (QS. Yaasiin: 12)
Begitu besar kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala
sehingga Dia mampu menetapkan dan menuliskan segala hal
(yang baik maupun yang buruk ) yang akan terjadi pada
seluruh makhluk, 50.000 tahun sebelum langit dan bumi
serta seluruh isinya diciptakan, hal ini diberitakan langsung
oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya
:
‫لى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ص‬
َ ‫ت َر ُس ْو َل اهلل‬ ُ ‫اص قَ َال مَس ْع‬
ِّ ‫الع‬َ ‫َع ْن َعْبداهلل بْ ِن َع ْمرو بْ ِن‬
ِ ‫السماو‬ ِِ ِ
‫ات َو‬ َ َ‫َو َسلَّ َم َي ُق ْو ُل َكت‬
َ َ َّ ‫ب اهللُ َم َقاد ْيَر اخْلَالَ ئق َقْب َل أَ ْن خَي ْلُ َق‬
:‫لى الْ َم ِاء (رواه مسلم‬ َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ش‬
ُ ‫ر‬
ْ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ة‬ٍ َ‫اأْل َرض خِب َم ِس أَلْف سن‬
َ َ َ ‫ْ َ ْ نْي‬
)51
“Dari ‘Abdullan bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata “ aku
mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Allah telah mencatat seluruh takdir para
makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit
dan bumi. ‘ beliau bersabda’ Dan adalah ‘Arsy-Nya
berada di atas air. (HR.Muslim VII/51)

Tingkatan ketiga : Al-Masyiah (Kehendak)


Yang dimaksud dengan Al-Masyiah adalah kehendak
Allah subhanahu wa ta’ala untuk berbuat ataupun tidak

Kuliah Aqidah ~ 319


berbuat, sesuai dengan qudarat dan iradatNya. Pada
tingkatan ini, seorang muslim harus menyakini bahwa segala
hal yang sudah, sedang dan akan terjadi ataupun hal-hal
yang tidak terjadi, semuanya berlangsung atas kehendak
Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu pula hidayah, kesesatan,
kehidupan, kematian, kaya-miskin, berhasil ataupun gagal
semuanya terjadi atas kehendakNya. Apa yang
dikehendakiNya pasti terjadi, apa yang tidak di
kehendakiNya pasti tidak akan terjadi dan tidak ada satupun
makhluk yang mampu mengintimidasi kehendakNya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
        …
        
      

… Jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan


kepadaku, Apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah
hendak memberi rahmat kepadaku, Apakah mereka
dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang
yang berserah diri. (QS: Az-Zumar: 38)

…‫ك خَي ْلُ ُق َما يَ َشاءُ َوخَي ْتَ ُار‬


َ ُّ‫َو َرب‬
“ Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki
dan memilihnya. . . “(QS.Al-Qashash: 68 )

‫اط ُم ْستَ ِقي ٍم‬


ٍ ‫ضلِْله ومن ي َشأْ جَي ع ْله علَى ِصر‬
َ
ِ
َ ُ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ‫…م ْن يَ َشأ اللَّهُ ي‬
َ
…Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya),

320 ~ Kuliah Aqidah


niscaya disesatkan-Nya. dan Barangsiapa yang
dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya
Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.
(QS. Al-An’am: 39)

Tingkatan Keempat : Al-Khalq (Penciptaan)


Al-Khalq adalah kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala
dalam menciptakan segala sesuatu tanpa membutuhkan
bantuan dari siapapun. Kemampuan menciptakan pada
hakikanya hanyalah dimiliki oleh Allah subhanahu wa
ta’ala karena hanya Dialah yang kuasa mengadakan sesuatu
yang sebelumnya tidak pernah ada, segala sesuatu selain
Allah di sebut makhluk, dan makhluk hanya mempunyai
kemampuan untuk merekayasa apa yang telah Dia ciptakan.
Dengan demikian seorang muslim harus menyakini bahwa
pada dasarnya seluruh alam semesta ini tidak ada lalu Allah
subhanahu wa ta’ala dengan kekuasaanNya menciptakan
seluruh alam jagad raya ini beserta isinya dan Dia maha
kuasa untuk menciptakan apa saja yang ingin
diciptakanNya. Dalil-dali mengenai hal ini sangat banyak, di
antaranya:
َّ‫ض َو َم ا َبْيَن ُه َم ا يِف ِس ت َِّة أَيَّ ٍام مُث‬
َ ‫األر‬
ِ َّ ‫اللَّهُ الَّ ِذي َخلَ َق‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
…‫اسَت َوى َعلَى الْ َع ْر ِش‬ ْ
“ Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. “(QS.AS-
Sajadah: 4)

Kuliah Aqidah ~ 321


‫يل‬ِ‫اللَّه خالِق ُك ِّل َشي ٍء وهو علَى ُك ِّل َشي ٍء وك‬
ٌ َ ْ َ َُ َ ْ ُ َ ُ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara
segala sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62)

‫ض ال إِلَهَ إِال ُه َو‬


ِ ‫األر‬ ِ َّ ‫…هل ِمن خالِ ٍق َغير اللَّ ِه يرزقُ ُكم ِمن‬
ْ ‫الس َماء َو‬ َ ْ ُ َْ ُ ْ َ ْ َْ
‫فَأَىَّن ُت ْؤفَ ُكو َن‬
…Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan
rezki kepada kamu dari langit dan bumi.? tidak ada
Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling
(dari ketauhidan).? (QS.Faathir:3)
Demikianlah empat tingkatan taqdir yang wajib di imani
setiap muslim, Jika salah satu saja dari keempat tingkatan
taqdir ini tidak diimani, maka keimanannya pada qadar
(taqdir) Allah belum sempurna. artinya setiap muslim harus
meyakini bahwa segala perbuatan, perkataan, dan segala hal
yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh manusia serta
seluruh makhluk di alam smesta ini diketahui, dituliskan,
dikehendaki, dan diciptakan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala.

C. Manusia dalam Taqdir.


Perdebatan mengenai posisi manusia dalam taqdir telah
dimulai sejak zaman awal perkembangan islam. perdebatan
tentang manusia dan taqdir berkisar pada hakikat perbuatan
manusia (makhluk atau bukan), ikhtiar dan kemampuan
berkehendak/memilih bagi manusia, peran manusia dalam
mendapatkan petunjuk (hidayah) maupun tidak (tetap dalam

322 ~ Kuliah Aqidah


kesesatan), dan peradilan Allah terhadap perbuatan hamba
dengan reward berupa surga bagi yang taat dan siksa
(neraka) bagi yang jahat (kufur/ingkar).

1. Hakekat perbuatan manusia


Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala yang
dikehendakiNya tanpa ada yang mampu mengintimidasi
perbuatan dan kehendakNya. Manusia dan segala
perbuatannya, merupakan makhluk ciptaan Allah yang tidak
dapat dipisahkan dari keumuman perbuatan dan
kehendankNya menciptakan segala sesuatu, Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
…‫اللَّهُ َخالِ ُق ُك ِّل َش ْي ٍء‬
“Allah menciptakan segala sesuatu…(QS.Az-Zumar: 62)
Sebagai makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala
maka segala hal yang dilakukakan maupun tidak dilakukan
oleh manusia berupa ketaatan maupun kemaksiatan,
termasuk dalam katagori makhluk ciptaan Allah subhanahu
wa ta’ala karena, Dia mengetahui apa yang Dia ciptakan
pada hambaNya, menuliskannya dalam lauhul mahfuz, dan
menciptakannya sesuai dengan kehendakNya sehingga
berlakulah taqdirNya pada apa yang dilakukan manusia.
Sebagai contoh ketika seorang berangkat ibadah haji pada
hakekatnya, orang itu melaksanakan seluruh rangkaian ritual
ibadah haji dalam pengetahuan, ketetapan dan kehendak
Allah subhanahu wa ta’ala serta perbuatan dan kedaannya
selama beribadah haji tersebut, merupakan makhluk ciptaan
Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu pula sebaliknya ketika

Kuliah Aqidah ~ 323


orang mencuri sesungguhnya perbuatanya itu telah ada
dalam pengetahuan, ketetapan, kehendak dan merupakan
ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini dipertegas Allah
dalam FirmanNya :
‫واهلل َخلَ َق ُك ْم َو َما َت ْع َملُو َن‬
“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu". (QS.Ash-Shaffaat: 96)
Menurut para ahli tafsir, lafaz maa (apa) dalam ayat ini,
memiliki dua makna. Pertama, bermakna mashdar sehingga
terjemahaannya: Allah yang menciptakan kalian dan
perbuatan kalian.Kedua, bermakna alladzi (yang) sehingga
dapat bermakna : Allah yang menciptakan kalian dan yang
menciptakan apa yang kalian kerjakan dengan tangan-tangan
kalian berupa berhala-berhala ( ‘Umar Al-Asyqar, 1410 H:
37).
Makna kedua ini memosisikan perbuatan manusia
sebagai makhluk yang muncul akibat penciptaan manusia itu
sendiri, seperti seorang ilmuwan yang menciptakan robot,
maka segala hal yang mampu dilakukan oleh robot tersebut
secara langsung termasuk dalam karya sang ilmuwan.
Namun demikian, ayat ini tidak bisa dijadikan sebagai dalil
untuk membenarkan kemaksiatan yang dilakukan manusia
dengan alasan takdir Allah subhanahu wa ta’ala, karena
sesungguhnya manusia memiliki peran dalam menentukan
takdirnya yang di sebut dengan al-kasbu (usaha), untuk lebih
memahami hal ini perhatikanlah penjelasan pada poin ke
dua berikut ini;

324 ~ Kuliah Aqidah


2. Al-Kasbu (usaha) dan Kemampuan Memilih Bagi
Manusia
Sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya,
kenyataan bahwa manusia dan segala perbuatannya
merupakan makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala
tidak dapat dijadikan pembenaran kemaksiatan atas nama
takdir. Manusia sebagai makhluk sempurna telah diberikan
potensi akal pikiran dan nurani (dzauq) yang mampu
mencerna, mengolah informasi dan memilih antara hal-hal
yang benar dan harus dikerjakan dengan segala hal yang
salah dan harus ditinggalkan. Dengan kemampuan ini,
manusia juga dapat mengusahakan (berikhtiar) untuk
melakukan ataupun tidak melakukan apapun, usaha manusia
inilah yang disebut dengan Al-kasbu, sebagaimana yang di
ungkapkan oleh PP Muhammadiyah,Majelis Tarjih (Tt :
19) :
‫س لِْلعِبَ ِاد‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ه‬ ِ ‫الص ِادرةُ ع ِن الْعِب ِاد ُكلُّها بَِقض ِاء‬
ِ ‫اهلل و قَ َد ِر‬
َ ََْ َ َ َ َ َ َ َّ ‫ال‬ ُ ‫َواأْل َ ْف َع‬
‫العْب ِد‬ ِ ِ ِ ‫اهلل والْ َكس‬ ِ ِ ِ َّ َ‫ف‬. ‫اِاَّل اإْلِ ختِيار‬
َ ُ‫ب م َن الْعبَاد فَ َحَر َكة‬ ُ ْ َ ‫الت ْقد ْيُر م َن‬ َُْ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ب‬
ُ‫اعتبَا ِر ن ْسبَت َها اىَل قُ ْد َرته تُ َس ّم َى َك ْسبًا لَه‬
ْ
“ Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya
atas Qadha’ dan Qadar Nya sedang manusia sendiri
hanya dapat berikhtiyar. Dengan demikian, maka segala
ketentuan adalah dari Allah dan usaha adalah bagian
manusia.”
Menurut Yunahar Ilyas (2013:183) manusia merupakan
makhluk musayyar yang artinya manusia tidak memiliki
kebebasan untuk menerima atau menolak, semuanya telah
Kuliah Aqidah ~ 325
diberikan untuk ditentukan seperti kelahiran, kematian,
warna kulit, ukuran tubuh dan lain sebagainya. Namun disisi
lain manusia juga sebagai makhluk mukhayyar yang
memiliki kebebasan untuk menerima ataupun menolak
seperti kebebasan manusia untuk memilih antara beriman
maupun kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
...‫َوقُ ِل احْلَ ُّق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ َف ْلُي ْؤ ِم ْن َو َم ْن َشاءَ َف ْليَ ْك ُف ْر‬
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin
(kafir) Biarlah ia kafir". . . (QS.Al-Kahfi: 29)
Dengandemikian kemampuan manusia untuk
mengusahakan takdirnya, berkisar pada hal-hal yang dapat
diusahakan dan dipilih untuk diterima atau ditolak.
Muhammad shaleh al-utsaimin (1410 H: 38-40)
mengungkapkan beberapa alasan yang menguatkan
pernyataan bahwa manusia memiliki hak ikhtiyar;
1. Didalam Al-Quran Allah subhanahu wa ta’ala
menyebutkan secara eksplisit tentang adanya masyiah
dan iradah manusia (QS.Al-baqarah: 223, QS.At-
Taubah:46)
2. Adanya perintah dan larangan Allah subhanahu wa
ta’ala ke pada hamba-hambaNya tentu berdasarkan
pertimbangan dia dapat memimilih untuk taat atau tidak.
3. Allah subhanahu wa ta’alamemuji orang baik
danmencela orang jahat, serta memberikan ganjaran bagi
keduanya.

326 ~ Kuliah Aqidah


4. Allah subhanahu wa ta’alamengutus para rasul sebagai
hujjah agar tidak ada alasan bagi manusia untuk
membantahNya sesudah diutusnya para rasul itu.
5. Dalamkehidupansehari-hari manusia melakukan sesuatu
atau tidak, berdasarkan kemauannya sendiri tanpa
merasakan ada sesuatu yang memaksanya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan dua jalan
(kebaikan dan keburukan) pada manusia dan
mempersilahkan manusia untuk memilih jalan mana yang ia
kehendaki tentunya dengan konsekuensi yang akan berlaku
menurut takdir Allah subhanahu wa ta’ala, ketika manusia
memilih jalan kebaikan maka seluruh tindakan manusia
dalam kebaikan tersebut berlaku atas takdirNya begitupula
ketika manusia telah memilih kejahatan maka seluruh
perbuatannya dalam jalan kejahatan tersebut berlaku atas
takdirNya. maka tidak benar jika manusia melakukan
kejahatan lalu menisbatkan kejahatan tersebut pada takdir
Allah agar selamat dari siksaNya karena pada dasarnya
manusia memiliki kemampuan untuk memilih melakukan
kejahatan atau kebaikan Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
‫َّج َديْ ِن‬
ْ ‫َو َه َد ْينَاهُ الن‬
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
(kebaikan dan keburukan)” (QS. Al-Balad: 10)

َ ‫فَأَهْلََم َها فُ ُج‬


‫ور َها َوَت ْق َو َاها‬
“ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. As-Sams: 8)

Kuliah Aqidah ~ 327


ِ
ِ ‫الء سي‬
‫ص ُيب ُه ْم‬ ِ ِ َّ
ُ َ ‫ين ظَلَ ُموا م ْن َه ُؤ‬
َ ‫ات َما َك َسبُوا َوالذ‬ ُ َ‫َص َاب ُه ْم َسيِّئ‬
َ ‫فَأ‬
ِ ‫مِب‬
َ ‫ات َما َك َسبُوا َو َما ُه ْم ُْعج ِز‬
‫ين‬ ُ َ‫َسيِّئ‬
“ Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang
mereka usahakan. dan orang-orang yang zalim di antara
mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan
mereka tidak dapat melepaskan diri.” (Az-Zumar: 51)

3. Manusia dan Hidayah Allah subhanahu wa ta’ala.


Pembicaraan tentang taqdir tentu tidak akan lepas
dengan hidayah, hal ini dikarenakan konsep iman kepada
taqdir mengandung pernyataan bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala telah mengetahui, menulis/menetapkan, menghendaki
dan menciptakan manusia dan seluruh perbuatannya
termasuk dalam hal kekufuran dan ketaatan yang berkaitan
erat dengan hidayah. Pertanyaan yang sering muncul dalam
pembahasan ini adalah Jika Allah subhanahu wa ta’ala telah
mentaqdirkan orang-orang yang taat dan orang-orang yang
sesat lalu dimanakah posisi manusia dan keterkaitannya
dengan hidayah Allah .?
Untuk menemukan penjelasan yang tepat mengenai
masalah ini, kita perlu memahami bahwa hidayah Allah
terbagi menjadi dua macam yaitu Hidayah al-irsyad wal
bayan dan Hidayatul Qulub, dalam istilah lain kedua jenis
hidayah ini disebut dengan Ad-dilalah wal irsyad dan
idkhalul iman ilal qalb18 .
18
Keterangan ini penulis kembangkan dari I’aanatul mustafiid
bisyarhi kitaabut tauhid ,( Tt, jz 1: 470) dan penjelasan Yunahar Ilyas
(2013:186) tentang masalah hidayah Allah.

328 ~ Kuliah Aqidah


a. Hidayah Al-Irsyad wal bayan (pentunjuk dan penjelasan)
adalah hidayah yang melibatkan peran serta para nabi
untuk mendidik, membimbing, dan menjelaskan pada
manusia tentang ketuhanan dan segala hal yang
berkaitan dengannya agar manusia menjadi makhluk
yang taat pada Allah subhanahu wa ta’ala. Hidayah
jenis ini dapat dimiliki dan diusahan juga oleh para
ulama’, guru, da’i, muballigh,dan siapa saja yang mau
serta mampu melakukannya. Contohnya dalam firman
Allah surat Al-Mu’min ayat 38 dan fushshilat ayat 17:
      
 
“Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah
Aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang
benar.” (QS.Al-Mu’min: 38)
     
     
  
“ Dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami
beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) daripada petunjuk, Maka mereka disambar
petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS.Fushshilat: 17)
b. Hidayatul Qulub (Hidayah hati ) ialah hidayah yang
hanya dimiliki oleh Allah semata dalam artian tidak ada
yang dapat mengusahakan hidayah ini masuk dalam hati
manusia kecuali Allah saja. Inilah hidayah berupa iman
yang benar lagi kokoh yang kemudian akan
termanifestasikan dalam diri manusia berupa pribadi
yang muttaqiin. Seorang nabi, ulama’, da’i, guru

Kuliah Aqidah ~ 329


maupun muballigh hanya mampu menyampaikan dan
menjelaskan tentang kebenaran namun tidak memiliki
kekusaan sedikitpun untuk memasukkan iman yang
kokoh dalam hati manusia karena hidayah berupa
keyakinan/iman yang benar dan kokoh mutlak milik
Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firmanNya:
      
       
        
           

“ Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Barang siapa yang
disesatkan Allah, niscaya tak ada seorang pemberi
hidayah pun baginya.” (QS.Az-Zumar: 23)
Sebagai seorang muslim kita harus menyakini bahwa
hidayah berupa iman didalam hati adalah mutlak milik Allah
dan Dia memiliki sifat maha adil yang teraplikasi dalam
bentuk memberikan hidayah (iman) pada orang-orang yang
berhak mendapatkannya dan menjauhkan hidayah tersebut
dari mereka yang tidak berhak menerimanya. Adapun orang-
orang yang berhak menerima hidayahNya adalah mereka
yang mau mendengar, membuka hati, menaati dan
mengikuti kebenaran (Al-Quran dan As-sunnah)
sebaliknya mereka yang tidak berhak menerima hidayah
Allah adalah yang menutup hatinya dari kebenaran sehingga

330 ~ Kuliah Aqidah


mereka enggan mendengar, menaati, dan mengikuti
kebenaran tersebut walaupun mereka mengetahuinya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
     
       
 
“ Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya mereka Itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS.Az-Zumar: 18)
        …
       
       
 
“. . . kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu,
Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir
dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-baqarah:
38-39) “
Dengan demikian walaupun hidayah iman mutlak milik
Allah subhanahu wa ta’ala, manusia sebagai mahluk yang
dianugrahi akal dan perasaan memiliki peran untuk
mengusahakan, menerima atau menolak hidayah dan
keimanan pada dirinya sendiri maupun orang lain.

4. Peradilan Allah Subhanahu wa ta’ala Terhadap


Perbuatan Hamba
Telah kita pahami bersama dalam penjelasan point ke-1
sampai ke-3 bahwa pada dasarnya segala perbuatan manusia

Kuliah Aqidah ~ 331


yang baik maupun yang buruk adalah ciptaan Allah
subhanahu wa ta’ala namun manusia memiliki potensi
berusaha (Al-Kasbu) untuk berbuat baik maupun buruk
bahkan, dengan potensi yang dimilikinya manusia dapat
memilih beriman atau tetap dalam kekufuran sehingga setiap
perbuatan akan menjadi baik atau buruk setelah dinisbatkan
pada manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kejahatan-
keburukan, perintah-larangan, kehidupan dan kematian
semata-mata untuk menguji bagaimana cara manusia
memanfaatkan potensi yang telah Dia berikan, apakah
digunakan untuk mengikuti kebaikan dan kebenaran atau
sebaliknya. Sebagaimana FirmanNya:
     
      
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS.Al-
Mulk: 2)
Dengan pemahaman seperti ini, tentu kita akan sepakat
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sebagai zat yang telah
memberikan dan menciptakan manusia dan seluruh
potensinya berhak meminta pertanggungjawaban atas
penggunaan potensi tersebut serta memberikan reward
berupa surga bagi yang taat dan siksa (neraka) bagi yang
jahat (kufur/ingkar), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
         
     
“ Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi Balasan dengan apa
yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari

332 ~ Kuliah Aqidah


ini. Sesungguhnya Allah Amat cepat hisabnya.” (QS.Al-
Mu’min: 17)
Dengan demikian setidaknya ada 6 alasan 19 yang
menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan azab
bagi manusia yang berbuat jahat dan menolak hidayahNya:
a. Manusia dibekali fitrah suci yang berpotensi untuk
menerima hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ َ َ‫ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ قَ َال ق‬. . .
َ ُّ ‫ال النَّيِب‬
. . . ‫ود يُولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْر ِة‬ ٍ ُ‫وسلَّم ُك ُّل مول‬
َْ َ َ َ
“Dari Abu Hurairahra.Iaberkata, Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah. . .”(HR.Bukhari 1296)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
        
         
      

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada


agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-
Ruum: 30)
b. Manusia telah diberikan alat indera / potensi untuk
mencari kebenaran. Allah akan meminta pertanggung
jawaban atas penggunaan alat tersebut.

Penjelasan tentang hal ini penulis kembangkan dari tulisan


19

Yunahar ilyas (2013: 188-190)

Kuliah Aqidah ~ 333


          
      
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.Al-Isra’: 36)
c. Manusia diberi akal untuk membedakan antara kebaikan
dan keburukan, kebenaran dan kebathilan, hidayah dan
kesesatan
      
      
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk
(mengerjakan) Solat, mereka menjadikannya buah
ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena
mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal.” (QS.Al-Maidah: 58)
d. Manusia diberi hak ikhtiar dan berusaha (Al-kasbu)
untuk menerima atau menolak hidayah Allah subhanahu
wa ta’ala dan akan bertanggung jawab serta
mendapatkan konsekuensi dari pilihan yang telah
mereka tentukan.
         
       
  … 
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin
(kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka... (QS.Al-Kahfi: 29)

334 ~ Kuliah Aqidah


e. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus para rasul
untuk tiap-tiap umat untuk mengajarkan mereka tentang
syariat, ketuhanan, dan hakikat kebenaran serta
memberikan kabar gembira bagi mereka yang taat dan
memperingatkan mereka yang tetap dalam kekufuran
dengan pedihnya siksa neraka.
‫ث َر ُسوال‬ َ ِ‫… َو َما ُكنَّا ُم َع ِّذب‬
َ ‫ني َحىَّت َنْب َع‬
“. . . Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami
mengutus seorang rasul. (QS.Al-Israa’: 15)
f. Manusia hanya diberi beban sesuai dengan batas
maksimal kemampuannya, sehingga tidak ada alasan
untuk mengatakan syariat Allah terlalu berat untuk
dilaksanakan atau membenarkan kemaksiatan dengan
dalih beban hidup yang terlalu berat.
ِ
ُ ‫ف اللَّهُ َن ْف ًسا إ‬
…‫الو ْس َع َها‬ ُ ِّ‫اليُ َكل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. . . "(QS.Al-Baqarah: 286)

‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬


ُ ‫يد اللَّهُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َواليُِر‬
ُ ‫يُِر‬
“. . . Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. . . “(QS.Al-Baqarah:
185)
Demikianlah beberapa alasan yang menyebabkan Allah
subhanahu wa ta’ala berhak memberikan azab neraka bagi
mereka yang menolak hidayah dan hidup dalam kemaksiatan
padaNya, begitu pula sebaliknya Allah subhanahu wa ta’ala
berhak memberikan surga bagi hamba yang menerima

Kuliah Aqidah ~ 335


kebenaran (Al-quran dan Sunnah) dan hidup dalam ketaatan
padaNya.

D. Hikmah Iman kepada Taqdir.


Iman kepada taqdir merupakan salah satu rukun iman
yang wajib dipercayai oleh setiap muslim, dan kepercayaan
itu harus dibangun atas pondasi yang benar melalui
keterangan yang jelas dari Al-Quran dan As-sunnah. Iman
kepada taqdir dengan cara yang salah seperti menganggap
manusia tidak memiliki peran (memilih dan berusaha) dalam
kehidupannya sendiri akan membawa dampak yang buruk
bagi kehidupan seperti tumbuhnya sifat putus asa dan
bermalas-malasan, lebih berbahaya lagi jika seseorang
menyakini bahwa manusialah yang bebas menentukan dan
membuat takdirnya sendiri tanpa ada campur tangan Allah
subhanahu wa ta’ala, dia akan jatuh dalam jurang kesesatan
karena telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai satu-
satunya zat yang maha mengetahui, menetapkan,
menghendaki dan menciptakan seluruh mahluk beserta
taqdir hidup mereka.
Adapun iman kepada taqdir dengan cara yang benar
sebagai mana yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan
As-sunnah akan membawa banyak hikmah dalam kehidupan
manusia, di antaranya:
1. Seorang muslim yang mengimani taqdir dengan cara
yang benar berarti telah menyempurnakan keimanannya
dan menjalankan kewajibannya pada Allah subhanahu
wa ta’ala. Karena tidak sempurna iman seseorang

336 ~ Kuliah Aqidah


sampai dia beriman pada seluruh taqdir Allah
subhanahu wa ta’ala yang baik maupun yang buruk.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَل يُ ْؤ ِم ُن‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ َع ْن َعلِ ٍّي ق‬. . .
‫ول اللَّ ِه‬
ُ ‫َعْب ٌد َحىَّت يُ ْؤ ِم َن بِأ َْربَ ٍع يَ ْش َه ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل اللَّهُ َوأَيِّن حُمَ َّم ٌد َر ُس‬
. ‫ث َب ْع َد الْ َم ْو ِت َويُ ْؤ ِم ُن بِالْ َق َد ِر‬
ِ ‫بعثَيِن بِاحْل ِّق وي ْؤ ِمن بِالْمو ِت وبِالْبع‬
َْ َ َْ ُ َُ َ ََ
“ . . . dari ‘Ali ia berkata Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda “tidaklah beriman seorang hamba
sampai dia mengimani empat perkara; bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
rasulullah yang diutus dengan (membawa) kebenaran,
beriman pada kematian, dan beriman pada kebangkitan
setelah kematian, serta beriman pada qadar (Taqdir).. .
(HR.Tirmidzi: 2081).
2. Dengan menyakini Allah subhanahu wa ta’ala sebagai
satu-satunya zat yang berhak disembah lagi maha kuasa
dalam mengetahui, menetapkan, menghendaki dan
menciptakan seluruh mahluk beserta taqdir hidup
mereka secara langsung kita telah selamat dari
kezhaliman/dosa besar dan kesesatan yang tidak akan
pernah di ampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala;
syirik, sebagaimana firmanNya :
‫ك لِ َم ْن يَ َش اءُ َو َم ْن‬ ِ ِ ِ ‫إِ َّن اللَّه‬
َ ‫الي ْغف ُر أَ ْن يُ ْشَر َك بِ ِه َو َي ْغف ُر َم ا ُدو َن َذل‬
َ َ
ً ِ‫ضالال بَع‬
‫يدا‬ َ ‫ض َّل‬
ِ
َ ‫يُ ْش ِر ْك بِاللَّه َف َق ْد‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
Kuliah Aqidah ~ 337
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” (QS.An-Nisaa’: 116)
3. Setiap muslim yang mengimani taqdir dengan cara yang
benar akan menyadari bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala telah menetapkan taqdir manusia dan memberikan
peluang bagi kita untuk memilih serta berusaha, Sikap
ini akan memupuk sifat optimis, bekerja keras, tawakkal,
qonaah, tidak mudah putus asa, tabah, tegar dan ikhlas
dalam menjalani kenyataan hidup.
4. Keyakinan bahwa taqdir telah ditentukan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala dan kenyataan bahwa manusia
tidak mengetahui apa yang telah Dia tentukan akan
menjadi motivasi besar bagi kita untuk melakukan hal
yang terbaik dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia-
akhirat.
5. Setiap muslim yang beriman dengan benar pada taqdir
Allah subhanahu wa ta’ala akan memiliki sifat
keberanian yang besar dengan didasari oleh
pertimbangan logika yang sehat sebagai bentuk
ikhtiarnya dalam mengambil keputusan hidup karena, ia
menyakini bahwa kegagalan, kesuksesan, rizki, ajal, dan
segala hal yang berkaitan dengan kehidupan ini telah
ditaqdirkan Allah dan akan berjalan sesuai dengan
ketetapanNya.
6. Setiap muslim yang beriman kepada taqdir Allah
subhanahu wa ta’ala akan mendapatkan ketenangan
hidup karena setiap nikmat maupun musibah yang ia

338 ~ Kuliah Aqidah


dapatkan akan disandarkan pada taqdirNya sehingga ia
mampu mensyukuri nikmat tersebut dan sabar dalam
menerima musibah.
7. Dan sebagainya.
Demikianlah pembahasan ringkas tentang Iman kepada
taqdir, semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita
pribadi muslim yang mengimani taqdirNya dengan cara
yang benar sehingga mampu mencapai derajat mu’min yang
bertaqwa yang pada akhirnya akan menghasilkan
kebahagiaan hakiki dunia-akhirat.

Kuliah Aqidah ~ 339


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Tahdzib Syarh ath-


Thahawiyah, Dasar-Dasar Aqidah menurut ulama salaf,
pen. At-Tibyan, Solo. 2000
Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdullathif.1422H. At-
Tauhid li An-Nasyi’ah wal Mubtadi’in, Al-Mamlakah
Al-Arabiyah As-Saudiyah: Wizarah Asy-Syu’un Al-
Islamiyah wal Auqaf wad Da’wah wal Irsyad.
Abdullah Azzam. Aqidah Landasan Pokok Membina
Ummat,Jakarta: GemaInsani Press, 1994.
Achmad Baiquini, Prof., Ph.D., Al Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman, Pen. Dana Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta : 1996
Ahmad Azhar Basyir.Pendidikan Agama Islam I
[aqidah],Yogyakarta:Fak Hukum UII, 1988
Al-‘Aqil, Muhammad. 2009. Manhaj Al-ImaamAsy-
SyafiiFiiItsbaatilAqiidah. Riyadh Saudi Arabiya:
MaktabahAdhwa.
Al-‘Aql, Nashir Ibn Abdul Karim. 1992. Prinsip-Prinsip
Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ahcet. III. Jakarta: Gema
Insani Press.
Al-‘Aql, Nashir Ibn Abdul Karim. 1992. Prinsip-Prinsip
Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ahcet. III. Jakarta: Gema
Insani Press.
Al-Asyqar, ‘Umar.DR, Al-Qadhaa’ wal Qadar, Daarun
Nafa-is, Kuwait dan maktabatul falah, cet 1, th 1410 H
Al-Bukhari, Muhammad Bin Ismail. 2001.Shahih Al-
Bukhari. Solo: As-Salam Publishing
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2001.Kitab
Tauhid Jilid I. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia
(UII) Fakultas Agama Islam.
____________. 2000. Kitab TauhidJilid III cet. I.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (UII) Fakultas
Agama Islam.
Al-Hilali, Salim Bin ‘Ied, 2000.
BahjatunNadziriinSyarhRiyadhisShalihin. Jakarta:
DaarIbnulJauzi.
Ali ash-Shabuni, Muhammad, Kenabian dan riwayat para
nabi, penerjemah Alwi As cet 1 jakarta PT. lentera
Basritama 2001
Ali, Soleh, Syaikh; Syarhul Aqidah At-Thohaawiyah, CD
Maktabah Syamilah, Tanpa Tahun
____________.I’aanatul Mustafiid Bisyarhi Kitaabit
Tauhid, CD Maktabah Syamilah, Tanpa Tahun
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, syifaaul ‘Aliil fii masaa-ilil
Qadhaa’ wal Qadar wal Hikmah Wat Ta’liil, di teliti
oleh Al-Hasani Hasan ‘Abdullah, Maktabah Darut
Turats, Kairo. Tanpa tahun.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 1995. Minhajul Muslim. Al-
Mamlakah Al-ArabiyahAs- Su’udiyyah,Biirut:
DaarulFikri.
Al-Mubarakfury,Syafiurrahmah ; Sirah Nabawiyah
Biography of the prophet mutiara abadi sejarah nabi
Muhammad saw, Penerjemah Nayla Putri S.Ag. CV.
Pustaka Islamika Bandung 2008

338 ~ Kuliah Aqidah


Al-Qardhawy, Yusuf. 1998.Jakarta. As Sunah sebagai
sumber IPTEK dan Peradaban, Pen. Pustaka al Kautsar.
Al-Quran dan terjemahannya, Kementrian Agama RI, PT
SinergiPustaka Indonesia, Jakarta Pusat 2012
AluAsy-Syaikh, Abdurrahman Bin Hasan.
FathulMajidSyarhiKitabitTauhid. Jakarta: DaarulHaq.
Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. 1995. Prinsip-Prinsip
Dasar Keimanancet. II. Riyadh: Haiatul Ighatsah Al-
Islamiyah Al-Alamiyah.
Arif Wibowo, Drs,. Dkk., Serial al Islam dan
Kemuhammadiyahan, Studi al Islam 2, Lembaga Studi
Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 1999
At-Tuwaijiri, Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah,
2007.Ensiklopedi Islam Al-Kaamil.Jakarta:
DarusSunnah.
Faridl, Miftah. 1987. Pokok-Pokok Ajaran Islam. Bandung:
Pustaka.
Hamka, Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1986. Tafsir
Al-Azhar. Surabaya: PT. Pustaka Islam
Ibnu Taimiyah.Aqidah Ahli Sunnah wal-Jama'ah,Bangil:
Pustaka Abd Muis, 1988.
Ibrahim Al-Hamd, Muhammad bin; Al-Iman Bil Qadha’ wal
Qadar penerjemah: Ahmad Syaikhu, S.Ag, Kupas
Tuntas Masalah Takdir: Pustaka Ibnu Katsir , Bogor
2005
Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kuliah Aqidah ~ 339


____________.Kuliah Aqidah, Yogyakarta, Lebaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas
Muhammadiyah.
IzzanAhmmad. 2005. Ululum Qur’an. Bandung :Tafakur.
Ja’farian, Rasul. Sejarah Islam; Sejak Wafatnya Nabi SAW
hingga Runtuhnya Bani Umayyah; penerjemah, Ilyas
Hasan ; cet.2 Jakarta; Lentera 2004.
Jopie Rattu, Pdt. Dr. Sridadi Atiyanto, Kitab Wahyu, Yunus
Ciptawiilangga, MBA, CHIP Benarkah sebagai
penggenap 666 ? ww//wahyuakhirzaman.com
Keimanancet. II. Riyadh: Haiatul Ighatsah Al-Islamiyah Al-
Alamiyah.
Khalaf, Wahab, Abdul : ‘Ilmu Ushulul Fiqhi, Daarul Qalam,
Al-Qaahirah cet.12, th. 1398 H/ 1978 M.
Muhammad Abduh.Risalah Tauhid,Jakarta:BulanBintang,
1975.
MuhammadAbdulHadial-Mishri.Aqidah Ahlussunnah wal-
Jama'ahMenurut Pemahaman Ulama Salaf, Jakarta:
Gema Insani Press,1995
Muhammad Said Al-Qathan Muhammad Bin Abdul Wahab.
Memurnikan`Laa Ilaa Ha Illallah,Jakarta: Gema Insani
Press, 1996.
Muhamud Syaltut. Aqidah dan Syari'ah Islam, Jakarta: Bina
Aksara, 1984.
Munawwir, Warson, Ahmad, Almunawwir Kamus Arab-
Indonesia. Pustaka Progressif Surabaya cet.14 th 1997
Nasrudin Razak.Dinul Islam,Bandung:Al-Ma'arif, 1993.

340 ~ Kuliah Aqidah


Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2009. Himpunan Putusan
Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah, Majelis Tarjih, Himpunan Putusan
Majelis Tarjih. PP Muhammadiyah cet.3, Tanpa Tahun,
Qasim Al-Ghaza, Muhammad bin; Fathul Qoriib. Daaru
Ihyaail Kutubil ‘Arabiyah, Indonesia. Tanpa Tahun
Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islamcet. X. Bandung: Al-
Ma’arif
Ridla, Rasyid, Muhammad. Wahyu Ilahi Kepada
Muhammad, Penerjemah Josef C.D. PT Dunia Pustaka
Jaya Jakarta Pusat cet.1 th 1983
Sabiq,Sayid;Aqidatul Islam, penerjemah; Sahid HM, Al-
Ikhlas Surabaya Tanpa Tahun
Sayid Sabiq. Aqidah Islam, Bandung: Deponegoro, 1993.
Shaleh Bin Fauzan Bin Abdullah al-Fauzan. Kitab Tauhid,
Jakarta: AkafaPress, 1998.
Sislilah Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah; Al-Mustawa Ar-
Raabi’ At-Tauhid, Saudi Arabia: Universitas Islam
Imam Muhammad Ibnu Saud. Tt.
SyaikhAbdulAzizbinAbdullahbin Baaz,Aqidah Shahihah
VersusBathilah: Hukum Sihir dan Pedukunan, Komplek
Industri Lama,Riyadh, 2002.
SyihkSulaimanBin AbdullahBinMuhammadBin Abdul
Wahhab.alih Bahas. Ja'far Sujarwo, Kebenaran Tauhid
Wahabiyah, Surabaya:Al-Ikhlas, tt.
Thomas Djamaluddin, Dr., Menjelajah Keluasan Langit;
Menembus Kedalaman Al Quran, Khazanah Intelaktual,
Jakarta. 2006

Kuliah Aqidah ~ 341


Tim Ahli Tauhid, Kitab TauhidJilid II. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia (UII) Fakultas Agama
Islam.
Time, April 7, 1997, 'The lure of the cult
Yasin, Muhammad Na’im, DR, Al-Iman, Arkanuhu,
Haqiqatuhu, Nawaqiduhu, Maktabah Al-Falah Kuwait,
th 1983
Yasin, Muhammad Na’im. Yang Menguatkan Yang
Membatalkan Iman: Kajian Rinci Dua Kalimah
Syahadah.Terj. Abu Fahmi. Jakarta: Gema Insani Press,
1990.
E-book, Aplikasidan Internet:
Al-Qur’an Digital, versi 3.2
Al-Qur’an in word 2013
CD Hadist Kutubut Tis’ah versi 3.5
Maktabah syamilah
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasul
Manufacturing Dissent, 'World Statistics - The Rich and the
Poor', 1999;
http://www.reagan.com/HotTopics.main/HotMike/docu
ment-8.13.1999. html
UNICEF, 'Children and Poverty: Key Facts', 2000;
http://www.unicef.org /copenhagen5/ factsheets.htm
US Geological Survey National Earthquake Information
Center, "Earthquake Facts and Statistics", 2000,
http://www.neic.cr.usgs.gov/neis/eqlists/ eqstats.html

342 ~ Kuliah Aqidah


Wikipedia Bebas, Nabi Palsu, Mordechai Cogan, 1 Kings: A
New Translation with Introduction and Commentary,
Anchor Bible Commentaries, Yale 2001
www.goodreads.com/book/show/5258606-al-qur-an -dan
-ilmu- pengetahuan- kealaman, Achmad Baiquni, Prof.,
Ph.D, di upload. Sep 29, 2011, dikutip 22 September
2013.

TENTANGPENULIS

Drs. Abdullah Wahab, MA. Lahir di


Desa Mapin Kebak Kecamatan Alas
Barat Kabupaten Sumbawa, dari
pasangan H. Abdul Karim dan
HJ.Rabaiyah pada tanggal 12 Agustus
1967, menyelesaikan sekolahdi SDN 1
Mapin Kebak Sumbawa 1980, setelah
itu melanjutkan di PON.PES PERSIS
Bangil selama 6 (enam) tahun. Lulus
tahun 1986, kemudian melanjutkan ke
pondok Shobron Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan
menyelesaikan S1 di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Shobron Fakultas Agama Islam, lulus tahun 1994. Pada

Kuliah Aqidah ~ 343


tahunyang sama mulai mengajar di Universitas
Muhammadiyah Mataram. Kemudian pada tahun 2008
melanjutkan studi pasca sarjana program Magister Studi
Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, lulus
tahun 2010. Pernah menjabat sebagai ketua Lembaga Studi
Islam (LSI) UM. Mataram (2004-2010) lalu pada tahun
2013 sampai saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas
Agama Islam.Adapun kegiatan organisasi pada tahun 1986-
1990 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Pondok
Shobron, tahun 1994-1996 Wakil Ketua DPD IMM NTB,
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah
NTB (1996-2000), Sekertaris Majelis Tarjih PWM NTB
(2000-2005), Wakil Ketua Majelis Tarjih PWM NTB
(2005-2010), dan pada tahun 2010 sampai sekarang
menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah NTB.
SUWANDI, M.Pd.I, Lahir di Desa
Kowo Kecamatan Sape Kabupaten
Bima, tanggal 14 Juni 1970, putera
kedua dari Bapak Muhammad Siddik
71 thn dan Ibu Hamilah 67 thn, dari
enam bersaudara. Masuk sekolah Dasar
Negeri Kowo tamat 1984, MTSn Sape
Tamat 1987, melanjutkan di PGAN
Bima tamat tahun 1990, S1 di Sekolah
Tinggi ilmu Syari’ah Mataram yang kemudian menjadi
Fakultas Syari’ah IAIN Mataram tamat tahun 1994.Menikah
tahun 1998 dengan Ny. Rosdiana, sampai sekarang telah
memiliki empat orang anak; Zaki 16 th, Ayu 15 th, Salsa 12
th, dan Rois 5 th. Sekarang beralamat di Jalan Felindo no.
41A Bagek Kembar Kel. Tanjung Karang Permai
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram NTB. Menjadi dosen
344 ~ Kuliah Aqidah
luarbiasa di UM Mataram sejak tahun 2002, diangkat
menjadi dosen Tetap Yayasan pada juli 2006, mengajar al
Islam dan Kemuhammadiyahan di Fakultas Teknik UM
Mataram, menjadi sekretaris LPM th 2007-2009,
ditinggalkan jabatan tersebut dalam rangka melanjutkan
Studi Magister (S2) Pendidikan Agama Islam di Universitas
Muhammadiyah Surabaya, wisuda oktober 2011, akhir 2012
kembali memegang jabatan sebagai sekretaris LPM sampai
sekarang. Saat menjadi mahasiswa sudah aktif di Ortom
Muhammadiyah, mengikuti Darul Arqam Dasar IMM tahun
1992, Darul Arqam Madya (DAM) tahun 1994, dan menjadi
ketua IMM komisariat IAIN 1992, sekretaris IMM
Komisariat Mataram 1993, wakil sekretaris DPD IMM NTB
1995, menjadi wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota
Mataram 1999, wakil sekretaris Pemuda Muhammadiyah
Wilayah NTB 2000, ketua bidang lingkungan hidup
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Mataram 2006.
Mengikuti Latihan Dasar (Latsar) Resimen Mahasiswa
1991, Kursus Kader Pelaksana (Suskalak) Resimen
Mahasiswa 1993. Kini masih aktif melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi dan sebagai dosen di Universitas
Muhammadiyah Mataram. Apabila ada hal-hal yang
diperlukan bisa dihubungi via HP: 081237386869 -
081917370900, Email: suwanw@ymail.com.

Muhammad Nasir, M.Pd.I, lahir di


Lombok Barat 1 Maret 1984, melewatkan
pendiddikan formalnya di Sekolah Dasar
Negeri 2 Mambalan Lombok Barat
(1997), SMPN 5 Purwakarta Jawa Barat
Kuliah Aqidah ~ 345
(2002) dan MAN Purwakarta Jawa Barat (2005). Gelar
Sarjana Muda (SI) Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
diperoleh dari Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung (2009) dan Gelar Magister (S2) Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab diperoleh dari pascasarjana UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang (2013). Disamping menjadi
dosen AIK Uneversitas muhammadiyah Mataram dari tahun
2010 sampai sekarang, juga mengampu mata kuliah bahasa
arab di Fakultas Agama Islam UM Mataram.

Sukarta, M.Pd.I. Lahir di Karang


Anyar, Desa Kopang Rembiga,
Kecamatan Kopang Lombok Tengah
dari pasangan Muhammad Suhud dan
Isbandiah, pada tanggal 17 Agustus
1984. Pada tahun 2002 dikirim oleh
KH.Abdul Muhiet Al-Lepaky sebagai
utusan PWM untuk belajar agama di
Pondok Pesantren Muhammadiyah
Asy-Syifa’ Yogyakarta, selesai tahun 2009. Pada tahun
2004 mengikuti kuliah Diploma Bahasa Arab di
Jam’iyyatud Da’wah Wat Ta’lim Jakarta, lulus tahun 2005.
Kemudian melanjutkan kuliah di Mediu (Medinah
International University), namun karena menikah dengan
seorang Hafidzoh (penghafal Al-Qur’an) dari Yogyakarta
maka kuliah di Mediu berhenti dan melanjutkan sekolah di
346 ~ Kuliah Aqidah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Fakultas Tarbiyah,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, lulus tahun 2009.
Mendapatkan gelar Magister Pendidikan Islam dari
Pascasarjana Fakultas Agama Islam, Jurusan Pendidikan
Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Mataram.
Aktif mengikuti seminar, diskusi dan menjadi narasumber
dalam Forum Kajian Keislaman. Aktip di Organisasi
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah NTB sebagai
Ketua Bidang Dakwah dan Pengkajian Islam, di Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah NTB sebagai Sekretaris Majelis
Tabligh 2010-2015, di Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kota Mataram sebagai Wakil ketua bidang dakwah, di Panti
Asuhan Muhammadiyah Mataram sebagai Koordinator
bidang pendidikan. Pekerjaan sehari-hari sebagai tenaga
edukatif di Universitas Muhammadiyah Mataram.

M. Anugrah Arifin, S.Pd.I lahir di


Mataram, 03 Maret 1990 dari pasangan Arifin Yasin, S.Sos,
dan Kasmir, S.Pd.I. Melewatkan pendidikan formalnya di
TK Aisyiah mataram lalu melanjutkan ke SDN 01 Mataram
(2002), SMPN 01 Mataram (2005), MAN 1 Mataram
(2008). Saat di Madrasah Aliyah, mulai menghafalkan Al-
Quran di PON.PES Nurul Ulum Al-Aziziyah, lalu
menyelesaikan hafalan Al-Quran dan memperdalam kitab-

Kuliah Aqidah ~ 347


kitab klasik di Ma’hadul Quran PON.PES Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo-Jawa Timur, sekaligus menamatkan
studi S1 Jurusan PendidikanBahasa Arab di Institut Agama
IslamIbrahimy (IAII)Sukorejo - Jawa Timur. Saat ini,
sedang menempuh pendidikan Pascasarjana Jurusan
Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram. Sehari-hari penulis aktif di Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I) Universitas
Muhammadiyah Mataram dan juga aktif mengisi kajian-
kajian Aqidah, Bahasa Arab, Fiqih, dan Tahfizul Quran .

348 ~ Kuliah Aqidah


Kuliah Aqidah ~ 349

Anda mungkin juga menyukai