AQIDAH
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
KULIAH
AQIDAH
Sukarta, dkk.
Kuliah Aqidah/Sukarta, dkk./Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah Mataram, 2014
Kuliah Aqidah
Penerbit:
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LP2I)
Universitas Muhammadiyah Mataram
Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Nusa Tenggara Barat
Telp. (0370) 6610732
KATA PENGANTAR
MAJELIS DIKTI PP MUHAMMADIYAH
Ketua, Sekretaris,
Kuliah Aqidah ~ ix
13 tahun dakwah beliau di Makkah Al-Mukarramah. Hal ini
disebabkan oleh pentingnya pemurnian Aqidah sebagai
pondasi dasar keislaman seseorang yang akan sangat
berpengaruh terhadap girah (semangat) dan targib
(motivasi) beramal seseorang, serta merupakan tembok
pembatas antara muslim dengan kafir. Kerisauan akan
pemurnian Aqidah ini pula yang mendorong KH. Ahmad
Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai
gerakan dakwah dan tajdid yang berusaha memurnikan
aqidah tauhid umat islam dari penyakit Tahayyul, Bida’ah,
Churafat (TBC)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sebagai salah
satu amal usaha persayarikatan merupakan media dakwah
yang sangat berpotensi untuk mewujudkan salah satumisi
utama Persyarikatan; menegakkan keyakinan tauhid yang
murni, sesuai dengan ajaran Allah swt, yang dibawa oleh
seluruh Rasul Allah sejak nabi Adam as hingga nabi
Muhammad saw dalam bentuk pemurnian aqidah/tauhid
umat islam dewasa ini sekaligus membentengi aqidah
generasai muda islam dari ajaran-ajaran yang menyimpang,
misi itulah yang terangkum dalam mata kuliah Aqidah ini.
Sebagai ketua BPH saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada para penulis yang telah berupaya keras
bagi terwujudnya buku ini. Semoga buku ajar Kuliah Aqidah
ini menjadi awal kebangkitan tradisi menulis di kalangan
para dosen di UM. Mataram.
Mataram, Mei 2014
Ketua BPH UM. Mataram
x ~ Kuliah Aqidah
Ttd
Kuliah Aqidah ~ xi
KATA SAMBUTAN
REKTOR UNIVERSITASMUHAMMADIYAH
MATARAM
Ttd
َو َنعُوذُ بِاللَّ ِه ِم ْن، ُ َونَ ْسَت ْغ ِف ُره، ُ َونَ ْستَعِينُه، ُ حَنْ َم ُده، إِ َّن احْلَ ْم َد لِلَّ ِه
،ُض َّل لَهِ من يه ِد ِه اللَّه فَال م،ات أ َْعمالِنَا ِ و ِمن سيِّئ، ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا
ََ ْ َ
ُ ُ َْ ْ َ َ ُ
ِ ِ ْ ومن ي
َ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن ال إِلَهَ إِال اللَّهُ َو ْح َدهُ ال َش ِر، ُي لَه
يك َ ضل ْل فَال َهاد ُ ْ ََ
َّ َوأ،ُلَه
.َُن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه
Penulisan buku Kuliah Aqidah yang membahas tentang
Akidah adalah salah satu mata rantai dari penulisan buku-
buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu Kuliah
AqidahI tentang Ibadah dan Kuliah AqidahII tentang
Akhlaq. Diterbitkannya buku Kuliah Aqidah ini sebagai
salah satu wujud komitment Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LP2I) Universitas Muhammadiyah
Mataram untuk merealisasikan islamisasi kampus melalui
media tulisan dan strategy lainnya.
Uregensi Akidah dalam agama seorang muslim,
bagaikan uregensinya sebuah pondasi dalam sebuah
bangunan. Jika pondasinya kuat maka bangunannya pun
akan kuat. begitu juga, jika pondasi Akidah kuat dibangun
diatas Al-Quran dan As-Sunnah Ash-Shahihah al-Maqbullah
maka agama seorang muslimpun akan kuat.
Kuliah Aqidah ~ xv
dan mukjizat rasul, menjelaskan rasul-rasul Ulul ‘Azmi,
menjelaskan Muhammad Rasulullah saw sebagai Nabi yang
terakhir, dan menjelaskan Iman kepada seluruh Nabi dan
Rasul. Kemudian Bab VII tentang Iman kepada Taqdir yang
mencakup: pengertian takdir (qadha dan qadar), tingkatan
iman kepada takdir, macam-macam takdir, posisi manusia
dalam takdir, serta hikmah iman kepada takdir. Dan Bab VI
ditulis oleh Suwandi, M.Pd.I yang membahas tentang Iman
kepada hari kiamat yang menjelaskan tentang; definisi hari
kiamat, kiamat menurut pandangan islam dan ilmu
pengetahuan,tanda-tanda kiamat, gambaran terjadinya
kiamat, kejadian pasca hari kiamat, dan hikmah beriman
pada hari kiamat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan buku ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dan kami
memohon kepada Allah agar memberikan kepada kami
maghfiroh-Nya. Semoga dalam waktu yang akan datang
penulisan buku ini akan lebih baik. Wallau A’lam.
Ttd.
BAB I
PENGANTAR AQIDAH ISLAM...............................
1
A. Pengertian Aqidah....................................................
4
B. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah.........................
9
C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah.......................
18
D. Sumber Aqidah Islam...............................................
45
E. Beberapa Kaidah Aqidah.........................................
48
BAB II
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH SWT..............
59
A. Beriman Kepada Wujud Allah SWT........................
61
B. Mentauhidkan Allah SWT.......................................
74
1. Hakikat dan Kedudukan Tauhid ........................
74
2. Keistimewaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang
Diampuni Karenanya.........................................
78
3. Barang Siapa Komitmen dengan Tauhid
Dengan Semurni-Murninya, PastiMasukSurga
Tanpa Hisab.......................................................
81
4. Macam-Macam Tauhid .....................................
83
a. Tauhid Rububiyah........................................
83
xx ~ Kuliah Aqidah
menghancurkan kaum muslimin........................
118
7. Berkeyakinan bahwa sebagian manusia ada
yang boleh keluar dan bebas dari syariat
Muhammad saw.................................................
118
F. Ilmu Allah................................................................
119
G. Ma’iyyatullah...........................................................
121
1. Pengertian sifat Ma’iyah....................................
122
2. Penggunaankalimatbersama ( )معdalambahasa
Arab...................................................................
122
3. Pembagian sifat Ma’iyah....................................
123
a. Ma’iyah Ammah (ma’iyah dalam bentuk
umum)..........................................................
124
b. Ma’iyah Al-Khashah (ma’iyah dalam
bentuk khusus..............................................
125
H. Syirik .....................................................................
127
1. Syirik Besar .......................................................
127
a. Syirik dalam do'a ........................................
128
BAB III
IMAN KEPADA PARA MALAIKAT........................
135
A. Malaikat Dan Makhluk Ghaib..................................
136
B. Deskripsi Iman Kepada Malaikat ............................
137
C. Nama Dan Tugas Malaikat ......................................
138
D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat..........................
139
BABIV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH................
165
A. Pengertian Kitab-Kitab Allah...................................
167
BAB V
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL........................
202
A. Pengertian Nabi dan Rasul.......................................
203
1. Makna Nabi dan Rasul Secara Bahasa
(Etimologi).........................................................
203
2. Makna Nabi dan Rasul Secara Istilah
(terminologi)......................................................
205
BAB VI
IMAN KEPADA HARI KIAMAT..............................
254
A. Pengertian Hari Kiamat............................................
255
B. Kiamat Menurut Pandangan Islam...........................
258
C. Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan.........................
261
BAB VII
IMAN PADA TAQDIR................................................
304
A. Pengertian Taqdir.....................................................
306
1. Qadar.................................................................
306
2. Qadha’................................................................
309
B. Beberapa Tingkatan Taqdir......................................
312
Tingkatan Pertama : Al-‘Ilmu (Ilmu).......................
312
Tingkatan Kedua : Al-Kitabah (Pencatatan)............
314
Tingkatan Ketiga : Al-Masyiah (Kehendak).............
316
Daftar Pustaka................................................................
336
TentangPenulis...............................................................
342
SUBPOKOK BAHASAN
1) Pengertian aqidah: definisi dan penjelasannya.
2) Beberapa istilah lain tentang aqidah.
3) Ruang lingkup pembahasan aqidah.
4) Sumber aqidah Islam.
5) Beberapa kaidah aqidah.
6) Fungsi aqidah.
7) Penyimpangan aqidah dan cara-cara penanggulangannya.
Kuliah Aqidah ~3
ْاش َجَر َبْيَن ُه ْم مُثَّ الَ جَيِ ُدوا ِ َ فَالَ وربِّك الَ يؤ ِمنو َن حىَّت حُي ِّكم
َ يم َ وك ف ُ َ َ َ ُ ُْ َ َ َ
ِ ِ
ً ت َويُ َسلِّ ُمواْ تَ ْسل
يما َ َيِف أَن ُفس ِه ْم َحَر ًجا مِّمَّا ق
َ ضْي
“Maka demi Tuhanmu, mereka itu (pada hakikatnya)
tidak beriman sebelum mereka menjadikan kamu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di
hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang
kauberikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisaa: 65)
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa keimanan
(aqidah) seorang muslim dan masyarakatnya diukur dari
apakah ia bersedia merujuk kepada hukum Allah dan Rasul-
Nya ataukah tidak. Hal ini menegaskan bahwa aturan dan
peraturan kehidupan manusia harus merujuk dan hanya lahir
berasal dari aqidah Islam semata.
A. Pengertian Aqidah
Berbicara masalah aqidah, tentu hal mendasar yang harus
dibahas adalah pengertianaqidah itu sendiri. Pengertian
aqidah bisa ditinjau dari dua aspek. Pertama pengertian secara
etimmologis dan kedua secara terminologis.Secara etimologis
(lughatan/bahasa), aqidah berakar dari kata‘aqada-
ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan (ً َع ْقدًا َو َعقِ ْي َدة-ُيَ ْعقِد-َ) َعقَد. Kata aqidatan
tersebut mengikuti wazan fa’ilatan yang berarti al-habl, al-
bai’, al-‘ahd (tali, jual beli, dan perjanjian)
sedangkanAqdanberarti simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh.Atau bisa juga berasal dari kata i’tiqada-ya’taqidu-
4 ~ Kuliah Aqidah
i’tiqadan(ادًاqqَ ِا ْع ِتق-ُدqq َيعْ تَ ِق-َدqqَ ) ِا ْعتَقyang berarti mengikatkan hati.
Setelah terbentuk menjadi ‘aqidahberarti keyakinan (Ahmad
Warson Munawir, 1984: 1023). Relevansi antara arti kata
‘aqdan, i’tiqadan dan ‘aqidahadalah sebuah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat serta
mengandung perjanjian yang utuh ((نيqqمب.(Yunahar Ilyas,
2013:1)
Secaraterminologis (ishthilahan/istilah), terdapat
beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy:
ضايَا احْلَ ِّق الْبَ ِد ِهيَّ ِة الْ ُم َسلَّ َم ِة بِالْ َع ْق ِل ِ ِ ِ
َ َاَلْ َعقْي َدةُ ه َي جَمْ ُم ْو َعةٌ م ْن ق
ِ ِ
َ َويُْثىَن َعلَْيه,ُ َي ْعق ُد َعلَْي َها اإْلِ نْ َسا ُن َق ْلبَه,الس ْم ِع َوالْفطَْر ِة
ُص ْد ُره َّ َو
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ قَاط ًعا بُِو ُج ْود َهـ ـ ــا َوثُُب ْوتـ ـ َـهــا اَل َيَرى خاَل َف َها أَنَّــه,َجا ِز ًما بِص َّحت َها
ِي
.ص ُّح أ َْو يَ ُك ْو ُن أَبَـ ـ ًـدا َ
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima
secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
(olehmanusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan
dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.” (Al-
Jazairy, 1978, hal. 21).
Kuliah Aqidah ~5
“’Aqa’id, merupakanbentuk jamak dari kata aqidah,
yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati(mu) secara mutlak, yang
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi sebuah
keyakinan yang tidak bercampuri sedikitpun oleh
keragu-raguan” (al-Banna, tt., hal. 465).
4. Mahmud Syaltouth:
Aqidah merupakan cara pandang keyakinan yang harus
diyakini terlebih dahulu sebelum segala perkara yang
lainnya dengan suatu keyakinan yang tidak diliputi
keraguan dan tidak dipengaruhi oleh kesamaran yang
menyerupainya”
6 ~ Kuliah Aqidah
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas, maka ada
beberapa ilustrasi atau catatan tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu ditinjau dari sifatnya terbagi menjadi dua bagian:
pertama dinamakan ilmu dharuri, dan kedua dinamakan
ilmu nazhari. Ilmu dharuri adalah apa-apa yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil.
Misalnya apabila Anda melihat tali di hadapan mata,
Anda tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa
benda itu ada dikarenakan benda tersebut ada, jelas dan
nampak. Sedangkan ilmu nazhariadalah ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian terlebih dahulu.
contohnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai
panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-orang
yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari
itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan
terkenal tidak memerlukan lagi dalil, misalnya sebagian
lebih sedikit dari seluruh. Kalau sebuah roti kita potong
sepertiganya, maka yang dua pertiga tentu lebih banyak
dari yang sepertiga, tetapi hal itu pasti diketahui oleh
siapa saja termasuk oleh anak kecil sekalipun. Hal inilah
yang disebut badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi
karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka
kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran
(bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal untuk
menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk
menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan
mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap
Kuliah Aqidah ~7
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan
akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya
wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan
yang sebenarnya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan
keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin
(ilmu) dia akan mengalami terlebih dahulu, pertama:
Syak, yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau
menolaknya. Kedua: Zhan: salah satu lebih kuat dari
yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.
Ketiga: Ghalabatuz zhan, cenderung lebihmenguatkan
salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya.
Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah
yang disebuh dengan aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya
lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu,
akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan
atau ketentraman jiwa, karena dia harus melaksanakan
sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia
harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan mungkin
bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan pada
waktu yang bersamaan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada
tingkat pemahaman terhadap dalil baik nakli maupun
akli. Misalnya:
a) Seseorang akan meyakini adanya sebuah negara
apabila dia mendapat informasi tentang negara
8 ~ Kuliah Aqidah
tersebut dari seseorang yang dikenal tentunya dan
tidak pernah berbohong (jujur).
b) Keyakinan itu akan bertambahapabila dia
mendapatkan informasi yang sama dari beberapa
orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia
akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada
syubuhat(dalil-dalil yang menolak informasi
tersebut).
c) Bila dia menyaksikan foto sebuah negara tersebut,
bertambahlah keyakinanannya, sehingga
kemungkinan untuk ragu semakin kecil.
d) Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri
tersebut, keyakinannya semakin bertambah, kerena
segala hal yang berkaitan dengan negeri tersebut
langsung diketahuinya dan segala keraguan akan
hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu lagi, serta
tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua
orang menolaknya.
e) Apabila dia jalan-jalan di negeri tersebut dan
memperhati-kan situasi kondisinya bertambahlah
pengalaman dan pengetahuannya tentang negeri yang
diyakininya itu.
1. Iman
Al-Qur'an memberikan sebutan aqidah dengan
menggunakan istilah iman. Syaikh Mahmud Syaltouth
menyatakan bahwa pengertian aqidah sama dengan iman.
Kalau Aqidah mempunyai arti mempercayai sejumlah
perkara yang diyakini kebenarannya, yaitu perkara yang
bertalian dengan aspek Ilahiyah (Ketuhanan), Al Nubuwwah
(kenabian), Al Ruhaaniyat (keruhanian), dan Al sam’iyyat
(berita tentang akhirat), sedangkan iman mempunyai rukun-
rukunnya yang enam (Arkanul Iman) yang juga harus yakin
tentang kebenarannya. Dengan demikian inti pengertian
keduanya adalah sama. Adapun perbedaan keduanya hanya
terletak pada istilah dan sebutan. Aqidah merupakan istilah
yang digunakan para ulama ushuluddin sedangkan Al-
Qur'an menyebutnya dengan menggunakan kata iman.
Ada yang membedakan dan menyamakan istilah iman
dengan aqidah. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah
bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman
menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya
berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan
dan pembuktian dengan amal. Sebenarnya inti masalah
tersebut tergantung dari definisi iman. Kalau mengikuti
definisi iman menurut Jahmiah dan Asy’ariyahyang
menyatakan bahwa iman secara bahasa (lughatan) hanyalah
at-tashdiq(()التصديقmembenarkan di dalam hati), maka iman
10 ~ Kuliah Aqidah
dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim. Senada
denganini sebagaimana pendapat daripada Imam Abu
Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah i’tiqad,
sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak dinamai
iman. Sebaliknya jika mengikuti definisi iman menurut
Ulama Salaf (termasuk Imam Ahmad, Malik dan Syafi’i)
yang mengatakan bahwa iman adalah:
ِ ان وعمل بِاأْل َر َك
ِ ِ ِ ِ ٌ إِ ْعتِ َق
.ان ْ ٌ َ َ َ اد باجْلَنَان َونُطْ ٌق باللِّ َس
“Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan
lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.”
(Lihat al-Aqidah fillah oleh Sulaiman Al-Asykar, hal.
14). Maka dari kaidah diatas jelas iman dan aqidah tentu
tidak persis sama.
Menurut jumhur ulama disebutkan bahwa iman adalah:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َت
ِ ان وعمل بِاأْل َر َك
ان ْ ٌ َ َ َ صديْ ٌق بالْ َق ْلب َوإ ْقَر ٌار باللِّ َس
ْ
“Membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan
dan mengamalkan dengan anggota badan”
“Membenarkan dalam hati” maksudnya menerima
segala apa yang dibawa oleh Rasulullah secara mutlak
tampa ada tawaran sedikitpun.
“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan
dua kalimah syahadat, “Laa ilaha illallhu wa anna
muhammadan rasulullah” (Tidak ada sesembahan,
pengagungan, pengesaan atau pengakuan yang hak
disucikan kecuali Allah dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah).
“Mengamalkan dengan anggota badan ((”عم ل باالرك ان
Kuliah Aqidah ~ 11
maksudnya, hatimengamalkan dalam bentuk keyakinan,
sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk
ibadah-ibadah badaniyah atau jasadiyah tentu sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian
iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah ( )يزيدdan
berkurang ( )ينقصseiring dengan bertambah dan
berkurangnya amal shalih yang diakukan.
Diantara dalil-dalil tentang iman adalah aqidah Islam
ditetapkan oleh Allah dan kita sebagai manusia wajib
mempercayainya sehingga kita layak disebut sebagai orang
yang beriman atau mukmin. Namun bukan berarti keimanan
itu ditanamkan ke dalam diri seseorang secara dogmatis,
sebab proses keimanan haruslah disertai dalil-dalil. Dalil ini
adakalanya bersifat aqli atau naqli, tergantung perkara apa
yang diimani. Jika sesuatu itu masih dalam jangkauan panca
indera maka dalilnya adalah aqli, tetapi jika sesuatu itu di
luar jangkauan panca indera, wajib disandarkan pada dalil
naqli. Dengan demikian dalil aqidah ada dua:
a. Dalil Aqli
Dalil yang digunakan untuk membuktikan perkara-
perkara yang bisa diindera sebagai jalan (perantara)
untuk mencapai kebenaran yang pasti dari keimanan.
Yang meliputi di dalamnya adalah beriman kepada
keberadaan Allah, pembuktian kebenaran Al-Qur'an, dan
pembuktian Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
b. Dalil Naqli
Berita (khabar) pasti (qath’i) yang diberitakan kepada
manusia berkaitan dengan perkara-perkara yang tidak
12 ~ Kuliah Aqidah
dapat secara langsung dijangkau oleh akal manusia,
yaitu mengenai beriman kepada Malaikat, Hari Akhir,
Nabi-nabi dan Rasul-Rasul, Kitab-kitab terdahulu, sifat-
sifat Allah, dan tentang Taqdir. Khabar yang qath’i ini
haruslah bersumber pada sesuatu yang pasti yaitu Al-
Qur'an dan hadits mutawatir (hadits qath’i).
Pengambilan dalil untuk perkara aqidah berbeda dengan
pengambilan dalil bagi perkara tasyri’ (hukum). Hal ini
disebabkan aqidah mensyaratkan dalil yang bersifat pasti,
tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Oleh sebab itu,
sumber pengambilan dalil bagi masalah aqidah ini harus
qath’i (pasti) sumbernya (qat’i tsubut) dan pasti
penunjukkan dalilnya (qath’i dalalah). Sumber yang
tergolong pasti adalah Al Qur-an dan Hadits Rasulullah.
yang mutawatir saja.
Muhammad Husain Abdullah menyatakan bahwa hadits
mutawatir adalah hadits yang didasarkan panca indera,
diberitakan oleh sejumlah orang yang jumlahnya menurut
kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat (terlebih
dahulu) untuk berdusta (dalam pemberitaannya). Hadits
mutawatir seperti ini menunjukkan Al-‘Ilmu (kepastian),
yakin, wajib diamalkan, dan barangsiapa mengingkarinya
dikategorikan kafir.
Adapun yang dimaksud qath’i dalalah karena kepastian
penunjukkan dalil akan memustahilkan ijtihad dalam
perkara aqidah. Syariat Islam tidak menerima ijtihad
seseorang dalam perkara aqidah. Ijtihad hanya terbatas
dalam perkara tasyri’ (hukum) saja. Sebab jika aqidah
Kuliah Aqidah ~ 13
dijadikan lahan untuk berijtihad maka bagaimana dengan
orang-orang yang hasil ijtihadnya dalam perkara aqidah
tersebut keliru atau salah. Sedangkan kekeliruan atau
kesalahan dalam perkara aqidah akan menjerumuskan pada
kekafiran. hal ini karena aqidah Islam merupakan batas
antara iman dan kafir.
Dari hal inilah maka penunjukkan dalil dalam masalah
aqidah harus qath’i (pasti) bukan dzanni (persangkaan) yang
masih mengandung kemungkinan penafsiran berbeda dan
beraneka ragam pemahaman. Adapun ayat-ayat Al-Qur'an
yang mewajibkan hal ini adalah:
(ين اَل يُ ْؤ ِمنُو َن بِاآْل ِخَر ِة لَيُ َس ُّمونَالْ َماَل ئِ َكةَ تَ ْس ِميَةَ اأْل ُنثَى ِ َّ ِ
َ إ َّن الذ
)و َما هَلُم بِِه ِم ْن ِع ْل ٍم إِن َيتَّبِعُو َن إِاَّل الظَّن ََّوإِ َّن الظَّ َّن اَل يُ ْغيِن ِم َن
َ 27
)28(احْلَ ِّق َشْيئًا
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan
malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak
mempunyai sesuatu pengetahuan tentang itu. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan (dzann),
sedangkan persangkaan itu tidak berfaidah sedikitpun
terhadap kebenaran” (QS. Al Najm: 27-28)
Ayat di atas dengan jelas dan gamblang mencela orang-
orang yang mengikuti persangkaan dan dugaan, mencela
orang-orang yang mengikuti suatu perkara aqidah tanpa
‘ilmu (kepastian). Teguran ayat-ayat tersebut di atas
sekaligus sebagai dalil yang melarang secara tegas untuk
tidak mengikuti persangkaan dan dugaan dalam urusan
14 ~ Kuliah Aqidah
aqidah. Dalil syara’ menunjukkan kepada kita bahwa
beristidlal (menggunakan dalil) dzanni (terdapat adanya
dugaan/keraguan) dalam masalah aqidah dilarang. Di
samping itu, tematik yang disinggung oleh ayat-ayat tersebut
di atas seluruhnya menyangkut aqidah, diantaranya ada yang
berhubungan dengan keberadaan Allah, qiamat, malaikat,
para Rasul, janji Allah, penciptaan langit dan bumi, sampai
masalah penyaliban Isa Al-Masih.
Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan dalil naqli
juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan dalil
tersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan
mana yang dapat dan mana yang tidak untuk dijadikan dalil
naqli. Sebuah dalil naqli harus bisa dibuktikan terlebih
dahulu kebenarannya secara aqli. Oleh karena itu, semua
dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode
aqli (aqliyyah).
Sehubungan dengan ini, Imam Syafi’i berkata:
“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang
mukallaf adalah berpikir dan mencari dalil untuk ma’rifat
kepada Allah ta’ala. Arti berpikir adalah melakukan
penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang
berpikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah.
Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai ma’rifat terhadap
hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indera, dan
ini merupakan suatu keharusan. Hal seperti itu merupakan
suatu kewajiban dalam masalah ushuluddin.” (Fiqh Al-
Akbar).
a. Firman Allah
Kuliah Aqidah ~ 15
ًاب النَّا ِر إِاَّل َماَل ئِ َك ةً َو َم ا َج َع ْلنَ ا ِع َّدَت ُه ْم إِاَّل فِْتنَ ة
َ َص َح
ْ َو َم ا َج َع ْلنَ ا أ
ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ ِِ
ين آَ َمنُ واَ اب َو َي ْز َد َاد الذ َ َين أُوتُ وا الْكت َ ين َك َف ُروا ليَ ْس َتْيق َن الذ َ للَّذ
ول الَّ ِذين يِف ِ ِ ِ ِ َّ َإِميانًا واَل يرت
َ َ اب َوالْ ُم ْؤمنُو َن َولَي ُق َ َين أُوتُوا الْكت َ اب الذ
َ َْ َ َ
… ض َوالْ َكافُِرو َن َما َذا أ ََر َاد اللَّهُ هِبَ َذا َمثَاًل ِهِب
ٌ ُقلُو ْم َمَر
“Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan
dari malaikat; dan titdaklah Kami menjadikan bilangan
mereka itu melainkan untuk jadi cobaan orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi
yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah
imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab
dan orang-orang mukmin tidak ragu-ragu dan supaya
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatakan), ‘Apakah yang
dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu
perumpamaan.?”…(QS. Al-Muddatstsir {74}: 31).
b. Firman Allah
ِ ِ ِ ِ َّ ِ
تْ َت ُقلُ وبُ ُه ْم َوإِ َذا تُلي
ْ َين إِ َذا ذُك َر اللَّهُ َوجلَ إمَّنَ ا الْ ُم ْؤمنُ و َن الذ
ِ
يم و َن ِ علَي ِهم آَياتُ ه زاد ْتهم إِميانً ا وعلَى رهِّبِم يتو َّكلُ و َن * الَّ ِذ
ُ ين يُق َ َ ََ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ
… ك ُه ُم الْ ُم ْؤ ِمنُو َن َحقًّا ِ مِم
َ ِاه ْم يُْنف ُقو َن * أُولَئ
ُ َالصَّاَل ةَ َو َّا َر َز ْقن
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemeterlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang
16 ~ Kuliah Aqidah
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-
Anfal {8}: 2-4).
c. SabdaRasululullah:
ِ ْ ِ أَو ب,ضع وسبعو َن ِ
َ ْ فَأَف,ُض ٌع َوست ُّْو َن ُش ْعبَة
ضلُ َها َق ْو ُل أَل ْ ْ ُ ْ َ َ ٌ ْ اإْلِ مْيَا ُن ب
َواحْلَيَاءُ ُش ْعبَةٌ ِم َن,اها إِ َماطَةُ اأْل َ َذى َع ِن الطَِّريْ ِق
َ َ َوأ َْدن,ُإِلهَ إِاَّل اهلل
.)(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم ِ
َ اإْلِ مْيَان
“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah mengucapkan
laa ilaaha illa Allah dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan rintangan (kotoran) dari jalan, sedang
rasa malu itu (juga) salah satu daripada cabang iman.”
(HR. Muslim).
d. Sabda Rasulullah:
ِِ ِ ِ ِِ ِ
َْم ْن َرأَى مْن ُك ْم ُمْن َكًرا َف ْلُيغَِّي ْرهُ بِيَده فَِإ ْن مَلْ يَ ْستَط ْع فَبِل َسانه فَِإ ْن مَل
.)(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم ِ
َ ف اإْلِ مْيَان ُ َض َع ْ كأ ِ
َ َو َذل,يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِه
“Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka
hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan
tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya,
dan jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang
demikianlah adalah selemah-lemahnya iman,” (HR.
Muslim).
2. Tauhid
Kuliah Aqidah ~ 17
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan
yang artinya “esa/tunggal”. Ini merujuk pada sifat Allah
yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah?
Karena inti utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah,
makanya orang sering menyebut disiplin ajaran ini dengan
ilmu tauhid.
3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-
pokok agama. Ajaran ini merupakan ajaran pokok agama.
Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama harus
memahami tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar
yang harus dipahami oleh setiap orang yang memeluk Islam.
Tanpa memahami dan meyakini ajaran ini, kebersilaman
kita tak ada gunanya. Artinya bahwa semua pokok-pokok
ajaran agama yang menyangkut Aqidah, iman dan tauhid
disebut juga Ushuluddin. Inidikarenakan ajaran aqidah
merupakan pokok-pokok dari padaajaran Islam itu sendiri.
4. Ilmu Kalam
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamai
dengan Ilmu Kalam karena banyak dan luasnya dialog dan
perdebatan yang terjadi di antara pemikir masalah-masalah
aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Qur’an
apakah makhluqatau bukan, hadits atau qadim. Tentang
taqdir, apakah manusia punya hakikhtiar atau tidak. Tentang
orang yang berdosa besar, kafir atau tidak. Dan lain
sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan luas seperti itu
terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati
18 ~ Kuliah Aqidah
mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.
5. Fiqih Akbar
Fiqih akbar Artinya fiqih besar. Istilah ini muncul
berdasarkan pemahaman bahwatafaqquh fiddin ( )تفقهوافىالدين
yang diperintahkan Allah dalam surat at-Taubah ayat 122,
bukan hanya berputar masalah fiqih semata, akan tetapi
lebih utama menyangkut masalah aqidah. Untuk
membedakan dengan istilah fiqih dalam masalah hukum
ditambahkankata akbar, sehingga menjadi fiqih akbar.
Kuliah Aqidah ~ 19
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka dan
sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa
juga mengikuti sistematika arkanul iman seperti:
1. Iman kepada Allah
Allah, nama yang mulia ini adalah sebutan bagi Dzat
Suci yang kita imani dan kita beramal karena-Nya, dan kita
mengetahui bahwa dari-Nya lah kehidupan kita dan kepada-
Nya tempat kita kembali. Hanya Allah yang patut menerima
pujian dan memiliki kebesaran, layak ditakuti dan ditaati
karena tidak ada satu pun makhluk yang dapat menandingi-
Nya. Walaupun seluruh umat manusia sejak mereka
diciptakan sampai dunia sepi dan berhenti bergerak karena
seluruh manusia sudah punah, melupakan dan ingkar
kepada-Nya, sedikit pun tidaklah akan menodai kemuliaan-
Nya dan sebesar dzarah pun tidak akan mengurangi
kekuasaan-Nya, serta tidak seberkas cahaya-Nya yang akan
terhalang dan tidak akan secuil keagungan-Nya pun akan
berkurang. Oleh sebab itu, seandainya kita berada pada
suatu masa ketika semua orang bersikap keras kepala
memperturutkan hawa nafsunya dan melupakan hari akhir
serta tidak mau tahu terhadap Tuhannya, Hal demikian itu
tidak sedikit pun akan merugikan Allah Ta'ala. Adanya
Allah adalah suatu hal yang jelas dapat diketahui manusia
dengan fitrahnya, dan bukan termasuk masalah yang pelik
dan bukan pula hasil pemikiran yang berbelit-belit.
Pernahkah kita memikirkan tentang planet-planet yang
beredar, yang membelah angkasa raya dan mengikuti garis
20 ~ Kuliah Aqidah
edar atau falak tertentu tanpa berkisar ke kanan atau ke kiri
dan menetapi kecepatan yang teratur tidak terlalu kencang
dan tidak pula terlalu lambat, kemudian kita lihat ia muncul
pada waktu yang telah diperkirakan dan tidak
melanggarnya?
Apabila bola basket dimainkan para pemain, tetapi tidak
lama setelah beredar dan berputar-putar ia selalu jatuh
kembali ke bawah, sekarang pikirkan bagaimana bola-bola
yang teramat besar ukurannya yang ada di angkasa, ia tetap
beredar dan tidak jatuh-jatuh, terus berputar tak henti-henti.
Itu semua tidak mungkin terjadi tanpa ada kekuasaan yang
mengaturnya.
ك َت ْق ِد ُيرالْ َع ِزي ِز الْ َعلِي ِم * َوالْ َق َمَر ِ ِ
َ س جَتْ ِري ل ُم ْسَت َقٍّر هَّلَا َذل
ُ َّم
ْ َوالش
س يَنبَغِي هَلَا َّم
ْ الش اَل * ِ قَد َّْرنَاهُ َمنَا ِز َل َحىَّت َع َاد َكالْعُْر ُجونِالْ َق ِد
مي
ُ
*ك يَ ْسبَ ُحو َن ٍ َأَن تُ ْد ِر َك الْ َقمر واَل اللَّيل سابِق النَّها ِر و ُكلٌّ يِف َفل
َ َ ُ َ ُ ْ َ ََ
"Dan matahari itu berputar pada kedudukan yang tetap.
Demikian ketentuan Tuhan Yang Maha Tangguh dan
Maha Mengetahui! Dan bulan Kami tetapkan tempat-
tempatnya hingga ia kembali lancip seperti mayang tua.
Tiadalah mungkin matahari itu mengejar bulan dan tidak
pula malam mendahului siang, dan masing-masing
beredar sesuai dengan garis edar tertentu." (QS. Yasin:
38-40)
Seandainya kita perhatikan semua makhluk yang
terdapat di alam raya ini, apakah itu batu, tanah, tumbuh-
tumbuhan, kayu, binatang, daratan, lautan, api, udara, dan
lain sebagainya, kita akan menemukan sejumlah bukti yang
Kuliah Aqidah ~ 21
tidak terhitung untuk meyakinkan keberadaan Allah. Semua
makhluk yang ada di jagat ini adalah saksi keberadaan-Nya,
termasuk diri kita sendiri, tubuh kita, sifat-sifat kita,
perubahan yang ada pada diri kita, gerak dan diam kita. Hal
ini pun menunjukkan bahwa Dzat Allah berbeda dengan
makhluk-Nya, tidak ada yang pantas untuk disekutukan
dengan-Nya. Keimanan kepada-Nya adalah hal yang paling
esensi dalam kehidupan manusia karena sebagai manusia
kita amat sangat membutuhkan-Nya.
ِ السماو
ِ ات َواأل َْر
ُ َض َو َما ُت ْغيِن اآلي
ات َوالنُّ ُذ ُر َ َ َّ قُ ِل انظُُرواْ َماذَا يِف
َعن َق ْوٍم الَّ يُ ْؤ ِمنُو َن
"Katakanlah: 'Amatilah apa yang ada di langit dan di
bumi. Betapa banyak ayat-ayat (bukti-bukti) dan
peringatan yang tidak berguna bagi kaum yang tidak
beriman" (QS. Yunus 101)
ُ َّاس أَنتُ ُم الْ ُف َقَراء إِىَل اللَّ ِه َواللَّهُ ُه َو الْغَيِن ُّ احْلَ ِم
ْيد * إِن يَ َشأ ُ يَا أَيُّ َها الن
*ك َعلَى اللَّ ِه بِ َع ِزي ٍز ِ ٍِ ِ
َ يُ ْذهْب ُك ْم َويَأْ ِت خِب َْل ٍق َجديد * َو َما َذل
"Hai manusia! Kamulah yang berkehendak kepada
Allah; dan Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia
menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan
mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan
kamu), yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi
Allah. (QS Fathir: 15-17)
Melukiskan kebesaran-Nya tidak akan pernah ada habis-
habisnya dan tidak ada makhluk-Nya yang sanggup untuk
22 ~ Kuliah Aqidah
mengurai secara tuntas. Air di seluruh samudera akan kering
jika dipakai untuk menjadi tinta dalam melukiskan
kebesaran-Nya begitu pula seluruh daun-daunan di alam
semesta akan habis jika dipakai untuk menjadi kertasnya.
Namun, usaha untuk mempertebal keimanan kepada-Nya
tidak pernah layak untuk dihentikan karena kita harus
senantiasa menyempurnakan kualitas dan kuantitas ibadah
kita kepada-Nya.
Kuliah Aqidah ~ 23
a. Mempertebal keyakinan kita pada kekuasaan Allah
karena tugas malaikat sangat banyak yang jauh dari
jangkauan manusia, seperti sebagai perantara wahyu dari
Allah kepada para utusan-Nya, pencabut nyawa manusia
dan penyebar rizki. Suatu kesalahan besar jika ada
anggapan bahwa malaikat dengan seperangkat tugasnya
menjadikan suatu tanda bahwa dalam mengatur alam ini
Allah perlu pembantu. Adanya malaikat bukan
mempersempit kekuasaan Allah, tetapi sebagai bukti
kekuasaan-Nya, sebagai bukti bahwa Allah sesuatu
kekuasaan apa pun yang sanggup menandingi kerajaan-
Nya.
ِ فَالْم َد ِّبر
ات أ َْمًرا َ ُ
“Demi para malaikat yang mengatur urusan alam “(Q.S.
An-Nazi’at: 5 )
ِ ِ ِِ ِ ِ
ََو ُه َو الْ َق اه ُر َف ْو َق عبَ اده َويُْرس ُل َعلَْي ُك ْم َح َفظَ ةً َحىَّت إ َذا َج اء
ت َت َو َّفْتهُ ُر ُسلُنَا َو ُه ْم اَل يُ َفِّرطُو َن
ُ َح َد ُك ُم الْ َم ْو
َأ
“Sehingga bila datang kematian pada salah seorang
diantaramu, lalu utusan-utusan Kami mewafatkannya,
sedangkan para utusan (malaikat kami) itu tidak pernah
lengah” (Q.S. Al-An’am: 61)
24 ~ Kuliah Aqidah
dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu
(putusannya masing-masing)”(QS. Az-Zumar: 68)
Kuliah Aqidah ~ 25
ك إِاَّل ُه َو َو َم ا ِه َي
َ ِّود َرب
ِ
َ َُم ْن يَ َشاءُ َو َي ْهدي َم ْن يَ َشاءُ َو َم ا َي ْعلَ ُم ُجن
إِاَّل ِذ ْكَرى لِْلبَ َش ِر
“Dan Tidak kami jadikan penjaga Jahannam itu
melainkan dari Malaikat. Dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan menjadi cobaan bagi
orang-orang Kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-
Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman
bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi
Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu
dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan orang-orang Kafir mengatakan: “Apakah
yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai
suatu perumpamaan? Demikianlah, Allah membiarkan
sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak
ada yang tahu tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
Dan Jahannam Saqar itu tiada lain melainkan peringatan
bagi manusia” (Q.S. Al-Muddatstsir: 31)
ِ ِ َّ ِ
َ اد ال رَّمْح َ ِن إِنَاثً ا أ
َش ِه ُدوا َخ ْل َق ُه ْم ُ َين ُه ْم عبَ َو َج َعلُ وا الْ َماَل ئ َك ةَ الذ
ب َش َه َاد ُت ُه ْم َويُ ْسأَلُو َن
ُ ََستُكْت
“Dan mereka menjadikan Malaikat-Malaikat yang
hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu dianggap
perempuan. Apa mereka menyaksikan penciptaan
Malaikat-Malaikat itu? Kelak pasti dituliskan
(bohongnya) kesaksian mereka dan mereka pasti
dimintai pertanggungjawaban” (QS. Az-Zukhruf: 19)
26 ~ Kuliah Aqidah
b. Menambah ketawadluan kita sebagai manusia yang
banyak melakukan perbuatan dosa karena malaikat yang
mempunyai kedudukan mulia di sisi Allah saja tidak
pernah melanggar perintah-Nya (apalagi kita yang belum
jelas kedudukannya di hadapan Allah).
c. Menambah keyakinan kita terhadap kitab-kitab yang
telah diturunkan-Nya kepada para utusan-Nya melalui
perantaraan malaikat. Dengan demikian, tidak ada
keraguan dalam diri kita untuk mengamalkannya.
اع ٍ ول َك ِر ٍمي * ِذي ُق َّو ٍة ِعْن َد ِذي الْ َع ر ِش َم ِك
ٍ َني * ُمط ٍ إِنَّه لََقو ُل رس
َُ ْ ُ
ْ
ٍ مَثَّ أ َِم
ني
“Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah
yang dibawa oleh utusan yang mulia (jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan
tinggi di sisi Allah pemilik ‘Arasy, yang ditaati di sana
(alam Malaikat) lagi dipercaya” (QS. At-Takwir 19-21)
d. Memperketat amalan-amalan kita karena keyakinan kita
akan adanya 'pengawas' yang ditugaskan Allah untuk
kita (malaikat Raqib dan Atid) sehingga amalan-amalan
kita semakin terlindungi dari hal-hal yang dimurkai-Nya.
ُ ِّم ِال قَعِي ٌد * َم ا َي ْل ِف
ظ ِم ْن ِ ِ ِ ِ
َ إ ْذ َيَتلَقَّى الْ ُمَتلَقِّيَان َع ِن الْيَمني َو َع ِن الش
يب َعتِي ٌد ِ ِ ِ ٍ
ٌ َق ْول إاَّل لَ َديْه َرق
“Yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya
(Raqib-Atid), seorang duduk di kanan dan yang lain
duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat
Kuliah Aqidah ~ 27
pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 17-18)
Dengan keimanan yang utuh terhadap malaikat, seorang
muslim akan berhati-hati dalam berbuat, karena ia yakin
sang Malaikat akan senantiasa mencatat amal baik dan
buruknya. Selain itu pun akan lebih berani dan optimis
dalam mengarungi kehidupan, khususnya dalam
mengemban da’wah, karena ia yakin selalu ‘dikawal’ oleh
tentara Allah (malaikat) yang perkasa.
Kuliah Aqidah ~ 29
mengenai penjelasan dalil-dalil tersebut, maka Al-Qur'an
adalah kitab yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya.
Secara faktual, Al-Qur'an merupakan suatu kenyataan yang
bisa dijangkau panca indera dan akal, dapat dipikirkan atau
dibuktikan kebenarannya.
Tidak demikian halnya dengan kitab samawi lainnya.
Kitab tersebut faktanya sudah tidak ada, sehingga akal sudah
tidak mampu membahas dan membuktikan kebenarannya
(bahwa kitab itu berasal dari Allah). Sebab kitab-kitab
tersebut tidak mengandung mukjizat yang bisa dijangkau
akal manusia (terutama manusia pada zaman kini). Juga
Nabi yang membawanya tidak menjadikannya (Taurat,
Zabur, dan Injil) sebagai bukti tentang kenabiannya.
Walaupun demikian, kita wajib meyakini kitab-kitab
tersebut pernah diwahyukan kepada nabi-nabi dan Rasul-
Rasul terdahulu, baik yang diberitakan dalam Al-Qur'an
maupun yang tidak diberitakan.
Karena itu, dalil keimanan terhadap kitab-kitab suci
selain Al-Qur'an, adalah dalil naqli, yakni berdasarkan
(ditunjukkan) oleh Al-Qur'an dan hadits Rasul yang pasti,
seperti firman Allah :
اب الَّ ِذي َن َّز َل َعلَى ِ َي ا أَيُّه ا الَّ ِذين آَمنُ وا آَِمنُ وا بِاللَّ ِه ورس ولِِه والْ ِكت
َ ُ ََ َ َ َ َ
اب الَّ ِذي أَْن َز َل ِم ْن َقْب ُل َو َم ْن يَ ْك ُف ْر بِاللَّ ِه َو َماَل ئِ َكتِ ِهِ َرس ولِِه والْ ِكت
َ َُ
ً ِضاَل اًل بَع ِ ِ ِِ ِ
يدا َ ض َّل َ َو ُكتُبِه َو ُر ُسله َوالَْي ْوم اآْل َخ ِر َف َق ْد
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab-kitab
yang Allah telah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
30 ~ Kuliah Aqidah
yang Allah telah turunkan sebelumnya. Siapa saja yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari kiamat, maka
sesungguhnya orang-orang tersebut telah sesat sejauh-
jauhnya." (QS. An-Nisaa: 136)
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an telah
diwahyukan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya,
Muhammad, melalui Malaikat Jibril as, adalah berdasarkan
pada dalil aqli, yaitu dengan pembuktian dari segi ketinggian
bahasa (Al-Qur'an) dan isi yang dikandungnya. Kedua hal
ini telah menunjukkan suatu mukjizat yang amat
menakjubkan dan besar, sekaligus membuktikan bahwa Al-
Qur'an bukan hasil karya seorang manusia.
Bahkan untuk itu, Rasulullah telah menantang kaum
Quraisy dan orang-orang Arab untuk menandingi Al-Qur'an.
Sebab, beliau yakin bahwa kitab tersebut adalah sebagai
satu-satunya mukjizat terbesar sekaligus bukti kenabiannya
sebagai utusan Allah. Beliau tidak perlu lagi memperhatikan
mukjizat lainnya, walaupun orang-orang Quraisy meminta
bukti (mukjizat) selain Al-Qur'an itu. Peristiwa itu
diabadikan di dalam Al-Qur'an:
ات ِعْن َد اللَّ ِه َوإِمَّنَا ِ ِ وقَالُوا لَواَل أُنْ ِز َل علَي ِه آَي
ُ َات م ْن َربِّه قُ ْل إِمَّنَا اآْل َي
ٌ َ َْ ْ َ
ِ
ٌ ِأَنَا نَذ ٌير ُمب
ني
"(Dan) orang-orang Makkah berkata: Mengapa tidak
diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat (benda
lainnya) dari Rabb-Nya?". Katakanlah (Hai
Muhammad): "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu
terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku ini hanya
Kuliah Aqidah ~ 31
seorang pemberi peringatan yang nyata" (QS. Al-
Ankaabut: 50)
Ayat ini secara jelas menerangkan bahwa Al-Qur'an
adalah mukjizat bagi Rasulullah. Karena itu, cukuplah sudah
Al-Qur'an itu sebagai bukti tentang kenabian dan kebenaran
Rasulullah, baik untuk masa lalu, kini maupun masa yang
akan datang.
Setiap orang yang memiliki pengetahuan walaupun
sedikit tentang bahasa dan sastra Arab serta seluk beluknya
akan menemukan bahwa Al-Qur'an merupakan bentuk
ungkapan bahasa yang istimewa dan belum pernah ada
orang-orang Arab yang mengungkapkan perkataan seperti
itu, baik sebelum turunnya Al-Qur'an maupun sesudahnya.
Kehebatan Al-Qur'an dengan segala aspeknya telah
menyebabkan mereka tersungkur mengakuinya dan
bantahan apapun menjadi patah dihadapan tantangan
tegasnya. Tantangan tersebut telah menyebabkan mereka
terdorong untuk mencoba berbicara atau membuat seperti
Al-Qur'an. Tetapi yang terjadi, ternyata sungguh
mengherankan, untuk meniru apalagi mengubah dalam gaya
bahasa Al-Qur'an pun mereka tidak mampu, padahal mereka
adalah orang-orang Arab yang terkenal fasih di bidang sastra
dan berbicara (syair, puisi dan lainnya). Tetapi memang
sudah sepatutnya mereka kalah dan mengakui kebenaran
Muhammad, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:
ك َولَ ِك َّن ِ
َ َك الَّذي َي ُقولُ و َن فَ ِإن َُّه ْم اَل يُ َك ِّذبُون َ ُقَ ْد َن ْعلَ ُم إِنَّهُ لَيَ ْح ُزن
ِ الظَّالِ ِمني بِآَي
ات اللَّ ِه جَيْ َح ُدو َن َ َ
32 ~ Kuliah Aqidah
"Sesungguhnya Kami tahu bahwa apa yang mereka
katakan itu menyedihkanmu, (tetapi janganlah bersedih)
karena mereka itu sebenarnya bukan mendustakanmu,
akan tetapi orang-orang yang dzalim itu telah
mengingkari ayat-ayat Allah" (QS. Al-An'aam: 33)
Juga itu tercatat dalam sejarah da’wah Islam tentang
bagaimana kekalahan mereka dihadapan Al-Qur'an.
Kekalahan itu telah disepakati oleh ahli sejarah secara
meyakinkan, bahwa orang-orang Arab telah gagal meniru,
yaitu mereka tidak mampu menelorkan satu perkataanpun
yang senilai dengan Al-Qur'an, meskipun Al-Qur'an telah
menantang mereka. Kenyataan itu diabadikan dan
dinyatakan Al- Qur'an sendiri:
س َواجْلِ ُّن َعلَى أَ ْن يَ أْتُوا مِبِثْ ِل َه َذا الْ ُق ْرآَ ِن اَل ِ ِ ْ قُ ل لَئِ ِن
ُ ْاجتَ َم َعت اإْل ن ْ
ض ظَ ِه ًريا ِ
ٍ ض ُه ْم لَب ْع ِ ِ ِمِب
ُ يَأْتُو َن ثْله َولَ ْو َكا َن َب ْع
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini,
pasti mereka tidak dapat membuat yang serupa,
sekalipun seluruh dari mereka membantunya“(QS. Al
-Israa': 88)
Berdasarkan kepastian yang menyakinkan di atas bahwa
kaum Quraisy dan bangsa Arab Secara keseluruhan tidak
mampu membuat satu ayat pun yang serupa dengan Al-
Qur'an, yakinlah kita bahwa Al-Qur'an terbukti berasal dari
Allah dan merupakan Kalamullah.
Keyakinan dan bukti seperti itu menyebabkan orang-
orang tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa Al-Qur'an
Kuliah Aqidah ~ 33
adalah perkataan Muhammad, walaupun Muhammad adalah
orang Arab. Sebab bila orang Arab sendiri tidak mampu
menandingi Al-Qur'an, maka Rasulullah pun sama, tidak
mampu seperti halnya orang Arab yang lain. Lebih daripada
itu, bagaimana mungkin Al-Qur'an diciptakan oleh
Muhammad, padahal ia Nabi yang buta huruf (ummi),
sedangkan Al-Qur'an mengandung kabar masa depan dan
sains teknologi yang baru diungkapkan pada abad ini? Juga,
bagaimana mungkin ia dikarang oleh Muhammad,
sedangkan dia sering menunggu datangnya Al-Wahyu jika
menghadapi persoalan?
Al-Qur'an merupakan mukjizat yang paling besar di
antara mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad lainnya dan yang
paling ampuh untuk menaklukkan orang-orang yang ingkar
terhadap kenabian beliau. Pernyataan seperti ini kita
temukan dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an memiliki sajak yang
berbeda dengan syair-syair yang ada, berbeda dengan isi
pidato-pidato, ucapan dan karangan yang tertulis manapun.
Di antara hikmah yang dapat diambil dari keimanan
kepada kitab-kitab-Nya adalah:
a. Kita semakin yakin bahwa Allah tiada bandingnya,
terbukti dengan tidak adanya manusia yang sanggup
membuat kitab yang sebanding dengan kitab-kitab-
Nya, baik dari segi struktur kata, gaya bahasa,
maupun keindahan perpaduan katanya (kejelasan
makna dan tujuan kalimat).
b. Kita semakin yakin akan Kemahatahuan Allah, karena
di dalam kitab-kitab-Nya terdapat informasi-informasi
34 ~ Kuliah Aqidah
masa lalu dan yang akan datang di samping
informasi-informasi yang aktual hingga akhir zaman.
c. Kita dapat mengetahui kebenaran Rasul-Rasul yang
diutus-Nya, melalui informasi/petunjuk yang
diberikan-Nya.
d. Menambah keimanan kita terhadap Keesaan Allah.
Kuliah Aqidah ~ 35
يل ِ قُولُ وا آَمنَّا بِاللَّ ِه وم ا أُنْ ِز َل إِلَينَ ا وم ا أُنْ ِز َل إِىَل إِب ر ِاهيم وإِمْس
اع
َ َ َ َ َْ ََ ْ ََ َ
ِ ِ اق ويع ُق وب واأْل
يِت
َ يس ى َو َم ا أُو َ وس ى َوع َ َس بَاط َو َم ا أُويِت َ ُم ْ َ َ ْ َ َ َ َوإِ ْس َح
َح ٍد ِمْن ُه ْم َوحَنْ ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن ِ ِ
َ النَّبِيُّو َن م ْن َرهِّب ْم اَل نُ َفِّر ُق َبنْي َ أ
“Katakanlah (kepada orang-orang Mukmin): ‘Kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang
diturunkan kepada Musa dan Isa, serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya, Kami tidak
membeda-bedaan seorang pun di antara mereka dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”(QS. Al-
Baqarah: 136).
ِ َ ورسالً قَ ْد قَصصنَاهم علَي
ك
َ ص ُه ْم َعلَْي
ْصُ ك من َقْب ُل َو ُر ُسالً مَّلْ َن ْق َْ ُْ ْ َ ُ َُ
…
“(Dan) sesungguhnya telah Kami utus beberapa Rasul
sebelum kamu. Di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak kami ceritakan kepadamu…” (QS. An Nisaa:
164)
Semua nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad diutus
Allah untuk suatu bangsa tertentu (baik satu atau beberapa
generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu periode tertentu.
Daerah atau wilayah da’wah dari seorang nabi serta masa
berlaku syariatnya pun terbatas sampai datangnya Rasul
penggantinya. Semua nabi dan Rasul, risalah da’wah mereka
terbatas dan bersifat lokal, kecuali risalah da’wah Nabi
36 ~ Kuliah Aqidah
Muhammad yang bersifat universal. Tentang keuniversalan
risalah Nabi Muhammad, Allah telah menegaskan sendiri
dalam Al-Qur'an pada beberapa ayat dan surat, antara lain:
ِ َّاس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َولَ ِك َّن أَ ْكَث َر الن
َّاس اَل ِ اك إِاَّل َكافَّةً لِلن
َ ََو َم ا أ َْر َس ْلن
َي ْعلَ ُمو َن
“(Dan) Kami tidak mengutus melainkan bagi ummat
manusia seluruhnya,sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia
tidak (mau) mengetahui.” (QS. Saba: 28)
Awal dari para nabi adalah Adam dan akhir para nabi
adalah Muhammad. Kenabian Adam diperjelas oleh Allah
dalam firman-Nya:
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
يم ُ اب َعلَْي ه إِنَّهُ ُه َو الت ََّّو
ُ اب ال َّرح َ ََفَتلَقَّى آَ َد ُم م ْن َربِّه َكل َم ات َفت
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ * ُق ْلنَ ا ْاهبطُوا مْن َه ا مَج ًيع ا فَإ َّما يَأْتَينَّ ُك ْم ميِّن ُه ًدى فَ َم ْن تَب َع ُه َد
اي
ف َعلَْي ِه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُو َن
ٌ فَاَل َخ ْو
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Rabb-Nya. Maka, Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu dari
jannah itu, Kemudian jika datang petunjuk-Ku, maka
siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, pastilah tidak
ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hat.i” (QS. Al-Baqarah: 37-38).
Adapun kenabian Muhammad, dapat dibuktikan secara
aqlidengan Al-Qur'an. Ia adalah Kalamullah, yang telah
membungkam orang-orang kafir, terdiam tak mampu
Kuliah Aqidah ~ 37
mendatangkan satu surat saja semisal Al-Qur'an. Hal ini
menjadi dalil yang meyakinkan bahwa Muhammad adalah
seorang nabi dan Rasul. Sebab, suatu mukjizat hanya
diberikan Allah kepada para nabi dan Rasul. Allah
berfirman:
ور ٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه ِ ِ ٍ مِم ِ
َ َوإ ْن ُكْنتُ ْم يِف َريْب َّا َنَّزلْنَ ا َعلَى َعْب دنَا فَ أْتُوا ب ُس
نيِ ِ ون اللَّ ِه إِ ْن ُكْنتم
ِ و ْادعوا ُشه َداء ُكم ِمن د
َ صادق َ ُْ ُ ْ ْ َ َ ُ َ
“(Dan) jika kalian (tetap) meragukan Al-Qur'an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an
dan ajaklah para penolong selain Allah, jika kalian
orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari keimanan
kepada para utusan-Nya ini adalah :
a. Menambah keyakinan kita pada kemahabijaksanaan-
Nya yang tidak membiarkan para hamba-Nya dalam
kesesatan, sehingga diutuslah para Rasul untuk
menjabarkan tata cara beribadah yang benar.
b. Menambah keyakinan kita bahwa jalan yang benar itu
hanya satu, yaitu jalan Allah, sehingga sejak Nabi
Adam hingga Nabi Muhammad misi yang diemban
hanya satu yaitu tauhidullah.
c. Para Rasul-Nya bukanlah manusia biasa, melainkan
manusia pilihan. Oleh karenanya kita tidak bisa
menyamakan kedudukan kita setara dengan mereka,
sehingga tidak layak bagi kita untukmelecehkan atau
mengingkari mereka.
38 ~ Kuliah Aqidah
5. Iman kepada Hari Akhir
Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia
akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan
kehidupan kedua di alam akhirat. Keyakinan terhadap alam
akhirat/hari Kiamat ini merupakan bagian dari rukun iman
(dasar-dasar keimanan). Adapun bukti-bukti adanya hari
Kiamat, sekaligus dalil keimanannya, berasal dari wahyu
(ayat-ayat) Allah dan hadits Rasul. Dasar pemahamannya
berdasarkan dalil naqli, bukan dalil aqli. Sebab, hari Kiamat
adalah sesuatu yang tidak terjangkau panca indra manusia,
sehingga akal tidak mampu menemukannya dengan pasti
berdasarkan usaha pengindaraan terhadap sesuatu. Tanpa
adanya berita tentang hari Kiamat dari wahyu Allah, maka
manusia tidak mengetahui apakah ada atau tidak hari
kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari kebangkitan
itu, juga apakah masih ada atau tidak kehidupan sesudah
mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati itu?
Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari Kiamat
tersebut di antaranya adalah:
ين َك َف ُروا أَ ْن لَ ْن يُْب َعثُوا قُ ْل َبلَى َو َريِّب لَتُْب َعثُ َّن مُثَّ لَُتنََّب ُؤ َّن مِب َا ِ َّ
َ َز َع َم الذ
ِ ِ ِ
ٌك َعلَى اللَّه يَسري َ َع ِم ْلتُ ْم َو َذل
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka
sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak
demikian. Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti
dibangkitkan, kemudian akan diberikan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah
bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun: 7)
Kuliah Aqidah ~ 39
Iman kepada hari Kiamat adalah iman kepada hari
berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan
makhluk di alam semesta yang fana ini, kemudian Allah
pasti menghidupkan kembali semua makhluk yang telah
mati, membangkit-hidupkan tulang-belulang yang sudah
hancur, mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah
sebagaimana asalnya, dan mengembalikan ruh pada jasad
seperti sedia kala.
Manusia selalu bertanya kapankah terjadinya hari
Kiamat. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti
dan tepat, kapan terjadinya. Allah berfirman:
اها قُ ْل إِمَّنَ ا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد َريِّب اَل ِ الس
َ اعة أَيَّا َن ُم ْر َسَ َّ ك َع ِن َ َيَ ْس أَلُون
ض اَل تَ أْتِي ُك ْم إِاَّل ِ الس ماو ِ ِ
ِ ات َواأْل َْر َ َ َّ ت يِف ْ َجُيَلِّ َيه ا ل َوقْت َه ا إِاَّل ُه َو َث ُقل
َّك َح ِف ٌّي َعْن َه ا قُ ْل إِمَّنَ ا ِع ْل ُم َه ا ِعْن َد اللَّ ِه َولَ ِك َّنَ ك َكأَن َ ََب ْغتَ ةً يَ ْس أَلُون
ِ أَ ْكَثَر الن
َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن
“Mereka menanyakan kepadamu tentang hari Kiamat:
“Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari Kiamat itu ada sisi Rabbku.
Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi.
Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melaikan
dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-
akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu
ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
40 ~ Kuliah Aqidah
mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 187)
Al-Qur'an menerangkan bahwa hari Kiamat terjadi
setelah ditiupnya sangkakala pertama oleh Malaikat Israfil.
Pada saat itu, semua makhluk binasa kecuali mereka yang
dikehendaki oleh Allah. Firman Allah :
ض إِاَّل َم ْن ِ الس ماو
ِ ات َو َم ْن يِف اأْل َْر َ َ َّ ص ع َق َم ْن يِف َ ُّ َونُِف َخ يِف
ِ َالص و ِر ف
ُخَرى فَِإ َذا ُه ْم قِيَ ٌام َيْنظُُرو َن ِِ ِ
ْ َشاءَ اللَّهُ مُثَّ نُف َخ فيه أ
“(Dan) ditiuplah sangkakala, maka matilah apa yang ada
di langit dan bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-
tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-
masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Iman kepada hari akhir memberi kita semangat untuk
terus dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas amal
perbuatan kita, sehingga semuanya bernilai ibadah dan dapat
dijadikan bekal untukperjalanan menuju kehidupan yang
kekal abadi di akhirat nanti. Di samping itu, iman pada hari
akhir akan menambah keyakinan kita kepada keimanan
kepada Allah yang mempunyai sifat Mahaadil dan
Mahabijaksana karena di akhirat nanti manusia akan diberi
balasan sesuai dengan amalan-amalannya.
َ ال َذ َّر ٍة َخْي ًرا َي َرهُ * َو َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق
ال ذَ َّر ٍة َش ًّرا َ فَ َم ْن َي ْع َم ْل ِم ْث َق
َُيَره
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar
dzarah, niscaya ia akan mendapatbalasannya, dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarah
Kuliah Aqidah ~ 41
pun, niscaya ia akan mendapat balasannya." (QS. Al-
Zalzalah: 7-8)
Karena itu iman kepada hari akhir mempunyai dampak
positif bagi kehidupan seseorang, yakni:
a. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada
Allah dan senantiasa mengharapkan pahala pada
hari Kiamat. Ia akan berusaha menjauhi segala
larangan-Nya karena takut siksaan kelak di
kemudian hari.
b. Menghibur dan mendorong agar bersabar bagi
Mukmin bahwa kebahagiaan (kesenangan,
kesejahteraan) yang belum diperolehnya di dunia
akan diterimanya di kemudian hari.
Bagi kaum Muslimin, iman kepada hari Kiamat
sesungguhnya akan berdampak kuat bagi setiap amal
perbuatannya. Bagi mereka yang beriman, maka mereka
pasti akan berlomba-lomba menjalankan semua perintah
Allah berupa Syariat yang telah diturunkan kepada Rasul-
Nya, Muhammad yaitu Syariat Islam.
Hari Kiamat merupakan hari yang pasti datang. Seluruh
manusia akan menemuinya, baik secara suka rela maupun
terpaksa. Sesungguhnya siksaan maupun kenikmatan yang
diterima setiap manusia merupakan akibat logis dari seluruh
amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.
42 ~ Kuliah Aqidah
Rasulullah dalam sunnahnya yang mutawatir. Berbeda
dengan iman kepada ‘Qadha dan Qadar’, ia bukan lahir dari
nash-nash syara’ secara langsung. Istilah ‘Qadha dan
Qadar’, sebagai istilah tertentu yang bermakna tertentu pula,
tidak didapatkan dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
Kalau kita kaji dari buku-buku hadits, kita tidak akan
menemukan masalah ini (qadha dan qadar). Kita hanya akan
menemukan pembahasan taqdir (atau al-qadar yang
bermakna takdir). Di dalam Al-Qur'an sendiri tidak ada
istilah ‘qadha dan qadar’ yang digabungkan itu dan
keduanya hanya ditemukan terpisah.
Tiadanya istilah qadha dan qadar (yang digabungkan,
dan memiliki makna tertentu pula) tersebut, karena memang
masalah ini baru muncul pada masa tabi’in (setelah masa
shahabat), pada akhir abad pertama Hijriyah (awal abad
kedua Hijriyah).
Qadar secara bahasa memiliki banyak makna misalnya;
qadarul amri artinya mengurusi, qadarusy-syai bi syai
artinya mengukur, memperbandingkan, membagi, qadarur-
rizqihi artinya menyempitkan rizqinya
Qadar secara istilah adalah ketentuan Allah terhadap
sesuatu semenjak azali, sesungguhnya Allah telah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi baik berupa
benda-benda maupun perbuatan-perbuatan sebelum semua
itu diciptakan. Firman Allah :
ِ ِ َفَأَجْن ينَاه وأَهلَه إِاَّل امرأَتَه قَدَّرن
َ اها م َن الْغَاب ِر
ين َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ َْ
"Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali
istrinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-
Kuliah Aqidah ~ 43
orang yang tertinggal (dibinasakan)." (QS. An-Naml:
57)
Maksud ayat tersebut, Allah telah mencatatkan hal yang
demikian itu dan menakdirkannya semenjak azali. Firman
Allah :
… ب اللَّهُ لَنَا ِ ِ
َ َقُ ْل لَ ْن يُص َيبنَا إاَّل َما َكت
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami...” (QS. At-Taubah: 51)
Maksudnya, Allah telah menetapkan bagi manusia
segala sesuatu semenjak azali sebelum manusia diciptakan.
اب ِم ْن
ٍ َض واَل يِف أَْن ُف ِس ُكم إِاَّل يِف كِت
ْ
ٍ ِ ِ ما أَص
َ ِ اب م ْن ُمصيبَة يِف اأْل َْر َ َ َ
ِ ِ ِ
َ َقْب ِل أَ ْن َنْبَرأ ََها إِ َّن َذل
ٌك َعلَى اللَّه يَسري
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadiid: 22)
Maksudnya, tidak ada yang menimpa di bumi dan
menimpa diri manusia melainkan telah tercatat di Lauh
Mahfuzh dengan pengertian bahwa Allah telah mengetahui
semuanya sebelum Dia menciptakannya dan dituliskan di
Lauhul Mahfuzh (kitab induk dan gambaran umum luasnya
ilmu Allah ).
Inilah pengertian sederhana dari takdir yang telah
dijelaskan oleh Al-Qur'an dan hadits Rasulullah . Dengan
44 ~ Kuliah Aqidah
kata lain takdir adalah catatan (ilmu Allah) yang menyeluruh
tentang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan ‘segala
sesuatu‘, termasuk benda-benda, manusia amal
perbuatannya, makhluk hidup lain, dan lain-lain; semuanya
telah tercatat/diketahui oleh Allah . dan dituliskan di Lauhul
Mahfuzh.
إِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَاهُ بَِق َد ٍر
“Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu
menurut taqdirnya/ukurannya” (QS. Al-Qamar: 49).
“Bagi setiap ummat akan muncul segolongan manusia
yang berperilaku seperti Majusi.Orang-orang Majusi
mengatakan bahwa tidak ada takdir. Jika di antara
mereka ada yang meninggal, maka janganlah kalian
menghadiri jenazahnya. Jika mereka sakit, janganlah
dijenguk, (sebab) mereka adalah (sama dengan)
golongan Dajjal. Memang pantas dengan ketentuan
tersebut,yaitu menghubungkan perilaku mereka yang
mirip dengan Dajjal, adalah ketentuan yang hak (benar)
dari Allah .”(HR. Abu Dawud dari Hudzaifah)
“Rasululah suatu hari duduk-duduk (bersama para
shahabat). Di tangan beliau ada sepotong kayu, lalu
dengan kayu tersebut beliau menggores-gores (tanah).
lalu nabi mengangkat kepala dan berkata: “Setiap kalian
yang bernyawa sudah ditetapkan tempatnya di Jannah
(surga) dan Jahannam: para shahabat (terkejut) lalu
bertanya: “Kalau demikian ya Rasullah apa gunanya
kita beramal? apakah tidak lebih baik kita bertawakal
saja (kepada takdir)? Beliau menjawab: “jangan!
tetaplah beramal, setiap orang akan dimudahkan oleh
Kuliah Aqidah ~ 45
Allah jalan yang sudah ditentukan baginya”. Lalu
Rasullah membaca surat Al-Lail ayat 5-10”. (Syarah
Shahih Muslim, Imam Nawawi)
Bagian keimanan ini memerlukan pembahasan yang
khusus karena banyak masalah yang harus diperhatikan agar
tidak menyimpang dari ketauhidan kita kepada Allah . Oleh
karena itu, pada uraian ini hanya akan dibahas mengenai
beberapa hikmah yang dapat direnungi dari buah iman
kepada takdir-Nya, yaitu :
a. Sifat Kemahatahuan dan Kemahabijaksanaan Allah
tidak ada yang mampu menandingi-Nya, sehingga
kebaikan dan keburukan menurut pandangan Allah ada
kalanya berbeda dengan apa yang ada pada pandangan
manusia.
ِ ِك َك ْث رةُ اخْلَب ُ ِقُ ْل اَل يَ ْس تَ ِوي اخْلَب
يث فَ َّات ُقوا ُ ِّيث َوالطَّي
َ َ َب َولَ ْو أ َْع َجب
اب لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن
ِ اللَّهَ يا أُويِل اأْل َلْب
َ َ
"Katakanlah: 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,
bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal,
agar kamu beruntung." (QS. Al-Maidah: 100)
b. Sifat Kemahaadilan Allah memberikan kebebasan
bertindak bagi manusia, sehingga manusia bebas berjalan
tanpa paksaan untuk menentukan jalannya (dengan
sebelumnya telah diberi petunjuk oleh Tuhannya)
َوقُ ِل احْلَ ُّق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ َف ْلُي ْؤ ِم ْن َو َم ْن َشاءَ َف ْليَ ْك ُف ْر
"Katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
46 ~ Kuliah Aqidah
barangsiapa ingin beriman hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa ingin kafir maka biarlah ia kafir..." (QS. Al-
Kahfi: 29)
Hal ini juga disebutkan dalam sabda Rasulullah sebagai
berikut:
اهلل َو َماَل ئِ َكتِ ِه ِو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َوالَْي ْوِم اآْل ِخ ِر
ِ ِاَإْلِ مْيَا ُن أَ ْن ُت ْؤ ِمن ب
َ
.)(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َو ُت ْؤم َن بالْ َق ْدر خَرْي ه َو َشِّره
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kemudian,
dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk” (HR.
Muslim).
Kuliah Aqidah ~ 47
(diyakini dan diamalkan).
Maka segala apa pun yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an
dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya,
meyakininya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang
tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka
menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada
pertentangan di antara mereka di dalam i’tiqad. Bahkan
aqidah mereka adalah satu dan jama’ah mereka juga satu.
Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya dengan kesatuan
kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj. Allah
berfirman:
. . .ص ُموا حِب َْب ِل اللَّ ِه مَجِ ًيعا َواَل َت َفَّرقُوا
ِ َو ْاعت
َ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS. Ali
‘Imran {3}: 103).
ِ فَِإ َّما يأْتِينَّ ُكم ِميِّن ه ًدى فَم ِن اتَّبع ه َداي فَاَل ي...
ض ُّل َواَل يَ ْش َقى َ َ ُ ََ َ ُ ْ ََ
“...Maka jika datang kepadamu petunjuk dari pada-Ku,
laluu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha {20}:
123).
Karena itulah mereka dinamakan firqah
najiyah(golongan yang selamat). Sebab Rasulullah telah
bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika
memberitahukan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73
golongan yang kesemuanya itu di Neraka, kecuali satu
golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu beliau
48 ~ Kuliah Aqidah
menjawab:
ِ ِ
َ َص َحايِب
.)(ر َواهُ أَمْح َ ُد ْ ُه ْم َم ْن َكا َن َعلَى مثْ ِل َما أَنَا َعلَْيه الَْي ْو َم َوأ
“Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang
sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para
sahabatku.” (HR. Ahmad).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi
hanya berfungsi memahami nash-nash yang teradapat dalam
kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan
oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Itu pun harus didasari oleh
suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas,
sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk
Allah. Akal tidak akan mampu menjangkaumasail
ghaibiyah(masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu
menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan
waktu. Misalnya akal tidak akan mampu
menjawabpertanyaan kekal itu sampai kapan? Atau akal
tidak akan mampu menunjukkan tempat yang tidak ada di
darat, di udara, di lautan dan tidak ada dimana-man. Karena
kedua hal tersebut tidak terikat dengan waktu dan ruang.
Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksakan untukmemahami
hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala
sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu
membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa
berita tentang hal-hal ghaib tersebut dibuktikan secara
ilmiah oleh akal pikiran? Hanya itu.
Untuk lebih mendalami sejauh mana fithrah dan akal
berperan dalam masalah aqidah ada baiknya diikuti uraian
Kuliah Aqidah ~ 49
dari Syekh Ali Thantawi tentang hal itu dalam
bukunyaTa’rifAm bi Dinil Islam, fasalQawa’idul ‘Aqaid.
E. Beberapa KaidahAqidah
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya
yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan
“tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya pertama kali melihat sepotong kayu
di dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok atau
melihat tiang-tiang listrik bergerak dilihat dari jendela
kereta api yang sedang berjalan, atau melihat
fatamorgana, tentu saya akan membenarkannya. Tapi
bila terbukti kemudian hasil penglihatan indera saya itu
salah, maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal
yang sama, akal saya langsung mengatakan tidak
demikian hal yang sebenarnnya.
50 ~ Kuliah Aqidah
dipercaya. Bahkan, kalau seseorang memperhatikan apa-
apa yang diyakini adanya, ternyata yang belum
disaksikannya lebih banyak dari yang sudah
disaksikannya.
Kuliah Aqidah ~ 51
beberapa gedung lainnya. Khayal memang sangat
terbatas. Terikat dengan hukum-hukum tertentu.
52 ~ Kuliah Aqidah
dipelihara, karena fithrah bisatertutup oleh berbagai
macam hal.
Kuliah Aqidah ~ 53
F. FungsiAqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untukmendirikan
bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan,
haruslah semakin kokoh fondasi yang mesti dibuat. Kalau
fondasinya lemah, maka bangunannya pun akan cepat roboh.
Tidak ada bangunan tanpa fondasi.
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistematika Aqidah,
Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalah, atau Aqidah, Syari’ah dan
Akhak atau Iman, Islam, Ihsan, maka ketiga aspek atau
keempat aspek di atas tidak dapat dipisahkan sama sekali.
Satu sama lain salingterikat.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermu’amalah dengan baik. Ibadah
seseorangtidak akan diterima oleh Allah kalau tidak
dilandasi dengan aqidah. Seseorang tidaklah dinamai
berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.
Begitu seterusnya bolak-balik dan bersilang.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari
kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa
menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura
melaksanakan ajaran formal Islam, tapi Allah tidak akan
memberi nilai kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar
(iman).
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah selama 13 tahun
periode Mekkah memusatkan dakwahnya untuk membangun
aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam
dengan mudah bisa berdiri di periode Madinah dan
bangunan itu akan bertahan terus sampai hari kiamat kelak.
54 ~ Kuliah Aqidah
G. Penyimpangan Aqidah dan Solusinya
1. Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah
kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah yang benar
merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat.
Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi
mangsa bagi persangkaat dan keragu-raguan yang lama-
kelamaan mungkin menumpuk danmenghalangi dari
pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan,
sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari
kesempitan tersebut dan menyudahi hidup, sekali pun
dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak
orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.
Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar
merupakan masyarakatbahimi(hewani), tidak memiliki
prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun mereka berelimang
materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada
kehancuran, sebagaimana yang telah terjadi pada masyarakat
Jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi
memerlukantaujih(pengarahan) dalam penggunaannya, dan
tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah
shahihah.
Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari
kekuatanmadiyah(materi). Jika hal itu dilakukan dengan
menyeleweng kepada aqidah bathil, maka kekuatan materi
akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak,
seperti yang terjadi di negara-negara kafir yang memiliki
banyak materi, tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.
Adapun sebab-sebab penyimpangan dari aqidah
Kuliah Aqidah ~ 55
shahihahyang harus kita ketahui antara lain:
a. Kebodohanterhadap aqidah shahihah, karena tidak
mau (enggan) mempelajari dan mengajarkannya,
atau karena kurangnya perhatian terhadapnya.
Sehingga tumbuh suatu generasi yang tidak
mengenal aqidah shahihahdan juga tidak mengetahui
lawan atau kebalikannya. Akibatya, mereka
meyakini yang hak sebagai sesuatu yang batil dan
yang batil dianggap sebagai yang hak. Sebagaimana
yang pernah dikatakan oleh Umar RA:
ض َعَرى اإْلِ ْساَل ِم عُ ْر َوةً إِذَا نَ َشأَ ىِف اإْلِ ْساَل ِم َم ْن ُ إِمَّنَا ُتْن َق
َاهلِيَّة
ِ ف اجْل
َ ُ َي ْع ِر
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu
demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang
yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.
b. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi
dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu
batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya,
sekali pun hal itu benar. Sebagaimana yang
difirmankan Allah :
يل هَلُ ُم اتَّبِعُ وا َم ا أَْن َز َل اللَّهُ قَ الُوا بَ ْل َنتَّبِ ُع َم ا أَلْ َفْينَ ا َعلَْي ِهِ ِ
َ َوإ َذا ق
آَبَاءَنَا أ ََولَ ْو َكا َن آَبَ ُاؤ ُه ْم اَل َي ْع ِقلُو َن َشْيئًا َواَل َي ْهتَ ُدو َن
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab:
“(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
56 ~ Kuliah Aqidah
kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?” (QS. Al-Baqarah {2}: 170).
c. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia
dalam masala aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan
tanpa menyelidiki seberapajauh kebenarannya.
Sebagaimana yangterjadi pada golongan-golongan
seperti Mu’tazilah, Jahmiyah, dan lainnya. Mereka
ber-taqlidkepada orang-orang sebelum mereka dari
para imam sesat,sehingga mereka juga sesat, jauh
dari aqidahshahihah.
d. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan
orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas
derajat yang tidak semestinya, sehingga meyakini
pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu
dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa
mendatangkan kemanfaatan maupun menolak
kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu
sebagai perantara antara Allah dan makhluk-Nya,
sehingga sampai pada tingkat penyembahan para
wali tersebut dan bukan menyembahAllah. Mereka
ber-taqarrubkepada kuburan para wali itu dengan
hewan qurban, nadzar, do’a, istighatsah dan
meminta pertolongan. Sebagaimana yang terjadi
pada kaum Nabi Nuh AS terhadap orang-orang
shalih ketika mereka berkata:
Kuliah Aqidah ~ 57
هِل
وث ً َوقَ الُوا اَل تَ َذ ُر َّن آَ تَ ُك ْم َواَل تَ َذ ُر َّن َو ًّدا َواَل ُس َو
َ ُاعا َواَل َيغ
وق َونَ ْسًراَ َُو َيع
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’,
Yaghuts, Ya’uq dan Nasr” (QS. Nuh {71}: 23).
Dan demikianlah yang terjadi pada para pengagung
kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
e. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah
yang terhampar di jagat raya ini (ayat-
ayatkauniyah)dan ayat-ayat Allah yang tertuang
dalam Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah). Di
samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil
teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira
bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata,
sehingga mereka mengagung-agungkan manusia
serta menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih
payah dan penemuan manusia semata. Sebagaimana
kesombongan Qarun yang mengatakan:
...قَ َال إِمَّنَا أُوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِعْن ِدي
“Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya aku diberi
harta hanyalah karena ilmu yang ada padaku.” (QS.
Al-Qashash {28}: 78).
Dan sebagaimana perkataan orang lain yang juga
sombong.
58 ~ Kuliah Aqidah
… …ه َذا يِل
َ
“...Ini adalah hakku...”(QS. Fushshilat {41}: 50).
Mereka tidak berpikir dan tidak pula melihat
keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini
dan yang telah menimbun berbagai macam
keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah
menciptakan manusia lengkap dengan bekal keahlian
dan kemampuan guna menemukan keistimewaan-
keistimewaan alam serta memfungsikannya dengan
kepentingan manusia.
َواللَّهُ َخلَ َق ُك ْم َو َما َت ْع َملُو َن
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa
yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash-Shaffat {37}: 96).
f. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong
dari pengarahan yang benar (menurut Islam).
Padahal Baginda Rasul telah bersabda:
ِّ َُك ُّل َم ْولُْو ٍد يُ ْولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْر ِة فَأ ََب َواهُ يُ َه ِّو َدانِِه أ َْو يُن
صَرانِِه أ َْو
.)(ر َواهُ الْبُ َخا ِري ِِ
َ مُيَ ِّج َسانه
“Setiap bayi itu dilahirkan atas dasar fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang (kemudian) membuatnya
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR.
Bukhari).
Jadi, orangtua mempunyai peranan besar dalam
meluruskan jalan hidup anak-anaknya.
Kuliah Aqidah ~ 59
g. Enggannya media pendidikan dan media informasi
melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan
kebanyakan tidakmemberikan perhatian yang cukup
terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang
tidak peduli sama sekali. Sedangkan media
informasi, baik media cetak maupun elektronik
berubah menjadi sarana penghancur dan perusak,
atau paling titdak hanya memfokuskan pada hal-hal
yang bersifat materi dan hiburan semata. Tidak
memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral
dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-
aliran sesat. Dari sini, muncullah generasi-generasi
yang berperang tanpa senjata yang tak berdaya di
hadapan pasukan kekufuran yang lengkap
persenjataannya sekaligus berbagai jenis amunisinya.
2. Solusinya
Cara menanggulangi penyimpangan ini teringkas dalam
poin berikut ini:
a. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana
para Salafus Shalihmengambil aqidah mereka dari
keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat
ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat
pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah
golongan sesat dan mengenal syubhat-syubhatmereka
untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa
yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.
60 ~ Kuliah Aqidah
b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah,
aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan.
Memberi jam pelajaran yang cukup serta
mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan
materi ini.
c. Harus ditetapkan kitab-kitabsalafyang bersih sebagai
materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitabkelompok
penyeleweng harus dijauhkan.
d. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat
Islam dengan mengajarkan aqidahsalafserta
menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.
Kuliah Aqidah ~ 61
BAB II
HAKIKAT IMAN
KEPADA ALLAH
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami tentang keimanan kepada wujud
ALLAH , tauhid kepada Allah, makna Laa Ilaha illallah, hakikat dan
dampak dua kalimah syahadah, hal-hal yang membatalkan dua kalimah
syahadah, ilmu Allah, Ma’iyyatullah, syirik kepada Allah.
Kuliah Aqidah ~ 59
ta’ala dalam rububiyah, ‘uluhiyah dan asma’ wa sifat Allah
subhanahu wa ta’ala. Hidup manusia harus berdasarkan
“TAUHID”, yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala ,
beribadah serta patuh hanya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala semata. Begitulah pokok pikiran pertama dalam
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. (Musthafa
Kamal Pasha, dkk. 2009 :161).
1. Dalil-dalil Wahyu
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِِ ِ َّ إِ َّن ربَّ ُكم اللَّه الَّ ِذي خلَق
ْ َّض يِف ستَّة أَيَّ ٍام مُث
اسَت َوى َ الس َم َاوات َواأْل َْر َ َ ُ ُ َ
وم ِعلَى الْعر ِش ي ْغ ِشي اللَّيل النَّهار يطْلُبه حث
َ ُّج
ُ س َوالْ َق َمَر َوالنَ َّم
ْ الشوَ اًيث َ ُُ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ
ني ِ ُّ ات بِأَم ِر ِه أَاَل لَه اخْلَْلق واأْل َمر َتبار َك اللَّه رٍ مس َّخر
َ ب الْ َعالَم َ ُ َ َ ُْ َ ُ ُ ْ َ َُ
Artinya: “Sesungguhnya Rob kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
60 ~ Kuliah Aqidah
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha suci Allah, Rob semesta alam.” (QS. Al-
A’raaf:54).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. ketika memanggil
Nabi Musa as :
اط ِئ الْ َو ِاد اأْل َمْيَ ِن يِف الُْب ْق َع ِة الْ ُمبَ َار َك ِة ِم َن ِ
ِ ودي ِمن َش
َ ََفلَ َّما أَت
ْ َ ُاها ن
ني ِ ُّ الشَّجر ِة أَ ْن يا موسى إِيِّن أَنَا اللَّه ر
َ ب الْ َعالَم َُ َ ُ َ ََ
Artinya: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu,
diserulah Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah
kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang
pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya Aku
adalah Allah, Rob semesta alam”(QS. Al-Qashas: 30).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala.:
اعبُ ْديِن َوأَقِ ِم الصَّاَل َة لِ ِذ ْك ِري
ْ َإِنَّيِن أَنَا اللَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل أَنَا ف
Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada
Ilah/Sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Aku,
Maka Ibadahilah aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku”. (QS. Taaha: 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang pengagungan
dirinya, penyebutan nama-namaNya dan sifat-sifatNya,
Kuliah Aqidah ~ 61
* يم حِ الر
َّ ن َ الر
َّمْح و ه
ُ
ِ ب والشَّهاد
ة َ َ ِ ُهو اللَّهُ الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل ُهو َعامِلُ الْغَْي
ُ ُ َ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ
الساَل ُم الْ ُم ْؤم ُن الْ ُم َهْيم ُن
َّ ُّوس
ُ ك الْ ُقد ُ ُه َو اللَّهُ الَّذي اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو الْ َمل
الْ َع ِز ُيز اجْلَبَّ ُار الْ ُمتَ َكِّب ُر ُسْب َحا َن اللَّ ِه َع َّما يُ ْش ِر ُكو َن * ُه َو اللَّهُ اخْلَالِ ُق
ِ السماو ُ الْبَا ِر
ِ ات َواأْل َْر
ض َ َ َّ ص ِّو ُر لَهُ اأْل َمْسَاءُ احْلُ ْسىَن يُ َسبِّ ُح لَهُ َما يِف َ ئ الْ ُم
* يم ِ ِ
ُ َو ُه َو الْ َعز ُيز احْلَك
Artinya: “Dialah Allah yang tiada ilah/sesembahan
(yang berhak diibadahi) selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada
ilah/sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Dia,
Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara,
yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki
segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan,
yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa
yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 22-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. tentang
sanjungan untuk Diri-Nya,
ك َي ْوِم الدِّي ِن
ِ ِالر ِحي ِم * مال
َ َّ ني * الرَّمْح َ ِن ِ ِّ احْل م ُد لِلَّ ِه ر
َ ب الْ َعالَم َ َْ
“Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.. Yang menguasai hari
Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4)
62 ~ Kuliah Aqidah
Firman Allah subhanahu wa ta’ala. kepada kaum
muslimin:
ِ اعب ُد ِ ِِ
ون ُ ْ َإِ َّن َهذه أ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َواح َد ًة َوأَنَ َاربُّ ُك ْم ف
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu
semua; agama yang satu dan aku adalah Robmu, Maka
ibadahilah Aku. (QS. Al-Anbiya’ : 92).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ِ
ِ اح َد ًةوأَنَاربُّ ُكم فَ َّات ُق ِ ِ
ون ْ َ َ َوإ َّن َهذهِ أ َُّمتُ ُك ْم أ َُّمةً َو
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu
semua, agama yang satu, dan aku adalah Robmu, Maka
bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mukminun: 52).
2. Dalil-dalil Akal
Keberadaan alam semesta, dan beragam makhluk yang
kesemuanya bersaksi atas keberadaan Penciptanya, yaitu
Allah subhanahu wa ta’ala , sebab di dunia ini tidak ada
satu pihak pun yang mengaku menciptakan alam ini selain
Allah subhanahu wa ta’ala Akal memandang mustahil
keberadaan sesuatu tanpa pencipta, bahkan akal memandang
mustahil terjadinya sesuatu yang paling luas tanpa pencipta.
Itu sama saja seperti keberadaan makanan tanpa ada pihak
yang memasaknya, atau keberadaan permadani diatas tanah
tanpa ada pihak yang menggelarnya.
Kalau begitu, bagaimana dengan alam yang besar ini
langit dengan orbit-orbit di sekitarnya, matahari, bulan,
bintang-bintang, semuanya berbeda bentuk, ukuran dimensi
dan perjalanannnya? Bagaimana dengan bumi dan apa saja
Kuliah Aqidah ~ 63
yang diciptakan di dalamnya,manusia, jin, hewan,
disamping berbagai ras manusia dan individu-individu yang
berbeda warna, berbeda bahasa, berbeda pengetahuan,
berbeda pemahaman, berbeda ciri khas, tambang-tambang
yang banyak sekali yang di dalamnya terdapat banyak sekali
manfaat, sungai-sungai yang dialirkan di dalamnya, tanah
keringnya di kelilingi laut-laut, tumbuh-tumbuhan dan
pohon yang tumbuh di dalamnya yang berbeda buahnya,
berbeda jenisnya, berbeda rasanya, berbeda aromanya,
berbeda cirri-cirinya, dan berbeda manfaatnya?(Abu Bakar
Jabir Al-Jazairi, 2009:4).
Begitu juga dengan adanya Al-Qur’an sebagai firman
Allah subhanahu wa ta’ala di tangan kita yang bisa kita
baca, renungkan, dan pahami makna-maknanya. Itu semua
dalil tentang keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala karena
mustahil ada firman tanpa ada pihak yang
memfirmankannya, dan mustahil ada ucapan tanpa ada
pihak yang mengucapkannya.
Tidak ada seorangpun sejarawan atau ahli sejarah pun
yang berani menghapus salah satu kisah dari sekian banyak
kisah yang telah dikisahkan di dalam kitab suci-Nya karena
teori-teori ilmiyah dan fakta-fakta sejarah menunjukan akan
kebenaran itu semua.
Selain itu, adanya sistem yang sangat cermat dalam bentuk
ketentuan-ketentuan alam pada makhluq, penciptaan, dan
pengembangan semua makhluk hidup di alam raya ini. Semua
makhluk hidup tunduk dengan ketentuan-ketentuan tersebut,
terkait dengannya dan tidak keluar daripadanya dalam kondisi
apapun. Manusia misalnya, spermanya menempel pada rahim,
64 ~ Kuliah Aqidah
kemudian tahapan-tahapan ajaib berlangsung padanya dan
tidak ada yang mampu melakukan intervensi di dalamnya
selain Allah subhanahu wa ta’ala , tiba-tiba sperma tersebut
keluar menjadi manusia sempurna.
Ketentuan umum pada manusia dan hewan juga berlaku
pada pohon-pohon, dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang sama
adalah orbit bintang, dan benda angkasa, semuanya tunduk
pada-Nya. Seandainya ada yang keluar dari ketentuan-
ketentuan atau hukum-hukum alam tersebut seperti bintang
keluar dari orbitnya, maka duniapun akan hancur dan
kehidupan ini berakhir.
Demikianlah deskripsi global dalil-dalil wahyu dan dalil-
dalil akal tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala.
Adapun secara spesifik dalil-dalil global tersebut dirincikan
lagi menjadi beberapa argumentasi atau dalil seperti,
argumentasi fitrah, argumentasi logika, argumentasi syara’,
dan argumentasi inderawi.
a. Argumentasi Fithrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala
adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah
setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar.
Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang
yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang
memalingkannya.
Kuliah Aqidah ~ 65
ٍ ُكل مول: ِ ِ
ود ْ َ ُّ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َ ال َر ُس ْو ُل اهلل َ ََع ْن أَيِب ْ ُهَر ْيَرةَ قاَ َل ق
صَرانِهَ)رواه ِ يولَ ُد على
ِّ َالفطَْر ِة َحىَّت يَ ُك ْو َن أَبُ ْواهُ يُ َه ِّو َدانِِه أَو يُن َ َ ُ
(البخاري
Artinya: dari Abu Hurairah ra. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua bayi dilahirkan
dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-
Bukhari: 1351).
Fitrah dalam hadits diatas bisa dipahami sebagai Islam
(Fitrah manusia untuk mentauhidkan Allah subhanahu wa
ta’ala ), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hanya menyebutkan kedua orang tua bisa berperan
menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi, tanpa
menyebut “mengislamkan”. Jadi hadits di atas bisa dipahami
“setiap anak dilahirkan sebagai seorang muslim…” Namun
demikian fitrah manusia tersebut merupakan potensi dasar
yang harus dipelihara dan dikembangkan. Apabila fitrah
tersebut tertutup oleh beberapa faktor luar, manusia akan lari
dan menentang fitrahnya sendiri. (Yunahar Ilyas, 2013:12).
b. Argumentasi Logika
Bukti logika tentang wujud Allah subhanahu wa ta’ala
adalah proses terjadinya semua makhluk yang terdahulu
maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan.
Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan
tidak mungkin pula terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin
wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak
66 ~ Kuliah Aqidah
akan dapat menciptakan dirinya sendiri.
Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan
karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta.
Adanya makhluk dengan aturan yang indah, tersusun rapi,
dan saling terkait antara sebab-musababnya dan antara alam
semesta satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak
keberadaan seluruh makhluk secara kebetulan. Kalau
makhluk tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, dan tidak
tercipta secara kebetulan, maka makhluk-makhluk itu ada
yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.Allah
berfirman:
)35:( سورة الطورأ َْم ُخلِ ُقوا ِم ْن َغرْيِ َش ْي ٍء أ َْم ُه ُم اخْلَالُِقو َن
Artinya: “Apakah merekadiciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?” (QS. Ath-thur : 35).
Dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka menafsirkan ayat
tersebut: “apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, yaitu
terjadi saja sendiri dengan tidak ada yang menciptakan?
Atau manusia ada di dunia ini karena manusia itu sendiri
yang menciptakan diri dengan tidak ada penciptanya?
“ataukah mereka yang telah menciptakan semua langit dan
bumi?” Artinya, kalau tidak percaya bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala pencipta alam ini seluruhnya,
beranikah kamu menyatakan bahwa langit dan bumi itu
kamu sendiri penciptanya? (Hamka, 1986:89).
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak ada tanpa
pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri.
Jadi jelaslah bahwa yang menciptakan segala makhluk di
Kuliah Aqidah ~ 67
alam semesta ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Berkaitan dengan ayat tersebut di atas terdapat sebuah
riwayat:
ِ ول ِ ِ ِ ِ
اهلل َ ت َر ُس ُ مَس ْع: قَ َال، َع ْن أَبِيه، َع ْن حُمَ َّمد بْ ِن ُجَبرْيِ بْ ِن ُمطْع ٍم
: َ َفلَ َّما َبلَ َغ َه ِذ ِه اآليَة، صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ْقَرأُ يِف الْ َم ْغ ِر ِب َوالطُّو ِر
َ
ض ِ َّ أَم خلِ ُقوا ِمن َغ ِ َشي ٍء أَم هم اخْل الُِقو َن أَم خلَ ُقوا
َ الس َم َاوات َواأل َْر َ ْ َ ُ ُ ْ ْ ْ رْي ُ ْ
َك َاد َق ْليِب أَ ْن يَ ِط َري، بَ ْل ال يُوقِنُو َن
Artinya: Dari Muhammad bin Jubair bin Mut’im dari
bapaknya dia berkata aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membaca surat Ath-
thur pada waktu magrib, dan ketika sampai kepada ayat-
ayat ini:“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun,
ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri)?
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan
Rabmu atau merekalah yang berkuasa?” ( QS. At-Thur :
35-37). Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata :
“hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan
menetapnya keimanan dalam hatiku.” (HR. Al-
Bukhari: 4854).
Dalam perspektif logika manusia, seandainya ada
seseorang berkata kepada anda tentang istana yang
dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-
sungai, dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan
berbagai perhiasan pokok dan penyempurna, lalu orang itu
mengatakan kepada anda bahwa istana dengan segala
68 ~ Kuliah Aqidah
kesempurnaanya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta
secara kebetulan tanpa pencipta, pasti anda tidak akan
mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah
perkataan dusta. Kini tanyakanlah kepada akal anda, masih
mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa
yang ada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau
tercipta secara kebetulan? Tentu jawabannya tidak. Karena
pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta ini adalah
Allah subhanahu wa ta’ala.
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan
dirinya sendiri, merenungkan alam semesta dan lain-lainya
seorang manusia bisa membuktikan adanya Allah
subhanahu wa ta’ala. (Yunahar Ilyas, 2013:13).
c. Argumentasi Syara’
Bukti syara’ tentang wujud atau keberadaan Allah
subhanahu wa ta’ala bahwa seluruh kitab samawi (yang
diturunkan dari langit) berbicara tentang itu. Seluruh hukum
yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa
kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu
datang dari Rab yang maha Bijaksana dan Mengetahui
segala kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita alam
semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan
kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga
merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari
Rab Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang
diberitakan itu.
d. Argumentasi Faktual
Kuliah Aqidah ~ 69
Bukti inderawi tentang wujud Allah subhanahu wa
ta’ala dapat dibagi menjadi dua:
a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya
do’a orang-orang yang berdo’a serta penolong-Nya yang
diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan
musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang
wujud Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala. berfirman :
استَ َجْبنَا لَهُ َفنَ َّجْينَاهُ َوأ َْهلَهُ ِم َن الْ َك ْر ِب ِ
ْ َوحا إِ ْذ نَ َادى م ْن َقْب ُل ف
ً َُون
الْ َع ِظي ِم
Artinya:“Dan (ingatlah kisah) Nuh sebelum itu ketika
dia berdo’a, dan Kami memperkenankan do’anya, lalu
Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana
yang besar.” ( QS. Al-Anbiya : 76).
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
ف ِم َن الْ َماَل ئِ َك ِة
ٍ ْاستَجاب لَ ُكم أَيِّن مُمِ ُّد ُكم بِأَل
ْ
ِ ِ
ْ َ َ ْ َإ ْذ تَ ْستَغيثُو َن َربَّ ُك ْم ف
ني ِِ
َ ُم ْردف
Artinya: “Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepadaRabmu, lalu diperkenankannya bagimu …” ( QS.
Al-Anfal : 9).
Anas bin Malik ra. berkata : “ Pernah ada seorang Badui
datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. tengah berkhutbah. Lelaki
itu berkata : “Hai Rasul Allah, harta benda Kami telah
habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu
70 ~ Kuliah Aqidah
mohonkanlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. untuk
mengatasi kesulitan Kami. “Rasululah lalu mengangkat
kedua tangannya dan berdo’a. Tiba-tiba awan mendung
bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum
turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya.
Pada hari jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain
berdiri dan berkata : ‘Hai Rasulullah, bangunan Kami
hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah Kami
ini kepada Allah (agar selamat).’ Rasulullah lalu
mengangkat kedua tangannya, seraya berdo’a :
“YaRabku, turunkanlah hujan di sekeliling Kami, dan
jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi Kami.”
Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat
kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al-
Bukhari).
b. Nabi membawa mukjizat yang dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas
tentang wujud yang mengutus para Nabi tesebut, yaitu
Allah subhanahu wa ta’ala , karena hal-hal itu berada di
luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai
penguat dan penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk
memukul laut dengan tongkatnya, lalu terbelahlah laut
itu, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti
gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, yang
artinya :
اك الْبَ ْحَر فَا ْن َفلَ َق فَ َكا َن ُك ُّل
َص َ ب بِ َع ْ وسى أ َِن
ْ اض ِر ِ
َ فَأ َْو َحْينَا إىَل ُم
فِْر ٍق َكالطَّْو ِد الْ َع ِظي ِم
Kuliah Aqidah ~ 71
Artinya: “Lalu Kami mewahyukan kepada Musa:
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar.” (QS. Asy-Syuara’ : 63).
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika
menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu
mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
ٍِ ِ ِورسواًل إِىَل بيِن إِسرائ
ْ يل أَيِّن قَ ْد جْئتُ ُك ْم بِآَيَة م ْن َربِّ ُك ْم أَيِّن أ
َخلُ ُق لَ ُك ْم َ َْ َ ُ ََ
ُ ني َك َهْيئَ ِة الطَّرْيِ فَأَْن ُف ُخ فِ ِيه َفيَ ُكو ُن طَْيًرا بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َوأُبْ ِر
ئ ِ ِِّمن الط
َ
ُحيِي الْ َم ْوتَى بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َوأَُنبِّئُ ُك ْم مِب َا تَأْ ُكلُو َن َو َما
ْ ص َوأ َ اأْل َ ْك َمهَ َواأْل َْبَر
ِِ ِ
َ ك آَل َيَةً لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن
ني َ َّخ ُرو َن يِف بُيُوتِ ُك ْم إِ َّن يِف َذل
ِ تَد
Artinya: “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang
berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang
kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia
menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan
orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan
orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan
kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu,
jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (QS. Ali-Imraan :
49).
Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
72 ~ Kuliah Aqidah
ِ
كَ ِك َو َعلَى َوال َدت َ يسى ابْ َن َم ْرمَيَ اذْ ُك ْر نِ ْع َميِت َعلَْي ِ َّ َ َإِ ْذ ق
َ ال اللهُ يَا ع
َّاس يِف الْ َم ْه ِد َو َك ْهاًل َوإِ ْذ
َ وح الْ ُق ُد ِس تُ َكلِّ ُم الن ِ ك بُِر َ ُإِ ْذ أَيَّ ْدت
ِ ِّاب واحْلِكْمةَ والتَّورا َة واإْلِ جْنِ يل وإِ ْذ خَت ْلُ ُق ِمن الط
ني ِ َ ُعلَّمت
َ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َك الْكت َْ
َئ اأْل َ ْك َمه ُ َِك َهْيئَ ِة الطَّرْيِ بِِإ ْذيِن َفَتْن ُف ُخ فِ َيها َفتَ ُكو ُن طَْيًرا بِِإ ْذيِن َو ُترْب
يل ِواأْل َبرص بِِإ ْذيِن وإِ ْذ خُتْرِج الْموتَى بِِإ ْذيِن وإِ ْذ َك َف ْفت بيِن إِسرائ
َ َْ َ ُ َ َْ ُ َ َ َْ َ
ين َك َفروا ِمْن ُه ْم إِ ْن َه َذا إِاَّل ِ َّ َ ات َف َق ِ َك إِ ْذ ِجْئَتهم بِالْبِّين
ُ َ ال الذ َ ُْ َ َعْن
ِ
ٌ ِس ْحٌر ُمب
ني
Artinya: “ (ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa
putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan
Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu
kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup
kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu
kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam
kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku
menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka
membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-
Kuliah Aqidah ~ 73
orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata". ( QS. Al-Maidah : 110).
Contoh ketiga adalah mukjizat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.ketika kaum Quraisy meminta
tanda atau mukjizat. Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu
terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat
menyaksikannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ضوا َو َي ُقولُوا ِس ْحٌر
ُ َوإِن َيَر ْوا آيَةً يُ ْع ِر.انش َّق الْ َق َم ُر
َ اعةُ َو
َ الس
ِ ا ْقَترب
َّ ت ََ
ُّم ْستَ ِمٌّر
Artinya: “Telah dekat (datangnya) saat (kiamat) dan
telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang
musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka
berpaling dan berkata : “(ini adalah) sihir yang terus-
menerus.” (QS. Al-Qomar: 1-2).
74 ~ Kuliah Aqidah
disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan inilah hakikat agama Islam, karena Islam maknanya
ialah penyerahan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
semata-mata yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-
Nya dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik
lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai Allah
subhanahu wa ta’ala dan suatu amal diterima oleh Allah
sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlash, semata-mata
karena Allah subhanahu wa ta’ala dan mengikuti tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
ِ ولََق ْد بع ْثنَا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رسواًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و
َ ُاجتَنبُوا الطَّاغ
وت ْ ََ ُ َُ ََ َ
الضاَل لَةُ فَ ِسريوا يِف
َّ َّت َعلَْي ِه ِ
ْ فَ ِمْن ُه ْم َم ْن َه َدى اللَّهُ َومْن ُه ْم َم ْن َحق
ُ
ِ
َ ِف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ِّذب
ني ِ اأْل َْر
َ ض فَانْظُُروا َكْي
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-
tiap umat (untuk menyerukan): "Beribadahlah kepada
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl:
36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Kuliah Aqidah ~ 75
ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َسانًا إِ َّما َيْبلُغَ َّن
َ ُّضى َرب َ ََوق
ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا ٍّ َح ُدمُهَا أ َْو كِاَل مُهَا فَاَل َت ُق ْل هَلَُما أ ِ
َ عْن َد َك الْكَبَر أ
ِ
الذ ِّل ِم َن الرَّمْح َِة ُّ اح ِ وقُل هَل ما َقواًل َك ِرميا * و
َ َض هَلَُما َجن ْ اخف ْ َ ً ْ َُ ْ َ
صغِ ًرياَ ب ْارمَح ْ ُه َما َك َما َربَّيَايِن ِّ َوقُ ْل َر
"Dan Robmu (yaitu Allah) telah memerintahkan supaya
kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja,
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam
pemeIiharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih-
sayang, dan ucapkanlah: "Wahai Robku, kasihilah
mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah
mendidikku waktu kecil." (QS. Al-Isra': 23-24).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
َو ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِِه َشْيئًا
"Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan
janganlah berbuat syirik sedikitpun kepadanya"(QS. An-
Nisa’ : 36).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ُق ْلَت َعالَ ْوا أَتْ ُل َما َحَّر َم َربُّ ُك ْم َعلَْي ُك ْم أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِِه َشْيئًا َوبِالْ َوالِ َديْ ِن
ٍ ِ
اه ْم َواَلُ َّإِ ْح َسانًا َواَل َت ْقُتلُوا أ َْواَل َد ُك ْم م ْن إِ ْماَل ق حَنْ ُن نَ ْر ُزقُ ُك ْم َوإِي
76 ~ Kuliah Aqidah
الن ْفس الَّيِت ِ ِ
َ َّ ش َما ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَ َن َواَل َت ْقُتلُوا َ َت ْقَربُوا الْ َف َواح
صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُو َن* َواَل َت ْقَربُوا َّ َحَّر َم اللَّهُ إِاَّل بِاحْلَ ِّق َذلِ ُك ْم َو
ِ ِ َم
َشدَّهُ َوأ َْوفُوا الْ َكْي َل ُ َح َس ُن َحىَّت َيْبلُ َغ أ ْ ال الْيَتي ِم إِاَّل بِالَّيِت ه َي أ َ
اع ِدلُوا ْ َف َن ْف ًسا إِاَّل ُو ْس َع َها َوإِ َذا ُق ْلتُ ْم ف ِ ِ
ُ َِّوالْم َيزا َن بِالْق ْسط اَل نُ َكل
ِ
صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْمَّ َولَ ْو َكا َن َذا ُق ْرىَب َوبِ َع ْه ِد اللَّ ِه أ َْوفُوا ذَلِ ُك ْم َو
ُّ يما فَاتَّبِعُوهُ َواَل َتتَّبِعُوا
السبُ َل ِ ِ ِ َّ تَ َذ َّكُرو َن * َوأ
ً َن َه َذا صَراطي ُم ْستَق
َّ َفَت َفَّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َو
صا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن
"Katakanlah (Muhammad): "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan oleh Robmu, yaitu janganlah kamu
berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, berbuat baiklah
kepada kedua orang tua dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan
janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi dan
janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan sesuatu (sebab)
yang benar Demikianlah yang diwasiatkan Allah
kepadamu, supaya kamu memahami(nya)· Dan
janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga ia mencapai
kedewasaannya; dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah berlaku adil,
kendatipun dia adalah kerabat(mu); dan penuhilah janji
Kuliah Aqidah ~ 77
Allah. Yang demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu
agar kamu ingat." Dan (kubacakan): "sungguh inilah
jalan-Ku, berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diwasiatkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-An'am:
151-153)
Agungnya dan tingginya kedudukan tauhid juga
tergambar dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari Muadz bin Jabal:
"يَا:ال يل َ النبيعلَى مِح َا ٍر َف َق
َ ديف َ ت ِر ُ ُكْن:ال َ وع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَلٍ َقَ
"العباد َعلَى اهلل؟ ِ معاذُ! أَتَ ْد ِري ما حق اللّ ِه علَى الْعِب ِاد وما حق
ّ َ َ َّ َ َُ
"ح ّق اللّ ِه َعلَى الْعِبَ ِاد أَ ْن َي ْعبُ ُدوه
َ :ال َ َ ق. اهلل َو َر ُسولُهُ أ َْعلَ ُم:ت ُ ُق ْل
ِ ِ ِ ِِ
َب َم ْن ال َ َو َح ّق الْعبَاد َعلَى اللّه أَ ْن الَ يُ َع ّذ.َوالَ يُ ْش ِر ُكوا به َشْيئا
ِ َ يا رس:ي ْش ِر ُك بِِه َشيئا" ُق ْلت
َ "ال:ال َ َاس؟ ق َ ّول اللّه! أَفَالَ أُبَ ّش ُر الن َُ َ ُ ْ ُ
." َفيَتّ ِكلُوا.ُتبَ ّش ْر ُه ْم
Artinya: "Dari Muadz bin Jabal ra. berkata: Aku pernah
diboncengkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.di atas
seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: "Hai
Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib
dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba
yang pasti dipenuhi Allah?" Aku menjawab: "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau pun bersabda:
"Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya
ialah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan
78 ~ Kuliah Aqidah
tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya; sedangkan
hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah: bahwa
Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik sedikit pun kepada-Nya. " Aku bertanya: "Ya
Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar
gembira ini kepada ouang-orang? " Beliau menjawab:
"Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap
menyandarkan diri." (Shahih Al-Bukhari : 2856.
Shahih Muslim: 30).
قال رسول اهلل:؛ قال- رضي اهلل عنه- عن عبادة بن الصامت
َ"م ْن ش ِه ُد أَ ّن الَ إِلَهَ إِالّ اهلل َو ْح َدهُ ال
َ :- صلى اهلل عليه وسلم-
يس َى َعْب ُد اللّ ِه ِ َ َش ِر
َ َوأَ ّن ع,ُ َوأَ ّن حُمَ ّمدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه,ُيك لَه
Kuliah Aqidah ~ 79
َوالنّ َار, َواجْلَنّةَ َح ّق،ُوح ِمْنه ِ
ٌ اها إِىَل َم ْرمَيَ َو ُر
َ َورسوله َو َكل َمتُهُ أَلْ َق
"َح ّق؛ أ َْد َخلَهُ اهلل اجْلَنّةَ على ما كان من العمل
Artinya: “Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra, menuturkan :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
"Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan
(yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah saja,
tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba
dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah
hamba Allah, rasul-Nya dan kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-
Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) Surga adalah benar
adanya dan nerakapun benar adanya; maka Allah pasti
memasukkannya kedalam Surga betapapun amal yang
telah diperbuatnya." (HR. Bukhari: 3435. Muslim: 28).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari
`Itban:
َ َ "فَِإ ّن اهلل قَ ْد َحّر َم َعلَى النّا ِر َم ْن ق:وهلما يف حديث ِعتبان
َ ال:ال
ِ
."ك َو ْجهَ اهلل َ َيْبتَغِي بِ َذل,إِلَهَ إِالّ اهلل
Artinya: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada
Neraka orang yang berkata: "La Ilaha Illallah " Tiada
Ilah/sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allah,
dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala
meIihat) Wajah Allah. " (HR. Bukhari: 245.
Muslim:33).
80 ~ Kuliah Aqidah
ِ ِ ِ ِّ يد اخْلُ ْد ِر ٍ ِعن أَيِب سع
ُصلَّى اللَّه َ عن َر ُسول اهلل، ُي َرض َي اللَّهُ َعْنه َ َْ
ب َعلِّ ْميِن َشْيئًا ِّ يَا َر: الم
ُ الس َّ وسى َعلَْي ِه َ ال ُم َ َ ق: َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال
، ُ ال إِلَهَ إِالَّ اللَّه: وسى قُ ْل ِِ َ أَذْ ُكر َك بِِه وأ َْدع
َ يَا ُم: قَ َال، وك به ُ َ ُ
َّ ال إِلَهَ إِال: قُ ْل: ال َ َ ق، ول َه َذا ُ ب ُك ُّل ِعبَ ِاد َك َي ُق ِّ يَا َر: قَ َال
، صيِن بِِه ُ إِمَّنَا أُِر، ب
ُّ ُ يد َشْيئًا خَت ِّ ت يَا َر َ ْ ال إِلَهَ إِالَّ أَن: قَ َال، ُاللَّه
، السْب َع َو َع ِامَر ُه َّن َغرْيِ يَّ ات ِ السماو
َ َ َّ َن َّ لَ ْو أ، وسى َ يَا ُم: قَ َال
ت هِبِ ْم ٍِ ٍِ
ْ َ َمال، َوال إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ يِف كفَّة، السْب َع يِف كفَّة َّ ني ِ
َ َواأل ََرض
[ال إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ]رواه ابن حبان واحلاكم وصححه
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra,
bahwa Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Musa berkata: "Ya Robku, ajarkanlah
kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-
Mu·" Allah berfirman: "Katakan hai Musa "La Ilaha
llallah" Musa berkata lagi: "Ya Robku, semua hamba-
Mu mengucapkan ini." AIlah pun berfirman: "Hai Musa,
andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku,
serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun
timbangan, sedang "La llaha Illallah" diletakkan pada
daun timbangan yang lain, maka " La Ilaha Ilallah"
niscaya lebih berat timbangannya." (HR. Ibnu Hibban:
2324. Al-Hakim: 1/528).
Kuliah Aqidah ~ 81
"قال:ول اهلل (؛ يقول َ ت َر ُس ِ ٍ وللرتمذي وحسنه عن
ُ مَس ْع:أنس
َض َخطَايَا مُثّ لَِقيتَيِن ال
ِ األر ِ ِ
ْ آد َم لَ ْو أََتْيتَيِن ب ُقَراب َ ابن َ يا:اهلل تعاىل
."ك بِ ُقَراهِبَا َم ْغ ِفَر ًة
َ ُتُ ْش ِر ُك يب َشْيئاً ألََتْيت
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dia nyatakan
hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta 'ala
berfirman: "Hai anak Adam, seandainya kamu datang
kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu
ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik
sedikit pun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan
kepadamu ampunan sepenuh jagad pula. (HR.
Atirmidzi: 3534. Ahmad: 5/172).
Kuliah Aqidah ~ 83
orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisab dan
tanpa adzab." Kemudian bangkitlah beliau dan segera
memasuki rumahnya. Maka orang-orang pun
memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada di
antara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu
yang menjadi sahabat RasuIlullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka
itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan
Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik
sedikit pun kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi
beberapa perkara yang lain. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamkeluar, mereka
memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka
beliau bersabda: "Mereka itu adalah orang-orang yang
tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya
ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan
tathayyur" dan mereka pun bertawakkal kepada Tuhan
mereka. " Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan
berkata:
Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan
mereka. Beliau menjawab: "Kamu termasuk golongan
mereka. "Kemudian berdirilah seorang yang lain dan
berkata: MohonkanIah kepada Allah agar aku juga
termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu
sudah kedahuluan 'Ukasyah."(HR. Bukhari: 3410.
Muslim: 220).
4. Macam-MacamTauhid
Secara Global Tauhid terbagi menjadi tiga yaitu Tauhid
Rububiyah, Tauhid uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat.
84 ~ Kuliah Aqidah
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah ialah kesadaran dan keyakinan bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat yang menciptakan serta
mengatur alam semesta dengan seluruh isinya (Rabbul
‘alamin). Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya
Dzat yang mencipta, mengasuh, memelihara dan mendidik
umat manusia ( Rabun Naas). Allah satu-satunya Dzat yang
mencipta semua makhluk yang ada dijagad raya ini dengan
kemauan dan kekuasaan-Nya semata. (Musthafa Kamal
Pasha, dkk, 2005:171).
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini
bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.
(Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, 1998:19).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يلِاللَّه خالِق ُك ِّل َشي ٍء وهو علَى ُك ِّل َشي ٍء وك
ٌ َ ْ َ َُ َ ْ ُ َ ُ
Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62).
Bahwasanya Dia adalah pemberi rizki bagi setiap
manusia, bintang dan makhluk lainnya. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
ض إِاَّل َعلَى اللَّ ِه ِر ْز ُق َه ا َو َي ْعلَ ُم ُم ْس َت َقَّر َها
ِ َو َم ا ِم ْن َدابٍَّة يِف اأْل َْر
ٍ ِاب ُمب
ني ٍ َومسَتو َد َعها ُكلٌّ يِف كِت
َ ْ ْ َُ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan
Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
Kuliah Aqidah ~ 85
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.Huud: 6).
Dan bahwasanya Dialah penguasa dan pengatur semesta
alam. Sebagaimana firman-Nya :
ك مِم َّْن
َ ك َم ْن تَ َش اءُ َوَتْن زِعُ الْ ُم ْل َ ك ُت ْؤيِت الْ ُم ْلِ ك الْم ْل ِ
ُ َ قُ ِل اللَّ ُه َّم َمال
ِ ِ
َّك َعلَى ُك ِّل َ تَ َش اءُ َوتُعِ ُّز َم ْن تَ َش اءُ َوتُ ذ ُّل َم ْن تَ َش اءُ بِيَ د َك اخْلَْي ُر إِن
ِ ِ ِ ٍ
ُ َّه َار يِف اللَّْي ِل َوخُتْ ر
ِج َ َّه ا ِر َوتُول ُج الن
َ َش ْيء قَد ٌير * تُول ُج اللَّْي َل يِف الن
ِت ِمن احْلَ ِّي وَت ْر ُز ُق َم ْن تَ َش اء بِغَرْي ِ ِ
ُ َ َ َ ِِّج الْ َمي ُ احْلَ َّي م َن الْ َميِّت َوخُتْ ر
ٍ ِحس
اب َ
Artinya: “Katakanlah: "Wahai Rob/Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki
tanpa hisab (batas)". (QS. Ali-Imroon: 26-27).
َه َذا َخ ْل ُق اللَّ ِه فَ أ َُرويِن َم ا َذا َخلَ َق الَّ ِذين ِم ْن ُدونِ ِه بَ ِل الظَّالِ ُمو َن يِف
َ
ٍ ِضاَل ٍل ُمب
ني َ
Artinya: “Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah
86 ~ Kuliah Aqidah
olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh
sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya
orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan
yang nyata.” (QS.Lukman: 11).
ِ
َ أ َْم َم ْن َه َذا الَّذي َي ْر ُزقُ ُك ْم إِ ْن أ َْم َس
ك ِر ْزقَهُ بَ ْل جَلُّوا يِف عُُت ٍّو َونُ ُفو ٍر
Artinya: “Atau siapakah yang memberi kamu rezki jika
Allah menahan rezki-Nya? sebenarnya mereka terus
menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”
(QS. Al-Mulk: 21).
Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan pula tentang
keesaan-Nya dalam rububiyah-Nya atas segala alam
semesta. Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ني ِ ِّ احْل م ُد لِلَّ ِه ر
َ ب الْ َعالَم َ َْ
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
(QS.Al-Fatihah: 1).
88 ~ Kuliah Aqidah
ٍ
ُوم ُم َس َّخَرات بِ أ َْم ِر ِه أَاَل لَ هُ اخْلَْل ُق َواأْل َْم ُر َتبَ َار َك اللَّه
َ ُّج
ُ َوالْ َق َم َر َوالن
ني ِ ُّ ر
َ ب الْ َعالَم َ
Artinya: “Sesungguhnya Rob/Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf: 54).
ِ ِ
س َّ َّه َار يِف اللَّْي ِل َو َس َّخَر
َ الش ْم َ َّه ا ِر َويُ ول ُج الن َ يُ ول ُج اللَّْي َل يِف الن
ِ أِل
ُ َج ٍل ُم َس ًّمى ذَل ُك ُم اللَّهُ َربُّ ُك ْم لَ هُ الْ ُم ْل
ك َ َوالْ َق َم َر ُك لٌّ جَيْ ِري
ين تَ ْدعُو َن ِم ْن ُدونِِه َما مَيْلِ ُكو َن ِم ْن قِطْ ِم ٍري ِ َّ
َ َوالذ
Artinya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah
Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-
orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada
mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”. (QS.
Fhatir: 13).
Tidak ada makhluk yang mengingkari kerububiyahan
Allah subhanahu wa ta’ala , kecuali orang yang congkak
sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya, seperti yang
dilakukan fir’aun ketika berkata kepada kaumnya : “Akulah
Kuliah Aqidah ~ 89
tuhanmu yang paling tinggi.”( QS. An-Naziat : 24), dan
juga ketika berkata : “Hai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui tuhan bagimu selain aku.”( QS. Al-Qashash :
38).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
هِب
َ اس َتْي َقنَْت َها أَْن ُف ُس ُه ْم ظُْل ًم ا َوعُلُ ًّوا فَانْظُْر َكْي
ف َك ا َن ْ َو َج َح ُدوا َا َو
ين ِِ ِ
َ َعاقبَةُ الْ ُم ْفسد
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena
kezaliman dan kesombongan (mereka) Padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah
betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
(QS. An-Naml: 14).
Begitu juga ketika Al-Quran menceritakan tentang
perkataan Nabi Musa kepada Fir’aun:
صآئَِر ِ السماو
ِ ات َواأل َْر ُّ َنز َل َه ُؤالء إِالَّ َر ِ
َ َض ب َ َ َّ ب َ ت َما أ َ قَ َال لََق ْد َعل ْم
ِ
ورا َ َوإِيِّن ألَظُن
ً ُُّك يَا ف ْر َعو ُن َمثْب
Artinya: “Nabi Musa berkata kepada Fir’aun :
“Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada
yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecualiRab
yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti
yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai
fir’aun, seorang yang akan binasa.” (QS. Al-Isra’ : 102).
Oleh karena itu, sebenarnya orang-orang musyrik
mengakui rububiyah Allah subhanahu wa ta’ala, meskipun
mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah
(penghambaan/peribadatan).
90 ~ Kuliah Aqidah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ض َو َم ْن فِ َيه ا إِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم و َن * َس َي ُقولُو َن لِلَّ ِه قُ ْل ِ
ُ قُ ْل ل َم ِن اأْل َْر
ب الْ َع ْر ِش ُّ الس ْب ِع َو َر
َّ ات ِ الس ماو ُّ أَفَاَل تَ َذ َّك ُرو َن * قُ ْل َم ْن َر
َ َ َّ ب
ِِ ِِ ِ
وتُ الْ َعظي ِم * َس َي ُقولُو َن للَّه قُ ْل أَفَاَل َتَّت ُق و َن * قُ ْل َم ْن بِيَ ده َملَ ُك
ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُه َو جُيِ ريُ َواَل جُيَ ُار َعلَْي ِه إِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم و َن * َس َي ُقولُو َن
لِلَّ ِه قُ ْل فَأَىَّن تُ ْس َحُرو َن
Artinya: “Katakanlah : Kepunyaan siapakah bumi ini,
dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?
“Mereka akan menjawab: “kepunyan Allah”.
Katakanlah: “siapakah yang empunya langit yang tujuh
dan yang empunya Arsy yang besar?” mereka
menjawab: “kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka
apakah kamu tidak bertakwa? “Katakanlah: “Siapakah
yang di tanganNya berada kekusaan atas segala sesuatu,
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengetahui?”
mereka akan menjawab: “kepunyaan Allah.” Katakanlah
: “(kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” (QS. Al-Mu’minun: 84-89).
ض لََي ُق ولُ َّن َخلَ َق ُه َّن الْ َع ِز ُيز ِ َّ ولَئِن سأَلَْتهم من خلَق
َ الس َم َاوات َواأْل َْر َ َ َْ ُْ َ ْ َ
يمِ
ُ الْ َعل
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?”, niscaya mereka menjawab, “Semuanya
diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha
Kuliah Aqidah ~ 91
Mengetahui.” ( QS. Az-Zukhruf : 9).
َولَئِ ْن َسأَلَْت ُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لََي ُقولُ َّن اللَّهُ فَأَىَّن يُ ْؤفَ ُكو َن
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka: “siapakah yang menciptakan mereka?”, niscaya
mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az-
Zukhruf: 87).
Dia adalah pengatur alam, sekaligus sebagai pemutus
seluruh perkara, sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Dia
juga pemutus peraturan-peraturan ibadah serta hukum-
hukum muamalat sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya.
Tauhid rububiyah saja belum memasukan seseorang
kedalam agama Islam karena orang kafir qurays juga
memiliki tauhid rububiyah sebagaimana dalil diatas bahkan
yahudi dan nashrani juga memiliki tauhid rububiyah artinya
mereka mengakui Allah subhanahu wa ta’ala pencipta alam
semesta ini. Namun, yang memasukan seseorang ke dalam
agama islam adalah Tauhid Uluhiyah yaitu: “ Iyyaka
na’budu wa iyya ka nasta’in” beribadah hanya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala saja.
b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengimani bahwasanya Allah
subhanahu wa ta’ala satu-satunya Al-Ma’bud yang berhak
untuk diibadahi. (Yunahar Ilyas, 2013:28).
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat
taqarrub yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, kurban,
92 ~ Kuliah Aqidah
raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang),
rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid
ini adalah inti dakwah para Rasul, mulai rasul yang pertama
hingga yang terakhir. (Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al
Fauzan, 2001:53).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وحي إِلَْي ِه أَنَّهُ اَل إِلَ هَ إِاَّل أَنَا
ِ ُول إِاَّل ن
ٍ ك ِمن رس ِ ِ
ُ َ ْ َ َو َم ا أ َْر َس ْلنَا م ْن َقْبل
ِ اعب ُد
ون ُ ْ َف
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi)
melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku". (QS.Al-Anbiyaa’ : 25).
ِ ولََق ْد بع ْثنَ ا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رس واًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و
َ ُاجتَنبُ وا الطَّاغ
وت ْ ََ ُ َُ ََ َ
الض اَل لَةُ فَ ِس ريوا يِف
َّ َّت َعلَْي ِه ِ
ْ فَ ِمْن ُه ْم َم ْن َه َدى اللَّهُ َومْن ُه ْم َم ْن َحق
ُ
ِ
َ ِف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ِّذب
ني َ ض فَانْظُُروا َكْيِ اأْل َْر
Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Ibadahilah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl:
36).
Tauhid Uluhiyah berkonsekuensi untuk benar-benar
Kuliah Aqidah ~ 93
mengimani bahwa Dialah Allah subhanahu wa ta’ala , Ilah
yang benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu baginya.
Al Ilah artinya “al ma’luh”, yakni sesuatu yang
disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يم ِ َّ اح ٌد اَل إِلَه إِاَّل هو الرَّمْح ن
ِ وإِهَل ُكم إِلَه و
ُ الرح ُ َ َُ َ ٌَ ْ ُ َ
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah tuhan yang Maha Esa;
tidak ada tuhan (yang berhak diibadahi) melainkan Dia,
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al
Baqarah : 163).
ِ ِ ِ ِ ِ
ََش ِه َداللَّه أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو َوالْ َماَل ئ َكةُ َوأُولُوالْع ْل ِم قَائ ًمابِالْق ْسط اَل إِلَه
يم ِ ِ ِاَّل
ُ إ ُه َوالْ َعز ُيزاحْلَك
Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
(yang berhak diibadahi) selain Dia yang menegakkan
keadilan, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang
berhak diibadahi) selain Dia yang Maha Perkasa lagi
Maha bijaksana.” ( QS. Al-Imran :18).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang lata, uzza,
dan manat yang disebut sebagai tuhan, namun tidak diberi
hak Uluhiyah:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وها أَْنتُ ْم َوآَبَ ا ُؤ ُك ْم َم ا أَْن َز َل اللَّهُ هِبَ ا ِم ْن ِ
َ إِ ْن ه َي إِاَّل أَمْسَاءٌ مَسَّْيتُ ُم
س َولََق ْد َج اءَ ُه ْم ِم ْن َّ ٍ ِ ِ ِاَّل
ُ ُس ْلطَان إ ْن َيتَّبعُ و َن إ الظ َّن َو َم ا َت ْه َوى اأْل َْن ُف
َرهِّبِ ُم اهْلَُدى
94 ~ Kuliah Aqidah
Artinya: “ Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang
kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah
tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. An Najm :
23).
Setiap sesuatu yang diibadahi selain Allah subhanahu
wa ta’ala., Uluhiyahnya adalah batil. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
ِ َن م ا ي ْدعو َن ِمن دونِ ِه ه و الْب َّ ك بِ أ ِ
َّ اط ُل َوأ
َن َ َُ ُ ْ ُ َ َ َّ َن اللَّهَ ُه َو احْلَ ُّق َوأ َ َذل
ِ ِ
ُاللَّهَ ُه َو الْ َعل ُّي الْ َكبري
Artinya: “(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq
dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari
Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah
yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Hajj : 62).
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman tentang Nabi
Yusuf yang berkata kepada dua temannya di penjara:
ِ الس ج ِن أَأَرب اب مَت َفِّرقُو َن خي ر أَِم اللَّه الْو
* اح ُد الْ َق َّه ُار ِ يا
َ ُ ٌ َْ ُ ٌ َ ْ ْ ِّ ِص احيَب َ َ
ِِ ِ
َ َم ا َت ْعبُ ُدو َن م ْن ُدون ه إِاَّل أَمْسَاءً مَسَّْيتُ ُم
وها أَْنتُ ْم َوآَبَ ا ُؤ ُك ْم َم ا أَْن َز َل
ِ ِ ِ َّ هِب
كَ ْم إِاَّل للَّ ِه أ ََم َر أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َذل ِِ ٍ
ُ اللهُ َا م ْن ُس ْلطَان إن احْلُك
َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َنِ ِّين الْ َقيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكَثَر الن
ُ الد
Artinya: “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang
Kuliah Aqidah ~ 95
baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kamu tidak
menyembah yang selain Allah kecuali hanya
(menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan
agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."( QS. Yusuf : 39-40).
Oleh karena itupara Rasul ‘Alaihimussalam berkata
kepada kaum-kaumnya :
ٍ ِ ِ ِ ِ
ُفَأ َْر َس ْلنَا في ِه ْم َر ُس واًل مْن ُه ْم أَن ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َم ا لَ ُك ْم م ْن إِلَ ه َغْي ُره
أَفَاَل َتَّت ُقو َن
Artinya:” Lalu Kami utus kepada mereka, seorang Rasul
dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Ibadahi-
lah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada
Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa (kepada-Nya).( QS. Al-Mu’minun : 32).
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya.
Mereka masih saja mengambil Tuhan selain Allah
subhanahu wa ta’ala Mereka menyembah, meminta bantuan
dan pertolongan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala.
Pengambilan sesembahan yang dilakukan orang-orang
musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
dengan dua bukti:
96 ~ Kuliah Aqidah
a) Sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai
keistimewaan uluhiyah sedikitpun, karena mereka adalah
makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik
manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak memiliki
hidup dan mati, tidak memiliki sedkitpun dari langit dan
tidak pula ikut memiliki keseluruhannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
َواخَّتَ ُذوا ِم ْن ُدونِ ِه آَهِلَةً اَل خَي ْلُ ُق و َن َش ْيئًا َو ُه ْم خُيْلَ ُق و َن َواَل مَيْلِ ُك و َن
ِ ِ أِل
ورا
ً ضًّرا َواَل َن ْف ًعا َواَل مَيْل ُكو َن َم ْوتًا َواَل َحيَا ًة َواَل نُ ُش َ َْن ُفس ِه ْم
Artinya:“Mereka mengambil sesembahan-sesembahan
selain daripadaNya (untuk disembah), yang sesembahan-
sesembahan itu tidak menciptakan apapun, bahkan
mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk
(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak
(pulauntuk mrngambil) sesuatu manfaatpun dan (juga)
tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan.” ( QS. Al-Furqan : 3).
Kuliah Aqidah ~ 97
dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan
bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh
syafaat…” ( QS. Saba’ : 22-23).
أَيُ ْش ِر ُكو َن َم ا اَل خَي ْلُ ُق َش ْيئًا َو ُه ْم خُيْلَ ُق و َن * َواَل يَ ْس تَ ِطيعُو َن هَلُ ْم
ُ صًرا َواَل أَْن ُف َس ُه ْم َيْن
ص ُرو َن ْ َن
Artinya: “Apakah mereka mempersekutukan (Allah
dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan
sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri
buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu
memberi pertolongan kepada penyembah-
penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-
berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” ( QS. Al-
A’raf :191-192).
Kalau demikian keadaan sesembahan-sesembahan itu,
maka sungguh sangat batil bila menjadikan mereka
sebagai Ilah dan tempat meminta pertolongan.
b) Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunyaRab, Pencipta,
yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka
juga mengakui bahwa hanya Dialah yang dapat
melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi-Nya.
Ini mengharuskan pengesaan uluhiyah (penghambaan),
seperti mereka mengEsakan Rububiyah (ketuhanan)
Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
98 ~ Kuliah Aqidah
ين ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ِ َّ ِ َّ
َ َّاس ْاعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم َوالذ ُ أَيُّ َه ا الن
الس َماءَ بِنَ اءً َوأَْن َز َل ِم َنَّ اش ا َو ِ َتَّت ُق و َن * الَّ ِذي جع ل لَ ُكم اأْل َر
ً ض فَر َ ْ ُ َ ََ
ِ الس م ِاء م اء فَ أَخرج بِ ِه ِمن الثَّم ر
ات ِر ْزقً ا لَ ُك ْم فَاَل جَتْ َعلُ وا لِلَّ ِه ََ َ َ َ ْ ً َ َ َّ
أَنْ َد ًادا َوأَْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن
Artinya: “Hai manusia, Ibadahi-lahRabmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orag yang sebelummu, agar
kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah
kamumengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahiu.”(QS. Al-Baqarah : 21-22).
َولَئِ ْن َسأَلَْت ُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لََي ُقولُ َّن اللَّهُ فَأَىَّن يُ ْؤفَ ُكو َن
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka : “Siapakah yang menciptakan mereka? “
niscaya mereka menjawab : “Allah”. Maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)?” ( QS. Az-Zukhruf : 87).
Kuliah Aqidah ~ 99
Artinya: “Katakanlah : “siapakah yang memberi rezki
kepadamu dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan
siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab : “Allah”. Maka katakanlah : “Mengapa
kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)?” maka (Dzat yang
demikian) itulah AllahRab kamu yang sebenarnya.
Tidak ada sesudah kebenaran itu, malainkan kesesatan.
Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari
kebenaran)?” (QS. Yunus: 31-32).
َ ني ال َش ِر ِ ِّ قُل إِ َّن صاليِت ونُس ِكي وحَمْياي ومَمَايِت لِلَّ ِه ر
ُيك لَه َ ب الْ َعالَم َ ََ َ َ ُ َ َ ْ
ِِ ِ َ ِوبِ َذل
َ ت َوأَنَا أ ََّو ُل املُ ْسلم
ني ُ ك أُم ْر َ
Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku,
يما َش َجَر َبْيَن ُه ْم مُثَّ اَل جَيِ ُدوا ِ َ فَاَل وربِّك اَل يؤ ِمنو َن حىَّت حُي ِّكم
َ وك ف ُ َ َ ُ ُْ َ َ َ
ِ مِم ِ
ً ت َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسل
يما َ َيِف أَْن ُفس ِه ْم َحَر ًجا َّا ق
َ ضْي
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa’ 4: 65).
Dalam permasalahan ini, para ulama’ seperti Ibnu Katsir
dan yang semisalnya membuat perincian hukum berdasarkan
keadaan dan dalil-dalil yang ada :
Pertama: Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum
yang lebih sempurna atau lebih baik dari hukum yang
diturunkan oleh Allah, maka dia keislaman dan syahadatnya
batal.
Kedua: Apabila dia berkeyakinan bahwa ada hukum
yang sama baiknya atau sama sempurnanya dengan hukum
yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam,
maka keislaman dan syahadatnya juga batal.
Dalilnya adalah :
F. Ilmu Allah
Allah mempunyai ilmu yang tidak terbatas, Dia maha
mengetahui apa saja yang yang ada di langit dan di bumi,
baik yang ghaib maupun yang nyata. (Yunahar Ilyas,
2013:56). Dalil-dalinya adalah Firman Allah:
ٍ َك يِف كِت
اب ِ ِ الس َم ِاء َواأْل َْر
َ ض إِ َّن َذل َّ َن اللَّهَ َي ْعلَ ُم َم ا يِف
َّ أَمَلْ َت ْعلَ ْم أ
ِ ِ ِ
ٌك َعلَى اللَّه يَسري َ إِ َّن ذَل
Artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu
G. Ma’iyyatullah
H. Syirik
Yunahar Ilyas, (2013:70) menyimpulkan,“Syirik adalah
mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam
dimensi rububiyah maupun ilahiyah. Juga syirik dalam
asma’ wa sifat Allah. Secara global Syirik terbagi menjadi
syirik besar dan syirik kecil.
1. Syirik Besar
Syirik besar adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu
(tan-dingan) bagi Allah. Ia memohon kepada sesuatu itu
sebagaimana ia memohon kepada Allah. Atau melakukan
َ ت فَِإن
َّك َ ض ُّر َك فَِإ ْن َف َع ْل َ ُون اللَّ ِه َم ا اَل َيْن َفع
ُ َك َواَل ي ِ واَل تَ ْدع ِمن د
ُ ْ ُ َ
ِِ ِ
َ إِ ًذا م َن الظَّالم
ني
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zha-lim." (Yunus: 106).
Zhalim yang dimaksud oleh ayat ini adalah syirik. Dan
Rasulullah menegaskan dalam sabdanya:
"Barangsiapa meninggal dunia sedang dia memohon
f. Syirik hakimiyah:
Termasuk dalam syirik hakimiyah (kekuasaan) yaitu
2. Syirik Kecil
Syirik kecil yaitu setiap perantara yang mungkin
menyebabkan kepada syirik besar, ia belum mencapai
tingkat ibadah, tidak menjadikan pelakunya keluar Islam,
akan tetapi ia termasuk dosa besar.
Diantara macam-macam Syirik kecil adalah sebagai
berikut:
a. Riya' dan melakukan suatu perbuatan karena
makhluk:
Seperti seorang muslim yang beramal dan shalat karena
Allah, tetapi ia melakukan shalat dan amalnya dengan baik
agar dipuji manusia. Allahberfirman:
ص احِلًا َواَل يُ ْش ِر ْك ِ ِ
َ فَ َم ْن َك ا َن َي ْر ُج و ل َق اءَ َربِّه َف ْلَي ْع َم ْل َع َماًل...
َح ًدا ِ ِ ِِ
َ بعبَ َادة َربِّه أ
". . .Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhan-nya." (Al-Kahfi: 110).
Rasulullah bersabda yang artinya: "Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan atas kamu sekalian adalah syirik
kecil, riya'. Pada hari Kiamat, ketika memberi balasan
manusia atas perbuatannya, Allah berfirman, "Pergilah
kalian kepada orang-orang yang kalian tujukan
1. Jin
Tidak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang
mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum
kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan
Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya
sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada
sebagian kecil dari mereka yang mengingkarinya.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tidak dapat
disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah
sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti,
kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka
melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka
144 ~ Kuliah Aqidah
dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak
memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau
selainnya.
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia
sebagaimana dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala.dalam
firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan
jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(QS.Al-Hijr: 26-27).
Karena jin lebih dulu ada, maka Allah subhanahu wa
ta’ala. mendahulukan penyebutannya daripada manusia
ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk
beribadah seperti halnya manusia. Allah subhanahu wa
ta’ala.berfirman:
“Dan Aku tak menciptakan jin & manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat:
56)
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali
disebutkan dalam Al-Qur`an, Sehingga eksistensinya
sebagai makhluk Allah subhanahu wa ta’ala. tidak lagi
diragukan, berdasarkan Al-Qur`an & As-Sunnah serta ijma’
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya,
apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda
dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu
Kuliah Aqidah ~ 145
bermula dari satu asal atau bagaimana?
Allah subhanahu wa ta’ala. telah menerangkan asal-
muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:
2. Iblis
Terdapat beberapa pendapat dalam hal asal-usul iblis,
apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari
jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri
rahimahullahu. Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah
menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali.
Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam
adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dlm
tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, & dishahihkan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsir-nya)
Pendapat ini pula yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-
Jashshash dlm kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), & Asy-
Syinqithi dlm kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan
tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dlm kitab tersebut.
Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:
166
BAB IV
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
2. Kitab Zabur
Juga ada yang menyebut Mazmur maupun Paska.
3. Kitab Injil
Ada yang menamakan Bibel maupun Alkitab.
Diturunkan kepada Nabi Isa AS (=Yesus Kristus) pada awal
abad ke 1 M untuk Bani Israil dan berbahasa Suryani.
Kandungan kitab Injil:
a. Seruan tauhid kepada Allah Ajaran hidup
zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
b. Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah
tidak sesuai.
c. Berita tentang akan datangnya Nabi akhir
zaman bernama Ahmad atau Muhammad.
4. Al-Qur’an
Sebagian ulama menegaskan bahwa kata qur’an itu
bentuk masdar (kata kerja yang dibedakan) yang diartikan
dengan isim maf’ul yakni maqru, artinya sesuatu yang
dibaca. Jadi al-qur’an adalah bacaan yang di baca.
Penamaan kitab Allah yang di turunkan kepada Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan nama al-qur’an ini
1. Al-Kitab
ني ِ ِ ِ ِ ك الْ ِكتَاب الري ِ
َ ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق
َ َْ ُ َ َذل
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah
{2}: 2).
2. Al-Furqan
3. Adz-Dzikru
الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ حَلَافِظُو َن
ِّ إِنَّاحَنْن َنَّزلْنَا
ُ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS. Al-Hijr {15}: 9).
4. Al-Mau’izhahdanAsy-Syifa’
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus
{10}: 57).
5. Al-Huda
“Dan Sesungguhnya Kami tatkala mendengar petunjuk
(Al Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa
beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan
penambahan dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jinn {72}:
13).
3. Keistimewaan Al-
Qur’an
Sebagai Kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an
mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan
kapan pun mereka berada sampai akhir zaman nanti. Hal
itu sesuai dengan Risalah Nabi Muhammad yang
ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir
zaman nanti. Allah berfirman:
“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami
wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di
dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat
yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” (QS. An-
Nuur {24}: 1).
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’
{34}: 28).
2. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan
(Asy-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum,
1
Muhammad bin Qasim ( Tt: 2 ) menyamakan makna lafaz اّلنَّبِ ُئ
dan اَلنَّبِ ُّيyaitu orang yang diberi wahyu tentang syariat dan
Ali bin abi tholib dan ibnu abbas berkata bahwa tidaklah Allah swt
3
Ahmad Bin Hambal (no 20566 dan 20572) dengan sanad berbeda yang
bertemu pada perawi tingkat tabi’in ‘Ubaid bin khasykhasy. Dalam
hadist tersebut Nabi saw menegur abu dzar yang langsung duduk
dalam masjid dan memerintahkan ia untuk mengerjakan sholat, lalu
terjadi percakapan antara abu dzar dan Nabi saw dan dalam percakapan
tersebut abu dzar menanyakan tentang nabi dan rasul pertama serta
jumlah para nabi dan rasul yang pernah di utus Allah :
ِ
َ ت أ ََونَيِب ٌّ َكا َن يَا َر ُس
ول َ َي اأْل َنْبِيَاء َكا َن أ ََّو َل قَ َال
ُ آد ُم ُق ْل ُ ُق ْل.… َع ْن أَيِب ذَ ٍّر
ُّ ت فَأ
ث ِمائٍَة َومَخْ َسةَ َع َشَر
ُ ول اللَّ ِه قَ َال ثَاَل
َ ت فَ َك ْم الْ ُم ْر َسلُو َن يَا َر ُس ِ
ُ اللَّه قَ َال نَيِب ٌّ ُم َكلَّ ٌم ُق ْل
… مَجًّا َغ ِف ًريا
“. . .dari abu dzar. . .aku bertanya maka siapakan nabi pertama,?
nabi bersabda adam, lalu aku bertanya :’ wahai rasulullah apakah
adam juga rasul.?” Nabi bersabda :” ya..dia nabi yang berbicara
6
Tabel ini penulis buat berdasarkan perpaduan antara keterangan
Al-Jazairy yang dikutib oleh Yunahar Ilyas, (2013:134) dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasul.
2. Al-Amanah
Al-Amanah (َ )اَأْل ََمانَ ةsecara bahasa berasal dari kata أ ُُم َنyang
berarti dapat dipercaya, lawan dari sifat ini adalah khaana (
)خ ا َن
َ yang berarti khianat (Ahmad Warson Munawir 1997:
40). Sifat amanah ini berkaitan erat dengan kejujuran karena
orang yang jujur bisa dipastikan amanah dan orang yang
amanah pasti jujur. Perbedaan antara dua sifat ini terletak
pada titik terapannya; sifat jujur diterapkan pada perkataan
sedangkan amanah lebih condong pada perbuatan dan
3. At-Tabligh
َ ِّك ِم ْن َرب
ك َوإِ ْن مَلْ َت ْف َع ْل فَ َم ا َ ول َبلِّ ْغ َم ا أُنْ ِز َل إِلَْي
ُ الر ُس َّ يَ ا أَيُّ َه ا
... ُت ِر َسالَتَه
َ َبلَّ ْغ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. . .“ (QS.Al-Maa-idah: 67)
Lawan dari sifat tabligh adalah menyembunyikan atau
merahasiakan yang dalam bahasa arab disebut kitman (
ٌ ) ِك ْت َم. Tidak mungkin bagi seorang nabi dan rasul
انqqq
menyembunyikan seluruh maupun sebagian wahyu yang ia
terima karena sikap itu sangat bertentangan dengan tujuan
diutusnya mereka. Selain itu sebagai manusia pilihan Allah,
mereka merupakan orang yang diridhoiNya dan ridho
kepadaNya sehingga tidak mungkin akan melakukan
perbuatan yang sangat dibenci Allah dan akan mendapat
laknatNya serta laknat seluruh mahluk yang bisa melaknat,
4. Al-Fathonah
Al-fathonah berasal dari kata fa-thi-na ( َ )فَ ِطنyang berarti
mengerti, cerdas, mudah memahami dan mampu
mencerdaskan serta memahamkan(Ahmad Warson Munawir
1997: 1063). Seorang nabi dan rasul memiliki kecerdasan
tingkat tinggi yang melahirkan kearifan dan kebijaksanaan
serta kejernihan berfikir yang membuat mereka tidak hanya
cerdas secara pribadi namun lebih dari itu, mereka mampu
mentransformasikan segala informasi (wahyu dan ajaran
agama) yang mereka terima dari Allah dengan sangat efektif
dan efisien atas kehendak Allah Subhanahu Wata’ala. Sifat
ini menggambarkan pribadi seorang nabi dan rasul sebagai
pendidik, murabbi (pembina) dan pemimpin yang luar biasa
sehingga mampu menyelesaikan persoalan umat serumit
apapun tanpa menzhalimi siapapun dengan tetap
berlandaskan pada nilai-nilai amanah, kejujuran serta sifat-
sifat mulia sebagai utusan Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagai tambahan, dalam menggambarkan sifat para
8
Ma’shum atau ishmah menurut istilah syara’ adalah perlindungan
yang diberikan Allah swt pada para nabi dan rasul sehingga tidak
terjerumus melakukan maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram
(Muhammad Ali Ash-Shabuni 2001: 67)
9
Seperti nabi Adam as yang mendekati pohon larangan dalam QS.
Thoha ayat 115, Sayid Sabiq yang dikutip Yunahar Ilyas (2013; 137)
mengomentari ayat tersebut bahwa Adam lupa dengan perintah Allah
untuk tidak mendekati pohon larangan. atau kealpaan nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang bermuka masam pada tamunya
yang buta; Abdullah bin maktum, karena sedang berbicara dengan para
pembesar Quraisy yang dalam harapannya dapat beriman dan tentu
akan berpengaruh positif pada perkembangan Islam, kemudian Nabi
saw mendapat teguran dari Allah swt. kisah ini di abadikan dalam Al-
Quran surat ‘Abasa.
وا ِ ولََق ْد بع ْثنَ ا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رس واًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و
ُاجتَنب
ْ ََ ُ َُ ََ َ
...وت َ ُالطَّاغ
“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut. . .”(QS.An-Nahl: 36)
ِ قُل إِمَّنَا أَنَا ب َشر ِم ْثلُ ُكم يوحى إِيَلَّ أَمَّنَا إِهَل ُكم إِلَه و
. . .اح ٌد ٌَ ْ ُ َ ُْ ٌ َ ْ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
10
Seperti kisah Ashhabul kahfi yang Allah swt tidurkan selama 309
tahun lalu dapat bangun kembali dengan keadaan fisik yang sempurna
kisah ini dapat di kaji dalam Al-Quran surat Al-kahfi ayat 18-21, atau
kejadian yang sama (ditidurkan lalu bangun dalam keadaan fisik yang
sempurna setelah 100 tahun) yang dialami oleh ‘Uzair seorang umat
nabi musa yang saleh dan tetap istiqomah menjalankan ajaran taurat
(QS.Al-Baqarah: 259)
11
Kemampuan Dajjal untuk melakukan hal-hal luar biasa
merupakan Istidraj yaitu pemberian Allah swt kepada mahluk yang Dia
kehendaki tanpa diiringi dengan keridhaanNya (dikabulkan tapi tidak
diridhoi). sama halnya dengan sihir diiznkan untuk terjadi namun sama
sekali tidak diridhoiNya.
ُصلَّى اللَّه َ ُّ ال َكا َن النَّيِبَ َع ْن الَْبَر ِاء بْ ِن َعا ِز ٍب َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َما ق. َ ..
يد َما َبنْي َ الْ َمْن ِكَبنْي ِ لَهُ َش َعٌر َيْبلُ ُغ َش ْح َمةَ أُذُنِِه
َ ِوعا بَع ِ
ً َُعلَْيه َو َسلَّ َم َم ْرب
) (رواه البخاري. . .َُح َس َن ِمْنه ْطأ ُّ ََرأ َْيتُهُ يِف ُحلَّ ٍة مَح ْراءَ مَلْ أ ََر َشْيئًا ق
َ
“…dari bara’ bin ‘azab ra ia berkata Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam memiliki tinggi rata-rata (tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu pendek), pundaknya lebar
(dadanya bidang), rambutnya mencapai telinganya, aku
melihatnya mengenakan setelan (gamis/ jubah) merah
dan aku tak pernah melihat sesuatupun yang lebih baik
dari beliau…” (HR.Bukhari: 3287)
a. Dalil Naqli
Dalil naqli yang menguatkan kebenaran risalah yang di
bawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
adalah sebagai berikut :
1) Bayarat (Berita tentang kedatangan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ).
Setiap nabi dan rasul yang Allah Subhanahu Wata’ala
utus sebelumnya, selalu mengabarkan kaumnya akan
kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam yang akan menyempurnakan dan membenarkan
َن َه ِذ ِه
َّ اص َر ِضي اللَّهُ َعْن ُه َما أ
َ
ِ َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن الْ َع. . .
ِ ِ
اك َشاه ًدا َو ُمبَشًِّرا َونَذ ًيرا ِ اآْل يةَ الَّيِت يِف الْ ُقر
َ َآن يَا أَيُّ َها النَّيِب ُّ إِنَّا أ َْر َس ْلن ْ َ
ني ِ ِ ِ َ قَ َال يِف التَّور ِاة يا أَيُّها النَّيِب إِنَّا أَرس ْلن
َ ِّاك َشاه ًدا َو ُمبَشًِّرا َوح ْر ًزا لأْل ُِّمي َ َ ْ ُّ َ َ َ ْ
)4461 (رواه البخاري. . .
“ . . . Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra bahwasanya
ayat ini yang ada di dalam Al-Quran “
َ ”إِنَّاأَرْ َس ْلنَا َك َشا ِهدdi katakan juga dalam Taurat “
ًاو ُمبَ ِّشرًا َونَ ِذي ًر
wahai para nabi sesungguhnya kami mengutus mu
sebagai saksi, pemberi berita gembira, dan penolong
bagi rasul yang ummi ( buta huruf yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ). . . “ (HR.
Bukhari: 4461)
2) Mukjizat
Banyak mukjizat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam baik yang
akliyah ilmiyah (Al-Quran) yang merupakan mukjizat
abadi dan beberapa mukjizat kauniyah seperti:
a) Mampu berbicara dengan benda mati dan hewan
serta tumbuhan, benda-benda itu juga memberikan
salam pada beliau yang bisa didengar oleh para
sahabat (HR. Buhari: 3314, Muslim: 4222)
b) Mampu membelah bulan (QS.Al-Qomar: 1 dan
HR.Bukhari: 3364)
15
Kecuali syariat nabi sebelumnya yang tidak dihapuskan dan
mendapatkan legalitimasi dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam untuk di amalkan seperti ajaran berkhitan yang dibawa nabi
Ibrahim as atau puasa sunnah nabi Daud as (sehari puasa dan sehari
berbuka).
D. Tanda-Tanda Kiamat
Tanda-tanda hari kiamat atau hari akhir begitu banyak di
sebutkan dalam Al Qur'an seperti ; “Maka tidaklah yang
mereka tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang
datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena
sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah
faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari
Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur'an telah
menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya
Hari Akhir. Agar dapat memahami tanda-tanda
'pengumuman besar' ini, kita harus merenungkan ayat ini.
Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini,
pemikiran kita tidak akan berguna sama sekali ketika Hari
Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
Allah berfirman dalam Al Qur'an bahwa tidak diragukan
lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
ث َم ْن يِف الْ ُقبُو ِر َّ ب فِ َيها َوأ
ُ َن اللَّهَ َيْب َع ِ الس
َ ْاعةَ آَتيَةٌ اَل َري َّ َوأ
َ َّ َن
“Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak
ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (QS Al
Hajj: 7)
2. Terbelahnya bulan
Surat ke-54 di dalam Al Qur'an disebut 'Surat Al Qamar.'
Dalam bahasa Arab, qamar berarti bulan. Dalam beberapa
hal, surat ini menjelaskan kehancuran yang menimpa kaum
Nuh, 'Aad, Tsamud, Luth dan Fir'aun, karena mereka
menolak peringatan para nabi. Bersamaan dengan itu, ada
sebuah pesan yang sangat khusus disampaikan di ayat
pertama berkenaan dengan Hari Akhir.
اعةُ َوانْ َش َّق الْ َق َم ُر ِ ا ْقَترب
َ الس
َّ ت ََ
“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah
terbelah bulan” (QS Al Qamar: 1)
Kata 'terbelah' yang digunakan di ayat ini berasal dari
bahasa Arab, syaqqa, yang mempunyai berbagai makna.
Dalam sejumlah tafsir atas ayat Al Qur'an ini, makna
'terbelah' lebih tepat.
Apabila kita kembali ke tahun 1969, kita dapat melihat
salah satu keajaiban Al Qur'an. Berbagai eksperimen yang
) َي ْو َم3( ُ) َو َم ا أ َْد َر َاك َم ا الْ َقا ِر َع ة2( ُ) َما الْ َقا ِر َع ة1( ُالْ َقا ِر َعة
ال َك الْعِ ْه ِن
ُ َ) َوتَ ُك و ُن اجْلِب4( وث ِ ُاش الْمبث
ْ َ ِ َّاس َك الْ َفَر ُ يَ ُك و ُن الن
ِ الْ َمْن ُف
)5( وش
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu.? Tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan. (Al-Qariah:1-5)
2. Cuaca yang ekstrim dengan angin topan dan kilat yang
membinasakan makhluk hidu,akan menjadi tanda awal
datangnya hari kehancuran, sebelum seluruh alam
semesta dihancurakan menjadi debu. Hal ini pernah
Allah timpakan pada umat terdahulu yang mendustakan
hari kiamat sebagai pelajaran sekaligus gambaran paling
sederhana akan dahsyatnya hari kiamat. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
تْ َ) َك َّذب3( ُ) َو َم ا أ َْد َر َاك َم ا احْلَاقَّة2( ُ) َم ا احْلَاقَّة1( ُاحْلَاقَّة
)5( اغيَ ِة ِ َّ) فَأ ََّما مَثُ ود فَ أُهلِ ُكوا بِالط4( مَثُ ود وع اد بِالْ َقا ِرع ِة
ْ ُ َ ٌ ََُ
296 ~ Kuliah Aqidah
) َس َّخَر َها َعلَْي ِه ْم6( ص ٍر َعاتِيَ ٍة َ ص ْر ٍ اد فَ أ ُْهلِ ُكوا بِ ِر
َ يح ٌ َوأ ََّما َع
ِ ٍ ِ ٍ
ص ْر َعى َ وما َفَت َرى الْ َق ْو َم ف َيه اً َس ْب َع لَيَ ال َومَثَانيَ ةَ أَيَّام ُح ُس
)8( ) َف َه ْل َتَرى هَلُ ْم ِم ْن بَاقِيَ ٍة7( َكأَن َُّه ْم أ َْع َج ُاز خَن ْ ٍل َخا ِويٍَة
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu.? Kaum Tsamud dan
'Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum
Tsamud, Maka mereka telah dibinasakan dengan
kejadian yang luar biasa. Adapun kaum 'Aad Maka
mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi Amat kencang, Yang Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan
delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat kaum
'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-
akan mereka tunggul pohon kurma yang telah
kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat
seorangpun yang tinggal di antara mereka. (QS. Al
Haqqah : 1-8)
Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti
terjadi. hari kiamat dinamai Al Haaqqah karena Dia pasti
terjadi. Al Qaari'ah menurut bahasa berarti yang
menggentarkan hati, hari kiamat dinamakan Al Qaari'ah
karena Dia menggentarkan hati. Yang dimaksud dengan
kejadian luar biasa itu ialah petir yang Amat keras yang
menyebabkan suara yang mengguntur yang dapat
menghancurkan. Maksudnya: mereka habis dihancurkan
sama sekali dan tidak punya keturunan. Yang di maksud
dengan umat-umat dahulu yang mengingkari nabi-nabi
seperti kaum shaleh, kaum Syu'aib dan lain-lain dan
Kuliah Aqidah ~ 297
negeri-negeri yang dijungkir balikkan ialah negeri-
negeri kaum Luth. sedang kesalahan yang dilakukan
mereka ialah mendustai para rasul dengan mengingkari
dan tidak mau mempercayai kebenaran hari kiamat
beserta seluruh kedahsyatannya.
3. Pada hari kiamat akan terjadi kepanikan yang luarbiasa
sebagai respon manusia dari keanehan dan kehancuran
alam yang tiba-tiba melanda bumi. Manusia sebagai
mahkluk yang selalu menggantungkan diri terhadap
kekuatan yang lebih besar akan mencari tempat
berlindung sementara pada hari itu tidak ada satupun
tempat persembunyian di muka bumi.
ٍ
َ ِّول اإْلِ نْ َس ا ُن َي ْو َمئِ ذ أَيْ َن الْ َم َف ُّر * َكاَّل اَل َو َز َر * إِىَل َرب
ك ُ َي ُق
* َي ْو َمئِ ٍذ الْ ُم ْسَت َقُّر
Pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat
berlari.?" Sekali-kali tidak.! tidak ada tempat
berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada
hari itu tempat kembali. (QS. Al Qiyamah 10-12)
Begitu dahsyatnya kepanikan yang melanda manusia
saat hari kiamat terjadi, para ibu yang sedang menyusui
akan lari meninggalkan anaknya untuk menyelamatkan
diri, bahkan wanita-wanita yang sedang mengandung
seketika itu akan mengalami keguguran akibat dari
ketakutan yang maha dahsyat yang melanda mereka
semua, wal ’iyadzubillah.
ني * لِيَ ْح ِملُ وا ِ ِ وإِ َذا قِي ل هَل م م ا َذا أَْن ز َل ربُّ ُكم قَ الُوا أ
َ َس اطريُ اأْل ََّولَ ْ َ َ َ ُْ َ َ
ِ ِ
ين يُض لُّونَ ُه ْم بِغَرْيِ ع ْل ٍم ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َ أ َْو َز َار ُه ْم َكاملَ ةً َي ْو َم الْقيَ َام ة َوم ْن أ َْو َزار الذ
أَاَل َساءَ َما يَِز ُرو َن
Dan apabila dikatakan kepada mereka "Apakah yang
telah diturunkan Tuhanmu..?" mereka menjawab:
"Dongeng-dongengan orang-orang dahulu". (ucapan
mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya
dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan
sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang
tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).
Ingatlah, Amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.
(QS. An nahl : 24 – 25)
Manusia disiksa menurut dosanya dan dibalas dengan
kenikmatan menurut amal shalehnya. Bagi manusia yang
malas dan pura-pura tidak tahu atau seperti orang buta dan
tuli perintah dan larangan Allah maka dia akan diperlakukan
dengan siksaaan seperti orang cacat mata atau tidak bisa
melihat, kemudian pelaku dosa tersebut smpai memprotes.
Firman Allah :
302 ~ Kuliah Aqidah
ين اخَّتَ ُذوا ِد َين ُه ْم هَلْ ًوا َولَعِبً ا َو َغ َّر ْت ُه ُم احْلَيَ اةُ ال ُّد ْنيَا فَ الَْي ْو َم ِ َّ
َ الذ
اه ْم َك َما نَ ُسوا لَِقاءَ َي ْو ِم ِه ْم َه َذا َو َما َكانُوا بَِآيَاتِنَا جَيْ َح ُدو َن ُ َنْن َس
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan
dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat)
ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka
melupakan Pertemuan mereka dengan hari ini, dan
(sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
kami. (QS. Al A’raf : 51)
BAB VII
IMAN KEPADA TAQDIR
A. Pengertian Taqdir
Allah subhanahu wa ta’ala melalui lisan RasulNya yang
mulia telah menetapkan enam hal yang menjadi pondasi
dasar sekaligus tolak ukur keabsahan iman seorang muslim,
salah satu dari pondasi itu adalah iman kepada Qadha’ dan
QadarNya yang baik maupun yang buruk atau yang lebih
kita kenal dengan sebutan Takdir. Bibit awal perdebatan
Kuliah Aqidah ~ 309
tentang takdir, telah dimulai sejak zaman Rasul shalallahu
‘alaihi wasallam dan terus berkembang menjadi sebuah
konsep pemikiran khusus dalam setiap Firqah (kelompok)
Umat Islam Mutaqaddimin (Terdahulu) hingga Mutaakhirin
(Kontenporer) sebelum membahas lebih lanjut tentang
Qadha’ dan Qadar Allah (Takdir) ada baiknya untuk
memahami definisi dari kedua Istilah tersebut dan
kedudukannya dalam perjalanan hidup Makhluk ciptaanNya.
1. Qadar
Kata qadara ( )قَد ََرjika diruntut menggunakan wazan فَع ََّل
akan menghasilkan kata takdir ( ِد ْيرًاqqq )تَ ْقyang bermakna
dugaan, ukuran atau ketentuan. Lafaz qadar dalam bentuk
ini dapat kita jumpai dalam firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi,
dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-
Furqan : 2 )
Contoh penggunaan lafaz qadar dalam bentuk ini juga
dapat kita jumpai dalam perkataan orang arab:
ِّر أَ ْن يَ ُك ْو َن َك َذا َو َك َذا
ُ أُقَد
“aku kira/duga dia akan menjadi begini dan begitu“
Qadar juga bisa jadi merupakan masdar dari Qadara-
2. Qadha’
Secara bahasa, Qadha’ merupakan masdar dari ىq ض َ َق
yang berarti melakukan atau melaksanakan, memutuskan,
mentakdirkan, maut atau kematian (Ahmad Warson
Munawwir, 1997: 1130-1131) sedangkan di dalam Al-
Quran, ada beberapa makna qadha’ yang tergambar dalam
beberapa ayat yang terpisah, di antaranya :
1. Bermakna keputusan , seperti dalam firmanNya :
ِ ض
ُّ هذه احْلَياََة
الد ْنيَا ِ ت قَاض إِمَّن ا َت ْق ِ ْفَاق
َ ْض َما اَن
…Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan
pada kehidupan di dunia ini saja. (QS. Thaha: 72)
2. Bermakna wahyu atau mengabarkan kepada
seseorang/sekelompok orang dengan menggunakan
َ َق
wahyu, makna ini terwujud jika setelah lafaz ضى
terdapat kata إلى, Allah berfirman :
ِ ِ ِ ِ
ِ ض َم َّرَتنْي ْ يل يِف الْكتَ اب لَُت ْفس ُد َّن يِف
ِ األر ْ ض ْينَا إِىَل بَيِن
َ إس رائ َ ََوق
َولََت ْعلُ َّن عُلًُّوا َكبِ ًريا
“ Dan telah Kami wahyukan (kabarkan) pada Bani Israil
dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat
ب ال َي ْعلَ ُم َه اإِال ُه َو َو َي ْعلَ ُم َم ا يِف الَْب ِّر َوالْبَ ْح ِرِ و ِعْن َدهُ َم َف اتِح الْغَْي
ُ َ
ِ ٍ ط ِمن ورقَ ٍة إِال يعلَمه ا و
ض ْ الحبَّة يِف ظُلُ َم ات
ِ األر َ َ َ ُ َْ َ َ ْ ُ َو َم ا تَ ْس ُق
ٍ َس إِال يِف كِت
ٍ ِاب ُمب
ني ٍ ِب َواليَاب ٍ ْوالرط
َ َ
316 ~ Kuliah Aqidah
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudz) " (QS.Al-An’am: 59)
TENTANGPENULIS