Anda di halaman 1dari 12

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 9 Februari 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Menolong Orang Yang Menzalimi Orang Lain

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin, sayyidina
wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan ibu-ibu serta
saudara-saudara sekalian alhamdulillah kita dipertemukan kembali, mudah-mudahan Allah
Memberi kita ilmu yang bermanfaat dan Membimbing kita sehingga kita bisa memahami pesan-
pesan Allah dengan benar, dan kalau kita sudah memahami kemudian kita kuatkan komitmen
kita. Mudah-mudahan Allah menguatkan semangat kita untuk selalu menerapkan ajaran Allah
dalam kehidupan sehari-hari. Hari ini insya Allah kita akan membahas tentang “menolong orang
yang menzalimi orang lain”, thema ini kita bahas karena para sahabat Nabi pun juga tertarik dan
ingin tahu kemudian mempelajari ini, hal ini terjadi karena Rasulullah s.a.w bersabda :
"Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zalim atau dizalimi." (Hadits ini secara lengkap
akan di kutip di bahasan berikut). Ketika Rasulullah mengatakan itu kemudian ada sahabat
yang bertanya bahwa mereka biasa menolong orang yang dizalimi, lalu bagaimana dengan
menolong orang yang menzalimi. Sahabat ini sangat ingin tahu sehingga dijawab oleh Rasulullah
s.a.w bahwa cara menolongnya adalah mencegah dia jangan sampai melakukan kezaliman. Pada
prinsipnya Allah itu menganjurkan kita untuk tolong menolong antara yang satu dengan yang
lain dalam hal kebaikan dan ketakwaan tidak boleh tolong menolong dalam hal keburukan atau
perbuatan dosa. Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5) ayat 2:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.

Tolong menolong itu sangat penting karena kita manusia diciptakan oleh Allah dengan
kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda, jadi kita itu memang dibuat oleh Allah
bervariasi baik dari jenis, bentuk serta suku-suku juga ketrampilan, kecerdasan, perilaku,
watak dan bakatnya jadi semuanya berbeda-beda. Misalnya ada orang yang berbakat
jadi menteri tetapi tidak bisa berbusiness, ada yang bakat business tapi gak bisa jadi
menteri, itu memang dibuat oleh Allah seperti itu sehingga ada yang lebih dan ada yang
kurang, lebih dan kurang itu bisa dalam bentuk fisik ada yang dalam bentuk kekayaan
ada yang kaya ada yang miskin, dsb. Perbedaan ini penting untuk kehidupan manusia
karena dengan perbedaan itu ada plus dan minus di masing-masing maka yang plus
diharapkan menolong yang minus sehingga terjadilah tolong menolong, dan tolong
menolong itulah inti dari kita memperoleh benefit, kalau di bidang business benefitnya
berupa laba sehingga kita mempunyai income, sedangkan kalau dibidang keimanan
benefitnya berupa pahala. Perbedaan itu memang dibuat Allah untuk saling melengkapi
dan saling bekerjasama tetapi tidak dipakai untuk sombong-sombongan tetapi untuk
tukar menukar, seperti Firman Allah dalam surat Az Zukhruf (43) ayat 32:

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka
dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan”.

Derajat dalam ayat tersebut tidak disebutkan spesifik, maka bisa berupa derajad
keterampilannya, derajat keilmuannya atau derajat kerajinannya. Kalau satu orang
mempunyai kelebihan atas yang lain otomatis pasti ada yang kurang, jadi nuansanya
optimis yaitu supaya bisa saling memberi manfaat. Yang dimaksud apapun yang mereka
kumpulkan dalam ayat tersebut adalah contohnya mengumpulkan harta, mengumpulkan
pengaruh, dsb. Kita jangan mengejar itu tetapi mengejar rahmat Allah, artinya kita selalu
disuruh melatih diri jangan hanya melihat yang materialistik, kita perlu melihat yang
spiritual, karena setiap ciptaan Allah itu ada unsur materialnya dan ada unsur
rohaniahnya, karena itu kita lihat rohaniahnya. Misalnya harta, harta itu memang materi
yang bisa kita gunakan untuk membeli makanan, membeli barang kebutuhan dsb, tetapi
jangan hanya dilihat dari segi itunya saja mesti dilihat dari segi rohaninya, misalnya
dengan adanya harta itu kita ucapkan alhamdulillah dan kemudian bersyukur kepada
Allah bukan hanya pada ucapan tetapi diwujudkan dalam berbagi dengan sesama, jadi
kalau kita punya kelebihan berarti ada orang lain yang kurang jadi kita bagi kepada yang
kurang. Bukan hanya harta ilmu juga begitu, kalau kita merasa punya kelebihan ilmu kita
mesti share ke yang kurang berilmu. Sayangnya sering kali justru kelebihan yang
diberikan oleh Allah itu disalah pahami dan disalahgunakan oleh penerimanya, sehingga
mereka tidak menggunakan kelebihannya itu untuk menolong orang lain yang
kekurangan, tetapi justru untuk membanggakan diri bahkan untuk menzalimi orang yang
lain yang lemah dengan cara macam-macam, misalnya dengan cara mengolok-olok,
dengan cara merugikan orang lain atau bahkan menyakitinya. Ini juga Diungkapkan oleh
Allah supaya kita waspada dalam surat Al Alaq (96) ayat 6-7:

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar (cenderung) melampaui batas, karena


dia melihat dirinya serba cukup (tidak membutuhkan bantuan orang lain)”.

Orang yang punya kelebihan harta sering merasa tidak memerlukan bantuan orang lain,
kalau membutuhkan orang lain dia bayar, sehingga itu bukan bantuan tetapi tukar
menukar, orang yang merasa tidak butuh bantuan orang lain bahasa arabnya “istaghna”
punya kecenderungan melampaui batas, lalu menganggap remeh orang lain yang
dilihatnya kurang, ini salah faham. Karena Allah memberi kelebihan itu bukan untuk itu
tetapi untuk tolong menolong seperti yang Diungkapkan oleh Allah di surat Az Zukhruf
(43) ayat 32 dan surat Al Maidah (5) ayat 2 diatas. Jika penyalahgunaan ini berlangsung
berulang-ulang kepada orang yang sama, yang punya kelebihan menzalimi yang lemah,
yang kaya menzalimi yang miskin, yang kuat politiknya menzalimi yang lemah
politiknya, ini kalau diulang-ulang namanya bullying. Jadi Bullying itu menzalimi orang
lain tetapi polanya itu konsisten dan diulang-ulang. Ada defini mengenai bullying yang di
keluarkan oleh American Psychological Association, yaitu :
“Bullying is characterized as aggressive behavior that is intended to cause distress or
harm, involves an imbalance of power or strength between the aggressor and the
victim, and commonly occurs repeatedly over time. Bullying takes many forms, including
physical bullying; teasing or name-calling; social exclusion; peer sexual harassment;
bullying about race, ethnicity, religion, disability, sexual orientation and gender identity;
and cyber bullying.” Sumber: American Psychological Association.

Pada beberapa tahun belakangan ini cyber bullying ini sering terjadi. Jadi ciri khasnya
bullying itu perilaku agresiv yang bermaksud untuk menyakiti atau membuat stress fihak
lain disebabkan oleh ketidak seimbangan strength atau power diantara anggauta
masyarakat. Bullying sering terjadi pada anak-anak yang badannya besar membully yang
lemah, dan bullying tidak hanya terjadi pada anak-anak tetapi orang dewasa juga masih
banyak bullying dengan bentuk macam-macam. Dengan melempar berbagai sebutan
nama kepada fihak lain misalnya kampret, cebong, kadrun bahkan menyebut yang tidak
disukai sebagai teroris, dll, caranya bisa lewat media bisa juga lewat cyber bullying.
Kejadian ini kita harus hindari jangan sampai kita melakukan itu, kalau ada orang
membully jangan ikut campur nanti malah terjerumus, caranya dengan menolong
keduanya yang membully dan yang di bully. Gejala bullying ini sebagaimana kita amati
dalam keseharian itu sedang berlangsung dan tidak terjadi di negeri kita sendiri tetapi
diseluruh dunia, juga terjadi di lingkungan business, di bidang politik bahkan di kalangan
organisasi international misalnya di PBB. Peraturan-peraturan di PBB hanya
menguntungkan negara pendiri yaitu negara-negara yang menang di perang dunia ke 2.
Kemudian organisasi-oragnisasi international dibawah PBB juga menguntungkan mereka,
misalnya World Trade Organisation (WTO) itu kalau negosiasi selalu negar-negara maju
meminta negara berkembang dan negara miskin membuka pasar selebar-lebarnya, tetapi
mereka sendiri menutup pasarnya untuk negara lain dengan berbagai cara contoh nya
dengan menerapkan nontariff barriers, yaitu tindakan oleh suatu negara yang secara
terselubung ditujukan untuk menghalangi masuknya barang impor melalui berbagai
kebijakan yang bukan tarif bea masuk, misalnya harus sesuai dengan standar nasional
negara tersebut yang sangat ketat, dsb, sehingga barang impor sulit masuk. Begitu juga di
business para pebisnis besar cenderung untuk membuat kartel yang dapat mengatur harga
pasar, kalaupun ada undang-undang anti kartel atau anti monopoli mereka diam-diam
membuat persetujuan antar mereka sendiri dengan berusaha memainkan harga.
Contohnya dibidang pertanian, kalau dalam masa tanam harga gabah sebagai benih
dibuat mahal dan harga pupuk mahal, tetapi begitu waktunya panen harga beras dibuat
jatuh misalnya dengan cara impor, akhirnya petani yang menjadi korban. Jadi bullying
itu terjadi dimana-mana yang berarti kezaliman terjadi dimana-mana. Begitu juga
dibidang politik, partai yang besar membuat peraturan yang tidak masuk akal bisa
menjadi undang-undang bahkan sampai ke mahkamah konstitusipun bisa diatur sehingga
terjadi bullying. Dalam Islam bullying itu dilarang karena menyakiti fihak lain dan masuk
kegiatan zalim. Ada pedoman yang ringkas dalam Islam yaitu 'La Dharara Wala
Dhirara', yang artinya jangan menyakiti diri sendiri dan jangan juga menyakiti orang lain.
Ada para sahabat bertanya kepada Rasulullah s.a.w sbb:

“Para sahabat berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?" Rasulullah
SAW menjawab: "(Orang Islam yang baik) adalah orang yang Kaum Muslimin selamat
dari lisan dan tangannya". {HR Bukhari dari Abu Musa}

Kalau masyarakat itu aman dari mulutnya artinya dia tidak disakiti secara verbal artinya
hatinya tidak luka karena kalau luka hatinya sulit disembuhkan, jadi tidak boleh orang
Islam itu menyakiti fisik maupun mental orang lain karena itu kita kaum Muslimin
diwajibkan menghindari perilaku zalim dan mencegah terjadinya kezaliman di
masyarakat antara lain dengan menolong semua fihak yang terlibat dalam kezaliman itu,
yaitu yang zalim dan yang dizalimi. Dasarnya adalah hadits Rasulullah s.a.w :
Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tolonglah saudaramu ketika dia
berbuat zalim atau dizalimi." Ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, aku dapat
menolongnya jika memang ia dizalimi. Namun, bagaimana pendapat Anda jika ia adalah
pelaku kezaliman, bagaimanakah cara aku menolongnya?" Beliau menjawab, "Hendaklah
engkau mencegah dia atau engkau larang dari kezaliman itu. Demikianlah cara
menolongnya." {HR Bukhari dari Anas bin Mālik}

Saudara dalam hadits tersebut yang dimaksud adalah sesama Muslim. Menurut hadits
tersebut kita harus menolong bukan saja yang di zalimi tetapi juga yang menzalimi yaitu
dengan mencegahnya dari perbuatan zalim. Kalau kita berhasil mencegahnya untuk
melakukan kezaliman berarti kita sudah menolongnya karena kita telah menyelamatkan
dia dari perbuatan dosa, juga menyelamatkan dia dari godaan syaiton karena orang yang
berbuat zalim itu sedang didominasi oleh syaiton. Jadi kita mencegah supaya syaiton
tidak mendominasi sehingga dia tidak nurut kepada syaiton tetapi nurut kepada Allah.
Jadi kalau dikatakan menolong memang benar menolong dia dari jebakan syaiton dan
sekali gus kita menolong calon korban tidak jadi di zalimi, tergantung teknisnya
bagaimana sehingga kezaliman itu tidak terjadi. Cara mencegah seseorang atau
kelompok berbuat zalim bisa kita laksanakan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
kita masing-masing. Jadi pedomannya adalah hadits Nabi s.a.w yaitu kalau kita punya
otoritas kita gunakan otoritas itu, kalau tidak kita gunakan lisan kita kalau tidak bisa
secara lisan dilakukan dalam hati. Hadits Nabi s.a.w :

”Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan
tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya
dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah keimanan
yang paling lemah.” {HR Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri}

Kemungkaran adalah sesuatu perbuatan yang tidak dikenal oleh akal sehat, kebalikan dari
mungkar adalah ma’ruf artinya yang dikenal. Jadi kita itu sejak lahir sudah ditanamkan
oleh Allah kalau ada orang merampas hak orang lain itu tidak masuk akal, itu namanya
mungkar. Yang masuk akal yaitu setiap orang bekerja dan menerima hasilnya sesuai
dengan pekerjaannya. Dalam hadits tersebut yang dimaksud mengubah dengan
tangannya termasuk mengubah dengan otoritas atau kekuasaan yang dimiliki. Dari tiga
cara tadi alternatif paling utama dalam menolong orang zalim adalah dengan
menggunakan otoritas. Jika yang zalim itu adalah pejabat yang berkuasa dimana mereka
punya polisi, jaksa, hakim dan semua aparat yang mendukung dia sehingga mereka
melakukan sesuai kehendak penguasa dan akan sulit di cegah untuk berbuat zalim, maka
cara mencegahnya salah satunya kita menggunakan otoritas atau wewenang rakyat yaitu
hak pilih, jangan dipilih lagi di periode berikutnya. Tetapi yang penting dengan niat
melaksanakan perintah Allah untuk mencegah terjadinya kezaliman. Kalau kita dalam
posisi memilih dan pilihan yang ada kurang nyaman bagi kita untuk dipilih karena
khawatir kurang membela Islam, maka pilih yang paling kecil mudharatnya. Kalau ada
dua pilihan yang satu berpotensi korupsi, dan yang satu berpotensi menghalangi ummat
Islam beribadah, maka pilih yang paling kecil mudharatnya, misalnya pilih yang potensi
korupsi karena resikonya lebih ringan yaitu hanya masalah duniawi, tetapi yang
mempersulit ibadah urusannya dengan akherat ini lebih berat. Alternativ yang lain untuk
mencegah kezaliman bagi penguasa adalah dengan menyampaikan nasihat, ini berarti
pakai lisan yaitu dengan berkunjung ke pejabat yang bersangkutan, tetapi kalau
datangnya perseorangan biasanya pejabat tidak mau terima, maka dengan menggunakan
organisasi masyarakat atau kelompok profesi, dsb dan menyampaikan nasehatnya tanpa
diketahui publik supaya tidak mencoreng nama baik pejabat tersebut. Kalau tidak punya
kapasitas untuk menyampaikan langsung, maka kita bisa menyampaikan nasehat melalui
wakil rakyat agar mereka menyampaikan ke pejabat yang ingin kita nasehati. Nasehat
juga bisa dilakukan dengan menyelenggarakan seminar yang sifatnya ilmiah, dan seminar
ini akan membentuk opini dan lama-lama akan terakumulasi dan pesannya bisa sampai
ke pejabat yang bersangkutan. Alternativ paling rendah dalam keimanan adalah
mengingkarinya dalam hati kebijakan mereka, wujudnya adalah tidak usah ikut-ikutan
kegiatan yang sifatnya menzalimi. Kalau kita punya otoritas harus menggunakan otoritas
untuk mencegah kezaliman, misalnya kita sedang berkuasa berarti kita dalam posisi yang
diberi amanah dengan otoritas sehingga kalau ada yang zalim harus langsung dengan
otoritasnya tersebut mencegah kezaliman jangan sampai terjadi. Seperti Firman Allah
dalam surat Al Hujurat (49) ayat 9:

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang (konflik dengan
kekerasan) maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.

Jadi perintah dalam ayat ini misinya adalah mendampaikan tidak mengadu domba. Jika
kita tidak mempunyai wewenang untuk melerai atau mencegah kezaliman, maka setidak-
tidaknya kita tidak usah memihak salah satunya, karena begitu kita ikut ke kanan atau ke
kiri berarti kita makin memanas-manasi, yang baik kita lerai keduanya dan jelaskan
duduk perkaranya, kalaupun kita sampaikan pesan sampaikan dalam bentuk nasehat dan
disampaikan dengan cara yang baik bukan maki-maki. Misalnya memberi nasehat bahwa
Allah pasti membela orang yang dizalimi, Allah akan mengabulkan do’a orang yang
dizalimi, Rasulullah s.a.w bersabda:

“ … dan jagalah dirimu terhadap doa orang yang dizalimi karena tidak ada batas antara
dia dan Allah.” {HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas}

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang dizalimi itu mudah sekali do’anya dikabulkan
oleh Allah. Contohnya adalah dimasa Rasulullah belum jadi Nabi dulu, tradisi orang
quraish begitu ada anak gadis masuk usia dewasa (sudah haid) langsung diumumkan di
Darun Nadwah tempat pertemuan mereka untuk ditawarkan siapa yang mau menikahi
gadis tersebut, karena itu mereka sudah tradisi menikah muda tetapi tidak serumah jadi
masih dirumah masing masing tetapi sudah menikah sampai mereka siap serumah.
Karena itu Abu Bakar ketika Aisyah sudah dewasa dia khawatir anaknya dinikahi orang
kafir akhirnya dinikahi Rasulullah s.a.w. Sebelum Rasulullah diangkat jadi Nabi, beliau
sudah mempunyai dua putri yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kultsum, keduanya di
ambil mantu oleh Abu lahab dan dinikahkan dengan kedua anak lelakinya, Utbah
menikahi Ruqayyah dan Utaibah dinikahkan dengan Ummu Kultsum. Kemudian ketika
Rasulullah menjadi Nabi dan Rasul ini menjadi masalah. Ketika turun surat Al Lahab dan
disebut nama abu lahab masuk neraka karena memusuhi Nabi, maka abulahab marah
lalu kedua anaknya disuruh menceraikan istri-istrinya. Dengan terpaksa anak-anaknya
menceraikan istrinya masing-masing, tetapi salah satu anaknya yaitu Utaibah
mengembalikan istrinya sambil memaki-maki Rasulullah bahkan meludahi Rasulullah.
Dalam hal ini Rasulullah sedang dizalimi, kemudian Rasulullah mohon kepada Allah : “Ya
Allah berilah kekuasaan salah satu dari anjingMu untuk Utaibah”, kemudian abu lahab
tahu bahwa Nabi Muhammad kalau berdo’a pasti dikabulkan, tidak berapa lama abu
lahab mengajak anaknya ini pergi berdagang dan berpesan kepada teman temannya agar
menjaga anaknya yaitu utaibah karena khawatir terhadap do’a Rasulullah tersebut.
Kemudian diperjalanan ketika larut malam mereka berkemah, dan walaupun dijaga si
utaibah akhirnya mati juga di terkam anjing serigala, ini bukti bahwa orang yang sedang
dizalimi do’anya mustajab. Dalam hal menolong orang yang akan melakukan zalim kita
takut-takuti dengan itu, misalnya: hati-hati dia orang sholih jangan dizalimi nanti kalau
dia berdo’a kamu akan kena azab dari Allah, menakut-nakuti ini tujuannya mencegah
kezaliman. Bisa juga orang yang melakukan kezaliman itu dinasehati bahwa kezaliman
itu kalau di dunia ini tidak dapat balasan nanti di akherat itu akan dilakukan transaksi
antara orang yang zalim dan orang yang dizalimi, jadi orang yang zalim mempunyai
dosa berapa dan pahala berapa begitu juga yang di zalimi ditanya dia dizalimi seperti apa
kemudian nanti akan ada perhitungan penggantian, lebih jelasnya diterangkan dalam
hadits Rasulullah s.a.w yaitu sebagai berikut:
"Siapa saja yang pernah melakukan suatu kezaliman terhadap saudaranya, baik itu harga
diri ataupun perkara lain, maka hendaklah ia meminta untuk dihalalkan pada saat ini
sebelum datang hari dimana dinar dan dirham sudah tidak berlaku. Jika dia memiliki
amal saleh maka akan diambil dari pahala amalan salehnya sebanyak kezalimannya,
dan jika ia tidak memiliki kebaikan, maka akan diambil dosa orang yang dizaliminya
kemudian dibebankan kepadanya." {HR Bukhari dari Abu Hurairah}

Jadi dari hadits tersebut diakherat ada orang yang bangkrut karena pahalanya habis
bahkan dia menerima dosa dari orang yang dizalimi. Dikesempatan lain Rasulullah
bertanya kepada para sahabat:

"Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?"


Para sahabat menjawab: 'Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah
orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.'
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada
hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki,
menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.
Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga
pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya,
sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang
tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." {HR. Muslim No. 4678}.

Mencegah kezaliman secara lisan bisa juga dengan menyampaikan secara umum melalui
nasehat nasehat yang bisa membantu meningkatkan keimanan masyarakat, misalnya
melalui pengajian, tausiah dsb dimana di forum itu disampaikan bahwa zalim itu dosanya
besar, dsb, sehingga orang yang semula punya keinginan melakukan kezaliman bisa
menahan diri, jadi penyampaiannya secara umum yang biasanya lebih gampang daripada
secara pribadi, karena kalau secara pribadi bisa tersinggung dan jadi bertengkar.
Sebagaimana disampaikan bahwa ada kecenderungan manusia yang mempunyai
kelebihan cenderung membully fihak yang lemah maka kita sampaikan nasehat yang
menyadarkan mereka bahwa Allah telah berbuat baik dengan memberi rizki, kesehatan
dsb, maka gunakanlah kebaikan dari Allah itu untuk melakukan kebaikan buat orang lain
bukan untuk disalahgunakan lalu berbuat buruk dan merusak tatanan kehidupan. Allah
Berfirman dalam surat Al Qashash (28) ayat 77:

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Kerusakan dalam ayat ini tidak harus berupa fisik atau lingkungan tetapi juga tatanan
hidup termasuk hak masing-masing individu jangan dikurangi dan jangan diambil. Jika
kita lakukan usaha untuk menolong orang zalim agar tidak melakukan kezalimannya
maka kita bisa masuk ke golongan orang yang disebutkan oleh Allah secara umum di
surat Ali Imran (3) ayat 104:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”

Mudah mudahan kita punya semangat untuk meleraikan pertikaian diantara masyarakat
sehingga kita termasuk orang-orang yang “muflikhun” seperti ayat diatas.
RINGKASANNYA :
 Allah menganjurkan kita untuk tolong-menolong.
 Perbedaan kekuatan seharusnya digunakan untuk tolong-menolong.
 Ada kecenderungan yang kuat merugikan atau membully yang lemah.
 Kita diperintahkan oleh Allah untuk menolong kedua fihak, yang zalim dan yang
dizalimi.
 Kita bisa mencegah kezaliman sesuai dengan kapasitas kita: Dengan
menggunakan otoritas kita, menggunakan lisan dan hati.
 Yang zalim harus takut do’a yang makbul dari yang dizalimi dan terhadap
transaksi amal baik-buruk di Hari Pembalasan.
Semoga Allah memberi kita sikap rendah hati yang suka memanfaatkan kekuatan
pemberian Allah untuk menolong yang lemah...........Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai